• Tidak ada hasil yang ditemukan

@undiksha.ac.id

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "@undiksha.ac.id"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together

(NHT) Terhadap Hasil Belajar Teknik

Dasar

Passing Control

Sepak Bola Pada Siswa Kelas VII 10 di

SMP Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2016/2017

Gd. Suarjuliasa

,

I Kt. Budaya Astra

,

I Gd. Suwiwa

Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha Singaraja, Jalan Udayana Singaraja-Bali

Tlp. (0362) 32559

e-mail: {ditaamanda35@gmal.com, budayaastra27868@gmail.com, suwiwagede@gmail.com.} @undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran NHT terhadap hasil belajar passing control sepak bola. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen sesungguhnya dengan menggunakan rancangan penelitian the randomize pretest-posttest control group the same subject design. Populasi penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017 berjumlah 651 orang yang terdistribusi ke dalam lima belas kelas. Sampling kelompok eskperimen dan kelompk control dilakukan dengan simple random sampling. Data hasil belajar yang dikumpulkan meliputi aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan dan diambil melalui nilai sekunder atau raport siswa. Analisis data menggunakan Uji-t dengan bantuan SPSS 22.0 for Windows.Hasil analisis data meliputi kelompok eksperimen diproleh nilai rata-rata 0.67 dengan standar deviasi 0.057.Sedangkan pada kelompok kontrol diproleh nilai rata-rata 0.34 dengan standar devinisi 4,216.Angka signifikan yang diproleh melalui uji normalitas adalah 0,07, uji homogenitas adalah 0,11, uji-t adalah p = 0,000.Disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh sangat signifikan terhadap hasil belajar teknik passing control sepakbola pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017.Sehingga model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dijadikan sebagai salah satu alternative pembelajaran yang dapat diterapkan di lapangan.

Kata-kata kunci: NHT, hasil belajar, passing sepak bola.

Abstract

This study aims to determine the effect of assembling the earning model of Numbered Head Together (NHT) to the resul of football passing control. This study was a true experimental research study using the randomized pretest posttest control group the same subject design. The research subject was the students of class VII SMPN 2 Singaraja academic year 2016/2017 amounted 651 studentd distributed into fifteen classes. The draw of the experimental group and the control group was performed with simple random sampling. Data were collected through objective tests, observation, and performance tests. Data analysis using t-test with SPPS 22.0 for Windows. Significance obtained through t-test was 0.67. It was concluded that the application of NHT influential has significant to the result of technique passing control of football to the students at SMPN 2 Singaraja at grade VII in the academic year 2016/2017. Thus, the learning model type of Numbered Head Together (NHT), it can be one of the alternative learning that can be applied in the field, and it has a positive effect to the students to improve the skill and the result of students learning outcomes.

(2)

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.

Kualitas dunia pendidikan merupakan bahan pertimbangan yang selalu menarik dibicarakan tidak hanya oleh pakar pendidikan tetapi juga oleh masyarakat luas. Terlebih-lebihPendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK), karena PJOK merupakan salah satu mata pelajaran akademik atau aspek dalam proses pendidikan yang berkenaan dengan perkembangan kemampuan gerak individu serta berhubungan langsung dengan respon mental dan sosial. Guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi. Pendidikan jasmani adalah proses pembelajaran melalui aktivitas yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan prilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Olahraga dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan, dan membina kekuatan jasmaniah maupun rohaniah pada setiap manusia. Sedangkan pendidikan kesehatan adalah pengalaman belajar yang bertujuan untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap dan prilaku yang berhubungan dengan kesehatan dirinya sendiri dan kelompok atau orang lain. PJOK pada

hakikatnya adalahproses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional.PJOK yang diajarkan disekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Berdasarkan datanilaiulangan harian materi bola besar (Sepak Bola) khusunya teknik dasar passing control sepak bolapada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Singaraja ditemukan bahwa, kebanyakan siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran dan hasilnya, sebagian besar siswa tidak dapat melakukan gerakan dengan teknik yang benar atau dapat dikatakan hasil belajar siswa belum mencapai tingkat ketuntasan. Hal itu dapat dilihat dari persentase hasil belajar teknik dasar

