BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Informasi merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
bisnis dan organisasi, sehingga informasi merupakan variabel yang penting
dalam operasi organisasi, disamping sumber daya alam, modal dan manusia.
Selain itu keterbatasan manusia untuk mampu mengolah data dan informasi
yang begitu cepat berubah dan mendorong manusia untuk memanfaatkan
secara optimal teknologi dan sistem informasi. Pada jaman sekarang ini
teknologi dan sistem informasi sudah menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia dan kegiatan sehari hari.
Informasi dibutuhkan untuk menyusun strategi yang dipakai dalam
pencapaian tujuan organisasi, baik dalam perencanaan maupun pengawasan
kegiatan organisasi. Sistem pengawasan yang efektif diperlukan dalam
kegiatan operasional organisasi, agar organisasi dapat berjalan dengan baik.
Dengan demikian informasi dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuan
yang diharapkan serta meningkatkan produktivitas anggotanya. Banyak istilah
yang berhubungan dengan informasi, istilah yang sering digunakan adalah
sistem informasi manajemen, sistem informasi manajemen berbasis komputer,
teknologi informasi, teknologi komputer, manajemen informasi, dan sistem
informasi.
Salah satu bentuk penerapan sistem informasi diantaranya adalah
penggunaan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG), Sistem
merupakan salah satu jenis perangkat lunak (software) yang dapat digunakan
untuk membantu proses pengelolaan data pencatatan biodata penduduk pada
suatu instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang pelayanan administrasi
kependudukan.1 Data kependudukan pada saat ini masih tergantung pada hasil
sensus dan survei atau data administrasi yang diperoleh secara periodik dan
masih bersifat agregat (makro). Kebutuhan data mikro penduduk untuk
identifikasi calon pemilih pemilu, penyaluran dana jaringan pengaman sosial,
bantuan untuk penduduk miskin, beasiswa untuk wajib belajar dan kegiatan
perencanaan pembangunan masih belum akurat. Atas dasar pertimbangan
tersebut maka diperlukan petunjuk pencatatan dan pemutakhiran biodata
penduduk.
Dalam pengelolaan pendaftaran penduduk merupakan tanggung jawab
pemerintah kota/kabupaten, dimana dalam pelaksanaannya diawali dari
desa/kelurahan selaku ujung tombak pendaftaran penduduk, hingga setiap
warga secara administrasi terdaftar sebagai Warga Negara Indonesia (WNI)
dan sesuai dengan Undang – Undang No. 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Atas Undang – Undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan. Dalam pelayanan tersebut perlu dilakukan dengan benar dan
cepat agar penduduk mendapatkan pelayanan yang baik dan memuaskan.
Sebagai salah satu langkah untuk membantu berbagai pekerjaan mengenai
pendaftaran kependudukan yang sesuai dengan berbagai standar yang
diperlukan maka pemerintah mulai membuat sebuah kebijakan dengan
mengadakan program yang dahulu dikenal dengan Sistem Informasi
1
Manajemen Kependudukan (SIMDUK) yang dibuat sekitar tahun 1996.
SIMDUK adalah sebuah kebijakan yang diterapkan didaerah kabupaten/kota,
dan ditujukan untuk menangani status kependudukan dengan segala
perubahannya. SIMDUK itu sendiri merupakan suatu aplikasi untuk mengelola
data kependudukan daerah yang meliputi Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda
Penduduk (KTP), Akte Kelahiran, Sensus Penduduk, dan lain sebagainya.
SIMDUK sebagai sebuah sistem untuk mengelola data kependudukan
ternyata banyak memiliki kelemahan, diantaranya adalah Nomor Induk
Kependudukan (NIK) pada SIMDUK dapat berubah ketika pemilik NIK
berpindah domisili, karena Kartu Tanda Penduduk (KTP) SIMDUK mengikuti
nomor urut yang berada di Kecamatan, bukan nomor induk ditingkat Kota.
KTP SIMDUK juga masih berpotensi terjadinya pemalsuan identitas karena
disebabkan kurang detailnya data – data mengenai penduduk.2
Berdasarkan hal tersebut pemerintah menggantinya dengan sebuah
kebijakan yang baru. Kebijakan baru itu tentunya juga lebih menjawab segala
kebutuhan yang diperlukan untuk melengkapi data kependudukan. Untuk
membantu berbagai pekerjaaan mengenai pendaftaran kependudukan yang
sesuai dengan berbagai standar yang diperlukan maka pemerintah merumuskan
sebuah kebijakan baru dengan program yang bernama Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK).
SIAK adalah suatu sistem informasi berbasis web yang disusun
berdasarkan prosedur – prosedur dan memakai standarisasi khusus yang
bertujuan menata sistem administrasi dibidang kependudukan sehingga
2
tercapainya tertib administrasi dan juga membantu bagi petugas dijajaran
Pemerintah Daerah, khususnya Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil
Kabupaten Langkat didalam menyelenggarakan layanan kependudukan dan
Pencatatan Sipil. SIAK bisa menjadi solusi dari masalah yang ada. Dengan
adanya pengelolaan data secara online maka kelemahan – kelemahan
pengelolaan data secara konvensional dapat ditekan. Manfaat dari penerapan
SIAK antara lain hasil perhitungan dan pengelolaan statistik tersebut dapat
digunakan sebagai bahan perumusan dan penyempurnaan kebijakan, strategi
dan program bagi penyelenggara dan pelaksanaan pembangunan dibidang
kualitas dan mobilitas penduduk serta kepentingan pembangunan lainnya.3
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) mempunyai
peranan yang sangat penting dalam pemerintahan dan pembangunan, karena
penyelenggaraan administrasi kependudukan diarahkan pada pemenuhan hak
asasi setiap orang dibidang pelayanan administrasi kependudukan, guna
meningkatkan pelayanan publik tanpa adanya diskriminasi.
Implementasi SIAK diatur dalam UU No. 24Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Undang – Undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan, dan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007 Tentang
Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.
