• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOSA MENURUT TEOLOGI PAULUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DOSA MENURUT TEOLOGI PAULUS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Ir. Eben Munthe, S.Th

I. PENGANTAR

Dari semua tulisan dalam Perjanjian Baru, pendekatan Paulus dalam surat-suratnya merupakan suatu uraian yang paling dekat dengan apa yang disebut teologia mengenai dosa. Namun dasar pemikirannya sama dengan yang kita lihat dalam kitab-kitab Injil. Pertama-tama kita akan memperhatikan berbagai pengertian yang dipakai Paulus dalam mengungkapkan gagasan tentang dosa, kemudian membahas tema-tema yang memperlihatkan bahwa dosa itu dari suatu pribadi sampai mencakup semua orang. Selanjutnya kita akan melihat ajaran Paulus mengenai hubungan antar dosa dan daging, dosa dan maut, tanggung jawab, penghukuman dan asal-usul dosa. Dengan cara itu kita akan menemukan gagasannya mengenai kebutuhan-kubutuhan dasar manusia.

II. BERBAGAI HALTENTANG DOSA A. Pengertian dosa

Paulus menggunakan beraneka ragam istilah untuk menjelaskan hakikat dosa, seperti juga dalam menjelaskan gagasan-gagasannya yang lain. Kita perlu memperhatikan istilah istilah ini, tapi ajaran Paulus tentang dosa memiliki dasar yang lebih luas dari pada istilah-istilah yang

digunakannya. Sebenarnya, istilah-istilah itu hanya

menunjukkan garis besar dari pengertiannya, yang dapat diselidiki lebih mendalam dengan cara-cara lain.

Kata hamartia digunakan secara umum dalam pengertian perbuatan-perbuatan dosa dan dipakai dalam bentuk jamak dan tunggal. Bentuk jamak dari kata itu sering terdapat dalam tulisan-tulisan yang merupakan kutipan-kutipan Perjanjian Baru (misalnya, Roma 4:7; 11:27). Dalam Kolose 1:14 Paulus menggunakan istilah “pengampunan dosa” dan dalam Galatia 1:4 terdapat gagasan mengenai Kristus yang menyerahkan diri-

(2)

Nya karena dosa-dosa kita, dalam ayat ini bentuk jamak

hamartiai mengungkapkan keseluruhan dosa secara umum.1

B e n t u k t u n g g a l d a r i h a m a r t i a i h a m p i r s e l a l u menggambarkan keadaan berdosa dan bukan berarti suatu tindakan membuat dosa. Karena itu Paulus dapat berbicara tentang kuasa dosa (Roma 3:9), pengenalan dosa (Roma 3:20), bertambahnya dosa (Roma 6:16), dan upah dosa (Roma 6:23).

Kata lain dari dosa disebut paraptoma berarti langkah yang keliru, sebagai lawan dari langkah yang benar (Roma 4:25; Galatia 6:1). Istilah lain dari dosa adalah parabasis yang berarti melangkah ke samping, yaitu menyimpang dari jalan yang benar, biasanya istilah ini diterjemahkan dengan kata “pelanggaran” (Roma 2:23; 4:15; Galatia 3:19). Kata yang agak berhubungan dengan gagasan ini adalah kata anomia yang berarti kedurhakaan atau perbuatan jahat.2

1. Dosa sebagai utang

Pengertian dosa sebagai utang yang harus ditebus dengan banyak melakukan perbuatan baik, sama sekali tidak terdapat dalam tulisan-tulisan Paulus. Bahkan pemikiran demikian dihapus sama sekali oleh ajaran Paulus mengenai anugerah (kasih karunia).

2. Dosa sebagai pelanggaran

Paulus memakai kata parabasis sebanyak lima kali, dan dari pemakaian itu kita mendapat kesan bahwa dosa adalah gerakan membelot dari jalan yang lurus. Roma 2:23 menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi telah melanggar Hukum Taurat istilah yang sama digunakan untuk menyebutkan tentang pelanggaran Adam (Roma 5:15) yang diakibatkan oleh penolakannya untuk mematuhi perintah Allah.