passing control sepak bola, yang dimana siswanya berjumlah 38 orang kemudian dibagi menjadi 3 kategori hasil belajar yaitu : siswa yang tuntas sebanyak 7 orang (18,42%) sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 31 orang (81,57%), siswa yang berada pada kategori sangat baik sebanyak 0 (0%). Kekurang aktifan adalah suatu penyebab dari hasil belajar siswa yang cenderung rendah, hal tersebut dikarenakan adanya masalah-masalah yang menjadi kendala saat pembelajaran berlangsung.

Hasil belajar siswa kurang aktif terlihat dari: (a) dari segi visual, pada saat pembelajaran siswa kurang mengamati demonstrasi yang di peragakan oleh guru atau temannya, (b) dari segi lisan, siswa belum berani mengemukakan pendapat dan jarang mengeluarkan pertanyaan dalam

(3)

kegiatan pembelajaran teknik dasar

passing control sepak bola, (c) dari segi audio, dalam proses pembelajaran ada beberapa siswa kurang mendengarkan penyajian bahan pelajaran yang dilakukan guru, serta siswa cepat jenuh, (d) dari segi metrik, siswa kurang sungguh-sungguh di dalam melakukan gerakan dan malas mencoba gerakan passing control sepak bola, (e) dari segi mental, siswa belum dapat memecahkan masalah atau kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam proses pembelajaran dan (f) dari segi emosional, siswa kurang kurang bersemangat dalam melakukan gerakan teknik dasar passing control

sepak bola.

KAJIAN TEORI

Pembelajaran kooperatif mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama, dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Pembelajaran kooperatif adalah manfaat kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksiamalkan belajar mereka dan anggota lainnya dalam kelompok tersebut.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama diantara anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, prodiktivitas dan perolehan belajar. Model pembelajaran ini mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran.

Adapun prinsip dan pelaksanaan sistematika pembelajaran penjasorkes secara umum mengikuti tiga pola

pembelajaran (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah) yaitu :”Pembelajaran Pendahuluan, Pembelajaran Inti, Penutup”.

1. Pembelajaran Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan guru.

a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran,

b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari,

c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai,

d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Pembelajaran Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar (KD) yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

1. Eksplorasi

Eksplorasi adalah kegiatan untuk memperoleh

(4)

pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru. Dalam kegiatan eksplorasi yang dilakukan guru adalah:

a. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber.

b. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain.

c. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.

d. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

e. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

2. Elaborasi

Elaborasi adalah penggarapan secara tekun dan cermat. Dalam kegiatan elaborasiyang dilakukan oleh guru adalah:

a. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.

b. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.

c. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.

d. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.

e. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar.

f. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok.

g. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok.

h. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan.

i. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. 3. Konfirmasi

Konfirmasi adalah pembenaran, penegasan, dan pengesahan sesuatu. Dalam kegiatan konfirmasi yang dilakukan oleh guru adalah: a. Memberikan umpan balik positif

dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.

b. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber.

c. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.

d. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.

e. Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengar menggunakan bahasa yang baku dan benar.

f. Membantu menyelesaikan masalah.

g. Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi.

(5)

h. Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.

i. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

3. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. Dalam kegiatan penutup yang dilakukan oleh guru adalah:

a. Bersama-sama dengan peserta didik/sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran.

b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Berdasarkan instruksional Bloom, dkk (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:26) “mengkatagorikan jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar, antara lain: a) ranah kognitif, b) ranah afektif, dan c) ranah psikomotor”. Adapun penjelasan dari ketiga ranah di atas sebagai berikut.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku antara lain sebagai berikut.

1. Pengetahuan yakni pencapaian kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan ini berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip dan metode.

