• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Permainan Monopoli Gizi Tentang Pola Makan Seimbang Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 060902 Mangkubumi Kota Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Permainan Monopoli Gizi Tentang Pola Makan Seimbang Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SDN 060902 Mangkubumi Kota Medan Tahun 2016"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Pola Makan Seimbang

Pola makan adalah perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhan zat gizi yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial-budaya dan pendidikan. Pola makan seimbang adalah kebiasaan makan yang memenuhi kebutuhan semua zat gizi, seperti zat tenaga (karbohidrat dan lemak), zat pembangun (protein) dan zat pengatur (vitamin dan mineral). Pola makan seimbang haruslah bervariasi dan seimbang dari kuantitas maupun kualitas makanan itu sendiri. Bervariasi yang dimaksud yaitu di dalam porsi makanan ada semua zat gizi dan kuantitasnya seimbang, sehingga tidak ada satu jenis zat gizi yang berlebihan dalam porsi makanan.

2.1.1 Pola Makan Seimbang Pada Anak Sekolah Dasar

Pola makan yang baik pada anak usia sekolah dibentuk dari sejak dini, yang dapat dimulai saat anak diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan mengenalkan padanya makanan yang mengandung zat gizi walaupun pada saat itu anak belum mengerti manfaat dari hal tersebut. Pembentukan pola makan pada anak dimulai dari pola makan di dalam keluarga, jika orangtua suka makan sayur dan buah, anak pasti suka, begitupun sebaliknya.

(2)

Makanan yang dikonsumsi secara seimbang zat gizinya oleh anak usia sekolah sesuai kebutuhan dan kecukupan dapat membuat pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal, peningkatan kecerdasan intelektual dan menurunkan resiko penyakit degeneratif di masa mendatang. Makanan seimbang adalah setiap makanan yang dimakan oleh anak terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah yang jadwal makannya tiga kali sehari makanan utama, dua kali selingan dan susu cukup dua kali sehari.

Gizi seimbang untuk anak sekolah harus memenuhi zat gizi makro dengan karbohidrat 45-65 persen total energi, protein 10-25 persen total energi dengan perbandingan protein hewani dan nabati = 2:1, lemak 25-40 persen total energi, selain itu harus memenuhi kebutuhan zat gizi mikro seperti halnya vitamin dan mineral (Devi, 2012).

Beberapa zat gizi diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal :

1. Energi dan protein dapat diperoleh dari makanan pokok seperti nasi, mi, roti dan biskuit, sedangkan protein dapat diperoleh dari lauk pauk seperti ikan, daging, ayam, telur, tempe, tahu, dan kacang-kacangan. Dengan tercukupinya kebutuhan energi dan protein sesuai kebutuhan dapat mencegah terjadinya gizi kurang dan kegemukan pada anak.

(3)

3. Kalsium dapat diperoleh dari susu, ikan, kacang-kacangan. Zat besi dapat diperoleh dari ikan, ayam, daging, tempe, oncom, kacang-kacangan, sayuran hijau yang dapat membantu pertumbuhan tulang dan mencegah anemia.

Menu yang disiapkan untuk anak sekolah harus disesuaikan dengan kebutuhan, kesukaan dan kebiasaan mereka serta bervariasi sesuai dengan selera makan. Hal yang perlu diperhatikan dalam menu makanan anak sekolah yaitu harus selalu ada lima sumber zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Menu anak sekolah harus memenuhi kecukupan kalori sebanyak 1.550-2.400 kkal per hari.

2.2 Pendidikan Gizi

Pendidikan diberikan kepada setiap orang dengan memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan. Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(4)

WHO secara umum yaitu mendorong terjadinya perubahan perilaku yang positif yang berhubungan dengan makanan dan gizi.