Selain itu SIAK juga diatur dalam Keputusan Presiden No. 88 Tahun 2004
tentang Pengelolaan Administrasi Kependudukan dan Permendagri No. 25
Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengkajian Pengembangan dan Pengelolaan
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
3
Kabupaten Langkat merupakan kabupaten dengan luas dan jumlah
penduduk yang cukup besar. Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 626.329
Ha atau sekitar 8,74% dari luas Provinsi Sumatera Utara yang mencapai
7.168.000 Ha. Dan jumlah penduduk Kab. Langkat adalah 1.075.881 jiwa.
Dengan jumlah penduduk yang cukup besar tentunya membutuhkan
administrasi kependudukan yang terorganisir.4 Dari hasil observasi dilapangan
tanggal 05 Februari 2016, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Langkat telah menerapkan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan pada
tahun 2007. Dimana SIAK ini dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Langkat sudah terkoneksi ke Kemendagri, akan tetapi masih ada
kendala yang dihadapi oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Langkat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat diantaranya masalah
pengelolaan informasi administrasi kependudukan yaitu tentang pengumpulan,
perekaman, pengelolaan, dan pemuktahiran data hasil pendaftaran penduduk
dan pencatatan sipil untuk penerbitan dokumen kependudukan, kemudian
sumber daya manusia (SDM) dan sarana prasarana yang berhubungan dengan
teknologi informasi belum memadai.
SIAK diharapkan mampu memberikan Nomor Induk Kependudukan
yang telah terdaftar di Depdagri untuk memudahkan pemerintah pusat dan
daerah guna melihat permasalahan penduduk yang ada serta meningkatkan
pelayanan publik khususnya pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
Namun hingga saat ini masih ada masyarakat di Kabupaten Langkat yang
4
belum memiliki NIK yang berbasis E – KTP, Akta Kelahiran, KK dan lain sebagainya. Sehingga masih banyak masyarakat yang belum masuk hitungan
atau pun perkiraan yang dapat dibantu oleh pemerintah.
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti
tentang bagaimana implementasi kebijakan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) dalam meningkatkan pelayanan publik secara langsung
dilapangan,mengingat pentingnya data kependudukan yang akurat. Oleh karena
itu penulis mengangkatnya kedalam sebuah penelitian yang berjudul
“Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
dalam Meningkatkan Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Langkat?”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Implementasi Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) dalam Meningkatkan Pelayanan Publik pada
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat?
2. Faktor – faktor apakah yang menjadi kendala dalam Implementasi
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dalam
Meningkatkan Pelayanan Publik pada Dinas Kependudukan dan
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Implementasi Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) dalam meningkatkan pelayanan publik di
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Langkat.
2. Untuk mengetahui kendala – kendala apa saja dalam Implementasi
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dalam
meningkatkan pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Langkat.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat subyektif
Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis
dalam menyusun berbagai kajian literatur untuk menjadikan suatu
wacana baru dalam memperkaya khazanah kepustakaan pendidikan.
2. Manfaat Akademis
Hasil penelitian dan penulisan skripsi ini akan memberikan
kontribusi kepada perkembangan ilmu administrasi negara, terutama
teori dan konsep tentang Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan dan Pelayanan Publik dan juga diharapkan dapat
3. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis akan memberikan masukan atau
referensi bagi aparat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Langkat dalam hal Implementasi SIAK dalam
meningkatkan pelayanan publik
E. Kerangka Teori
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi dan proposisi
untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antar konsep.
1. Kebijakan Publik
a. Pengertian Kebijakan Publik
Menurut James E. Anderson mendefenisikan kebijakan publik sebagai
perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau
serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.5
Menurut Carl Friedrich kebijakan publik adalah suatu tindakan yang
mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau
pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan –
hambatan tertentu seraya mencari peluang – peluang untuk mencapai tujuan
tertentu.6
5
Dwiyanto Indiahono, Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis, (Yogyakarta : Gava Media, 2009), 17.
6
Menurut Lester dan Stewart kebijakan publik adalah kebijakan yang
dibuat oleh institusi otoritatif yang ditujukan dan berdampak kepada publik
serta ditujukan untuk mengatasi persoalan – persoalan publik.7
Menurut Chandler dan Plano berpendapat bahwa kebijakan publik
adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya – sumberdaya yang
ada untuk memecahkan masalah – masalah publik atau pemerintah.8
Sedangkan menurut Easton kebijakan publik adalah pengalokasian nilai
– nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat.9
Sehingga cukup pemerintah yang melakukan sesuatu tindakan kepada
masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih
oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai – nilai
kepada masyarakat.10
Berdasarkan defenisi yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
bahwa kebijakan publik adalah segala aktifitas yang dilakukan oleh pemerintah
untuk memecahkan masalah publik yang dihadapi serta tertuang dalam bentuk
aturan-aturan yang berlandaskan hukum.
7
Solahuddin Kusumanegara, Model dan Aktor dalam Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta : Gava Media, 2010), 4.
8
Hesel Nogi S, Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi : Konsep, Strategi, dan Kasus,
(Yogyakarta : Lukman Offset dan Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia, 2003), 1.
9
Ibid., 2.
10
b. Proses Kebijakan Publik
Adapun kebijakan public memiliki tahap – tahap yang cukup kompleks
karena memiliki banyak proses dan variable yang harus dikaji. Tahap – tahap
kebijakan public adalah sebagai berikut :11
1. Penyusunan agenda (agenda setting)
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada
agenda publik.Sebelumnya masalah – masalah ini berkompetensi terlebih
dahulu untuk dapat masuk kedalam agenda kebijakan.Pada akhirnya, beberapa
masalah masuk keagenda kebijakan pada perumusan kebijakan. Pada tahap ini
suatu masalah mungkin tidak tersentuh sama sekali dan beberapa yang lain
pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang lama.
2. Formulasi kebijakan (policy formulation)
Masalah yang telah masuk kedalam agenda kebijakan kemudian
dibahas oleh para pembuat kebijakan.Masalah – masalah tadi didefenisikan
untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.Pemecahan masalah
tersebut berasal dari berbagai alternative yang ada.Sama halnya dengan
perjuangan suatu masalah untuk masuk kedalam agenda kebijakan, dalam
tahap perumusan kebijakan masing – masing alternative bersaing untuk
memecahkan masalah.
3. Adopsi kebijakan (policy adoption)
Dari sekitar alternative kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus
kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi
11
dengan dukungan dari mayoritas legislatif, consensus antara direktur lembaga
atau keputusan peradilan.