2. Pemahaman yang mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang yang dipelajari.

3. Penerapan yang mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4. Analisis yang mencakup kemampuan terperinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5. Sintesis yang mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

6. Evaluasi yang mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Berdasarkan uraian diatas yang peneliti tekankan dalam menunjang penelitian ini adalah Penerapan (C3). b. Ranah Apektif

1. Penerimaan yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan.

2. Partisipasi yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3. Penilaian dan penentuan sikap yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap.

4. Organisasi yang mencakup kemampuan membentuk suatu

(6)

sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.

5. Pembentukan pola hidup yang mencakup kemampuan menghayati nilai membentuknya menjadi nilai kehidupan pribadi.

Berdasarkan uraian diatas yang peneliti tekankan dalam menunjang penelitian ini adalah Penilaian dan penentuan sikap (A3).

c. Ranah Psikomotor

1. Persepsi yang mencakup kemampuan memilah hal-hal secara khas dan menyadari akan adanya perbedaan yang khas tersebut.

2. Kesiapan yang mencakup kesiapan menempatkan diri dalam keadaan di mana akan terjadinya suatu gerakan atau rangkaian gerak.

3. Gerakan terbimbing yang mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai dengan contoh atau gerakan peniruan.

4. Gerakan yang terbiasa yang mencakup kemampuan melakukan gerakan tanpa contoh.

5. Gerakan kompleks yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien dan tepat.

6. Penyesuaian gerak yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerak dengan persyaratan khusus yang berlaku.

Berdasarkan uraian diatas yang peneliti tekankan dalam menunjang penelitian ini adalah Gerakan ang terbiasa (P4).

Agar dapat bermain sepak bola dengan baik dan benar, setiap pemaain harus dapat menguasai

teknik dengan baik. Apabila seorang pemain sudah dapat menguasai teknik yang baik, cenderung pemain tersebut akan dapat bermain dengan baik pula. Menurut Muhajir (2007: 4) pada garis besarnya teknik permainan sepak bola dapat dibagi menjadi dua yaitu: a) Teknik dengan menggunakan badan terdiri dari cara lari dan mengubah arah dan cara melompati dan gerak tipu badan tanpa bola. b) Teknik dengan bola terdiri dari: menendang bola, menerima bola, menyundul bola, menggiring bola, gerak tipu dengan bola dan teknik penjaga gawang. Teknik permainan sepak bola dengan menggunakan badan.

2.7.1 Menggiring bola

Menggiring bola adalah keterampilan dasar dalam sepak bola karena semua pemain harus mampu menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri, atau siap melakukan operan atau tembakan. 2.7.2 Mengoper

Passing adalah seni memindahkan momentum bola dari satu pemain ke pemain lain. Passing

membutuhkan banyak teknik yang sangat penting agar dapat tetap menguasai bola.

2.7.3Menghentikan bola

Menghentikan bola (trapping) baik dengan menggunakan kaki, paha, atau dada merupakan bagian yang sangat penting mengontrol bola.Trapping terjadi ketika seorang pemain menerima passing atau menyambut bola dan mengontrolya sedemikian rupa sehingga pemain tersebut dapat bergerak dengan cepat untuk melakukan dribbling, passing dan

shooting.

2.7.4 Lemparan ke dalam

Lemparan ke dalam (throw-in)

adalah salah satu keterampilan yang sering diabaikan dalam sepak bola.Penggunaan throw-in

(7)

yang benar dapat menciptakan banyak peluang untuk mengontrol bola dan mencetak gol selama pertandingan.Salah satu kunci keberhasilan dalam melakukan

throw-in adalah komunikasi. Pelempar dan penerima bola harus mengetahui apa yang akan dilakukan masing-masing sebelum lemparan tersebut dilakukan. Arah dan kecepatan penerima bola akan menentukan bagaimana pelempar bola melemparkan bolanya.

