• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALAMAN JUDUL - Efisiensi dan efektivitas sirip dengan penampang segi empat 2 dimensi keadaan tunak - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HALAMAN JUDUL - Efisiensi dan efektivitas sirip dengan penampang segi empat 2 dimensi keadaan tunak - USD Repository"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS SIRIP DENGAN

PENAMPANG SEGI EMPAT 2 DIMENSI KEADAAN TUNAK

HALAMAN JUDUL

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Mesin

Diajukan oleh:

PASKAH RIANTO

NIM : 055214082

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

EFFICIENCY ANDEFFECTIVENESS OF FIN

WITH SQUARE PLATE 2 DIMENTIONAL IN STEADY STATE CONDITIONAL

TITLE PAGE

FINAL PROJECT

Presented As Partial Fulfillment Of The Requirement To obtain The Sarjana Teknik Degree

In Mechanical Engineering

Presented by : PASKAH RIANTO

Student Number : 055214082

MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

(3)

iii

TUGAS AKHIR

EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS SIRIP DENGAN

PENAMPANG SEGI EMPAT 2 DIMENSI KEADAAN TUNAK

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Diajukan Oleh:

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

PASKAH RIANTO

NIM : 055214082

(4)

iv

TUGAS AKHIR

HALAMAN PENGESAHAN

EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS SIRIP DENGAN

PENAMPANG SEGI EMPAT 2 DIMENSI KEADAAN TUNAK

Diajukan oleh:

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

Pada tanggal 8 Desember 2009 Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji : PASKAH RIANTO

NIM : 055214082

Nama lengkap Tanda tangan

Ketua Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T. ………. Sekretaris Wibowo Kusbandono, S.T., M.T. ……….

Anggota Ir. PK. Purwadi, M.T. ……….

Yogyakarta, 8 Desember 2009 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak memuat karya yang pernah diajukan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 10 Desember 2009 Penulis,

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Paskah Rianto Nomor Mahasiswa : 055214082

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS SIRIP DENGAN

PENAMPANG SEGI EMPAT 2 DIMENSI KEADAAN TUNAK

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 10 Desember 2009 Yang menyatakan

(Paskah Rianto)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

(7)

vii

ABSTRAK

Sirip mempunyai peran penting dalam proses perpindahan kalor. Jika motor bakar pada sepeda motor tidak dipasangi sirip, akan terjadi keadaan mengunci, dan jika prosesor komputer tidak diberikan sirip, maka komputer akan mengalami hang.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan grafik hubungan antara (a) efisiensi sirip η dengan L3/2(h/kAm)1/2, dan (b) efektifitas sirip ε dengan L3/2(h/kAm)1/2 dengan memvariasikan tebal t. Penelitian diselesaikan secara simulasi numerik dengan mempergunakan metode beda hingga.

Benda uji berupa sirip lurus berpenampang segi empat dengan bahan aluminium, dengan ukuran panjang L cm x lebar W cm x tebal t cm. Ukuran W dibuat sama dengan ukuran L, sedangkan tebal sirip bervariasi, cm,

cm, cm, cm, cm. Sirip dikondisikan dengan suhu dasar Tb dansuhu fluida lingkungan T, dengan koefisien perpindahan kalor konveksi h. Sifat-sifat bahan seperti massa jenis massa jenis ρ, kalor jenis c dan konduktivitas termal k dari sirip diasumsikan seragam. Perpindahan kalor konduksi yang terjadi di dalam sirip berlangsung dalam 2 arah yaitu x dan y. Tidak terdapat pembangkitan energi di dalam sirip. Nilai koefisien perpindahan kalor konveksi di sekitar sirip merata. Suhu fluida disekitar sirip nilainya seragam.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa : (1). Nilai efisiensi sirip dipengaruhi tebal sirip, semakin tebal, efisiensi semakin tinggi. (2). Nilai efektifitas sirip dipengaruhi tebal sirip, semakin tipis, efektifitas semakin tinggi. (3). Untuk mendapakan nilai efisiensi yang tinggi, nilai L3/2(h/kAm)1/2 dapat diambil kecil. (4). Untuk mendapatkan nilai efektifitas yang tinggi, nilai L3/2(h/kAm)1/2 dapat diambil kecil. (5). Efisiensi yang paling tinggi (untuk nilai L = W = 0,05 m) dimiliki sirip dengan tebal m kemudian diikuti

m, m, m, dan m. (6). Efektifitas yang paling tinggi dimiliki sirip dengan tebal m dan diikuti m, m, m, dan

