• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Informasi merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan

bisnis dan organisasi, sehingga informasi merupakan variabel yang penting

dalam operasi organisasi, disamping sumber daya alam, modal dan manusia.

Selain itu keterbatasan manusia untuk mampu mengolah data dan informasi

yang begitu cepat berubah dan mendorong manusia untuk memanfaatkan

secara optimal teknologi dan sistem informasi. Pada jaman sekarang ini

teknologi dan sistem informasi sudah menjadi bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia dan kegiatan sehari hari.

Informasi dibutuhkan untuk menyusun strategi yang dipakai dalam

pencapaian tujuan organisasi, baik dalam perencanaan maupun pengawasan

kegiatan organisasi. Sistem pengawasan yang efektif diperlukan dalam

kegiatan operasional organisasi, agar organisasi dapat berjalan dengan baik.

Dengan demikian informasi dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuan

yang diharapkan serta meningkatkan produktivitas anggotanya. Banyak istilah

yang berhubungan dengan informasi, istilah yang sering digunakan adalah

sistem informasi manajemen, sistem informasi manajemen berbasis komputer,

teknologi informasi, teknologi komputer, manajemen informasi, dan sistem

informasi.

Salah satu bentuk penerapan sistem informasi diantaranya adalah

penggunaan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG), Sistem

(2)

merupakan salah satu jenis perangkat lunak (software) yang dapat digunakan

untuk membantu proses pengelolaan data pencatatan biodata penduduk pada

suatu instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang pelayanan administrasi

kependudukan.1 Data kependudukan pada saat ini masih tergantung pada hasil

sensus dan survei atau data administrasi yang diperoleh secara periodik dan

masih bersifat agregat (makro). Kebutuhan data mikro penduduk untuk

identifikasi calon pemilih pemilu, penyaluran dana jaringan pengaman sosial,

bantuan untuk penduduk miskin, beasiswa untuk wajib belajar dan kegiatan

perencanaan pembangunan masih belum akurat. Atas dasar pertimbangan

tersebut maka diperlukan petunjuk pencatatan dan pemutakhiran biodata

penduduk.

Dalam pengelolaan pendaftaran penduduk merupakan tanggung jawab

pemerintah kota/kabupaten, dimana dalam pelaksanaannya diawali dari

desa/kelurahan selaku ujung tombak pendaftaran penduduk, hingga setiap

warga secara administrasi terdaftar sebagai Warga Negara Indonesia (WNI)

dan sesuai dengan Undang – Undang No. 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan

Atas Undang – Undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan. Dalam pelayanan tersebut perlu dilakukan dengan benar dan

cepat agar penduduk mendapatkan pelayanan yang baik dan memuaskan.

Sebagai salah satu langkah untuk membantu berbagai pekerjaan mengenai

pendaftaran kependudukan yang sesuai dengan berbagai standar yang

diperlukan maka pemerintah mulai membuat sebuah kebijakan dengan

mengadakan program yang dahulu dikenal dengan Sistem Informasi

1

(3)

Manajemen Kependudukan (SIMDUK) yang dibuat sekitar tahun 1996.

SIMDUK adalah sebuah kebijakan yang diterapkan didaerah kabupaten/kota,

dan ditujukan untuk menangani status kependudukan dengan segala

perubahannya. SIMDUK itu sendiri merupakan suatu aplikasi untuk mengelola

data kependudukan daerah yang meliputi Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda

Penduduk (KTP), Akte Kelahiran, Sensus Penduduk, dan lain sebagainya.

SIMDUK sebagai sebuah sistem untuk mengelola data kependudukan

ternyata banyak memiliki kelemahan, diantaranya adalah Nomor Induk

Kependudukan (NIK) pada SIMDUK dapat berubah ketika pemilik NIK

berpindah domisili, karena Kartu Tanda Penduduk (KTP) SIMDUK mengikuti

nomor urut yang berada di Kecamatan, bukan nomor induk ditingkat Kota.

KTP SIMDUK juga masih berpotensi terjadinya pemalsuan identitas karena

disebabkan kurang detailnya data – data mengenai penduduk.2

Berdasarkan hal tersebut pemerintah menggantinya dengan sebuah

kebijakan yang baru. Kebijakan baru itu tentunya juga lebih menjawab segala

kebutuhan yang diperlukan untuk melengkapi data kependudukan. Untuk

membantu berbagai pekerjaaan mengenai pendaftaran kependudukan yang

sesuai dengan berbagai standar yang diperlukan maka pemerintah merumuskan

sebuah kebijakan baru dengan program yang bernama Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan (SIAK).

SIAK adalah suatu sistem informasi berbasis web yang disusun

berdasarkan prosedur – prosedur dan memakai standarisasi khusus yang

bertujuan menata sistem administrasi dibidang kependudukan sehingga

2

(4)

tercapainya tertib administrasi dan juga membantu bagi petugas dijajaran

Pemerintah Daerah, khususnya Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil

Kabupaten Langkat didalam menyelenggarakan layanan kependudukan dan

Pencatatan Sipil. SIAK bisa menjadi solusi dari masalah yang ada. Dengan

adanya pengelolaan data secara online maka kelemahan – kelemahan

pengelolaan data secara konvensional dapat ditekan. Manfaat dari penerapan

SIAK antara lain hasil perhitungan dan pengelolaan statistik tersebut dapat

digunakan sebagai bahan perumusan dan penyempurnaan kebijakan, strategi

dan program bagi penyelenggara dan pelaksanaan pembangunan dibidang

kualitas dan mobilitas penduduk serta kepentingan pembangunan lainnya.3

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) mempunyai

peranan yang sangat penting dalam pemerintahan dan pembangunan, karena

penyelenggaraan administrasi kependudukan diarahkan pada pemenuhan hak

asasi setiap orang dibidang pelayanan administrasi kependudukan, guna

meningkatkan pelayanan publik tanpa adanya diskriminasi.

Implementasi SIAK diatur dalam UU No. 24Tahun 2013 Tentang

Perubahan Atas Undang – Undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan, dan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007 Tentang

Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

Selain itu SIAK juga diatur dalam Keputusan Presiden No. 88 Tahun 2004

tentang Pengelolaan Administrasi Kependudukan dan Permendagri No. 25

Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengkajian Pengembangan dan Pengelolaan

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.