4. Implementasi kebijakan (policy implementation)
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan – catatan elit, jika
program tersebut tidak implementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan
yang telah diambil sebagai alternative pemecahan masalah harus
diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan – badan administrasi
maupun agen – agen pemerintah ditingkat bawah.Kebijakan yang telah diambil
dilaksanakan oleh unit – unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya
financial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan
saling bersaing. Beberapa implementasi akan mendapat dukungan para
pelaksana, namun beberapa yang lain akan ditentang oleh para pelaksana.
5. Evaluasi Kebijakan (policy evaluation)
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau
dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang telah mampu
memevahkan masalah. Kebijakan public yang pada dasarnya dibuat untuk
meraih dampak yang diinginkan.Dalam hal ini memperbaiki masalah yang
dihadapi masyarakat.Oleh karena itu, ditentukanlah kriteria – kriteria yang
menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan public telah meraih dampak
2. Implementasi Kebijakan Publik
a. Pengertian Implementasi Kebijakan publik
Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu
kebijakan dirumuskan.12 Menurut Robert Nakamura dan Frank Smallwood hal
– hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan
dalam mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkan kedalam
keputusan – keputusan yang bersifat khusus.13
Menurut Pressman dan Wildavsky implementasi diartikan sebagai
interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana – sarana tindakan dalam
mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam
hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara mencapainya.14
Menurut Jones implementasi adalah suatu proses yang dinamis yang
melibatkan secara terus menerus usaha – usaha untuk mencari apa yang akan
dan dapat dilakukan, dengan demikian implementasi mengatur kegiatan –
kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program kedalam tujuan
kebijakan yang diinginkan.15Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam
implementasi kebijakan adalah :16
1. Penafsiran yaitu merupakan kegiatan yang menterjemahkan makna
program kedalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat
dijalankan.
2. Organisasi yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan
3. Penerapan yaitu berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi
pelayanan, upah, dan lain – lainnya.
Secara lebih luas, implementasi dapat didefenisikan sebagai proses
administrasi dari hukum yang didalamnya tercakup keterlibatan berbagai
macam aktor, organisasi, prosedur, teknik yang dilakukan agar kebijakan yang
telah ditetapkan mempunyai akibat, yaitu tercapainya tujuan kebijakan.17
Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan, implementasi
kebijakan adalah menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik yang dapat
direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan pemerintahdi mana kebijakan
dioperasionalisasikan dalam kegiatan – kegiatan yang terencana dan
terorganisir, untuk dapat mencapai standar dan sasaran kebijakan, dengan
memperhatikan lingkungan serta dampak di berbagai bentuk kegiatannya,
sebagai bahan dalam perbaikan perencanaan kebijakan publik ke depannya.
b. Model Implementasi Kebijakan
Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan publik, dikenal
beberapa model implementasi kebijakan, antara lain :
1. Model Gogin
Untuk mengimplementasi kebijakan dengan model Gogin ini dapat
mengidentifikasikan variabel – variabel yang mempengaruhi tujuan – tujuan
formal pada keseluruhan implementasi, yakni :18
a. Bentuk dan isi kebijakan, termasuk didalamnya kemampuan
kebijakan untuk menstruktur proses implementasi.
17
Solahuddin Kusumanegara, Op.Cit., 97.
18
b. Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana dan
insentif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif.
c. Pengaruh lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik,
motivasi, kecenderungan hubungan antara warga masyarakat,
termasuk pola komunikasinya.
2. Model Grindle
Grindle menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan
kebijakan dan hasil – hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang
dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari :19
a. Kepentingan – kepentingan yang dipengaruhi
b. Tipe – tipe manfaat
c. Derajat perubahan yang diharapkan
d. Letak pengambilan keputusan
e. Pelaksanaan program
f. Sumber daya yang dilibatkan
Isi sebuah kebijakan akan menunjukkan posisi pengambilan keputusan
oleh sejumlah besar pengambilan keputusan, sebaliknya ada kebijakan tertentu
yang lainnya hanya ditentukan oleh sejumlah kecil unit pengambil kebijakan.
Pengaruh selanjutnya adalah konteks lingkungan yang terdiri dari:20
a. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat
b. Karakteristik lembaga penguasa
c. Kepatuhan dan daya tanggap
19
Ibid., 20.
20
Karenanya setiap kebijakan perlu mempertimbangkan konteks atau
lingkaran dimana tindakan administrasi dilakukan. Intensitas keterlibatan para
perencana, politisi, pengusaha, kelompok sasaran dan para pelaksana kebijakan
akan bercampur baur mempengaruhi efektifitas implementasi.
3. Model George C. Edward III
Model implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh Edward
menunjuk empat variabel yang berperan penting dalam pencapaian
keberhasilan implementasi. Empat variabel tersebut adalah :21
a. Komunikasi, yaitu menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat
dilaksanakan dengan baik jika terjadi komunikasi efektif antara
pelaksana program (kebijakan) dengan para kelompok sasaran.
Tujuan dan sasaran dari program/kebijakan dapat disosialisasikan
secara baik sehingga dapat menghindari adanya distorsi atas
kebijakan dan program.
b. Sumber daya, yaitu menunjuk setiap kebijakan harus didukung oleh
sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia maupun
sumber daya finansial. Sumber daya manusia adalah melingkupi
seluruh kelompok sasaran. Sumber daya finansial adalah kecukupan
modal investasi atas sebuah program/kebijakan.
c. Disposisi, yaitu menunjuk karakteristik yang menempel erat kepada
implementor kebijakan/program. Karakter yang penting dimiliki
oleh implementor adalah kejujuran, komitmen dan demokratis.
Implementor yang memiliki komitmen tinggi dan jujur akan
21
senantiasa bertahan diantara hambatan yang ditemui dalam
program/kebijakan.
d. Struktur birokrasi, yaitu menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi
penting dalam implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini
mencakup dua hal penting yang pertama adalah mekanisme, dan
struktur organisasi pelaksana. Mekanisme implementasi program
biasanya sudah ditetapkan melalui standar operating prosedur (SOP)
yang dicantumkan dalam kebijakan. SOP yang baik mencantumkan
kerangka kerja yang jelas, sistematis, tidak berbelit dan mudah
dipahami oleh siapapun karena akan menjadi acuan dalam
bekerjanya implementor. Sedangkan struktur organisasi pelaksana
pun sejauh mungkin menghindari hal yang berbelit, panjang, dan
kompleks. Struktur organisasi pelaksana harus dapat menjamin
danya pengambilan keputusan atas kejadian luar biasa dalam
program secara cepat.
