• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Motivasi Dengan Prestasi Kerja Karyawan Pada Pt Perkasa Internusa Mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Motivasi Dengan Prestasi Kerja Karyawan Pada Pt Perkasa Internusa Mandiri"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam dunia usaha yang semakin lama semakin berkembang persaingan

merupakan hal yang biasa, hanya perusahaan yang memiliki keunggulan yang

kompetitif yang dapat bertahan dan berkembang untuk memenangkan persaingan.

Untuk itu, dibutuhkan peran manusia sebagai sumber daya penting dalam

mencapai sumber daya organisasi yang mempunyai perbedaan karakteristik

dengan sumberdaya lainnya. Sumber daya manusia sangat penting bagi

perusahaan Pada berbagai bidang khususnya berorganisasi, faktor sumber daya

manusia merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya.

Sumber daya manusia merupakan salah satu persiapan yang diperlukan

guna mengantisipasi perdagangan bebas, dimana sumber daya manusia yang

tangguh dan berdaya saing tinggi dapat dijadikan suatu keunggulan di suatu

negara. Seperti, Pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia

adalah pembangunan manusia seutuhnya yang bertujuan untuk mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945. Sumberdaya manusia yang mampu, cakap, dan terampil serta

memiliki keinginan untuk bekerja dengan giat dalam usaha mencapai hasil kerja

yang optimal merupakan modal penting perusahaan di dalam suatu perusahaan

(Mangkuprawira, 2003).

Peranan manusia memang tidak dapat digantikan oleh alat yang paling

canggih sekalipun. Dari hal tersebut maka manusia merupakan faktor terpenting

dalam menunjang keberhasilan suatu organisasi. Sesempurnanya apapun suatu

organisasi, baik dalam segi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun

sarana teknologi yang dimiliki, semua itu tak akan bisa berjalan apabila tidak ada

faktor manusia sebagai penggerak. Memang perlu ditekankan bahwa pegawai

sebagai sumber daya yang potensial tidak dapat begitu saja disamakan dengan

(2)

kodrat manusia bahwa mereka dapat merasakan sakit, jemu, malas dan tidak puas.

Oleh karena sifat-sifat dan kodrat yang melekat pada diri manusia itulah maka

perlu penanganan secara khusus mengenai pemanfaatan sumber daya manusia

tersebut, untuk itu berbagai macam usaha selalu harus dilakukan agar dapat

mempertinggi peranan serta kualitas manusia.

Salah satu indikator manusia berkualitas adalah mempunyai prestasi kerja

tinggi. Prestasi kerja ini sangat diperlukan oleh berbagai lembaga-lembaga

pemerintahan maupun swasta. Pegawai atau karyawan yang memiliki prestasi

kerja tinggi akan selalu sadar secara penuh mengenai tanggung jawabnya

masing-masing dan berusaha melaksanakan segala tugas yang diberikan kepadanya

dengan baik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya untuk mendapatkan

hasil kerja yang maksimal. Sebaliknya apabila seorang pegawai tidak mempunyai

prestasi kerja hanya akan memberikan dampak negatif bagi pegawai itu sendiri

maupun lembaga tempat ia bekerja. Untuk itu peningkatan prestasi kerja seorang

pegawai sangat perlu dilakukan baik secara individu maupun secara kelompok

sebagai upaya untuk meningkatkan hasil kerja yang lebih baik.

Prestasi kerja merupakan faktor penting untuk mendukung keberhasilan

suatu pekerjaan seseorang baik dalam kapasitas pribadi maupun sebagai seorang

anggota suatu organisasi/lembaga. Banyak akibat yang tidak menguntungkan bagi

organisasi disebabkan oleh prestasi kerja yang rendah. Akibat-akibat yang

ditimbulkan dari kurangnya prestasi kerja yang dimiliki seorang pegawai

umpamanya terjelma dalam berbagai bentuk tindakan dan perbuatan yang

dilakukan setiap hari seperti kelambatan dan kelalaian dalam bekerja, ketepatan

dalam kehadiran pada jam-jam kerja, bekerja dengan seenaknya, dan sebagainya.

Prestasi kerja seorang pegawai sangat ditentukan oleh adanya motivasi.

Motivasi merupakan kekuatan atau sebagai pendorong seseorang untuk

melakukan suatu kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan nyata yaitu

dalam bekerja. Dengan demikian semakin tinggi motivasi yang dimiliki dalam diri

seorang pegawai, maka akan semakin tinggi pula prestasi kerja yang dihasilkan

dan begitu pula sebaliknya, semakin rendah motivasi yang dimiliki oleh seorang

(3)

Motivasi merupakan hal yang sangat berperan penting dalam

meningkatkan suatu aktifitas kerja seorang pegawai guna mencapai hasil kinerja

yang lebih baik, sebab seorang pegawai yang mempunyai motivasi tinggi akan

selalu berusaha dengan semaksimal dan sebaik mungkin dalam menyelesaikan

setiap pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Setiap orang/pegawai mau bekerja

pasti ada faktor yang mendorong dari dalam dirinya untuk melaksanakan suatu

aktifitas kerja. Dimana motivasi merupakan kondisi yang mendorong seseorang

untuk melaksanakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi maupun

tujuan individual. Dengan adanya motivasi yang tinggi dalam diri seorang

pegawai akan mendorong semangat kerja untuk dapat menyelesaikan

tugas-tugasnya dengan baik dan tepat waktu. Motivasi kerja yang diharapkan dari

seorang karyawan adalah bahwa fungsi dari motivasi tersebut dapat

mempengaruhi prestasi kerjanya. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya

menumbuhkan gairah serta semangat kerja karyawan agar mau bekerja keras dan

mengembangkan segala kemampuan, pikiran, tenaga, dan keterampilan yang

dimiliki untuk mewujudkan tujuan perusahaan.

Mengacu pada kondisi di atas, penting bagi pihak perusahaan untuk dapat

mengelola sumber daya manusianya melalui manajemen yang baik dengan

memberikan kesempatan karyawan untuk maju sehingga karyawan akan

mendapatkan kepuasan tersendiri dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan acuan

dalam mengaktifkan motivasi karyawan agar dapat bekerja dengan giat untuk

meningkatkan prestasi kerja karyawan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan

serta menjaga eksistensi perusahaan. Kemajuan perusahaan juga tidak terlepas

dari manajemen perusahaan dalam menggunakan sumberdaya berupa material

maupun finansial sebagai sarana pencapaian tujuan yaitu mensejahterakan

anggotanya.