3

(5)

Kabupaten Langkat merupakan kabupaten dengan luas dan jumlah

penduduk yang cukup besar. Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 626.329

Ha atau sekitar 8,74% dari luas Provinsi Sumatera Utara yang mencapai

7.168.000 Ha. Dan jumlah penduduk Kab. Langkat adalah 1.075.881 jiwa.

Dengan jumlah penduduk yang cukup besar tentunya membutuhkan

administrasi kependudukan yang terorganisir.4 Dari hasil observasi dilapangan

tanggal 05 Februari 2016, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Langkat telah menerapkan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan pada

tahun 2007. Dimana SIAK ini dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Langkat sudah terkoneksi ke Kemendagri, akan tetapi masih ada

kendala yang dihadapi oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Langkat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat diantaranya masalah

pengelolaan informasi administrasi kependudukan yaitu tentang pengumpulan,

perekaman, pengelolaan, dan pemuktahiran data hasil pendaftaran penduduk

dan pencatatan sipil untuk penerbitan dokumen kependudukan, kemudian

sumber daya manusia (SDM) dan sarana prasarana yang berhubungan dengan

teknologi informasi belum memadai.

SIAK diharapkan mampu memberikan Nomor Induk Kependudukan

yang telah terdaftar di Depdagri untuk memudahkan pemerintah pusat dan

daerah guna melihat permasalahan penduduk yang ada serta meningkatkan

pelayanan publik khususnya pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

Namun hingga saat ini masih ada masyarakat di Kabupaten Langkat yang

4

(6)

belum memiliki NIK yang berbasis E – KTP, Akta Kelahiran, KK dan lain sebagainya. Sehingga masih banyak masyarakat yang belum masuk hitungan

atau pun perkiraan yang dapat dibantu oleh pemerintah.

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti

tentang bagaimana implementasi kebijakan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK) dalam meningkatkan pelayanan publik secara langsung

dilapangan,mengingat pentingnya data kependudukan yang akurat. Oleh karena

itu penulis mengangkatnya kedalam sebuah penelitian yang berjudul

“Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

dalam Meningkatkan Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Langkat?”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Implementasi Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK) dalam Meningkatkan Pelayanan Publik pada

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat?

2. Faktor – faktor apakah yang menjadi kendala dalam Implementasi

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dalam

Meningkatkan Pelayanan Publik pada Dinas Kependudukan dan

(7)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Implementasi Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK) dalam meningkatkan pelayanan publik di

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat.

2. Untuk mengetahui kendala – kendala apa saja dalam Implementasi

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dalam

meningkatkan pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Langkat.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat subyektif

Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan

kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis

dalam menyusun berbagai kajian literatur untuk menjadikan suatu

wacana baru dalam memperkaya khazanah kepustakaan pendidikan.

2. Manfaat Akademis

Hasil penelitian dan penulisan skripsi ini akan memberikan

kontribusi kepada perkembangan ilmu administrasi negara, terutama

teori dan konsep tentang Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan dan Pelayanan Publik dan juga diharapkan dapat

(8)

3. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis akan memberikan masukan atau

referensi bagi aparat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Langkat dalam hal Implementasi SIAK dalam

meningkatkan pelayanan publik

E. Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi dan proposisi

untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara

merumuskan hubungan antar konsep.

1. Kebijakan Publik

a. Pengertian Kebijakan Publik

Menurut James E. Anderson mendefenisikan kebijakan publik sebagai

perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau

serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.5

Menurut Carl Friedrich kebijakan publik adalah suatu tindakan yang

mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau

pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan –

hambatan tertentu seraya mencari peluang – peluang untuk mencapai tujuan

tertentu.6

5

Dwiyanto Indiahono, Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis, (Yogyakarta : Gava Media, 2009), 17.

6

(9)

Menurut Lester dan Stewart kebijakan publik adalah kebijakan yang

dibuat oleh institusi otoritatif yang ditujukan dan berdampak kepada publik

serta ditujukan untuk mengatasi persoalan – persoalan publik.7

Menurut Chandler dan Plano berpendapat bahwa kebijakan publik

adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya – sumberdaya yang

ada untuk memecahkan masalah – masalah publik atau pemerintah.8

Sedangkan menurut Easton kebijakan publik adalah pengalokasian nilai

– nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat.9

Sehingga cukup pemerintah yang melakukan sesuatu tindakan kepada

masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih

oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai – nilai

kepada masyarakat.10

Berdasarkan defenisi yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan

bahwa kebijakan publik adalah segala aktifitas yang dilakukan oleh pemerintah

untuk memecahkan masalah publik yang dihadapi serta tertuang dalam bentuk

aturan-aturan yang berlandaskan hukum.

7

Solahuddin Kusumanegara, Model dan Aktor dalam Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta : Gava Media, 2010), 4.

8

Hesel Nogi S, Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi : Konsep, Strategi, dan Kasus,

(Yogyakarta : Lukman Offset dan Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia, 2003), 1.

9

Ibid., 2.

10

(10)

b. Proses Kebijakan Publik

Adapun kebijakan public memiliki tahap – tahap yang cukup kompleks

karena memiliki banyak proses dan variable yang harus dikaji. Tahap – tahap

kebijakan public adalah sebagai berikut :11

1. Penyusunan agenda (agenda setting)

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada

agenda publik.Sebelumnya masalah – masalah ini berkompetensi terlebih

dahulu untuk dapat masuk kedalam agenda kebijakan.Pada akhirnya, beberapa

masalah masuk keagenda kebijakan pada perumusan kebijakan. Pada tahap ini

suatu masalah mungkin tidak tersentuh sama sekali dan beberapa yang lain

pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang lama.

2. Formulasi kebijakan (policy formulation)

Masalah yang telah masuk kedalam agenda kebijakan kemudian

dibahas oleh para pembuat kebijakan.Masalah – masalah tadi didefenisikan

untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.Pemecahan masalah

tersebut berasal dari berbagai alternative yang ada.Sama halnya dengan

perjuangan suatu masalah untuk masuk kedalam agenda kebijakan, dalam

tahap perumusan kebijakan masing – masing alternative bersaing untuk

memecahkan masalah.

3. Adopsi kebijakan (policy adoption)

Dari sekitar alternative kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus

kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi

11

(11)

dengan dukungan dari mayoritas legislatif, consensus antara direktur lembaga

atau keputusan peradilan.

4. Implementasi kebijakan (policy implementation)

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan – catatan elit, jika

program tersebut tidak implementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan

yang telah diambil sebagai alternative pemecahan masalah harus

diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan – badan administrasi

maupun agen – agen pemerintah ditingkat bawah.Kebijakan yang telah diambil

dilaksanakan oleh unit – unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya

financial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan

saling bersaing. Beberapa implementasi akan mendapat dukungan para

pelaksana, namun beberapa yang lain akan ditentang oleh para pelaksana.

