• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Diajukan oleh : WENI KUSUMASTUTI

049114118

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

! " #

$

%

$

&

%

'

'

#

#

(

)

"

)

(5)

v

.

.

(

/

(6)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya milik orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 November 2008 Penulis,

(7)

vii

Pada Guru Sekolah Dasar Swasta. Yogyakarta: Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara harapan kerja dengan burnout pada guru sekolah dasar swasta. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan antara harapan kerja dengan

burnout pada guru sekolah dasar swasta. Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru sekolah dasar Kanisius yang berada di kota Yogyakarta dan Sleman. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 43 orang yang datanya diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran model Likert. Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala burnout dan skala harapan kerja. Uji kesahihan butir pada skala burnout

menyatakan bahwa dari 60 aitem yang disajikan terdapat 22 aitem gugur dan 38 aitem sahih dengan koefisien alpha sebesar 0.891. Uji kesahihan butir pada skala harapan kerja menyatakan bahwa dari 60 aitem yang disajikan terdapat 20 aitem gugur dan 40 aitem sahih dengan koefisien alpha sebesar 0.902. Hasil analisis data dalam penelitian ini menujukkan bahwa sebaran data yang diperoleh adalah normal dan linier, sehingga data dalam penelitian ini dapat dianalisis dengan teknik product moment pearson. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar -0.423 dengan signifikansi sebesar 0.002 (p<0.01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif yang signifikan antara harapan kerja dengan

(8)

viii

Expectation among Private Elementary Teachers. Yogyakarta: Psychology Department, Sanata Dharma University.

This research aimed to discover any possible correlation between work expectation and burnout among private elementary school teachers. The hypothesis research was there was correlation between work expectation and burnout among private elementary school teachers. Subject used on this research were teachers of Kanisius elementary schools who work on Yogyakarta and Sleman. The samples of this research included 43 teachers that acquired by purposive sampling methods.

(9)
(10)

x

Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu setia memberikan kekuatan dan berkatNya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang sangat berperan selama proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan penuh ketulusan penulis ingin mengucapkan terimakasih pada banyak pihak atas bimbingan, pengarahan, kerjasama dalam penulisan dan pengolahan data, dukungan, saran dan terlebih kritikannya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin bagi penelitian untuk melakukan uji coba dan penelitian kepada Yayasan Kanisius dan sekolah-sekolah dasar Kanisius di Yogyakarta.

2. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, meluangkan waktu untuk konsultasi dan mendengarkan keluh kesah penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas waktu dan kesempatan untuk bimbingan disela-sela kesibukan Bapak.

(11)

xi

5. Bapak V. Didik Suryo Hartoko,.S.Psi., M.Si. Terima kasih atas saran dan bantuan konsultasi yang diberikan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. 6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, baik dosen-dosen biasa maupun dosen-dosen

luar biasa yang pernah memberikan ilmu, wawasan, pengetahuan, dan membuat pola pikir peneliti lebih bijaksana agar dapat berusaha dan berbuat yang terbaik. 7. Bapak, Ibu, dan Mba Nia yang selalu memberikan doa, motivasi, fasilitas,

pengertian, dan curahan kasih sayang yang tidak pernah berhenti kepada penulis.

8. Nduuutku yang selalu memberikan masukan, motivasi, kasih sayang, dan dukungan selama 4 tahun terakhir ini.

9. Seluruh staf dan karyawan P2TKP, Mba’ Tia, Pa Toni, semua teman-teman asisten, Lia, Wulan, Betty, Baday, Vania, Budi, Atiek, Tinul, Fanie, Mba Gothe, Mba Wiwid, Mas Abe, Mitha. Makasih ya atas bantuan, fasilitas, saran, dukungan dan semangat yang telah diberikan.

10. Teman-teman seperjuanganku Indri, Wiwin, Sasa, Lia. Makasih ya, karena telah berbagi ilmu, pengalaman, cerita dan memberi masukan dan dukungan. Ayo kita wisuda bareng, semangat ya Bu….

11. Teman-teman psikologi 2004 lainnya yang telah memberikan semangat, masukan, berbagi ilmu dan pengalaman. Baday, thanks ya buat kursus SPSS kilatnya..

(12)

xii

selalu dengerin dan doain aku selama proses penelitian..

14. Kepada semua pihak, teman, dan kerabat lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas doa, bantuan, dukungan, nasehat, saran dan masukannya dalam proses penyelesaian penelitian ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada penelitian ini. Dengan kerendahan hati, penulis menerima semua saran dan kritik dari semua pihak. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja.

Hormat Penulis,

(13)

xiii

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN MOTO……….... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. vi

ABSTRAK………... vii

ABSTRACT………. viii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI……….. ix

KATA PENGANTAR……….. x

DAFTAR ISI……… xiii

DAFTAR TABEL……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN……… xvii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Rumusan Masalah………... 6

C. Tujuan Penelitian……… 6

D. Manfaat Penelitian……….. 6

BAB II DASAR TEORI……… 8

A. Guru Swasta……… 8

(14)

xiv

1. Pengertian burnout……… 10

2. Aspek-aspek burnout……… 10

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi burnout……….. 12

C. Harapan Kerja………. 15

1. Pengertian harapan kerja………... 15

2. Harapan kerja pada guru SD………. 17

3. Aspek-aspek harapan kerja………... 20

4. Peran penting harapan kerja………. 22

D. Hubungan Antara Burnout dengan Harapan Kerja………. 22

E. Hipotesis………. 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….... 26

A. Jenis Penelitian………... 26

B. Identifikasi Variabel………... 26

C. Definisi Operasional………... 26

1. Burnout………. 26

2. Harapan Kerja………... 28

D. Subjek Penelitian……… 28

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data……….. 28

F. Validitas dan Reliabilitas……… 32

G. Hasil Uji Coba Alat Penelitian……… 33

(15)

xv

H. Teknik Analisis Data……….. 38

1. Uji asumsi data penelitian……… 38

2. Pengujian hipotesis penelitian……….. 39

BAB IV PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN……… 40

A. Paparan Proses Penelitian………... 40

1. Perijinan penelitian……….. 40

2. Pelaksanaan penelitian………. 40

B. Orientasi Kancah……… 41

C. Deskripsi Subjek dan Data Penelitian……… 43

1. Deskripsi subjek penelitian……….. 43

2. Deskripsi data penelitian……….. 44

D. Uji Asumsi Analisis Data………... 46

1. Uji normalitas……… 46

2. Uji linearitas………. 46

E. Uji Hipotesis……….. 47

F. Pembahasan Hasil Penelitian………. 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 51

A. Kesimpulan ……… 51

B. Keterbatasan Penelitian………... 51

C. Saran……… 52

(16)

xvi

Tabel 1 Tabel Blue Print Skala Burnout……….. 30

Tabel 2 Tabel Blue Print Skala Harapan Kerja………... 31

Tabel 3 Nomor Aitem Skala Burnout Sebelum Uji Coba………... 35

Tabel 4 Nomor Aitem Skala Burnout Setelah Uji Coba……….. 36

Tabel 5 Nomor Aitem Skala Harapan Kerja Sebelum Uji Coba……….. 37

Tabel 6 Nomor Aitem Skala Harapan KerjaSetelah Uji Coba……… 38

Tabel 7 Klasifikasi Subjek Berdasarkan Usia……….. 43

Tabel 8 Klasifikasi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin………... 44