PT Perkasa Internusa Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak di

bidang properti management. Perusahaan ini memberikan beragam pelayanan

kepada khalayak luas khususnya di wilayah Medan. Karyawan menjalankan tugas

dan kewajibannya sesuai ketentuan yang berlaku sehingga PT Perkasa Internusa

(4)

ialah motivasi menyebabkan pelaksanaan kerja dan pencapaian prestasi yang lebih

baik atau sebaliknya. Sehubungan dengan hal itu maka diadakan penelitian lebih

jauh terhadap hubungan antara motivasi dengan prestasi kerja pada karyawan PT Perkasa Internusa Mandiri Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Perusahaan tidak saja mengharapkan sumberdaya manusia yang dimiliki

itu terampil, tetapi juga dapat bekerja dengan giat dan dapat mencapai hasil yang

telah ditentukan oleh perusahaan. Kemampuan dan kecakapan serta keterampilan

tidak berarti sumber daya manusia tersebut tidak mempunyai semangat kerja yang

tinggi.

Suatu perusahaan perlu memperhatikan aspek manajemen sumber daya

manusia terutama aspek motivasi. Manajer perusahaan harus menyadari

pemberian motivasi merupakan faktor yang menentukan dalam usaha peningkatan

kinerja dan prestasi karyawan pada perusahaan. Oleh karena itu manajer merasa

perlu memberikan dorongan motivasi yang tepat, guna memperbaiki manajemen

mutu perusahaan dan segera mencari tahu tentang berbagai kebutuhan dan

harapan yang dapat meningkatkan kepuasan kerja dan motivasi kerja guna

mencapai tujuan perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka masalah yang dirumuskan berkaitan

dengan Hubungan antara motivasi dan prestasi kerja karyawan adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana tingkat motivasi karyawan PT Perkasa Internusa Mandiri Medan

selama ini?

2. Bagaimana pencapaian prestasi kerja karyawan PT Perkasa Internusa Mandiri

Medan selama ini?

3. Bagaimana hubungan antara motivasi karyawan dengan prestasi kerja

(5)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis tingkat motivasi karyawan PT Perkasa Internusa Mandiri Medan

selama ini.

2. Menganalisis prestasi yang dicapai karyawan PT Perkasa Internusa Mandiri

Medan selama ini.

3. Menganalisis hubungan antara motivasi dengan prestasi kerja karyawan PT

Perkasa Internusa Mandiri Medan.

1.4 Manfaat Penelitian a. Manfaat Subyektif

Sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan

berpikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam menyusun berbagai

kajian literatur untuk menjadikan suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah

kepustakaan pendidikan.

b. Manfaat Akademis

Hasil penelitian dan penulisan skripsi ini akan memberikan kontribusi kepada

perkembangan ilmu administrasi negara, dapat dijadikan sebagai bahan masukan

pelengkap referensi maupun bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin

mengadakan penelitian di bidang yang sama.

c. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis akan memberikan masukan atau referensi

bagi semua kalangan terkhusus PT Perkasa Internusa Mandiri terutama manajer

bahwa memberi motivasi kepada karyawan sangat penting untuk meningkatkan

prestasi kerja karyawan dalam menjalankan tugas agar tercapainnya tujuan

(6)

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Pengertian Sumber Daya Manusia

Perusahaan sebagai suatu badan usaha beroperasi dengan

mengkombinasikan sumber dayanya melalui cara-cara yang tepat dalam upaya

menghasilkan produk dan atau jasa. Nawawi (2005) mengklasifikasikan sumber

daya yang dimiliki perusahaan menjadi empat tipe, yaitu sumber daya finansial,

sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan sumber daya kemampuan teknologi.

Sumber daya manusia menempati posisi strategis dari keempat sumber daya

tersebut

Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, peran manusia dalam

organisasi sangat besar dalam proses produksi yang merupakan aset perusahaan.

Manusia merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha organisasi untuk

mencapai tujuan organisasi, dalam rangka mencapai profitabilitas di masa yang

akan datang (Nawawi, 2005) Hasibuan (2001) mendefinisikan sumber daya

manusia sebagai kemampuan terpadu dari daya pikir dan fisik yang dimiliki

individu, dimana perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan

lingkungannya. Sumber daya manusia seringkali disebut sebagai tenaga kerja

dalam sebuah perusahaan. Menurut Pasal 1 Undang- Undang No.14 Tahun 1969

dikutip oleh Hasibuan (2001), tenaga kerja diartikan sebagai tiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Adapun

ciri khas hubungan kerja adalah tenaga kerja tersebut bekerja di bawah perintah

orang lain dengan menerima balas jasa.

Mengingat pentingnya sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan

maka sumber daya manusia perlu ditangani dan dikelola dengan tepat oleh

manajemen sehingga dapat memberikan hasil kerja yang optimal bagi perusahaan

demi terwujudnya tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

1.5.2 Pengertian Manajemen Sumberdaya Manusia

Hasibuan (2001) mendefinisikan manusia sebagai motor penggerak setiap

(7)

perencana dan penentu terwujudnya kegiatan organisasi. Tujuan tersebut tidak

akan tercapai tanpa adanya peran serta aktif sumber daya manusia, meskipun

alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggihnya. Mengatur karyawan tidaklah

mudah, karena mereka mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, dan latar

belakang yang heterogen yang dibawa ke dalam organisasi.

Dessler (1997) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia

merupakan serangkaian kebijakan dan praktik yang dibutuhkan seseorang untuk

menjalankan aspek "orang" atau sumber daya manusia dari posisi seorang

manajemen, meliputi perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan

penilaian. Stoner dan Freeman (1994) menyatakan bahwa manajemen sumber

daya manusia mencakup tujuh kegiatan dasar yaitu perencanaan sumber daya

manusia, rekrutmen, seleksi, sosialisasi, pelatihan serta pengembangan, penilaian

prestasi, promosi, pemindahan, demosi, dan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu ilmu yang mengatur

hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan membantu terwujudnya

tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat (Hasibuan, 2001).

Fungsi-fungsinya terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian,

pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,

kedisiplinan, dan pemberhentian. Tujuannya adalah agar perusahaan mendapatkan

rentabilitas harga yang lebih besarsuatu ilmu yang mengatur hubungan dan

peranan tenaga kerja agar efektif dan membantu terwujudnya tujuan perusahaan,

karyawan, dan masyarakat (Hasibuan, 2001). Fungsi-fungsinya terdiri

dariperencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan,

pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan

pemberhentian. Tujuannya adalah agar perusahaan mendapatkan rentabilitas harga

yang lebih besar daripada persen bunga bank.