5. Evaluasi Kebijakan (policy evaluation)

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau

dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang telah mampu

memevahkan masalah. Kebijakan public yang pada dasarnya dibuat untuk

meraih dampak yang diinginkan.Dalam hal ini memperbaiki masalah yang

dihadapi masyarakat.Oleh karena itu, ditentukanlah kriteria – kriteria yang

menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan public telah meraih dampak

(12)

2. Implementasi Kebijakan Publik

a. Pengertian Implementasi Kebijakan publik

Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu

kebijakan dirumuskan.12 Menurut Robert Nakamura dan Frank Smallwood hal

– hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan

dalam mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkan kedalam

keputusan – keputusan yang bersifat khusus.13

Menurut Pressman dan Wildavsky implementasi diartikan sebagai

interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana – sarana tindakan dalam

mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam

hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara mencapainya.14

Menurut Jones implementasi adalah suatu proses yang dinamis yang

melibatkan secara terus menerus usaha – usaha untuk mencari apa yang akan

dan dapat dilakukan, dengan demikian implementasi mengatur kegiatan –

kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program kedalam tujuan

kebijakan yang diinginkan.15Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam

implementasi kebijakan adalah :16

1. Penafsiran yaitu merupakan kegiatan yang menterjemahkan makna

program kedalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat

dijalankan.

2. Organisasi yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan

(13)

3. Penerapan yaitu berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi

pelayanan, upah, dan lain – lainnya.

Secara lebih luas, implementasi dapat didefenisikan sebagai proses

administrasi dari hukum yang didalamnya tercakup keterlibatan berbagai

macam aktor, organisasi, prosedur, teknik yang dilakukan agar kebijakan yang

telah ditetapkan mempunyai akibat, yaitu tercapainya tujuan kebijakan.17

Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan, implementasi

kebijakan adalah menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik yang dapat

direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan pemerintahdi mana kebijakan

dioperasionalisasikan dalam kegiatan – kegiatan yang terencana dan

terorganisir, untuk dapat mencapai standar dan sasaran kebijakan, dengan

memperhatikan lingkungan serta dampak di berbagai bentuk kegiatannya,

sebagai bahan dalam perbaikan perencanaan kebijakan publik ke depannya.

b. Model Implementasi Kebijakan

Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan publik, dikenal

beberapa model implementasi kebijakan, antara lain :

1. Model Gogin

Untuk mengimplementasi kebijakan dengan model Gogin ini dapat

mengidentifikasikan variabel – variabel yang mempengaruhi tujuan – tujuan

formal pada keseluruhan implementasi, yakni :18

a. Bentuk dan isi kebijakan, termasuk didalamnya kemampuan

kebijakan untuk menstruktur proses implementasi.

17

Solahuddin Kusumanegara, Op.Cit., 97.

18

(14)

b. Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana dan

insentif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif.

c. Pengaruh lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik,

motivasi, kecenderungan hubungan antara warga masyarakat,

termasuk pola komunikasinya.

2. Model Grindle

Grindle menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan

kebijakan dan hasil – hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang

dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari :19

a. Kepentingan – kepentingan yang dipengaruhi

b. Tipe – tipe manfaat

c. Derajat perubahan yang diharapkan

d. Letak pengambilan keputusan

e. Pelaksanaan program

f. Sumber daya yang dilibatkan

Isi sebuah kebijakan akan menunjukkan posisi pengambilan keputusan

oleh sejumlah besar pengambilan keputusan, sebaliknya ada kebijakan tertentu

yang lainnya hanya ditentukan oleh sejumlah kecil unit pengambil kebijakan.

Pengaruh selanjutnya adalah konteks lingkungan yang terdiri dari:20

a. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat

b. Karakteristik lembaga penguasa

c. Kepatuhan dan daya tanggap

19

Ibid., 20.

20

(15)

Karenanya setiap kebijakan perlu mempertimbangkan konteks atau

lingkaran dimana tindakan administrasi dilakukan. Intensitas keterlibatan para

perencana, politisi, pengusaha, kelompok sasaran dan para pelaksana kebijakan

akan bercampur baur mempengaruhi efektifitas implementasi.

3. Model George C. Edward III

Model implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh Edward

menunjuk empat variabel yang berperan penting dalam pencapaian

keberhasilan implementasi. Empat variabel tersebut adalah :21

a. Komunikasi, yaitu menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat

dilaksanakan dengan baik jika terjadi komunikasi efektif antara

pelaksana program (kebijakan) dengan para kelompok sasaran.

Tujuan dan sasaran dari program/kebijakan dapat disosialisasikan

secara baik sehingga dapat menghindari adanya distorsi atas

kebijakan dan program.

b. Sumber daya, yaitu menunjuk setiap kebijakan harus didukung oleh

sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia maupun

sumber daya finansial. Sumber daya manusia adalah melingkupi

seluruh kelompok sasaran. Sumber daya finansial adalah kecukupan

modal investasi atas sebuah program/kebijakan.

c. Disposisi, yaitu menunjuk karakteristik yang menempel erat kepada

implementor kebijakan/program. Karakter yang penting dimiliki

oleh implementor adalah kejujuran, komitmen dan demokratis.

Implementor yang memiliki komitmen tinggi dan jujur akan

21

(16)

senantiasa bertahan diantara hambatan yang ditemui dalam

program/kebijakan.

d. Struktur birokrasi, yaitu menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi

penting dalam implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini

mencakup dua hal penting yang pertama adalah mekanisme, dan

struktur organisasi pelaksana. Mekanisme implementasi program

biasanya sudah ditetapkan melalui standar operating prosedur (SOP)

yang dicantumkan dalam kebijakan. SOP yang baik mencantumkan

kerangka kerja yang jelas, sistematis, tidak berbelit dan mudah

dipahami oleh siapapun karena akan menjadi acuan dalam

bekerjanya implementor. Sedangkan struktur organisasi pelaksana

pun sejauh mungkin menghindari hal yang berbelit, panjang, dan

kompleks. Struktur organisasi pelaksana harus dapat menjamin

danya pengambilan keputusan atas kejadian luar biasa dalam

program secara cepat.