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan atas berkat, rahmat dan bimbingan-Nya selalu, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik.

Dalam penulisan Tugas Akhir penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan tepat waktu. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M..T. Selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

2. Budi Sugiharto, S.T., M.T. Selaku kaprodi Teknik Mesin. 3. I Gusti Ketut Puja, S.T., M.T. Selaku dosen pembimbing.

4. Bapak Ir. PK. Purwadi, M.T. Selaku Dosen pembimbing Tugas Akhir yang selalu mendorong dan memotivasi penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

5. Seluruh Dosen dan karyawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Ayahanda Hermanto Lo, dan Ibunda Pit Fun, selaku orang tua penyusun yang selalu mendoakan dan mendukung penyusun.

(9)

ix

Penulis menyadari dalam pembahasan Tugas Akhir masih jauh dari sempurna, maka penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun.

Semoga naskah ini berguna bagi mahasiswa Teknik Mesin dan pembaca lainnya. Jika ada kesalahan dalam penulisan naskah, penulis minta maaf yang sebesar-besarnya.

Yogyakarta, 10 Desember 2009 Penulis,

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

TITLE PAGE ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .. vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ...xv

BAB I ...1

PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Batasan Masalah ...4

1.2.1 Model Matematika ...4

(11)

xi

1.2.3 Kondisi Batas ...5

1.2.4 Asumsi ...5

1.3 Tujuan Penelitian ...6

1.4 Manfaat penelitian ...6

BAB II ...7

LANDASAN TEORI ...7

2.1 Perpindahan Kalor ...7

2.2 Perpindahan Kalor Konduksi ...7

2.3 Konduktivitas termal ...9

2.4 Perpindahan Kalor Konveksi ...10

2.4.1 Perpindahan Kalor Konveksi Bebas ...12

2.4.2 Perpindahan Kalor Konveksi Paksa ...15

2.5 Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi ...18

2.6 Efisiensi Sirip (η) ...20

2.7 Efektifitas Sirip (ε) ...20

BAB III ...22

PERSAMAAN NUMERIK ...22

3.1 Prinsip Kesetimbangan Energi ...22

3.2 Persamaan Numerik dengan Metode Beda Hingga ...23

(12)

xii

3.2.2 Persamaan numerik untuk node di dalam sirip ...25

3.2.3 Persamaan numerik untuk node ditepi sirip ...28

3.2.4 persamaan numerik untuk node disudut sirip ...30

3.3 Perhitungan Numeris untuk Efisiensi dan Efektifitas Sirip ...32

BAB IV ...34

METODE PENELITIAN ...34

4.1 Benda Uji dan Kondisi Lingkungan ...34

4.2 Peralatan Pendukung Penelitian ...34

4.3 Metode Penelitian ...35

4.4 Variasi Penelitian ...37

4.5 Cara Pengambilan Data ...37

4.6 Cara Pengolahan Data ...38

BAB V ...39

HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN ...39

5.1 Hasil Perhitungan ...39

5.2 Pembahasan ...46

BAB VI ...48

KESIMPULAN DAN SARAN ...48

6.1 Kesimpulan ...48

(13)

xiii

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Berbagai jenis bentuk sirip ...2