Karyawan bertujuan mendapatkan kepuasan dari pekerjaannya, dan

masyarakat bertujuan memperoleh barang dan jasa yang baik dengan harga yang

wajar dan selalu tersedia di pasar, sedangkan pemerintah mengharapkan selalu

mendapatkan pajak (Hasibuan, 2001). Flippo (1994) mendefinisikan manajemen

(8)

pengendalian dari pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, integrasi,

dan pemeliharaan tenaga kerja untuk tujuan membantu atau menunjang tujuan

orang, individu, dan sosial.

Beberapa pendapat ahli di atas pada prinsipnya memiliki perumusan yang

sama terhadap pengertian manajemen sumber daya manusia. Manajemen sumber

daya manusia adalah suatu penerapan fungsi manajemen yaitu

fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penentuan staf serta kepemimpinan, dan

pengendalian. Sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan dan

fungsi-fungsi tersebut digunakan untuk melaksanakan tindakan pengadaan,

pengembangan, pemeliharaan, dan pendayagunaan sumber daya manusia.

Rumusan yang menekankan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan

suatu seni, disamping sebagai ilmu, mengandung arti bahwa dalam mencapai

tujuan yang diinginkan (organisasi), seorang pimpinan atau manajer amat

tergantung pada kemampuannya untuk mempengaruhi orang-orang yang ada

dibawahnya oleh sebab itu, sering dikatakan bahwa manajemen adalah seni

mempengaruhi orang lain (bawahan).

1.5.3 Definisi Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin movere, yang berarti menggerakkan (to

move). Menurut Mathis dan Jackson (2006:114) “Motivasi adalah keinginan

dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut bertindak”. Sedangkan

menurut Sule dan Saefullah (2005:235) mendefinisikan motivasi merupkan suatu

faktor yang mendorong mengapa individu dalam suatu organisasi berperilaku dan

bersikap dengan pola tertentu, termasuk terkait dengan kinerja yang ditunjukkan

oleh individu tersebut. Menurut Hasibuan (2004:92) motivasi adalah suatu cara

mendorong gairah kerja pegawai, agar mereka mau bekerja keras dengan

mengerahkan seluruh kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk

mewujudkan tujuan organisasi.

Dari beberapa definisi di atas, terlihat bahwa motivasi berhubungan

dengan kekuatan dan dorongan yang ada dalam diri manusia. Meski motivasi

(9)

hal ini dapat menjadi pendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu karena

tingkah laku tersebut dilandasi berbagai macam motivasi. Jadi motivasi

merupakan suatu kekuatan dalam diri seseorang maupun faktor dari organisasi

yang mendorong atau menggerakkan untuk mencapai tujuan tertentu

1.5.3.1 Proses Motivasi

Setiap manusia pada hakikatnya mempunyai sejumlah kebutuhan yang

menuntut untuk dipuaskan. Secara umum, motivasi dikatakan sebagai kebutuhan

yang mendorong perbuatan ke arah tujuan tertentu (Anoraga, 2005:34). Suatu

kebutuhan, bagi pagawai akan menjadi kekuatan yang menarik mereka untuk

bertindak demi mencapai tujuan yang diinginkan.

Proses bagaimana perilaku seseorang ditunjukkan oleh motivasinya

dimulai ketika seseorang menyadari bahwa dirinya memiliki kebutuhan tertentu.

Maka langkah selanjutnya adalah mengambil tindakan dengan mencari pemuasan

akan kebutuhannya, misalnya dengan mencari alternatif pekerjaan atau dengan

bekerja lebih keras lagi. Setelah bekerja, kemudian individu tersebut akan

mengevaluasi apakah yang diharapkannya sudah tercapai dengan tindakan yang

sudah dilakukannya. Jika ia merasa sudah memenuhi kebutuhannya maka ia akan

menentukan kebutuhan masa depannya. Dan jika tidak maka ia akan melakukan

pencarian kembali alternatif tindakan guna memenuhi kebutuhannya tersebut.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memotivasi pegawai menurut

Hasibuan (2003:150-151) antara lain adalah :

1. Tujuan

Sebelum memotivasi pegawai hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah

menentukan tujuan organisasi.

2. Kepentingan

Dengan mengetahui keinginan pegawai, maka pimpinan tidak hanya melihat

dari sudut pandang atasan atau organisasi saja.

3. Komunikasi yang efektif

Pegawai harus tahu apa yang menjadi kewajibannya jika ia ingin mendapatkan

(10)

4. Integritas tujuan

Tujuan organisasi dan tujuan pegawai harus dapat disatukan agar kedua belah

pihak bisa saling memperoleh apa yang diinginkan.

5. Fasilitas

Fasilitas penting untuk menunjang kelancaran aktivitas organisasi.

6. Team work

Team work penting untuk menyatukan berbagai bagian yang ada dalam

organisasi.

Motivasi sangat penting untuk mendorong pegawai agar berperilaku sesuai

dengan yang diinginkan oleh organisasi (Sule dan Saefullah, 2005:235). Karena

itulah organisasi harus memahami akan pentingnya motivasi dan tahu bagaimana

cara memotivasi pekerjanya.

1.5.3.2 Macam-macam Motivasi

Menurut Sudirman (2000:87-89) motivasi dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu :

1. Motivasi intrinsik, adalah motif-motif yang berfungsinya tidak perlu dirangsang

dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu. Jadi motivasi ini aktif dengan sendirinya. Motivasi tersebut

dapat berupa keinginan, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai

harapan dan cita-cita yang ada pada individu tersebut.

2. Motivasi ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena

rangsangan dari luar. Motivasi tersebut muncul karena pengaruh luar. Antara

lain pengaruh pimpinan, kompetisi antar teman, tuntutan perkembangan

organisasi dan tugas, dorongan atau bimbingan atasan, kondisi kerja fisik.

1.5.3.3 Teori-teori Motivasi

Teori-teori yang membahas masalah motivasi dimana setiap teori

umumnya mempunyai isi dalam bentuk pandangan tertentu mengenai manusia.

Adapun teori-teori motivasi antara lain sebagai berikut:

(11)

Teori motivasi ini mengemukakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat

diklasifikasikan kedalam lima hierarki kebutuhan, sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisiologi, kebutuhan paling dasar ini berupa kebutuhan akan

makan, minum, perumahan, pakaian, yang harus dipenuhi oleh seseorang

dalam upayanya untuk mempertahankan diri dari kelaparan, kehausan,

kedinginan, kepanasan dan sebagainya.

2. Kebutuhan rasa aman, yaitu keselamatan dan keamanan diri dari harta

bendanya.

