OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES MASERASI DAUN SINGKONG (Manihotis Folium) DENGAN APLIKASI
SIMPLEX LATTICE DESIGN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Veronika Yuni Candra Sari NIM : 068114051
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES MASERASI DAUN SINGKONG (Manihotis Folium) DENGAN APLIKASI
SIMPLEX LATTICE DESIGN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Veronika Yuni Candra Sari NIM : 068114051
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
v
Aku persembahkan kepada:
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Unversitas Sanata Dharma : Nama : Veronika Yuni Candra Sari
NIM : 068114051
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES MASERASI DAUN SINGKONG (Manihotis Folium)
DENGAN APLIKASI SIMPLEX LATTICE DESIGN
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 21 April 2010
Yang menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Optimasi Komposisi Etanol dan Air dalam Proses Maserasi Daun Singkong (Manihotis Folium) dengan Aplikasi Simplex Lattice Design” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini merupakan bagian dari penelitian ”Optimasi Formula dan Kontrol Kualitas Sediaan Tablet Effervescent Ekstrak Centelae asiatica Herba dan Manihotis Folium” yang dibiayai Hibah Bersaing Dikti tahun 2009. Dalam
penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Albertus Budi Yuwono dan Ibu Christina Sri Rahayu yang selalu menyertai saya dengan kasih sayang, doa, restu, dan dukungannya yang menguatkan saya.
2. Rita Suhadi, M.Si. Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi yang telah mendukung penelitian ini.
3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan pengarahannya baik selama penelitian maupun penyusunan skripsi ini. 4. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt selaku dosen Ketua Penelitian ini
viii
5. Reny Kusumastuti, M.P., atas bimbingan dan masukan yang telah diberikan kepada para peneliti.
6. Jeffry Julianus, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada peneliti.
5. Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Andri, dan Mas Sarwanto, Mas Kunto, Mas Bimo, Mas Parlan, Mas Kayat, Pak Iswandi, Mas Ottok, Mas Agung, dan seluruh laboran atas bantuannya selama peneliti bekerja di laboratorium Fakultas Farmasi.
6. Laurensia Utami Susanti, Bernadeta Ardy Puspitarini, Alvonsus Rudianto, atas kerjasamanya dalam penelitian ini, suka dan duka yang telah kita lalui bersama.
7. Valentina Vevi Yuwana Sari, Cornelius Fivtria Yuwana Putra, Cornelia Omega Pravita Sari, dan Laurensia Vicky Yuwana Sari, atas dukungan, doa dan semangatnya.
8. Elfrieda Ignatine, Danie ”Nduty”, Antonius Tri Kresmianto yang dengan setia mendengarkan keluhan saya dan memberikan masukan serta dukungan yang membangun kembali semangat saya.
9. Maria Yolanda, Gayatri Kusuma Wardani, Pius Perwita, Aditya Eka Prasetya, Robertus Satrio, Oktavianus Rico, dan teman-teman FST 06, yang selalu saling mendukung untuk mengerjakan skripsi dan terus berjuang untuk mengejar cita-cita. Bersama kita bisa kawan. God bless us...
ix
11. Kakak Emil, Sekar, Siska, Dewati, Nisa, Nita, teman-teman KKNku yang selalu mendukung dan menyemangati untuk mengerjakan skripsi ini.
12. Segenap rekan dan pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung saya, namun tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih.
Akhir kata penulis menyadari bahwa karya penulisan skripsi ini jauh dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diperlukan oleh penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat pada perkembangan ilmu pendidikan.
Yogyakarta, April 2010
x
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah.
Yogyakarta, April 2010
xi INTISARI
Pada penelitian ini dilakukan optimasi komposisi etanol dan air sebagai penyari dalam proses maserasi Manihotis utillissima. Metode optimasi yang digunakan adalah Simplex Lattice Design. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan pelarut antara etanol 96% dengan air yang optimum untuk mendapatkan ekstrak dengan kadar rutin yang tertinggi dan apakah suhu pada proses maserasi berpengaruh dalam mendapatkan kadar rutin yang tertinggi.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan menggunakan aplikasi Simplex Lattice Design yang menggunakan dua faktor yaitu perbandingan etanol dan air. Penelitian ini diawali dengan melakukan determinasi tanaman, pembuatan simplisia, pembuatan serbuk, penyarian dengan cara maserasi pada tiga suhu yang berbeda, yaitu 30oC, 40oC, dan 50oC. Analisa kualitatif dilakukan dengan menggunakan KLT lempeng selulosa dengan fase gerak butanol:asam asetat:air (4:1:5) v/v, dan deteksi bercak menggunakan uap amonia dan sinar UV pada panjang gelombang 254 nm. Penetapan kadar rutin dengan menentukan luas area bawah kurva (AUC) menggunakan program Image J.
Hasil analisa menunjukkan bahwa komposisi etanol pelarut yang menghasilkan kadar rutin tertinggi adalah 100% etanol 96% tanpa ditambah dengan air, dengan rata-rata kadar rutin 5,9664µg/µl ± 2.4718. Suhu yang menghasilkan rata-rata kadar rutin tertinggi adalah suhu 30oC.
xii ABSTRACT
The research is going to see the composition of ethanol and water as a solvent in the process of Manihotis Folium maseration. Optimation method that used simplex lattice design. The aim of the research is going to find out the optimum ratio between ethanol and water in order to obtain the extract with the highest of rutin concentratrion and to see whether the temperatur of the maseration process may cause getting the highest level of rutin concentration.
The research was a pure experimental research using simplex lattice design application. Simplex lattice design application used two factors of ethanol and water ratio. The research began by plants determination, making of simplisia, making of powder, extration of maserasi on the three level of different temperatur, they were 30 celcius degree, 40 celcius degree, and 50 celcius degree. Qualitative analyze used cellulose TLC plat with mobile phase of butanol, acetic acid, water (4:1:5 ), and spot detection used amonia fume and UV light on wave length of 254 nm. Determination of rutin concentration by determining AUC used Image J program.
The result showed that solvent composition produce the highest rutin concentration was 100 % ethanol, with the means of rutin concentration was 5.9664/µl ± 2.4718. The temperature on maseration was procude higher means of the rutin concentration is 30 celcius degree.
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
PRAKATA ... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... . x
INTISARI ... xi
ABSTRAK ... xii
DAFTAR ISI ………... xiii
DAFTAR TABEL ………xvi
DAFTAR GAMBAR ………..xvii
DAFTAR LAMPIRAN ………..xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Perumusan Masalah ... 4
2. Keaslian Penelitian ... 4
3. Manfaat Penelitian ... 4
B. Tujuan Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A.Tanaman Singkong ……… ... 6
1. Keterangan botani ... 6
2. Nama Daerah ... 7
3. Kandungan Kimia ... 7
B.Rutin ... 7
xiv
D.Ekstrak ……….. 10
E.Kromatografi Lapis Tipis ... 11
F. Image J ... 14
G.Simplex Lattice Design ... 14
H.Landasan Teori ... 16
I. Hipotesis ... 17
BAB III METODE PENELITIAN... 18
A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 18
B.Variabel Penelitian ... 18
C.Definisi Operasional ... 18
D.Bahan Penelitian ... 19
E.Alat Penelitian ... 19
F. Tata Cara Penelitian ... 20
1. Determinasi tanaman Manihotis escullenta Crantz ... 20
2. Pengumpulan daun singkong ... 20
3. Pembuatan simplisia Manihotis Folium ... 20
4. Pengumpulan serbuk Manihotis Folium ... 20
5. Pembuatan ekstrak Manihotis Folium ... 20
6. Validasi metode ... 21
7. Analisis kualitatif ekstrak ... 22
8. Analisis kuantitatif ekstrak. ... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi tanaman ... 25
B. Pengumpulan daun singkong ... 26
C. Pembuatan simplisia ... 26
D. Pembuatan serbuk ... 27
E. Pembuatan ekstrak ... 27
F. Validasi metode ... 29
xv
H. Analisis kualitas ekstrak ... 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43
A.Kesimpulan ... 43
B.Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 44
Lampiran ... 46
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Perbandingan pelarut maserasi ... 21
Tabel II. Seri kurva baku ... 30
Tabel III. Nilai recovery ... 32
Tabel IV. Nilai presisi ... 33
Tabel V. Harga Rf dan warna bercak baku rutin dan sampel ekstrak rutin di deteksi dengan uap ammonia ... 36
Tabel VI. Kadar rutin dari tiap replikasi dari tiga peringkat suhu proses maserasi ... 37
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman singkong ... 6
Gambar 2. Struktur rutin... 8
Gambar 3. Serbuk Manihotis Folium ... 27
Gambar 4. Ekstrak kental Manihotis Folium ... 29
Gambar 5. Kurva baku 1 ... 31
Gambar 6. Kurva baku 2 ... 31
Gambar 7. Kurva baku 3 ... 32
Gambar 8. Kromatogram baku rutin dan sampel ekstrak rutin dideteksi dengan uap ammonia... 35
Gambar 9. Kurva validitas persamaan SLD suhu 30oC ... 40
Gambar 10. Kurva validitas persamaan SLD suhu 40oC ... 40
Gambar 11. Kurva validitas persamaan SLD suhu 50oC ... 41
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat determinasi simplisia ... 46
Lampiran 2. Penetapan bobot konstan ekstrak Manihotis Folium ... 47
Lampiran 3. Penimbangan ekstrak Manihotis Folium ... 54
Lampiran 4. Penimbangan standar rutin ... 56
Lampiran 5. Validasi metode ... 57
Lampiran 6. Penetapan kadar rutin dengan Image J ... 59
Lampiran 7. Rendemen kadar rutin terhadap berat ekstrak ... 68
Lampiran 8. Analisis persamaan SLD ... 72
Lampiran 9. Uji validitas persamaan SLD ... 75
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini penyakit degeneratif menjadi salah satu penyakit yang berbahaya, karena berimbas pada kualitas dan produktivitas seseorang. Jika penyakit tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan kondisi komplikatif yang lebih parah. Maka dibutuhkan tindakan preventif maupun pengobatan sejak dini.