3. Dosa sebagai kedurhakaan

Jika dosa merupakan penyimpangan dari jalan yang sudah diketahui, maka dosa dapat memburuk menjadi kedurhakaan sebagaimana tampak secara khusus dalam pemakaian kata anomia. Dalam Roma 6:19, Paulus mengingatkan pembacanya yang Kristen bahwa mereka 1

Donald Gutrie, Teologi Perjanjian Baru: Allah, Manusia dan Kristus, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1999), hlm. 217.

2

(3)

telah menyerahkan anggota tubuh mereka menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa mereka kepada kedurhakaan, hal ini terlihat seolah-olah mempunyai akibat yang terus makin memburuk. Kedurhakaan mengakibatkan pemberontakan. Dalam 2 Korintus 6:14

anomia dipertentangkan secara langsung dengan kebenaran, dengan pemikiran bahwa orang-orang percaya merupakan bait Allah yang hidup, segala sesuatu yang bertentangan dengan Allah adalah kedurhakaan atau pelanggaran. Pelanggaran atau kedurhakaan merupakan kebiasaan manusia yang berdosa dan ia dapat dibebaskan dari kebiasaan ini hanya melalui tindakan Krisus dalam penebusan (Titus 2:14).3

B. Dosa Mencakup Perbuatan-Perbuatan Manusia Lahiriah Dan Sikap-Sikap Batin

Paulus dan orang-orang Yahudi yang sejaman dengannya dengan sama-sama senang menyusun daftar perincian tentang d o s a , y a n g m e l i p u t i p e r b u a t a n d a n s i k a p . H a l i n i memperlihatkan betapa luasnya tafsiran Paulus mengenai dosa. Daftar yang terdapat dalam Roma 1:29-31 menggambarkan dengan baik gabungan antara dosa lahiriah dan dosa batiniah. Beberapa hal dalam daftar ini dapat dibuktikan secara obyektif, seperti pembunuhan perselisihan dan suka mengumpat. Tetapi yang lain seperti kedengkian, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan termasuk sikap dan bukan tindakan. Sangat jelaslah Paulus ingin memperlihatkan hakikat dosa dalam istilah yang khusus, dan juga ingin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar antara berbagai jenis dosa, mulai dari tindakan kriminal seperti pembunuhan, sampai pada sikap hati seperti rasa iri dan rasa benci.4

C. Pengertian Tentang Dosa Sebagai Suatu Pribadi

Pada waktu Paulus menjelaskan tentang dosa sebagai suatu pribadi, ia menekankan sifat-sifat dosa yang berbahaya. Digambarkan sebagai penguasa yang lalim. Di samping itu

3

Ibid, hlm 220.

4

(4)

disebut upah dosa adalah maut. Paulus seolah-olah berkata bahwa tubuh manusia seolah-olah telah menjadi milik dosa (Rom 6:6). Karena itu, dosa dalam bentuk tunggal merupakan suatu faktor yang lebih fatal dari pada perbuatan yang bersifat dosa. Sesungguhnya terletak antar dosa yang dimengerti sebagai suatu kuasa yang menjadi dasar perbuatan-perbuatan tertentu, dan dosa sebagai perbuatan tertentu yang melawan patokan yang sudah diketahui.5

Paulus sangat menyadari akan kuasa dosa. Dalam 1 Korintus 15:56, sekilas Paulus menyebutkan bahwa sengat maut ialah dosa, dan kuasa dosa adalah hukum Taurat. Dalam Roma 7:17, ia tampaknya mempertentangkan kuasa dosa dengan ketidak berdayaan manusia. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah Paulus meninggalkan tanggung jawabnya atas dosa? Masalah ini akan dibahas pada bagian berikutnya. Tetapi tujuan utama dalam hal ini bukan untuk membebaskan manusia dari tanggung jawabnya, tetapi untuk menunjukkan betapa kuatnya cengkeraman dosa yang berlangsung sampai saat Yesus menang atasnya.

D. Dosa Mencakup Semua Manusia

Dalam surat-surat Paulus tidak ada pandangan yang menyatakan bahwa ada seseorang secara pribadi atau kelompok orang tertentu yang tidak berdosa Pernyataan terbaik dalam ini terdapat dalam Roma 1-3. Selanjutnya Paulus menegaskan bahwa seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah (Roma 3:19). Sesungguhnya berdasarkan keyakinan, bahwa semua manusia berdosa itu Paulus mengembangkan ajaranya tentang pembenaran melalui Kristus.