3. Kebutuhan hubungan sosial, yaitu kebutuhan untuk hidup bersama dengan

orang lain.

4. Kebutuhan pengakuan, yaitu membutuhkan adanya penghargaan diri dan

penghargaan prestise diri dari lingkungannya.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan aktualisasi diri mencakup hasrat

untuk menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri dan menjadi apa saja

sesuai kemampuannya.

Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berusaha memenuhi

kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku

memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri). Hal-hal yang penting

dalam pemikiran Maslow bahwa kebutuhan yang telah terpenuhi akan menurun

daya motivasinya.

2. Teori Motivasi Konvensional dari F.W. Taylor

F.W Taylor memfokuskan teorinya pada anggapan bahwa keinginan untuk

pemenuhan kebutuhannya yang menyebabkan orang mau bekerja keras. Dengan

teori ini dapat disebutkan bahwa seseorang akan mau berbuat atau tidak berbuat

didorong oleh ada atau tidak adanya imbalan yang akan diperoleh yang

bersangkutan. Oleh karena itu, seorang pemimpin haruslah memberikan imbalan

berbentuk materi, agar bawahannya bersedia diperintah melakukan pekerjaan

yang telah ditentukan.

3. Teori Motivasi Prestasi dari David McClelland

Teori ini diterapkan untuk memahami karier-karier organisasi perusahaan

(12)

untuk memotivasi orang bekerja yaitu kebutuhan prestasi, kebutuhan kekuasaan

dan kebutuhan afiliasi.

a. Kebutuhan akan prestasi (Need for achievement)

Merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan

standard kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini, berhubungan

dengan pekerjaan, dan mengarah tingkah laku pada usaha untuk mencapai

prestasi tertentu.

b. Kebutuhan akan kekuasaan (Need for power)

merupakan kebutuhan untuk menguasai dan memengaruhi terhadap orang

lain. Kebutuhan ini, menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau

kurang memedulikan perasaan orang lain.

c. Kebutuhan untuk berafiliasi atau bersahabat (Need for affiliation)

Merupakan kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam hubungan

dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk

mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain.

4. Teori Model dan Faktor dari Frederick Hezberg

Teori ini merupakan pengembangan dari teori hierarki dari kebutuhan

Maslow. Menurut teori pemeliharaan motivasi ini ada dua faktor yang

mempengaruhi kondisi pekerjaan seseorang, yaitu:

a. Faktor pemeliharaan (maintenance factor)

Faktor pemeliharaan merupakan faktor yang berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan untuk memelihara keberadaan karyawan sebagai manusia,

pemelihara ketentraman dan kesehatan. Faktor-faktor pemeliharaan ini

meliputi gaji, kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang

menyenangkan, mobil dinas, rumah dinas dan macam-macam tunjangan

lainnya. Hilangnya faktor-faktor pemeliharaan ini dapat menyebabkan

timbulnya ketidakpuasan dan absennya karyawan, bahkan dapat

menyebabkan banyak karyawan yang keluar. Faktor-faktor pemeliharaan ini

perlu mendapat perhatian yang wajar dari pimpinan, agar kekuasaan dan

(13)

b. Faktor Motivasi (motivation factor)

Faktor pemuas yang disebut juga motivator, merupakan faktor pendorong

seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri orang yang

bersangkutan. Faktor motivator ini mencakup: kepuasan kerja, prestasi yang

diraih, peluang untuk maju, pengakuan orang lain, kemungkinan

pengembangan karier, dan tanggung jawab. Faktor motivasi menyangkut

kebutuhan psikologis seseorang akan perasaan sempurna dalam melakukan

pekerjaan.

Menurut hasil penelitian Herzberg ada tiga hal penting yang harus

diperhatikan dalam memotivasi bawahan, yaitu:

a. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang

mencakup perasaan berprestasi, bertanggungjawab, kemajuan, dapat

menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semua itu.

b. Hal-hal mengecewakan karyawan adalah terutama pada faktor yang

bersifat embel-embel saja dalam pekerjaan, peraturan pekerjaan,

penerangan, istirahat dan lain-lain sejenisnya.

c. Karyawan akan kecewa bila peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka

akan menjadi sensitif pada lingkungan serta mulai mencari-cari kesalahan.

5. Teori X dan Y dari Douglas MC Gregor

Teori ini mengungkapkan dua cara yang dapat dilakukan dalam mendalami

perilaku manusia, yang terkandung dalam teori X (teori konvensional) dan teori Y

(teori potensial).

Prinsip teori X didasarkan pada pola pikir konvensional yang ortodoks, dan

menyorot sosok negatif perilaku manusia. Yang memandang manusia dengan

kacamata gelap dan buram, yang menganggap manusia seperti; malas dan tidak

suka bekerja, kurang bisa bekerja keras, menghindar dari tanggung jawab,

mementingkan diri sendiri dan tidak mau peduli dengan orang lain, karena itu

bekerja lebih suka dituntun dan diawasi.

Prinsip umum teori Y merupakan suatu revolusi pola pikir dalam memandang

(14)

memandang manusia pada dasarnya seperti: rajin, aktif, mau mencapai prestasi

bila kondisi konduktif, dapat berkembang bila diberi kesempatan yang lebih besar,

dan selalu ingin perubahan dan merasa jemu pada hal-hal yang monoton.

1.5.3.4 Asas-asas Motivasi

Menurut Hasibuan (2009: 146-147) asas motivasi adalah :

a. Asas Mengikutsertakan, yaitu mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan

memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi

dalam proses pengambilan keputusan.

b. Asas Komunikasi, yaitu menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang

ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya dan kendala-kendala yang dihadapi.

c. Asas Pengakuan, yaitu memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan yang

tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya.

d. Asas Wewenang yang Didelegasikan, yaitu memberikan kewenangan, dan

kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya

ia mampu mengerjakan tugas-tugas dengan baik.

e. Asas Perhatian Timbal Baik, yaitu bawahan yang berhasil mencapai tujuan

dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan jenis

motivasi. Tegasnya kerja sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

1.5.3.5 Metode dan Pendekatan Motivasi

Motivasi Menurut Hasibuan (2003:100), terdapat 2 (dua) metode motivasi,

yaitu :

1. Metode Langsung (Direct Motivation), motivasi langsung merupakan motivasi

yang diberikan secara langsung pada pegawai baik dalam bentuk materiil

maupun nonmateriil untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pegawai.

