• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECERNAAN IN-VITRO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PAKAN SAPI BALI BETINA DI KANDANG KELOMPOK PATUT PATUH PACU KOTA MATARAM - Repository UNRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KECERNAAN IN-VITRO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PAKAN SAPI BALI BETINA DI KANDANG KELOMPOK PATUT PATUH PACU KOTA MATARAM - Repository UNRAM"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KECERNAAN IN-VITRO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PAKAN SAPI BALI BETINA DI KANDANG KELOMPOK

PATUT PATUH PACU KOTA MATARAM

PUBLIKASI ILMIAH

Diserahkan Guna Memenuhi Syarat Yang Diperlukan Untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan

Pada Program Studi Peternakan

Oleh : HENI FATRIAH

B1D 211 099

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM

(2)

KECERNAAN IN-VITRO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PAKAN SAPI BALI BETINA DI KANDANG KELOMPOK

PATUT PATUH PACU KOTA MATARAM

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh : HENI FATRIAH

B1D 211 099

Di Serahkan Guna Memenuhi Syarat Yang Diperlukan Untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan

Pada Program Studi Peternakan

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

Menyetujui Pada tanggal :

Pembimbing Kedua,

(3)

KECERNAAN IN VITRO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PAKAN SAPI BALI BETINA DI KANDANG KELOMPOK PATUT

PATUH PACU KOTA MATARAM

Heni Fatriah (B1D211099), Sudirman, dan Sofyan D. Hasan

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2015, bertujuan untuk mengetahui kandungan kering (BK) dan Bahan Organik (BO) dan kecernaan in-vitro bahan kering dan bahan orgnik pakan Sapi Bali betina di Kandang Kelompok Patut Patuh Pacu Kota Mataram. Sampel pakan dicuplik secara acak pada wadah/tempat pakan. Sampel yang terkoleksi dibawa ke Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram untuk analisa kandungan bahan kering, bahan organik dan kecernaan in-vitro. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif diukur nilai rata-rata dan standar deviasi menggunakan komputer program Microsoft Exel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kecernaan in-vitro BK dan BO pakan sapi Bali betina yaitu berturut-turut 57,50 ± 3,13 dan 57,88±4,43. Hubungan antara BK dan BO berkorelasi positif artinya semakin tinggi kecernaan BO maka semakin tinggi pula kecernaan BK. Persamaan regresi BK dan BO yaitu y=1,2367x-13,237 dengan koefisien regresi R2=0,7629. Dapat disimpulkan bahwa nilai kecernaan BK dan BO bervariasi disebabkan oleh variasinya tempat pengambilan rumput dan jenis rumput. Tingkat kecernaan dari pakan yang diberikan pada sapi Bali betina tergolong bagus karena rata-rata kecernaan BK 57,50±3,13 dan rata-rata kecernaan BO 57,88±4,43%.

Kata kunci: Pakan Sapi Bali Betina, Bahan Kering, Bahan Organik, dan Kecernaan In-Vitro

IN VITRO DRY MATTERS AND ORGANIC MATTERS DIGESTIBILITY OF FEMALE BALI CATTLE FEED IN THE COMMUNAL CREATES PATUT

PATUH PACU AT KOTA MATARAM

Heni Fatriah (B1D211099), Sudirman, dan Sofyan D. Hasan ABSTRACT

A research has been done in August-October 2015 aimed at analyzing the dry matter, organic matter, and in-vitro digestibility females Bali cattle feed in the Communal Creates Patut Patuh Pacu at Kota Mataram. Several feed samples were randomly taken from feed trough. Collected samples were then transferred to Feed and Nutrition Laboratory, Faculty of Animal Science University of Mataram for determining the dry matter, organic matterand test in-vitro digestibility. The research was conducted with descriptive method measured average value and standard deviation using the computer program Microsoft Exel. The results showed that the average value of in-vitro digestibility dry matters and organic matters of Bali cattle feed females are respectively 57.50 ± 3.13 and 57.88 ± 4.43. The relationship between dry matter positively correlated with organic matters means higher digestibility of organic matters so more higher the digestibility dry matters. The regression equation of dry matter and organic matter is y = 1,2367x-13.237 with a regression coefficient R2 = 0,7629. concluded that dry matters digestibility values and organic matters vary due to the variation taking place grass and types of grass. The levels of feed that given to female Bali cattle is good because the average of dry matters is 57.50 ± 3.13 and organic matters is 57.88 ± 4.43.