4. Model Van Meter dan Van Horn
Model implementasi kebijakan dari Meter dan Horn menetapkan
beberapanvariabel yang diyakini dapat mempengaruhi implementasi dan
kinerja kebijakan. Beberapa variabel yang terdapat dalam Model Meter dan
Horn adalah sebagai berikut :22
a. Standar dan sasaran kebijakan, standar dan sasaran kebijakan pada
dasarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau
22
kebijakan, baik yang berwujud maupun tidak, jangka pendek,
menengah atau panjang.
b. Sumber daya menunjuk kapada seberapa besar dukungan finansial
dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau
kebijakan.
c. Kinerja kebijakan merupakan penilaian terhadap pencapaian standar
dan sasaran kebijakan yang telah ditetapkan diawal.
d. Komunikasi antar badan pelaksana, menunjuk kepada mekanisme
prosedur yang dicanangkan untuk mencapai sasaran dan tujuan
program.
e. Karakteristik badan pelaksana, menunjuk seberapa besar daya
dukung struktur organisasi, nilai – nilai yang berkembang,
hubungan dan komunikasi yang terjadi diinternal birokrasi.
f. Lingkungan sosial, ekonomi, politik, menunjuk bahwa lingkungan
dalam ranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan
implementasi kebijakan itu sendiri.
g. Sikap pelaksana, menunjuk bahwa sikap pelaksana menjadi variabel
penting dalam implementasi kebijakan. Seberapa demokratis,
antusias dan responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan
3. Sistem Informasi
a. Pengertian Sistem
Secara sederhana, sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau
himpunan dari unsur, komponen, atau variabel yang terorganisir, saling
berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu.23 Sistem adalah
jaringan kerja dari prosedur – prosedur yang saling berhubungan, berkumpul
bersama – sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu
sasaran tertentu.24 Adapun prosedur adalah suatu urut – urutan operasi tulis –
menulis dan biasanya melibatkan beberapa orang didalam satu atau lebih
departemen yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam dari
transaksi – transaksi bisnis yang terjadi.25
Sistem juga merupakan kumpulan elemen – elemen yang saling terkait
dan bekerja sama untuk memproses masukan (input) yang ditujukan kepada
sistem tersebut dan mengolah masukan tersebut sampai menghasilkan keluaran
(output) yang diinginkan.26 Secara definitif, sistem adalah suatu gugus dari
elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu
tujuan atau suatu gugus dari tujuan – tujuan.27 Secara umum sistem dapat
didefenisikan sebagai sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau
subsistem yang saling bekerja sama atau yang dihubungkan dengan cara – cara
23
Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, (Yogyakarta : Andi Offset, 2005), 2.
24
tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi
guna mencapai suatu tujuan.28
Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan, sistem adalah
sekumpulan komponen yang saling berhubungan yang bekerja menuju
pencapaian tujuan bersama dengan menerima input dan menghasilkan output
dalam proses transformasi yang teratur.
b. Pengertian Informasi
Informasi dapat diibaratkan sebagai darah yang mengalir didalam
tubuhmanusia, seperti halnya informasi didalam sebuah perusahaan atau
organisasi yang sangat penting untuk mendukung kelangsungan
perkembangannya, sehingga terdapat alas an bahwa informasi sangat
dibutuhkan bagi sebuah perusahaan atau organisasi.29Memahami konsep dasar
informasi adalah sangat penting dalam mendesain sebuah system informasi
yang efektif. Menyiapkan langkah atau metode dalam menyediakan informasi
yang berkualitas adalah tujuan dalam mendesain system baru.
Dari uraian diatas maka informasi dapat diartikan mengenai kumpulan
data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi
yang menerima.30Informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi
bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara
langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada saat
28
Edhy Sutanta, Sistem Informasi Manajemen, (Graha Ilmu, 2003), 4.
29
Andri Kristanto, Op. Cit., 6
30
mendatang.31Defenisi lain mengatakan informasi adalah data yang diolah
menjadi bentuk yang berguna bagi pemakainya.32
c. PengertianSistemInformasi
Sebuah system informasi merupakan kumpulan dari perangkat keras
dan perangkat lunak computer serta perangkat manusia yang akan mengolah
data menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak tersebut.33Selain itu
data juga memegang peranan yang penting dalam system informasi. Data yang
akan dimasukkan kedalam sebuah system informasi dapat berupa formulir –
formulir, prosedur – prosedur dan bentuk data lainnya.
Selain itu system informasi dapat didefenisikan sebagai berikut :34
1. Suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen –
komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuanya itu
menyajikan informasi.
2. Sekumpulan prosedur organisasi yang pada saat dilaksanakan akan
memberikan informasi bagi pengambil keputusan dan atau untuk
mengendalikan organisasi.
3. Suatu sistem didalam organisasi yang mempertemukan kebutuhan
pengolahan transaksi, mendukung operasi, bersifat manajerial, dan
kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar
tertentu dengan laporan – laporan yang diperlukan.
31
Edhy Sutanta, Op. Cit., 10
32
Jogianto HM, Sistem Teknologi Informasi, (Yogyakarta, Andi, 2003), 36.
33
Andri Kristanto, Op. Cit., 11
34
Selain itu system informasi dapat juga dikatakan sebagai system
konseptual yang memakai sumber daya konseptual, data, dan informasi.35
Berdasarkan defenisi yang telah diuraian, maka dapat disimpulkan bahwa
sistem informasi merupakan kesatuan elemen – elemen yang saing berinteraksi
secara sistematis dan teratur untuk menciptakan dan membuat aliran informasi
yang cukup mendukung dalam pembuatan keputusan dan kontrol organisasi.
Sistem informasi yang baik harus memiliki sistematika yang jelas, ringkas, dan
sederhana mulai dari tahap pemasukan data, pengolahan dengan prosedur yang
ditentukan, penyajian informasi yang akurat, interpretasi yang tepat dan
distribusinya.