Dalam buku yang berjudul Hamartologi, Jhon F. MacArthur JR, berkata bahwa dosa, kemerosotan, dan bencana rohani telah memenuhi masyarakat modern.6

E. Dosa Dan Daging

Kita perlu memperhatikan hubungan antara dosa dan daging atau sarx, Paulus sering menyebut dengan keinginan

5

6

Donald Gutrie, Teologi Perjanjian Baru I: Allah, Manusia dan Kristus, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1999), hlm 224.

Jhon F. MacArthur, Hamartologi: Doktrin Alkitab Tentang Dosa, (Malang: Gandum Mas, 2000), hlm 15.

(5)

daging. Karena keinginan mengawali tindakan, maka Paulus memandang daging menjadi salah satu sumber dosa. Karena manusia berpaling dari Allah, menyimpang ke arah dosa, sebenarnya sarx itu sendiri tidak mempunyai sifat dosa. Paulus tidak menyatakan semua materi, temasuk jahat sifatnya sehingga dapat disebut sumber dosa, sebab ungkapan “keinginan daging” melibatkan manusia seutuhnya. Tetapi Karena sarx sudah dikuasai oleh dosa, maka sarx tidak dapat menghindarkan diri dari perbuatan berdosa. Karena alasan inilah maka Paulus berkeyakinan bahwa mereka yang hidup dalam daging tidak mungkin berkenan kepada Allah (Roma 8:8). Ia mengatakan bahwa “keinginan daging” adalah perseteruan terhadap Allah (Roma 8:7).

F. Dosa Dan Tanggung Jawab Manusia

Paulus berpendapat bahwa manusia bertanggung jawab atas dosa yang dilakukannya. Pemikiran tentang manusia sebagai alat yang tidak berdaya dari nasib yang tidak dapat dielakkan, sama sekali tidak terdapat dalam surat-surat Paulus. Tanggung jawab manusia terhadap Allah (Roma 3:19) yang secara khusus ditegaskan oleh Paulus, mencerminkan keyakinannya bahwa manusia harus mempertanggung-jawabkan dosanya, terutama aspek dosa yang dipandang sebagai pembrontakan terhadap Allah.7

G. Dosa Dan Hukuman

Paulus menuliskan tentang kedatangan suatu hari penghukuman Allah yang adil (Roma 2:5). Paulus menambahkan bahwa Allah akan membalas setiap orang menurut perbuatannya (Roma 2:6). Paulus banyak membahas tentang penghakiman Allah (Roma 2:2-3). Akibat dosa yang paling sering disebut Paulus adalah maut. Maut dianggap sebagai musuh yang terakhir (1 Korintus 15:26). Kematian yang merupakan satu-satunya kesudahan dosa (Roma 6:21) benar-benar bertentangan dengan kehidupan yang diberikan sebagai karunia melalui Kristus.

Akibat dosa lain, yang tidak dapat dielakkan adalah putusnya hubungan antara Allah dan manusia. Paulus

7

Donald Gutrie, Teologi Perjanjian Baru I: Allah, Manusia dan Kristus, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1999), hlm 226.

(6)

mengatakan sebelum, seseorang menjadi orang Kristen keadaanya menjadi seteru Allah (Roma 5:10).

H. Asal Mula Dosa Dalam Diri Manusia

Kemungkinan besar Paulus memegang prinsip tentang dosa asal. “Dosa asal” dalam konteks ini berarti kecenderungan berbuat dosa sebagai warisan turun temurun. Ada beberapa pengamatan umum yang perlu dikemukakan untuk menempatkan pembahasan ini dalam pandangan yang benar. 1. Tentu saja Paulus tidak beranggapan bahwa diciptakan

dalam keadaan yang berdosa. Dia mempertahankan pandangan Perjanjian Lama, bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (1 Korintus 11:7), yang tentunya berarti bahwa ia tidak jahat. “Gambar” ini menandakan sifat moral dari Allah. Manusia adalah makhluk yang bermoral, kenyataan yang membedakannya dari makhluk-makhluk lain, meskipun manusia telah merusak hakikat moralnya.8

2. Di atas telah dikatakan, bahwa seluruh manusia telah berbuat dosa, Paulus lebih mementingkan fakta bahwa semua manusia telah berdosa, dari pada mempersoalkan asal mula dosa atau penyebaran dosa. Meskipun ia mendukung pandangan bahwa dosa itu masuk melalui Adam (Roma 5:12) namun ia tidak mengatakan bahwa dosa menjalar dari satu orang kepada banyak orang, seolah-olah mereka membebankan tanggung jawab masing-masing orang di atas bahu Adam. Bahkan dia memulainya dari kenyataan bahwa dosa itu ada dalam setiap manusia.