Jurnal tentang pengaruh pemberian pendidikan gizi terhadap peningkatan pengetahuan gizi pada anak sekolah dasar (Candra, 2014) menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan gizi subjek sebelum dan setelah intervensi pemberian pendidikan gizi adalah sebesar 47,53% (kurang) dan 67,59% (baik). Peningkatan tingkat pengetahuan gizi subjek sebesar 20,06%. Berdasarkan hasil uji statistik paired t test, terdapat perubahan pengetahuan gizi yang signifikan antara sebelum dan setelah intervensi (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa intervensi pendidikan gizi yang diberikan selama sebelas hari memberikan pengaruh terhadap pengetahuan gizi subjek.

(5)

2.2.1 Langkah-langkah Perencanaan Pendidikan Gizi

Ada lima langkah merencanakan pendidikan gizi (Supariasa, 2013) yaitu: 1. Identifikasi Masalah

Dalam langkah identifikasi masalah, dilakukan pengkajian terhadap: a. Keberadaan dan penyebab masalah.

b. Karakteristik populasi. c. Kondisi geografis. 2. Diagnosis Masyarakat

Dalam rangka perencanaan materi dan teknik pendidikan, beberapa hal yang harus diketahui, yaitu:

a. Pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat.

b. Perilaku spesifik yang berhubungan dengan masalah gizi.

c. Masalah politik, sosial, budaya, ekonomi, kependudukan, pendidikan, dan lain sebagainya.

d. Organisasi sosial yang ada di masyarakat. e. Tokoh masyarakat atau key person.

f. Tenaga, keuangan, dan fasilitas yang tersedia. 3. Penetapan Tujuan

(6)

4. Pengembangan Rencana Operasional

Ada beberapa hal yang perlu dikembangkan secara operasional, yaitu: a. Materi yang akan disampaikan sesuai dengan masalah yang ada.

b. Siapa sasaran pendidikan gizi, apakah pengambil kebijakan, guru sekolah, orang tua dan sektor swasta lainnya, seperti perusahaan makanan, restoran, dan rumah sakit.

c. Pendidik

Pendidik dapat ahli gizi, dietesien, perawat, bidan, dokter, dan penyuluh kesehatan lainnya.

d. Saluran

Pendidikan gizi dapat dilakukan melalui jalur rumah sakit, puskesmas, sekolah, media elektronik, mediacetak, pameran, dan melalui jalur instansi pemerintah.

e. Metode

Metode yang digunakan dapat pendekatan individu, kelompok, dan massa.

f. Evaluasi

Evaluasi didasarkan pada tujuan yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, tujuan harus dapat diukur. Jenis evaluasi berdasarkan waktu dapat berupa evaluasi jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

g. Pengembangan Kegiatan

(7)

2.2.2 Pendidikan Gizi di Sekolah Dasar

Pendidikan gizi dilakukan dari sedini mungkin yang dimulai dari anak tingkatan sekolah dasar. Menurut Suhardjo (1996), ada beberapa keuntungan melakukan pendidikan gizi di sekolah yaitu:

1. Anak-anak mempunyai pemikiran yang terbuka dan pengetahuan yang diterima dapat menjadi dasar pembinaan bagi kebiasaan makannya.

2. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar dan ingin mempelajarinya lebih jauh.

Tujuan dilakukannya pendidikan gizi di sekolah bagi anak-anak yaitu: 1. Dapat meningkatkan kesehatan dan tumbuh kembang fisik anak.

2. Dapat membentuk kebiasaan makan dan pemilihan makanan yang baik bagi anak.

3. Dapat meningkatkan pengetahuan anak tentang makanan bergizi bagi kesehatan.

4. Dapat membantu anak dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang gizi, dari cara produksi, pengolahan, pengawetan, penyimpanan, pemilihan makanan yang ada kaitannya dengan konsumsi zat gizi.

2.3 Media Pendidikan Gizi

(8)

antara yang satu dengan lainnya (multimedia). Media dapat dibuat melalui software komputer dan kemudian dicetak atau dapat ditampilkan dalam bentuk

gambar dan video. Media dalam pendidikan gizi sangat penting karena dapat mempermudah penyampaian pesan, memperjelas pesan yang akan disampaikan dan menambah efektivitas proses pendidikan gizi (Supariasa, 2013). Media pendidikan gizi harus menarik, disesuaikan dengan sasaran didik, mudah ditangkap, singkat dan jelas, sesuai dengan pesan yang akan disampaikan dan harus sopan.