Penyakit degeneratif biasanya muncul karena pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Penurunan kondisi kesehatan ini sering ditandai dengan munculnya berbagai gejala awal yang apabila tidak segera ditangani dengan benar dapat memicu ke kondisi yang lebih parah. Gejala dari penyakit degeneratif seperti menurunnya daya ingat, mudah stress, sulit tidur, penuaan dini, dan meningkatnya tekanan darah.
Bahan alam yang digunakan sebagai food supplement biasanya berasal dari tanaman yang ada disekitar kita. Salah satunya adalah daun singkong yang biasanya dikenal oleh masyarakat sebagai sayuran ternyata mempunyai kandungan glikosida flavonoid yaitu rutin, yang berkhasiat sebagai antioksidan. Menurut Wijayakusuma (2008), efek farmakologis dari singkong adalah sebagai antioksidan, antikanker, antitumor, dan menambah nafsu makan. Bagian yang umum digunakan oleh masyarakat pada singkong adalah daun dan umbi. Selain sebagai makanan, tanaman singkong memiliki berbagai khasiat sebagai obat, seperti obat rematik, sakit kepala, demam, luka, diare, cacingan, disentri, rabun senja, beri-beri, dan bisa meningkatkan stamina. Selain itu daun singkong (Manihotis Folium) juga mengandung vitamin A, B1 dan C, kalsium, kalori, fosfor, protein, lemak, hidrat arang, dan zat besi (Anonim, 2008).
Rutin selain sebagai antioksidan juga mempunyai efek menghambat terjadinya penggumpalan trombosit, sehingga darah lebih encer dan sirkulasi darah lancar, serta menjaga elastisitas kapiler pembuluh darah. Rutin yang terdapat dalam daun singkong tersebut disari dengan menggunakan metode maserasi, dengan pelarut etanol 96% dan air. Digunakan pelarut etanol 96% dan air karena rutin mempunyai kelarutan yang baik terhadap etanol dan air (Anonim, 2007), sehingga dari campuran pelarut tersebut dapat mengoptimalkan tersarinya rutin dari serbuk Manihotis Folium. Bila pelarut yang digunakan seluruhnya etanol 96% maka
Proses ekstraksi yang digunakan maserasi karena maserasi merupakan proses ekstraksi yang paling mudah dan sederhana. Peredaman dan penggojogan dalam proses maserasi menyebabkan adanya perbedaan konsentrasi rutin di dalam serbuk Manihotis Folium dengan di pelarut, maka rutin yang larut dalan pelarut akan berdifusi keluar ke pelarutnya.
Optimasi komposisi pelarut campuran ini dilakukan karena sampai saat ini belum diketahui komposisi etanol dan air yang menghasilkan kadar rutin tertinggi pada proses maserasi Manihotis Folium. Komposisi optimum pelarut campuran etanol dan air dapat diketahui dengan aplikasi Simplex Lattice Design, untuk mengurangi trial and error. Berdasarkan metode aplikasi Simplex Lattice Design, akan diperoleh lima perbandingan pelarut campuran yang akan menghasilkan ekstrak dengan kenampakan fisik dan kandungan rutin yang berbeda. Ekstrak yang dihasilkan dari kelima perbandingan tersebut ditetapkan kadar rutin secara KLT dengan analisis Image J. Dari hasil penetapan kadar tersebut akan diketahui komposisi pelarut yang bisa menghasilkan kadar rutin tertinggi.
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Berapakah kadar rutin di masing-masing peringkat suhu yang digunakan dalam proses maserasi yaitu suhu 30oC, 40 oC, dan 50 oC?
b. Berapakah komposisi optimum antara etanol 96% dengan air, untuk mendapatkan kadar rutin yang tertinggi?
2. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian tentang optimasi komposisi etanol dan air pada proses maserasi dengan 3 peringkat suhu 30oC, 40 oC, dan 50 oC dari daun singkong untuk mendapatkan kadar rutin yang tertinggi dengan aplikasi Simplex Lattice Design belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai pengaruh komposisi etanol dan air dalam proses maserasi daun singkong serta komposisi cairan penyari etanol 96% dan air paling optimal untuk mendapatkan ekstrak dengan kadar rutin tertinggi.
B. Tujuan
1. Mengetahui suhu maserasi yang dapat menghasilkan kadar rutin tertinggi dari peringkat suhu yang digunakan dalam proses maserasi yaitu 30oC, 40 oC, dan 50 oC.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Singkong 1. Keterangan Botani
Gambar 1. Tanaman Singkong
Tanaman singkong (Manihot utillissima Pohl, familia Euphorbiaceae) berasal dari Brazilia. Tanaman ini termasuk jenis perdu yang mempunyai karakteristik bergetah dan bunganya berwarna putih (Steenis, 1992).
2. Nama daerah tanaman singkong
Sumatera : ketela, ubi kayu, gadung hau of garung kau Jawa : ubi singkong, bodin, bolet, kasawe, kaspa Sulawesi : batata kayu
Maluku : ubi prancis
Kalimantan : peti kayu
Irian : nota, amberphone, timuria 3. Kandungan kimiawi tanaman singkong
Jaringan floem tanaman singkong mengandung asam fenolat dan tiga glikosida flavonoid utama yaitu rutin dan dua isomer mengandung kemferol. Juga terkandung glukosida sianogen (linamarin dan lautostralin) dalam jumlah besar, hampir lima kali lipat kadar total asam amino (Leru dan Calatayud, 1994).
Duke (1999) menyampaikan bahwa daun singkong yang masih muda mengandung cukup banyak vitamin B sehingga bagus untuk pengobatan beri-beri. Metabolit sekunder lain yang ada antara lain beta-carotene equivalent (0,16 mg/100 g).
B. Rutin
Gambar 2. Struktur Rutin
(Anonim, 2007).
Rutin mempunyai aktivitas antioksidan, antiinflamasi, antikanker, antitrombotik, sitoprotektif, dan vasoprotektif (Anonim, 2007). Rutin yang juga terdapat di dalam daun singkong, dapat menekan tumor yang mengarah pada kanker usus dan menunda perkembangan hiperkolesterinemia dan sindrom peroksidasi, juga pada atherosclerosis aorta. Bioflavonoid memiliki efek antibakteri dan meningkatkan sirkulasi, memacu produksi empedu dan mencegah katarak. Konsumsi bioflavonoid bersama vitamin C dapat pula mengurangi gejala pada herpes oral. Daun singkong juga mengandung vitamin C dan A dalam jumlah besar. Kekurangan konsumsi bioflavonoid dapat mengakibatkan kerapuhan kapiler, gusi berdarah, dan memar (Anonim, 2007).
C. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana dan digunakan untuk simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia atau daun segar dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang pekat akan terdesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel (Anonim, 1986).
