PENGARUH EDUKASI TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PERILAKU PEKERJA SEKS KOMERSIAL JALANAN YOGYAKARTA
TAHUN 2006
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Vincensius Anjar Trilaksono NIM: 028114095
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Tiap Nafasku Adalah Buah Kasih-Nya,
Terimakasih Tuhan
Untuk Detik Ini....
Karya ini aku persembahkan untuk :
Keluargaku tercinta : Bapak, Ibu, Mbak Nung, Mas Anank
Acilku
Diriku Sendiri
INTISARI
Kasus penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup besar. Prevalensi HIV secara umum di Indonesia terjadi pada kelompok-kelompok yang berisiko tinggi. Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan suatu kelompok yang berisiko tinggi terhadap peningkatan penyebaran penyakit HIV/AIDS. Pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS yang rendah akan lebih meningkatkan risiko untuk terinfeksi penyakit HIV/AIDS dan dapat meningkatkan penyebaran penyakit HIV/AIDS pada kelompok masyarakat yang lebih luas terutama para pelanggan atau pengguna layanan seks pada PSK.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan tentang HIV/AIDS dan sikap terhadap ketaatan penggunaan kondom pada PSK Jalanan Yogyakarta sesudah pemberian edukasi tentang HIV/AIDS.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (quasi experiment design) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian one group pre-tes post-test. Metode survei yang digunakan dengan instrumen penelitian kuesioner sebanyak 29 orang dan wawancara terstruktur terhadap 6 orang. Analisis yang dilakukan adalah analisis statistik deskriptif evaluatif dan statistik uji menggunakan Paired Sampel T Test.
Hasil untuk uji dengan Paired Sampel T Test menunjukkan perbedaan yang signifikan pada variabel pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS pada PSK Jalanan Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Persentase perubahan nilai pengetahuan bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja yang menunjukkan perubahan paling tinggi yaitu: SD (15,6%), kelompok umur 21-40 tahun (20,7%), lama kerja lebih dari 4 tahun (18,6%). Persentase perubahan nilai sikap bila ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja yang menunjukkan perubahan paling tinggi yaitu: SD (20,7%), kelompok umur 21-40 tahun (10,0%), dan lama kerja lebih dari 4 tahun (11,7%).
Kata kunci: edukasi, pekerja seks komersial, HIV/ AIDS, kondom
ABSTRACT
The distribution cases of Human Immunodeficiency Virus (HIV) and Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) in Indonesia increased significantly every year. Generally, the prevalence of HIV in Indonesia was turned out to the high-risk groups. Prostitute is a group which has a high risk to the increase of the spreading of HIV/AIDS disease. Lack of knowledge to the HIV/AIDS disease would increase the risk of being infected by HIV/AIDS disease extensively. Moreover, it also could increase the spread of HIV/AIDS disease to the broader society specifically the costumers or the sex service users of prostitute.
The purpose of this research was to know the knowledge change about HIV/AIDS and the obedience attitude of the use of condom to the Jogjakarta street prostitutes after being given the education about HIV/AIDS.
This research was included in Quasi Experimental Research, where as the applied research plan was a one group pre-tes post-test plan. The number of participants in the survey method by distributing the questionnaire research instrument was 29 people, whereas the number of participants by conducting structured interview was six people. Analysis which was completed was evaluative descriptive statistics analysis. At the same time, testing statistics employed T-Test Paired Sample.
The test results with T-Test Paired Sample showed the significant difference to the knowledge variable and the prostitutes attitude toward HIV/AIDS before and after giving the education. The percentage of knowledge value change considered from education level, age, and working period, which showed the most significant change, that is, Elementary Level (15,6%), 21-40 years old (20,7%), more than 4 year (18,6%). The percentage of attitude value change considered from education level, age, and working period which showed the most significant change, that is, Elementary Level (20,7%), 21-40 years old (10,0%), and more than 4 year (11,7%).
Keyword: education, commercial sex worker, HIV/AIDS, condom
KATA PENGANTAR
Dengan penuh rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan anugerah serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang
mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi sekaligus sebagai
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melakukan penelitian ini serta memberikan petunjuk, saran dan masukan
yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.
2. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses
penyusunan skripsi.
3. Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah
diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang
telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
5. Sri Hartati Yuliani M.Si, Apt. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan pengarahan.
6. Walikota Yogyakarta c.q BAPEDA DIY yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di kota Yogyakarta.
7. Direktur PKBI DIY beserta staf dan relawan yang telah membantu
terlaksananya penelitian ini.
8. Bapak dan Ibu tercinta atas kasih sayang, doa serta dukungannya baik moril
maupun materiil.
9. Kakakku Anang dan mbak Nunung atas doa dan dukungannya selama ini.
10. Ratna, Dhek Esthi, Om Heru, yang selalu memberi dukungan dan semangat.
11. Alumni SMU N 1 Wates: Dian (Bombay), Ridwan, Aris, Wicak, Nopek,
Didik, Mbladus, Merry, Lisa, Arum, Naning, Nana (Artya), Yos, Hate, Eny,
atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini.
12. Sahabat-sahabatku angkatan 02 kelas B: Adhekku Novi, Riri, Grace, Ema,
Astu, Rina, Lisa, Conny, Winda, Heri (Kumal), Arinawa, Rio, Haryu (Gopa),
Tepe, Antok, Asti, Ardyan, Reni, Puri, Rika atas persahabatan, kebersamaan
dan dukungannya selama ini.
13. Teman-temanku di Kampus: Edi, Ferry, Afu, Elni, Tesa, Ratih, Via, Made,
Meta, Sindu, Ciput, Fretty, Tori, Firman, Kobo, Thomas, Eko, Oki, Iyok,
Nango, Baja, Dita, Rani, Tatih, atas persahabatan dan kebersamaannya
selama ini.
14. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi ini: Kobo, Teh
Themy, Mbak Ririn, Mbak Dio atas segala saran, kebersamaan, keceriaan
dan dukungannya selama ini.
15. Sobat-sobatku sekontrakan: Arinawa, Heri, Kobo, Haryu, atas persahabatan,
keceriaan dan kebersamaannya selama ini.
16. Teman-teman komunitas remaja jalanan Yogyakarta (Minority): Aleks,
Bagus, Gendonk, Penjol, Gundul, Kikuk, Bahlul, Anto, Indra, Sandy, Riwan
(Gebluk), Samsul, Cecep, Anton, Budi, Inul, Hendrik, Acong, Kenyunk,
Adit, atas pelajaran kehidupan, persahabatan dan kebersamaannya selama ini.
17. Teman-teman relawan PKBI DIY: T’ni (si kecil), Adi (kriting), Rini, Gama,
Sulis, Teh Nurul, Mbak Ika, Dini, Mbak Titin, Mala, Dewi, Jacki, Ofick, atas
persahabatan, kebersamaan dan dukungannya selama ini.
18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak
ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih mendekati
sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan.