4. Model Van Meter dan Van Horn

Model implementasi kebijakan dari Meter dan Horn menetapkan

beberapanvariabel yang diyakini dapat mempengaruhi implementasi dan

kinerja kebijakan. Beberapa variabel yang terdapat dalam Model Meter dan

Horn adalah sebagai berikut :22

a. Standar dan sasaran kebijakan, standar dan sasaran kebijakan pada

dasarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau

22

(17)

kebijakan, baik yang berwujud maupun tidak, jangka pendek,

menengah atau panjang.

b. Sumber daya menunjuk kapada seberapa besar dukungan finansial

dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau

kebijakan.

c. Kinerja kebijakan merupakan penilaian terhadap pencapaian standar

dan sasaran kebijakan yang telah ditetapkan diawal.

d. Komunikasi antar badan pelaksana, menunjuk kepada mekanisme

prosedur yang dicanangkan untuk mencapai sasaran dan tujuan

program.

e. Karakteristik badan pelaksana, menunjuk seberapa besar daya

dukung struktur organisasi, nilai – nilai yang berkembang,

hubungan dan komunikasi yang terjadi diinternal birokrasi.

f. Lingkungan sosial, ekonomi, politik, menunjuk bahwa lingkungan

dalam ranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan

implementasi kebijakan itu sendiri.

g. Sikap pelaksana, menunjuk bahwa sikap pelaksana menjadi variabel

penting dalam implementasi kebijakan. Seberapa demokratis,

antusias dan responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan

(18)

3. Sistem Informasi

a. Pengertian Sistem

Secara sederhana, sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau

himpunan dari unsur, komponen, atau variabel yang terorganisir, saling

berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu.23 Sistem adalah

jaringan kerja dari prosedur – prosedur yang saling berhubungan, berkumpul

bersama – sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu

sasaran tertentu.24 Adapun prosedur adalah suatu urut – urutan operasi tulis –

menulis dan biasanya melibatkan beberapa orang didalam satu atau lebih

departemen yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam dari

transaksi – transaksi bisnis yang terjadi.25

Sistem juga merupakan kumpulan elemen – elemen yang saling terkait

dan bekerja sama untuk memproses masukan (input) yang ditujukan kepada

sistem tersebut dan mengolah masukan tersebut sampai menghasilkan keluaran

(output) yang diinginkan.26 Secara definitif, sistem adalah suatu gugus dari

elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu

tujuan atau suatu gugus dari tujuan – tujuan.27 Secara umum sistem dapat

didefenisikan sebagai sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau

subsistem yang saling bekerja sama atau yang dihubungkan dengan cara – cara

23

Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta : Andi Offset, 2005), 2.

24

(19)

tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi

guna mencapai suatu tujuan.28

Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan, sistem adalah

sekumpulan komponen yang saling berhubungan yang bekerja menuju

pencapaian tujuan bersama dengan menerima input dan menghasilkan output

dalam proses transformasi yang teratur.

b. Pengertian Informasi

Informasi dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir didalam

tubuhmanusia, seperti halnya informasi didalam sebuah perusahaan atau

organisasi yang sangat penting untuk mendukung kelangsungan

perkembangannya, sehingga terdapat alas an bahwa informasi sangat

dibutuhkan bagi sebuah perusahaan atau organisasi.29Memahami konsep dasar

informasi adalah sangat penting dalam mendesain sebuah system informasi

yang efektif. Menyiapkan langkah atau metode dalam menyediakan informasi

yang berkualitas adalah tujuan dalam mendesain system baru.

Dari uraian diatas maka informasi dapat diartikan mengenai kumpulan

data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi

yang menerima.30Informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi

bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai

dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara

langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada saat

28

Edhy Sutanta, Sistem Informasi Manajemen, (Graha Ilmu, 2003), 4.

29

Andri Kristanto, Op. Cit., 6

30

(20)

mendatang.31Defenisi lain mengatakan informasi adalah data yang diolah

menjadi bentuk yang berguna bagi pemakainya.32

c. PengertianSistemInformasi

Sebuah system informasi merupakan kumpulan dari perangkat keras

dan perangkat lunak computer serta perangkat manusia yang akan mengolah

data menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak tersebut.33Selain itu

data juga memegang peranan yang penting dalam system informasi. Data yang

akan dimasukkan kedalam sebuah system informasi dapat berupa formulir –

formulir, prosedur – prosedur dan bentuk data lainnya.

Selain itu system informasi dapat didefenisikan sebagai berikut :34

1. Suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen –

komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuanya itu

menyajikan informasi.

2. Sekumpulan prosedur organisasi yang pada saat dilaksanakan akan

memberikan informasi bagi pengambil keputusan dan atau untuk

mengendalikan organisasi.

3. Suatu sistem didalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan

pengolahan transaksi, mendukung operasi, bersifat manajerial, dan

kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar

tertentu dengan laporan – laporan yang diperlukan.

31

Edhy Sutanta, Op. Cit., 10

32

Jogianto HM, Sistem Teknologi Informasi, (Yogyakarta, Andi, 2003), 36.

33

Andri Kristanto, Op. Cit., 11

34

(21)

Selain itu system informasi dapat juga dikatakan sebagai system

konseptual yang memakai sumber daya konseptual, data, dan informasi.35

Berdasarkan defenisi yang telah diuraian, maka dapat disimpulkan bahwa

sistem informasi merupakan kesatuan elemen – elemen yang saing berinteraksi

secara sistematis dan teratur untuk menciptakan dan membuat aliran informasi

yang cukup mendukung dalam pembuatan keputusan dan kontrol organisasi.

Sistem informasi yang baik harus memiliki sistematika yang jelas, ringkas, dan

sederhana mulai dari tahap pemasukan data, pengolahan dengan prosedur yang

ditentukan, penyajian informasi yang akurat, interpretasi yang tepat dan

distribusinya.

Oleh karena itu, agar sistem informasi dapat beroperasi secara optimal,

maka dibutuhkan teknologi informasi yang terbukti memiliki kinerja yang

sangat unggul. Digunakan teknologi informasi sebagai basis pembangunan

sistem informasi akan memberi jaminan lancarnya aliran data dan informasi

serta akuratnya hasil pengolahann data. Sebuah sistem informasi yang baik

harus memiliki keunggulan kompetitif, seperti singkatnya prosedur, kecepatan

respons, kemudahan transaksi, dan kemudahan untuk diperbaharui baik

prosedur maupun model penyajiannya.