2.3.1 Hakikat dan Sejarah Permainan Monopoli

(9)

Monopoli adalah salah satu permainan papan yang paling terkenal di dunia. Tujuan permainan ini adalah untuk menguasai semua petak di atas papan melalui pembelian, penyewaan dan pertukaran property dalam system ekonomi yang disederhanakan.

Permainan ini masuk kedalam kategori “board games” seiring dengan

munculnya ludo, halma, ular tangga dan sebagainya. Bisa dilihat bahwa permainan Monopoli pada umumnya memiliki peraturan yang sulit, namun mendidik dan menghibur anak-anak dengan cara yang positif dan interaktif.

Setiap pemain melemparkan dadu secara bergiliran untuk memindahkan bidaknya, dan apabila ia mendarat di petak yang dimilik oleh pemain lain, ia dapat membeli petak itu sesuai harga yang tertera. Bila petak itu saudah dibeli pemain lain, ia harus membayar uang sewa yang jumlahnya juga sudah ditetapkan.

Sebelum monopoli sudah ada permainan-permainan yang serupa, diantaranya adalah The Landlord’s Game yang diciptakan oleh Elisabeth Magie untuk mempermudah orang mengerti bagaimana tuan-tuan tanah memperkaya dirinya dan mempermiskin para penyewa. Magie memperkenalkan permainan ini ditahun 1904.

Walaupun permainan ini dipatenkan, tidak ada produsen yang memproduksinya secara luas sampai tahun 1910 oleh The Economic Game Company di New York.Di Britania Raya permainan ini diterbitkan pada tahun

(10)
(11)

Pengetahuan gizi adalah hasil dari suatu pendidikan gizi yang dapat merubah perilaku gizi seseorang baik dalam pemilihan makanan, pola makan dan kesadaran terhadap kebiasaan makan. Didalam penelitian Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja (Anisa, 2012) bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang tinggi tentang pola makan sebanyak 47 (50,5%)responden, mayoritas responden dengan tingkat pengetahuan tentang pola makan berkategori baik tidak mengalami obesitas yaitu sebanyak 40 (67,8%). Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai X2 sebesar 22,43 yang lebih besar dari X2 tabel (df=2) yaitu sebesar 5,99 dan p-value sebesar 0,000 < α =0,05 maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pola makan dengan kejadian obesitas.

(12)

Korelasi Momen dalam program SPSS 17 didapatkan hasil nilai pearson correlation antara pengetahuan gizi dengan pola makan menunjukkan angka 0,285. Angka tersebut menunjukkan adanya korelasi dan positif yang artinya adanya hubungan antara pengetahuan gizi terhadap pola makan pada mahasiswa yang aktif berolahraga.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan jenis kuesioner yang bersifat self administered questioner yaitu jawaban diisi sendiri oleh responden. Dan bentuk pertanyaanya berupa pilihan berganda.

2.5 Sikap Gizi

Sikap menurut Sarwono (2009), adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sedangkan Newcomb, salah seorang ahli pskologi social menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, daan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmojo,2010).

(13)

siakp positif. Sedangkan jika perasaan tidak senang, sikap negative. Kalau tidak timbul perasaan apa-apa, berarti sikapya netral (Sarwono, 2009).

Berdasarkan pengertian yang diuraikan diatas dapat diartikan bahwa sikap gizi adalah respon tertutup seseorang mengenai pola makan seimbang meliputi kebutuhan dalam pemenuhan gizi seimbangpada anak sekolah dan sumber-sumber zat gizi yang dibutuhkan..

Menurut Azwar (2012), pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “ tidak setuju “ terhadap pernyataan-pernyataan

terhadap objek tertentu.