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengojogan atau pengadukan pada suhu ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang terus-menerus. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Anonim, 2000).
berulang-ulang ini memungkinkan pelarut masuk ke seluruh permukaan dari bahan serbuk simplisia (Ansel, 1990).
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan, dan peralatan yang digunakan sederhana, dan mudah dilakukan. Adapun kerugian cara maserasi adalah waktu pengerjaan yang lama dan penyarian kurang sempurna. Cara maserasi ini dapat dipercepat dengan menggunakan mesin pengaduk yang terus-menerus berputar sehingga mempersingkat waktu maserasi menjadi 6-24 jam (Anonim, 1986).
D. Ekstrak
Ekstrak merupakan sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter, atau campuran etanol dan air. Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi, atau penyeduhan dengan air mendidih. Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi (Anonim, 1979).
Berdasarkan sifatnya, ekstrak dibagi menjadi: 1. Ekstrak kental
Ekstrak kental merupakan hasil penguapan ekstrak cair pada tekanan rendah dan suhu tidak lebih dari 50oC hingga konsistensi yang dikehendaki (Anonim, 1986). Menurut Voigt (1994) ekstrak ini liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah hingga 30%.
2. Ekstrak kering
Ekstrak kering memiliki konsistensi kering. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan sisanya akan terbentuk suatu produk, yang sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5% (Voigt, 1994) 3. Ekstrak cair
Sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada pada masing-masimg monografi setiap 1 ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 gram simplisia yang memuhi syarat. Ekstrak cair cenderung membentuk endapan yang dapat diendapkan dan disaring (Anonim, 1995).
E. Kromatografi Lapis Tipis
berfluoresensi. Adapun cara kimia yaitu dilakukan penyemprotan dengan substansi kimia yang akan memberikan noda atau bercak baik yang terlihat pada cahaya tampak ataupun sebagai noda yang tampak pada lampu ultraviolet (Hardjono, 1983).
Menurut Stahl (1985) zat yang akan dipisahkan dengan kromatografi lapis tipis biasanya berupa larutan dan ditotolkan pada fase diam menjadi sebuah bercak. Fase diam dibuat dari salah satu penjerap yang khusus digunakan untuk KLT yang biasanya ditopang dengan logam atau kaca. Panjang lapisan tersebut 200 mm dengan lebar 200 atau 100 mm. Untuk analisis, tebalnya 0,1-0,3 mm, biasanya 0,2 mm. Sebelum digunakan, lapisan disimpan dalam lingkungan yang tidak lembab atau bebas dari uap. Silika gel merupakan fase diam yang paling banyak digunakan dalam KLT. Material ini dapat langsung digunakan atau dicampur dengan pengikat misalnya kalsium sulfat untuk membuat lapisan yang lebih kohesif. Bila digunakan pengikat CaSO4 maka pada namanya diberi tanda G, misalnya silika gel G, dan bila dicampur dengan indikator fluoresensi diberi tanda F, misalnya silika gel GF (Stahl,1985).
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Pelarut bergerak di dalam fase diam yang berupa lapisan berpori karena ada gaya kapiler. Kecepatan perambatan tergantung viskositas pelarut dan struktur lapisan. Fase gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau campuran pelarut (Stahl, 1985).
sederhana adalah campuran pelarut organik yang dipakai untuk memisahkan molekul yang mempunyai satu dan atau dua gugus fungsi. Faktor yang harus diingat dalam mencampur pelarut untuk membuat larutan pengembang (fase gerak) adalah pelarut yang mempunyai kepolaran yang serupa yang dapat dicampur dimana kepolaran campuran tidak merupakan fungsi linier dari susunan campuran tetapi merupakan fungsi logaritma (Gritter, Bobit, Scharting, 1991).
Penotolan dimulai 1,5 cm dari tepi lempeng bagian bawah, jarak antara 2 totolan 1cm dan diameter totolan 2-5mm. Sampel ditotolkan pada lempeng yang sudah dilapisi dengan menggunakan mikropipet atau syringe dengan volume penotolan 1-5µl (Gritter et al., 1991).
Menurut (Gritter et al., 1991) proses pengembangan merupakan proses pemisahan campuran cuplikan karena larutan pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak pengembangan normal yaitu jarak antara mulai penotolan dan hingga batas perambatan adalah 10 cm.
Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi utama kira-kira 254 nm) atau jika senyawa ini dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi UV gelombang pendek dan atau gelombang panjang (365 nm). Jika dengan kedua cara ini senyawa tidak dapat dideteksi maka harus dicoba dengan reaksi kimia. Pertama tanpa pemanasan lalu bila perlu dengan pemanasan (Stahl, 1985).
Angka Rf berjarak antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. hRf ialah angka Rf dikalikan faktor 100 (Stahl, 1985).
F. Image J
Image J adalah suatu software java yang digunakan untuk memproses dan
menganalisa suatu gambar, seperti gambar sel secara 3 dimensi, rambar radiological, atau system multi gambar perbandingan system hemologi. Image J
dirancang dan dibuat menjadi program yang lebih mudah dipahami dan digunakan untuk proses mempelajari suatu gambar. Image J dapat digunakan untuk menghitung area, statistic, nilai pixel, dan intesitas dari suatu obyek gambar, seperti penggunaan KLT-densitometer (Anonim, 2008). Lempeng KLT yang telah dielusi kemudian dihitung intensitas bercaknya menggunakan program Image J (Zeligz and Bradlow, 2006).
G. Simplex Lattice Design
Formula yang optimal seringkali dapat diperoleh dengan penerapan Simplex Lattice Design. Penerapan Simplex Lattice Design digunakan untuk
Simplex Lattice Design adalah penelitian dasar terdiri dari berbagai kelarutan zat
pada pelarut A saja (100% - 1 bagian), pada pelarut B saja (100% - 1 bagian, dan campuran pelarut A dan B masing-masing 50% (masing-masing 0,5 bagian). Dalam pendekatan yang sederhana akan dihasilkan persamaan sebagai berikut:
Y = a (A) + b (B) + ab (A)(B), Dengan keterangan sebagai berikut: Y = respon (hasil penelitian) (A) = kadar proporsi komponen A (B) = kadar proporsi komponen B
a, b, ab = koefisien yang dihitung dari pengamatan penelitian
Untuk mendapatkan persamaan di atas diperlukan tiga formula. ketiga formula tersebut adalah I menggunakan 100% pelarut A, II menggunakan 100% pelarut B, dan III menggunakan 50% pelarut A dan 50% pelarut B. Contoh penerapan Simplex Lattice Design adalah sebagai berikut, misalnya:
F I = Percobaan yang menggunakan pelarut 100% A, dari hasil percobaan dapat melarutkan zat 10 mg/ml.
F II = Percobaan yang menggunakan pelarut 100% B, dari hasil percobaan dapat melarutkan zat 15 mg/ml.
F III = Percobaan yang menggunakan pelarut campuran 50% A dan 50% B dari hasil percobaan dapat melarutkan zat 20 mg/ml.
tersebut dapat secara teoritis diketahui diprediksi campuran pelarut A dan beberapa bagian pelarut B yang dapat menghasilkan jumlah zat yang terlarut secara optimum. Hasil teoritis ini perlu dicek dengan percobaan (Bolton, 1997).
H. Landasan Teori
Berdasarkan literatur, ekstraksi rutin dari Manihotis Folium menggunakan metode maserasi. Ekstraksi dengan metode maserasi biasanya menggunakan pelarut campuran etanol dan air. Perbandingan antara jumlah etanol dan air yang digunakan tergantung dari pada bahan yang akan diekstraksi.
Keuntungan metode maserasi dibandingkan metode ekstraksi yang lain adalah alatnya sederhana, mudah dilakukan, dan murah. Adanya proses perendaman dan penggojogan akan meningkatkan ekstraksi rutin dari Manihotis Folium karena adanya perbedaan konsentrasi antara di dalam sel dan di luar sel,
sehingga rutin akan terekstrak karena larut dalam pelarut.
Rutin merupakan senyawa golongan flavonoid glikosida yang menjadi kandungan dari Manihotis Folium. Rutin adalah senyawa flavonoid yang larut dalam etanol dan air.
Suhu menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam proses maserasi. Berdasarkan Hukum Arrhenius bahwa adanya kenaikan suhu 10oC akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lebih besar, maka adanya kenaikan suhu dalam proses maserasi akan meningkatkan ekstraksi rutin dari Manihotis Folium.