Agar bisa memiliki keunggulan diatas, maka teknologi berperan

didalam sebuah sistem informasi. Teknologi informasi adalah teknologi yang

menggabungkan komputer dengan jaluran komunikasi berkecapatan tinggi

yang membawa data, suara, video. Teknologi informasi yang dapat mendukung

sebuah sistem informasi melibatkan sebagai salah satu perangkat pentingnya.

35

Eko Nugraho, Sistem Informasi Manajemen :Konsep , Aplikasi, dan Perkembangannya,

(22)

Konfigurasi komputer dikelompokkan menjadi empat komponen, yaitu :36

A.Hardware atau perangkat keras adalah komponen fisik dalam rangkaian komputer yang terdiri dari :

a. Central Processing Unit (CPU), terdiri dari :

1. Control Unit (CU) yang berfungsi untuk menerima dan menganalisis instruksi pengolahan data.

2. Arimathic and Logical Unit (ALU) yaitu berfungsi untuk menjalankan proses arimathic operation dan logical operation.

3. Storange Unit (SU) yang berfungsi sebagai tempat menyimpan data dan program instruksi selama komputer bekerja.

b. Output Device atau Peralatan Output yaitu peralatan untuk mengeluarkan data, contohnya monitor dan printer.

c. Input Device atau Peralatan Input yaitu peralatan untuk memasukkan data seperti keyboard, disket, harddisk, tape dan lain sebagainya.

d. Memory and Storage

1. Memory and Storange berfungsi sebagai tempat penyimpanan data, program dan sistem software.

2. Main Storange berhubungan langsung dengan CPU.

3. Auxiliary Storange tidak berhubungan langsung dengan CPU misalnya disket.

B. Software atau perangkat lunak yaitu sistem prosedur dalam bentuk program yang dibuat oleh software – house untuk memperlancar

jalannya komputer, yang terdiri dari system program dan user program.

36

(23)

a. Sistem Program yaitu program yang dibuat oleh perusahaan komputer terdiri dari :

1. Operating System yaitu program yang berfungsi untuk mengontrol dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan sistem

komputer dalam pengolahan data.

2. Paket program antara lain paket word – star atau world – perfect,

lotus 123 yaitu paket program yang dibuat untuk memecahkan

masalah tertentu.

b. User Program yaitu program yang dibuat sendiri oleh users dengan menggunakan bahasa program yang dimengerti oleh komputer.

C.Brainware adalah faktor manusia yang memiliki latar belakang pendidikan teknis komputer yang dapat dibedakan menurut

keahliannya, system analyst, programmer dan operator.

D.Programming yaitu kumpulan instruksi yang tersusun secara berurutan menurut logic program dan tertulis dalam bahasa serta rumus – rumus

yang dimengerti oleh komputer.

Sistem informasi dapat ditentukan berdasarkan sifatnya. Ada sepuluh

sifat yang dapat menentukan nilai suatu sistem informasi, antara lain :

1. Kemudahan dalam memperoleh

Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila dapat

diperoleh secara mudah. Informasi yang penting dan sangat

dibutuhkan menjadi tidak bernilai jika sulit diperoleh. Informasi

(24)

dan bagian pengolah yang mampu mengolah data dengan baik untuk

memenuhi segala kebutuhan informasi secara mudah.

2. Sifat luas dan kelengkapannya

Informasi yang tidak lengkap akan menjadi informasi yang tidak

bernilai, karena tidak dapat digunakan secara baik. Sifat luas dan

lengkap tersebut memerlukan dukungan basis data yang cukup

lengkap dan terstruktur dengan baik.

3. Ketelitian (accuracy)

Informasi menjadi tidak bernilai jika tidak akurat, karena akan

mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan. Informasi yang

akurat dapat diperoleh jika basis data yang tersedia sebagai sumber

informasi memuat data yang valid, baik tipe, bentuk, maupun format

datanya.

4. Kecocokan dengan pengguna (relevance)

Informasi mempunyai nilai yang sempurna apabila sesuai dengan

kebutuhan penggunanya. Informasi berharga dan penting menjadi

tidak bernilai jika tidak sesuai dengan kebutuhan penggunanya,

karena tidak dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan.

5. Ketepatan waktu

Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila dapat

diterima oleh penggunanya pada saat yang tepat. Dan informasi tepat

waktu dapat diperoleh jika ada dukungan sistem informasi yang

(25)

6. Kejelasan (clarity)

Kejelasan informasi dipengaruhi oleh bentuk dan format informasi,

informasi dalam bentuk tabel atau grafik banyak menjadi pilihan

karena dapat dibaca dan dipahami dengan lebih mudah.

7. Fleksibilitas/keluwesannya

Fleksibilitas informasi berhubungan dengan bentuk dan format

tampilan informasi. Perubahan bentuk dan format tampilaninformasi

dapat dilakukan dengan mudah dengan memanfaatkan komputer.

8. Dapat dibuktikan

Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut dapat

dibuktikan kebenarannya. Kebenaran informasi bergantung validitas

data yang diolah.

9. Tidak ada prasangka

Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut tidak

menimbulkan prasangka dan keraguan adanya kesalahan informasi.

10. Dapat diukur

Informasi untuk pengambilan keputusan seharusnya dapat diukur

agar dapat mencapai nilai yang sempurna. Pengukuran informasi

umumnya dimaksudkan untuk mengukur dan melacak kembali

(26)

4. Administrasi Kependudukan

a. Pengertian Administrasi

Administrasi berasal dari istilah administration yang mengandung berbagai makna dan pengertian mulai dari yang paling sempit sampai kepada

yang paling luasyang semuanya dapat ditemukan dalam suatu lingkungan

tertentu yang disebut organisasi.37 Dalam arti sempit administrasi berarti

urusan yang bersangkut paut dengan pekerjaan tulis – menulis.38 Dalam arti

luas administrasi mencakup tiga pengertian :39

1. Sebagai proses yang kontinu, meliputi keseluruhan kegiatan

pemikiran, pengaturan dimulai dari penentuan tujuan – tujuan

sampai pelaksanaan kerja sehingga tujuan tersebut dapat

direalisasikan.

2. Sebagai kegiatan usaha yang secara sadar telah dilakukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula.

3. Sebagai pranata (institution) yang terdiri dari keseluruhan orang –

orang baik secara individual maupun kolektif yang secara kesatuan

menjalankan kegiatan – kegiatan untuk menghasilkan karya – karya

sesuai dengan tujuan semula.

37

Buchari Zainun, Administrasi dan Manajemen : Sumber Daya Manusia Pemerintah Negara

Indonesia, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2004), 9.