2.6 Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar adalah anak berumur 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun yang berada pada tahap pendidikan awal. Anak sekolah dasar adalah anak yang tetap mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial dan intelektual. Anak-anak pada usia ini tetap masih dalam masa pertumbuhan yang biasanya berkaitan dengan peningkatan masukan dan nafsu makan.

(14)

persentase lemak tubuh mencapai minimum 16% pada perempuan dan 13% pada laki-laki (Sulistyoningsih, 2012).

Menurut Sulistyoningsih (2012) karakteristik kognitif yang dimiliki anak usia sekolah pada perkembangan kognitifnya yaitu:

1. Anak sudah mampu memberikan perhatian pada beberapa aspek. 2. Anak mulai memiliki alasan rasional dan sistematik.

3. Anak mulai mengembangkan rasa percaya diri sendiri, semakin mandiri dan mempelajari perannya dalam keluarga, di sekolah maupun di masyarakat. 4. Egosentris anak mulai berkurang, anak mulai dapat menerima pendapat orang

lain.

5. Terkait dengan pola makan, anak mulai menyadari pentingnya makanan bergizi untuk pertumbuhan dan kesehatan, meyakini pentingnya waktu makan, serta mulai timbul konflik dalam pemilihan waktu makan.

6. Pengaruh lingkungan terhadap anak mulai meningkat. 7. Hubungan peer meningkat sangat penting.

Anak usia ini sering dianggap sedang memasuki fase Johnny won’t eat (Adriani dan Wirjatmadi, 2014). Sehingga membuat orangtua khawatir setiap kali anak tidak mau makan. Ada beberapa cara untuk membuat anak mau makan, yaitu:

1. Orangtua hendaknya memerhatikan porsi yang pantas untuk anak. Tidak perlu memberi porsi yang langsung banyak, secukupnya saja, apabila anak dapat menghabiskannya berikan dia pujian.

(15)

3. Sajikan makanan ketika anak sedang lapar.

4. Pola makan orang tua sebaiknya memenuhi anjuran gizi seimbang sehingga dapat diterapkan pada anak-anaknya, karena biasanya anak mengikuti kebiasaan orangtuanya dan juga kebiasaan makan yang baik ditanamkan sejak kecil sehingga dapat terus diterapkan hingga dewasa.

5. Ciptakan suasana yang hangat antara orangtua dan anak, karena hal tersebut dapat meningkatkan nafsu makan anak.

2.6.1 Faktor yang Memengaruhi Kebiasaan Makan Anak Sekolah Dasar Makan dapat dijadikan media oleh orangtua untuk mendidik anak supaya dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang dikonsumsi yang baik bagi kesehatan dan menentukan jumlah makanan yang cukup dan bermutu untuk dikonsumsi. Pada anak dapat dibina kebiasaan yang baik tentang makan dan melalui cara pemberian makan yang teratur sehingga anak makan sesuai waktu yang sudah lazim ditentukan, sehingga anak tidak terkena penyakit yang berhubungan dengan pencernaan seperti maag.

Manusia hidup bermasyarakat atau membentuk kelompok hidup bersama, memiliki pola makan dan kebiasaan makan seperti kelompoknya. Pola budaya, agama, taraf ekonomi, lingkungan alam dan sebagainya. Kebiasaan makan individu, keluarga, dan masyarakat dipengaruhi oleh:

(16)

2. Faktor lingkungan sosial, seperti tingkat pendidikan.

3. Faktor lingkungan ekonomi, seperti pendapatan dan daya beli.

4. Lingkungan ekologi, seperti kondisi tanah, iklim dan lingkungan biologi. 5. Faktor ketersediaan bahan makanan,dipengaruhi oleh kondisi yang bersifat

hasil karya manusia seperti sistem pertanian, prasarana dan sarana kehidupan. 6. Faktor perkembangan teknologi seperti bioteknologi yang menghasilkan jenis-jenis bahan makanan yang lebih praktis dan lebih bergizi, menarik dan awet jika disimpan dalam waktu yang lama.