Tabel 9 Klasifikasi Subjek Berdasarkan Status Perkawinan………. 44

Tabel 10 Hasil Statistik Deskriptif……….. 44

Tabel 11 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test…... 46

(17)

xvii

Lampiran Koefisien Reliabilitas Skala Uji Coba Burnout ………. 57

Lampiran Koefisien Reliabilitas Skala Uji Coba Harapan Kerja ………. 67

Lampiran Skala Penelitian………. 78

Lampiran Koefisien Reliabilitas Skala Penelitian Burnout …………... 78

Lampiran Koefisien Reliabilitas Skala Penelitian Harapan Kerja ... 80

Lampiran Hasil Uji Normalitas Data Hasil Penelitian ... 82

Lampiran Hasil Uji Linearitas Data Hasil Penelitian ... 83

Lampiran Hasil Uji Hipotesis Data Hasil Penelitian ... 85

(18)

1 A. Latar Belakang Masalah

Guru merupakan suatu profesi yang bergerak di bidang pelayanan pendidikan, yang memiliki kewajiban untuk membantu siswanya dalam proses belajar mengajar dan mendidik, sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat. Guru sekolah dasar mempunyai peranan utama dalam mengarahkan anak didiknya untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Anak sekolah dasar adalah peletak dasar bagi terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas (Toifur dkk, 2003). Guru diharapkan dapat melaksanakan pekerjaannya secara profesional, dimana seorang guru harus dapat melaksanakan tugas keguruannya secara imajinatif, kreatif dan penuh tanggung jawab.

(19)

Kedua sekolah tersebut dijual agar dapat membiayai sekolah-sekolah lainnya (Kompas, 4 Agustus 2005).

Guru sebagai ujung tombak pemerintah di bidang pendidikan, sampai saat ini masih kurang mendapat penghargaan baik dari pemerintah maupun masyarakat. Mantan presiden Megawati pernah mengatakan bahwa penghargaan baik secara materi maupun emosional yang sepantasnya diterima oleh guru, hingga saat itu masih jauh dari harapan (Kompas, 22 Desember 2003). Selain masih kurangnya penghargaan yang diberikan masyarakat dan pemerintah terhadap guru, kesejahteraan guru secara materi juga masih rendah. Hal ini dapat diamati melalui gaji guru yang relatif kecil dibandingkan dengan profesi lain (Sudarminta, 1998). Hasibuan (dalam Sutjipto, 2001) menyatakan bahwa guru sekolah dasar diakui memiliki martabat yang tinggi, tetapi sekaligus dihargai sangat rendah. Masyarakat menuntut agar guru mempunyai kompetensi mendidik dan mengajar yang profesional, tetapi tidak mendapat apresiasi ekonomis yang profesional.

Guru sebagai seseorang yang bekerja di sektor pelayanan, rentan mengalami stres sebagai akibat dari kesejahteraan yang rendah, tingginya pelibatan emosional dengan siswa dan pendapatan yang lebih rendah dibandingkan profesi lain. Stres kerja yang berlebihan dapat menyebabkan guru mengalami gejala burnout.

(20)

pekerjaan tersebut seseorang menghadapi tuntutan dari klien, tingkat keberhasilan dari pekerjaan rendah dan kurangnya penghargaan yang adekuat terhadap kinerja pemberi layanan. Situasi menghadapi tuntutan dari penerima layanan menggambarkan keadaan yang menuntut secara emosional, sehingga dalam jangka panjang seseorang akan mengalami kelelahan karena ia berusaha memberikan sesuatu secara maksimal tetapi memperoleh apresiasi yang minimal.

Maslach dan Jackson (dalam Lailani dkk, 2005) menyatakan bahwa burnout

hanya terjadi pada jenis pekerjaan atau profesi yang berhubungan secara langsung dengan resipien seperti murid, klien, pasien, konsumen atau pelanggar hukum. Profesi ini mudah menjebak individu pada situasi yang menuntut keterlibatan secara emosional sehingga ia akan menjumpai dirinya berada dalam keadaan lelah baik secara fisik, mental maupun emosional (Pines dan Aronson, dalam Lailani dkk, 2005).

Rosyid (1996) menjelaskan bahwa burnout yang dialami oleh para pekerja sosial akan menghambat produktivitas dan menurunkan kinerja individu yang mengalaminya. Penelitian lain juga dilakukan oleh Maslach (dalam Nurdjayadi, 2004) yang dilakukan pada pengacara kaum miskin di California. Dalam melaksanakan tugasnya, para pengacara tersebut memperlihatkan gejala keletihan fisik dan mental secara perlahan, diiringi dengan hilangnya komitmen kerja serta munculnya sikap sinis kepada kolega mereka.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sutjipto (2001), diketahui bahwa

(21)

dasar memperoleh pengalaman kerja maka mereka akan semakin cenderung mengalami burnout. Sedangkan semakin negatif sikap terhadap profesi keguruan maka semakin tinggi kecenderungan mengalami burnout. Dari penelitian tersebut dapat diperoleh data bahwa kepuasan kerja dan sikap terhadap profesi keguruan mempengaruhi seseorang yang bekerja di bidang pelayanan pendidikan untuk mengalami burnout.

Guru yang mengalami burnout tidak hanya berdampak negatif pada individu yang mengalaminya tetapi juga dirasakan oleh penerima layanan dan organisasi dimana individu tersebut bekerja. Dampak burnout pada individu tampak secara fisik, emosi, mental dan penghargaan diri yang rendah, sedangkan pada orang lain akan dirasakan oleh siswa dan lingkungan sosial lainnya. Dampak burnout pada organisasi akan mempengaruhi efektifitas dan efisiensi berfungsinya organisasi, misalnya ketidakhadiran individu yang terlampau sering akan menghambat penerapan program organisasi (Sutjipto, 2001).

(22)

negatif tersebut akan dipelajari siswa karena guru sekolah dasar merupakan tokoh sentral bagi anak (Fisher, dalam Toifur dkk., 2003).

Burnout merupakan hasil reaksi terhadap harapan dan tujuan yang tidak realistik terhadap perubahan yang diinginkan, pekerjaan yang mempunyai tuntutan interaksi emosional yang relatif konstan dengan orang lain, dan tujuan jangka panjang yang sulit dicapai (Hess, dalam Sutjipto, 2001). Burnout merupakan gejala yang kemunculannya memperoleh tanggapan yang baik, sebab hal itu terjadi ketika seseorang mencoba mencapai tujuan yang tidak realistis. Ketidaksesuaian antara harapan dan realitas membuat seseorang kehabisan energi dan kehilangan perasaan tentang dirinya dan orang lain (Gehmeyr, dalam Sutjipto, 2001).

Harapan merupakan salah satu pendorong yang berasal dari dalam diri individu, dapat menimbulkan perilaku bekerja, dapat menentukan bentuk, tujuan, intensitas dan lamanya perilaku bekerja. Harapan sebagai motivator menjadi tidak realistis bila memiliki kesenjangan jauh dengan realitas yang ada. Seseorang akan terus berupaya mencapai tujuan yang tidak realistis tersebut sehingga menyebabkan sumber-sumber diri yang mereka miliki terkuras hingga mengalami kelelahan atau frustrasi. Frustrasi atau kelelahan muncul karena terhalangnya pencapaian harapan (Freudenberger, dalam Sutjipto, 2001).

(23)

Harapan yang dimiliki guru dapat berupa tingginya hasil kerja, baik berupa penghasilan, prestasi kerja, fasilitas organisasi maupun tanggapan emosional positif dari siswa dan rekan sekerjanya.

Berdasarkan adanya harapan terhadap pekerjaan yang dimiliki guru maka peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara burnout dengan harapan kerja pada guru sekolah dasar swasta.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara harapan kerja dengan burnout pada guru sekolah dasar swasta.

C. Tujuan Penelitian

Untuk menguji hubungan antara harapan kerja dengan burnout pada guru sekolah dasar swasta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu psikologi industri organisasi dan pendidikan.