Oleh karena itu, agar sistem informasi dapat beroperasi secara optimal,
maka dibutuhkan teknologi informasi yang terbukti memiliki kinerja yang
sangat unggul. Digunakan teknologi informasi sebagai basis pembangunan
sistem informasi akan memberi jaminan lancarnya aliran data dan informasi
serta akuratnya hasil pengolahann data. Sebuah sistem informasi yang baik
harus memiliki keunggulan kompetitif, seperti singkatnya prosedur, kecepatan
respons, kemudahan transaksi, dan kemudahan untuk diperbaharui baik
prosedur maupun model penyajiannya.
Agar bisa memiliki keunggulan diatas, maka teknologi berperan
didalam sebuah sistem informasi. Teknologi informasi adalah teknologi yang
menggabungkan komputer dengan jaluran komunikasi berkecapatan tinggi
yang membawa data, suara, video. Teknologi informasi yang dapat mendukung
sebuah sistem informasi melibatkan sebagai salah satu perangkat pentingnya.
35
Eko Nugraho, Sistem Informasi Manajemen :Konsep , Aplikasi, dan Perkembangannya,
Konfigurasi komputer dikelompokkan menjadi empat komponen, yaitu :36
A.Hardware atau perangkat keras adalah komponen fisik dalam rangkaian komputer yang terdiri dari :
a. Central Processing Unit (CPU), terdiri dari :
1. Control Unit (CU) yang berfungsi untuk menerima dan menganalisis instruksi pengolahan data.
2. Arimathic and Logical Unit (ALU) yaitu berfungsi untuk menjalankan proses arimathic operation dan logical operation.
3. Storange Unit (SU) yang berfungsi sebagai tempat menyimpan data dan program instruksi selama komputer bekerja.
b. Output Device atau Peralatan Output yaitu peralatan untuk mengeluarkan data, contohnya monitor dan printer.
c. Input Device atau Peralatan Input yaitu peralatan untuk memasukkan data seperti keyboard, disket, harddisk, tape dan lain sebagainya.
d. Memory and Storage
1. Memory and Storange berfungsi sebagai tempat penyimpanan data, program dan sistem software.
2. Main Storange berhubungan langsung dengan CPU.
3. Auxiliary Storange tidak berhubungan langsung dengan CPU misalnya disket.
B. Software atau perangkat lunak yaitu sistem prosedur dalam bentuk program yang dibuat oleh software – house untuk memperlancar
jalannya komputer, yang terdiri dari system program dan user program.
36
a. Sistem Program yaitu program yang dibuat oleh perusahaan komputer terdiri dari :
1. Operating System yaitu program yang berfungsi untuk mengontrol dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan sistem
komputer dalam pengolahan data.
2. Paket program antara lain paket word – star atau world – perfect,
lotus 123 yaitu paket program yang dibuat untuk memecahkan
masalah tertentu.
b. User Program yaitu program yang dibuat sendiri oleh users dengan menggunakan bahasa program yang dimengerti oleh komputer.
C.Brainware adalah faktor manusia yang memiliki latar belakang pendidikan teknis komputer yang dapat dibedakan menurut
keahliannya, system analyst, programmer dan operator.
D.Programming yaitu kumpulan instruksi yang tersusun secara berurutan menurut logic program dan tertulis dalam bahasa serta rumus – rumus
yang dimengerti oleh komputer.
Sistem informasi dapat ditentukan berdasarkan sifatnya. Ada sepuluh
sifat yang dapat menentukan nilai suatu sistem informasi, antara lain :
1. Kemudahan dalam memperoleh
Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila dapat
diperoleh secara mudah. Informasi yang penting dan sangat
dibutuhkan menjadi tidak bernilai jika sulit diperoleh. Informasi
dan bagian pengolah yang mampu mengolah data dengan baik untuk
memenuhi segala kebutuhan informasi secara mudah.
2. Sifat luas dan kelengkapannya
Informasi yang tidak lengkap akan menjadi informasi yang tidak
bernilai, karena tidak dapat digunakan secara baik. Sifat luas dan
lengkap tersebut memerlukan dukungan basis data yang cukup
lengkap dan terstruktur dengan baik.
3. Ketelitian (accuracy)
Informasi menjadi tidak bernilai jika tidak akurat, karena akan
mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan. Informasi yang
akurat dapat diperoleh jika basis data yang tersedia sebagai sumber
informasi memuat data yang valid, baik tipe, bentuk, maupun format
datanya.
4. Kecocokan dengan pengguna (relevance)
Informasi mempunyai nilai yang sempurna apabila sesuai dengan
kebutuhan penggunanya. Informasi berharga dan penting menjadi
tidak bernilai jika tidak sesuai dengan kebutuhan penggunanya,
karena tidak dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan.
5. Ketepatan waktu
Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila dapat
diterima oleh penggunanya pada saat yang tepat. Dan informasi tepat
waktu dapat diperoleh jika ada dukungan sistem informasi yang
6. Kejelasan (clarity)
Kejelasan informasi dipengaruhi oleh bentuk dan format informasi,
informasi dalam bentuk tabel atau grafik banyak menjadi pilihan
karena dapat dibaca dan dipahami dengan lebih mudah.
7. Fleksibilitas/keluwesannya
Fleksibilitas informasi berhubungan dengan bentuk dan format
tampilan informasi. Perubahan bentuk dan format tampilaninformasi
dapat dilakukan dengan mudah dengan memanfaatkan komputer.
8. Dapat dibuktikan
Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut dapat
dibuktikan kebenarannya. Kebenaran informasi bergantung validitas
data yang diolah.
9. Tidak ada prasangka
Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut tidak
menimbulkan prasangka dan keraguan adanya kesalahan informasi.
10. Dapat diukur
Informasi untuk pengambilan keputusan seharusnya dapat diukur
agar dapat mencapai nilai yang sempurna. Pengukuran informasi
umumnya dimaksudkan untuk mengukur dan melacak kembali
4. Administrasi Kependudukan
a. Pengertian Administrasi
Administrasi berasal dari istilah administration yang mengandung berbagai makna dan pengertian mulai dari yang paling sempit sampai kepada
yang paling luasyang semuanya dapat ditemukan dalam suatu lingkungan
tertentu yang disebut organisasi.37 Dalam arti sempit administrasi berarti
urusan yang bersangkut paut dengan pekerjaan tulis – menulis.38 Dalam arti
luas administrasi mencakup tiga pengertian :39
1. Sebagai proses yang kontinu, meliputi keseluruhan kegiatan
pemikiran, pengaturan dimulai dari penentuan tujuan – tujuan
sampai pelaksanaan kerja sehingga tujuan tersebut dapat
direalisasikan.