Jadi dapat dikatakan bahwa pola makan anak sangat dipengaruhi oleh pola makan keluarganya sendiri atau di lingkungan masyarakat tempat anak tinggal. Oleh karena itu, di lingkungan anak hidup terutama keluarga perlu pembiasaan makan yang memerhatikan kesehatan dan gizi.

TV menjadi salah satu media elektronik yang berdampak cukup besar dalam memengaruhi kebiasaan makan anak. Hal ini dikarenakan sangat seringnya anak-anak menonton TV yang terkadang di sela-sela acaranya ada iklan-iklan terutama iklan makanan. Menurut Merryana dan Bambang (2014), pengaruh TV terhadap kebiasaan makan dapat terjadi melalui dua proses, yaitu:

(17)

2. Makanan dalam iklan TV sering kali ditampilkan dalam rangka menunjang suatu aktivitas. Jadi tidak sekedar memenuhi rasa lapar, karena terlalu banyaknya aktivitas dalam hidup seseorang maka jenis-jenis makanan yang menyertai aktivitas itu pun akan semakin banyak dan bila makanan tersebut bersifat low density nutrients maka ada kemungkinan kasus obesitas akan segera muncul.

Pengetahuan tentang makanan sehat dan bergizi dalam memenuhi konsumsi makanan sehari-hari sangat penting, karena pendidikan gizi sulit berhasil bila tidak disertai peningkatan pengetahuan mengenai sikap, kepercayaan dan nilai-nilai dari masyarakat atau keluarga yang akan dijadikan sasaran dan cara mereka menerapkan hal tersebut kepada anak-anaknya.

2.6.2 Perilaku Gizi yang Salah Pada Anak Sekolah Dasar

Ketidaktahuan akan gizi yang baik pada anak ataupun orangtua karena rendahnya pendidikan gizi tentang makanan yang baik bagi anak menyebabkan perilaku salah dalam mengonsumsi zat gizi. Berikut beberapa perilaku gizi yang salah pada anak sekolah (Devi, 2012).

1. Tidak Mengonsumsi Menu Gizi Seimbang

(18)

rebus saja. Berarti zat gizi yang terpenuhi hanya dari karbohidrat, protein dan lemak, tidak ada vitamin dan mineral yang di dapat dari sayur dan buah. 2. Tidak Sarapan Pagi

Sarapan pagi sangat penting bagi anak sekolah, karena hal tersebut dapat memenuhi energi mereka untuk berkonsentrasi saat belajar, bermain bersama teman dan menggantikan energi yang hilang saat mereka bangun di pagi harinya. Sekarang ini banyak orangtua yang bekerja, yang tidak memiliki waktu untuk menyiapkan sarapan pagi untuk anaknya ke sekolah sehingga banyak anak sekolah yang tidak terbiasa makan pagi ataupun sarapan di waktu yang telat.

Akibatnya, kebutuhan gizi anak tidak tercukupi, anak kekurangan tenaga untuk berpikir dan beraktivitas, tidak dapat konsentrasi, cenderung malas, dan badan lemas. Hal ini akan membuat anak sangat tidak nyaman berada di sekolah dan akhirnya anak hanya “bermain-main” saja ketika guru

sedang mengajar.

3. Jajan Tidak Sehat di Sekolah

(19)

4. Kurang Mengonsumsi Buah dan Sayur

Anak sekolah di Indonesia pada umumnya kurang mengonsumsi sayuran dan buah. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran anak dan orangtua akan pentingnya zat gizi dari buah dan sayuran. Kurangnya mengonsumsi sayur dan buah merupakan pola makan yang salah, karena tidak memenuhi menu gizi seimbang dan berakibat pada kesehatan anak sekolah. Anak sekolah bisa saja mengalami kekurangan vitamin A, vitamin C, besi, kalsium dan seng yang berakibat pada pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak serta prestasi anak di sekolah.

