• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

Norma Puspitasari, M.Pd Politeknik Indonusa Surakarta

ABSTRAK

Media Indonesia tahun 2011 menunjukkan bahwa sebanyak 93,7% remaja pernah melakukan perilaku seks pranikah, 62,7% remaja sudah tidak perawan, 21,2% remaja melakukan aborsi dan sebanyak 97% remaja melakukan penyimpangan dengan melihat atau mengunduh film porno. Dinas Kesehatan Jawa Tengah menemukan kasus HIV tahun 2011 meningkat hampir 2 kali lipat dibanding tahun 2010 dan kasus baru IMS lainnya di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 ini sebanyak 10.752 kasus. Media Indonesia juga mencatat bahwa grafik aborsi di Indonesia masuk kategori tinggi dengan jumlah rata-rata per tahun mencapai 2,4 juta jiwa. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta , didapatkan data 7 dari 10 orang belum mengetahui tentang kesehatan reproduksi, pada kurun waktu 3 tahun terdapat 5 siswi yang mengalami kehamilan tidak diinginkan dan berupaya untuk melakukan aborsi.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta.

Metode penelitian yang digunakan deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan pengambilan data dilakukan secara langsung melalui kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh siswi SMK Muhammadiyah 2 Surakarta dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 40 responden, teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling.

Hasil penelitian yang didapat adalah Tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta dalam katagori baik sebanyak 7 siswi (17,5%), dalam kategori cukup sebanyak 29 siswi (72,5%), dalam kategori kurang 4 siswi (10%).

Diharapkan pihak sekolah dapat memberikan pembinaan terhadap siswi-sisiwi sehingga mereka mampu untuk lebih memahami tentang kesehatan reproduksi melalui berbagai progam pembinaan. Kata Kunci : Pengetahuan, Kesehatan Reproduksi

(2)

LEVEL OF KNOWLEDGE OF ADOLESCENT REPRODUCTIVE HEALTH IN CLASS XI SMK 2 SURAKARTA MUHAMMADIYAH

ABSTRACT

Media Indonesia had reported that 93.7% of teenagers had done premarital sexual behavior, 62.7% of teenagers had not virgins, 21.2% of teenagers had abortions and 97% of teenagers do aberration with watching or downloading pornographic contents. In 2011, the Central Java Health Office found HIV cases increased by almost 2 times higher than in 2010 and new cases of other IMS in Central Java province as many as 10752 cases. Media Indonesia also noted that the graph of abortion in Indonesia are in the category of high with the average reach to 2.4 million people annually. Based on the preliminary study conducted at muhammadiyah 2 vocational High School Surakarta, obtained that 7 of 10 people have not known about reproductive health. In the 3-year period there were 5 girls who have unwanted pregnancies and try to have an abortion.

The purpose of this study was to describe the female adolescents’ knowledge about reproductive health at muhammadiyah 2 vocational High School Surakarta.

This study used descriptive method with cross-sectional approach and data collection was conducted directly through questionnaires. The population in this study was the female eleventh graders at muhammadiyah 2 vocational High School Surakarta with samples were 40 respondents. The data sampling used simple random sampling technique.

The research results obtained are level of knowledge about reproductive health of young women in SMK 2 Surakarta Muhammadiyah in both categories were 7 students (17.5%), in the category of pretty much as 29 students (72.5%), in the category of less than 4 students (10 %).The school stakeholders are expected to provide guidance to the students so that they are more understand about reproductive health through various of development programs.

Keywords : Knowledge, Reproductive health

I. PENDAHULUAN

Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 - 21 tahun bagi wanita dan 13 - 22 tahun bagi pria (Rumini dkk, 2004).

SIECUS (Sexsuality Information And Education Council United State) menulis tentang materi pokok yang harus terdapat dalam pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi diantaranya pertumbuhan dan perkembangan manusia, perubahan fisiologi sistem reproduksi manusia, perilaku seks pranikah, penyakit dan infeksi menular seksual, kehamilan tidak diinginkan (KTD), HIV/Aids, aborsi (Suarta, 2002).