38

Ibid.

39

(27)

Berdasarkan uraian diatas maka administrasi dapat disimpulkan sebagai

keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau

lebih yang terlibat dalam suatu bentuk usaha bersama demi tercapainya tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya.40

Defenisi tersebut memberikan petunjuk bahwa apabila seseorang

berbicara tentang administrasi, ia berbicara tentang enam ide pokok yang

tercakup dalam pengertian administrasi tersebut. Keenam ide pokok tersebut

selalu terdapat dalam administrasi, mulai dari bentuknya yang paling

sederhana, sampai bentuknya yang paling modern dan rumit.41

Enam ide pokok yang selalu terdapat dalam administrasi adalah :42

1. Bahwa administrasi adalah proses

2. Adanya dua orang manusia atau lebih yang terlibat

3. Pelaksanaan kegiatan – kegiatan tertentu

4. Kemampuan untuk bekerja sama dalam suatu hirarki tertentu

5. Adanya pembagian tugas, dan

6. Tujuan yang telah ditentukan sebelumnya untuk dicapai

b. Pengertian Kependudukan

Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang

bertempat tinggal di Indonesia.43Warga Negara Indonesia adalah orang-orang

bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

40

(28)

undangs-undang sebagai Warga Negara Indonesia. Orang Asing adalah orang

bukan Warga Negara Indonesia. Kependudukan adalah hal yang berkaitan

dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan,

kehamilan, kematian, persebaran, mobilitasdan kualitas serta ketahanannya

yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.44

c. Pengertian Administrasi Kependudukan

Sesuai dengan UU Nomor 24 Tahun 2013Tentang Perubahan Atas

Undang – Undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukapada pasal 1, Administrasi Kependudukan adalah rangkaian

kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data

Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan

informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk

pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.45 Administrasi kependudukan

sebagai suatu sistem diharapkan dapat diselenggarakan sebagai bagian dari

penyelenggaran administrasi negara.

Dengan demikian, administrasi kependudukan merupakan hal yang

sangat penting untuk dilaksanakan mulai dari satuan pemerintah terkecil seperti

desa dan kelurahan hingga pada skala nasional. Pengelolaan administrasi

kependudukan memiliki fungsi strategis sebagai dukungan informasi tentang

kependudukan bagi pembuatan kebijakan dalam rangka pelayanan publik serta

44

http://blogpki.blogspot.co.id/2013/05/teori-dan-pengertian-kependudukan.html, diakses pada tanggal 17 Desember 2015 pukul 22.03 WIB.

45

(29)

kepentingan warga untuk mengakses informasi hasil administrasi

kependudukan tersebut.

Administrasi Kependudukan diarahkan untuk :

1. Memenuhi hak asasi setiap orang dibidang administrasi

kependudukan tanpa diskriminasi dengan pelayanan public yang

profesional.

2. Meningkatnya kesadaran penduduk akan kewajiban untuk berperan

serta dalam pelaksanaan administrasi kependudukan.

3. Memenuhi data statistik secara nasional mengenal peristiwa

kependudukan dan peristiwa penting.

4. Mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan

secara nasional, regional, serta lokal, dan

5. Mendukung pembangunan sistem administrasi kependudukan

Penyelenggaran Administrasi Kependudukan bertujuan untuk :

1. Memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen

penduduk untuk setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa

penting yang dialami penduduk.

2. Memberikan perlindungan status hak sipil penduduk.

3. Menyediakan data dan informasi kependudukan secara nasional

mengenai pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil pada berbagai

tingkatan akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga

menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan pembangunan pada

(30)

4. Mewujudkan tertib administrasi kependudukan secara nasional dan

terpadu, dan

5. Menyediakan data kependudukan yang menjadi rujukan dasar bagi

sektor terkait sdalam penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan.

Dalam Undang – Undang Administrasi Kependudukan, setiap

penduduk mempunyai hak untuk memperoleh :

1. Dokumen kependudukan.

2. Pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan

sipil.

3. Perlindungan atas data pribadi.

4. Kepastian hukum atas kepemilikan dokumen.

5. Informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan

sipil atas dirinya atau keluarganya, dan

6. Ganti rugi serta pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan

dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta

pendayagunaan data pribadi oleh instansi pelaksana.

5. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

a. Pengertian Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

Defenisi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan berdasarkan

Undang – Undang No. 24 Tahun 2013 tentang Sistem Informasi Administrasi

(31)

informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi administrasi kependudukan

ditingkat penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu kesatuan.

Defenisi lain mengartikan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan sebagai suatu sistem informasi berbasis web yang disusun

berdasarkan prosedur – prosedur dan memakai standarisasi khusus yang

bertujuan menata sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib

administrasi dibidang kependudukan dan juga membantu bagi petugas dijajaran

Pemerintahan Daerah khususnya Dinas Kependudukan dalam

menyelenggarakan layanan kependudukan.

Adapun Sistem Informasi Administrasi Kependudukan meliputi :46

1. Pendaftaran Penduduk

Sarana untuk untuk membangun basis data dan menerbitkan identitas

bagi setiap penduduk dewasa dengan mencantumkan Nomor Induk

Kependudukan sebagai identitas tunggal. Dari kegiatan pendaftaran

penduduk kemudian diterbitkan tiga dokumen, yaitu :

a. Biodata Penduduk

b. Kartu Keluarga

c. Kartu Tanda Penduduk

2. Pencatatan Sipil

Merupakan sarana untuk mencatat peristiwa penting yang dialami

penduduk dan perlu dilegalisir oleh negara melalui penerbitan

dokumen yang sah menurut hukum yang berlaku dalam bentuk akta

46

Alfiza,

(32)

catatan sipil. Beberapa peristiwa penting yang harus dilaporkan

diantaranya :

1. Kelahiran

2. Kematian

3. Perkawinan

4. Perceraian

5. Pengesahan anak

3. Pengelolaan Informasi Kependudukan

Pengelolaan data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil

melalui suatu media atau alat yang akan menjadikannya sebagai

informasi tentang perkembangan penduduk dari waktu ke waktu.

Didalam penerapan SIAK terdapat Nomor Induk Kependudukan (NIK)

yang merupakan nomor identitas penduduk yang bersifat unik, tunggal dan

melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia, yang

berlaku selamanya. Oleh karena itu seseorang tidak bisa memiliki identitas

ganda dengan adanya NIK tersebut.

b. Peranan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan mempunyai peranan

antara lain :47

1. Perkaman, pengiriman dan pengolahan data hasil pendaftaran

penduduk dan pencatatan sipil.