(4)

PENDAHULUAN

Ruminansia besar seperti sapi merupakan jenis ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat terutama di daerah pedesaan. Ternak ruminansia ini tergolong ternak herbivora yang mampu mencerna dan memanfaatkan pakan berserat seperti hijauan (Tafal, 1981). Hijauan adalah bahan makanan yang mengandung serat kasar 18% atau lebih (dihitung dari bahan kering). Kualitas hijauan sangat bervariasi yang disebabkan oleh beberapa perbedaan dalam spesies, umur, kesuburan tanah, sumber air, dan lain sebagainya.

Pada umumnya ternak ruminansia hidup dengan pakan hijauan yang memiliki kandungan nutrisi yang bervariasi, tergantung jenis, macam, dan keadaan pakan (Kartadisastra, 1997; Sudarmono dan Sugeng, 2009). Salah satu komponen yang mempengaruhi konsumsi adalah kandungan bahan kering dan bahan organik pakan. Bahan pakan merupakan bahan yang dapat dimakan dan dicerna oleh hewan ternak, terdiri atas dua komponen utama yaitu air dan bahan kering. Di Indonesia dan di daerah tropis lainnya belum diperoleh keterangan secara pasti tentang adanya suatu hijauan yang menonjol kualitasnya (Parakkasi, 1986).

(5)

MATERI DAN METODE PENELITIAN

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kandang kelompok Patut Patuh Pacu Lingkungan Gatep Kecamatan Ampenan Kota Mataram untuk mengoleksi hijauan pakan selama 7 hari, kemudian analisis kecernaan in-vitro bahan kering dan bahan organik pada tanggal 29 Agustus sampai 04 September 2015 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram. 2. Materi Penelitian

2.1 Bahan Penelitan

Penelitian menggunakan pakan 10 ekor Sapi Bali betina dewasa yang dipelihara dalam kandang individual, koleksi sampel pakan dilakukan selama 7 hari.

2.2. Bahan chemikalia yang digunakan adalah: 1) Na HCO2 10,584 gram

2) Na2 HPO4 7,560 gram 3) KCL 0.6156 gram 4) Mj SO4 0,1296 gram 5) Ca CL4 0,0432 gram 6) Gas CO2

7) Acid pepsin solution (0,2% pepsin 0,1 N HCl) 8) Air hangat suhu 100o C

9) Cairan rumen 2.3. Alat- alat penelitian

- Kandang individual, - Timbangan,

(6)

3. Metode Penelitian 3.1 Penelitian Lapangan

a. Pengambilan sampel bahan pakan

Sebelum melakukan penelitian hal yang pertama kali dilakukan adalah memberikan sekat pada tiap-tiap tempat pakan ternak karena dalam satu tempat pakan terdapat lebih dari satu ternak, sehingga perlu dilakukan penyekatan agar bisa diketahui berapa banyak pakan yang dikonsumsi oleh masing-masing ternak. selain itu, tujuan penyekatan adalah agar pakan yang dikonsumsi oleh masing-masing ternak tidak tercampur dengan pakan ternak yang lain. Ternak yang digunakan adalah ternak sapi Bali betina dewasa, ternak ditimbang untuk mengetahui bobot badan. Pada pagi hari sampel pakan dicuplik secara acak pada lima titik sebelum pemberian, sampel pakan diambil ±500 g pada setiap ekor ternak, setelah itu pakan dibawa ke laboratorium untuk uji kadar bahan kering, bahan organik, kecernaan in-vitro bahan kering, dan kecernaan in-vitro bahan organik.

b. Pengambilan Cairan Rumen

Cairan rumen diambil dari Rumah Potong Hewan (RPH) Sekarbela Kota Mataram. Waktu yang ditempuh dari RPH ke Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram ± 15 menit. Rumen sapi yang telah dipotong kemudian diambil isi rumen dan dimasukkan ke dalam penyaring (8 rangkap kain kasa) untuk diperas dan diambil cairan rumen. Cairan hasil perasan kemudian dimasukkan ke dalam termos kosong yang sebelumnya berisi air panas bersuhu 38o C guna menjaga suhu tetap konstant didalam rumen. 3.2 Penelitian di Laboratorium

a. Penetapan Kadar Bahan Kering

(7)

sampel. Setelah itu, sampel dikeringkan dalam oven bersuhu 60o C selama 4-5 hari sehingga diperoleh bahan kering udara sampel. Prosedur penetapan kadar bahan kering yaitu sampel bahan kering udara digiling hingga ukuran partikel ±1-2 mm. Sampel bahan kering udara dimasukkan ke dalam cawan yang sudah diketahui beratnya. Cawan berisi sampel ditimbang terlebih dahulu, kemudian sampel dikeringkan dalam oven bersuhu 105o C selama 8-10 jam hingga beratnya konstan. Sampel yang berisi cawan yang telah dikeringkan dalam oven didinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian sampel ditimbang. Kadar bahan kering dihitung dengan mengikuti prosedur seperti yang disarankan Harris (1970):

Kadar BKu (%) = Berat BKu sampel x 100% Berat Segar

dry matter basis(%)=

[

Berat bahan kering sampel(g)

Berat bahan kering udara sampel(g)

]

×100 % Rumus BK (as fed)

BK (Asfed basis) = (BKU/100)x(BK/100)x100%

b. Penetapan Kadar Bahan Organik

Penetapan bahan organik menggunakan analisis proksimat mengikuti prosedur Nahm (1992) yang dikembangkan oleh Henneberg dan Stokman (1865) di Weende Experiment station Jerman. Prosedur penetapan bahan organik dengan cara sampel yang sudah digiling dan di oven pada suhu 105o C dibakar dalam tanur bersuhu 600o C selama 2-4 jam atau hingga berat konstan dengan residu akhir berupa abu (bahan anorganik). Kadar bahan organik dihitung mengikuti prosedur seperti yang disarankan Harris (1970):

BO(%)=100−

[

berat abu sampel

berat Bahan kering×100 %

]

c. Kecernaan in-Vitro Bahan Kering

(8)
(9)

blanko. Nilai Kecernaan bahan kering dihitung dengan menggunakan rumus Tilley dan Terry (1963) seperti yang dikemukakan Sudirman (2013):

Kecernaan BK(%)=

[

A−(B−C)

A

]

×100 %

Keterangan:

A= Berat BK sampel awal (g) B= Berat BK residu sampel (g) C= Berat BK residu blanko (g)

d. Analisis Kecernaan in-vitro Bahan Organik

Untuk mendapatkan nilai kecernaan bahan organik bahan pakan yaitu setelah didapatkan nilai kecernaan bahan kering, kemudian diuji dengan cara membakar residu bahan kering di dalam crusible dengan menggunakan tanur suhu 500o – 600o C selama 2-3 jam atau sampai warnanya putih keabu-abuan. Abu yang didapat kemudian ditimbang, selisih antara bahan kering dengan abu adalah bahan organik. Kemudian sampel ditimbang untuk mengetahui berat bahan organik residu sampel dan berat bahan organik residu blanko. Nilai Kecernaan bahan organik dihitung dengan menggunakan rumus Tilley dan Terry (1963) seperti yang dikemukakan Sudirman (2013).

Kecernaan BO =

{

D−(EF)

}

D x 100%

Keterangan :

D : Berat BO sampel awal E : Berat BO residu sampel F : Berat BO residu blanko 3. Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi kadar bahan kering, kadar bahan organik, dan kecernaan in-vitro bahan kering dan bahan organik pakan Sapi Bali di kandang kelompok ternak Patut Patuh Pacu Kota Mataram. 4. Analisis Data

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram pada tanggal 29 Agustus sampai dengan 04 September 2015 diperoleh rata-rata kecernaan in-vitro bahan kering dan bahan organik pakan sapi Bali betina. Data yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Kecernaan In-Vitro Bahan Kering dan Bahan Organik Pakan Sapi Bali Betina di kandang Kelompok Patut Patuh Pacu Kota Mataram

Sumber : Data primer diolah (2015)

(11)

yang ditambah konsentrat dan kulit nanas yang difermentasi dengan Saccharomyces cereviseae. Rendahnya nilai kecernaan disebabkan oleh sumber inokulum yaitu cairan rumen sapi yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan, dimana sapi yang digunakan sebagai ternak donor sebelum dipotong telah dipuasakan lebih dari 12 jam sehingga bakteri rumen mengalami tekanan atau hambatan untuk pertumbuhan akibatnya kecernaan bahan kering lebih rendah. Namun hasil penelitian ini relatif lebih rendah dari yang dilaporkan Suci (2015) yaitu 74,88% dari 12 jenis hijauan yang ada di Kota Mataram. Menurut El-Meadaway et al. (1998) dan Dhanoa et al. (2004) dalam Sudirman (2013), ketepatan hasil pengujian kecernaan pakan ruminansia besar secara in-vitro sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sumber inokulum, rasio inokulum/ buffer, jenis ternak donor, waktu pengambilan cairan rumen, dan jenis pakan.

Data tabel 5 menunjukkan rata-rata kecernaan in-vitro bahan organik yaitu 57,88. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan Sudirman (2013) bahwa nilai kecernaan bahan organik dari rumput gajah dan rumput benggala yaitu 52,8%. Namun hasil penelitian ini relatif lebih rendah dari hasil yang dilaporkanl Mauricio et al. (2001) dalam Sudirman (2013) bahwa kecernaan bahan organik hijauan berkisar 89-97% dan yang dilaporkan Wina (2015) bahwa kecernaan bahan organik hijauan 86,47% dari 12 jenis hijauan yang ada di Kota Mataram. Gambar 1. Kecernaan In Vitro Bahan Kering dan Bahan Organik

(12)

Berdasarkan gambar 1 hubungan antara bahan kering dan bahan organik berkorelasi positif artinya semakin tinggi kecernaan bahan organik maka semakin tinggi pula kecernaan bahan kering.

Gambar 2. Persamaan Regresi In-vitro Bahan Kering dan Bahan Organik

52 54 56 58 60 62 64

0 10 20 30 40 50 60 70

R² = 1

f(x) = 1.24 x − 13.24

Berdasarkan gambar 2 persamaan regresi antara kecernaan bahan kering dan bahan organik y=1,2367x-13,237 dengan koefisien regresi R2=0,7629. Artinya korelasi antara kecernaan bahan kering dan bahan organik kaitannya sangat erat.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rata-rata kecernaan in-vitro bahan kering dan bahan organik pakan sapi Bali betina di Kandang Kelompok Patut Patuh Pacu Kota Mataram berturut-turut 57,50±3,13% dan 57,88±4,43%. Terdapat variasi mengenai kecernaan BK dan BO pakan sapi Bali betina ini disebabkan perbedaan lokasi pengambilan pakan dan jenis pakan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kecernaan pakan yang diberikan pada sapi Bali betina di Kandang Kelompok Patut Patuh Pacu Kota Mataram ini tergolong bagus.

Saran

(13)
(14)

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, Wina. 2015. Analisis Kandungan Serat Kasar dan Kecernaan In-Vitro Bahan Organik Pakan Ruminansia Besar. Skripsi. Fakultas Peternkan Universitas Mataram. (Tidak dipublikasi).