Media indonesia tahun 2011 menunjukkan bahwa Sebanyak 93,7 % remaja pernah melakukan perilaku seks pranikah, 62,7% remaja sudah tidak perawan, 21,2% remaja melakukan aborsi dan sebanyak 97% remaja melakukan

penyimpangan dengan melihat atau mengunduh film porno (Liputan 6 SCTV).

Data Dinas Kesehatan Jawa Tengah pada tahun 2011 menunjukkan bahwa kecenderungan (trend) kasus HIV maupun AIDS selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Penemuan kasus HIV tahun 2011 meningkat sangat tajam hampir 2 kali lipat lebih dibanding tahun 2010. Jumlah kasus baru HIV/AIDS tertinggi dalah di Kota Semarang (189/59 kasus), jumlah kematian karena AIDS terbanyak di Kabupaten Banyumas sebanyak 10 kasus. Jumlah kasus baru IMS lainnya di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 ini sebanyak 10.752 kasus. Jumlah tersebut dari tahun ke tahun semakin meningkat. Meskipun demikian kemungkinan kasus yang sebenarnya di populasi masih banyak yang belum terdeteksi. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Seksual mempunyai target bahwa seluruh kasus IMS yang ditemukan harus diobati sesuai standar (Dinkes Jateng, 2011).

Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan dari 801 orang remaja yang telah melakukan

(3)

hubungan seks pranikah, sebanyak 81 orang atau 11% berakhir dengan kehamilan yang tidak diharapkan. Diantara remaja yang hamil tersebut, sekitar 50 orang atau 57,5% mengakhiri kehamilaannya dengan melakukan aborsi. Dalam hal ini perempuan tetap menjadi pihak yang paling dirugikan karena perempuanlah yang mempertaruhkan nyawanya (Tukiran dkk, 2010).

Data SDKI tahun 2010 menunjukkan pada kelompok perempuan usia 15 - 19 tahun, sebanyak 9% pernah melahirkan bayi. Di negara berkembang mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25 - 30 % kematian wanita subur disebabkan oleh kehamilan, persalinan dan nifas.

Tahun 1996 WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu per-tahunnya meninggal saat hamil, bersalin dan nifas (Prawirohardjo, 2002).

Tingginya angka kehamilan pada remaja di Indonesia saat ini dapat dibuktikan dari data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2006, kehamilan remaja di Indonesia menunjukkan hamil diluar nikah karena diperkosa sebanyak 2,3 %; karena sama-sama mau sebanyak 8,5 % dan tidak terduga sebanyak 39%. Seks bebas sendiri mencapai 18,3 %. Pada tahun 2010, hamil diluar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2%; karena sama-sama mau sebanyak 12,9% dan tidak terduga sebanyak 45%. Seks bebas sendiri mencapai 22,6%. Di Surabaya, Jawa Timur pada tahun 2006 sekitar 26% mengalami hamil diluar nikah. Sedangkan pada tahun 2010, sekitar 37% mengalami hamil diluar nikah. Angka ini meningkat 11% dari tahun 2006.

Selain itu, menurut data yang diperoleh dari Media Indonesia, rata-rata terdapat 17% kehamilan yang terjadi per-tahun, merupakan kehamilan yang tidak diinginkan. Sebagian dari jumlah tersebut bermuara pada praktik aborsi. Grafik aborsi di Indonesia masuk kategori lumayan tinggi. Pada tahun 2011 dengan jumlah rata-rata per tahun mencapai 2,4 juta jiwa.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi, Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti

halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Sekitar 11 - 13% Angka Kematian Ibu tersebut diakibatkan adanya kematian karena tindakan aborsi tidak aman (unsafe abortion). Tindakan aborsi tersebut menyebabkan terjadinya perdarahan dan infeksi pada ibu (Budi, 2009).

