• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survai masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Survai masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal - USD Repository"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN AJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan Konseling

Disusun Oleh :

SHERLY YONATHAN

NIM : 021114024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

(2)
(3)
(4)

“Janganlah takut, sebab AKU menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab AKU ini ALLAHmu; AKU akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; AKU akan memegang engkau dengan tangan kanan-KU yang membawa

kemenangan.” (Yesaya 41:10)

“Sungguh sulit jika aku terpaksa… dan begitu mudahnya jika aku mau.”

“Daripada menghitung kesukaranmu, cobalah menjumlahkan berkat-berkat yang telah kamu terima.”

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Orangtuaku tercinta, papa William dan mama Martha yang sudah terus

memotivasi dan mendukungku dengan cinta dan doa sehingga aku bisa

menyelesaikan kuliah ini dengan baik.

SD Kanisius Baciro Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan

dan kepercayaan kepadaku untuk membimbing seluruh siswa-siswi selama

tahun ajaran 2006-2007.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai

tempatku menimba ilmu.

(5)

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 November 2007 Penulis

Sherly Yonathan

(6)

SHERLY YONATHAN 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mendespkripsikan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007. hasil penelitian digunakan sebagai acuan untuk menyusun usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk siswa-siswi kelas V di sekolah tersebut. Pertanyaan yang secara khusus dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Masalah-masalah apakah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006-2007? (2) Usulan topik-topik bimbingan apakah yang sesuai dengan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006-2007?

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survai. Subjek penelitian adalah seluruh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 yang berjumlah 78 orang. Instruman penelitian yang digunakan adalah “Kuisioner Masalah-masalah yang dialami oleh siswa SD”. Insrtumen tersebut disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan beberapa bidang masalah (Pribadi, Sosial, Belajar dan Karir) dengan mengacu pada kajian pustaka. Instrumen penelitian terdiri dari 55 item. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah membuat tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total dari masing-masing item, dan menentukan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Yogyakarta berdasarkan kriteria Penilaian Acuan Norma (PAN) tipe I, yaitu M + 0,75 S.

Hasil penelitian antara lain: (1) Masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V Intrapersonal adalah siswa merasa kurang PD (percaya diri) jika diminta untuk berbicara di depan kelas atau di depan orang banyak; (2) Masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V Interpersonal adalah (a) siswa mudah marah atau kurang mampu mengendalikan diri dan (b) siswa kesulitan membagi waktunya untuk belajar dan kegiatan-kegiatan yang lain; (3) Masalah-masalah yang banyak dialami oleh seluruh siswa-siswi kelas V (Intrapersonal dan Interpersonal) adalah (a) siswa merasa kuatir tidak dapat memenuhi harapan orang tua atau orang yang menyantuni hidupnya; (b) siswa sering membalas perbuatan orang lain yang mengganggu/menyakiti hatinya; (c) siswa merasa takut nilai-nilai yang diperolehnya tidak memenuhi syarat untuk kenaikan kelas; (d) siswa mudah kecewa apabila gagal melakukan sesuatu.

Berdasarkan hasil penelitian, disusunlah suatu usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai bagi siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta.

(7)

SHERLY YONATHAN 2007

This research was aimed at describing the problems dealt by the fifth grade students of Kanisius Baciro Yogyakarta Primary School during the academic year of 2006/2007. The result of this research was used as the reference in arranging the suitable classical guidance topics proposal for the fifth grade students of the school. The questions that particulary responded in this research were : (1) What kind of problems that were faced by the fifth grade students of Kanisius Baciro Yogyakarta Primary School during the academic year of 2006/2007? (2) What kind of classical guidance topics proposal that is suitable with the problems faced by the fifth grade students of Kanisius Baciro Yogyakarta Primary School during the academic year of 2006/2007?

This research was descriptive in nature by using the survey method. The subject of the research covered the entire fifth grade students of Kanisius Baciro Primary School in the academic year of 2006/2007, wich consisted of 78 students. The research instrument was the “Questionnaire Asking for The Problems the Primary School Students Dealt”. That instrument, which consisted of 55 items, was based on several problems classifications (Individual, Social, Study, and Career), was prepared by referring to library research. The technique of data processing were the score tabulation and calculation the total score, and determination of the problems of the fifth grade students of Kanisius Baciro Yogyakarta Primary School based on the criteria of the Norms Referent Assessment (NRA) type I, i.e.: M+0.75S.

The results of the research shows that (1) The problems of the fifth grade students on “Intrapersonal” was : The students don’t have confidence on himself/herself if they were asked to talk in front of class or people; (2) The problems of the fifth grade students on “Interpersonal” were : (a) The students was easy to get anggry or unable to control herself/himself, (b) The students get difficulty in sharing time for study and the other activity; (3) The problems of the fifth grade students on “Intrapersonal” and “Interpersonal” were : (a) The students were affraid if they can’t fulfill the parent’s hope; (b) The students often did revenge to someone else that hurt him/her; (c) The students were worried if they got bad results; (d) The students were often disappointed easily when they were failed.

Based on the results of research, a suitable classical guidance’s topics proposal for the fifth grade students of Kanisius Baciro Yogyakarta Primary School could be well arranged.

(8)

dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini sebagai wujud dari seluruh pengetahuan dan pengalaman penulis selama kurun waktu lima tahun sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma dan satu tahun dipercaya sebagai salah satu tenaga bimbingan dan konseling di SD Kanisius Baciro Yogyakarta. Penulis merasa terpanggil untuk menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi SD Kanisius Baciro, khususnya untuk meningkatkan pelayanan bimbingan dan konseling bagi siswa-siswinya.

Penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan tanpa bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini. 2. Suster Dra. C. L. Milburga, M.Ed. dan Ibu A. Setyandari S.Pd., Psi., M.A.

selaku dosen tamu yang juga ikut memberikan masukan-masukan yang positif demi penyempurnaan skripsi ini.

3. Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

(9)

5. Kepala sekolah, Koordinator SD dan Koordinator Bimbingan SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta yang telah memberikan ijin mengadakan uji coba kuisioner.

6. Seluruh siswa-siswi kelas V SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta tahun ajaran 2006-2007 yang telah bersedia mengisi kuisioner ujicoba.

7. Sr. M. Serafine, OP selaku Kepala sekolah SD Kanisius Baciro Yogyakarta atas kepercayaan dan kesempatan bagi penulis untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling.

8. Seluruh siswa-siswi kelas V Intrapersonal dan V Interpersonal SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006-2007 yang dengan senang hati dan antusias mengisi kuisioner penelitian dan memberi dukungan kepada penulis. 9. Teman-teman angkatan 2002 dari Prodi Bimbingan dan Konseling, khususnya

Nadia dan Prinses, terima kasih atas persahabatan, dukungan dan pengertiannya.

10. My Lovely Hippo and Little Sweetie yang selalu “ready” mengetik, menghitung, menggambar, mengedit, mengeprint, menemani, dan mendukung penulis dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

(10)

Penulis berharap, semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan juga bagi siapa saja yang menaruh perhatian terhadap pelayanan Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta, 20 November 2007

Penulis

(11)

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… v

ABSTRAK ……….. vi

ABSTRACT ……… vii

KATA PENGANTAR ……… viii

DAFTAR ISI………... xi

DAFTAR TABEL………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….... xv

BAB I : PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Perumusan Masalah ……….. 4

C. Tujuan Penilitian ………... 4

D. Manfaat Penelitian ……… 4

E. Batasan Istilah ……… 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ……….. 7

A. Ciri–ciri Anak SD ………... 7

B. Tugas Perkembangan Anak SD ……… 9

C. Kebutuhan Anak SD ………. 12

D. Kurikulum SD ………... 14

1. Kurikulum Berbasis Kompetensi ……… 14

(12)

2. Tujuan Bimbingan Konseling ……… 22

3. Fungsi Bimbingan Konseling ……… 22

4. Bidang Bimbingan ……… 24

5. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling ……….. 27

6. Asas-asas Bimbingan Konseling ……….. 29

F. Bimbingan Klasikal ………. 34

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ……… 37

A. Jenis Penelitian ……… 37

B. Subyek Penelitian ……… 37

C. Instrumen Penelitian ……… 38

D. Prosedur Pengumpulan Data ……… 45

E. Teknik Analisis Data ……… 47

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 49

A. Hasil Penelitian ……… 49

B. Pembahasan ………. 52

1. Masalah yang hanya dialami oleh siswa-siswi kelas V Intrapersonal ………... 53

2. Masalah yang hanya dialami oleh siswa-siswi Kelas V Interpersonal ……….. . 54

3. Masalah yang dialami oleh seluruh siswa-siswi kelas V …….. 58

BAB V : USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL …………. 73

A. Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal ………. 73

B. Satuan Pelayanan Bimbingan ……….. 75

BAB VI : RINGKASAN, KESIMPULAN, DAN SARAN ……….. 82

A. Ringkasan ……….. 82

(13)
(14)

Tabel 1 : Rincian Jumlah Siswa

Kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta ……….. 38 Tabel 2 : Kisi-kisi Penyusunan Kuisioner Masalah Siswa

(Kuisioner belum final) ……….. 39 Tabel 3 : Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas ……….. 42 Tabel 4 : Kisi-kisi Kuisioner Penelitian

(Kuisioner sudah final) ……… 42 Tabel 5 : Masalah-masalah yang paling banyak dialami oleh

siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta

tahun ajaran 2006/2007 ……… 50 Tabel 6 : Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal Untuk kelas V

SD Kanisius Baciro Yogyakarta ……….. 73

(15)

Lampiran 1 : Data Tabulasi Ujicoba ……… 91

Lampiran 2 : Hasil Perhitungan Taraf Validitas ……….. 97

Lampiran 3 : Kuisioner Penelitian ………... 107

Lampiran 4 : Hasil Perhitungan Realibilitas ……… 111

Lampiran 5 : Rekapitulasi Hasil Penelitian dan Perhitungan Standar Deviasi ………. 112

Lampiran 6 : Modul Pengembangan Diri ………. 114

(16)

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional dari istilah-istilah pokok yang digunakan dalam penelitian ini.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bertujuan untuk tercapainya perkembangan yang optimal dari setiap individu sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, dan nilai-nilai yang dianut oleh setiap peserta didik (Depdikbud, 1994). Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 Ayat 1 sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(17)

Para siswa SD mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik. Pembimbingan intensif dari orang dewasa yang ada di sekitarnya sangat mempengaruhi keberhasilannya dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan.

Dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya, siswa memerlukan bantuan dari orang lain yang lebih dewasa. Mereka membutuhkan kehadiran orang lain yang mau mendengarkan dan menjadi tempat untuk mencurahkan masalah yang mereka hadapi. Untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi, sekolah dapat memberikan bantuan lewat penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling oleh pihak sekolah bagi para siswa dilaksanakan oleh guru pembimbing, berkenaan dengan perkembangan bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir yang tersusun dan terencana dalam suatu program bimbingan dalam jangka waktu tertentu.

Guru pembimbing dapat membantu siswa mengatasi permasalahan mereka lewat konseling individual maupun kegiatan bimbingan kelompok atau klasikal. Dalam kegiatan bimbingan kelompok atau klasikal, topik-topik bimbingan mengacu pada tugas-tugas perkembangan siswa SD. Topik-topik bimbingan akan lebih tepat sasaran dan efektif apabila disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan yang dialami oleh siswa.

(18)

satu SD yang dikelola oleh Yayasan Santo Dominikus yang beralamat di jalan Melati Wetan No:53 Yogyakarta. Pada tahun ajaran 2006/2007 sekolah ini mulai memberlakukan kegiatan bimbingan klasikal. Sekolah menyediakan satu sampai dua jam pelajaran untuk kegiatan bimbingan klasikal. Topik-topik bimbingan disusun berdasarkan isi layanan bimbingan yang diambil dari buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Siswa di Sekolah Dasar yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Penulis melihat dan mengalami sendiri bahwa penentuan topik-topik dalam kegiatan bimbingan klasikal kurang tepat pada sasaran. Tenaga bimbingan yang ada kurang mengetahui masalah-masalah apa yang dihadapi oleh siswa-siswi. Pihak sekolah bersama guru bimbingan konseling belum pernah secara sistematis berupaya untuk mengetahui masalah-masalah yang banyak dialami oleh para peserta didiknya, agar dapat menyusun dan memberikan topik-topik bimbingan klasikal yang tepat sasaran dan efektif.

Karena itu penulis ingin mengetahui permasalahan-permasalahan yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro, Yogyakarta. Berdasarkan permasalahan yang banyak dialami oleh siswa-siswi tersebut maka penulis akan memberikan usulan topik-topik bimbingan yang sesuai. Penulis khusus mengadakan penelitian terhadap siswa-siswi kelas V karena dianggap sudah lebih mengerti akan suatu masalah yang dihadapinya dan mampu mengungkapkan dirinya baik secara lisan maupun tulisan.

(19)

B. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini masalah-masalah yang akan dibahas adalah:

1. Masalah-masalah apakah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta, tahun ajaran 2006/2007 ?

2. Usulan topik-topik bimbingan apakah yang sesuai dengan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta, tahun ajaran 2006/2007 ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta, tahun ajaran 2006/2007.

2. Mengusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai dengan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi V SD Kanisius Baciro Yogyakarta, tahun ajaran 2006/2007.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kepala Sekolah

(20)

diharapkan semakin menyadari pentingnya pelayanan bimbingan konseling di sekolah.

2. Bagi Konselor Sekolah

Memperoleh informasi yang dapat dipergunakan untuk menyusun rencana pelayanan bimbingan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan peserta didik.

3. Bagi para Siswa

Mendapatkan pelayanan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahannya.

4. Bagi Peneliti

Peneliti sebagai salah satu tenaga bimbingan konseling di sekolah tersebut dapat membantu pihak sekolah dalam memberikan pelayanan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan peserta didik.

E. Batasan Istilah

(21)

2. Topik bimbingan klasikal adalah pokok bahasan yang diberikan kepada siswa secara berkelompok dengan tujuan untuk membantu siswa mengatasi masalah yang dialami.

(22)

A. Ciri-ciri Anak Sekolah Dasar

Dalam Depdikbud (1994), siswa Sekolah Dasar pada umumnya berusia antara 6 sampai dengan 13 tahun dan dalam tahap perkembangannya sedang berada pada masa kanak-kanak. Pada masa ini anak mulai memasuki lingkungan sekolah. Ada tiga ciri utama yang menonjol pada masa ini, yaitu: 1. Dorongan yang besar untuk berhubungan dengan kelompok sebaya yang

lebih luas dari lingkungan keluarga.

2. Dorongan ingin tahu tentang dunia sekitarnya.

3. Pertumbuhan fisik mendorong anak untuk menyenangi permainan yang dapat mengarah pada dunia pekerjaan.

Selanjutnya, dalam ketiga ciri itu terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh siswa sekolah dasar yang mencakup aspek pribadi, sosial, akademik, dan karier.

(23)

Dalam Hurlock (1997:146-148), anak-anak usia sekolah dasar termasuk dalam periode akhir masa kanak-kanak. Orang tua, pendidik, dan ahli psikologi memberikan berbagai label yang mencerminkan ciri-ciri penting dari periode akhir masa kanak-kanak.

Label yang digunakan oleh orang tua disebut sebagai usia yang menyulitkan (suatu masa dimana anak tidak lagi mau menuruti perintah dan dimana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya dari pada oleh orang tua dan anggota keluarga lain), usia yang tidak rapih (suatu masa dimana anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan), dan usia bertengkar (suatu masa dimana banyak terjadi pertengkaran antarkeluarga dan suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi anggota keluarga).

(24)

Label yang digunakan oleh ahli psikologi adalah usia berkelompok, suatu masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku. Keadaan ini mendorong ahli psikologi untuk menyebut periode ini sebagai usia penyesuaian diri.

Para ahli psikologi juga menamakan masa akhir kanak-kanak dengan usia kreatif, suatu masa dalam rentang kehidupan dimana anak menjadi konformosis atau pencipta karya yang baru dan orisinal. Masa akhir kanak-kanak seringkali disebut sebagai usia bermain, karena luasnya minat dan kegiatan bermain.

B. Tugas Perkembangan Anak Sekolah Dasar

Havigurst (dalam Pakasi, 1985) merumuskan sebagai berikut: Tugas-tugas dalam perkembangan adalah tugas-tugas yang timbul pada atau kira-kira pada masa perkembangan tertentu dalam kehidupan seseorang bilamana berhasil akan menimbulkan kebahagiaan dan akan diharapkan berhasil pada tugas perkembangan berikutnya. Sebaiknya bilamana gagal dia akan menimbulkan ketidak bahagiaan pada diri pribadi yang bersangkutan, tidak diterima oleh masyarakatnya, dan mengalami kesulitan untuk mencapai tugas-tugas perkembangan selanjutnya.

(25)

1. Kematangan fisik

2. Ransangan atau tuntutan dari masyarakat. 3. Norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya.

Tidak semua anak akan lancar mencapai tugas-tugas perkembangan, karena dalam kenyataannya gangguan dalam perkembangan akan selalu bisa timbul. Kalau perkembangannya ternyata menyimpang dari norma-norma yang ada, ini akan berakibat timbulnya kesulitan dalam penyesuaian diri secara sosial, emosional dan kepribadiannya terhadap lingkungan hidupnya (Pakasi, 1985).

Menurut buku Kurikulum 2004 tentang Pedoman Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar, tugas-tugas perkembangan Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah dan Sederajat adalah:

a. Menanamkan dan mengembangkan kebiasaan serta sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mengembangkan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.

c. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari- hari. d. Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya.

e. Belajar menjadi pribadi yang mandiri.

(26)

g. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.

h. Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan serta keindahan. i. Belajar memahami diri sendiri dan orang lain sesuai dengan jenis

kelaminnya serta menjalankan peran tanpa membedakan jenis kelamin. j. Mengembangkan sikap sosial terhadap kelompok, lembaga sosial, serta

rasa cinta terhadap tanah air, bangsa dan negara.

k. Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan.

(27)

C. Kebutuhan Anak Sekolah Dasar

Anak-anak yang sedang menjalankan tugas perkembangan memiliki kebutuhan yang mendorong mereka untuk memenuhinya. Kebutuhan ini tidak jauh beda dengan kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow (Atkinson, dkk. 1991:318) yang menggolongkannya menjadi tujuh tingkatan sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan yang paling dasar, paling kuat dan paling jelas. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan mempertahankan hidup secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan dan minuman.

2. Kebutuhan akan rasa aman yaitu kebutuhan agar terjamin bebas dari bahaya atau serangan terhadap dirinya. Biasanya orang tidak suka jika keamanannya jadi terancam.

3. Kebutuhan akan kasih sayang yaitu kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, misalnya menjalin persahabatan dan persaudaraan.

4. Kebutuhan akan penghargaan yaitu kebutuhan akan penilaian yang mantap dari orang lain pada dirinya termasuk kemampuan yang dimilikinya.

5. Kebutuhan akan pengetahuan yaitu kebutuhan untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman yang menyangkut berbagai bidang kehidupan, dan pengembangan pengetahuan yang dimilikinya.

(28)

7. Kemampuan aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk mewujudkan kemampuan yang ada pada dirinya.

Anak SD memiliki kebutuhan yang tidak jauh berbeda dengan kebutuhan yang digambarkan oleh Maslow. Sejak lahir seorang anak sudah disadarkan bahwa ia adalah makhluk sosial. Ia membutuhkan rasa aman dan kasih sayang dari orang tua, teman-teman, guru-guru di sekolah dan dari semua orang yang hidup, bergaul dan bekerja dengannya. Dalam kehidupannya bersama teman-temannya dalam kelompok ia membutuhkan pengakuan, dihargai dan diterima oleh teman-temannya serta status atau kedudukan dalam kelompok itu. Dengan bertambahnya usia, sifat egosentrisnya semakin berkurang. Dia mulai menunjukkan perhatian kepada orang lain, mengasihi disamping dikasihi, mengakui disamping diakui, menghargai disamping dihargai, menerima disamping diterima (Pakasi, 1985:29).

Winkel (1997:160) juga menyebutkan kebutuhan pada anak sekolah dasar, yang terutama berkisar pada kebutuhan mendapat kasih sayang dan perhatian, menerima pengakuan terhadap dorongan untuk memajukan perkembangan kognitifnya, serta memperoleh pengakuan dari teman sebaya.

(29)

seperti melawan, berkelahi, mengganggu teman untuk menarik perhatian orang di sekitarnya (Pakasi, 1985:29-30).

D. Kurikulum Sekolah Dasar

1. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Menurut Depdikbud (2004), kompetensi terkait dengan penguasaan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap dasar yang direfleksikan dalam kemampuan berpikir dan bertindak yang bersifat dinamis, berkembang, dan dapat diraih setiap waktu. Kemampuan berpikir dan bertindak secara konsisten memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap-sikap dasar. Kemampuan berpikir dan bertindak itu didasari oleh budi pekerti luhur baik dalam kehidupan pribadi, sosial, kemasyarakatan, keberagamaan, dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Budi pekerti luhur itu sesuai dengan kaidah-kaidah agama, adat-istiadat, aturan keilmuan, hukum perundangan dan kebiasaan yang berlaku.

Kurikulum berbasis kompetensi berorientasi pada: (a) kemampuan sebagai hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri siswa melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (b) keberagaman kondisi individu yang dimanifestasikan sesuai dengan potensi dan kebutuhannya (Depdikbud, 2004).

(30)

belajar, dan karir mereka. Tugas perkembangan ini harus dicapai melalui penguasaan kompetensi. Selain guru pembimbing, guru mata pelajaran dan guru kelas di SD dan yang sederajat, serta personil sekolah yang lainnya di bawah kepemimpinan Kepala Sekolah mempunyai peran masing-masing dalam memberdayakan pelayanan bimbingan dan konseling. Mereka diharapkan senantiasa berkoordinasi dan bekerjasama dalam rangka pelaksanaan kurikulum yang berlaku (Depdikbud, 2004).

2. Prinsip Pengembangan Kurikulum

Menurut Depdikbud (2006), kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya

(31)

b. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

(32)

keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

(33)

3. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum

Menurut Depdikbud (2006), pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.

b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) belajar untuk memahami dan menghayati, (3) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (4) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

(34)

d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).

e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).

f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

(35)

Pengembangan diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah, bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.

E. Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Dalam Winkel (1997:158), bimbingan konseling di sekolah dasar ditujukan pada penyiapan siswa untuk melanjutkan ke pendidikan menengah atau memasuki lapangan kerja.

(36)

pelayanan bimbingan yang mengacu pada pandangan pertama dan kedua tidak perlu diabaikan, misalnya dengan mengerahkan seorang tenaga professional di bidang psikologi anak dan psikiatri anak (159-160).

Berdasarkan pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 28/1990, dalam buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Dasar: “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi,mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi siswa, dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan untuk membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya serta alam yang ada. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksud untuk membantu siswa memikirkan dan mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke SLTP dan kariernya di masa depan. Menurut SK Mendikbud No. 025/O/1995, bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk siswa, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal melalui bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

(37)

b. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui kegiatan baik perorangan maupun kelompok.

c. Arah kegiatan bimbingan dan konseling ialah membantu siswa untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara optimal.

d. Bidang tugas perkembangan mencakup; bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir.

e. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui sembilan kegiatan layanan dan ditunjang lima kegiatan pendukung.

f. Layanan bimbingan dan konseling harus didasarkan pada norma-norma yang berlaku.

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling

a. Tujuan umum bimbingan dan konseling ialah memandirikan siswa dan mengembangkan potensi mereka secara optimal.

b. Tujuan umum tersebut dijabarkan ke dalam tujuan yang mengarah kepada keektifan hidup sehari-hari dengan memperhatikan potensi siswa.

c. Lebih khusus lagi, tujuan-tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk kompetensi. (Depdikbud, 2004).

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling

(38)

a. Fungsi pemahaman, dimaksudkan agar siswa memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya. Pemahaman diri yang dimaksudkan meliputi:

• Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orangtua, guru, dan pembimbing.

• Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk di dalamnya lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar), terutama oleh siswa sendiri, orangtua, guru, dan pembimbing.

• Pemahaman tentang informasi termasuk di dalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan dan informasi budaya/nilai-nilai, terutama oleh siswa.

b. Fungsi pencegahan, dimaksudkan agar siswa terhindar dari berbagai permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam proses perkembangannya atau permasalahan yang akan menimpa dirinya.

c. Fungsi pengentasan, dimaksudkan agar siswa mampu mengatasi berbagai permasalahannya.

(39)

4. Bidang Bimbingan

Menurut Depdikbud (2004), bidang bimbingan di Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah dan sederajat:

a. Bimbingan Pribadi

Bimbingan pribadi meliputi tujuan-tujuan umum tugas perkembangan yang hendak dicapai sebagai berikut:

• Penanaman sikap dan kebiasaan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

• Pengenalan dan pemahaman tentang kekuatan diri sendiri dan penyalurannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif baik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun untuk perannya di masa depan

• Pengenalan dan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif

• Pengenalan dan pemahaman tentang kelemahan diri sendiri serta usaha penanggulangannya

• Pengembangan konsep yang perlu dalam kehidupan pribadi sehari-hari • Pengembangan kemampuan mengambil keputusan sederhana dan

(40)

• Perencanaan serta penyelenggaraan hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan serta keindahan

b. Bimbingan Sosial

Bimbingan sosial meliputi tujuan-tujuan umum tugas perkembangan yang hendak dicapai sebagai berikut:

• Pengembangan kemampuan berkomunikasi baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif

• Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun serta nilai-nilai agama, adat istiadat, peraturan dan kebiasaan yang berlaku

• Pengembangan hubungan yang dinamis dan harmonis serta produktif dengan teman sebaya

• Pengenalan dan pemahaman peraturan dan tuntutan sekolah, rumah dan lingkungan, serta kesadaran untuk melaksanakannya

• Pengembangan sikap sosial terhadap kelompok , lembaga sosial, dan rasa cinta pada tanah air, bangsa dan negara

c. Bimbingan Belajar

(41)

• Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar utnuk mencari berbagai sumber informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap tanggap dan kritis terhadap guru dan nara sumber lainnya, mengikuti pelajaran sehari-hari, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), mengembangkan ketrampilan belajar, dan menjalani program penilaian.

• Pengembangan disiplin belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun kelompok.

• Pemantapan dan pengembangan penguasaan materi pelajaran di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan sederajat.

• Orientasi untuk melanjutkan belajar ke Sekolah Menengah Pertama (SMP).

d. Bimbingan Karier

Bimbingan karir meliputi tujuan-tujuan umum tugas perkembangan yang hendak dicapai sebagai berikut:

• Pengenalan awal terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti melalui koperasi atau kantin sekolah.

• Orientasi dan informasi karir pada umumnya, secara sederhana.

(42)

• Orientasi dan informasi sederhana terhadap pendidikan yang lebih tinggi khususnya dalam kaitannya dengan karir yang hendak dikembangkan.

5. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Menurut Prayitno (tanpa tahun), pelayanan bimbingan dan konseling ada sejumlah prinsip, yaitu:

a. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan:

• Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi.

• Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.

• Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.

• Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya. b. Prinsip-prinsip berkenaan dengan permasalahan yang dialami individu:

(43)

pekerjaan, dan sebalikyan pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.

• Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan factor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.

c. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan:

• Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu; oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.

• Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaiakan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga.

• Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai tertinggi.

• Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu diadakan penialaian yang teratur dan terarah.

d. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan: • Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan

(44)

• Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain.

• Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

• Kerjasama antara guru pembimbing, guru-guru lain, dan orang tua amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.

• Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

6. Asas-asas Bimbingan dan Konseling

Asas-asas bimbingan dan konseling meliputi:

(45)

b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien ) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.

c. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

(46)

e. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu: peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan dirinya sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi perkembangan kemandirian peserta didik.

f. Asas kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi dimasa lampaupun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang.

g. Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

(47)

konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Untuk ini kerjasama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

i. Asas kenormatifan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma-norma yang ada, yaitu norma-norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) memahami, menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut. j. Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki

(48)

layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

k. Asas alih tangan kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru-guru mata pelajaran/praktik dan ahli-ahli lain.

(49)

jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan pelayanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas tersebut tidak dijalankan dengan baik, penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.

F. Bimbingan Klasikal

Bimbingan di lembaga pendidikan formal dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu, bimbingan individual dan bimbingan klasikal. Pelayanan bimbingan di lembaga formal terlaksana dengan mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan, yang direncanakan dalam suatu program bimbingan.

Tujuan pelayanan bimbingan secara klasikal adalah agar siswa yang dilayani mampu mengatur kehidupannya sendiri, mempunyai pandangan sendiri dan tidak hanya mengikuti pendapat orang lain, mampu mengambil sikap sendiri dan berani menghadapi resiko-resiko dari tindakannya ( Winkel, 1997:465 ).

(50)

1. Guru pembimbing dapat:

a. Memperoleh kesempatan untuk secara langsung berinteraksi atau berhubungan dengan seluruh siswa.

b. Lebih mengenalkan diri secara pribadi dengan siswa.

c. Menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dapat dilakukan dalam suatu kelompok.

d. Memperluas ruang geraknya terutama jika jumlah guru pembimbing di sekolah yang bersangkutan masih sangat terbatas.

2. Siswa sekolah dapat:

a. Menjadi lebih sadar akar dan mengerti tantangan yang dihadapi, sehingga siswa dapat memutuskan untuk berkonsultasi secara pribadi dengan guru pembimbing.

b. Lebih rela menerima keadaan dirinya dan mencoba lebih mengembangkan potensinya.

c. Lebih berani tampil dengan mengemukakan pandangan atau pendapatnya sendiri di dalam kelompok.

d. Memperoleh kesempatan untuk mendiskusikan berbagai persoalan dan bersama-sama mencari jalan keluar untuk menyelesaikan persoalan. e. Lebih terbuka dan bersedia menerima masukan, pandangan dan

(51)
(52)

Dalam bab ini diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan

metodologi penelitian yaitu jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen

penelitian, prosedur pengolahan data dan teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survai.

“Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan

gambaran/uraian atas suatu keadaaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan

terhadap objek yang diteliti” (Kountur, 2003 : 53).

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang

masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa kelas V SD Kanisius

Baciro. Berdasarkan hasil penelitian itu akan disusun suatu usulan topik-topik

bimbingan klasikal bagi siswa kelas V SD Kanisius Baciro.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah seluruh siswa-siswi kelas V SD Kanisius

Baciro, Yogyakarta, yang berjumlah 78 orang. Rinciannya disajikan dalam

(53)

Tabel 1.

Rincian Jumlah Siswa Kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta

Kelas Jumlah

V Intrapersonal 39 V Interpersonal 39

JUMLAH TOTAL 78

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuisioner masalah yang

dialami oleh siswa SD. Kuisioner yang dipergunakan adalah kuisioner dengan

model tertutup yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden

tinggal memilih alternatif yang ada (Arikunto, 2002:128).

Kuisioner ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan beberapa bidang

masalah yang dikelompokkan menjadi empat bidang yaitu: (1) bidang pribadi;

(2) bidang sosial; (3) bidang akademik; (4) bidang karir, dengan mengacu

pada kajian pustaka.

Kuisioner disusun berdasarkan skala bertingkat atau rating scale yaitu sebuah

pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan.

Di bawah ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan kuisioner, antara

lain:

1. Skala Pengukuran

Skala pengukuran dalam penelitian ini yaitu skala Likert atau

(54)

Mengalami (TM), Kurang Mengalami (KM), Mengalami (M), dan Sangat

Mengalami (SM).

2. Indikator Masalah

Ada empat bidang masalah, yaitu bidang masalah pribadi, bidang

masalah sosial, bidang masalah akademik/belajar, dan bidang masalah

karir.

Berikut disajikan kisi-kisi kuisioner masalah siswa.

Tabel 2.

Kisi-kisi Penyusunan Kuisioner Masalah Siswa (Kuisioner belum final)

Bidang Masalah Jumlah item

Nomor-nomor item pada kuisioner

Masalah Pribadi 25 1, 5, 9, 13, 17, 21, 25, 29, 33, 37, 41, 44, 47, 50, 53, 56, 58, 60, 62, 64, 66, 67, 68, 69, 70

Masalah Sosial 20 2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 30, 34, 38, 42, 45, 48, 51, 54, 57, 59, 61, 63, 65

Masalah

Akademik/Belajar

15 3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, 31, 35, 39, 43, 46, 49, 52, 55

Masalah Karir 10 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40

Jumlah 70

3. Penilaian

Altenatif jawaban dan skor disediakan terhadap jawaban responden

adalah:

(55)

Skor 2: apabila siswa Kurang Merasakan/Mengalami (KM)

Skor 3: apabila siswa Merasakan/Mengalami (M)

Skor 4: apabila siswa sangat Merasakan/Mengalami (SM)

4. Validitas

Menurut Masidjo (1995:242) validitas suatu alat ukur dapat diartikan

sebagai taraf sampai dimana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang

seharusnya diukur. Menurut Furchan (1982:281) validitas suatu alat ukur

adalah derajat ketepatan dan ketelitian alat tersebut untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur. Suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur

apa yang seharusnya diukur.

Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen digunakan uji analisis

konstruk (Construct validity) secara internal. Prosedur pengujian yang

dilakukan adalah mencari korelasi antara skor setiap item (X) dengan skor

total item (Y). Untuk menghitung koefisien korelasi antara skor butir dengan

skor total instrumen digunakan koefisien korelasi Product Moment (r) dengan

rumus angka kasar (Masidjo, 1995:246) sebagai berikut:

N ∑ XY − ∑ X ∑ Y

r

xy = − ————————————————————————————

{

N ∑ X ² −

(

∑ X²

)

}{

N ∑ Y ² −

(

∑ Y

)

²

}

Dimana:

(56)

X : Skor item tertentu yang diuji validitasnya

Y : Skor total aspek yang diuji validitasnya

N : Jumlah sampel

Untuk menentukan taraf validitas item, digunakan kriteria Azwar dan

Friedenberg (Barus,1999) yang menyatakan bahwa untuk skala psikologi

sebaiknya digunakan patokan koefisien korelasi minimal 0,30. Dengan

demikian item yang koefisien korelasinya < 0,30 dinyatakan perlu diperbaiki

atau digugurkan, item yang koefisien korelasinya ≥ 0,30 dianggap valid.

Proses penghitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberi

skor pada masing-masing item dan membuat tabulasi data uji coba.

Selanjutnya proses penghitungan dilakukan dengan komputer melalui

program SPSS. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap 70

item peryataan yang diujicoba, diperoleh 47 item yang taraf validitasnya ≥

0,30. Setelah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, 15 item dinyatakan

gugur sedangkan 8 item yang taraf validitasnya mendekati 0,30 tetap

dipertahankan untuk direvisi, dengan pertimbangan untuk mempertahankan

proposional jumlah item.

Data tabulasi ujicoba dapat dilihat pada lampiran 1, sedangkan hasil penghitungan taraf validitas item kuisioner dapat dilihat pada lampiran 2.

Berikut dalam Tabel 3 disajikan rekapitulasi hasil penghitungan

(57)

Tabel 3

Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas Bidang Masalah Jumlah item Item yang Valid Item yang dipertahankan Item yang gugur

Pribadi 25 13 3 9

Sosial 20 11 4 5

Belajar 15 14 - 1

Karir 10 9 1 -

Jumlah 70 47 8 15

Bersama dengan dosen pembimbing, peneliti memperbaiki struktur kalimat

dari item kuisioner yang dipertahankan. Jadi keseluruhan item yang

digunakan sebagai alat penelitian berjumlah 55 item.

Kuisioner penelitian dapat dilihat pada lampiran 3.

Kisi-kisi Kuisioner Penelitian disajikan dalam tabel 4.

Tabel 4

Kisi-kisi Kuisioner Penelitian (Kuisioner sudah final) No Bidang

Masalah

Jumlah item

Nomor-nomor item pada kuisioner

1 Pribadi 16 1, 5, 9, 13, 17, 21, 25, 29, 33, 37, 41, 44, 47, 50, 53, 55

2 Sosial 15 2, 6, 10, 14, 18, 22, 26, 30, 34, 38, 42, 45, 48, 51, 54

3 Belajar 14 3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, 31, 35, 39, 43, 46, 49, 52

4 Karir 10 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40

(58)

5. Reliabilitas Instrumen

Mengenai tingkat reliabilitas dari suatu alat ukur, Furchan (1982:295)

mengatakan bahwa “Reliabilitas suatu alat ukur adalah derajat keajekan alat

tersebut dalam mengukur apa saja yang akan diukurnya”. Jadi, realibilitas

menunjukkan apakah instrumen tersebut secara konsisten memberikan hasil

ukur pada waktu yang berlainan. Tujuan uji realibilitas adalah untuk

mengetahui sejauh mana pengukuran variabel dapat memberikan hasil relatif

tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada subjek yang sama atau dengan

kata lain untuk menunjukkan adanya kesesuaian antara sesuatu yang diukur

dan jenis alat pengukur yang dipakai (Ginting, 2001).

Pengujian tingkat reliabilitas menggunakan metode belah dua (

Split-half Method). Metode ini digunakan untuk menguji reliabilitas suatu alat ukur

dengan satu kali pengukuran pada satu kelompok. Metode belah dua yang

dipakai adalah berdasarkan urutan nomor item yang bernomor gasal dan

bernomor genap.

Proses penghitungan taraf reliabilitas alat ukur dilakukan dengan cara

memberi skor pada tiap-tiap item dan menbuat tabulasi data uji coba.

Selanjutnya, skor-skor yang berasal dari item-item yang bernomer gasal

dijadikan sebagai belahan pertama (X) dan item-item yang bernomor genap

dijadikan sebagai belahan kedua (Y). Skor-skor dari belahan pertama

dikorelasikan dengan skor-skor belahan kedua menggunakan teknik korelasi

(59)

koefisien korelasi. Penghitungan koefisien korelasi dilakukan dengan bantuan

komputer program SPSS. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,8017.

Kemudian indeks koreksi tersebut dikoreksi dengan rumus koreksi dari

Spearman-Brown sebagai berikut:

2x

r

gg

r

tt = ——— 1+

r

gg Keterangan:

r

tt = koefisien reliabilitas

r

gg = koefisien korelasi item gasal-genap

Penghitungan realibilitas kuisioner dapat dilihat pada lampiran 4.

Untuk mempertegas status tingkat reliabilitas kuisioner digunakan

kriteria Guilford (Barus, 1999) yang menetapkan bahwa koefisien ≥ 0,70 – <

0,90 sebagai reliabilitas tinggi dan koefisien ≥ 0,90 – 1,00 sebagai reliabilitas

sangat tinggi.

Atas dasar taraf signifikan 1% untuk N = 40 dituntut

r

xy = 0,403.

Koefisien realibilitas yang diperoleh

r

tt = 0,8900 . Jadi taraf realibilitas
(60)

r

xy = 0,403) dan termasuk tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

alat penelitian yang digunakan adalah reliabel.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data meliputi beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan Ujicoba

Dalam tahap ini peneliti melakukan beberapa usaha sebagai persiapan

melakukan penelitian, yaitu:

• Mempelajari berbagai macam buku yang berkaitan dengan penelitian

• Mempersiapkan penyusunan kuisioner

• Konsultasi dengan dosen yang ditunjuk untuk mendampingi skripsi

• Membacakan kuisioner kepada beberapa siswa kelas V SD Kanisius

Baciro dengan maksud mengetahui apakah mereka memahami

kalimat-kalimat dalam kuisioner tersebut. Baik dosen pembimbing

maupun peneliti sedikit ragu dengan penyusunan kalimat-kalimat

dalam kuisioner apakah dapat dimengerti oleh siswa-siswi kelas V SD

atau tidak. Setelah membacakan kepada beberapa siswa, mereka

memahami dengan baik maksud dari setiap pernyataan yang

disediakan dalam kuisioner.

• Meminta ijin ujicoba instrumen ke SD Tarakanita Bumijo,

(61)

• Melaksanakan uji coba kuisioner di SD Tarakanita Bumijo,

Yogyakarta, di kelas VB3 pada tanggal 28 Maret 2007, menggunakan

jam pelajaran BK, dengan jumlah responden sebanyak 40 orang.

Pelaksanaan ujicoba ini diawasi oleh peneliti dan seorang staf

administrasi yang bertugas piket saat itu karena guru pembimbing

berhalangan hadir. Pelaksanaan ujicoba berjalan dengan lancar dan

tertib. Para siswa mengerjakan atau mengisi kuisioner dengan tenang

dan antusias.

• Mengolah hasil uji coba. Berdasarkan data ujicoba, peneliti melakukan

analisis validitas dan reliabilitas.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

• Meminta ijin penelitian di SD Kanisius Baciro, Yogyakarta

• Melaksanakan penelitian di kelas V Interpersonal pada tanggal 21

April 2007, dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 38 orang, siswa

yang tidak hadir 1 orang, dan di kelas V Intrapersonal pada tanggal 1

Mei 2007 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 38 orang, yang

tidak hadir 1 orang.

Saat melaksanakan penelitian diawali dengan penjelasan

tentang maksud diadakan penelitian. Kemudian peneliti membagikan

lembar kuisioner serta menjelaskan petunjuk pengisian kuisioner dan

(62)

hal-hal yang belum jelas. Setelah itu peneliti memberikan kesempatan

kepada seluruh siswa untuk mengisi kuisioner. Selama proses

pengisian kuisioner, siswa diperkenankan untuk mengajukan

pertanyaan. Suasana selama pengisian kuisioner berjalan lancar dan

tenang. Siswa merasa senang karena mereka tidak perlu menuliskan

namanya di lembar kuisioner sehingga mereka merasa bebas dan mau

terbuka untuk menjawab setiap item pernyataan sesuai dengan apa

yang mereka alami dan rasakan.

• Mengolah hasil penelitian

E. Teknik Analisis Data

1. Peneliti membuat tabulasi skor dari item-item yang ada dari kuisioner dan

menghitung skor total untuk masing-masing item.

2. Peneliti menentukan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa

berdasarkan kriteria Penilaian Acuan Norma (PAN) tipe I, yaitu:

M + 0,75 S

∑ X M ═ ———

n

1 ————————— S ═ —

n ∑ X ² − ( ∑ X ) ²

n

(63)

Keterangan:

M = Mean

∑X = Jumlah skor total item

n = Jumlah item kuisioner penelitian

S = Standard Deviation

Besarnya skor ditentukan oleh besarnya skor real yang dicapai oleh

kelompok siswa yang bersangkutan. Item masalah yang memperoleh skor

dengan kriteria M+0,75S ke atas dikelompokkan ke dalam masalah yang

banyak dialami (dirasakan) oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro

Yogyakarta. Semakin tinggi total skor item tertentu menunjukkan semakin

tinggi intensitas masalah tersebut dialami oleh siswa.

3. Peneliti mengelompokkan masalah-masalah yang banyak dialami siswa

kelas V Intrapersonal dan V Interpersonal SD Kanisius Baciro Yogyakarta

tahun pelajaran 2006/2007 ke dalam empat bidang masalah sesuai dengan

empat bidang bimbingan yaitu: bidang masalah pribadi, bidang masalah

sosial, bidang masalah belajar/akademik, dan bidang masalah karier.

4. Peneliti menyimpulkan masalah-masalah yang banyak dialami oleh

siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta.

5. Berdasarkan hasil analisis ini, peneliti menyusun usulan topik-topik

bimbingan klasikal untuk siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro

(64)

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian tentang masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 beserta pembahasannya. Hasil penelitian ini merupakan jawaban atas masalah penelitian, yaitu: Masalah-masalah apakah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007?

Usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk siswa dan contoh Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) sebagai implikasi penelitian ini akan diuraikan dalam bab V.

A. Hasil Penelitian

Untuk menentukan masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 digunakan rumus PAN tipe I, dengan kriteria: M + 0,75 S.

Dari hasil pengolahan data penelitian, diperoleh M (Mean), S (Deviasi Standar) dan M + 0,75 S untuk masing-masing kelas sebagai berikut:

Kelas Intrapersonal: M = 89 S = 17 M + 0,75 S = 102 Kelas Interpersonal: M = 92 S = 13 M + 0,75 S = 102

(65)

Rekapitulasi hasil penelitian dan penghitungan Standar Deviasi dapat dilihat pada lampiran 5.

Berikut ini adalah masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 yang dijadikan dasar penyusunan usulan topik-topik bimbingan klasikal. Rinciannya disajikan dalam tabel 5.

Tabel 5.

Masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius

Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007

Kelas V Intrapersonal Kelas V Interpersonal Nomor

Item

Bidang masalah

Skor (x) Peringkat Skor (x) Peringkat

6 Sosial 108 7 104 8 7 Belajar 134 1 124 2 8 Karir 107 8 104 8

11 Belajar 123 4 114 3

21 Pribadi 117 6 107 6

25 Pribadi 124 3 112 5

29 Pribadi 106 9 91 -

31 Belajar 99 - 102 9

33 Pribadi 103 10 113 4

37 Pribadi 97 - 106 7

46 Belajar 125 2 128 1

(66)

Masalah-masalah yang dialami siswa seperti yang dimaksudkan dalam tabel diatas (sesuai dengan nomor item) adalah:

6 : Saya sering membalas perbuatan orang lain yang mengganggu/ menyakiti hati saya.

7 : Saya merasa cemas ketika memperoleh nilai rendah.

8 : Saya mudah kecewa apabila saya gagal melakukan sesuatu. 11 : Di rumah saya selalu diperingati oleh orangtua untuk belajar. 21 : Saya merasa kuatir tidak dapat memenuhi harapan orang tua atau orang yang menyantuni hidup saya.

25 : Saya merasa kuatir setelah melakukan perbuatan yang kurang baik. 29 : Saya merasa kurang PD (percaya diri) jika diminta untuk berbicara di depan kelas atau di depan orang banyak.

31 : Saya kesulitan membagi waktu saya untuk belajar dan kegiatan- kegiatan yang lain.

33 : Saya merasa cemas atau kuatir pada sesuatu yang belum pasti. 37 : Saya mudah marah atau kurang mampu mengendalikan diri.

46 : Saya merasa takut nilai-nilai yang saya peroleh tidak memenuhi syarat untuk kenaikan kelas.

(67)

Berdasarkan jumlah masalah-masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah masalah yang banyak dialami oleh masing-masing kelas hampir sama sekalipun peringkat masalahnya berbeda.

Dalam tabel 5 dapat dilihat masalah-masalah yang dialami oleh seluruh siswa-siswi kelas V. Ada masalah tertentu yang hanya dialami oleh siswa-siswa-siswi kelas V Intrapersonal maupun V Interpersonal saja.

B. Pembahasan

Pada bagian ini peneliti secara berurutan akan membahas masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V Intrapersonal, masalah yang banyak dialami oleh siswa-siswi kelas V Interpersonal, dan masalah-masalah yang banyak dialami oleh seluruh siswa-siswi kelas V SD Kanisius Baciro Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.

1. Masalah yang hanya dialami oleh siswa-siswi kelas V Intrapersonal

• Bidang Pribadi

Nomor item 29, dengan skor 106

Pernyataan masalah: Saya merasa kurang (PD) percaya diri jika diminta untuk berbicara di depan kelas atau di depan orang banyak.

(68)

yang memiliki konsep diri negatif cenderung merasa diri tidak berharga, merasa dirinya tidak mampu sehingga menimbulkan ketakutan untuk tampil dan berbicara di depan umum (Centi:1993)

Kebanyakan siswa di kelas V Intrapersonal ini mengalami masalah rasa kurang percaya diri jika diminta untuk berbicara di depan kelas atau di depan umum. Masalah ini dapat disebabkan karena adanya pengalaman-pengalaman di masa lalu yang kurang menyenangkan sewaktu tampil di depan kelas atau di depan umum, kurangnya kesempatan dan latihan untuk tampil di depan umum, kurangnya wawasan dan pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan apa yang hendak dibicarakan.

Anak-anak cenderung menilai diri mereka sesuai dengan apa yang dinilai oleh orang lain atau teman-temannya. Bila seseorang memujinya maka anak bisa merasa bangga akan dirinya dan merasa diri berharga, layak dan mampu; tetapi sebaliknya jika anak diejek dan dihina, maka anak memandang dirinya buruk dan kurang berharga, tidak layak dan tidak mampu. Hal-hal tersebut sangat berpengaruh dalam pembentukan konsep diri. Akhirnya masalah ini dapat menghambat siswa untuk mengembangkan potensi, bakat dan kemampuan yang dimiliki, serta hubungan dengan orang lain.

(69)

agar dapat mengenal diri (kelebihan dan kekurangan diri), sehingga siswa dapat menghargai dirinya sendiri dan menumbuhkan rasa percaya diri.

Peran orang tua dalam membentuk konsep diri yang positif dalam diri anak sangatlah penting. Mereka dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dalam diri anak dengan cara yang mudah, contohnya dengan memberikan pujian apabila anak berani melakukan sesuatu dengan benar dan baik. Anak dapat diarahkan untuk berpikiran positif saat anak merasa ragu untuk melakukan sesuatu. Kepedulian orang tua akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki anaknya akan membantu anak untuk menerima dirinya dan meningkatkan rasa percaya dirinya untuk melakukan sesuatu yang berguna untuk perkembangan diri anak tersebut.

Usaha dari siswa sendiri antara lain: berusaha untuk ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan dalam suatu kelompok tertentu di sekolah (contohnya kegiatan ekstrakurikuler), mempergunakan kesempatan untuk belajar dan berlatih terus menerus sehingga keberanian untuk tampil di depan umum semakin bertumbuh dan berkembang dalam dirinya. Siswa juga harus belajar melihat kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan belajar memiliki pikiran dan sikap yang positif terhadap diri sendiri.

2. Masalah yang hanya dialami oleh siswa-siswi kelas V Interpersonal

(70)

Nomor item 37, skor 106

Pernyataan masalah: Saya mudah marah atau kurang mampu mengendalikan diri.

Siswa pada usia ini termasuk dalam periode masa kanak-kanak akhir, pada masa ini seringkali mereka seringkali mengalami emosi yang hebat. Hal ini dapat disebabkan karena keadaan fisik dan/atau lingkungan. Kalau siswa dalam keadaan sakit atau lelah, ia cenderung cepat marah, rewel, dan umumnya sulit dihadapi (Hurlock:1997).

Suasana/kondisi rumah yang kurang menyenangkan, seperti pengawasan orang tua terlalu ketat, perbedaan pendapat diantara anak dan orang tua, larangan-larangan dalam berbagai hal yang tidak disertai penjelasan, perlakuan orang tua yang kurang adil, sifat-sifat orang tua yang kurang menyenangkan; dapat mempengaruhi siswa menjadi cepat marah. Begitu pula dengan suasana/kondisi di tempat lain (di luar rumah), misalnya di sekolah. Contohnya siswa yang dimarahi oleh orang tua di rumah, atau oleh guru karena kesalahan yang diperbuatnya, atau juga sedang terlibat masalah dengan saudara maupun teman; hal ini dapat mempengaruhi dirinya saat ber-interaksi dengan orang lain.

(71)

Sebagai contoh, bila di rumah orang tua suka marah-marah, maka anakpun cenderung mudah terbentuk menjadi orang yang mudah marah. Oleh karena itu sebagai orang tua harus mempunyai rasa tanggung jawab dalam memberikan contoh yang baik bagi anak-anak.

Akibat yang ditimbulkan dari sikap mudah marah atau kurang mampu mengendalikan diri adalah anak menjadi kurang sabar, kurang menghargai orang lain, dan egois. Hal ini akan menyusahkan dirinya sendiri, terutama dalam pergaulannya dengan teman-teman di sekolah. Anak tidak disukai dan cenderung dijauhi atau dimusuhi oleh teman-temannya ataupun orang lain yang berinteraksi dengannya.

Perasaan mudah marah dapat diatasi dengan berbagai cara sesuai dengan kondisi dan pengalaman seseorang. Di sekolah, guru pembimbing dapat membantu siswa lewat layanan bimbingan klasikal dengan topik seputar pengenalan emosi-emosi dalam diri dan bagaimana cara mengatasinya atau mengekspresikannya sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Bagi siswa yang merasakan atau mengalami masalah ini (sulit mengelola kemarahannya atau kurang mampu mengendalikan diri) cukup serius, dapat dibantu lewat layanan konseling individual.

(72)

untuk mengolah dan menyalurkan emosi-emosi dengan cara-cara yang dapat diterima atau mengekspresikan lewat kegiatan-kegiatan yang bemanfaat bagi perkembangan diri mereka.

Bagi siswa sen

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3
Tabel 5.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasinya digunakan alat yang memakai prinsip pantulan dari cermin, dimana perubahan posisi cermin yang sangat kecil ( akibat perpanjangan batang) menyebabkan

Bandara Jawa Barat À À À À Pelabuhan Pamanukan Pelabuhan Cirebon Pelabuhan Pangandaran Pelabuhan Ratu Jalan Tol Soreang - Pasirkoja Purwakarta Kuningan Tasikmalaya Bogor Cianjur

Untuk mengetahui strategi, cara berpikir, langkah-langkah pemecahan masalah, serta kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal- soal tes, peneliti

Dalam penelitian ini adalah menganalisis pengaruh rasio keuangan yang berupa Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan dana pihak ketiga (DPK)

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

Pihak pertama pada tahun 2016 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai lampiran perjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka

Barbora (2009) menyimpulkan bahwa meta analisis menurut Sutrisno, Hery dan Kartono (2007) merupakan teknik yang digunakan untuk merangkum berbagai hasil penelitian

Dalam pembingkaian berita demonstrasi mahasiswa Semarang terkait rencana kenaikan harga BBM di TV Borobudur, dalam siaran berita “Jendela Jateng Sore”, pembingkaian