5. Mengonsumsi Fast Food dan Junk Food

Fast food dan junk food adalah makanan yang tidak memenuhi gizi

seimbang, bahkan berbahaya bagi kesehatan karena padat kalori dan tingginya kandungan lemak terutama asam lemak jenuh yang akan menyebabkan kegemukan dan tingginya kolestrol darah. Tinggi garam menyebabkan aliran dan tekanan darah meningkat yang berakibat pada hipertensi, ginjal dan stroke. Kandungan gula yang tinggi dapat menyebabkan diabetes, karies gigi dan obesitas.

6. Mengonsumsi Makanan Beresiko

(20)

2.6.3 Masalah Gizi Pada Anak Sekolah Dasar 1. Anemia defisiensi gizi

Pada anak yang sering jajan biasanya susah untuk menyantap makanan lain yang tinggi zat gizi lain seperti zat besi, sehingga kandungan zat besi dalam tubuhnya sangat rendah. Hal ini dapat diatasi dengan mengubah pola makan anak secara perlahan dan memberikan suplementasi zat besi.

2. Defisiensi yodium

Hal ini biasanya terjadi pada anak yang tinggal di daerah endemik gondok dan daerah dataran tinggi yang sumber makanannya rendah zat yodium yang dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan fisik dan mental anak serta syaraf.

3. Karies gigi

Pada anak hal ini sering terjadi karena terlau sering mengonsumsi makanan tinggi gula seperti permen dan minuman manis serta perilaku tidak menggosok gigi.

4. Obesitas

(21)

5. Berat badan kurang

Terjadinya berat badan kurang pada anak memiliki faktor yang kompleks. Bisa aja anak selalu sakit-sakitan sehingga tidak memiliki selera makan, tidak selalu tersedia makanan dirumah, sering tidak sarapan pagi dan keadaan dirumah saat makan bersama keluarga membuat anak tidak selera makan.

2.7 Kerangka Konsep

Pendidikan gizi tentang pola makan seimbang disampaikan melalui permainan Monogi. Konsep dari permainan Monogi adalah salah satu permainan yang berisi petak-petak sumber zat gizi lengkap mencakup sumber zat tenaga (karbohidrat dan lemak), zat pembangun (protein) dan zat pengatur (vitamin dan mineral) yang terdapat pada papan permainan dan pemain diharuskan mengumpulkannya untuk satu porsi makan dengan zat gizi lengkap secepat mungkin. Gambar di dalam kartu dibuat dengan sederhana dan warna yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk memainkannya. Dari media yang digunakan, dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar SDN 060902 Mangkubumi Medan tentang pola makan seimbang.

Berdasarkan beberapa kajian teori dan tujuan penelitian, maka kerangka konsep penelitian yang disusun adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Permainan Monogi Pengetahuan dan Sikap

Gambar

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Al Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Journal of Islamic Economics) is a peer-reviewed journal published by State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Distributor Alat Penetas Telor Ayam Untuk Pemesanan Silakan SMS : 081 945

(2) Perbedaan penentuan awal waktu subuh menurut kedua organisasi; (a) In- terpretasi terhadap ayat al-Qur’an dan hadis Nabi saw khususnya yang berkaitan dengan fajar

Stephanie Indriasari Dwi Ardhani (2005) Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Bumi Dan Bangunan Surakarta Motivasi,

Dalam metode ijtihad politik, aktivis HTI terlebih dahulu mengetahui fakta (realitas) atas persoalan yang akan digali hukumnya, kemudian mengetahui nash- nash syara’ yang

Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh. dengan menggunakan nilai table tinggi densitas dengan

Sejatinya makna yang di tangkap dari manaqib adalah cerita atau kisah yang bagus atau baik 17 , jadi bila melihat dari sini, dapatlah di nilai bahwa kitab manaqib

 Departemen Agama, Al-qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Artinya sesuatu yang membawa kepada kebinasaan, kehancuran, kematian dan sebagainya. Ayat ini mempunyai