Data Departemen Kesehatan tahun 2009 mencatat unsafe abortion memberikan kontribusi hingga 50 persen pada Angka Kematian Ibu di Indonesia. Beberapa faktor yang menyebabkan kehamilan pada remaja antara lain hubungan seks di masa subur, renggangnya hubungan antara remaja dengan orang tuanya, rendahnya interaksi di tengah-tengah keluarga, keluarga yang tertutup terhadap informasi seks dan seksualitas, mengabaikan masalah seks dan seksualitas, kesibukan orang tua (Surbakti, 2009:135 -139). Dampak dari kehamilan pada usia remaja antara lain abortus, komplikasi secara fisik akibat aborsi yang paling utama adalah : infeksi, perdarahan hebat, embolisme (tersumbatnya pembuluh darah oleh bekuan darah), rahim yang terkoyak atau bolong, komplikasi anastesi, kejang, luka leher rahim. Bila kondisinya parah, rahim terpaksa diangkat, bahkan tak jarang nyawa pun harus dikorbankan (Damar 2012, dalam Detik Health).

Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta yang dilakukan terhadap 10 orang remaja putri kelas XI, didapat 7 orang yang tidak tahu adanya dampak dari kehamilan remaja. . Peneliti juga memperoleh data dalam kurun waktu 3 tahun terdapat beberapa siswi yang mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan berupaya untuk melakukan aborsi dan akhirnya dikeluarkan.

Remaja khususnya remaja putri yang ada di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta kelas XI sedang mempelajari alat-alat reproduksi secara umum dan mereka belum pernah mendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang dampak kehamilan remaja.

Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Di Kelas Xi Smk Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun 2011”.

(4)

II. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif bertujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif.

Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.

Hal ini dilakukan dengan cara sampel diambil dengan membuat daftar elemen atau anggota populasi secara acak semua kelas XI (XI AK, XI AP, XI Penjualan)

Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 40 sampel. Sebanyak 40 siswi dari seluruh siswi kelas XI yang berjumlah 3 kelas, sehingga 2 kelas diambil 13 siswi dan 1 kelas diambil 14 siswi dengan cara diundi..

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis univariat Anilisis univariat dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi setiap variabel yang diteliti secara terpisah dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. Analisis ini hanya menggambarkan distribusi frekuensi dan prosentase dari setiap variabel.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Karakteristik responden Jenis kelamin

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi jenis kelamin responden di SMK Muhammadiyah 2 surakarta Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

P 40 100,0

Total 40 100,0

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin remaja secara keseluruhan

berjenis kelamin perempuan sebanyak 40 responden (100%).

Analisa Gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian kesehatan reproduksi.

Tabel 4.2 Kuantitas Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi KATEGORI JUMLAH RESPONDEN PROSENTASE BAIK 7 17.5 CUKUP 29 72.5 KURANG 4 10 Jumlah 40 100

pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi di kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Surakarta dengan katagori baik ada 7 responden (17,5%), kategori cukup ada 29 responden (72,5%), dan kategori kurang ada 4 responden (10%). Dapat disimpulkan tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi di kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Surakarta dalam katagori cukup. Selanjutnya dapat disajikan dalam grafik berikut :

Grafik Tingkat Pengetahuan

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi di kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Surakarta dengan kategori baik ada 7 responden (17,5%), kategori cukup ada 29 responden (72,5%), dan kategori kurang ada 4 responden (10%).

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, penciuman,

(5)

pendengaran, perasa, dan peraba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, sosial ekonomi, dan kepribadian. Proses belajar – mengajar yang berkualitas akan menimbulkan perubahan kearah yang lebih baik. Sumber informasi dari pengajar maupun media, sikap, kepercayaan, budaya masyarakat sangat dibutuhkan para siswi guna memperluas pengetahuan. Pengalaman pribadi serta perilaku seseorang akan dijadikan sumber pengetahuan, begitu pula dengan tingkat kemampuan seseoarang akan menambah pengetahuan ( Soekanto, 2003).

Remaja diharapkan memiliki pengetahuan yang luas khususnya tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), sehingga remaja mampu mempersiapkan diri serta berpikir positif dalam menghadapi masa remaja yang penuh gejolak dan permasalahan.