(24)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

(25)

8 A. Guru Swasta

1. Pengertian guru swasta

Guru adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian dan ketelatenan untuk menciptakan anak yang memiliki perilaku sesuai yang diharapkan (Yamin, 2007). Suparlan (2006) menjelaskan bahwa guru adalah seorang fasilitator agar siswa dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau swasta.

Daradjat, dalam Suparlan (2006) menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional karena telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak. Secara legal formal, guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan (SK) baik dari pemerintah atau swasta untuk melaksanakan tugasnya, oleh karena itu ia memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan sekolah (Suparlan, 2006).

(26)

secara optimal. Guru swasta melakukan kewajbannya melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan sekolah yang didirikan oleh masyarakat.

2. Peran dan fungsi Guru Swasta

Suparlan (2006) menyatakan bahwa guru memiliki kesatuan peran dan fungsi yang tidak terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integratif, yang satu tidak dapat dipisahkan dengan yang lain yaitu:

a. Sebagai pendidik, guru merupakan sosok panutan yang memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani siswa. Sikap dan perilaku guru menjadi bahan ajar yang secara langsung maupun tidak langsung akan ditiru dan diikuti siswa.

b. Sebagai pengajar, guru diharapkan memiliki pengetahuan luas tentang disiplin ilmu yang diampu untuk diberikan kepada siswa. Guru harus mengusai materi yang akan diajarkan, menguasai penggunaan strategi dan metode mengajar yang akan digunakan untuk menyampaikan bahan ajar dan menentukan alat evaluasi pendidikan yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, aspek-aspek manajemen kelas, dan dasar-dasar kependidikan.

(27)

dapat mengatasi faktor-faktor internal dan eksternal yang akan mengganggu proses pembelajaran, serta memberikan arah dan pembinaan karir siswa sesuai dengan bakat dan kemampuannya. d. Sebagai pelatih, guru harus memberikan sebanyak mungkin

kesempatan bagi siswa untuk dapat menerapkan konsepsi atau teori ke dalam praktek yang akan digunakan langsung dalam kehidupan. Guru perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa agar siswa

memperoleh pengalaman belajar sebanyak-banyaknya.

B. Burnout

1. Pengertian burnout

Baron dan Paulus (1991) mendefinisikan burnout sebagai suatu sindrom kelelahan fisik, kelelahan emosional dan kelelahan mental yang ditunjang perasaan rendah diri dan rendahnya efikasi diri serta penderitaan stres yang intens dan berkepanjangan. Baron dan Paulus juga menyatakan bahwa kondisi dalam organisasi dan karakter pribadi seseorang ikut menentukan tingkat burnout yang dialaminya.

2. Aspek-aspek burnout

(28)

a. Kelelahan fisik (physical exhaution)

Kelelahan fisik merupakan keadaan yang ditandai mudahnya individu merasa lelah, mudah menderita sakit kepala, mudah merasa mual, mengalami perubahan pola makan dan tidur, dan merasa tenaganya terkuras secara berlebihan.

b. Kelelahan emosional (emotional exhaution)

Kelelahan emosional merupakan suatu kelelahan pada individu yang berhubungan dengan perasaan pribadi yang ditandai dengan rasa tidak berdaya dan depresi serta merasa terperangkap dalam pekerjaannya. Kelelahan emosi ini dicirikan dengan rasa bosan, mudah tersinggung, perasaan tidak mau menolong, ratapan yang tiada henti, tidak dapat dikontrol (suka marah-marah), tidak peduli dengan orang lain, putus asa, sedih, tertekan dan tidak berdaya (Pines dan Aronson, dalam Sutjipto 2006).

c. Kelelahan mental atau sikap (mental or attitude exhaution)

(29)

individu yang dilakukan individu untuk mengatasi kelelahan emosional.

d. Rendahnya Penghargaan Terhadap Diri (Lower personal accomplishment)

Rendahnya penghargaan terhadap diri merupakan kondisi yang ditandai dengan adanya ketidakpuasan terhadap diri sendiri, pekerjaan, kehidupan dan adanya perasaan belum mampu mencapai sesuatu yang berarti selama hidupnya. Individu yang menilai rendah dirinya sering mengalami ketidakpuasan terhadap hasil kerjanya dan merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi burnout

Schaufeli dan Buunk (1996) merangkum pendapat para ahli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat burnout yaitu:

a. Karakteristik demografi

(30)

lebih tua umumnya lebih matang, lebih stabil serta memiliki pandangan yang lebih realistis.

Farber (1991) menyatakan bahwa pria lebih rentan terhadap stres dan burnout jika dibanding dengan wanita. Hal ini disebabkan wanita secara emosional lebih mampu menangani tekanan yang lebih besar.

Profesional yang berlatar belakang pendidikan yang tinggi cenderung lebih rentan terhadap burnout karena mereka memiliki harapan atau asprasi yang idealis. Pada saat berhadapan dengan realitas dan terdapat kesenjangan antara harapan dan realitas, munculah kegelisahan dan kekecewaan yang dapat menimbulkan

burnout (Maslach, dalam Sutjipto, 2001).

Profesional yang berstatus lajang lebih banyak yang mengalami

burnout daripada yang telah menikah (Farber, 1991). Individu yang sudah berkeluarga cenderung mengalami tingkat burnout yang lebih rendah karena keterlibatan dengan keluarga dapat mempersiapkan mental individu tersebut dalam menghadapi masalah pribadi dan konflik emosional (Maslach, dalam Sutjipto, 2001).

b. Karakteristik pekerjaan

(31)

c. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial meliputi klien (siswa), rekan kerja, atasan (kepala sekolah). Kurangnya dukungan sosial, kohesivitas kelompok yang rendah dan konflik interpersonal di tempat kerja berkorelasi positif dengan burnout.

d. Keterlibatan emosional dengan penerima pelayanan

Freudenberger (dalam Sutjipto, 2006) mengatakan bahwa bekerja melayani orang lain membutuhkan banyak energi karena harus bersikap sabar dan memahami orang lain. Pemberi dan penerima pelayanan turut membentuk dan mengarahkan terjadinya hubungan emosional, dan secara tidak sengaja dapat menyebabkan stress emosional.

Para pekerja di bidang sosial sering menerima umpan balik yang negatif (Maslach, Caputo dan Chernis, dalam Sutjipto 2006). Hal ini disebabkan oleh tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang tinggi sehingga individu kesulitan untuk mencapai standar yang diinginkan. Jika pemberi pelayanan dapat memenuhi standar tersebut, masyarakat pada umumnya tidak memberi pujian sebab mereka menganggap bahwa memang sudah seharusnya seperti itu.

(32)

menekan secara emosional akan mudah merasa kesal, marah, tertekan, jengkel dan perasaan tidak enak lainnya.

e. Sikap terhadap pekerjaan

Burnout dialami oleh individu yang terlibat erat pada pekerjaannya. Hal tersebut akan menuntut keterlibatan secara emosional sehingga pada akhirnya ia akan mengalami burnout

(Einsenstat dan Felner, dalam Schaufeli dan Buunk, 1996)

Individu yang memiliki komitmen rendah terhadap pekerjaan juga akan mengalami burnout. Individu yang tidak peduli terhadap pekerjaannya akan menarik diri secara kognitif dan akhirnya akan mengalami burnout (Richardsen, Burke dan Leiter, dalam Schaufeli dan Buunk, 1996).

Harapan yang tinggi dan tidak realistis terhadap pekerjaan juga berhubungan positif dengan burnout (Stevens dan O’Neil, dalam Schaufeli dan Buunk, 1996).

C. Harapan Kerja

1. Pengertian harapan kerja

(33)

(Kreitner dan Kinicki, 1992). Kreitner (1992) juga menjelaskan bahwa persepsi memainkan peranan penting dalam teori harapan karena penekanannya pada kemampuan kognitif seseorang yang mampu memperkirakan akibat yang mungkin terjadi dari suatu perilaku.

Vroom (Kreitner dan Kinicki, 1992) merumuskan harapan sebagai berikut, “Tingginya kecenderungan seseorang untuk melakukan perilaku tertentu tergantung pada tingginya harapan yang dimiliki, dimana perilakunya akan diikuti oleh hasil yang akan diterima dan tergantung pada nilai atau value dari hasil yang didapatkannya”. Vroom juga mengatakan bahwa harapan yang dimiliki mempengaruhi tingkat motivasi individu.

Dalam teori harapannya, Robbins (1998) mengatakan bahwa seseorang akan termotivasi untuk menunjukkan usaha yang besar ketika dirinya yakin bahwa usahanya akan mendapat penghargaan atau prestasi kerja dari organisasi seperti bonus, kenaikan gaji, promosi, dan penghargaan lainnya yang dapat memuaskan tujuannya.

(34)

2. Harapan kerja pada guru sekolah dasar

Dusek dan Joseph (1983) menyatakan bahwa guru membentuk harapan-harapan mengenai siswanya yang berkaitan dengan kemampuan akademik dan kemampuan sosial. Mereka juga mendefinisikan harapan guru menjadi 2 kategori yaitu harapan akademik dan harapan sosial. Harapan akademik adalah hasil persepsi guru mengenai kinerja, pencapaian prestasi, kemampuan dan pencapaian tingkat pendidikan yang mungkin diraih siswanya. Harapan sosial adalah hasil persepsi guru mengenai perkembangan sosial siswa secara umum, interaksi atau hubungan siswa dengan teman sebayanya, serta interaksi siswa dengan orang yang lebih tua.

Teori harapan menyatakan bahwa motivasi berasal dari persepsi individu mengenai kemungkinan akan hasil yang akan dicapai dan valensi atau nilai dianggap berasal dari hasil tersebut (House, Shapiro, Wahba, dalam Hayibor, 2005). Mereka juga mengungkapkan bahwa seseorang akan termotivasi apabila:

a. Usaha yang dikerahkan akan membawanya pada kinerja yang diharapkan

b. Kinerja yang diharapkan akan membawanya pada hasil yang diinginkan

(35)

Hasil yang diinginkan tidak selalu berbentuk materi (pendapatan) tetapi dapat bersifat psikologis yaitu berupa kepuasan kerja, penerimaan dari rekan sekerja dll. (Oliver, dalam Hayibor, 2005).

Kyriacou dan Kunc (2007) yang mengungkapkan empat alasan mengapa guru-guru di Inggris kehilangan motivasi dan meninggalkan profesinya. Alasan-alasan tersebut meliputi:

a. Beban kerja yang berlebihan

Beban kerja yang dirasakan terlalu berat, pekerjaan yang dimiliki terlalu menekan sehingga menimbulkan stres. Sutjipto (2001) menyatakan bahwa guru sekolah dasar dituntut untuk multiperan yaitu, mereka bertugas sebagai guru pengajar, pendidik, pembimbing, sekaligus pengurus administrasi sekolah. Guru harus tekun mengajar dan mampu melaksanakan target kurikulum. Sebagai administrator, guru memiliki peran untuk melaksanakan administrasi sekolah, seperti buku presensi siswa, buku daftar nilai, buku rapor, administrasi kurikulum, dan administrasi penilaian (Suparlan, 2006).

b. Pendapatan

(36)

c. Siswa-siswa yang mengganggu

Adanya beberapa siswa yang selalu melakukan perilaku mengganggu sehingga membuat beban pekerjaan menjadi semakin berat. Cherniss (1980) menyatakan bahwa tujuan utama yang ingin diraih oleh para pekerja yang bekerja di bidang pelayanan adalah mendapatkan kesuksesan secara psikologis dalam pekerjaannya. d. Rendahnya status yang dimiliki

Status sosial ekonomi yang rendah mengundang apresiasi negatif masyarakat. Guru juga masih kesulitan memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang paling mendasar, yaitu kebutuhan-kebutuhan biologis (Toifur, dkk, 2003).

Spector (1996) menyatakan bahwa konsep dasar harapan adalah seseorang akan termotivasi untuk melakukan suatu pekerjaan apabila mereka memiliki keyakinan bahwa pekerjaan yang dilakukan akan diikuti oleh suatu hasil yang dinginkan.

(37)

3. Aspek-aspek harapan kerja

Menurut Mc Shane dan Glinow (2005) harapan memiliki tiga aspek yaitu :

a. Harapan akan hubungan kinerja-hasil (perfomance-outcome expectancy)

Harapan akan hubungan kinerja hasil merupakan tingkat dimana seseorang memiliki keyakinan bahwa jika ia berperilaku tertentu ia akan mendapatkan hasil tertentu pula. Nadler dan Lawler, dalam Usmara (2006) juga menyatakan bahwa hasil kerja (outcomes) terbagi dalam 2 kategori yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Hasil kerja intrinsik (intrinsic outcome) terjadi secara langsung sebagai hasil atau konsekuensi langsung dari usaha dan merupakan hasil kerja yang diberikan individu kepada dirinya sendiri (psychological rewards). Hasil kerja intrinsik dapat berupa prestasi kerja yang baik, dapat menyelesaikan tugas, dan kreativitas (Hayibor, 2005). Hasil kerja ekstrinsik (extrinsic outcome) merupakan hasil kerja yang berhubungan dengan kinerja dan disediakan oleh faktor-faktor eksternal seperti organisasi, atasan, kelompok kerja. Hasil kerja ekstrinsik dapat berupa gaji, promosi, pengakuan.

b. Valensi (valence) atau daya tarik

(38)

diperoleh memainkan peranan dalam pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang belum terpuaskan. Hal ini bersifat sangat individual karena dipengaruhi oleh kepribadian, nilai-nilai yang dianut dan kebutuhan masing-masing individu.

Suatu hasil dinilai positif dalam valensi apabila seseorang berusaha untuk mencapainya bukan menghindarinya. Suatu hasil dinilai negatif bila seseorang berusaha untuk menghindarinya, bukan mencapainya (Hayibor, 2005).

(39)

4. Peran penting harapan kerja

Berdasarkan penelitan Marshall dan Brown (2004), peran harapan meliputi :

a. Harapan kerja akan mempengaruhi kinerja seseorang. Dalam hal ini harapan dan kinerja membentuk garis yang linear, yaitu kenaikan skor harapan akan diikuti oleh kenaikan skor kinerja. b. Harapan kerja lebih berperan penting ketika seseorang berhadapan

dengan tugas yang sulit dibandingkan saat seseorang berhadapan dengan tugas yang mudah.

c. Harapan kerja yang rendah akan menghasilkan tingkat kinerja yang rendah, sedangkan harapan kerja yang sedang hingga tinggi akan menghasilkan tingkat kinerja yang tinggi.

D. Hubungan Antara Burnout dengan Harapan Kerja

(40)

Guru adalah suatu profesi yang bergerak dibidang pelayanan pendidikan yang menghadapi tuntutan dan pelibatan emosional yang tinggi. Seorang guru terkadang dihadapkan pada pengalaman negatif dengan siswa sehingga menimbulkan ketegangan emosional. Apabila dialami secara terus menerus hal tersebut akan mengakibatkan burnout.

Guru yang burnout akan mengalami kelelahan secara fisik dan emosional, bersikap negatif terhadap siswa maupun orang lain, menilai negatif orang lain serta dirinya sendiri, menilai rendah dirinya dan menganggap diri tidak berguna. Hal tersebut akan menurunkan produktivitas guru tersebut sehingga dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

Salah satu faktor sikap terhadap pekerjaan yang dapat mempengaruhi

burnout adalah adanya harapan terhadap pekerjaan yang dimiliki individu. Harapan-harapan terhadap pekerjaan yang dimiliki guru mencakup harapan akademis dan harapan sosial yang berkaitan dengan siswa (Dusek dan Joseph, 1983). Harapan akademis merupakan hasil persepsi guru mengenai kinerja, pencapaian prestasi, kemampuan dan pencapaian tingkat pendidikan yang mungkin diraih siswanya. Harapan sosial adalah hasil persepsi guru mengenai perkembangan sosial siswa secara umum, interaksi atau hubungan siswa dengan teman sebayanya, serta interaksi siswa dengan orang yang lebih tua.

(41)

tersebut merasa bahwa dirinya mampu melakukan tugasnya dengan baik dan merasa bahwa dirinya berharga.

Seorang guru yang memiliki harapan kerja yang tinggi akan memiliki motivasi yang tinggi untuk melakukan pekerjaannya. Dengan tingginya harapan tersebut, muncul keyakinan yang kuat bahwa perilaku yang dilakukan secara terus menerus akan mengarahkannya pada hasil yang diinginkan. Ia juga memiliki keyakinan yang kuat bahwa usaha yang dilakukan akan berdampak pada tingkat kinerjanya. Guru tersebut juga memiliki keyakinan yang kuat bahwa hasil yang akan dicapai akan memiliki nilai yang berarti baginya atau bahkan dapat memenuhi kebutuhannya.

Guru yang memiliki harapan kerja tinggi akan mendapatkan kepuasan dalam bekerja apabila harapan yang dimilikinya tercapai. Ia akan merasa bahwa ia telah mencapai kepuasan secara psikologis dalam memberikan pelayanan terhadap siswanya. Dengan munculnya kepuasan psikologis maka kemungkinannya untuk mengalami burnout cenderung rendah.

(42)

keadaan yang menekan karena mereka melihat lingkungan sekitarnya sebagai sesuatu ancaman bagi dirinya (Scoot, 2006).

E. Hipotesis

Ada hubungan negatif yang signifikan antara harapan kerja dengan burnout

(43)

26 A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk menyelidiki sampai sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain (Azwar, 2007). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara harapan kerja dengan

burnout pada guru sekolah dasar swasta.

B. Identifikasi Variabel

Variabel tergantung : burnout Variabel bebas : harapan kerja

C. Definisi Operasional

Definsi operasional dari masing-masing variabel adalah : 1. Burnout

(44)

Burnout yang dialami oleh guru sekolah dasar swasta dan diukur dengan menggunakan skala burnout yang terdiri dari 4 aspek. Aspek-aspek tersebut berupa respon yang diberikan individu, yaitu:

a. Kelelahan fisik

Keadaan yang ditandai mudahnya individu merasa lelah, mudah menderita sakit kepala, mudah merasa mual. mengalami perubahan pola makan dan tidur, dan merasa tenaganya terkuras secara berlebihan.

b. Kelelahan Emosional

Kelelahan pada individu yang berhubungan dengan perasaan pribadi yang ditandai dengan rasa tidak berdaya dan depresi serta merasa terperangkap dalam pekerjaannya. Kelelahan ini dicirkan dengan rasa tidak bosan, ratapan yang tiada henti, suka marah-marah, tidak peduli dengan orang lain, putus asa sedih, tertekan dan tidak berdaya.

c. Kelelahan Mental atau Sikap

Kelelahan mental atau sikap berupa prasangka negatif dan sinis terhadap diri sendiri dan orang lain.

d. Rendahnya Penghargaan Terhadap Diri

(45)

2. Harapan Kerja

Harapan kerja merupakan keyakinan yang dimiliki individu bahwa perilaku kerja yang dilakukannya akan membawa hasil yang diinginkan. Harapan kerja yang dimiliki mempengaruhi motivasi individu dalam melakukan pekerjaannya. Harapan kerja dimiliki oleh guru sekolah dasar swasta dan diukur dengan menggunakan skala harapan kerja berdasarkan aspek-aspek harapan akan hubungan kinerja hasil, valensi atau daya tarik, dan harapan akan hubungan usaha kinerja.

D. Subjek Penelitian

Subyek yang digunakan pada penelitian ini adalah guru sekolah dasar Kanisius Cabang Yogyakarta yang masih aktif mengajar. Guru yang masih aktif mengajar memiliki tuntutan pekerjaan yang harus diselesaikannya. Selain itu, mereka setiap hari akan berhadapan dan berhubungan dengan siswa sebagai penerima pelayanan. Jumlah subjek dalam uji coba adalah 42 orang sedangkan jumlah subjek penelitian berjumlah 43 orang.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

(46)

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala burnout dan skala harapan kerja. Skala burnout bertujuan untuk mengukur tinggi rendahnya tingkat burnout berdasarkan aspek kelelahan fisik, kelelahan emosional, kelelahan mental dan rendahnya penghargaan terhadap diri. Sedangkan skala harapan kerja bertujuan untuk mengukur tinggi rendahnya harapan kerja berdasarkan aspek harapan akan hubungan kinerja-hasil, valensi atau daya tarik dan harapan akan hubungan usaha-kinerja.

Skala burnout terdiri dari pernyataan-pernyataan favorable dan

unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung objek sikapnya sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang tidak mendukung objek sikapnya (Azwar, 2005). Dalam menjawab pernyataan-pernyataan tersebut, subyek diberi 4 kategori respon yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Pada pernyataan favorable, jawaban Sangat Setuju (SS) akan mendapat skor 4, jawaban Setuju (S) akan mendapat skor 3, jawaban Tidak Setuju (TS) akan mendapat skor 2 dan jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) akan mendapat skor 1. Pada pernyataan favorable skor tinggi mengindikasikan bahwa subyek cenderung mengalami burnout sedangkan jawaban rendah mengindikasikan bahwa subyek cenderung tidak mengalami burnout.

(47)

mengindikasikan bahwa subyek cenderung tidak mengalami burnout

sedangkan jawaban rendah mengindikasikan bahwa subyek cenderung mengalami burnout.

Tabel 1. Tabel Blue-Print Skala Burnout

Pernyataan No

. Aspek Favorabel Unfavorabel Total Bobot

1. Kelelahan Fisik 7 8 15 25 %

2. Kelelahan Emosional 8 7 15 25 %

3. Kelelahan Mental 8 7 15 25 %

4. Rendahnya Penghargaan

Terhadap Diri 7 8 15 25 %

TOTAL 30 30 60 100%

Skala harapan kerja terdiri dari pernyataan-pernyataan favorable dan

(48)

Tabel 2. Tabel Blue-Print Skala Harapan Kerja

Pada pernyataan favorable, jawaban Sangat Setuju (SS) akan mendapat skor 4, jawaban Setuju (S) akan mendapat skor 3, jawaban Tidak Setuju (TS) akan mendapat skor 2 dan jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) akan mendapat skor 1. Pada pernyataan favorable skor tinggi mengindikasikan bahwa subyek cenderung memiliki harapan kerja yang tinggi sedangkan jawaban rendah mengindikasikan bahwa subyek cenderung memiliki harapan kerja yang rendah.

(49)

tinggi sedangkan jawaban rendah mengindikasikan bahwa subyek cenderung memiliki harapan kerja yang rendah.

F. Validitas dan Reliabilitas

Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat tes dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya diantara subjek yang satu dengan yang lain (Azwar, 2008).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi yang diselidiki melalui analisis rasional terhadap isi tes dan didasarkan pada penilaian (judgement) yang bersifat subjektif (Supratiknya, 1998). Analisis rasional dilakukan terhadap aitem-aitem yang telah disusun dengan maksud untuk melihat kesesuaian antar aitem dengan aspek yang bersangkutan. Untuk menghindari bias subyektivitas, dalam analisis rasional diperlukan penilai lain selain penulis. Dalam hal ini, dosen pembimbing memberikan penilaian apakah aitem-aitem yang dibuat layak untuk di uji cobakan atau tidak.

(50)

Semakin baik daya diskriminasi aitem maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1.00. Kriteria aitem dinyatakan dapat diterima bila koefisien korelasinya positif (+) dan mencapai 0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya pembedanya dianggap memuaskan Namun, apabila aitem yang lolos masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka peneliti dapat menurunkan sedikit batas kriteria menjadi 0.25. (Azwar, 2004).

Inti dari konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2008).

Reliabilitas penelitian ini dilihat dengan menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan menggunakan 1 kali pengetesan pada sekelompok subyek (single trial administration). Koefisien reliabilitas keseluruhan tesnya akan diestimasi dengan menggunakan koefisien alpha (α) Cronbach.

G. Hasil Uji Coba Skala Penelitian

1. Subjek Uji Coba Skala Penelitian

(51)

yang dinaungi oleh yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta. Dalam skala uji coba ini, guru yang menjadi subjek penelitian berjumlah 42 orang yang diambil dari 4 SD Kanisius yaitu 8 orang dari SD Kanisius Kintelan, 8 orang dari SD Kanisius Kotabaru, 16 orang dari SD Kanisius Pugeran dan 10 orang dari SD Kanisius Kumendaman.

2. Uji Coba Skala Penelitian

Uji coba skala penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus sampai 5 September 2008. Masing-masing subjek uji coba diberikan 2 jenis skala yaitu skala Burnout dan skala Harapan Kerja. Kedua skala tersebut dijadikan 1 eksemplar yang berbentuk buku. Skala Burnout

disebut skala bagian I dan Skala Harapan Kerja disebut skala bagian II.

3. Uji Kesahihan dan Reliabilitas Skala Penelitian

a. Uji Kesahihan Skala Burnout

Uji kesahihan butir aitem pada Skala Burnout menggunakan program SPSS for windows versi 12.0 dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Saat menyeleksi aitem dalam skala penelitian ini, peneliti menggunakan batasan koefisien korelasi sebesar 0.25 atau rix > 0.25. Hal ini disebabkan karena aitem yang

lolos masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan.

(52)

yang gugur tersebut 9 aitem berasal dari Aspek Kelelahan Fisik, 12 aitem berasal dari Aspek Kelelahan Emosional, 12 aitem berasal dari Aspek Kelelahan Mental dan 9 aitem berasal dari Aspek Rendahnya Penghargaan Diri.

Tabel 3. Nomor Aitem Skala Burnout Sebelum Uji Coba

Pernyataan

No. Aspek

Favorabel Unfavorabel

Total

1. Kelelahan Fisik 1*,9,17,25, 33,41,49 3. Kelelahan Mental 3*,11*,19,27,

35,43,51,59

7*,15*,23*,31, 39,47*,55* 15 4. Rendahnya Penghargaan

Terhadap Diri

b. Uji Reliabilitas Skala Burnout

(53)

Tabel 4. Nomor Aitem Skala Burnout Setelah Uji Coba

Pernyataan

No. Aspek

Favorabel Unfavorabel

Total

1. Kelelahan Fisik

9(1),17(9),

3. Kelelahan Mental 19(3),27(11), 35(19),43(25),

c. Uji Kesahihan Skala Harapan Kerja

Uji kesahihan butir aitem pada Skala Harapan Kerja menggunakan program SPSS for windows versi 12.0 dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Saat menyeleksi aitem dalam skala penelitian ini, penulis menggunakan batasan koefisien korelasi sebesar 0.25 atau rix > 0.25. Hal ini disebabkan karena aitem yang

(54)

Dari hasil pengujian 60 aitem pada Skala Harapan Kerja terdapat 20 aitem gugur sehingga aitem yang valid berjumlah 40 aitem. 40 aitem yang gugur tersebut, 6 aitem berasal dari Aspek Harapan akan Hubungan Kinerja-Hasil, 8 aitem berasal dari Aspek Valensi atau Daya Tarik, dan 6 aitem berasal dari Aspek Harapan akan Hubungan Usaha-Kinerja.

Tabel 5. Nomor Aitem Skala Harapan Kerja Sebelum Uji Coba

Pernyataan

No. Aspek

Favorabel Unfavorabel Total

1. Harapan akan hubungan kinerja-hasil 3. Harapan akan hubungan

usaha-kinerja

d. Uji Reliabilitas Skala Harapan Kerja

(55)

Tabel 6. Nomor Aitem Skala Harapan Kerja Setelah Uji Coba

( ) : nomor dalam skala penelitian

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Asumsi Data Penelitian

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara distribusi sebaran variabel bebas dan variabel tergantung pada penelitian ini bersifat normal atau tidak.

b. Uji Linearitas

(56)

2. Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian akan digunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dengan menggunakan program SPSS

(57)

40 A. Paparan Proses Penelitian

1. Perijinan penelitian

Sebelum melakukan penelitian, pertama-tama peneliti meminta ijin kepada Romo Direktur Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta disertai dengan surat keterangan penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang bernomor 73.a/D/KP/Psi/USD/VIII/2008 dan ditandatangani oleh Dekan Fakultas Universitas Psikologi Sanata Dharma. Setelah itu, peneliti juga meminta ijin kepada masing-masing kepala sekolah dasar Kanisius dengan menggunakan surat keterangan penelitian yang ditandatangani Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Pelaksanaan penelitian

(58)

B. Orientasi Kancah

Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru sekolah dasar yang bekerja di sekolah dasar Kanisius yang berada di bawah naungan yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta. Yayasan Kanisius memberikan instruksi kepada sekolah-sekolah yang dinaunginya mengenai segala hal yang berhubungan dengan aturan penyelenggaraan sekolah termasuk jam belajar sekolah. Guru-guru yang menjadi subjek dalam penelitian ini berasal dari SD Kanisius Demangan Baru, SD Kanisius Notoyudan, SD Kanisius Tegal Mulyo dan SD Kanisius Condong Catur.

Yayasan Kanisius memiliki visi dan misi mengenai sekolah yang dinaunginya yang nantinya akan dijabarkan oleh masing-masing sekolah. Adapun visi yang dimiliki adalah “Pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan nilai-nilai Kristiani.”. Sedangkan misi yang diemban yaitu: 1. Mendampingi generasi muda untuk percaya diri pada akal, sehingga

berani berjuang menghadapi tantangan hidup.

2. Memberdayakan generasi muda menjadi pribadi yang peka, berinisiatif dan kreatif terhadap situasi atau lingkungan sosial.

3. Mendampingi generasi muda untuk mengembangkan potensi bakat dan semangat Kristiani.

(59)

administrasi SD Demangan Baru I dan SD Demangan Baru II berbeda. Jumlah keseluruhan guru yang mengajar pada SD Kanisius Demangan Baru berjumlah 20 orang. Jumlah kelas keseluruhan adalah 18 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 485 orang.

SD Kanisius Notoyudan berdiri pada tahun 1938. SD ini terletak di Jl. Letjen. Suprapto no. 95 Yogyakarta. Mulanya, SD Kanisius Notoyudan I dan Notoyudan II merupakan 2 sekolah dasar yang terpisah. Pada tahun ajaran 2002/2003 kedua sekolah tersebut bergabung menjadi satu. SD Kanisius Notoyudan memiliki guru yang berjumlah 10 orang. 6 diantaranya adalah guru kelas. Jumlah kelas yang dimiliki adalah 6 kelas dengan jumlah siswa keseluruhan adalah 211 orang.

SD Kanisius Tegal Mulyo terletak di wilayah Pakuncen, Tegalmulyo RT. 11 Yogyakarta. SD Kanisius ini didirikan pada tahun 1968. Guru yang dimiliki oleh sekolah ini berjumlah 15 orang, sedangkan kelas yang ada berjumlah 6 kelas. Jumlah keseluruhan siswa di sekolah ini adalah 100 orang.

(60)

C. Deskripsi Subjek dan Data Penelitian

1. Deskripsi subjek penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru-guru sekolah dasar Kanisius Yogyakarta yang berjumlah 43 orang. Dari 43 orang guru tersebut, 17 orang berasal dari SD Kanisius Demangan, 8 orang dari SD Kanisius Tegal Mulyo, 10 orang dari SD Kanisius Notoyudan dan 8 orang dari SD Kanisius Condong Catur.

Subjek dalam penelitian ini diklasifisikasikan berdasarkan usia, jenis kelamin dan status perkawinan. Klasifikasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui latar belakang subjek penelitian dan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai subjek yang berhubungan dengan penelitian. Pada tabel berikut aka disajikan klasifikasi subjek berdasarkan usia, jenis kelamin dan status perkawinan.

Tabel 7. Klasifikasi Subjek Berdasarkan Usia

(61)

Tabel 8. Klasifikasi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Subjek %

Laki-laki 14 orang 32.6%

Perempuan 29 orang 67.4%

Tabel 9. Klasifikasi Subjek Berdasarkan Status Perkawinan

Status Perkawinan Jumlah Subjek %

Menikah 33 orang 76.7%

Tidak Menikah 10 orang 23.3%

2. Deskripsi data penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di SD Kanisius Demangan, Notoyudan, Tegal Mulyo, dan Condong Catur, peneliti memperoleh data hasil penelitian yang membandingkan antara data empirik dengan data teoretis. Perolehan data empirik berasal dari hasil olah data yang dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 12.0, sedangkan perolehan data teoretis berasal dari perhitungan dengan menggunakan rumus statistik. Perbandingan antara mean empiris dengan mean teoretis dilakukan untuk mengetahui kecenderungan tingkat burnout

dengan harapan kerja subjek penelitian. Berikut ini disajikan tabel yang berisi data empiris dan data teoretis:

Tabel 10. Hasil Statistik Deskriptif

Variabel

Burnout

Variabel Harapan Kerja Statistik Empiris Teoritis Empiris Teoritis

Mean 78.60 95 122.91 100 x min 56 38 109 40 x max 92 152 141 160

(62)

Pada skala burnout, terdapat item sejumlah 38 dengan rentang skor 1 sampai dengan 4. Oleh karena itu, skor terkecil yang diperoleh untuk skala burnout adalah 38 x 1 = 20, dan skor terbesar adalah 38 x 4 = 152. Dengan demikian, rentang skor skala burnout adalah 38 sampai dengan 152, atau besar jaraknya adalah 152 – 38 = 114. Satuan deviasi standar populasi adalah 114 : 6 = 19. Mean teoretis (µ) yaitu (38+152) :2 = 95.

Kemudian, skala harapan kerja memiliki item sebanyak 40 dengan rentang skor 1 sampai dengan 4. Skor terkecil yang dimiliki oleh skala harapan kerja adalah 40 x 1 = 40, sedangkan skor terbesar adalah 40 x 4 = 160. Dengan demikian, rentang skor skala harapan kerja adalah 40 sampai dengan 160, atau besar jaraknya adalah 160 – 40 = 120. Satuan deviasi standar populasi adalah 120 : 6 = 20. Mean teoretis (µ) adalah (40+160) : 2 = 100.

(63)

D. Uji Asumsi Analisis Data

1. Uji normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Hal ini yang dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebaran data variabel tergantung dan variabel bebas bersifat normal atau tidak. Hasil pengujian dapat dilihat melalui tabel berikut ini.

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Test for Normality Burnout Harapan Kerja

Kolmogorov-Smirnov Z 0.653 0.664

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.788 0.769

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa skor skala burnout memiliki nilai Z sebesar 0.653 dan p=0.788. Sedangkan skor skala harapan kerja memiliki nilai Z sebesar 0.788 dan p=0.769. Suatu data dikatakan normal apabila nilai p>0.05. Hal ini berarti bahwa skor burnout dan skor harapan kerja berdistribusi normal.

2. Uji linearitas

(64)

Tabel 12. Hasil Uji Linearitas

Test for Linearity F p

Combined 1.859 0.084 Linearity 10.906 0.004

Skor Burnout

*Skor Harapan

Kerja Deviation from Linearity 1.428 0.215

Hasil linearitas menunjukkan bahwa nilai F sebesar 10.906. Suatu data dikatakan linear apabila p<0.05, sedangkan data dari hasil penelitian ini mempunyai signifikansi (p) di bawah 0.05 yaitu sebesar 0.004. Jadi hubungan antara skor burnout dan skor harapan kerja adalah linear.

E. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan teknik korelasi

Product Moment Pearson pada program SPSS 12.0. Hipotesis ini menggunakan taraf signifikansi 1%. Taraf signifikansi diuji dengan menggunakan uji 1 ekor karena hipotesis dalam penelitian ini sudah berarah.

Dari hasil analisis didapatkan skor korelasi untuk variabel burnout dan variabel harapan kerja adalah -0.423 dengan p=0.002. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara harapan kerja dengan

burnout. Harga koefisien korelasi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi harapan kerja yang dimiliki guru maka semakin rendah tingkat

(65)

F. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi

Product Moment dari Pearson, hipotesis penelitian yang berbunyi ada hubungan antara harapan kerja dengan burnout diterima. Dari hasil analisis uji hipotesis, didapatkan skor korelasi antara variabel burnout dengan variabel harapan kerja sebesar -0.423 dengan taraf signifikansi 1% sebesar 0.002 (p<0.01). Hal ini menunjukkan bahwa variabel burnout dan varabel harapan kerja memiliki hubungan negatif yang cukup kuat. Dengan demikian, semakin tinggi harapan kerja yang dimiliki guru, maka semakin rendah tingkat burnout

yang dialami.

(66)

kemungkinan usaha yang dilakukannya akan sampai pada kesuksesan kerja (Usmara, 2006).

Guru yang memiliki harapan kerja tinggi, cenderung memiliki harapan yang positif terhadap hasil kerja yang akan dicapai. Scheier dan Carver (Chang, 1998) menyatakan bahwa orang yang optimis adalah orang yang memiliki harapan yang positif terhadap hasil yang akan dicapainya. Guru yang memiliki sikap optimis akan memandang positif diri sendiri dan lingkungan tempatnya bekerja sehingga ia mampu menghadapi stres dan kecemasan, dapat menerima diri apa adanya, memiliki keyakinan bahwa ia dapat mengatasi masalah dan memandang kegagalan dialami secara lebih positif.

(67)
(68)

51 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara harapan kerja dengan burnout pada guru sekolah dasar swasta (r=-0.423, dengan p<0.01). Artinya bahwa semakin tinggi harapan kerja maka tingkat burnout

yang dimiliki guru cenderung lebih rendah. Begitu pula sebaliknya semakin rendah harapan kerja maka tingkat burnout yang dimiliki cenderung tinggi. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan penulis yaitu ada hubungan antara harapan kerja dengan burnout yang signifikan pada guru sekolah dasar swasta diterima. Hasil dari uji hipotesis ini adalah ada hubungan negatif yang signifikan antara harapan kerja dengan burnout pada guru sekolah dasar swasta.

B. Kelemahan Penelitian

Penelitian ini tidak mengontrol faktor demografik yaitu usia, jenis kelamin, status pendidikan dan status perkawinan subjek sehingga variasi subjeknya tinggi.

C. Saran

(69)
(70)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Nasib Sekolah Swasta Bergelut Dengan Kemiskinan. Kompas On-line Kamis, 4 Agustus 2005. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/05/pddkn/1190358.htm

Anonim. Presiden: Penghargaan Kepada Guru Masih Kurang. Kompas on-line Senin, 22 Desember 2003.

Azwar, S. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2008. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, R. A., Paulus P. B. 1991. Understanding Human Relations : A Practical Guide to People at Work 2nd Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Bilge. 2006. Examining The Burnout Of Academics In Relation To Job Satisfaction and Other Factors. Social Behavior and Personality Journals. www.findarticles.com

Chang E. C. 1998. Dispotitional Optimism and Primary and Secondary Appraisal of a Stressor: Controling Influences and Relation to Coping and Psychological and Physical Adjustment. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 74. No.4.

Cherniss, C. 1987. Staff Burnout: Job Stress in The Human Service Studies in Community Health 2. California: Sage Publication.

Cooper, C. L., Dewe, P. J., O’driscoll M. P. 2001. Organizational Stress: A Review and Critique of Theory, Research and Application. California: Sage Publication.

Dewi, I. J. 2006. Maximum Motivation: Konsep dan Implikasi Manajerial Dalam Memotivasi Karyawan. Yogyakarta: Penerbit Santusa.

(71)

Farber, B. A. 1991. Crisis in Education: Stress and Burnout in The American Teacher. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers.

Fives, H., Doug, H., Arturo, O. 2007. Does Burnout begin with Student-Teaching? Analyzing Efficacy, Burnout and Support During the Student-Teaching Semester. Elsevier: Teaching and Teacher Education, Vol 23, No. 6, Agustus 2007.

Hayibor, S. 2005. Understanding Stakeholder Action: Equity And Expectancy Considerations. Thesis. Pittsburgh: University Of Pittsburgh Katz Graduate School Of Business. http://etd.library.pitt.edu/ETD/available/etd-01022006-155354/unrestricted/hayibor_etd_2005.pdf

Kreitner, R., Angelo, K. 1992. Organizational Behavior 2nd Edition. Boston: Richard D Irwin, Inc.

Kyriacou, C., Richard, K. 2007. Beginning Teachers’ Expectation of Teaching.

Elsevier: Teaching and Teacher Education,Vol. 23.

Lailani dkk. 2005. Burnout dan Pentingnya Manajemen Beban Kerja. Benefit, Vol. 9, No. 1. Juni 2005.

Marshall, M.A., Brown, J. D. 2004. Expectation and Realization: The Role of Expectancies in Achievement Settings. Motivation and Emotion: Vol 28, No.4, December 2004.

Mc Shane, S. L., Mary Ann, V. G. 2005. Organizational Behavior: Emerging Realities for the Workplace Revolution 3rd Edition. Mc Graw Hill.

Nurdjayadi, R. D. 2004. Kesehatan Mental dan Burnout Pada Karyawan. Jurnal Psikodinamik, Vol. 6, No. 2, 2004.

Robbins, S. P. 1998. Organizational Behavior Concepts Controversies Application 8th Edition. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Rosyid, H. F. 1996. Burnout: Penghambat Produktivitas yang Perlu Dicermati.

Buletin Psikologi, Tahun IV, No. 1, Agustus 1996.

(72)

Schug, M. 1983. Teacher Burnout and Profesionalism. Issues in Education, Vol I, Nos 2 and 3, 1983.

Scoot, E. 2006. Personality Traits And Attitudes That Increase Your Risk For Burnout. http://stress.about.com/od/burnout/a/mental_burnout.htm

Spector, P. E. 1996. Industrial and Organization Psychology Research and Practice.

Canada: John Willey & Sons, Inc.

Sudarminta, J. 1998. Citra Guru Semakin Terpuruk. Basis, No. 1-2, Tahun ke-47. Januari-Februari 1998.

Sukamto, M. E., Setiasih, Setiawan, L. S. 1998. Hubungan Antara Kebiasaan Proaktivitas (The Habi of Proactvity) dan Masa Kerja Dengan Gejala Burnout Pada Guru Sekolah Dasar. Anima Vol. XIII. No. 52, Juli-September 1998. Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Supratiknya, A. 1998. Psikometri. Yogyakarta: Pusat Penerbitan dan Pengembangan Sumber Belajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Sutjipto. 2001. Apakah Anda Mengalami Burnout. www.Depdiknas.go.id

Sutjipto. 2001. Burnout Guru Sekolah Dasar: Survey di Kecamatan Ciputat, Tangerang. Atma nan Jaya, Desember 2001.

Toifur dan Johana E. P. 2003. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi, Orientasi Relgius dan Dukungan Sosial dengan Burnout pada Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Cilacap. Sosiohumanika, Vol. 16A, no. 3. September 2003.

Triton, P.B. 2006. SPSS 13.0 Terapan; Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: Penerbit Andi

Usmara, A. 2006. Motivasi Kerja: Proses, Teori dan Praktik. Yogyakarta : Amara Books.

Vandenbos, G. R. 2007. APA Dictionary of Psychology. Washington DC.

(73)

Wether, W. B., Davis K. 1996. Human Resources and Personal Management 5th Edition. New York: McGraw-Hill Book Company.

(74)

Reliabilitas Skala Uji Coba Burnout

Warnings

The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis.

Case Processing Summary

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(75)
(76)

Reliability

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(77)

Aitem43 92.64 102.821 .366 .888

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(78)
(79)

Reliability

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(80)

Aitem40 82.55 87.864 .530 .886

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(81)
(82)

Reliability

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(83)

Aitem43 77.81 82.987 .319 .889

Aitem44 77.74 81.710 .452 .887

Aitem45 77.67 82.033 .347 .889

Aitem48 77.93 82.312 .290 .890

Aitem49 77.40 82.149 .294 .890

Aitem50 77.64 80.577 .614 .885

Aitem51 78.05 81.510 .400 .888

Aitem53 77.48 81.670 .330 .889

Aitem57 77.86 81.491 .467 .887

Aitem59 78.05 82.144 .372 .888

Aitem60 77.86 81.443 .473 .887

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

(84)

Reliabilitas Skala Uji Coba Harapan Kerja

Warnings

The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis.

Case Processing Summary

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(85)
(86)

Reliability

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(87)

Aitemj39 133.50 110.598 .304 .900

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.901 45

I tem-Total Statistics

(88)
(89)

Scale Statistics

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.902 43

I tem-Total Statistics

(90)

Aitem37 125.48 100.304 .323 .901

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(91)
(92)

Scale Statistics

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(93)

Aitem38 119.52 95.426 .360 .900

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

(94)
(95)

" " " "

$ " % " ! %

" !

" & " # ' "

" " # ' " !

& " ' # '

" # ' #

" " " (

%

Gambar

Tabel 1. Tabel Blue-Print Skala Burnout
Tabel 2. Tabel Blue-Print Skala Harapan Kerja
Tabel 3. Nomor Aitem Skala Burnout Sebelum Uji Coba
Tabel 4. Nomor Aitem Skala Burnout Setelah Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan dalam penelitian ini terdiri dari panel sel surya, solar charger, aki 12V, driver pompa, driver motor, sensor cahaya, sensor suhu, sensor tegangan, sensor

Direksi memuji reformasi penentu atas subsidi energi di tahun 2015, termasuk rencana untuk subsidi listrik sebagai sasaran subsidi yang lebih baik, dan penggunaan ruang fiskal

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil

Yang dimaksud dengan “kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik” adalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listrik tidak mencukupi kebutuhan beban di daerah