2. Sebagai kegiatan usaha yang secara sadar telah dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula.
3. Sebagai pranata (institution) yang terdiri dari keseluruhan orang –
orang baik secara individual maupun kolektif yang secara kesatuan
menjalankan kegiatan – kegiatan untuk menghasilkan karya – karya
sesuai dengan tujuan semula.
37
Buchari Zainun, Administrasi dan Manajemen : Sumber Daya Manusia Pemerintah Negara
Indonesia, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 2004), 9.
38
Ibid.
39
Berdasarkan uraian diatas maka administrasi dapat disimpulkan sebagai
keseluruhan proses pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih yang terlibat dalam suatu bentuk usaha bersama demi tercapainya tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.40
Defenisi tersebut memberikan petunjuk bahwa apabila seseorang
berbicara tentang administrasi, ia berbicara tentang enam ide pokok yang
tercakup dalam pengertian administrasi tersebut. Keenam ide pokok tersebut
selalu terdapat dalam administrasi, mulai dari bentuknya yang paling
sederhana, sampai bentuknya yang paling modern dan rumit.41
Enam ide pokok yang selalu terdapat dalam administrasi adalah :42
1. Bahwa administrasi adalah proses
2. Adanya dua orang manusia atau lebih yang terlibat
3. Pelaksanaan kegiatan – kegiatan tertentu
4. Kemampuan untuk bekerja sama dalam suatu hirarki tertentu
5. Adanya pembagian tugas, dan
6. Tujuan yang telah ditentukan sebelumnya untuk dicapai
b. Pengertian Kependudukan
Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.43Warga Negara Indonesia adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
40
undangs-undang sebagai Warga Negara Indonesia. Orang Asing adalah orang
bukan Warga Negara Indonesia. Kependudukan adalah hal yang berkaitan
dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan,
kehamilan, kematian, persebaran, mobilitasdan kualitas serta ketahanannya
yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.44
c. Pengertian Administrasi Kependudukan
Sesuai dengan UU Nomor 24 Tahun 2013Tentang Perubahan Atas
Undang – Undang No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukapada pasal 1, Administrasi Kependudukan adalah rangkaian
kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data
Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan
informasi Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk
pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.45 Administrasi kependudukan
sebagai suatu sistem diharapkan dapat diselenggarakan sebagai bagian dari
penyelenggaran administrasi negara.
Dengan demikian, administrasi kependudukan merupakan hal yang
sangat penting untuk dilaksanakan mulai dari satuan pemerintah terkecil seperti
desa dan kelurahan hingga pada skala nasional. Pengelolaan administrasi
kependudukan memiliki fungsi strategis sebagai dukungan informasi tentang
kependudukan bagi pembuatan kebijakan dalam rangka pelayanan publik serta
44
http://blogpki.blogspot.co.id/2013/05/teori-dan-pengertian-kependudukan.html, diakses pada tanggal 17 Desember 2015 pukul 22.03 WIB.
45
kepentingan warga untuk mengakses informasi hasil administrasi
kependudukan tersebut.
Administrasi Kependudukan diarahkan untuk :
1. Memenuhi hak asasi setiap orang dibidang administrasi
kependudukan tanpa diskriminasi dengan pelayanan public yang
profesional.
2. Meningkatnya kesadaran penduduk akan kewajiban untuk berperan
serta dalam pelaksanaan administrasi kependudukan.
3. Memenuhi data statistik secara nasional mengenal peristiwa
kependudukan dan peristiwa penting.
4. Mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan
secara nasional, regional, serta lokal, dan
5. Mendukung pembangunan sistem administrasi kependudukan
Penyelenggaran Administrasi Kependudukan bertujuan untuk :
1. Memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen
penduduk untuk setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa
penting yang dialami penduduk.
2. Memberikan perlindungan status hak sipil penduduk.
3. Menyediakan data dan informasi kependudukan secara nasional
mengenai pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil pada berbagai
tingkatan akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga
menjadi acuan bagi perumusan kebijakan dan pembangunan pada
4. Mewujudkan tertib administrasi kependudukan secara nasional dan
terpadu, dan
5. Menyediakan data kependudukan yang menjadi rujukan dasar bagi
sektor terkait sdalam penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan.
Dalam Undang – Undang Administrasi Kependudukan, setiap
penduduk mempunyai hak untuk memperoleh :
1. Dokumen kependudukan.
2. Pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil.
3. Perlindungan atas data pribadi.
4. Kepastian hukum atas kepemilikan dokumen.
5. Informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil atas dirinya atau keluarganya, dan
6. Ganti rugi serta pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan
dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta
pendayagunaan data pribadi oleh instansi pelaksana.
5. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
a. Pengertian Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
Defenisi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan berdasarkan
Undang – Undang No. 24 Tahun 2013 tentang Sistem Informasi Administrasi
informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi administrasi kependudukan
ditingkat penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu kesatuan.
Defenisi lain mengartikan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan sebagai suatu sistem informasi berbasis web yang disusun
berdasarkan prosedur – prosedur dan memakai standarisasi khusus yang
bertujuan menata sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib
administrasi dibidang kependudukan dan juga membantu bagi petugas dijajaran
Pemerintahan Daerah khususnya Dinas Kependudukan dalam
menyelenggarakan layanan kependudukan.