2. Penerbitan NIK Nasional.

47

(33)

3. Memfasilitasi validasi dan verifikasi individu penduduk untuk

pelayanan publik lainnya.

4. Penyajian data dan informasi yang mutakhir bagi instansi terkait

dalam rangka perencanaan pembangunan dan pelaksanaan program

pemerintahan.

c. Manfaat Penerapan SIAK

Penerapan SIAK memiliki beberapa manfaat antara lain :

1. Tercapainya tertib administrasi kependudukan, karena dengan

adanya NIK maka permasalahan seperti KTP ganda tidak akan

terjadi.

2. Tercapainya efesiensi dan efektivitas dalam layanan publik, sehingga

masyarakat tidak perlu repot harus bolak – balik untuk mengurus

kepentingan mereka.

3. Terbangunnya landasan bagi pengembangan sistem dimasa yang

akan datang menuju integrasi secara menyeluruh yang diharapkan

dapat diterapkan disemua provinsi di Indonesia secepatnya.

4. Tercapainya Good Corporate Governance dalam Public Service di

Dinas Kependudukan, dimana biasanya masyarakat selalu

beranggapan membuat KTP/KK itu susah karena harus bolak balik

dan ada biayanya yang mahal.

5. Untuk menyediakan data individu penduduk (mikro) dan data

agregat penduduk (makro). Penyediaan data tersebut melalui

(34)

Kependudukan Nasional yang dapat menyajikan berbagai profil

kependudukan untuk kepentingan individu, masyarakat, pemerintah

dan kepentingan pembangunan lainnya.

6. Untuk pengolahan data statistik baik yang berhubungan dengan

peristiwa penting (lahir, mati, kawin, cerai dan lainnya) maupun

peristiwa kependudukan (perubahan alamat, pindah datang dan

perpanjangan KTP). Hasil pengolahan data statistik tersebut sebagai

bahan perumusan dan penyempurnaan kebijakan, strategi dan

program bagi para penyelenggara dan pelaksana pembangunan

dibidang kualitas, kuantitas, dan mobilitas penduduk, serta

kepentingan pembangunan lainnya.

6. Pelayanan Publik

a. Pengertian Pelayanan

Istilah Pelayanan berasal dari kata “layani” yang artinya menolong,

menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan

melayani. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan

dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan

manusia.48 Menurut Kotler dalam Sampara Lukman, pelayanan adalah setiap

kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan,

48

(35)

danmenawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk

secara fisik.49

Selanjutnya Sampara berpendapat, pelayanan adalah suatu kegiatan

atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang

dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan

pelanggan.50 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan

pelayanan sebagai hal, cara, atau hasil pekerjaan melayani, melayani adalah

menyediakan keperluan orang, mengiyakan, menerima, dan menggunakan.51

Berdasarkan defenisi yang telah disebutkan, maka dapat disimpulkan

bahwa Pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan

oleh instansi pemerintah baik dipusat, didaerah, BUMN, dan BUMD dalam

bentuk barang maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat

sesuai peraturan perundang – perundangan yang berlaku.52

b. Pengertian Pelayanan Publik

Istilah publik berasal dari Bahasa Inggris public yang berarti umum,

masyarakat, dan negara.53 Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi

Bahasa Indonesia Baku menjadi Publik yang berarti umum, orang banyak, dan

ramai. Inu dan kawan – kawan mendefenisikan publik adalah sejumlah

manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan

W. Riawan Tjandra, dkk., Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Pelayanan Publik,

(Yogyakarta : Pembaharuan, 2005), 9.

53

(36)

tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai – nilai norma yang merasa

memiliki.54

Dengan demikian, pelayanan publik diartikan, pemberi layanan

(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan

pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah

ditetapkan.55 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63

Tahun 2003 mendefenisikan pelayanan publik adalah segala kegiatan

pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai

upaya untuk pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksana

ketentuan peraturan perundang-undangan.56

Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik, ditegaskan dalam Pasal 1 butir 1, Pelayanan publik adalah kegiatan

atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk

atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang dielenggarakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.57

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa pelayanan publik adalah keseluruhan pelayanan yang dilaksanakan oleh

aparatur pemerintahan kepada publik didalam suatu organisasi atau instansi

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan masyarakat itu merasa puas

terhadap pelayanan yang diberikan.

(37)

c. Ruang Lingkup Pelayanan Publik

Seperti yang tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun

2012 tentang Pelayanan Publik, ruang lingkup pelayanan publik meliputi:58

a. Pelayanan barang publik

Pelayanan barang publik meliputi:

1. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh

instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya

bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau

anggaran pendapatan dan belanja daerah.

2. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh

suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau

seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan

daerah yang dipisahkan.

3. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang pembiayaannya

tidak bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara

atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha

yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber

dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan,

tetapi ketersediaannya menjadi Misi Negara yang ditetapkan

dalam peraturan perundang-undangan.

58

(38)

b. Pelayanan jasa publik

Pelayanan jasa publik meliputi:

1. Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian

atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan

belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

2. Penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal

pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan

negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan.

3. Penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari

anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran

pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal

pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan

negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi

ketersediaannya menjadi Misi Negara yang ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan.

c. Pelayanan administratif

Pelayanan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf

c merupakan pelayanan oleh Penyelenggara yang menghasilkan

berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh Masyarakat.

Pelayanan administratif meliputi:

1. Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara

dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka

mewujudkan perlindungan pribadi dan/atau keluarga, kehormatan,

(39)

2. Tindakan administratifoleh instansi nonpemerintah yang

diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan

perundang-undangan serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan

penerima pelayanan.

d. Prinsip Pelayanan Publik

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum yang

perlu dipedomani oleh setiap birokrasi publik dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat berdasarkan prinsip – prinsip pelayanan sebagai berikut:59

1. Kesederhanaan, yaitu prosedur dan tata cara pelayanan perlu

ditetapkan dan dilaksanakan secara mudah, lancar, cepat, tepat, tidak

berbelit – belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh

masyarakat yang meminta pelayanan.

2. Kejelasan dan kepastian, yaitu adanya kejelasan dan kepastian dalam

hal prosedur dan tata cara pelayanan, persyaratan pelayanan baik

teknis maupun administratif, unit kerja pejabat yang berwenang dan

bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan, rincian biaya atau

tarif pelayanan dan tata cara pembayaran, dan jangka waktu

penyelesaian pelayanan.