2. Metode Tidak Langsung (Indirect Motivation), motivasi tidak langsung

merupakan motivasi yang diberikan pada pegawai.dalam bentuk

fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas,

(15)

Untuk labih dapat memahami motivasi maka diperlukan suatu pendekatan.

Terdapat 3 (tiga) pendekatan motivasi. Ketiga pendekatan motivasi tersebut

adalah :

1. Pendekatan Tradisional, yaitu pegawai dimotivasi dengan cara memberikan

insentif baik dalam bentuk uang maupun barang.

2. Pendekatan Relasi Manusia, yaitu kinerja pegawai berusaha ditingkatkan

dengan membantu dan memelihara motivasi pegawai melalui mengakui

kebutuhan sosial mereka.

3. Pendekatan Sumber Daya Manusia, yaitu memotivasi pegawai dengan

memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya

melalui tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Sule dan Saefullah,

2005:237-238).

1.5.3.6 Jenis-jenis Motivasi

Menurut Tunggal (1993) ada dua jenis motivasi kerja yaitu, sebagai

berikut:

a. Motivasi Positif

Dalam motivasi positif manajer memotivasi bawahan dengan memberikan

kepada mereka yang berprestasi. Dengan motivasi positif ini semangat kerja

bawahan akan meningkat karena pada umumnya manusia senang menerima

yang baik-baik saja.

b. Motivasi Negatif

Dalam motivasi negatif manajer memotivasi bawahan dengan standar, dan

mereka akan mendapat hukuman jika bekerja dibawah standar. Dengan

motivasi negatif ini semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek

akan meningkat karena mereka akan takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu

(16)

1.5.3.7 Manfaat Motivasi

Motivasi menjelaskan mengapa ada orang berperilaku tertentu untuk

mencapai serangkaian tujuan. Teori motivasi berupaya merumuskan apa yang

membuat orang menyajikan kinerja yang baik.

Menurut Hasibuan (1996:97) menyatakan manfaat motivasi bagi

seseorang pegawai selain memberikan keuntungan kepada karyawan itu sendiri

juga menguntungkan organisasi seperti:

1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan,

2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan,

3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan,

4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan,

5. Meningkatkan kedisplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan,

6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik,

7. Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi karyawan,

8. Mempertinggi rasa tanggungjawab karyawan terhadap tugasnya,

9. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

1.5.3.8 Indikator Motivasi

Sebagaimana teori kebutuhan Abraham Maslow yang dikutip oleh

Sofyandi dan Garniwa, menyebutkan bahwa motivasi pegawai dipengaruhi oleh

kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan

penghargaan diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Kemudian dari faktor

kebutuhan tersebut diturunkan menjadi indikator-indikator untuk mengetahui

tingkat motivasi kerja para pegawai, yaitu:

1. Kebutuhan fisiologis (Physiological need)

Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar

yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan, minum,

perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.

2. Kebutuhan rasa aman (Safety need)

Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul kebutuhan

(17)

meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan

akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat

mereka tidak lagi bekerja.

3. Kebutuhan Sosial (Social need)

Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka

akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi

dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan

berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak,

supervisi yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya.

4. Kebutuhan akan penghargaan (Esteem need)

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas

prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta

efektifitas kerja seseorang.

5. Kebutuha akan aktualisasi diri (Self actualization need)

Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi.

Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang

sesungguhnya dari seseorang, kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan,

keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Seseorang yang didominasi oleh

kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang menantang

kemampuan dan keahliannya.

1.5.3.9 Kendala-kendala Motivasi

Kendala-kendala motivasi (Hasibuan,1996:102) yaitu:

1. Untuk menentukan alat motivasi yang paling tepat, karena keinginan setiap

individu tidak sama.

2. Kemampuan perusahaan terbatas dalam menyediakan fasilitas dan insentif.

3. Manajer sulit mengetahui motivasi kerja individu karyawan.

(18)

1.5.4 Prestasi Kerja Karyawan

Menurut Bernadin dan Russel (Ruky 2001:15) prestasi kerja adalah catatan

tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau

kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. Selanjutnya menurut Ruky

(2001:14) istilah prestasi/kinerja sendiri adalah pengalihbahasaan dari kata inggris

performance yang artinya adalah prestasi, pertunjukan, pelaksanaan tugas. Jadi

kita dapat menyimpulkan bahwa prestasi kerja itu sama dengan kinerja atau

performa kerja.

Menurut Sedarmayanti (2004:176) prestasi kerja/kinerja atau

performanceadalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab

masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara

legal tidak melanggar hukumdan sesuai dengan moral maupun etika.

Prestasi adalah hasil secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya (Mangkunegara,2003). Sedangkan menurut Dharma (2005)

Prestasi adalah suatu yang dikerjakan atau produk yang dihasilkan atau yang

diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang.

Menurut Hasibuan (2003:105) prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai

dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas

kecakapan, pengalaman, kesungguhan, dan waktu. Sedangkan menurut Kasmir

(2000:126) prestasi kerja merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan

pekerjaanya disiplin waktu dalam bekerja, pencapaian target dan kualitas

pekerjaanya.

Dari beberapa defenisi para ahli tentang prestasi kerja diatas, maka penulis

mengambil kesimpulan tentang defenisi dari prestasi kerja adalah hasil pekerjaan

yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas atau tanggung jawab

yang dibebankan kepadanya yang didasarkan pada ketetapan waktu, kualitas

kerja, keterampilan kerja, pengetahuan kerja yang dimiliki, dan jumlah pekerjaan

(19)

1.5.4.1Penilaian Prestasi Kerja Karyawan

Pencapaian tujuan organisasi dilakukan oleh seluruh anggota dengan

melaksanakan tugas yang sudah ditentukan sebelumnya berdasarkan beban dan

volume kerja yang dikelola oleh suatu manajemen. Setiap anggota dalam

melaksanakan tugasnya yang berfungsi sebagai bawahan perlu dinilai hasilnya

setelah tenggang waktu tertentu melalui suatu program (Istijanto, 2006).

Program/rangkaian usaha ini dapat dikatakan sebagai penilaian terhadap prestasi

kerja karyawan. Sementara Bernadin diacu dalam Ruky (2006) menyatakan

bahwa penilaian prestasi merupakan catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh

dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu

tertentu.

Menurut Nawawi (2005), pada hakekatnya penilaian prestasi kerja

karyawan yang merupakan kegiatan manajemen SDM adalah suatu proses

pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh seorang pekerja

yang memiliki hak-hak asasi yang dilindungi. Menurut Hasibuan (2001) penilaian

prestasi kerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas

maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan, menetapkan kebijaksanaan

mengenai promosi atau balas jasanya.