3. Hubungan yang erat antara dosa dan maut (lihat bagian G), mempengaruhi pikiran Paulus, walaupun bukan dipastikan, namun bukanlah hal yang mustahil, bahwa Paulus dipengaruhi pandangan pada zaman antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru “mengenai dorongan hati yang jahat”, para rabi berpendapat, bahwa dorongan hati ini menjadi jahat hanya jika orang menyerah pada dorongan itu.9

8

Ibid. hlm. 229.

9

(7)

Nampaknya Paulus menerima kenyataan bahwa semua orang mewarisi ”kecenderungan berbuat dosa” melalui Adam, namun perbuatan dosa secara nyata itulah yang mendatangkan hukuman. Tapi Paulus mengetahui dan menyetujui bahwa kematian dan kebangkitan Kristus berkaitan dengan dosa manusia. Pokok pembicaraan yang dihasilkan dari survei terhadap tulisan Paulus adalah, bahwa peristiwa Kristus telah mematahkan panggung dosa (Galatia 1:4-5; 1 Korintus 15:3-4; Kolose 1:3-23).10

Alkitab dengan jelas menunjukkan, bahwa tidak mungkin Tuhan Allah menjadi sebab asal dosa. Kitab Perjanjian Lama telah memberitakan kepada kita, bahwa jauhlah dari Allah untuk melakukan kefasikan dan yang Maha Kuasa untuk berbuat curang (Ayub 34:10). Oleh sebab itu orang senantiasa dianjurkan untuk mendekati Allah (Mazmur 73:23), sebab Tuhan Allah tidak pernah berlaku curang, memihak atau pun menerima suap (2 Taw 19:7; Kel 23:6-8).11

III. KESIMPULAN

1. Dari penyelidikan di atas, nyatalah satu fakta bahwa manusia tidak hidup sebagaimana mestinya. Keadaan yang tidak semestinya ini dijelaskan dengan berbagai cara. Sifat dosa yang mencakup semua manusia terdapat dalam seluruh Perjanjian Baru, namun uraian yang paling jelas tentang hal itu terdapat dalam surat-surat Paulus. Penekanan pada sifat dosa secara batiniah yang dibedakan dari tindakan secara lahiriah disimpulkan dalam pandangan Yesus, bahwa hal-hal yang keluar dari diri manusia itulah yang menajiskannya. 2. Dosa manusia itu ditemukan dalam aneka ragam bentuk istilah,

seperti utang, pelanggaran, kedurhakaan, perhambaan dan dusta. Manusia telah memberontak terhadap Allah. Dan tidak mentaati hukum Allah. Dia telah membiarkan dirinya menjadi hamba dosa, dan dengan usahanya sendiri ia tidak dapat melepaskan dirinya dari ikatan itu. Manusia digambarkan sebagai orang yang buta terhadap kemampuan dasarnya, karena dosa telah mengakibatkan manusia tidak memperdulikan Allah

10.

C. Marvn Pate, The End Of the Age Has Come: Escatologi Paulus, ( Malang : Gandum Mas, 2004), hlm. 85.

11.

(8)

dan tidak mempunyai penilaian yang benar terhadap dirinya sendiri.

3. Dalam tulisan-tulisan Yohanes dan Paulus, dosa dipandang secara khusus sebagai sikap tidak percaya: ini membuat

manusia bertanggungjawab penuh atas dosanya. Sikap

ketidakpercayaan ini diungkapkan sebagai penolakan untuk percaya kepada Kristus. Dalam Perjanjian Baru tidak terdapat pembahasan secara formal tentang asal-usul dosa, tetapi sepertinya semua penulis Perjanjian Baru menerima kenyataan tentang kejatuhan manusia. Hal ini diterima sebagai kenyataan sejarah dan tidak dibahas secara teoritis.