2.7.5 Menyundul bola

Salah satu cirri unik sepak bola adalah kepala boleh digunakan untuk memainkan bola di udara.Banyak sekali perdebatan berkaitan dengan permainan menggunakan kepala.Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan fatal yang bisa diakibatkan karena

heading.Di samping kekhawatiran-kekhawatiran tersebut, pemain yang telah berpengalaman bisa melakukan gerak yang sangat berharga ini dengan aman jika telah menerima pelatihan yang tepat tentang teknik yang benar.Ketika dilakukan dengan benar, heading memberikan dimensi yang cukup besar pada permainan. Para pemain bisa melakukan heading ketika sedang meloncat, melompat ke depan, menjatuhkan diri (diving), atau tetap diam dan mengarahkan bola dengan tajam ke gawang atau teman satu tim.

2.7.6 Mengecoh dan Membalik

Perubahan kecepatan dan arah yang cepat memungkinkan seorang pemain untuk menghindari dan mengalahkan lawan. Penguasaan dasar-dasar keterampilan dribbling dan mengontrol bola sangat diperlukan hamper disemua situasi. Gerak

mengecoh dan membalik ini memungkinkan pemain untuk menghindarkan diri dari lawan dan menciptakan peluang yang lebih baik untuk mengarahkan bola atau melakukan tembakan langsung ke gawang.

2.7.7 Menembak

Dari sudut pandang penyerangan, tujuan sepak bola adalah melakukan shooting ke gawang. Seorang pemain harus menguasai keterampilan dasar menendang bola dan selanjutnya mengembangkan sederetan teknik

shooting yang memungkinkan untuk melakukan tendangan dan mencetak gol dari berbagai posisi di lapangan. Ketika keterampilan seorang pemain sudah meningkat, pemain tersebut harus mulai melakukan shooting lebih jauh dari gawang. Kemampuan seorang pemain untuk memanfaatkan berbagai macam keterampilan yang telah dipelajari akan mempermudah dalam melakukan

shooting. Cara yang paling tepat untuk mengembangkan teknik

shooting adalah melatihnya berkali-kali menggunakan teknik yang benar. Pemain akan semakin bisa menjalankan keterampilan ini di dalam pertandingan dan memanfaatkan peluang shooting

dengan baik jika semakin banyak berlatih menggunakan situasi yang berbeda.

Adapun cara yang terakhir adalah ”mengoper bola”. Mengoper bola merupakan salah satu karakteristik keterampilan dasar sepak bola yang paling dominan.Menurut fungsinya, menendang bola mempunyai tujuan untuk memberikan atau mengumpan bola kepada teman, menendang bola kearah gawang dan menggagalkan serangan lawan.

(8)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen sebenarnya (true experimental).” “rencana tentang bagaimana cara mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisa data untuk memberi arti terhadap data tersebut secara efektif dan efisien” (Kanca, 2010:55). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 15 kelas. Ke-15 kelas yang ada akan diundi untuk menetapkan kelas yang menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pada penelitian ini, data yang diperoleh adalah berdasarkan hasil penilaian asesmen teknik dasar

passing controlsepak bola yang diisi oleh 2 orang evaluator dari guru PJOK SMP Negeri 2 Singaraja. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan memberikan pretest dan posttest

setelah perlakuan. Tes yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah tes yang sama. Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan 3 aspek sebagai berikut.

a. Aspek Pengetahuan

Aspek pengetahuan dalam pengumpulan data pretest dan

posttest dilakukan dengan cara yang sama, menggunakan lembar penilaian aspek pengetahuan teknik dasar

passing controlsepak bola yang berupa assesmen pertanyaan-pertanyaan.

b. Aspek Sikap

Aspek sikap dalam pengumpulan data pretest dan posttest dilakukan dengan cara yang sama, mengunakan lembar observasi aspek sikap teknik dasar passing controlsepak bola yang terdiri atas 5 aspek yaitu 1). Percaya diri, 2). Kerjasama, 3). Tanggung

Jawab, 4). Menghargai teman, 5). Menjaga keselamatan.

c. Aspek Keterampilan

Aspek keterampilan dalam pengumpulan data pretest dan

posttest dilakukan dengan cara yang sama, menggunakan lembar penilaian aspek keterampilan teknik dasar

passing controlsepak bola yang berupa assesmen penilaian sikap awalan, sikap pelaksanaan dan sikap akhiran.