Menurut Gomes (2001), syarat utama yang diperlukan guna melakukan

penilaian kinerja (prestasi) yang efektif, yaitu adanya kriteria kinerja (prestasi)

yang dapat diukur dengan objektif dan adanya objektifitas dalam proses evaluasi.

Istijanto (2006) menjabarkan bahwa indikator/tolak ukur/kriteria bawahan dalam

melaksanakan pekerjaan terdiri atas beberapa aspek yaitu kualitas kerja, tanggung

jawab terhadap pekerjaan, kerja sama dengan rekan kerja, orientasi terhadap

pelanggan dan inisiatif karyawan.

Pada giliran berikutnya, hasil dari penilaian/pengukuran prestasi kerja

karyawan dapat dijadikan informasi yang berharga bagi para manajer, misalnya

dapat melihat apakah pekerja mengerjakan tugas yang sudah menjadi tanggung

jawabnya, memberikan gambaran tentang kekurangan dan kelebihan pekerja

dalam melaksanakan tugasnya, mengetahui keefektifan dan keefisienan kontribusi

(20)

kebijakan manajer, dan dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan organisasi/

perusahaan seperti pengembangan karir (promosi atau pemindahan), suksesi dan

kaderisasi, penyusunan program pengembangan dan pelatihan karyawan,

penetapan gaji/upah dan kompensasi tidak langsung, review strategi bisnis dan

lain-lain (Nawawi, 2005).

1.5.4.2 Dasar Prestasi Kerja

Adapun yang menjadi dasar prestasi kerja menurut (Musanef,1986:209).

Yaitu:

a. Kecakapan dibidang tugas.

b. Keterampilan melakukan tugas.

c. Pengalaman dibidang tugas.

d. Bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas.

e. Pengaruh kesehatan jasmani dan rohani.

f. Melaksanakan tugas secara berdaya guana.

g. Berhasil guna dan hasil kerja melebihi yang ditentukan.

Selain itu, menurut Yuli (2005:95) prestasi kerja didasarkan pada

kreativitas, kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketetapan waktu.

1.5.4.3 Manfaat Prestasi Kerja

Untuk mengukur prestasi kerja seseorang dapat dilakukan melalui

penilaian prestasi kerja seseorang. Dimana penilaian prestasi kerja ini sangat

berguna bagi suatu organisasi. Adapun manfaat prestasi kerja menurut Handoko

(2001:135) adalah untuk perbaikan prestasi kerja, penyesuaian-penyesuaian

kompensasi, keputusan-keputusan penempatan (promosi, transfer, dan demosi),

kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan, perencanaan, dan

pengembangan karir, penyimpangan-penyimpangan proses staffing,

ketidakakuratan informasi, kesalahan-kesalahan desain pekerjaan, kesempatan

(21)

1.5.4.4 Unsur-unsur Penilaian Prestasi Kerja

Unsur – unsur penilaian prestasi kerja yang dapat dijadikan ukuran dalam

penilaian prestasi kerja, sehingga prestasi kerja tersebut dapat dikatakan baik atau

tidak baik, dapat dinilai dengan usur-unsur sebagai berikut:

1. Kesetiaan

Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakan dan

mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung

jawab. Tekad dan kesanggupan tersebut harus dibuktikan dengan sikap dan

perilaku karyawan dalam kegiatan sehari-hari serta dalam melaksanakan tugas

dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Kesetiaan ini dapat berupa

sumbangan pikiran dan tenaga yang ikhlas dengan mengutamakan kepentingan

publik diatas kepentingan pribadi.

2. Kualitas Kerja

Kualitas kerja diartikan sebagai mutu hasil kerja yang sebaik-baiknya

dihasilkan karyawan sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan yang telah

diberikan kepadanya.

3. Kejujuran

Kejujuran adalah ketulusan hati karyawan dalam melaksanakan tugas dan

pkerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalah-gunakan wewenang yang

telah diberikan kepadanya. Kejujuran merupakan kunci untuk mendelegasikan

wewenang kepada karyawan yang tidak jujur dan tidak bertanggung jawab.

4. Kedisiplinan

Sikap kewajiban dari seseorang atau kelompok orang senantiasa

berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala aturan keputusan yang

telah ditetapkan.

5. Inisiatif atau prakarsa

Kemampuan seorang karyawan untuk mengambil keputusan,

langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam

melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari

(22)

6. Tanggung Jawab

Kesanggupan seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan

pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu

serta berani memikul resiko atau keputusan yang telah diambil atas tindakan

yang telah dilakukannya. (Sastrohadiwiryo, 2002: 235).

1.5.4.5 Syarat-Syarat Penilaian Prestasi Kerja

Menurut Hasibuan (2001), penetapan penilai yang berkualitas harus

berdasarkan syarat-syarat berikut:

1. Jujur, adil, objektif mengetahui pengetahuan yang mendalam tentang

unsur-unsur yang akan dinilai agar penilaiannya sesuai dengan realitas/fakta yang

ada.

2. Hendaknya mendasarkan penilaian atas dasar benar/salah, baik/buruk terhadap

unsur-unsur yang dinilai sehingga hasil penilaiannya jujur, adil, dan objektif.

3. Harus mengetahui secara jelas uraian pekerjaan dari setiap karyawan yang akan

dinilai agar hasil penilaiannya dapat dipertangunggjawabkan.

4. Harus mempunyai wewenang formal agar penilai dapat melaksanakan tugas

dengan baik.

1.5.4.6 Tujuan dan Kegunaan Penilaian Prestasi Kerja

Penilaian prestasi karyawan adalah sebagai proses organisasi dalam

mengevaluasi atau menilai hasil kerja pegawainya. Kegiatan ini dapat

memperbaiki keputusan dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang

pelaksanaan kerja yang telah dilakukan penilaian prestasi kerja ini hendaknya

memberikan gambaran akurat mengenai prestasi kerja karyawan.

Penilaian prestasi kerja yang dilakukan harus mempunyai tujuan yang jelas

dan tegas, sehingga manfaat dari penilaian dapat lebih dirasakan oleh karyawan

yang bersangkutan, menurut Martoyo (1990 : 95) tujuan penilaian prestasi kerja

antara lain adalah:

a. Dapat mengidentifikasi karyawan yang membutuhkan pendidikan dan

(23)

b. Menetapkan kemungkinan pemindahan karyawan pada tugas yang baru.

c. Menetapkan kenaikan gaji atau upah.

d. Menetapkan kebijaksanaan baru dalam rangka reorganisasi.

e. Mengidentifikasi karyawan yang akan dipromosikan pada jabatan yang lebih

tinggi.