Adapun Sistem Informasi Administrasi Kependudukan meliputi :46
1. Pendaftaran Penduduk
Sarana untuk untuk membangun basis data dan menerbitkan identitas
bagi setiap penduduk dewasa dengan mencantumkan Nomor Induk
Kependudukan sebagai identitas tunggal. Dari kegiatan pendaftaran
penduduk kemudian diterbitkan tiga dokumen, yaitu :
a. Biodata Penduduk
b. Kartu Keluarga
c. Kartu Tanda Penduduk
2. Pencatatan Sipil
Merupakan sarana untuk mencatat peristiwa penting yang dialami
penduduk dan perlu dilegalisir oleh negara melalui penerbitan
dokumen yang sah menurut hukum yang berlaku dalam bentuk akta
46
Alfiza,
catatan sipil. Beberapa peristiwa penting yang harus dilaporkan
diantaranya :
1. Kelahiran
2. Kematian
3. Perkawinan
4. Perceraian
5. Pengesahan anak
3. Pengelolaan Informasi Kependudukan
Pengelolaan data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil
melalui suatu media atau alat yang akan menjadikannya sebagai
informasi tentang perkembangan penduduk dari waktu ke waktu.
Didalam penerapan SIAK terdapat Nomor Induk Kependudukan (NIK)
yang merupakan nomor identitas penduduk yang bersifat unik, tunggal dan
melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia, yang
berlaku selamanya. Oleh karena itu seseorang tidak bisa memiliki identitas
ganda dengan adanya NIK tersebut.
b. Peranan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan mempunyai peranan
antara lain :47
1. Perkaman, pengiriman dan pengolahan data hasil pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil.
2. Penerbitan NIK Nasional.
47
3. Memfasilitasi validasi dan verifikasi individu penduduk untuk
pelayanan publik lainnya.
4. Penyajian data dan informasi yang mutakhir bagi instansi terkait
dalam rangka perencanaan pembangunan dan pelaksanaan program
pemerintahan.
c. Manfaat Penerapan SIAK
Penerapan SIAK memiliki beberapa manfaat antara lain :
1. Tercapainya tertib administrasi kependudukan, karena dengan
adanya NIK maka permasalahan seperti KTP ganda tidak akan
terjadi.
2. Tercapainya efesiensi dan efektivitas dalam layanan publik, sehingga
masyarakat tidak perlu repot harus bolak – balik untuk mengurus
kepentingan mereka.
3. Terbangunnya landasan bagi pengembangan sistem dimasa yang
akan datang menuju integrasi secara menyeluruh yang diharapkan
dapat diterapkan disemua provinsi di Indonesia secepatnya.
4. Tercapainya Good Corporate Governance dalam Public Service di
Dinas Kependudukan, dimana biasanya masyarakat selalu
beranggapan membuat KTP/KK itu susah karena harus bolak balik
dan ada biayanya yang mahal.
5. Untuk menyediakan data individu penduduk (mikro) dan data
agregat penduduk (makro). Penyediaan data tersebut melalui
Kependudukan Nasional yang dapat menyajikan berbagai profil
kependudukan untuk kepentingan individu, masyarakat, pemerintah
dan kepentingan pembangunan lainnya.
6. Untuk pengolahan data statistik baik yang berhubungan dengan
peristiwa penting (lahir, mati, kawin, cerai dan lainnya) maupun
peristiwa kependudukan (perubahan alamat, pindah datang dan
perpanjangan KTP). Hasil pengolahan data statistik tersebut sebagai
bahan perumusan dan penyempurnaan kebijakan, strategi dan
program bagi para penyelenggara dan pelaksana pembangunan
dibidang kualitas, kuantitas, dan mobilitas penduduk, serta
kepentingan pembangunan lainnya.
6. Pelayanan Publik
a. Pengertian Pelayanan
Istilah Pelayanan berasal dari kata “layani” yang artinya menolong,
menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan
melayani. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan
dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan
manusia.48 Menurut Kotler dalam Sampara Lukman, pelayanan adalah setiap
kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan,
48
danmenawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk
secara fisik.49
Selanjutnya Sampara berpendapat, pelayanan adalah suatu kegiatan
atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang
dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan
pelanggan.50 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan
pelayanan sebagai hal, cara, atau hasil pekerjaan melayani, melayani adalah
menyediakan keperluan orang, mengiyakan, menerima, dan menggunakan.51
Berdasarkan defenisi yang telah disebutkan, maka dapat disimpulkan
bahwa Pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah baik dipusat, didaerah, BUMN, dan BUMD dalam
bentuk barang maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat
sesuai peraturan perundang – perundangan yang berlaku.52
b. Pengertian Pelayanan Publik
Istilah publik berasal dari Bahasa Inggris public yang berarti umum,
masyarakat, dan negara.53 Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi
Bahasa Indonesia Baku menjadi Publik yang berarti umum, orang banyak, dan
ramai. Inu dan kawan – kawan mendefenisikan publik adalah sejumlah
manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan
W. Riawan Tjandra, dkk., Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Pelayanan Publik,
(Yogyakarta : Pembaharuan, 2005), 9.
53
tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai – nilai norma yang merasa
memiliki.54
Dengan demikian, pelayanan publik diartikan, pemberi layanan
(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan
pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah
ditetapkan.55 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63
Tahun 2003 mendefenisikan pelayanan publik adalah segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai
upaya untuk pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksana
ketentuan peraturan perundang-undangan.56
Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik, ditegaskan dalam Pasal 1 butir 1, Pelayanan publik adalah kegiatan
atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang dielenggarakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.57
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pelayanan publik adalah keseluruhan pelayanan yang dilaksanakan oleh
aparatur pemerintahan kepada publik didalam suatu organisasi atau instansi
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan masyarakat itu merasa puas
terhadap pelayanan yang diberikan.
c. Ruang Lingkup Pelayanan Publik
Seperti yang tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun
2012 tentang Pelayanan Publik, ruang lingkup pelayanan publik meliputi:58
a. Pelayanan barang publik
Pelayanan barang publik meliputi:
1. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh
instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
2. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh
suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau
seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan
daerah yang dipisahkan.
3. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang pembiayaannya
tidak bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha
yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber
dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan,
tetapi ketersediaannya menjadi Misi Negara yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan.
58
b. Pelayanan jasa publik
Pelayanan jasa publik meliputi:
1. Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian
atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.
2. Penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal
pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan
negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan.
3. Penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran
pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal
pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan
negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi
ketersediaannya menjadi Misi Negara yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan.
c. Pelayanan administratif
Pelayanan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
c merupakan pelayanan oleh Penyelenggara yang menghasilkan
berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh Masyarakat.