Hasil dan Pembahasan

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini menekankan pada ciri-ciri pembelajaran langsung dan merupakan pembelajaran yang sangat mudah untuk diterapkan dalam pembelajaran. Pembelajaran ini didasarkan pada prinsip bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT, kelompok yang terdiri atas 4-5 orang harus mewakili keseimbangan kelas dalam kemampuan akademik, jenis kelamin dan ras.Selain menyarankan peringkat para siswa dalam kemampuan akademik sebaiknya dibuat terlebih dahulu.Masing-masing kelompok terdiri atas siswa dari kelompok atas, seorang dari kelompok bawah dan dua orang siswa dengan kemampuan rata-rata.Hal ini bertujuan agar diperoleh kesetaraan pada masing-masing kelompok tersebut. Peneliti memandang tipe NHT sebagai tipe yang paling sederhana dari tiga tipe kooperatif lainnya.Tipe NHT memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berdiskusi serta memecahkan masalah dalam model pembelajaran.

Dalam penelitian ini kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif

(9)

tipe NHT dan pada kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa model pembelajaran konvensional. Data tentang hasil belajar teknik dasar

passing control sepak bola diperoleh melalui tes untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data yang dianalisis adalah nilai gain score yang ternormalisasi.

Hipotesis penelitian yang telah dikemukakan menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar

passing controlsepak bola pada siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran STAD.

Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh nilai signifikansi = 0,000 maka p<0,05. Hasil ini dijadikan dasar dalam mengambil keputusan. Adapun keputusan yang diambil adalah tolak

Hodan terima Ha.Hasil ini menyatakan

bahwa terdapat perbedaan hasil belajar passing control sepak bola antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran STAD.

Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat pembelajaran berlangsung di kelompok eksperimen, pembelajaran diarahkan untuk memberikan perhatian terhadap pemahaman siswa tentang materi

passing control sepak bola di dalam mengikuti pelajaran. Aktivitas siswa yang lebih positif dalam menelaah materi suatu pelajaran pada kegiatan belajar menjadi salah satu faktor yang membuat rata-rata skor yang diperoleh siswa pada kelompok eksperimen lebih besar dari pada rata-rata skor yang diperoleh siswa pada kelompok kontrol.

Berdasarkan angka rata-rata terlihat bahwa rata-rata peningkatan hasil belajar pada kelompok eksperimen lebih besar dari pada kelompok kontrol. Dengan kata lain ada pengaruh positif model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar passing control

sepak bola.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan uraian di atas dapat di lihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh teradap hasil belajar passing bola basket. Hal ini di buktikan dengan hasil data GSn yang menunjukan bahwa hasil belajar passing sepak bola siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dengan siswa yang di belajarkan dengan model pembelajaran STAD.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan ada perbedaan hasil belajar antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan model pembelajaran tipe STAD (p<0,005). Dengan demikian hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok control.

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh sangat signifikan terhadap hasil belajar teknik passing control sepak bola pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017.

(10)

DAFTAR RUJUKAN

Kanca, I Nyoman. 2010. Metodologi

Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Dimiyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pringapus, 16 Juli2012 Mengetahui Guru Mata Pelajaran Kepala

[r]

(C) after processing of HMF, the water was added into the reaction mixture to create an aqueous liquid phase, said first phase, from the highly solubilizing polar aprotic solvent,

Sehubungan dengan telah selesainya koreksi aritmatik yang dilakukan oleh Pokja V Unit Layanan.. Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Musi Banyuasin

yang sangat penting pada proses humifikasi, mineralisasi bahan organik tanah,.. sehingga menjadi unsur-unsur hara yang tersedia untuk

Basis utama terjadinya gangguan pencernaan adalah defisiensi sulfat pada anak ASD yang menyebabkan gangguan sulfasi. Hal ini dapat terjadi karena dengan berkurangnya sulfasi pada

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDN 02 Pojok Mojogedang kabupaten Karanganyar dengan menerapkan model