Yogyakarta, 20 Agustus 2007
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
INTISARI ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Perumusan masalah ... 4
2. Keaslian penelitian ... 4
3. Manfaat penelitian ... 5
B. Tujuan ... 5
1. Tujuan umum ... ... 5
2. Tujuan khusus ... 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 7
A. HIV/AIDS ... 7
B. Kondom... 14
C. Edukasi... 19
D. Perilaku ... 21
1. Pengetahuan ... 22
2. Sikap ... 24
3. Tindakan ... 25
E. Pekerja Seks Komersial ... 25
F. Landasan Teori ... 26
G. Hipotesis ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28
B. Variabel ... 29
C. Definisi Operasional ... 29
D. Subyek Penelitian ... 29
E. Tempat Penelitian ... 30
F. Teknik Sampling ... 31
G. Instrumen Penelitian ... 31
H. Tata Cara Penelitian ... 32
1. Analisis situasi ... 32
2. Pembuatan Kuesioner ... 32
3. Validitas dan Reliabilitas ... 33
4. Pembuatan Leaflet ... 34
5. Penyebaran Kuesioner ... 34
6. Pemberian Edukasi ... 35
7. Wawancara Terstruktur ... 35
8. Pengolahan Data ... 36
9. Analisis Data Penelitian ... 36
I. Kesulitan Penelitian ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Karakteristik PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006 ... 38
1. Tingkat Pendidikan Terakhir ... 38
2. Umur ... 39
3. Lama Kerja ... 40
B. Pengaruh Edukasi Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006 yang Menjadi Responden.... 41
C. Perubahan Pengetahuan dan Sikap PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006 Setelah Pemberian Edukasi Tentang HIV/AIDS Bila Dilihat Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Umur, dan Lama Kerja ... 44
1. Persentase Perubahan Pengetahuan ... 44
2. Persentase Perubahan Sikap ... 47
D. Rangkuman Pembahasan ... 51
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
A. Kesimpulan ... 54
B. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
LAMPIRAN... 59
BIOGRAFI PENULIS ... 77
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Obat-obat Antiretroviral Golongan RTI... 9
Tabel II. Obat-obat Antiretroviral Golongan NNRTI... 9
Tabel III. Obat-obat Antiretroviral Golongan PI ... 10
Tabel IV. Obat-obat Antiretroviral Golongan FI ... 10
Tabel V. Hasil Jawaban Kuisioner Untuk Item Pertanyaan Pengetahuan... 42
Tabel VI. Hasil Jawaban Kuisioner Untuk Item Pertanyaan Sikap ... 43
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Patogenesis Infeksi HIV... 12 Gambar 2. Perjalanan Infeksi HIV... 13 Gambar 3. Perilaku dan Manifestasinya ... 22 Gambar 4. Persentase Karakteristik Responden (PSK Jalanan
Yogyakarta) Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 38
Gambar 5. Persentase Karakteristik Responden (PSK Jalanan
Yogyakarta) Berdasarkan Umur ... 39
Gambar 6. Persentase Karakteristik Responden (PSK Jalanan
Yogyakarta) Berdasarkan Lama Kerja ... 40
Gambar 7. Persentase Jawaban Kuesioner Pre Tes dan Post Tes Pada
Responden (PSK Jalanan Yogyakarta) ... 42
Gambar 8. Persentase Perubahan Pengetahuan Tentang HIV/AIDS
Pada PSK Jalanan Yogyakarta berdasarkan Perbedaan Tingkat
Pendidikan ... 45
Gambar 9. Persentase Perubahan Pengetahuan Tentang HIV/AIDS
Pada PSK Jalanan Yogyakarta berdasarkan Perbedaan Umur .. 46
Gambar 10. Persentase Perubahan Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Pada PSK Jalanan Yogyakarta Berdasarkan Perbedaan Lama
Kerja ... 47
Gambar 11. Persentase Perubahan Sikap Ketaatan Penggunaan Kondom Pada PSK Jalanan Yogyakarta Berdasarkan Perbedaan
Tingkat Pendidikan ... 48
Gambar12. Persentase Perubahan Sikap Ketaaatan Penggunaan Kondom
Pada PSK Jalanan Yogyakarta Berdasarkan Perbedaan Umur .. 50
Gambar 13. Persentase Perubahan Sikap Ketaatan Penggunaan Kondom Pada PSK Jalanan Yogyakarta Berdasarkan Perbedaan Lama
Kerja ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat ijin penelitian ... 59
Lampiran 2. Kuisioner penelitian ... 61
Lampiran 3. Panduan wawancara ... 63
Lampiran 4. Hasil skoring pre test ... 64
Lampiran 5. Hasil skoring post test... 65
Lampiran 6. Hasil uji normalitas data dan uji T-Test ... 66
Lampiran 7. Hasil wawancara ... 67
Lampiran 8. Lefleat HIV/AIDS ... 71
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu
penyakit yang disebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh akibat infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Permasalahan HIV/AIDS telah sejak lama
menjadi isu bersama, terutama dalam bidang kesehatan. Perkembangan kasus
HIV/AIDS mempunyai peningkatan prevalensi yang cukup tinggi.
Pada saat ini sebanyak 40 juta orang lebih telah terinfeksi HIV di seluruh
dunia. Pada tahun 2006 ini saja diestimasikan sekitar 4,3 juta orang baru terinfeksi
HIV dan sebanyak 2,6 juta orang meninggal terkait dengan HIV dan AIDS. Di
Indonesia sampai akhir September 2006 dilaporkan sebanyak 6.987 orang
penderita AIDS. Dari jumlah itu, 1.651 orang atau 23,63% penderita AIDS
diantaranya meninggal dunia (Anonim, 2006c).
Dari data tersebut terjadi peningkatan yang cukup besar, dilihat dari hasil
pelaporan kasus sampai dengan 31 Maret 2006 kasus AIDS tahun 2005 sebanyak
2638 kasus dan tahun 2006 sampai Maret dilaporkan sebanyak 502 kasus. Hampir
semua propinsi di Indonesia melaporkan adanya kasus HIV/AIDS dan sampai
tahun 2006 tercatat ada 16 propinsi yang prevalensinya sudah di atas 5%,
termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
DIY yang juga selaku pelaksanaan harian ketua Komisi Penanggulangan AIDS
Daerah (KPAD) DIY dr. Bondan Agus Suryantara menjelaskan, kasus AIDS di
DIY menurut data dari tahun ketahun selalu mengalami peningkatan. Bahkan
sampai sekarang sudah mencapai 200 orang yang terjangkit AIDS (Anonim,
2006a).
Prevalensi HIV secara umum di Indonesia terjadi di kelompok-kelompok
berisiko tinggi, salah satunya adalah Pekerja Seks Komersial (PSK). Departemen
Kesehatan melaporkan pada tahun 2006 terdapat jumlah orang yang tertular HIV
di Indonesia berkisar antara 169.000-216.000 orang. Sementara itu estimasi
terhadap PSK sebanyak 100.000-265.000 yang ada di Indonesia terdapat sebanyak
8.200-9.640 PSK telah terinfeksi HIV, padahal pelanggan PSK ini sekitar 2,5-3,8
juta orang dan hanya sekitar 15% yang menggunakan kondom. Data tersebut
dapat diasumsikan sebanyak 25-31 ribu pelanggan tersebut terinfeksi HIV
(Anonim, 2006b). Kasus HIV/AIDS akan terus meningkat dengan meningkatnya
pola perilaku seks yang tidak aman, dalam hal ini perilaku seks yang tidak
menggunakan kondom. Perilaku seks yang tidak aman ini akan merugikan banyak
pihak yaitu para PSK, pelanggan ataupun orang-orang lain yang berinteraksi
seksual dengan pelanggan itu sendiri.
Terlihat dari data diatas bahwa penggunaan kondom sangat berperan
penting dalam mencegah peningkatan penyebaran HIV/AIDS. Rendahnya posisi
tawar para PSK dalam melayani pelanggan dan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi (kespro) yang masih relatif rendah menyebabkan kecilnya persentase
penggunaan kondom pada PSK. Keadaan ini ditunjang dengan mobilitas PSK
3
Pernyataan Wahyuni (2005) yang menyebutkan bahwa perempuan yang
terpaksa bekerja sebagai PSK atau perempuan yang dilacurkan (pedila) tidak
mampu meyakinkan tamu atau kliennya untuk menggunakan kondom. Sebuah
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kespro
melaporkan bahwa penyebaran IMS dan HIV/AIDS pada perempuan/wanita PSK
masih cukup tinggi (Anonim, 2005).
Pekerja Seks Komersial (PSK) Jalanan dianggap liar oleh pemerintah.
Oleh karena itu, pemerintah tidak memberikan program khusus yang ditujukan
bagi PSK Jalanan. Keadaan ini menyebabkan salah satu hak kesehatan reproduksi
PSK Jalanan Yogyakarta tidak terpenuhi, yaitu hak untuk mendapatkan informasi
dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Hal ini yang mengakibatkan
pengetahuan PSK Jalanan tentang kespro masih rendah.
Keadaan-keadaan tersebut di atas melatarbelakangi peneliti untuk
memberikan edukasi terhadap PSK Jalanan Yogyakarta. Pemberian edukasi pada
penelitian ini diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan para PSK Jalanan
Yogyakarta tentang penyakit HIV/AIDS. Peningkatan pengetahuan para PSK
Jalanan Yogyakarta diharapkan dapat merubah sikap sehat PSK dalam ketaatan
penggunaan kondom sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit HIV/AIDS.