Pelayanan administratif meliputi:
1. Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara
dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka
mewujudkan perlindungan pribadi dan/atau keluarga, kehormatan,
2. Tindakan administratifoleh instansi nonpemerintah yang
diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan
perundang-undangan serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan
penerima pelayanan.
d. Prinsip Pelayanan Publik
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum yang
perlu dipedomani oleh setiap birokrasi publik dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat berdasarkan prinsip – prinsip pelayanan sebagai berikut:59
1. Kesederhanaan, yaitu prosedur dan tata cara pelayanan perlu
ditetapkan dan dilaksanakan secara mudah, lancar, cepat, tepat, tidak
berbelit – belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh
masyarakat yang meminta pelayanan.
2. Kejelasan dan kepastian, yaitu adanya kejelasan dan kepastian dalam
hal prosedur dan tata cara pelayanan, persyaratan pelayanan baik
teknis maupun administratif, unit kerja pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan, rincian biaya atau
tarif pelayanan dan tata cara pembayaran, dan jangka waktu
penyelesaian pelayanan.
3. Keamanan, yaitu adanya proses dan produk hasil pelayanan yang
dapat memberikan keamanan kenyamanan dan kepastian hukum bagi
masyarakat.
59
4. Keterbukaan, yaitu prosedur dan tata cara pelayanan, persyaratan,
unit kerja pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu
penyelesaian, rincian biaya atau tarif serta hal – hal lain yang
berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara
terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik
diminta maupun tidak diminta.
5. Efisiensi, yaitu persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal – hal
yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan
dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan
produk pelayanan.
6. Ekonomi, yaitu pengenaan biaya atau tarif pelayanan harus
ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan : nilai barang dan
jasa pelayanan, kemampuan masyarakat untuk membayar, dan
ketentuan perundang – undangan yang berlaku.
7. Keadilan dan Pemerataan, yaitu Jangkauan pelayanan diusahakan
seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan adil bagi seluruh
lapisan masyarakat.
8. Ketepatan Waktu, yaitu pelaksanaan pelayanan harus dapat
e. Sistem Pelayanan Publik
Sistem pelayanan umum sebenarnya merupakan satu kesatuan faktor
yang dibutuhkan dalam terselenggaranya suatu pelayanan publik. Sistem
pelayanan publik terdiri atas empat faktor, yaitu :60
1. Prosedur dan Metode
Dalam pelayanan publik perlu adanya sistem informasi, prosedur dan
metode yang mendukung kelancaran dalam memberikan pelayanan.
2. Personil
Terutama ditekankan pada perilaku aparatur, dalam pelayanan publik
aparatur pemerintah selaku personil pelayanan harus profesional,
disiplin dan terbuka terhadap kritik dari masyarakat.
3. Sarana dan Prasarana
Dalam pelayanan publik diperlukan peralatan dan ruang kerja serta
fasilitas pelayanan publik misalnya ruang tunggu, tempat parkir yang
memadai, dan lain sebagainya.
4. Masyarakat sebagai pelanggan
Dalam pelayanan publik masyarakat sebagai pelanggan sangatlah
heterogen baik tingkat pendidikan maupun perilakunya.
60
F. Defenisi Konsep
Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,
sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang
sama.61 Tujuan diperlukannya konsep adalah untuk mendapatkan pembatasan
yang jelas dari variabel yang akan diteliti. Adapun defenisi konsep dalam
penelitian ini adalah :
1. Implementasi Kebijakan Publik adalah menetapkan arah agar tujuan
kebijakan publik yang dapat direalisasikan sebagai hasil dari
kegiatan pemerintah di mana kebijakan dioperasionalisasikan dalam
kegiatan – kegiatan yang terencana dan terorganisir, untuk dapat
mencapai standar dan sasaran kebijakan, dengan memperhatikan
lingkungan serta dampak di berbagai bentuk kegiatannya, sebagai
bahan dalam perbaikan perencanaan kebijakan publik ke depannya.
Menurut George C. Edward III Implementasi kebijakan dapat
diamati dengan menggunakan unsur sebagai berikut:
a. Komunikasi, yaitu menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat
dilaksanakan dengan baik jika terjadi komunikasi efektif antara
pelaksana program (kebijakan) dengan para kelompok sasaran.
b. Sumber daya, yaitu menunjuk setiap kebijakan harus didukung
oleh sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia
maupun sumber daya finansial.
c. Disposisi, yaitu menunjuk karakteristik yang menempel erat
kepada implementor kebijakan/program.
61
d. Struktur birokrasi, yaitu menunjuk bahwa struktur birokrasi
menjadi penting dalam implementasi kebijakan. Aspek struktur
birokrasi ini mencakup dua hal penting yang pertama adalah
mekanisme, dan struktur organisasi pelaksana.
2. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan adalah suatu sistem
informasi berbasis web yang disusun berdasarkan prosedur –
prosedur dan memakai standarisasi khusus yang bertujuan menata
sistem administrasi kependudukan sehingga tercapai tertib
administrasi dibidang kependudukan dan juga membantu bagi
petugas dijajaran Pemerintahan Daerah khususnya Dinas
Kependudukan dalam menyelenggarakan layanan administrasi
kependudukan.
3. Pelayanan publik adalah keseluruhan pelayanan yang dilaksanakan
oleh aparatur pemerintahan kepada publik didalam suatu organisasi
atau instansi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan masyarakat
itu merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.
4. Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
dalam meningkatkan pelayanan publik adalah pelaksanaan sistem
informasi yang ditujukan untuk memfasilitasi pelayanan administasi
kependudukan kepada masyarakat seperti pengurusan KK, KTP,
G. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori,
defenisi konsep, serta sistematika penulisan.
BAB II : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini terdiri dari bentukpenelitian, lokasi
penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Pada bab ini terdiri dari gambaran umum atau karakteristik
lokasi penelitian yang mencakup, visi dan misi, tugas dan
fungsi, serta struktur organisasi.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Pada bab ini terdiri dari data – data yang diperoleh selama
penelitian dilapangan dan dokumen – dokumen yang akan
dianalisis.
BAB V : ANALISIS DATA
Pada bab ini memuat pembahasan dan interpretasi dari
BAB VI : PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh