HUKUM PERIKATAN ISLAM
Pengertian,
Rukun & Syarat
Hak & Kewajiban Para Pihak, Khiyar dan
Berakhirnya Akad
Oleh
WIRDYANINGSIH
ISTILAH-ISTILAH
1.Wa’ad
2.‘Ahdu
3.Akad
4.Iltizam
1. WA’AD
• Wa’ad = janji
• Pernyataan yang dimaksud oleh
pemberi pernyataan untuk melakukan perbuatan baik di masa depan
• Keinginan yang dikemukakan oleh
seseorang untuk melakukan sesuatu,
baik perbuatan maupun ucapan, dalam rangka memberi keuntungan bagi
Apakah Wa’ad Mengikat
Secara Hukum?
1.Jumhur fuqaha dari Hanafiyah, Syafi’iyah, Hanabilah, dan satu pendapat dari Malikiyah wa’ad adalah
kewajiban agama, bukan kewajiban hukum formal, sehingga tidak mengikat secara hukum
2.Ibn Syubrumah, Ishaq bin Rahawiyah, Hasan Basri, dan sebagian pendapat Malikiyah wa’ad itu wajib
dipenuhi dan mengikat secara hukum
3.Sebagian fuqaha Malikiyah wa’ad mengikat secara hukum apabila berkaitan dengan suatu sebab
meskipun sebab tersebut tidak menjadi bagian/ disebutkan dari mau’ud (pernyataan janji)
4.Ibn Qasim wa’ad bersifat mengikat untuk dipenuhi apabila berkaitan dengan sebab yang dinyatakan
2. AL-’AHDU
• Al-’ahdu yaitu ikatan yang terjadi antara
manusia dengan Allah swt, seperti perjanjian terjalinnya fitrah manusia yang tunduk pada kebaikan, serta perjanjian para Nabi dengan Allah swt untuk menyampaikan pesan
kepada umat manusia
• Al ‘Ahdu yaitu pernyataan untuk
mengerjakan atau tidak mengerjakan
sesuatu yang tidak terkait dengan orang lain
• Q.S. Ali Imran ayat 76: “Sebenarnya siapa
yang menepati janji dan bertakwa, maka
3. AKAD
• Al ‘Aqdu yaitu ikatan, mengikat;
menghimpun dua ujung tali dan
mengikatkannya sehingga menjadi bersambung
• Akad adalah Pertalian antara ijab dan
kabul yang dibenarkan oleh syara yang menimbulkan adanya akibat hukum
terhadap objeknya
• Akad diwujudkan melalui:
1.Ijab dan kabul
2.Kesesuaian dengan kehendak syariat 3.Timbul akibat hukum terhadap objek
DASAR HUKUM & UNSUR AKAD
• Al Maidah ayat 1:
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu”
• Unsur-unsur yang terdapat dalam akad: –Pertalian ijab dan kabul
–Dibenarkan syara’
–Berakibat hukum terhadap objek
• Akad adalah salah satu bentuk perbuatan hukum (Tasharruf)
• Tasharruf (Mustafa Az Zarqa) yaitu:
Segala sesuatu perbuatan yg bersumber dari kehendak seseorang dan syara’ menetapkan
Pengertian Akad dalam Peraturan
• Akad adalah kesepakatan tertulis antara
Bank Syariah atau UUS dan pihak lain
yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip Syariah (Pasal 1 Angka 13 UU No. 21/2008 ttg Perbankan Syariah)
• Akad adalah kesepakatan dalam suatu
perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan atau tidak
4. ILTIZAM
• Terisinya dzimmah (tanggungan) seseorang
dengan suatu hak yang wajib ditunaikannya kepada orang lain
• Kaidah al ashlu bara’atudz-dzimmah
asasnya adalah bebasnya dzimmah,
seseorang tidak memiliki hak apa pun atas
milik orang lain atau tidak memikul kewajiban apapun terhadap orang lain sampai ada bukti yang menyatakan sebaliknya
• Mustafa Az Zakra: “Iltizam adalah keadaan di
5. PERJANJIAN
•
Perjanjian atau
overeenkomst
adalah suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap
satu orang lain atau lebih
(Pasal 1313 KUHPer)
•
Perjanjian merupakan suatu
6. PERIKATAN
• Perikatan atau verbintenis adalah suatu
hubungan hukum (mengenai harta kekayaan) antara dua orang, yang memberi hak pada
yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yang lainnya itu diwajibkan memenuhi tuntutan itu (Subekti)
• Perikatan adalah suatu peristiwa hukum yang
abstrak
• Mana yang lebih luas, Perjanjian atau
perikatan?
• Mana yang lebih luas Perikatan Islam atau
Tahap Terjadinya Hubungan Hukum Perikatan Barat
PERJANJI
Tahap Terjadinya
Perikatan Islam (Abdoerraoef)
AHDU
PERJANJI-AN
PERSETUJU
-AN
7. KONTRAK
• Contract is an agreement between two or
more parties creating obligations that are
enforceable or otherwise recognizable at law
• Tiga unsur dalam kontrak:
1. The fact between the parties (kesepakatan tentang fakta antara para pihak)
2. The agreement is written (dibuat secara tertulis)
3. Consist of peope who has rights and duties in making a written agreement (adanya orang-orang yang berhak dan berkewajiban untuk
RUKUN AKAD
• Jumhur Ulama:
1. Al Aqidain (subjek akad)
2. Mahallul Aqad (Obyek Akad)
3. Sighat (Ijab dan Kabul)
• Mustafa az Zarqa: unsur penegak akad: 4. Maudhu’ul Aqd (Tujuan Akad)
• TM Hasbi Ashiddiqi : 4 hal tsb disebut Komponen yg hrs dipenuhi utk terbtknya akad.
• Pasal 22 KHES:
1. Pihak-pihak yang berakad 2. Objek akad
1. Al ‘Aqidain
(Subjek akad)
• Para pihak yang melakukan akad • Bentuk subjek akad:
a. Manusia
b. Badan hukum (syirkah)
• Pasal 23 KHES:
1) Pihak2 yg berakad: Org perseorangan, klpk org,
persekutuan, atau Badan Usaha
a. Manusia
•
Manusia sebagai subjek hukum
adalah manusia yang sudah
dapat dibebani hukum, disebut
mukallaf
•
Mukallaf
adalah orang-orang
yang telah dapat
mempertanggungjawabkan
Syarat-syarat Subjek
Hukum
1.Aqil Baligh
– Mencapai perubahan fisik dan berakal
sehat
2.Tamyiz (dapat membedakan)
– Dapat membedakan yang baik dan
buruk
3.Mukhtar (bebas dari paksaan)
– Dalam akad harus tercermin prinsip
antharadin yaitu suka sama suka yang terbebas dari paksaan dan tekanan.
– Q.S. An Nisa ayat 29: “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
3 HAL PENTING SUBYEK HUKUM
1. Ahliyah : Kecakapan sesorg utk memiliki hak & dikenai kewajiban atasnya (wujuh) dan kecakapan bertasharruf (Ada’):
a. Al Naqisah: Tidak sempurna Dapat bertasharruf tp tdk cakap melkkn akad
b. Kamilah: SempurnaDpt bertasharruf & cakap melkkn akad
2. Wilayah (Kewenangan): Kekuasaan hukum yg
pemiliknya dpt kegiatan melkkn akad & menunaikan sgl akibat hkm yg ditimbulkan.
a. Niyabah Ashliyah: mempunyai kecakapan sempurna
b. Niyabah al Syar’iyyah: Pemberian kewenganan kpd org lain yg memiliki kecakapan sempurna utk mlkkn tasharruf atas nama org lain (wali)
3. Wakalah (Perwakilan): Pengalihan kewenangan perihal harta dan perbuatan ttt dari seorg kpd org lain utk
b. Badan Hukum
•
Badan hukum adalah badan
yang dianggap bertindak dalam
hukum dan yang mempunyai
hak-hak, kewajiban-kewajiban,
dan perhubungan hukum
terhadap orang lain atau badan
lain.
•
Dalam Islam dikenal
syirkah
Dalil
Syirkah
• An Nisa ayat 12
– “Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari
seorg, maka mereka bersekutu dalam yg sepertiga itu…”
• Shaad ayat 24
– “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebgn mereka berbuat zalim kpd sbgn yang lain, kecuali orang-orang yang beriman…”
• Hadis Qudsi
– “Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang
yang berserikat, sepanjang salah seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya.
Badan Hukum sebagai Subjek
Hukum
(T.M. Hasbi Ash Shiddieqy)
1. Memiliki hak yang berbeda dari hak manusia
2. Tidak hilang dengan meninggalnya pengurus badan hukum
3. Diperlukan pengakuan hukum 4. Memiliki ruang lingkup terbatas
5. Memiliki tindakan hukum yang tetap, tidak berkembang
2. Mahallul ‘Aqad
(Objek
akad)
• Bentuk objek akad yang dapat
dikenai hukum dapat berupa:
– benda berwujud dan
– tidak berwujud ataupun jasa • Pasal 24 KHES
–Amwal atau Jasa yg dihalalkan yg
dibutuhkan msg2 pihak
–Obyek akad hrs suci, bermanfaat,
Syarat-syarat Objek akad
1. Telah ada ketika akad dilangsungkan Transaksi lebih jelas dan pasti
Tidak dapat bergantung pada sesuatu yang belum ada Pengecualian: pada akad salam, istishna dan musyaqah
yang objeknya diperkirakan ada di masa datang.
didasarkan pada istihsan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam kegiatan muamalat
2. Dibenarkan oleh syariah
Objek akad harus memiliki nilai dan manfaat bagi manusia, dan tidak bertentangan dengan ketentuan syariah
3. Harus jelas dan dikenali
Kejelasan objek bertujuan agar tidak terjadi
kesalahpahaman di antara para pihak, sehingga dapat menimbulkan sengketa
4. Dapat diserahterimakan
3. Maudhu’ul ‘Aqad
(Tujuan akad)
• Tujuan akad tidak boleh bertentangan dengan
syari’ah
• Al Maidah ayat 2: “Dan tolong menolonglah
kamu dalam mengerjakan kebajikan, dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran
• Pasal 25 KHES:
–Tujuan akad: memenuhi kebutuhan hidup
dan pengembangan usaha masing2 pihak yg mengadakan akad.
–Sighat akad dilakukan dgn jelas, baik secara
4. Sighatul ‘Aqad
(Ijab dan Kabul)
•
Sighatul ‘aqad
adalah suatu
ungkapan para pihak yang
melakukan akad berupa ijab dan
kabul.
•
Ijab
adalah pernyataan janji atau
penawaran pihak pertama untuk
melakukan atau tidak melakukan
sesuatu
•
Kabul
adalah pernyataan
menerima dari pihak kedua atas
penawaran yg dilakukan pihak
Syarat dalam Ijab dan
Kabul
1. Jala’ul ma’na yaitu tujuan yang
terkandung dalam pernyataan itu
jelas, sehingga dapat dipahami jenis akad yang dikehendaki
2. Tawafuq yaitu adanya kesesuaian antara ijab dan kabul
Bentuk Ijab dan Kabul
1. Lisan ijab dan kabul dinyatakandengan perkataan secara jelas
2. Tulisan ijab dan kabul dinyatakan secara tertulis (Al Baqarah ayat 282:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya”)
3. Isyarat ijab dan kabul diungkapkan dengan kode tertentu, asalkan para
pihak memiliki pemahaman yang sama 4. Perbuatan ijab dan kabul melalui
Keharaman dalam Akad
• Ps 2 ayat (3) PBI 7/46/PBI/2005: transaksi syariah tidak boleh mengandung unsur-unsur:
1.Gharar : transaksi yang mengandung tipuan dari salah satu pihak sehingga pihak lain dirugikan
2.Maysir : transaksi yang mengandung unsur perjudian, untung-untungan atau spekulatif yang tinggi
3.Riba : pengambilan tambahan baik dalam jual beli maupun pinjam meminjam secara batil atau
bertentangan dengan ajaran Islam
4.Zalim : perbuatan atau tindakan yang mengakibatkan kerugian dan penderitaan orang lain
5.Risywah : tindakan suap dalam bentuk uang, fasilitas, atau bentuk lainnya yang melanggar hukum sebagai upaya mendapatkan fasilitas atau kemudahan dalam transaksi
Akibat Akad
• Menimbulkan hak dan kewajiban
di antara para pihak (subjek hukum)
• Terdapat khiyar yaitu hak pilih
bagi yang melaksanakan akad untuk melangsungkan atau
•
HAK DAN
PENGERTIAN DAN MACAM HAK
• Mnrt bahasa: Kekuasaan yg benar atas sesuatu atau utk
menuntut sesuatu.
• Mnrt ulama: Sesustu hkm yg telah ditetapkan secara syara’. • Macam Hak:
1.Pemilik Hak: a.Hak Allah
b.Hak Manusia
c.Hak Gabungan Hak Allah dan hak Manusia 2.Obyek Hak:
a.Hak Maali dan Hak Ghairu Maali b.Hak Sakhsyi
c.Hak al Aini
d.Hak Mujarrad dan hak ghairu mujarrad 3.Kewenangan pengadilan:
a.Hak Diyaani
1. Pemilik Hak
a. Hak Allah:
– Seluruh bentuk yg dapat mendekatkan diri
kpd Allah.
– Seluruh hak Allah tdk dapat digugurkan.
b. Hak Manusia:
– Utk memelihara kemaslahatan setiap pribadi
manusia.
– Hak Manusia bisa digugurkan, diubahnya,
diwariskannya.
c. Hak Gabungan Hak Allah dan Hak Manusia.
2. OBYEK HAK
1.Hak Maali: Berhubungan dgn harta/benda.
– Mis. Hak penjual thd harga brg yg dijualnya dan hak pembeli
thd brg yg dibelinya.
2.Hak Ghairu Maali: Tdk terkait dgn harta/benda.
– Mis. Hak wanita dlm talak.
3.Hak Sakhsyi: Hak yg ditetapkan syara’ bagi pribadi berupa kewajiban bagi org lain.
– Mis. Penjual utk menerima harga dari brg yg dijualnya.
4.Hak Aini: hak seorg thd sesuatu shg ia memiliki kekuasaan penuh utk menggunakan haknya.
– Mis. Hak pemanfaatan sesuatu.
5.Hak Mujarrad: hak murni yg tdk meninggalkan bekas bila digugurkan mll perdamaian atau pemanfaatan.
– Mis. Persoalan utang
6.Hak ghairu mujarrad: hak yg bila digugurkan meninggalkan bekas thd org yg dimaafkan.
3. Kewenangan Pengadilan
1. Hak Diyaani (keagamaan): hak yg tdk dicampuri oleh kekuasaan kehakiman.
– Mis. Walau tidak dapat cukup bukti
di Pengadilan, tapi tetap dituntut pertanggung jawabannya di
hadapan Allah.
2. Hak Qadhai: Seluruh hak di bwh
kekuasaan pengadilan (hakim) dan
pemilik hak mampu membuktikannya di depan hakim
SUMBER & AKIBAT HAK
Sumber Hak:1.Syara’. Mis. Ibadah 2.Akad
3.Kehendak pribadi. Mis. Nazar 4.Perbuatan yg bermanfaat.
5.Perbuatan yg menimbulkan mudarat.
Akibat Hak:
6.Perlindungan hak sesuai prinsip keadilan yang sesuai syariat
PELANGGARAN DALAM PENGGUNAAN HAK
1. Menggunakan haknya mengakibatkan
pelanggaran thd hak org lain atau menimbulkan kerugian thd kepentingan org lain.
2. Melakukan perbuatan yg tdk disyariatkan & tdk sesuai dgn tujuan kemaslahatan yg ingin dicapai dlm penggunaan haknya tsb.
3. Menggunakan haknya utk kemaslahatan
pribadinya tp mengakibatkan mudharat thd pihak lain.
4. Menggunakan haknya tdk sesuai tempatnya atau bertentangan dgn adat kebiasaan yg berlaku
serta menimbulkan mudharat thd pihak lain. 5. Menggunakan haknya secara ceroboh shg
TINDAKAN YG DPT DILAKUKAN
TERHADAP PELANGGARAN HAK
1. Menghilangkan segala hal yg telah menimbulkan mudharat
2. Membayar ganti rugi/ kompensasi sepadan dgn kerugian
3. Membatalkan perbuatan tsb 4. Memberikan sanksi hukuman
5. Mengambil tindakan paksa thd
pelaku utk melakukan sesuatu atas
KEWAJIBAN/ ILTIZAM
• Dikaitkan dgn akibat hkm dr akad
Iltizam:
• Akibat (ikatan) hkm yg mengharuskan
pihak lain berbuat memberikan sst atau mlkkn suatu perbuatan atau tdk berbuat sst.
• Hak sbg taklif (yg menjd keharusan yg
terbebankan pd org lain)
–dari sisi penerima dinamakan hak,
–dari sisi pelaku dinamakan iltizam
SUMBER UTAMA ILTIZAM
1.Aqad
2.Kehendak Sepihak
3.Perbuatan yg bermanfaat
4.Perbuatan yg merugikan
KEBERLAKUAN ILTIZAM
Iltizam berlaku atas:
1.Harta menyerahkan harta
2.Perbuatan melakukan pekerjaan 3.Utang alternatif pemenuhan
iltizamnya:
a.Hawalah (pengalihan iltizam)
b.Kafalah (menjamin/ menanggung) c. Taqashi (terhalang menuntut hak
krn msh terbebani iltizam msg2)
PENGERTIAN
Khiyar (Pilihan) adalah hak pilih bagi salah satu atau kedua pihak yang
melaksanakan transaksi untuk
melangsungkan atau membatalkan transaksi yang disepakati sesuai
dengan kondisi masing-masing pihak yang melakukan transaksi
Pasal 20 butir 8 KHES
Khiyar adalah hak pilih bagi penjual dan pembeli untuk melanjutkan atau membatalkan akad jual-beli yang
dilakukannya
MACAM-MACAM KHIYAR
46
FIKIH Bab X Pasal 271-294 KHES
1. Khiyar al-Majlis 1. Khiyar Syarth
2. Khiyar at-Ta’yin 2. Khiyar Naqdi
3. Khiyar asy-Syarth 3. Khiyar Ru’yah
4. Khiyar al-’Aib 4. Khiyar ‘Aib
5. Khiyar ar-Ru’yah 5. Khiyar Ghabn dan Taghrib
1.
KHIYAR AL-MAJLIS
• Hak pilih kedua pihak yang berakad
untuk membatalkan akad, selama
keduanya masih berada dalam majelis akad dan belum berpisah badan.
• berlaku pada akad al-mu’awwadhah al
maliyah, seperti jual beli dan ijarah.
• mazhab Syafi’i dan Hanbali yang
berdasar pada HR Bukhari dan Muslim “Masing-masing dari penjual dan
pembeli memiliki hak khiyar selama keduanya belum berpisah”.
• Contoh: Barang-barang yang sudah
2.
KHIYAR AT-TA’YIN
• Hak pilih bagi pembeli dalam
menentukan barang yang berbeda kualitas dalam jual beli.
• Hak yang dimiliki oleh pembeli untuk
memastikan pilihan atas sejumlah benda sejenis dan setara sifat atau harganya.
• berlaku pada akad al-mu’awwadhah
al maliyah yang mengakibatkan
perpindahan hak milik seperti jual beli.
3.
KHIYAR ASY-SYARTH
• Adalah hak pilih yang ditetapkan
bagi salah satu pihak yang berakad atau keduanya atau bagi orang lain untuk meneruskan atau
membatalkan jual beli, selama masih dalam tenggang waktu yang
ditentukan, untuk menghindari adanya penipuan
• berlaku pada akad lazim (pasti) yg
mengikat keduabelah pihak seperti jual beli, ijarah, mudharabah,
kafalah, hawalah.
• Contoh: ?
4.
KHIYAR AL-’AIB
• Hak untuk membatalkan atau
melangsungkan jual beli bagi kedua belah pihak yang berakad, apabila terdapat suatu cacat pada objek
yang diperjualbelikan, dan cacat itu tidak diketahui pemiliknya ketika
akad berlangsung
• HR Ibnu Majah “Seorang muslim
adalah saudara bagi muslim lainnya, maka tidak halal seorang muslim
menjual kepada saudaranya sesuatu yang mengandung cacat kecuali ia
harus menjelaskan kepadanya”
5.
KHIYAR AR-RU’YAH
•
Hak pilih bagi pembeli untuk
menyatakan berlaku atau batal
jual beli yang ia lakukan terhadap
suatu objek yang belum ia lihat
ketika akad berlangsung
•
Contoh: membeli dengan cara
memesan, kecuali akad
salam
(pembiayaan pengadaan barang
6.
KHIYAR NAQAD
•
Melakukan jual beli dengan
ketentuan, jika pihak pembeli
tidak melunasi pembayaran, atau
jika pihak penjual tidak
menyerahkan barang, dalam
batas waktu tertentu, maka
pihak yang dirugikan mempunyai
hak untuk membatalkan akad
atau tetap melangsungkannya.
KHIYAR GHABN dan TAGHRIB (Pasal 287-294 KHES)
• Penjual memberi keterangan
yang salah mengenai kualitas benda yang dijualnya.
• Penjual melakukan penipuan
BERAKHIRNYA AKAD
SEBAB-SEBAB BERAKHIRNYA
AKAD
1.Tujuan telah tercapai
2.Fasakh
(Pemutusan)
3.Waktu telah berakhir
FASAKH
• Artinya: melepaskan ikatan akad atau
menghilangkan atau menghapuskan hukum akad secara keseluruhan
seakan-akan akad tidak pernah terjadi.
• Pelaksanaan fasakh:
– Wajib utk menghormati ketentuan
syariah, melindungi kepentingan umum dan khusus, menghilangkan bahaya dan
menghindarkan perselisihan thd syarat yg ditetapkan syariah. Mis. Fasakh pada akad fasid.
Sebab-sebab terjadi Fasakh
• Dibatalkan karena terdapat hal-hal
yang tidak dibenarkan oleh syara’
• Adanya khiyar
• Iqalah: membatalkan transaksi karena
menyesal atas akad yang baru dilakukan
• Kewajiban tidak dilaksanakan
• Tidak mendapat izin dari pihak yang
berwenang
• Kematian, tergantung dari bentuk akad:
hak perorangan dan hak kebendaan.
•