Perubahan perilaku seksual PSK menuju safe sex dalam melayani para tamu dan
kesadaran bahaya HIV/AIDS dapat mencegah meningkatnya angka prevalensi
1. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah yang dapat
diperoleh yaitu:
a. seperti apakah karakteristik PSK Jalanan Yogyakarta tahun 2006?
b. apakah edukasi tentang HIV/AIDS berpengaruh terhadap pengetahuan dan
sikap PSK Jalanan Yogyakarta tahun 2006 yang menjadi responden?
c. bagaimana perubahan pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta tahun
2006 setelah pemberian edukasi tentang HIV/AIDS bila dilihat berdasarkan
perbedaan umur, tingkat pendidikan, dan lama kerja?
2. Keaslian penelitian
Penelitian yang pernah dilakukan adalah “Studi Pemilihan dan
Penggunaan Antibiotika di Kalangan Pekerja Seks Komersial (PSK) di Lokasi
Pasar Kembang Yogyakarta” oleh Sutama (2005).
Perbedaan penelitian Sutama dengan penelitian yang saya lakukan,
terdapat pada metode penelitian, tempat penelitian, waktu, dan subyek penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner yang diberikan sebelum (pretest)
dan sesudah (postest) pemberian edukasi dan wawancara terstruktur dengan para
PSK Jalanan Yogyakarta. Edukasi diberikan melalui suatu penyuluhan dalam
program ”kamis sehat”, pemberian edukasi perindividu antara peneliti dan
responden, dan pemberian leaflet. Pemberian edukasi dilakukan dengan tujuan
5
Yogyakarta dan mengetahui pengaruhnya terhadap sikap para PSK Jalanan
Yogyakarta pada tahun 2006.
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
pengaruh edukasi atau informasi tentang HIV/AIDS di kalangan PSK Jalanan
Yogyakarta.
b. Manfaat praktis
Data yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
pihak-pihak terkait dalam menangani masalah HIV/AIDS dan memberikan informasi
tentang HIV/AIDS sehingga diharapkan dapat mencegah dan menekan
penyebaran penyakit HIV/AIDS.
B. Tujuan 1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perubahan
pengetahuan dan sikap sehat para PSK Jalanan Yogyakarta setelah pemberian
edukasi tentang HIV/AIDS.
2. Tujuan khusus
a. mengetahui karakteristik PSK Jalanan Yogyakarta tahun 2006.
b. mengetahui pengaruh edukasi tentang HIV/AIDS terhadap pengetahuan dan
c. mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta tahun
2006 setelah pemberian edukasi tentang HIV/AIDS bila dilihat berdasarkan
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit yang disebabkan turunnya sistem
kekebalan tubuh(Murni, 2003).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dilihat dari
masing-masing kata yang menyusunnya mempunyai arti sebagai berikut: Acquired
(didapat) berarti AIDS ditularkan dari satu orang ke orang lain. Immuno (kebal)
yaitu sistem pertahanan atau kekebalan tubuh yang melindungi tubuh terhadap
infeksi. Deficiency (kekurangan) menunjukkan adanya kadar atau nilai yang
kurang normal. Syndrome (sindrom) merupakan suatu kumpulan tanda atau gejala
yang bila didapatkan secara bersamaan menunjukkan bahwa seseorang mengidap
suatu penyakit atau keadaan tertentu.
Pada dasarnya, HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya
dapat hidup dalam sel atau media hidup. Human Immunodeficiency Virus hidup
dan berkembang biak pada cairan tubuh yang mengandung sel darah putih, seperti
darah, cairan plasenta, air mani atau cairan sperma, cairan sumsum tulang, cairan
vagina, air susu ibu, dan cairan otak (Silalahi, 2004).
Orang yang terkena HIV terkadang sulit dikenali. Seseorang yang
terinfeksi HIV terkadang masih terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala-gejala
terinfeksi HIV. Human Immunodeficiency Virus dapat menular ke orang lain
melalui:
1. hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom)
dengan orang yang telah terinfeksi HIV
2. jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
3. mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
4. ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat
melahirkan atau melalui air susu ibu atau ASI (Anonim, 2006b).
Infeksi HIV lebih dari 80% diderita oleh kelompok usia produktif
terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung
meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90% terjadi dari Ibu pengidap HIV.
Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala
klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada
orang lain (Anonim, 2006b).
Tanda-tanda klinis penderita AIDS yaitu berat badan menurun lebih dari
10% dalam 1 bulan, diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan, demam
berkepanjangan lebih dari 1 bulan, penurunan kesadaran dan gangguan pada
sistem syaraf.
Penatalaksanaan pada infeksi HIV/AIDS menggunakan terapi
antiretroviral. Tujuan terapi antiretroviral yaitu mengurangi morbiditas dan
mortalitas terkait HIV, memperbaiki mutu hidup, memulihkan dan memelihara
fungsi kekebalan, dan menekan replikasi virus semaksimal mungkin dalam waktu
9
berbeda. Antiretroviral (ARV) tidak membunuh virus melainkan memperlambat
pertumbuhan virus (Anonim, 2004b).
1. Reverse transcriptase inhibitor (RTI).
Obat ini menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA. Proses
perubahan ini diperlukan virus untuk bereplikasi. Sebagian besar adalah analog
nukleosida (NRTI).
Tabel I. Contoh obat-obat Antiretroviral Golongan RTI
Obat Dosis Lamivudine (3TC) 2 (150mg: 1, 2x/hari) atau 1 (300mg; 1, 1x/hari)
Abacavir (ABC) 2 (300mg: 1, 2x/hari atau 2. 1x/hari)
Zidovudine (AZT) 2 (300mg: 1, 2x/hari); atau 6 (100mg: 2, 3x/hari)
Stavudine (d4T) Berat badan (BB) ≥60kg 40mg, BB <60kg 30mg; 1, 2x/hari
Zalcitabine (ddC) 3 (0,75mg: 1, 3x/hari)
Didanosine (ddI)
Berat badan (BB) >60kg: 400mg (tablet dapar: 200mg, 2x/hari; atau tablet dapar/EC: 400mg, 1x/hari); atau 500mg (bubuk: 250mg, 2x/hari) BB <60kg: 250mg (tablet dapar: 125mg, 2x/hari; atau tablet dapar/EC: 250mg, 1x/hari); atau 334mg (bubuk: 167mg, 2x/hari) Emtricitabine
(FTC) 1 (200mg; 1x/hari)
Tenofovir (TDF) 1 (300mg: 1, 1x/hari)
2. Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
Obat ini juga mengganggu proses penciptaan DNA virus dari RNA, dengan
mengikat pada enzim reverse transcriptase dan menghalangi kegiatannya.
Tabel II. Contoh obat-obat Antiretroviral Golongan NNRTI
Obat Dosis Delavirdine (DLV) 12 (100mg; 4, 3x/hari) atau 6 (200mg; 2, 3x/hari)
Efavirenz (EFV) 3 (200mg; 3, 1x/hari) atau 1 (600mg; 1, 1x/hari)
3. Protease inhibitor (PI)
Menghambat kerja enzim protease yang memotong rantai protein HIV menjadi
protein tunggal. Protein tunggal jika bergabung akan menjadi virus baru yang siap
bekerja.
Tabel III. Contoh obat-obat Antiretroviral Golongan PI
Obat Dosis
Amprenavir (APV) 8 (150mg; 4, 2x/hari) + ritonavir 2 (100mg; 1, 2x/hari); atau 16 (150mg; 8, 2x/hari)
Atazanavir 2 (200mg; 2, 1x/hari untuk orang yang baru pakai ART) atau 3 (150mg; 2, + 1x 100mg ritonavir, 1x/hari)
Darunavir 6 (300mg; 2 + 1 ritonavir, 2x/hari)
Fosamprenavir 4 (700mg; 2, 2xhari) atau 2 (700mg; 2+2 ritonavir, 1x/hari; atau 700mg; 1+1 ritonavir 2x/hari)
Indinavir (IDV)
4 (400mg; 2, 2x/hari) + ritonavir 2 (100mg; 1, 2x/hari); atau 6 (400mg: 2, setiap 8 jam, tidak 3x/hari) atau 9 (333mg; 3 setiap 8 jam)
Lopinavir/ritonavir (LPV/r)
6 (kapsul warna oranje 133mg lopinavir + 33mg ritonavir: 3, 2x/hari); 4 (tablet warna kuning 200mg lopinavir + 50mg ritonavir: 2, 2x/hari)
Nelfinavir (NFV) 10 (250mg; 5, 2x/hari); atau 9 (3, 3x/hari) Saquinavir (SQV) 6 (500mg: 2 + 1 100mg ritonavir, 2x/hari) Tipranavir 8 (250mg, 2 + 2 ritonavir, 2x/hari)
Ritonavir (RTV) 12 (100mg: 6, 2x/hari)
4. Fusion Inhibitor (FI)
Obat pada kelompok ini mempunyai fungsi mencegah pengikatan HIV pada sel.
Tabel IV. Contoh obat Antiretroviral Golongan FI
Obat Dosis Enfuvirtide (T-20) 2 suntikan per hari. 90mg per suntikan
Mekanisme utama patogenesis infeksi HIV adalah melalui perlekatan
11
ini merupakan reseptor dengan afinitas paling tinggi terhadap protein selubung
virus. Partikel HIV yang berikatan dengan molekul CD4 kemudian masuk ke
dalam sel hospes melalui fusi antara membran virus dengan membran sel hospes
(Handayani, 2001).
Molekul CD4 banyak terdapat pada sel limfosit T. Banyak bukti
menunjukkan bahwa molekul CD4 memegang peranan penting pada petogenesis
dan efek sitopatik HIV. Efek sitopatik ini paling tinggi terjadi pada sel dengan
densitas molekul CD4 permukaan yang paling tinggi yaitu sel limfosit T
(Handayani, 2001).
Sekali virus HIV masuk ke dalam sel, maka enzim yang terdapat dalam
nukleoprotein menjadi aktif dan memulai siklus reproduksi virus. Nukleoprotein
inti virus menjadi rusak dan genom RNA virus akan ditranskripsi menjadi DNA
untai ganda oleh enzim reverse transcriptase dan kemudian masuk ke nukleus.
Enzim integrase akan mengkatalisa integrasi antara DNA virus dengan DNA
genom dari sel hospes. Bentuk DNA integrasi dari HIV disebut provirus, yang
mampu bertahan dalam bentuk inaktif selama beberapa bulan atau beberapa tahun
tanpa memproduksi virion baru. Hal tersebut menyebabkan infeksi HIV pada
seseorang dapat bersifat laten dan virus terhindar dari sistem imun hospes
(Handayani, 2001).
Partikel virus yang infeksius akan terbentuk pada saat sel limfosit T
teraktivasi. Aktivasi sel limfosit T yang telah terinfeksi HIV akan mengakibatkan
aktivasi provirus juga. Ribo Nucleic Acid (RNA) virus akan membentuk membran
glikoprotein virus. Pada beberapa kasus aktivasi provirus HIV dan pembentukan
partikel virus baru dapat menyebabkan lisisnya sel yang terinfeksi (Handayani,
2001).
Selama periode laten, HIV dapat berada dalam bentuk provirus yang
berintegrasi dengan genom DNA hospes, tanpa mengadakan transkripsi. Hal ini
penting karena monosit pada individu yang terinfeksi HIV cenderung melepaskan
sitokin dalam jumlah besar sehingga dapat menyebabkan meningkatnya
transkripsi virus. Infeksi beberapa virus dapat meningkatkan transkripsi provirus
DNA pada HIV sehingga berkembang menjadi AIDS. Patogenesis HIV/AIDS
secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:
HIV Virus
HIV menginfeksi
T-Cell
Virus HIV baru T-Cell
Gambar 1. Patogenesis Infeksi HIV
Perjalanan infeksi HIV setelah menginfeksi tubuh selama 2-3 minggu
terjadi sindrom retroviral akut. Sindrom retroviral akut ditandai oleh penurunan
CD4 dan peningkatan kadar RNA-HIV dalam plasma. Gejala menghilang dan
terjadi serokonversi setelah mengalami sindrom retroviral akut 2-3 minggu.
Serokonversi merupakan perubahan tes antibodi HIV yang semula negatif menjadi
positif. Setelah mengalami serokonversi terjadi infeksi kronis HIV-asimptomatik.
13
kronis HIV-asimptomatik berlangsung selama kira-kira 8 tahun sebelum terjadi
infeksi HIV/AIDS simptomatik (kondisi dengan gejala). Pada kondisi infeksi
HIV/AIDS simptomatik pasien sudah jatuh dalam keadaan AIDS yang ditandai
dengan terjadinya infeksi oportunistik. Setelah rata-rata 1-3 tahun pasien akan
meninggal dunia (Anonim, 2004b). Perjalanan infeksi HIV dapat dilihat pada
gambar 2.
Gambar 2. Perjalanan Infeksi HIV
Infeksi HIV/AIDS dapat menyerang siapa saja. Kelompok yang
mempunyai risiko tinggi tertular HIV penyebab AIDS, yaitu:
1. orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa
menggunakan kondom
2. pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara
bersama-sama
3. pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4. bayi yang ibunya positif HIV (Anonim, 2006b).
I
Innffeekkssii
v
Penanggulangan HIV/AIDS yang disarankan oleh Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yaitu:
1. melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang pencegahan dan
penularan HIV/AIDS
2. memberikan pemahaman kepada kelompok masyarakat berisiko tentang cara
pemeriksaan untuk diagnosa HIV/AIDS melakukan sosialisasi untuk
mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA
3. membantu pembentukan dan pemfungsian Komisi Penanggulangan AIDS
Daerah (KPAD) Provinsi atau Kabupaten atau Kota
4. mendorong munculnya dukungan peraturan perundang-undangan dan
dukungan penganggaran berkaitan dengan upaya pencegahan atau
penanggulangan HIV/AIDS
5. mengorganisasi suatu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau aktif pada
LSM yang peduli HIV/AIDS untuk melakukan berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS (Sara, 2006).
B. Kondom
Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbuat karet/lateks,
berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat
dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma (Farida, 2006).
Kondom berfungsi sebagai penghambat atau dinding yang mencegah
terjadinya pertukaran cairan tubuh dan jika digunakan secara benar. Human
15
memberi jaminan perlindungan 100%, tetapi kondom merupakan alat
perlindungan yang paling baik. Bila terlibat hubungan seks yang mengandung
risiko, penggunaan kondom 10.000 kali lebih terlindung daripada tidak
menggunakan kondom asal saja menggunakan kondom bermutu tinggi serta
dipergunakan secara benar dan konsisten(Anonim, 2007a).
Studi laboratorium menunjukkan bahwa kondom lateks sangat kedap
untuk mencegah masuknya HIV, hepatitis dan herpes. Kondom yang terbuat dari
usus domba tidak bisa digunakan untuk mencegah masuknya HIV. Hal tersebut
diketahui dari penelitian yang dilakukan pada kondom yang terbuat dari usus
domba melalui mikroskop elektron dengan pembesaran 30.000 kali. Pada
penelitian itu menunjukkan bahwa partikel HIV yang berukuran 0,1 mikron bisa
terlihat sehingga dapat disimpulkan kondom yang terbuat dari usus domba
mempunyai pori (Anonim, 2007a).
Kelebihan pemakaian kondom sebagai alat kontrasepsi:
1. efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar
2. murah dan mudah didapat tanpa resep dokter dan dapat didistribusikan oleh
dan untuk masyarakat (community based)
3. praktis dan dapat dipakai sendiri
4. tidak ada efek hormonal
5. dapat mencegah kemungkinan penularan Penyakit Menular Seksual termasuk
HIV/AIDS
7. kondom menggunakan pelicin/pelumas sehingga dapat menambah frekuensi
hubungan seksual dan secara psikologis menambah kenikmatan
8. kondom membantu suami yang mengalami ejakulasi dini
9. adanya jaminan pengawasan kualitas produksi bahwa produk layak
dipasarkan. Sebelum dipasarkan kondom harus diuji di laboratorium dan harus
memenuhi Standar Internasional yang ditetapkan oleh ISO (International
Organitation Standardization), CEN (Commitee European de Normalization),
dan ASTM atau American Socienty for Testing and Materials (Farida, 2006).
Keterbatasan pemakaian kondom sebagai alat kontrasepsi:
1. kadang-kadang ada pasangan yang alergi terhadap karet kondom
2. kondom hanya dapat dipakai satu kali
3. secara psikologis kemungkinan mengganggu kenyamanan
4. kondom kadaluarsa mudah sobek dan bocor (Farida, 2006)
5. beberapa pria merasa bahwa kondom mengganggu hubungan seks dan
mengurangi kenikmatan (Anonim, 2004a).
Kondom pria yang selama ini dipakai untuk menghindari penularan
penyakit HIV-AIDS masih kurang efektif karena berbagai kendala dan alasan.
Pemerintah kini sedang melakukan uji coba kondom khusus perempuan untuk
mencegah dan meminimalkan penularan HIV/AIDS yang terus meningkat
beberapa tahun terakhir ini (Anonim, 2004a).
Kondom wanita terbuat dari lateks. Kondom wanita mempunyai panjang
17
menghilangkan bau karet. Kondom wanita biasanya berwarna cerah seperti merah
jambu atau bening. Beberapa jenis kondom wanita mengandung spermatisida.
Kondom khusus wanita cukup elastis dan fleksibel, sehingga mudah
mengikuti kontur vagina. Bentuknya silinder dengan ujung terbukanya berbentuk
cincin, dan ujung lainnya tertutup. Ujung yang tertutup diberi spons untuk
menyerap sperma. Pemasangan kondom wanita sama sekali tidak sulit dan di
setiap kemasan kondom yang dijual disertai cara pemakaiannya. Prinsip kondom
wanita yaitu kondom akan menutupi dinding vagina dan mulut rahim, sehingga
sperma atau penyakit dari pasangan tidak bisa tembus. Pemakaian kondom wanita
hanya sekali pakai, dan tidak bisa dipakai berkali-kali (Anonim, 2007b).
Survei mengenai penggunaan kondom wanita di Jakarta, Papua, Jawa
Barat, dan Jawa Timur menunjukkan bahwa banyak PSK yang merasa terbantu,
karena bisa memproteksi diri dari IMS dan HIV/AIDS (Anonim, 2007b).
Cara menggunakan kondom yang tepat:
1. pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan, lalu dorong kondom
dengan jari ke posisi bawah.
Tujuannya agar tidak tersobek saat membuka bungkusnya. Selanjutnya sobek
bagian atas bungkus kondom
2. dorong kondom dari bawah agar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang
kondom dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada di sebelah luar
3. pencet ujung kondom dengan ibu jari dan telunjuk agar tidak ada udara yang
4. pada saat kondom dipasang, penis harus dalam keadaan tegang (ereksi).
Pasanglah kondom dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong
gulungan kondom hingga pangkal penis (jangan menggunakan kuku karena
kondom dapat robek)
5. setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina ketika masih ereksi, dan tahan
kondom di pangkal penis dengan jari agar kondom tidak lepas dan tidak
meninggalkan air mani di vagina
6. setelah menggunakan, ikat kondom agar cairan sperma tidak keluar. Kondom
bekas langsung dibuang ke tempat yang seharusnya, untuk mencegah
mengkontaminasi orang lain, terutama anak-anak (Farida, 2006).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan kondom:
1. periksalah tanggal kadaluwarsa pada bungkus kondom. Periksalah kondisi
bungkus kondom, jangan menerima atau membeli kondom yang bungkusnya
sudah rusak, ada gelembung udara di dalamnya dan berlubang
2. gunakan kondom baru setiap kali bersanggama
3. hati-hati membuka bungkus kondom, jangan sampai kondom sobek.
4. pasang kondom sebelum kontak genital, untuk mencegah masuknya sperma
atau bibit penyakit ke dalam vagina, (atau sebaliknya)
5. hati-hati dalam memasang dan melepaskan kondom bagi mereka yang
memiliki kuku panjang atau cincin dengan bagian yang tajam
6. jika pelicin yang ada pada kondom dirasa kurang, gunakan lubrikan atau jelly
19
produk minyak lainnya, karena dapat meningkatkan kemungkinan robeknya
kondom
7. bila kondom pecah atau robek selama senggama, gunakan segera spermisida
(busa atau gel), dan pertimbangkan menggunakan kontrasepsi darurat, untuk
mencegah terjadinya kehamilan
8. simpan persediaan kondom di tempat yang sejuk dan kering. Jauhkan kondom
dari sinar lampu neon dan letakan di tempat yang tidak terkena matahari
langsung atau di tempat yang panas
9. sebaiknya tidak meletakan kondom di saku celana, karena suhu tubuh dapat
mempengaruhi kualitas kondom. Jangan gunakan kondom bila terlihat rusak
atau lapuk, karena cenderung robek (Farida, 2006).
C. Edukasi
Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan
atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik)
guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Pendidikan kesehatan atau
penyuluhan kesehatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara persuasi,
bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi, memberi kesadaran sebagai
upaya agar masyarakat dapat berperilaku sehat. Pendidik kesehatan adalah semua
petugas kesehatan dan siapa saja yang berusaha untuk mempengaruhi individu
atau masyarakat guna meningkatkan kesehatan mereka. Oleh karena itu, individu,
dapat pula sebagai subjek (pelaku) pendidikan kesehatan masyarakat apabila
mereka diikutsertakan di dalam usaha kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
Penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi pengetahuan,
sikap dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan agar individu atau
kelompok atau masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak
mendukung nilai hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup
sehat (Pratomo, 1989).
Pendidikan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik
individu atau masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah
kesehatan yang dihadapinya. Seperti halnya proses pendidikan lainnya,
pendidikan kesehatan mempunyai unsur masukan atau input (perilaku pemakai
sarana kesehatan dan petugas kesehatan) yang setelah diolah dengan teknik-teknik
pendidikan tertentu akan menghasilkan keluaran atau output (perubahan perilaku
masyarakat sasaran) yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan itu
(Sarwono, 2004). Pemberian edukasi akan meningkatkan pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang.
Pelaksanaan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dapat dilakukan
secara individu, kelompok maupun massal dan secara formal dan struktural,
misalnya seminar, lokakarya, dan pelatihan. Pemberian KIE dapat pula dilakukan
secara informal melalui jalur swasta, masyarakat, seperti mengisi rubrik kesehatan
di koran, majalah, radio, televisi, atau sebagai pembicara dalam kegiatan arisan
21
Beberapa aspek pelaksanaan KIE dalam upaya pencegahan penyebaran
HIV/AIDS, yaitu:
a. menjelaskan tentang HIV/AIDS
b. meningkatkan pemahaman tentang perilaku aman untuk mencegah penularan
HIV/AIDS. Peningkatan dilakukan dengan mengembangkan pesan-pesan
kunci dalam memberikan KIE kepada keluarga dan masyarakat dari yang
semula ‘ABC’ menjadi ‘ABCDE’ yaitu Abstinence, Be Faithful, Condom,
Drug, dan Equipment.
Abstinence yaitu memberikan KIE untuk tidak melakukan hubungan
seksual sebelum waktunya. Be Faithful berarti memberikan penyuluhan
pentingnya berlaku setia kepada pasangan. Condom mempunyai arti yaitu
membantu melakukan promosi pentingnya pemakaian kondom pada setiap
aktivitas yang berisiko. Drug artinya memberikan penjelasan yang komprehensif
tentang dampak buruk penggunaan napza dan penggunaan jarum suntik yang
tidak higienis. Equipment berarti memberikan KIE berkaitan dengan ‘universal
precaution’ kepada para pemberi pelayanan kesehatan masyarakat.
D. Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku juga didefinisikan sebagai respons
seorang individu terhadap suatu stimulus yang berasal dari luar maupun dari
pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat dan bersikap) dan respon bersifat
aktif yaitu melakukan tindakan (Sarwono, 2004).
Individu Lingkungan
Perilaku Manifestasi
Pengetahuan
Sikap
Tindakan Pengalaman
Gambar 3. Perilaku dan Manifestasinya
Perilaku kesehatan didefinisikan sebagai suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau suatu objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan.
Dari batasan ini, perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi:
a. perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit,
b. perilaku peningkatan kesehatan yang seoptimal mungkin apabila seseorang
dalam keadaan sehat,
c. perilaku gizi (makanan) dan minuman agar dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah pandangan subyek terhadap suatu stimulus yang
ditangkap melalui indera dan dikenal serta dipahami sehingga menimbulkan
23
Macam-macam pengetahuan:
a. pengetahuan/tahu bahwa.
Pengetahuan/tahu bahwa adalah pengetahuan tentang informasi tertentu, tahu
bahwa sesuatu terjadi, tahu bahwa ini atau itu memang demikian adanya,
bahwa apa yang dikatakan memang benar.
b. pengetahuan/tahu bagaimana
Pengetahuan jenis ini menyangkut bagaimana melakukan sesuatu. Ini dikenal
sebagai know-how. Pengetahuan ini berkaitan dengan ketrampilan atau lebih
tepat keahlian dan kemahiran teknik umumnya digolongkan dalam jenis
pengetahuan ini.
c. pengetahuan/tahu mengenai
Yang dimaksud dengan jenis pengetahuan ini adalah sesuatu yang sangat
spesifik menyangkut pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melalui
pengalaman atau pengenalan pribadi. Unsur yang paling penting dalam
pengetahuan jenis ini adalah pengenalan dan pengalaman pribadi secara
langsung dengan objeknya (Keraf dan Dua, 2001).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan pengetahuan yaitu
adanya fasilitas. Kemudahan mendapatkan fasilitas untuk meningkatkan
pengetahuan dipengaruhi oleh media. Media cetak misalnya poster, majalah,
leaflet, sedangkan media elektronik misalnya televisi, radio, video dan
sebagainya.
Peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi perlu
meningkat mengakibatkan masyarakat akan lebih mudah memahami hal ihwal
HIV/AIDS. Penanggulangan HIV/AIDS tidak cukup berhenti pada aspek
pengetahuan, tetapi diperlukan juga perubahan sikap yang positif khususnya
terhadap kesehatan reproduksi. Sikap yang positif ditunjukkan dengan semakin
waspadanya masyarakat terhadap bahaya HIV/AIDS (Sara, 2006). Penelitian ini
memberikan edukasi pada PSK untuk meningkatkan pengetahuan PSK tentang
HIV/AIDS.
2. Sikap
Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons (secara
positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu (Sarwono, 2004).
Sikap positif merupakan sikap yang menunjukkan dukungan terhadap suatu obyek
dengan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Sikap negatif
merupakan sikap penolakan tehadap suatu obyek dan tidak melaksanakan
ketentuan yang ada.
Adi (1994) menyatakan bahwa sikap seseorang dapat dibentuk atau
diubah melalui cara diferensiasi. Diferensiasi yang dimaksud yaitu adanya
perkembangan pengalaman, intelegensi dan pengetahuan mengakibatkan subyek
dapat membedakan sesuatu yang sebelumnya dianggap sama.
Peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS melalui pemberian edukasi
diharapkan dapat mengubah sikap para PSK. Sikap yang diharapkan untuk
berubah adalah sikap para PSK dalam menghadapi pelanggan atau sikap dalam
bekerja. Sikap untuk selalu menggunakan kondom dalam melakukan
25
kondom demi satu tujuan yaitu kesehatan bersama. Perubahan sikap yang
ditujukan pada pencegahan meningkatnya penyebaran HIV/AIDS.
3. Tindakan
Tindakan merupakan suatu bentuk respon aktif seseorang terhadap suatu
stimulus atau obyek. Tindakan seseorang diawali dengan mengadakan penilaian
atau pendapat terhadap apa yang diketahui dan proses selanjutnya diharapkan ia
akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya
(dinilai baik). Weber (cit., Sarwono, 2004) berpendapat bahwa individu
melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, dan
penafsirannya atas suatu obyek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu
ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran
dengan sarana-sarana yang paling tepat.
E. Pekerja Seks Komersial
Pekerja Seks Komersial merupakan kelompok yang terbiasa melakukan
aktivitas seksualnya dengan pasangan yang tidak tetap dengan kompensasi
pemberian imbalan berupa uang yang telah disepakati sebelumnya
(Aprilianingrum, 2002). Posisi tawar yang rendah membuat PSK rawan terserang
HIV/AIDS. Alasan utama menjadi seorang PSK adalah faktor ekonomi. Hal ini
mengakibatkan para PSK menuruti segala keinginan pelanggan. Pekerja Seks
Komersial mempunyai mobilitas tinggi dan selalu berganti-ganti pasangan dalam
hubungan seksual. Hal tersebut dapat menyebabkan tingginya peningkatan
Pekerja Seks Komersial Jalanan merupakan PSK yang bekerja di
pinggir-pinggir jalan. Pekerja Seks Komersial Jalanan sering dianggap liar oleh
pemerintah sehingga PSK Jalanan kurang mendapat perhatian khusus. Kesadaran
PSK Jalanan akan penggunaan kondom masih sangat kecil karena pengetahuan
tentang kespro masih rendah.
F. Landasan Teori
Pengetahuan merupakan pandangan subyek terhadap suatu stimulus yang
ditangkap melalui indera dan dikenal serta dipahami sehingga menimbulkan
pembentukan sikap negatif maupun positif. Sikap seseorang merupakan
kecenderungan seseorang untuk berespons (secara pofitif atau negatif) terhadap
suatu obyek. Sikap dapat berubah dengan adanya perkembangan pengetahuan.
Pemberian edukasi tentang kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi
pengetahuan dan sikap yang berkaitan dengan kesehatan. Pemberian edukasi ini
mempengaruhi individu/kelompok/masyarakat agar mau dan mampu mengubah
perilaku yang tidak mendukung nilai hidup sehat menjadi berperilaku yang
mendukung nilai hidup sehat.
Pemberian suatu edukasi akan mempengaruhi perubahan pengetahuan
seseorang terhadap sesuatu yang baru bagi orang tersebut atau lebih memperjelas
sesuatu yang sudah diketahui. Perubahan pengetahuan seseorang akan
mempengaruhi perubahan sikap (positif atau negatif) seseorang terhadap sesuatu
27
G. Hipotesis
Pemberian edukasi tentang HIV/AIDS pada PSK Jalanan Yogyakarta
akan mempengaruhi perubahan pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang
HIV/AIDS dan sikap sehat dalam ketaatan penggunaan kondom pada PSK
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan 2 jenis penelitian yaitu jenis penelitian
eksperimental semu (quasi experiment design) dan jenis penelitian deskriptif.
Jenis penelitian eksperimental semu menggunakan rancangan penelitian one
group pre-tes post-test. Pada rancangan penelitian one group pre-tes post-test
dilakukan pengukuran dua kali yaitu pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan
(Sudjarwo, 2001). Jenis penelitian eksperimental semu digunakan untuk melihat
pengaruh edukasi terhadap pengetahuan dan sikap responden. Jenis penelitian
deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik dan pengaruh perbedaan
tingkat pendidikan, umur dan lama kerja terhadap pengetahuan dan sikap PSK
Jalanan Yogyakarta.
B. Variabel
1. Variabel bebas: pemberian edukasi tentang HIV/AIDS pada Pekerja Seks
Komersial PSK Jalanan Yogyakarta.
2. Variabel tergantung:
a. pengetahuan PSK Jalanan Yogyakarta tentang HIV/AIDS.
b. sikap PSK Jalanan Yogyakarta mengenai ketaatan penggunaan kondom untuk
pencegahan penyebaran HIV/AIDS.
29
C. Definisi Operasional.
1. Perilaku adalah suatu respon yang bersifat pasif berupa pengetahuan dan sikap
PSK Jalanan Yogyakarta setelah pemberian edukasi.
2. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman tentang HIV/AIDS yang dimiliki oleh
PSK Jalanan Yogyakarta.
3. Sikap adalah kesadaran akan ketaatan penggunaan kondom pada PSK Jalanan
Yogyakarta dalam melakukan hubungan seksual dengan pelanggan sebagai
pencegah penyebaran HIV/AIDS.
4. Edukasi adalah penyampaian materi atau pemberian informasi tentang
HIV/AIDS dan penggunaan kondom kepada PSK Jalanan Yogyakarta melalui
penyuluhan oleh dosen-dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
pemberian leaflet, dan edukasi secara interpersonal.
5. Responden adalah PSK Jalanan Yogyakarta yang bekerja di jalanan daerah
Badran dan Jalan Magelang Yogyakarta.
6. Nilai pengetahuan adalah hasil persentase perubahan skor dari kuesioner
tentang pengetahuan HIV/AIDS setelah pemberian edukasi.
7. Nilai sikap adalah hasil persentase perubahan skor dari kuesioner tentang
sikap penggunaan kondom setelah pemberian edukasi.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan adalah para PSK Jalanan Yogyakarta
yang bekerja di Badran dan sepanjang Jalan Magelang. Pekerja Seks Komersial
(PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan populasi sejumlah 91 orang
(20 orang di Jalan Magelang dan 71 orang di Badran). Jumlah populasi ini diambil
dari data bulan September-Desember. Peneliti mengambil 29 subyek penelitian
yaitu 12 orang dari Jalan Magelang dan 19 orang dari Badran. Jumlah subyek
ditentukan berdasarkan syarat penelitian deskriptif oleh Gay (cit., Sevilla, 1993)
yang menyatakan pengambilan sampel dapat dilakukan minimum 10% dari
keseluruhan populasi atau 20% untuk populasi yang sangat kecil dan syarat
penelitian eksperimental minimal 15 orang untuk setiap populasi.
E. Tempat Penelitian
Pekerja Seks Komersial di Jalan Magelang ada 2 tempat yaitu di
Denggung Sleman dan di depan Hotel M selatan perempatan ringroad Jombor.
Pekerja Seks Komersial di Denggung Sleman, mereka nongkrong di suatu
angkringan dan di pinggir-pinggir jalan sekitar lapangan Denggung. Pekerja Seks
Komersial yang di depan Hotel M, mereka nongkrong di jalan masuk Hotel M.
Mereka menunggu pelanggan dan bertransaksi di jalan masuk Hotel M. Biasanya
mereka menggunakan jasa hotel untuk melakukan hubungan seks dan ada juga
yang dibawa ke tempat lain oleh pelanggan.
Pekerja Seks Komersial di Badran bekerja di lingkungan rel kereta api
yang aktif di sebelah barat stasiun tugu atau lebih di kenal masyarakat dengan
sebutan “Ngebong”. Mereka menunggu pelanggan di pinggir-pinggir rel kereta
31
F. Teknik Sampling
Teknik sampling yang dipergunakan pada penelitian ini adalah
nonrandom sampling dengan jenis quota sampling. Peneliti terlebih dahulu
menetapkan jumlah sampel yang akan diteliti. Sampel yang diambil sesuai dengan
perhitungan untuk persyaratan penelitian deskriptif yaitu 10-20% dari populasi
(91 orang). Sampel untuk persyaratan penelitian eksperimental minimal 15 orang
untuk setiap populasi (Gay cit., Sevilla, 1993). Jumlah responden yang diambil
sudah memenuhi syarat penelitian yaitu minimal 9-18 orang. Responden yang
diambil dibatasi oleh PSK yang bersedia diajak kerja sama dalam pengisian
kuesioner dan wawancara.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner, leaflet
mengenai HIV/AIDS, dan panduan wawancara. Kuesioner dibuat dengan bahasa
sesederhana mungkin dengan tujuan agar mudah dipahami oleh responden yang
secara umum mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Panduan wawancara
digunakan dengan tujuan agar wawancara yang dilakukan lebih terstruktur.
Tujuan wawancara untuk lebih memperkuat data kuesioner. Leaflet digunakan
sebagai media edukasi yang berisi pengetahuan mengenai HIV/AIDS dan juga
tentang kondom sebagai pencegah penyebaran penyakit HIV/AIDS. Leaflet dibuat
semenarik mungkin sehingga membuat PSK Jalanan Yogyakarta lebih tertarik
H. Tata Cara Penelitian 1. Analisis Situasi
Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai
kemungkinan bisa tidaknya diadakan penelitian, dan melihat keseharian subyek
sebelum dilakukan penelitian. Dalam melakukan analisis situasi ini peneliti di
bantu oleh relawan LSM terkait yaitu PKBI DIY.
Peneliti melakukan pendekatan terlebih dahulu terhadap responden
dengan didampingi relawan PKBI DIY selama 1 bulan. Penelitian ini dilakukan
oleh satu tim dengan peserta 5 orang. Tim dibagi 2 bagian yaitu 2 orang dengan
responden PSK di lokasi Pasar Kembang dan 3 orang dengan responden PSK
Jalanan (Badran dan Jalan Magelang). Severina Sri Haryuni Wiratwanti dan
Adistyawan Yoga Wicaksono di wilayah Sosrowijayan atau Pasar Kembang,
mereka membagi menjadi dua bagian wilayah yaitu Sosrowijayan depan sampai
tengah dan bagian Sosrowijayan tengah sampai belakang. Themy Roestian
Lavatinova dan Ferawati klaudia Ida mengambil data di wilayah Badran. Penulis
mengambil data di seputaran Jalan Magelang.
2. Pembuatan Kuesioner
Dalam penyusunan kuesioner ini peneliti bertanya kepada Dosen
pembimbing ataupun rekan dari Fakultas Psikologi yang dianggap menguasai tata
cara pembuatan kuesioner penelitian. Kuesioner dibuat dengan bahasa
sesederhana mungkin dan juga dibuat dengan minta pertimbangan dari
33
Kuesioner dilakukan uji coba terlebih dahulu supaya pertanyaan yang
diajukan pada kuesioner dapat dipahami oleh subyek uji. Kuesioner terdiri dari 16
pertanyaan dikategorikan dengan rincian 7 pertanyaan mengenai pengetahuan dan
9 pertanyaan mengenai sikap. Dari ke 16 pertanyaan tersebut dibuat 2 jenis
pertanyaan yaitu 10 pertanyaan jenis favourable dan 6 pertanyaan jenis non
favourable.
3. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas
Suatu alat ukur dikatakan valid (benar/sahih) jika alat ukur tesebut jitu
untuk mengukur konsep atau variable yang diukur (Adi, 2004). Uji validitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tipe validitas isi yang
diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan rasional atau lewat profesional
judgement. Uji validitas dilakukan dengan mendiskusikan secara bertahap
kuesioner bersama dosen pembimbing, teman-teman dari Fakultas Psikologi,
salah satu dosen Fakultas Psikologi dan terakhir dengan teman-teman relawan
PKBI. Uji validitas dilihat dari item pertanyaan dari kuisioner yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian yang diinginkan.
b. Reliabilitas
Suatu alat ukur dikatakan reliabel (dapat dipercaya) jika alat ukur
tersebut mantap (stabil), tepat dan homogen. Alat ukur dikatakan mantap (stabil)
apabila dalam mengukur sesuatu berulangkali, alat ukur tersebut memberikan
hasil yang sama, dengan syarat kondisi saat pengukuran tidak berubah. Pertanyaan
terperinci. Suatu alat ukur dikatakan homogen apabila pertanyaan-pertanyaan
yang dibuat untuk mengukur suatu karakteristik mempunyai kaitan yang erat satu
sama lain (Adi, 2004).
Kuesioner pada penelitian ini dilakukan uji reliabilitas terlebih dahulu
untuk mengetahui apakah kuesioner ini mudah dipahami dan dimengerti atau
tidak, tidak membingungkan dan terperinci. Uji reliabilitas dilakukan dengan
membagikan kuesioner pada responden pada saat acara kamis sehat di bulan
pertama pemberian edukasi. Hal ini berfungsi sebagai uji coba untuk melihat
pemahaman bahasa yang digunakan pada kuesioner. Dari hasil uji tersebut
ternyata ada beberapa item pertanyaan yang belum dapat dipahami oleh reponden,
sehingga perlu diubah tata bahasanya agar dapat lebih mudah dimengerti oleh
responden. Pengubahan pertanyaan dalam kuesioner ini dibantu oleh dosen
pembimbing, teman-teman dari Fakultas Psikologi dan relawan PKBI DIY yang
sehari-harinya berkomunikasi dengan responden.
4. Pembuatan Leaflet
Leaflet berfungsi sebagai media pemberian edukasi tentang HIV/AIDS
pada PSK. Berisi tentang hal-hal yang terkait dengan penyakit HIV/AIDS. Leaflet
dibuat semenarik mungkin, jelas, singkat dan lengkap dengan bahasa sesederhana
mungkin agar mudah dipahami oleh responden.
5. Penyebaran Kuesioner
Kuesioner ditujukan kepada responden dengan melakukan
pendekatan-pendekatan terlebih dahulu dengan didampingi oleh relawan PKBI DIY.
35
Penyebaran kuesioner pada PSK Jalanan di Badran dan Jalan Magelang
mengalami berbagai hambatan yaitu waktu kerja mereka yang hanya pada malam
hari dan tempat tinggal mereka yang kebanyakan dari luar kota dan kos di
tempat-tempat yang berbeda satu sama lain, sehingga solusi yang diperoleh yaitu
menyebarkan di tempat-tempat kos para PSK pada waktu pagi dan siang hari
karena jika malam hari di tempat mereka bekerja akan mengganggu pekerjaan
mereka.
6. Pemberian Edukasi
Pemberian edukasi dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang
HIV/AIDS yang berupa penyuluhan dalam program Kamis Sehat, edukasi
interpersonal antara peneliti dengan responden, dan pemberian leaflet. Penyuluhan
diberikan sebulan sekali selama 3 bulan oleh dosen-dosen Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan leaflet diberikan secara berulang
untuk mengingatkan responden. Disamping itu juga diberikan edukasi
interpersonal antara peneliti dengan responden. Pada pemberian edukasi
interpersonal dibantu oleh relawan PKBI DIY.
7. Wawancara Terstruktur
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan
jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul
data/pewawancara dengan sumber data/responden (Adi, 2004).
Wawancara dilakukan dengan bantuan kerangka atau garis-garis besar
yang dibutuhkan dan berkaitan dengan permasalahan, melalui pembicaraan
dilakukan dalam rentang waktu selama edukasi berlangsung. Proses wawancara
ini dilakukan pada pagi atau siang hari di tempat kos-kosan responden, karena jika
malam hari di tempat mereka bekerja akan mengganggu aktifitas kerja mereka.
8. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara menjumlahkan setiap itemnya,
dengan rincian untuk pertanyaan favourable, jika jawaban “ya” diberi skor 1, jika
jawaban “tidak” diberi skor 0, begitu juga sebaliknya untuk pertanyaan yang non
favourable jika jawaban “tidak” diberi skor 1, jika jawaban “ya” diberi skor 0.
Hasil penjumlahan skor disajikan dalam bentuk persentase yaitu rata-rata selisih
jumlah skor untuk pre tes dan post tes dibagi jumlah pertanyaan dan dikalikan
100%, kemudian dianalisis secara deskriptif evaluatif untuk setiap kategori
pertanyaan dan setiap karakteristik responden.
9. Analisis Data Penelitian
Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode statistik
parametrik dan metode statistik deskriptif. Metode statistik parametrik
menggunakan Paired Sampel T Test dengan taraf kepercayaaan 90% bertujuan
untuk melihat signifikansi pemberian edukasi dengan pengetahuan tentang
HIV/AIDS dan sikap ketaaatan penggunaan kondom pada PSK Jalanan
Yogyakarta dengan membandingkan hasil data antara pre tes dan post tes.
Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov. Distribusi data normal bila nilai probabilitas (Asymp.Sig.(2-tailed)) > 0,1
dan analisis selanjutnya menggunakan metode uji hipotesis Paired Sampel T Test.
37
probabilitasnya (p) ditunjukkan dengan nilai Sig.(2-tailed), bila nilai p < 0,1 maka
Ho ditolak, yang berarti terjadi perubahan yang signifikan pada variabel penelitian
(Triton, 2006).
Metode statistik deskriptif dilakukan untuk menggambarkan karakteristik
responden ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama kerja, serta melihat
persentase nilai pengetahuan dan sikap responden berdasarkan tingkat pendidikan,
umur, dan lama kerja setelah pemberian edukasi. Persentase nilai pengetahuan dan
sikap PSK Jalanan Yogyakarta diperoleh dari rata-rata selisih jumlah skor untuk
pre tes dan post tes dibagi jumlah pertanyaan dan dikalikan 100%.
P = N X
x 100%
Keterangan: P : Persentase
X: Rata- rata nilai selisih antara pretest dan posttest N: Jumlah item pertanyaan
I. Kesulitan Penelitian
Kesulitan yang diperoleh dalam penelitian ini berupa kesulitan dalam
pendekatan dan penyebaran kuesioner. Pekerja Seks Komersial Jalanan pada
awalnya sangat tertutup terhadap orang asing. Hal ini menyulitkan peneliti untuk
melakukan pendekatan. Pada malam hari PSK Jalanan Yogyakarta terlihat tidak
mau terganggu saat bekerja. Saat bulan Ramadhan banyak sekali razia yang
dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Pekerja Seks Komersial
di lokasi Badran berada di sekitar jalur rel kereta api yang masih aktif sehingga
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006
Karakteristik responden meliputi tingkat pendidikan terakhir, umur dan
lama kerja sebagai PSK Jalanan Yogyakarta. Pada penelitian ini 29 orang
responden mempunyai rincian karakteristik sebagai berikut ini.
1. Tingkat Pendidikan Terakhir
75,9%
24,1%
SD SLTP
Gambar 4. Persentase Karakteristik Responden (PSK Jalanan Yogyakarta) Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Data hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan
tingkat pendidikan terakhir responden disajikan dalam gambar 4. Persentase
karakteristik PSK Jalanan Yogyakarta berdasarkan tingkat pendidikan terakhir
sebagian besar merupakan lulusan SD yaitu 75,9%. Tingkat pendidikan yang
rendah (SD) pada PSK Jalanan Yogyakarta merupakan salah satu faktor untuk
39
memutuskan bekerja sebagai seorang PSK. Mereka mengganggap bahwa
pekerjaan sebagai PSK mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan pendidikan
tinggi dan keterampilan khusus.
2. Umur
Periode kehidupan oleh Arthur (1978) dibagi menjadi 4 kelompok yaitu
kelompok umur < 20 tahun adalah masa anak dan masa remaja, kelompok umur
21-40 tahun adalah masa dewasa awal, kelompok umur 41-60 tahun adalah masa
dewasa madya dan kelompok umur 60 tahun keatas adalah masa dewasa akhir
(Wibowo, 2005). Data karakteristik responden berdasarkan umur dibagi menjadi
4, yang disajikan dalam gambar 5.
6,9%
69,0% 24,1%
< 20 tahun 21-40 tahun 41-60 tahun
Gambar 5. Persentase Karakteristik Responden (PSK Jalanan Yogyakarta) Berdasarkan Umur
Hasil penelitian memberikan data jumlah responden terbanyak yaitu
responden pada masa dewasa awal (21-40 tahun). Pada masa dewasa awal
agresif dalam pendekatan dengan para pelanggan. Urutan kedua yaitu responden
pada masa dewasa madya (40-60 tahun). Pekerja Seks Komersial pada masa ini
cenderung lebih memikirkan ekonomi karena sebagian besar pendapatan mereka
hanya dari hasil bekerja sebagai PSK. Responden pada masa anak dan masa
remaja (< 20 tahun) jarang ditemui di jalanan. Pada masa anak dan remaja
merupakan masa dimana perkembangan mental belum matang. Mereka takut
untuk bekerja “mangkal” di jalanan yang mereka anggap liar (rawan kekerasan).
3. Lama Kerja
6,9%
24,1%
69,0%
< 2 tahun 3-4 tahun >4 tahun
Gambar 6. Persentase Karakteristik Responden (PSK Jalanan Yogyakarta) Berdasarkan Lama Kerja
Data hasil penelitian menunjukkan 69,0% PSK Jalanan Yogyakarta
sudah lebih dari 4 tahun menjadi PSK. Hal ini dapat dilihat bahwa mereka sudah
sangat lama dalam menggeluti pekerjaan. Stigma masyarakat membuat mereka
41
merupakan sebagian dari faktor yang membuat mereka tetap bekerja sebagai PSK.
Faktor lain yaitu pendidikan yang rendah dan keterbatasan ketrampilan
menyebabkan mereka tetap memilih bekerja sebagai PSK.
B. Pengaruh Edukasi Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan dan Sikap PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006 yang Menjadi Responden Pengaruh pemberian edukasi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap
dapat dilihat melalui suatu uji statistik. Uji statistik yang dilakukan pada
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pemberian edukasi tentang
HIV/AIDS terhadap perubahan pengetahuan dan sikap para PSK Jalanan
Yogyakarta.
Hasil uji normalitas dengan metode Kolmogorov Smirnov menunjukkan
bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal dengan nilai
Asymp.Sig.(2-tailed) > 0,1 yaitu sebesar 0,54. Pada uji hipotesis Paired Sampel T Test diperoleh
nilai probabilitas (p) sebesar 0,00 dimana nilai p < 0,1. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pemberian edukasi tentang HIV/AIDS memberikan
perubahan yang signifikan terhadap pengetahuan dan sikap pada PSK Jalanan
Yogyakarta tahun 2006.
Hasil dari pengisian kuesioner menunjukkan peningkatan persentase
perubahan pengetahuan dan sikap. Persentase peningkatan dari hasil pretest dan
postest sebesar 10,5% menunjukkan bahwa pemberian edukasi tentang HIV/AIDS
berpengaruh terhadap perubahan pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta.
Hasil persentase jawaban pretest (66,2%) menunjukkan bahwa pengetahuan dan