4. Segi lain dari dosa yang dijelaskan dalam Perjanjian Baru adalah, bahwa dosa itu sewajarnya mengakibatkan hukuman. Adanya hukuman dosa yang adil oleh Allah merupakan titik tolak ajaran Perjanjian Baru tentang keselamatan dan hal ini harus dipertimbangkan dalam memahami misi Yesus secara tepat. Memang kebanyakan dari segi-segi dosa tertentu yang digambarkan dalam Perjanjian Baru membantu kita untuk mengerti karya Yesus. Jika dosa itu digambarkan sebagai perhambaan, Kristus membawa pembebasan, jika dosa itu digambarkan sebagai dusta, Kristus memberikan kebenaran, jika dosa digambarkan sebagai ketidaktaatan, Kristus menunjukkan jalan ketataatan, jika dosa itu sebagai penyimpangan dari kehendak Allah, maka Kristus merupakan teladan kebenaran yang sempurna.

5. Dosa akan selalu berdampak kepada hukuman. Paulus

menuliskan tentang kedatangan suatu hari penghukuman Allah yang adil (Roma 2:5). Paulus menambahkan bahwa Allah akan membalas setiap orang menurut perbuatannya (Roma 2:6). Paulus banyak membahas tentang penghakiman Allah (Roma 2:2-3). Akibat dosa yang paling sering disebut Paulus adalah maut. Maut dianggap sebagai musuh yang terakhir (1 Korintus 15:26). Kematian yang merupakan

satu-satunya kesudahan dosa (Roma 6:21) benar-benar

bertentangan dengan kehidupan yang diberikan sebagai karunia melalui Kristus. Akibat dosa yang lain yang tak dapat dielakkan adalah putusnya hubungan antara Allah dan manusia. Paulus mengatakan sebelum seseorang menjadi orang Kristen keadaanya menjadi seteru Allah (Roma 5:10).

(9)

DAFTAR PUSTAKA

1. --- Alkitab, (Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2009).

2. Gutrie Donald, Teologi Perjanjian Baru I, Allah, Manusia dan Kristus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999).

3. Hadiwidjono H., Iman Kristen,(Jakarta: BPK Gunug Mulia, 1984). 4. MacArthur Jhon F., Hamartologi: Doktrin Alkitab Tentang Dosa,

(Malang: Gandum Mas, 2000).

5. Pate C. Marvin, The End Of The Age Has Come, Escatologi

(10)
(11)

Referensi

Dokumen terkait

, Imam Kristen , PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1995, hlm.. karena Adam dan Hawa sebagai manusia pertama telah membuat dosa. Semua manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah

Uraian Paulus tersebut dapat dipahami mulai dari pasal 1 surat Roma, oleh sebab itu penyusun akan membatasi pembahasan hanya dari pasal 1 dalam surat Roma untuk dapat

Oleh karena itu, setiap orang percaya yang sudah menerima baptisan kudus (yang melambangkan kematian orang percaya atas dosa dan kebangkitan-Nya melambangkan kemenangan orang

Dalam dialektika antara dosa dan pengampunan menjadi jelas bahwa dari pihak Allah ada keterbukaan tanpa batas untuk mengampuni, namun dari pihak manusia ada kondisi-kondisi

Refleksi mengenai pengalaman manusia membawa Yohanes Paulus II pada sebuah affirmasi bahwa akal budi adalah kapasitas manusia yang khas dan menjadi sumber lahirnya human

Kematian secara rohani artinya tidak lagi hidup dalam kebenaran Allah tetapi hidup di dalam kuasa dosa yang terus menerus mengikat manusia serta tidak dapat bergaul dengan

Konsep baru Paulus mengenai eskatologi Yahudi membawanya untuk berbicara tentang Yesus sendiri sebagai hakim yang akan datang dan pekerjaan Roh sebagai yang memanggil orang yang mau

Salah satunya adalah surat-surat Paulus yang mengajarkan teologi tentang pikiran Kristus.35 Penulis memilih surat Roma dan Korintus karena latar belakang surat Roma dan Korintus cukup