Fahik, P.M. 2005. Mengetahui koefisien kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO) dan konsentrasi N-NH3, dengan

sample rumput kumpai tembaga secara in vitro . Skripsi – Fapet Undana. Kupang.

Fatihah, Suci. 2015. Menganalisis Kandungan Protein Kasar dan Kecernaan In-Vitro Bahan Kering Pakan Ruminansia Besar. Skripsi. Fakultas Peternkan Universitas Mataram. (Tidak dipublikasi).

Harris, L. E. 1970. Nutrition Research Techniques for Domestic and Wild Animals, Volume 1. An International Record System and Procedure for Analyzing Sampel. Animal Science Departement Utah State University, Logan.

Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan & Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Kanisius: Yogyakarta. McDonald, P., R. Edwards, J. Greenhalgh, and G. Morgan. 2002. Animal

Nutrition. 6th Edition. Longman Scintific and Tachnicial, New York Parakkasi, A. 1995. Ilmu Makanan dan Ternak Ruminant. UI Press, Jakarta. Santosa, P. B., dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan

SPSS. Penerbit ANDI: Yogyakarta

Sudirman. 2013. Evaluasi Pakan Tropis. Dari Konsep ke Aplikasi (Metode Feses. ISBN: 978-602-19824-7-1. Pustaka Reka Cipta: Bandung.

Suhubdy, Sudirman, dan Dahlanuddin. 2013. Komposisi Botani dan Kandungan Nutrisi Pakan Lokal Sapi Bali. Fakultas Peternakan Universitas Mataram: Mataram.

Suhubdy, Sudirman, dan Dahlanuddin. 2013. Evaluasi kecukupan nutrisi ternak ruminansia besar. Sumber dan DIPAB BLU (PNPB) Universitas Mataram tahun anggaran 2015 sebesar 15.000.000 (lima belas juta rupiah) kontrak Nomor: 310.F/SP-BLU/UN.18.12.2/PL/2015 tanggal 04 Mei 2015. Fakultas Peternakan Universitas Mataram: Mataram.

Tafal, Z. B. 1981. Ranci Sapi (Usaha Peternakan yang lebih Bermanfaat). Bhratara Karya Aksara: Jakarta.

Gambar

Tabel 5. Rata-rata Kecernaan In-Vitro Bahan Kering dan Bahan Organik
Gambar 1. Kecernaan In Vitro Bahan Kering dan Bahan Organik
Gambar 2. Persamaan Regresi In-vitro Bahan Kering dan Bahan Organik

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO DINAS KESEHATAN.. PUSKESMAS GRUJUGAN

Pribadi konselor efektif bisa ditunujukkan dari seberapa ketahan ujian seorang konselor dalam menghadapi masalah baik masalah yang dihadapinya sendiri maupun oleh

Menjelaskan gambaran umum tentang lokasi penelitian, serta menganalisa proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik untuk menentukan unsur berencana dalam

Lingkup kegiatan penyusunan indeks pembangunan kesehatan masyarakat adalah kegiatan penyusunan data 24 indikator/variabel kesehatan untuk menggambarkan kemajuan pembangunan

Setelah membaca, mengamati kembali berbagai data yang ada didalamnya, dan mengoreksi, maka skripsi saudara Paisal Fahmi Harahap, NIM 07210019, mahasiswa Jurusan Al-Ahwal

Selain itu, pemilik industri ini juga mengatakan kalau tidak mudah merubah sikap para pekerja untuk menerapkan penataan tempat kerja yang baik, karena dari diri

Penelitian kali ini, peneliti tertarik untuk menganalisis hasil teks narasi karya siswa dalam penggunaan kohesi gramatikal antar kalimat, dengan judul penelitian

Hasil docking dapat diamati pada tabel 1 dimana dari 19 ligan yang dianalisis, nilai skor CHEMPLP yang terendah berada pada ligan senyawa biji buah nangka yaitu senyawa