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat yang menyeluruh meliputi aspek fisik, mental, dan sosial. Para remaja diharapkan mempunyai sikap tanggungjawab, sehingga mereka mampu berpikir sebab – akibat dari apapun yang akan dilakukan ( Hurlock, 2004).

Kurangnya tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di Indonesia menyebabkan pergeseran perilaku seksual pada remaja, namun remaja tidak mau berdiskusi tentang kesehatan reproduksi khususnya seksualitas karena dianggap sesuatu yang tabu meskipun dengan keluarga (Taufik, 2007). Remaja akan melakukan eksplorasi sendiri lewat teknologi informasi dan komunikasi, buku, majalah, film, internet, begitu bebas didapatkan, namun tidak semua informasi yang tersedia merupakan informasi yang

benar, tepat, dan dapat

dipertanggungjawabkan bagi kehidupan remaja, jika remaja mendapatkan informasi yang tidak benar maka hal tersebut dapat berpengaruh pada nilai kehidupan mereka (Ibrahim, 2008).

IV. PENUTUP Kesimpulan

1. Pengetahuan Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa Tingkat pengetahuan siswa tentang reproduksi dapat dikategorikan menjadi 3 kategori : 2. Tingkat pengetahuan remaja putri tentang

kesehatan reproduksi di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta dalam katagori baik sebanyak 7 siswi (17,5%) 3. Tingkat pengetahuan remaja putri tentang

kesehatan reproduksi di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta dalam kategori cukup sebanyak 29 siswi (72,5%) 4. Tingkat pengetahuan remaja putri tentang

kesehatan reproduksi di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta dalam kategori kurang 4 siswi (10%). cukup sebanyak 15 responden (33,3%), dan responden dengan pengetahuan yang kurang sebanyak 8 responden (17,8%).

Saran

1. Bagi sekolah

Sekolah bekerjasama dengan petugas kesehatan atau instansi kesehatan mengadakan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas atau dengan memberikan penambahan pelajaran mulok kesehatan reproduksi dengan tujuan agar siswi mendapat informasi serta pengetahuan yang lengkap seputar kesehatan reproduksi dan seksualitas, sehingga siswi tidak melakukan penyimpangan seksual.

2. Bagi responden

Peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seks dengan cara membaca buku, dan mencari sumber – sumber informasi di media massa misalnya internet, Koran, majalah, berkonsultasi, dengan pakar – pakar tentang kesehatan reproduksi dan seks misalnya dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Diharapkan responden mampu menjaga kesehatan reproduksinya agar tidak terjadi penyimpangan seksual yang saat ini semakin benyak terjadi.

(6)

3. Bagi petugas kesehatan

Petugas kesehatan bekerjasama dengan instansi kesehatan mengadakan kegiatan penyuluhan atau ceramah di sekolah – sekolah tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas secara lebih mendalam diluar jam pelajaran dengan tujuan agar siswi mendapat informasi serta pengetahuan yang lengkap seputar kesehatan reproduksi dan seksualitas. 4. Bagi keluarga dan lingkungan

Keluarga sebagai unit terkecil yang bertanggungjawab dalam kelangsungan perkembangan anak, perlu memberikan informasi serta pendidikan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas sejak dini agar remaja tidak mencari informasi kepada orang yang kurang tepat. Bagi keluarga yang kurang kompeten perlu mendapat pembinaan secara intensif melalui Program Bina Keluarga Anak dan Remaja (BKR). Agar keluarga lebih memperhatikan perilaku remaja saat berpacaran agar tidak menjurus pada perilaku menyimpang.

5. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain yang tertarik dan berminat untuk melakukan dan mengembangkan penelitian ini diharapkan melakukan penelitian yang lebih banyak sampelnya, lebih luas pembahasan materinya, mengguankan metode dan teknik yang berbeda, serta memperluas ruang lingkup penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M dan Asrori, M.2010. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara Ayu, S. 2005. Perbedaan Tingkat

Pengetahuan Antara Remaja Laki– laki dan Perempuan Mengenai Kesehatan Reproduksi di SMU Muhammadiyah II Yogyakarta. KTI. D3 Kebidanan Politeknik Kesehatan

Yogyakarta. Tidak dipublikasikan

Bakti, M. 2010. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan

Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Remaja Siswa – Siswi SMA Negeri 1 Sukoharjo. KTI.

Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak dipublikasikan

Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.

Depkes RI. 2007. Yang perlu diketahui petugas Kesehatan Tentang kesehatan Reproduksi. Availabel Online : [http: //www.depkes.go.id]. tgl 2/03/2011.

---. 2007. Jumlah kejadian

penyimpangan remaja. Availabel Online :

[http//www.bkkbn.com/rubrik. Php?id_rubrik]. Tgl 02/03/2011. Hurlock, B dan Elizabeth.2004. Psikologi

Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi 5). Jakarta. Erlangga. Hidayat, A. A. 2007. “Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data”.

Jakarta : Salemba Medika ---. 2009. Metode Penelitian

Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba medika ---. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis

Data. Jakarta: Salemba Medika. Ibrahim, 2008. Masalah Remaja. Availabel Online : [http://www.susenas.go.id]. tgl 04/03/2011

Kartono, M. 2001. Kontraindikasi dalam Kesehata Reproduksi. Bandung: Pustaka Sinar Harapan

Notoatmodjo, S. 2002. Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Jakarta: sagung seto ---. 2002. Pengantar kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: rineka Cipto ---. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan.Edisi Revisi VI. Jakarta: rineka Cipto

Riwidikdo, H. 2010. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Rihama Pustaka Sayogo, S. 2007. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: FKUI

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta:Jakarta

Soekanto, S. 2002. Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

---. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sarwono, S. W. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo persada

(7)

---. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo persada

Susenas. 2007. Pendidikan kesehatan Reproduksi dan kesetaraan Gender. Availabel Online: [http//www.susenas.go.id].tgl 20/2/ 2011

Saryono, A, S. 2010. Metodologi penelitian kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika Taufik, 2007. Sikap dan Perilaku Remaja.

Availabel Online :

[http//www.Perilaku/Referen s/htm] Wardani, I T. 2009. Gambaran Pengetahuan

Tentang Kesehatan Reproduksi dan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Laki – Laki dan Perempuan Kelas XI SMA Negeri 1 Karangdowo Kabupaten Klaten. KTI. D3

Kebidanan Akademi Kusuma Husada Surakarta. Tidak dipublikasikan.

(8)

Gambar

Tabel 4.2  Kuantitas Responden  Berdasarkan Kategori Pengetahuan  tentang Kesehatan Reproduksi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

 Perlu adanya tambahan dalam desain inkubator agar lebih menarik supaya menambah banyak telur yang akan ditetaskan

Data dituliskan dengan lengkap, tidak menyebutkan metode/hukum yang digunakan sebagai dasar penyelesaian soal, pengolahan data dilakukan dengan langkah yang urut

Astra Otoparts Tbk yang tergabung dalam kelompok usaha Astra Group selama lima tahun berturut-turut berada pada kondisi sehat yang menggambarkan bahwa manajemen perusahaan

Tujuan Menghasilkan kurikulum berbasis kompetensi unggulan spesifik jurusan yang difokuskan pada bidang akuntansi untuk meningkatkan efektifitas dan produktifitas proses

It is shown that the elements assembling the structure of leadership development experience is functional to facilitate the development of human capital

Efek samping: ekstrak daun ivy telah ditoleransi dengan baik, dengan efek samping umumnya terbatas pada reaksi gastrointestinal; sangat jarang juga reaksi

Pengembangan Program Parent Support Group (PSG) untuk Meningkatkan Kualitas Cara Pengasuhan Orangtua terhadap Anak dengan Gangguan Autisme di SLB X Kota Bandung Universitas