I. Hipotesis
1. Dari peringkat suhu maserasi yang digunakan yaitu 30oC, 40oC, dan 50oC, diperoleh suhu maserasi yang menghasilkan kadar rutin yang tertinggi, yaitu pada suhu 50oC.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental murni karena adanya intervensi atau perlakuan terhadap subjek uji, dengan rancangan penelitian secara Simplex Lattice Design.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas
Komposisi etanol dan air yang dibuat berdasarkan formula dari metode Simplex Lattice Design dan suhu shaker untuk penyarian diatur pada 30, 40, dan 50 oC.
2. Variabel Tergantung
Kadar rutin yang tersari dari Manihotis Folium.
C. Definisi Operasional
a. Maserasi dalam penelitian ini menggunakan perbandingan volume etanol 96% dan akuades dengan maserator yang bisa diatur suhunya, yaitu 30oC, 40oC, dan 50oC.
c. Ekstrak kental adalah ekstrak dengan kadar air kurang dari 30%. d. Etanol yang dimaksud dalam penelitian ini adalah etanol 96%. e. Air yang dimaksud dalam penelitian ini adalah akuades.
f. Respon dalam penelitian ini adalah kadar rata-rata rutin dari tiga replikasi. g. Komposisi optimum adalah komposisi pelarut etanol dan air yang
menghasilkan rata-rata rutin tertinggi.
h. Penetapan kadar rutin dengan menghitung luas area bawah kurva (AUC) yang dianalisa dengan menggunakan Image J.
D. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: simplisia Manihotis Folium dan lempeng KLT selulosa p.a. Merck. Bahan kimia kualitas teknis berupa
etanol 96%, air, dan ammonia 25%. Bahan kimia kualitas analitik meliputi asam asetat p.a, butanol p.a, standar rutin p.a, methanol p.a, etanol p.a.
E. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa Grinder, Shaker Inkubator Zhicheng ZHWY-100C, TLC set, neraca elektrik (Mettler Toledo GB 3002), vaccum rotary evaporator (Buchi Rotavapor No.105108, Switzerland), Waterbath
F. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman Singkong
Determinasi tanaman singkong dilakukan di Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma berdasarkan Steenis (1992).
2. Pengumpulan daun singkong
Daun singkong muda dipetik dari tanaman singkong yang berumur delapan bulan dan dipisahkan dari batangnya sehingga hanya daunnya saja.
3. Pembuatan Simplisia
Daun singkong yang telah dipisahkan dari batangnya, dikeringkan. Pengeringan tidak langsung di bawah sinar matahari, tetapi cukup diangin-anginkan saja. Setelah cukup kering kemudian dijemur di bawah matahari langsung dengan ditutup menggunakan kain hitam sampai kering. Pengeringan dilanjutkan di dalam oven pada suhu 36oC sampai dapat dihancurkan dengan tangan.
4. Pembuatan serbuk simplisia daun singkong
Daun singkong yang sudah kering diserbuk menggunakan mesin serbuk dengan menggunakan ayakan nomor mesh 50.
5. Pembuatan ekstrak daun singkong
dan 50oC selama 2 X 24 jam. Maserat ditampung, dan serbuk di maserasi ulang dengan pelarut campuran yang baru. Setelah diperoleh maserat, pelarut diuapkan dengan alat vacuum rotary evaporator sampai volume ekstrak kurang lebih 10 ml. Dilanjutkan dengan proses penguapan sampai seluruh pelarutnya menguap di atas waterbath pada suhu 50oC. Dimasukkan dalam oven pada suhu 50oC untuk mendapatkan berat ekstrak yang konstan, yaitu selisih penimbangan tiap jamnya tidak lebih dari 0,25%. Timbang ekstrak kering yang diperoleh.
Tabel I. Perbandingan pelarut maserasi Volume pelarut (ml)
Pelarut Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5
Etanol 96% 50 37.5 25 12.5 0
Air 0 12.5 25 37.5 50
6. Validasi Metode
a. Pembuatan larutan baku rutin
Lima miligram standar rutin ditimbang lebih kurang seksama, dan dilarutkan dengan 5 mililiter metanol p.a, sehingga diperoleh larutan baku rutin dengan kadar 1 mg/ml.
b. Pembuatan seri kurva baku rutin
pengembangan 10 cm. Bercak yang telah diperoleh dideteksi dengan sinar UV 254 nm dan dimasukkan dalam bejana yang jenuh dengan uap ammonia. Scan plat dan kemudian gambar ktomatogram dikur nilai areanya dengan menggunakan program Image J.
c. Penetapan nilai recovery
Dibuat tiga seri volume penotolan yaitu 1.5 µl; 3,5 µl; dan 5.5µl ditotolkan pada lempeng selulosa yang telah diaktifkan sebelumnya pada oven dengan suhu 60oC selama 30 menit. Penotolan dilakukan secara triplo. Lalu dikembangkan pada chamber yang telah jenuh dengan fase gerak butanol : asam asetat : air (4:1:5) v/v, dengan jarak pengembangan 10 cm. Bercak yang telah diperoleh dideteksi dengan sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan dimasukkan dalam bejana yang jenuh dengan uap ammonia. Ukur nilai area dengan menggunakan program Image J. Hitung kadar terukur menggunakan persamaan kurva baku. Recovery dihitung dari kadar terukur pada kurva baku dibandingkan dengan kadar yang telah diketahui dikalikan dengan 100%. Kemudian dilanjutkan dengan penetapan nilai presisi.
7. Pemeriksaan kualitatif ekstrak Manihotis Folium
dengan panjang gelombang 254 nm dan dimasukkan dalam bejana yang jenuh dengan uap ammonia. Hitung nilai Rf.
8. Pemeriksaan kualitas ekstrak Manihotis Folium a. Pemeriksaan organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi warna, bau, rasa, dan konsistensi ekstrak daun singkong.
b. Preparasi sampel
Ekstrak kental Manihotis Folium dengan lima formula perbandingan pelarut etanol dan air masing-masing ditimbang lebih kurang seksama 0,1 gram, dan dimasukkan dalam flakon dan dilarutkan dengan 1 ml metanol p.a.
c. Penetapan kadar rutin
Sebanyak 0,5 µl untuk ekstrak formula 1, 2, 3, dan 1µl untuk ekstrak formula 4 dan 5 ditotolkan pada lempeng selulosa yang telah diaktifkan sebelumnya pada oven dengan suhu 60oC selama 30 menit. Bercak yang telah diperoleh dideteksi dengan sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan dimasukkan dalam bejana yang jenuh dengan uap ammonia. Scan plat dan kemudian gambar ktomatogram dikur nilai areanya dengan menggunakan program Image J. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing-masing suhu maserasi.
d. Cara analisis
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman bertujuan untuk mendapatkan kepastian akan kebenaran tanaman yang diselidiki sesuai dengan yang dimaksud dalam penelitian. Determinasi dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri yang terdapat pada tanaman sesuai dengan kunci determinasi yang terdapat pada buku acuan. Determinasi tanaman singkong ini dilakukan di Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma menurut Steenis (1992).
Berdasarkan hasil dari determinasi ketahui bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Manihot utillissima Pohl (Lampiran I).
B. Pengumpulan daun
digunakan daun singkong yang masih muda untuk mendapatkan kadar rutin yang tinggi.
C. Pembuatan simplisia
Simplisia dibuat dari daun singkong yang diangin-anginkan terlebih dahulu, kemudian dikeringkan di bawah matahari dengan ditutup kain hitam. Tujuan penutupan kain ini juga untuk menghindari kontaminasi dari luar, baik berupa debu dan kerikil. Selain itu supaya panas matahari merata di seluruh permukaan daun singkong dan tidak merusak rutin. Pengeringan dilanjutkan di dalam oven pada suhu 400C–500C sampai daun benar-benar kering dan bisa dihancurkan dengan tangan, dengan asumsi bahwa kadar air yang ada di dalam simplisia kurang dari 10%. Simplisia dengan kadar air lebih dari 10% bisa mengalami reaksi enzimatis yang dapat menguraikan zat aktif, yang akan menyebabkan rusaknya simplisia dan penurunan mutu dari simplisia. Simplisa yang rusak dan pengalami penurunan mutu akan diketahui pada saat penetapan kadar zat aktifnya yang tidak sesuai dengan standar yang sudah ada. Suhu pengeringan simplisia berdasarkan Anonim (1985) berkisar antara 30-90oC, tetapi lebih baik pada suhu kurang dari 60oC, maka dalam penelitian ini suhu pengeringan di dalam oven berkisar antara 40-50oC.