3. Keamanan, yaitu adanya proses dan produk hasil pelayanan yang

dapat memberikan keamanan kenyamanan dan kepastian hukum bagi

masyarakat.

59

(40)

4. Keterbukaan, yaitu prosedur dan tata cara pelayanan, persyaratan,

unit kerja pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu

penyelesaian, rincian biaya atau tarif serta hal – hal lain yang

berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara

terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik

diminta maupun tidak diminta.

5. Efisiensi, yaitu persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal – hal

yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan

dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan

produk pelayanan.

6. Ekonomi, yaitu pengenaan biaya atau tarif pelayanan harus

ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan : nilai barang dan

jasa pelayanan, kemampuan masyarakat untuk membayar, dan

ketentuan perundang – undangan yang berlaku.

7. Keadilan dan Pemerataan, yaitu Jangkauan pelayanan diusahakan

seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan adil bagi seluruh

lapisan masyarakat.

8. Ketepatan Waktu, yaitu pelaksanaan pelayanan harus dapat

(41)

e. Sistem Pelayanan Publik

Sistem pelayanan umum sebenarnya merupakan satu kesatuan faktor

yang dibutuhkan dalam terselenggaranya suatu pelayanan publik. Sistem

pelayanan publik terdiri atas empat faktor, yaitu :60

1. Prosedur dan Metode

Dalam pelayanan publik perlu adanya sistem informasi, prosedur dan

metode yang mendukung kelancaran dalam memberikan pelayanan.

2. Personil

Terutama ditekankan pada perilaku aparatur, dalam pelayanan publik

aparatur pemerintah selaku personil pelayanan harus profesional,

disiplin dan terbuka terhadap kritik dari masyarakat.

3. Sarana dan Prasarana

Dalam pelayanan publik diperlukan peralatan dan ruang kerja serta

fasilitas pelayanan publik misalnya ruang tunggu, tempat parkir yang

memadai, dan lain sebagainya.

4. Masyarakat sebagai pelanggan

Dalam pelayanan publik masyarakat sebagai pelanggan sangatlah

heterogen baik tingkat pendidikan maupun perilakunya.

60

(42)

F. Defenisi Konsep

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,

sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang

sama.61 Tujuan diperlukannya konsep adalah untuk mendapatkan pembatasan

yang jelas dari variabel yang akan diteliti. Adapun defenisi konsep dalam

penelitian ini adalah :

1. Implementasi Kebijakan Publik adalah menetapkan arah agar tujuan

kebijakan publik yang dapat direalisasikan sebagai hasil dari

kegiatan pemerintah di mana kebijakan dioperasionalisasikan dalam

kegiatan – kegiatan yang terencana dan terorganisir, untuk dapat

mencapai standar dan sasaran kebijakan, dengan memperhatikan

lingkungan serta dampak di berbagai bentuk kegiatannya, sebagai

bahan dalam perbaikan perencanaan kebijakan publik ke depannya.

Menurut George C. Edward III Implementasi kebijakan dapat

diamati dengan menggunakan unsur sebagai berikut:

a. Komunikasi, yaitu menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat

dilaksanakan dengan baik jika terjadi komunikasi efektif antara

pelaksana program (kebijakan) dengan para kelompok sasaran.

b. Sumber daya, yaitu menunjuk setiap kebijakan harus didukung

oleh sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia

maupun sumber daya finansial.

c. Disposisi, yaitu menunjuk karakteristik yang menempel erat

kepada implementor kebijakan/program.

61

(43)

d. Struktur birokrasi, yaitu menunjuk bahwa struktur birokrasi

menjadi penting dalam implementasi kebijakan. Aspek struktur

birokrasi ini mencakup dua hal penting yang pertama adalah

mekanisme, dan struktur organisasi pelaksana.

2. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan adalah suatu sistem

informasi berbasis web yang disusun berdasarkan prosedur –

prosedur dan memakai standarisasi khusus yang bertujuan menata

sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib

administrasi dibidang kependudukan dan juga membantu bagi

petugas dijajaran Pemerintahan Daerah khususnya Dinas

Kependudukan dalam menyelenggarakan layanan administrasi

kependudukan.

3. Pelayanan publik adalah keseluruhan pelayanan yang dilaksanakan

oleh aparatur pemerintahan kepada publik didalam suatu organisasi

atau instansi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan masyarakat

itu merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.

4. Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)

dalam meningkatkan pelayanan publik adalah pelaksanaan sistem

informasi yang ditujukan untuk memfasilitasi pelayanan administasi

kependudukan kepada masyarakat seperti pengurusan KK, KTP,

(44)

G. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori,

defenisi konsep, serta sistematika penulisan.

BAB II : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini terdiri dari bentukpenelitian, lokasi

penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data,

dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini terdiri dari gambaran umum atau karakteristik

lokasi penelitian yang mencakup, visi dan misi, tugas dan

fungsi, serta struktur organisasi.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Pada bab ini terdiri dari data – data yang diperoleh selama

penelitian dilapangan dan dokumen – dokumen yang akan

dianalisis.

BAB V : ANALISIS DATA

Pada bab ini memuat pembahasan dan interpretasi dari

(45)

BAB VI : PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah peranan PT Arindo Jaya Mandiri dalam proses penanganan pembatalan dokumen PEB adalah sebagai freight forwarder yang mewakili eksportir dalam

Pokja ULP Pengadaan pada Satker Direktorat Advokasi dan KIE akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan Jasa

Pokja ULP Pengadaan pada Satker Direktorat Advokasi dan KIE akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan Jasa

Pada hari ini Jumat tanggal Lima bulan Agustus tahun Dua ribu enam belas, Pokja ULPD Kepulauan Riau akan melaksanakan E-lelang Sederhana untuk paket pekerjaan Pengadaan

Pokja ULP Pengadaan pada Satker Direktorat Advokasi dan KIE akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan Jasa

Saran bagi orangtua buruh pabrik perlunya menggunakan bahasa yang baik dalam menyampaikan suatu tugas atau perintah kepada anak, perlunya kerjasama antara ayah dan ibu dalam

Tim BOS Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya harus memastikan bahwa sekolah mencadangkan separuh dari dana BOS triwulan II (20% dari alokasi satu tahun) di

Karakteristik residu yang demikian diduga bernilai positif dalam hubungannya dengan proses hidrogenasi dalam pencairan batubara karena dapat menurunkan konsumsi hydrogen