Sedangkan tujuan dan kegunaan penilaian prestasi karyawan menurut

Hasibuan (2003:8) sebagai berikut:

a. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi,

demosi, pemberhentian dan penetapan besarnya balas jasa.

b. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam

pekerjaanya.

c. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di dalam

perusahaan.

d. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal

kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan

peralatan kerja.

e. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan

yang berada didalam organisasi

f. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai

tujuan untuk mendapat performancekerja yang baik.

g. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan untuk

mengobservasi perilaku bawahan supaya diketahui minat dan

kebutuhan-kebutuhan bawahannya.

h. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahan di

masa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.

Dengan demikian, penilaian prestasi kerja karyawan selain bertujuan untuk

promosi/demosi, pemberhentian dan perbaikan mutu karyawan dapat pula

ditujukan untuk memperbaiki moral karyawan dan kepercayaan kepada pimpinan

dan perusahaan. Selain itu juga harus memberikan manfaat bagi karyawan dan

(24)

kepegawaian pada masa yang akan datang, sehingga diperoleh kepuasan dan

harmonisasi dalam perusahaan.

1.5.5 Hubungan Motivasi dengan Prestasi Kerja

Sumberdaya manusia adalah sebagai faktor unik yang dicirikan oleh

sifatnya yang aktif, responsif, emosi, dan kritis tehadap setiap fenomena yang

dihadapi. Berdarkan hal di atas yang termasuk dalam batasan sumberdaya

manusia antara lain tingkat pengetahuan, pendidikan, pengalaman, keterampilan,

kesehatan, dan etos kerja (Mangkuprawira, 2003). Hal itu tidak menutup

kemungkinan adanya perbedaan kepentingan tujuan karyawan dan kepentingan

tujuan perusahaan Upaya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh

perusahaan diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Sumberdaya

manusia yang berkualitas adalah manusia yang memiliki pengetahuan dan

ketrampilan yang sesuai dengan pekerjaannya sebagai pelaksana aktivitas

perusahaan, memiliki energi, dan bakat serta profesionalitas yang tinggi. Oleh

sebab itu sebuah perusahaan perlu mengetahui seberapa besar keinginan karyawan

untuk bekerja dengan giat guna memenuhi kebutuhannya. Hal ini ditentukan oleh

motivasi kerja yang dimiliki masing-masing karyawan dan lingkungan atau iklim

perusahaan, sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan yang bijaksana

dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan karyawan secara umum dan tidak

merugikan perusahaan.

Keunggulan kompetitif perusahaan sangat tergantung pada inovasi

perusahaan yang akan dapat tercapai apabila terdapat motivasi yang tinggi dan

moral karyawan yang baik, Kemampuan manajer dalam mengidentifikasi

motivasi karyawannya akan sangat berguna bagi pencapaian tujuan perusahaan,

karena pada dasarnya kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh motivasi kerja

karyawannya. Motivasi kerja karyawan tercermin dalam etos kerjanya dan pada

akhirnya akan mempengaruhi kinerja (performance) dalam produktivitas

perusahaan.

Motivasi dalam diri seorang karyawan timbul karena adanya faktor internal

(25)

tanggungan dalam keluarga termasuk ke dalam faktor internal seorang karyawan

dalam perusahaan dalam melakukan pekerjaan, kemudian motivasi yang timbul

dari faktor eksternal seorang karyawan diantaranya ialah hubungan atasan dan

bawahan, hubungan sesama rekan kerja, peraturan dan kebijakan perusahaan,

kondisi kerja, kompensasi, penunjang kesehatan. Motivasi kerja karyawan akan

mempengaruhi prestasi kerja karyawan. Prestasi kerja karyawan ini dapat dinilai

dari kualitas kerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan, kerjasama dengan rekan

kerja, orientasi terhadap konsumen, dan inisiatif karyawan.

Sumberdaya manusia harus dikelola dengan baik dan harus dilakukan

pendekatan secara manusiawi, karena manusia mempunyai harga diri, emosi,

kepribadian, dan lain sebagainya. Pimpinan harus memberikan dorongan motivasi

yang tepat dan sumberdaya manusia harus diperlakukan sebagai manusia

seutuhnya, sehingga mereka akan merasa puas dan bekerja dengan lebih baik.

Hubungan antara motivasi kerja dengan prestasi kerja secara sederhana

dapat dikemukakan bahwa setiap organisasi khususnya mengharapkan adanya

tingkat prestasi kerja yang tinggi dan terus menerus dari para karyawanya. Oleh

karena itu, pihak lembaga/organisasi harus bisa melakukan berbagai metode yang

dapat digunakan untuk mendorong atau merangsang para karyawan agar mau

bekerja secara efektif dan efisien. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi

peningkatan prestasi kerja, diantaranya adalah motivasi. Motivasi berarti

membangkitkan daya gerak atau menggerakan seseorang atau diri sendiri untuk

mencapai suatu tujuan.

Motivasi kerja merupakan hal yang berperan penting dalam meningkatkan

suatu aktifitas kerja dalam hal ini adalah prestasi kerja, sebab orang yang

mempunyai motivasi kerja tinggi akan berusaha semaksimal mungkin dalam

menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Semakin tinggi motivasi kerja

seseorang maka akan semakin tinggi pula prestasi kerjanya begitu pula

sebaliknya, semakin rendah motivasi seseorang maka semakin rendah pula

prestasi kerjanya. Dari uraian konsep di atas dapat dilihat keterkaitan antara

motivasi kerja dan prestasi kerja. Dimana dalam peningkatan prestasi kerja sangat

(26)

dalam diri maupun dari luar, maka seorang karyawan akan dapat meningkatkan

prestasi kerjanya secara optimal.

1.5.6 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian tentang “Hubungan Antara Motivasi Dengan

Prestasi Kerja Karyawan Pada PT Perkasa Internusa Mandiri Medan”. Penelitian

ini menggunakan peninjuan mengenai penelitian-penelitian yang memiliki judul

hampir sama. Hal ini digunakan supaya dapat melakukan referensi terhadap

penelitian terdahulu.

Penelitian pertama diambil dari skripsi yang berjudul “Pengaruh Penilaian

Prestasi Kerja Terhadap Motivasi Karyawan Di Deroktorat SDM Kantor Pusat PT

Antam (Persero) tbk” karya dari Silvia Octaviani (2012) . Metode analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan

skala Likert dan dalam mengolah data dengan menggunakan software SPSS versi

17. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa variabel

penilaian prestasi (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi

karyawan (Y) Di Deroktorat SDM Kantor Pusat PT Antam (PERSERO) tbk.