D. Pembuatan serbuk
Simplisia daun singkong yang sudah kering diserbuk menggunakan mesin penyerbuk. Tujuan penyerbukan ini untuk mendapatkan luas permukaan total yang besar sehingga kontak dengan pelarutnya akan semakin besar sehingga proses ekstraksi akan bertambah baik dan dan kadar rutin yang diperoleh juga akan semakin besar.
Serbuk yang dihasilkan adalah serbuk halus yang berwarna hijau. Serbuk yang halus mempunyai keuntungan bisa meningkatkan kadar rutin yang terekstraksi karena luasnya area kontak pelarut dengan serbuk, tetapi dalam penyimpanan serbuk ini mudah menyerap lembab, maka selama penyimpanan ditambahkan silika gel untuk menyerap lembab.
Gambar 3. Serbuk daun singkong
E. Pembuatan ekstrak
pelarut ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan pelarut yang menghasilkan kadar rutin paling besar. Kemudian di maserasi pada shaker inkubator pada suhu 30oC, 40oC, dan 50oC. Perbedaaan suhu ini untuk mengetahui perbedaan kadar rutin pada masing-masing suhu tersebut. Berdasarkan hukum Arrhenius, setiap peningkatan suhu 10oC akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lebih besar (Petruci dan Suminar, 1985). Rentang suhu pada proses maserasi yang digunakan berada di bawah 60oC karena rutin rusak pada suhu di atas 60oC.
akan merusak ekstrak yang akan ditetapkan kadar rutinnya. Penetapan bobot konstan ini merupakan salah satu tahap standarisasi ekstrak, yaitu susut pengeringan karena menghilangkan kandungan air yang ada di dalam ekstrak dan bisa menetapkan kadar airnya.
Gambar 4. Ekstrak Manihotis Folium Keterangan gambar:
T1 = pelarut 100% etanol 96%
T2 = pelarut 75% etanol 96% dan 25% air T3 = pelarut 50% etanol 96% dan 50% air T4 = pelarut 25% etanol 96% dan 75% air T5 = pelarut 100% air
F. Validasi metode a. Pembuatan kurva baku rutin
Tabel II. Pembuatan Kurva baku
Kurva baku 1 Kurva baku 2 Kurva baku 3
Volume
totolan (µl) AUC
Volume
totolan (µl) AUC
Volume
totolan (µl) AUC 1.5
27102.05 1.5 15562.6 1.5 26001.2
2.5
41606.51 2.5 24546.3 2.5 37012.1
3.5
49238.86 3.5 33224.7 3.5 38070.7
4.5
43686.28 4.5 36493.8 4.5 39413.8
5.5
43330.11 5.5 35951 5.5 38491.5
A = 28905.2005 B = 3320.7587
Persamaan kurva baku: y = 28905.2005x +
3320.7587
A = 10702.1750 B = 5069.6442
Persamaan kurva baku: y = 5069.6442x +
10702.1750
A = 26214.055 B = 26329.9135
Persamaan kurva baku: y = 26329.9135x +
26214.055
r = 0.6597 r = 0.9283 r = 0.7809
Gambar 5. Kurva baku 1
Gambar 7. Kurva baku 3
Berdasarkan gambar 5, 6, dan 7 diketahui bahwa semakin besar volume totolan maka area yang diperoleh juga semakin besar.
b. Penetapan nilai recovery
Perolehan kembali kadar merupakan parameter yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya, akurasi dari suatu metode.
Tabel III. Nilai recovery Variabel Massa
sebenarnya (µg) Massa terukur (µg) Recovery (%) Rata-rata recovery (%) Volume totolan 1.5µl
1.56 3.2349 207.3654 154.0897
1.56 0.9587 61.4551
1.56 3.0178 193.4487 Volume
totolan 3.5µl
3.64 6.1232 168.2199 146.1932 3.64 4.4426 122.0495
3.64 5.3985 148.3104 Volume
totolan 5.5µl
5.72 6.4361 112.5192 98.4732
5.72 4.9804 87.0699
Nilai recovery yang baik pada kurva baku adalah 98-102% (Mulja dan Hanwar, 2003), maka berdasarkan nilai tersebut hanya larutan uji konsentrasi 3 (5.5 µl) yang memenuhi persyaratan akurasi.
Presisi merupakan parameter yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individu dan rata-rata dari campuran yang homogen. Diukur dengan nilai coefisien of variancy (CV) dengan nilai CV yang baik adalah < 2 % (Mulja dan Hanwar, 2003).
Tabel IV. Nilai presisi Variabel
Rata-rata massa terukur (µg)
SD SE KV
(%) Volume totolan
1.5µl
2.4038 1.2562 0.7253 30.1717 Volume totolan
3.5µl
5.3214 0.8429 0.4866 9.1451
Volume totolan 5.5µl
5.6327 0.7395 0.4269 7.5799
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada volume totolan yang memenuhi persyaratan presisi kurang dari 2%. Berdasarkan analisis tersebut, bisa dikatakan bahwa metode ini tidak menghasilkan presisi yang memenuhi syarat.
G. Analisis kualitatif ekstrak Manihotis Folium
Analisis kualitatif yang dilakukan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Analisis kualitatif ini untuk memastikan bahwa ekstrak yang dihasilkan benar mengandung rutin.
gel berdasarkan dari hasil orientasi. Berdasarkan hasil orientasi, pemisahan senyawa rutin menggunakan silika gel menghasilkan bercak yang tidak memisah dan mengekor.
Fase gerak yang digunakan diperoleh dari hasil orientasi dengan mendapatkan bercak yang terpisah baik dari ekstrak yang ditotolan dan tidak mengekor. Fase gerak yang digunakan adalah butanol:asam asetat:air (4:1:5) v/v. Butanol dan asam asetat yang bersifat non polar akan menurunkan kepolaran dari air sehingga perambatan dari fase gerak menjadi lambat dan bisa memisahkan rutin dari zat-zat lain yang terdapat dalam ekstrak Manihotis Folium. Jika hanya menggunakan air maka perambatan dari fase gerak akan sangat cepat dan tidak memisahkan rutin dari senyawa lain yang terdapat dalam ekstrak Manihotis Folium.
Gambar 8. Kromatogram baku rutin dan sampel ekstrak rutin di deteksi dengan uap amonia
Keterangan:
Konsentrasi baku rutin : 1,04 µg/µl Fase diam: selulosa
Fase gerak : n-butanol : asam asetat : air (4:1:5) % v/v Deteksi : uap amonia
Volume totolan:
a. Baku 1 (1.5 µl), massa rutin (1.56 µg) b. Baku 2 (2.5 µl), massa rutin (2.60 µg) c. Baku 3 (3.5 µl), massa rutin (3.64 µg) d. Baku 4 (4.5 µl), massa rutin (4.68 µg) e. Baku 5 (5.5 µl), massa rutin (5.72 µg)
Tabel V. Harga Rf dan warna bercak baku rutin dan rutin dalam sampel ekstrak di deteksi dengan uap amonia.
Baku Sampel
Bercak a B c D e f g h i j
Rf 0.60 0.59 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.61 0.61 0.61
Warna bercak kuni ng Kun ing kuni ng Kun ing Kun ing kuni ng kuni ng kuni ng kuni ng Kuni ng
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari KLT (gambar 11 dan tabel V), diketahui bahwa sampel ekstrak mengandung rutin. Hal ini ditunjukkan dari kelima bercak sampel ekstrak yang mempunyai harga Rf mirip dengan Rf baku rutin yaitu 0.60 dan intensitas warna bercak yang menyerupai bercak baku.
H. Pemeriksaan kualitas ekstrak daun singkong a. Pemeriksaan organoleptis
Tujuan dari pemeriksaan organoleptis adalah untuk membantu identifikasi ekstrak dengan menggunakan pancaindera. Menurut Arifin, Anggraini, Handayani, Rasyid (2006), pemeriksaan organoleptis bertujuan untuk pengenalan awal secara sederhana dan subyektif. Hasil dari pemeriksaan organoleptis berupa bau yang ciri khas singkong, warna hitam, rasa agak pahit, dan konsistensi ekstrak yang liat.
b. Penetapan kadar rutin dalam ekstrak Manihotis Folium
Sampel yang akan ditetapkan kadar rutinnya dilarutkan menggunakan metanol p.a karena dari hasil percobaan kelarutan rutin lebih baik dalam metanol p.a
metanol p.a banyak rutin yang terlarut. Volume totolan untuk setiap formulanya berbeda karena pengaruh dari kekentalan ekstraknya berbeda dari tiap formula, campuran pelarut yang banyak mengandung etanol 96% memiliki sifat ekstrak yang semakin pekat sehingga saat dielusi tidak bisa terpisah sempurna. Lempeng yang digunakan adalah lempeng selulosa p.a yang bersifat nonpolar dengan fase gerak yang bersifat cenderung polar, sehingga bisa memisahkan rutin dari ekstrak karena rutin akan terelusi oleh fase gerak. Setelah mencapai batas pengembangan yaitu 10 cm dari titik penotolan lempeng dimasukkan dalam bejana yang telah jenuh dengan uap ammonia 25% untuk mendapatkan bercak rutin yang berwarna kekuning-kuningan. Penetapan nilai area diperoleh dari analisis menggunakan program Image J menggunakan gambar dari lempeng yang telah discan. Nilai area tersebut digunakan untuk mengetahui kadar rutin yang terdapat pada sampel ekstrak Manihotis Folium menggunakan persamaan kurva baku.
Tabel VI. Kadar rutin (µg/µl) dari tiap replikasi dari tiga peringkat suhu proses maserasi
Suhu 30oC Suhu 40oC Suhu 50oC
Sampel Rep 1 Rep 2 Rep 3 Rep 1 Rep 2 Rep 3 Rep 1 Rep 2 Rep 3 1 8.2777 8.5953 1.0261 7.8025 4.1364 1.2038 -0.3822 5.3142 -0.5367 2 3.2311 4.0761 1.3604 2.019 -0.0266 -2.1951 0.8525 7.0142 0.0401 3 2.4965 4.708 1.5168 5.1832 4.0329 -0.1369 0.7426 2.1789 -0.5367 4 2.545 2.6023 -0.2667 -5.0864 -4.2777 -1.6804 -1.5843 11.5653 -1.4151 5 -2.5538 1.9954 -0.4061 -7.67 -4.2926 -4.2594 -5.0700 -0.3170 -2.6271
Keterangan:
Sampel 1 = etanol 100%
Berdasarkan tabel VI, diketahui bahwa adanya kenaikan suhu maserasi tidak meningkatkan kadar rutin yang terekstraksi dari Manihotis Folium. Hukum Arrhenius menyatakan bahwa adanya kenaikan suhu 10oC akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lebih besar, tetapi kelarutan rutin tertinggi pada suhu 30oC, ditunjukkan dengan kadar yang lebih tinggi di setiap replikasinya. Maka perlu dilakukan uji untuk mengetahui perbedaan kadar dari setiap suhu maserasi.
Tabel VII. Hasil analisis menggunakan Anova Sources of
Error
SS dF MS Fhitung Ftabel
Between 24.4018 2 12.2009
1.4037 3.68
Within 104.3043 12 8.69203
Total 128.7061
Berdasarkan tabel VII, diketahui bahwa kadar rutin dari setiap suhu maserasi, yaitu suhu 30oC, 40oC, 50oC berbeda tidak bermakna. Perbedaaan kadar rutin yang diperoleh pada masing-masing suhu maserasi tidak menunjukkan bahwa kadar rutin yang dihasilkan pada setiap suhunya berbeda.
terlarut dalam metanol sangat kecil, sehingga nilai area saat dianalisis dengan Image J sangat kecil dan kadarnya menjadi minus.
c. Analisis Kadar berdasarkan Simplex Lattice Design
Simplex Lattice Design adalah suatu metode aplikasi untuk mengetahui
komposisi terbaik dari suatu pelarut campuran untuk mendapatkan kadar rutin tertinggi. Berdasarkan metode Simplex Lattice Design diperoleh lima formula larutan penyari rutin yang akan diekstraksi pada tiga peringkat suhu yang digunakan untuk mengetahui kadar rutin dihasilkan dari masing-masing peringkat suhu, lalu dibandingkan bagaimana kadar rutin di setiap suhunya, suhu mana yang menghasilkan kadar rutin tertinggi. Suhu yang digunakan adalah 30oC, 40oC, dan 50oC. Dalam metode ini ada lima perbandingan campuran pelarut yang akan menghasilkan ekstrak dan akan diukur kadar rutinnya. Berdasarkan metode ini diharapkan mendapatkan perbandingan volume pelarut etanol 96% dan air yang paling optimum untuk mengekstraksi rutin dari Manihotis Folium dengan cara maserasi. Dari data yang diperoleh. maka dihasilkan persamaan SLD sebagai berikut:
Persamaan umum :
Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2) Persamaan SLD suhu 30oC:
Y = 5.9664 (X1) - 0.3215 (X2) + 0.3386 (X1)(X2) Persamaan SLD suhu 40oC
Y = 3.5784 (X1) – 5.4073 (X2) + 15.7634 (X1)(X2) Persamaan SLD suhu 50oC
Berdasarkan hasil analisis, persamaan yang valid adalah persamaan suhu 30oC, sedangkan untuk suhu 40oC dan 50oC tidak valid.
Gambar 9. Kurva validitas persamaan SLD suhu 30oC
Gambar 11. Kurva validitas persamaan SLD suhu 50oC
Berdasarkan gambar 9, 10, dan 11 diketahui bahwa validitas persamaan ditunjukkan dengan kedekatan hasil percobaan dengan persamaan SLD. Suhu maserasi 30oC menunjukkan kadar rutin dari hasil percobaan yang terletak di daerah persamaan SLD. Menurut Bahrudin et al., (1990), rendemen rutin dari Manihotis Folium yang diperoleh dari proses maserasi adalah 0.71% (b/b), dari gambar 9 diketahui bahwa rendemen rutin tertinggi diperoleh dari suhu 30% pada formula 1 dengan nilai rendemen 0.7311% (b/b).
Gambar 12. Grafik kadar rutin dan rata-rata kadar rutin pada tiap replikasinya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Diantara kadar rutin yang dihasilkan pada peringkat suhu maserasi, suhu 300C menghasilkan kadar rutin yang paling tinggi dibandingkan 400C dan 500C. 2. Komposisi pelarut 100% etanol 96% menghasilkan kadar rutin tertinggi dari
ekstrak Manihotis Folium dengan proses maserasi.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang cara ekstraksi rutin yang lain dari Manihotis Folium untuk mendapatkan cara ekstraksi yang lebih tepat untuk ekstraksi rutin dan mendapatkan kadar rutin yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, 9, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1986, Sediaan Galenika, 5-20, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, 7 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2000, Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan 1, 1-12, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Indonesia
Anonim, 2004, Guidelines For The Validation of Analytical Methods For Active Constituent, Agricultural And Veterinary Chemical Products, http://www.apvma.gov.au, diakses tanggal 22 Maret 2010
Anonim, 2007, Supplement: Bioflavonoid, Wellfx,com, Inc
Anonim, 2008, Manfaat Singkong, http://cafepojok,org/forum/showthread,php, diakses tanggal 12 April 2009
Ansel, H., C,, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4, 615, UI Press, Jakarta
Ansel, H., C,, 1990, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems, 407-408, Lea and Febiger Press, London
Arifin, H., Anggaraini, D., Handayani,. D., Rasyid, R., 2006, Standarisasi Ekstrak Etanol Daun Eugena cumini Merr., Jurnal Sains dan Teknologi Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Sumatra Barat
Bahruddin, S.M., Moedarsono, 1990, Pemeriksaan Kadar Rutin pada Daun Singkong (Manihot utilissima Pohl,) Muda, Tua, dan Kuning, Skripsi, ITB, Bandung
Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistics: Practical and Clinical Application, 3rd, 611-614, Marcell Decker Inc, New York
Gritter, R,J., Bobit, J,M., Schwarting, A,E,, 1991, Introduction to Chromatography, Cetakan II, 107-155, Penerbit ITB, Bandung
Hardjono, 1983, Kromatografi, 32-54, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Leru, B, and Calatayud, P,A., 1994, Interactions Between Cassava And Arthropod
Pests, African Crop Science Journal, Vol, 2, No,4, pp, 385-390, Uganda Mulja, H.M., Suharman, 2003, Prinsip-prinsip Cara Berlaboratorium Yang Baik,
Majalah Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya
Petruci, RH., dan Suminar, 1985, Kimia Dasar:Prinsip dan Terapan Modern, 166, Erlangga, Jakarta
Stahl, 1985, Drug Analysis by Chromatography and Microscopy : a practical supplement to pharmacopeias, 205-207, ITB, Bandung
Steenis, C,G,G,J., 1992, Flora untuk Sekolah di Indonesia, 45, 47, 73, 258, 264, PT, Pradnya Paramita, Jakarta Pusat
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, 564, 565, 577, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Wijayakusuma, H., 2008, Efek Farmakologi Singkong,
http://anekaplanta,wordpress,org/2008/01/01/ubi-kayu-manihot-esculenta/, diakses tanggal 2 Februari 2010
Zeligs, Michael A., and H. Leon Bradlow, 2006, Diindolymethane (DIM), formed spontaneously from Indole-3-carbinol (I3C), is the dominant
antiproliferative indol in cell culture media after adding I3C,
II. Penetapan Bobot Konstan Ekstrak Manihotis Folium
a. suhu 30 oC
Replikasi 1
Bobot Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5 Kosong 16.3148 16.4829 20.0474 18.3996 25.4772
Awal 19.7049 27.3087 29.5333 29.3072 33.0781 1 Jam 17.8415 26.1942 28.0792 28.0562 32.3950 2 Jam 17.3485 24.7467 27.2335 26.9382 31.5548 3 Jam 17.1936 23.3297 26.3840 26.0704 30.7598 4 Jam 17.1464 21.8081 25.2642 24.6895 30.0970 5 Jam 17.1164 20.9943 24.5499 23.8255 29.2781 6 Jam 17.1015 19.7193 23.7500 22.4299 28.5325 7 Jam 17.0776 18.1874 22.8369 21.6030 27.7307
8 Jam 17.5682 22.0963 20.8969 26.7561
9 Jam 17.2474 21.1602 19.8960 26.2078
10 Jam 17.2025 20.9501 19.4817 26.1480
11 Jam 17.1883 20.9083 19.4166
12 Jam 19.3908
Replikasi 2
Bobot Formula 1
Formula
2 Formula 3 Formula 4 Formula 5 Kosong 17.9372 17.8586 19.5584 18.8865 24.8335 Awal 32.5896 20.0060 30.0739 25.7251 33.3449 1 Jam 31.6857 18.7958 28.6271 25.7040 32.5232
2 Jam 30.7068 18.4331 27.1774 31.6678
3 Jam 29.5705 18.3975 25.8683 30.9066
4 Jam 28.7628 25.1127 30.2690
5 Jam 27.6138 24.0028 29.4910
7 Jam 25.3881 21.7659 26.8644
8 Jam 23.9577 21.0963 26.0407
9 Jam 22.9929 20.5849 25.6571
10 Jam 22.0815 20.4478 25.3990
11 Jam 21.2395 20.4108 25.3513
12 Jam 20.4747
13 Jam 19.1002
14 Jam 18.9226
15 Jam 18.8692
16 Jam 18.8518
Replikasi 3
Bobot Formula 1
Formula
2 Formula 3 Formula 4 Formula 5 Kosong 17.9451 22.1989 16.9063 17.4876 17.9552
Awal 19.5729 33.5248 27.6494 25.9024 27.3613 1 Jam 19.0596 33.1225 27.2556 25.5147 26.6427 2 Jam 18.6697 32.6734 26.8491 25.0987 25.7600 3 Jam 18.5850 32.0731 26.4249 24.4810 24.9380 4 Jam 18.5543 31.2294 26.0178 24.2113 24.0158
5 Jam 30.7365 25.4559 23.7637 23.1284
6 Jam 30.2417 25.0531 23.3857 22.3491
7 Jam 29.7867 24.6707 23.0581 21.5674
8 Jam 28.9351 23.8603 22.1432 20.7177
9 Jam 28.0084 22.5043 21.0984 19.8984
10 Jam 27.0037 21.3485 20.1956 19.3469
11 Jam 26.0460 20.5463 19.5465 18.8161
12 Jam 25.1887 19.8119 18.9156 18.6087
13 Jam 24.3221 18.8965 18.4530 18.5827
14 Jam 23.4810 17.7961 18.2981
16 Jam 22.6978 17.5152 18.2433
17 Jam 22.6772
Nilai rendemen S
A M P E L
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Lama pengeringan
(jam)
Rendemen (%)
Lama pengeringan
(jam)
Rendemen (%)
Lama pengeringan
(jam)
Rendemen (%)
1 7 13.3334 16 42.1539 4 5.2041
2 11 37.0592 3 8.0401 17 32.3569
3 11 29.2043 11 4.8994 16 36.6525
4 12 33.8360 1 0.0820 16 29.5691
b. suhu 40 oC
Replikasi 1
Bobot Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5 Kosong 17.9934 17.9378 18.3589 17.9565 24.3793
Awal 18.5556 25.2573 23.4776 26.2127 29.418
1 Jam 18.5252 23.9341 22.3955 25.0491 28.5793
2 Jam 23.0936 21.5099 23.9175 27.9884
3 Jam 21.9673 20.8765 23.0788 26.733
4 Jam 21.3106 20.1084 21.7187 26.0625
5 Jam 19.9954 19.4521 20.869 25.4907
6 Jam 19.3897 19.28 20.3045 25.2795
7 Jam 18.8856 19.2273 19.2953 25.2354
8 Jam 18.76 19.2032 18.8459
9 Jam 18.7365 18.7801
10 Jam 18.7563
Replikasi 2
Bobot Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5
Kosong 18.228 24.3792 16.314 16.7569 17.9929
Awal 19.6296 29.9946 20.0518 20.6941 24.0813
1 Jam 19.3333 29.5516 19.5619 20.3472 23.6906 2 Jam 19.0754 29.1609 19.2008 20.0352 23.3865 3 Jam 18.9855 28.7238 18.7731 19.7443 233.0891 4 Jam 18.9398 28.2664 18.3763 19.4412 22.7199
5 Jam 27.9912 18.0265 19.1379 22.3317
6 Jam 27.4916 17.7568 18.8078 21.8475
7 Jam 26.987 17.4415 18.4481 21.3682
8 Jam 26.7163 17.2525 18.2535 20.9751
9 Jam 26.2523 17.1777 17.98 20.621
11 Jam 25.3092 17.644 19.6859
12 Jam 25.0867 17.6122 19.308
13 Jam 25.0585 19.0232
14 Jam 18.9262
15 Jam 18.8836
Replikasi 3
Bobot Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5 Kosong 19.8158 16.5599 18.8871 16.3146 16.5162
Awal 20.535 18.4952 21.715 20.3792 18.3836
1 Jam 20.4438 17.764 20.9976 19.3323 17.8865
2 Jam 20.4179 17.5668 20.3327 18.5311 17.7558
3 Jam 17.5236 20.1024 17.7853 17.6813
4 Jam 20.0475 17.6318 17.6435
5 Jam 20.0252 17.5837
6 Jam 17.5514
Nilai rendemen S A M P E L
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Lama pengeringan (jam) Rendemen (%) Lama pengeringan (jam) Rendemen (%) Lama pengeringan (jam) Rendemen (%)
1 1 0.1638 4 3.5140 2 0.5702
2 9 25.8175 13 16.4566 3 5.2532
3 8 18.2063 10 14.4605 5 7.7817
4 10 28.4458 12 14.8927 6 13.8759
c. suhu 50 oC
Replikasi 1
Bobot Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5 Kosong 20.4086 18.5446 17.1596 20.3587 19.4361
Awal 20.9714 21.4896 22.3806 23.7959 21.0933
1 Jam 20.8919 20.6449 21.6701 22.7936 20.6277
2 Jam 20.8583 19.9016 20.3694 21.0757 20.486
3 Jam 19.2208 19.6947 22.4259 20.4284
4 Jam 19.1883 19.0289 22.0504 20.4085
5 Jam 19.1771 18.608 21.6571
6 Jam 19.1701 18.2826 21.2305
7 Jam 17.9874 20.8934
8 Jam 19.952 20.8665
9 Jam 20.857
Replikasi 2
Bobot Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5 Kosong 19.9576 20.4123 17.7740 20.3811 18.7611
Awal 20.4261 20.8843 20.4293 21.1109 19.6385
1 Jam 20.3306 20.8462 19.7858 21.0818 19.5845
2 Jam 20.3093 19.1305 21.0757 19.5653
3 Jam 18.8122
4 Jam 18.6041
5 Jam 18.5273
6 Jam 18.5022
Replikasi 3
Bobot Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5 Kosong 19.8632 20.2954 19.2929 17.8319 19.4762
Awal 20.1953 20.7964 20.1662 18.6604 21.2472
1 Jam 20.1858 20.7793 20.1174 18.5937 20.7133
3 Jam 20.3629
4 Jam 20.331
Nilai rendemen S
A M P E L
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Lama pengeringan
(jam)
Rendemen (%)
Lama pengeringan
(jam)
Rendemen (%)
Lama pengeringan
(jam)
Rendemen (%)
1 2 0.5393 2 0.5718 1 0.0470
2 6 10.7936 1 0.1824 1 0.0822
3 8 10.8514 6 9.4330 1 0.2420
4 9 12.3504 2 0.1667 2 0.4754
III.Penimbangan Ekstrak Manihotis Folium a. suhu 30 oC
Replikasi 1
Berat formula 1 formula 2 formula 3 formula 4 formula 5 Cawan kosong 14.3954 13.5890 13.6303 14.2795 14.3957
cawan+zat 14.4959 13.6918 13.7375 14.3835 14.5065 cawan+sisa 14.3957 13.6015 13.6422 14.2832 14.3970
Zat 0.1002 0.0903 0.0953 0.1003 0.1093
Replikasi 2
Berat formula 1 formula 2 formula 3 formula 4 formula 5 cawan kosong 13.5892 13.6301 13.5893 14.2795 14.3393
cawan+zat 13.6924 13.6836 13.6971 14.3836 14.4448 cawan+sisa 13.5944 13.6303 13.5941 14.2946 14.3466
Zat 0.0980 0.0533 0.1030 0.0922 0.0982
Replikasi 3
Berat formula 1 formula 2 formula 3 formula 4 formula 5 cawan kosong 14.3393 14.3960 13.6307 14.3962 14.3393
cawan+zat 14.4448 14.5013 13.7397 14.5015 14.4432 cawan+sisa 14.3500 14.4193 13.6341 14.4023 14.3420
Zat 0.0948 0.0900 0.1056 0.0992 0.1012
b. suhu 40 oC
Replikasi 1
Berat formula 1 formula 2 formula 3 formula 4 formula 5 cawan kosong 13.5893 14.3955 13.6303 14.3957 14.2796
cawan+zat 13.7052 14.4996 13.7519 14.5004 14.3882 cawan+sisa 13.5933 14.3993 13.6365 14.4004 14.2857
Zat 0.1119 0.1003 0.1154 0.1000 0.1025
Replikasi 2
cawan kosong 14.2794 13.6300 14.2797 13.6305 13.5894 cawan+zat 14.3907 13.7415 14.3866 13.7605 13.7454 cawan+sisa 14.2812 13.6352 14.2870 13.6581 13.3401
Zat 0.1095 0.1063 0.0996 0.1024 0.1053
Replikasi 3
Berat formula 1 formula 2 formula 3 formula 4 formula 5 cawan kosong 13.6305 14.2797 13.6304 13.5892 14.3959
Cawan+zat 13.7327 14.4077 13.7624 13.6954 14.6236 cawan+sisa 13.6314 14.2995 13.3622 13.5900 14.5110
Zat 0.1012 0.1082 0.1102 0.1054 0.1126
c. suhu 50 oC
replikasi 1
Berat formula 1 formula 2 formula 3 formula 4 formula 5 cawan kosong 14.0907 13.6422 14.2981 15.3449 14.1962
Cawan+zat 14.1965 13.7445 14.4008 15.4471 14.3013 cawan+sisa 14.0985 13.6444 14.3027 15.3502 14.2015
Zat 0.0980 0.1001 0.0981 0.0969 0.0998
Replikasi 2
Berat formula 1 formula 2 formula 3 formula 4 formula 5 cawan kosong 15.3447 14.2981 13.6423 14.0907 14.1963
Cawan+zat 15.4513 14.4005 13.7448 14.1964 14.3137 cawan+sisa 15.3507 14.3008 13.3473 14.0972 14.2110
Zat 0.1006 0.0997 0.0975 0.0992 0.1027
Replikasi 3
Berat formula 1 formula 2 formula 3 formula 4 formula 5 cawan kosong 15.3448 14.1963 14.0906 13.6424 15.3448
Cawan+zat 15.4590 14.2983 14.1918 13.8151 15.4464 cawan+sisa 15.3584 14.1970 14.0910 13.7135 15.3450
IV. Penimbangan kurva baku Penimbangan baku
Berat kertas kosong = 0.3640 gram Berat kertas + zat = 0.3698 gram Berat kertas + sisa = 0.3646 gram Berat zat = 0.0052 gram Konsentrasi baku = 0.0052 gram / 5 ml
V. Validasi Metode a. Uji linearitas
• Kurva Baku 1
Baku Jumlah totolan (µl) Jumlah rutin (µg) Area
1 1.5 1.56 27102.05
2 2.5 2.6 41606.51
3 3.5 3.64 49238.86
4 4.5 4.68 43686.28
5 5.5 5.72 43330.11
r = 0.6597; a= 28905.2005; b = 3320.5787 Y = 3320x + 28905.2005
• Kurva Baku 2
Baku Jumlah totolan (µl) Massa totolan (µg) Area
1 1.5 1.56 15562.6
2 2.5 2.6 24546.3
3 3.5 3.64 33224.7
4 4.5 4.68 36493.8
5 5.5 5.72 35951
r = 0.9283. a= 10702.1750. b = 5069.6442 Y = 5069.6442x + 10702.1750
• Kurva Baku 3
Baku Jumlah totolan (µl) Massa totolan (µg) Area
1 1.5 1.56 26001.2
2 2.5 2.6 37012.1
3 3.5 3.64 38070.7
4 4.5 4.68 39413.8
5 5.5 5.72 38491.5
b. Recovery Variabel Massa
sebenarnya (µg) Massa terukur (µg) Recovery (%) Rata-rata recovery (%) Volume totolan 1.5µl
1.56 3.2349 207.3654 154.0897
1.56 0.9587 61.4551
1.56 3.0178 193.4487 Volume
totolan 3.5µl
3.64 6.1232 168.2199 146.1932 3.64 4.4426 122.0495
3.64 5.3985 148.3104 Volume
totolan 5.5µl
5.72 6.4361 112.5192 98.4732
5.72 4.9804 87.0699
5.72 5.4815 95.8304
c. Presisi
Variabel
Rata-rata massa terukur (µg)
SD SE KV
(%) Volume totolan
1.5µl
2.4038 1.2562 0.7253 30.1717
Volume totolan 3.5µl
5.3214 0.8429 0.4866 9.1451
Volume totolan 5.5µl
5.6327 0.7395 0.4269 7.5799
SE = SD / √n
VI. Penetapan kadar rutin dengan Image J a. Suhu 30oC
• Replikasi 1
Kurva baku standar rutin Keterangan Volume totolan
(µl)
Jumlah totolan (µg) AUC
Baku 1 1.5 1.56 26977.87
Baku 2 2.5 2.6 36072.6
Baku 3 3.5 3.64 37027.21
Baku 4 4.5 4.68 38436.96
Baku 5 5.5 5.72 41491.15
r = 0.9117 a = 25014.336 b = 3018.3677
Persamaan kurva baku
y = 3018.3677x +25014.336
Penetapan kadar sampel ekstrak Manihotis Folium Formula Volume
totolan (µl)
Massa
totolan (µg) AUC Kadar rutin (µg)
Kadar rutin (µg/ µl)
1 0.5 50.1 74984.26 16.5553 8.2777
2 0.5 45.15 44519.17 6.4621 3.2311
3 0.5 47.65 40085.00 4.9930 2.4965
4 1 100.3 32696.12 2.5450 2.5450
• Replikasi 2
Kurva baku standar rutin Keterangan Volume totolan
(µl)
Jumlah totolan (µg)
AUC
Baku 1 1.5 1.56 16427.48
Baku 2 2.5 2.6 25669.09
Baku 3 3.5 3.64 28101.64
Baku 4 4.5 4.68 29147.46
Baku 5 5.5 5.72 31808.5
r = 0.9166 a = 14246.6905 b = 3292.3471
Persamaan kurva baku y= 3292.3471x +14246.6905
Penetapan kadar sampel ekstrak Manihotis Folium Formula Volume
totolan (µl)
Massa
totolan (µg) AUC Kadar rutin (µg)
Kadar rutin (µg/ µl)
1 0.5 49 70843.73 17.1905 8.5953
2 0.5 26.65 41086.14 8.1521 4.0761
3 0.5 51.5 4524