Penelitian kedua diambil dari skripsi yang berjudul “ Pengaruh Motivasi

dan Kemampuan Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Bumi

Dan Bangunan di Surakarta” karya dari Stephanie Indriasari Dwi Ardhani (2005).

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

dengan pengujian regresi berganda, dengan pengambilan sampel dilakukan

dengan cara “Proposional Random sampling”. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa variabel motivasi (X1) kemampuan (X2) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap prestasi kerja (Y) di Kantor Pelayanan Pajak Bumi Dan

Bangunan Surakarta.

Penelitian ketiga diambil dari skripsi yang berjudul “Hubungan Motivasi

Kerja Dengan Prestasi Kerja Guru Dan Karyawan di SMK Muhammadiyah 1

(27)

dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang menggunakan angket dengan

skala likert. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja (X1)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja (Y) di SMK

Muhammadiyah 1 sleman.

Penelitian Terdahulu (TheoreticalMapping)

No Nama Peneliti

(28)

1.5.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relavan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan dari uraian latar belakang

serta perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka diajukan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Hipotesis Nihil (H0

“Tidak ada hubungan positif antara motivasi dengan prestasi kerja karyawan PT

Perkasa Internusa Mandiri”. )

2. Hipotesis Alternatif (Ha

“Ada hubungan positif antara motivasi dengan prestasi kerja karyawan PT

Perkasa Internusa Mandiri. )

1.5.8 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi

perhatian ilmu sosial. Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang

dirumuskan atas dasar generalisasi.

Untuk mendapatkan batasan-batasan yang lebih jelas mengenai

variabel-variabel yang akan diteliti, maka defenisi konsep yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang

atau menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu atau berbagai kegiatan

yang dilakukan.

2. Prestasi kerja merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya.

3. Karyawan adalah aset utama perusahaan yang menjadi perencana dan

(29)

1.5.9 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana cara menyusun suatu variabel sehingga dalam pengukuran ini dapat

diketahui indikator-indikator pendukung apa saja yang dianalisis dari variabel

tersebut. Adapun indikator-indikator yang dapat mengukur variabel-variabel

tersebut adalah:

a. Motivasi (variabel X) variabel bebas,indikatornya:

1. Kebutuhan fisik dan biologis

Kebutuhan untuk mempertahankan hidup, yang termaksud dalam kebutuhan

ini adalah kebutuhan makan, minum dan sebagainya. Keinginan ini untuk

memenuhi kebutuhan fisik merangsang seseorang untuk berprilaku dan

bekerja dengan giat.

2. Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan

Adanya rasa keamanan dan ketenangan jiwa, atas jaminan kepastian serta

perlindungan terhadap segala sesuatu yang dapat membahayakan diri pribadi

dan karir dalam pekerjaan.

3. Kebutuhan sosial

Kebutuhan sosial dibutuhkan karena merupakan alat untuk berinteraksi sosial,

serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat

lingkungannya. Pada asalnya manusia normal tidak akan mau hidup

menyendiri seorang diri ditempat terpencil, ia selalu membutuhkan hidup

berkelompok.

4. Kebutuhan akan penghargaan

Kebutuhan akan penghargaan diri mencakup kebutuhan untuk mencapai

kepercayaan diri, prestasi, kompetensi, pengetahuan, penghargaan diri,

kebebasan independensi, status, pengakuan, apresiasi terhadap dirinya, dan

respek yang diberikan kepada pihak lain.

5. Aktualisasi diri

Adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan,

keterampilan, dan potensi yang ada pada dirinyauntuk mencapai

(30)

b. Prestasi Kerja (Y) Variabel Terikat, indikatornya :

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Dalam penelitian ini variabel terikat (Y) adalah Variabel Prestasi Kerja, adapun

indikator Prestasi Kerja, yaitu:

1. Kreativitas

Kemampuan pengetahuan yang dimiliki pegawai dan juga kemampuan untuk

mengemukakan atau menciptakan suatu program kerja baru dalam

menghadapi tantangan-tantangan kerja.

2. Kuantitas Kerja

Jumlah yang harus diselesaikan berapa banyak pekerjaan yang dapat

diselesaikan yang dapat dilihat dari jumlah pekerjaan/uraian tugas, volume

kerja.

3. Kualitas Kerja

Mutu yang dihasilkan, baik tidaknya suatu pekerjaan yang diselesaikan yang

dilihat dari pendidikan, pelatihan dan keterampilan kerja.

4. Ketepatan Waktu

Kemampuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang dihadapinya.

Apakah pekerjaan tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya seperti

yang telah ditentukan yang dapat dilihat dari target, disiplin kerja dan

(31)

1.5.10 Sistematika Penulis BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep,

defenisi operasional, dan sistematika penulis.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian,

teknik pengumpulan data, teknik pengumpulan skor, dan teknik analisi

data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian

berupa sejarah singkat, visi dan misi, tugas dan fungsi struktur organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa

dokumen yang akan dianalisis.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

Bab ini berisi analisis dari setiap data yang disajkan yang diperoleh setelah

melakukan penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan penelitian dan saran untuk kemajuan objek

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil uji organoleptik tehadap kenampakan nilai tertinggi pada kadar garam 0,25% dengan nilai 4,53, aroma nilai teringgi pada tempe dengan kadar garam 0% dengan nilai

Fenomena kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan pada SLTA Muhammadiyah Kabupaten Magelang secara lebih detail menekankan pada pendekatan pembelajaran berbuat (action

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu aplikasi berbasis web yang dinamis pada SMA Negeri 2 Sidikalang dengan menggunakan PHP dan MySQL... 1.5

Dengan demikian, konsumen akan merasa terkesan pada pengalaman selama menikmati produk perusahaan ini akan tertanam dalam pikiran mereka sehingga nantinya pelanggan tidak

Young Yung Kim (1984) menegaskan, komunikasi sosial budaya menunjuk pada suatu fenom- ena komunikasi di mana para pesertanya memiliki latar belakang sosial dan budaya

2.1 Model Konseptual Hubungan Antar Variabel ……… 65. 3.1 PORTO

Memiliki masa kerja sebagai guru (PNS atau bukan PNS) minimal 6 tahun pada suatu satuan pendidikan dan pada saat Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen terbit

Sayasenang mendapatkan tambahan pekerjaan sehingga porsi tugas saya menjadi lebih banyak dibandingkan dengan rekan yang lain.. Saya selalu berusaha meningkatkan