Gambar 1. 2 Berbagai jenis muka sirip ...3

Gambar 2. 1 Perpindahan Kalor konduksi ...8

Gambar 2. 2 Heatsink pada prosesor komputer ...10

Gambar 2. 3 Perpindahan kalor konveksi ...11

Gambar 2. 4 Konveksi bebas ...12

Gambar 2. 5 Bilangan Grashof ...13

Gambar 2. 6 Perpindahan kalor konveksi paksa menggunakan kipas ...15

Gambar 2. 7 Kondisi aliran fluida pada permukaan rata ...15

Gambar 2. 8 Aliran laminer dan aliran turbulen ...19

Gambar 3. 1 Kesetimbangan energi pada volume kontrol ...23

Gambar 3. 2 Letak 4 node utama sirip ...24

Gambar 3. 3 Volume kontrol untuk node di dasar sirip ...25

Gambar 3. 4 Volume kontrol pada bagian dalam sirip ...26

Gambar 3. 5 Volume kontrol pada bagian tepi sirip ...28

Gambar 3. 6 Volume kontrol pada sudut sirip ...30

Gambar 4. 1 Pembagian volume kontrol pada sirip ...36

Gambar 4. 2 Penomoran volume kontrol ...36

Gambar 5. 1 Grafik hubungan efisiensi dengan L3/2(h/kAm)1/2 ...44

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konduktivitas termal berbagai bahan pada 0 0C ...9

Tabel 2.2 Konstanta untuk perpindahan kalor dari silinder ...16

Tabel 2. 3 Sifat-sifat udara pada tekanan atmosfer ...17

Tabel 2. 4 Sifat - Sifat air (Zat-cair jenuh) ...18

Tabel 2. 5 Nilai kira-kira koefisien perpindahan kalor konveksi ...19

Tabel 5. 1 Efisiensi dan efektifitas sirip dengan tebal (t) L/50 m ...40

Tabel 5. 2 Efisiensi dan efektifitas sirip dengan tebal (t) L/45 m ...41

Tabel 5. 3 Efisiensi dan efektifitas sirip dengan tebal (t) L/40 m ...41

Tabel 5. 4 Efisiensi dan efektifitas sirip dengan tebal (t) L/35 m ...42

Tabel 5. 5 Efisiensi dan efektifitas sirip dengan tebal (t) L/30 m ...42

Tabel 5. 6 Efisiensi dengan t=L/50, t=L/45 , t=L/40, t=L/35, t=L/30 ...43

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dalam dunia industri dan permesinan, faktor efisiensi dan prestasi kerja mesin yang baik sangat diharapkan. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk memperolehnya, antar lain dengan cara pendinginan. Untuk memperoleh proses pendinginan yang cepat pada suatu peralatan dapat digunakan sirip. Sirip digunakan untuk memperluas permukaan yang bersentuhan dengan fluida dengan tujuan mempercepat proses perpindahan kalor. Sirip banyak digunakan pada peralatan yang mempunyai suhu kerja yang lebih tinggi dari suhu lingkungan. Contoh penggunaan sirip dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemui pada peralatan elektronika, kendaraan bermotor (motor bakar), rangkaian komputer untuk mendinginkan prosesor, VGA, mainboard, dan lain – lain.

(17)

jumlah yang tidak sedikit. Listrik dalam jumlah tersebut berdampak pada panas berlebih.

Panas yang berlebih ini tentu dapat menyebabkan komputer menjadi hang. Pada tingkat yang lebih lanjut dapat menyebabkan kebakaran pada sirkuit yang ada di dalamnya. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, perusahaan atau pabrik pembuatan komputer menambahkan sirip untuk mempercepat proses pertukaran panas. Adapun berbagai bentuk sirip dapat dilihat pada Gambar 1.1.

(18)

Gambar 1. 2 Berbagai jenis muka sirip Keterangan Gambar 1.2

a. Sirip longitudinal (memanjang) dengan profil segi empat. b. Tabung silinder dengan sirip berprofil segi empat.

c. Sirip longitudinal dengan profil trapezoida. d. Sirip longitudinal dengan profil parabola.

e. Tabung silinder dengan sirip radial berprofil segi empat. f. Tabung silinder dengan sirip radial berprofil kerucut terpotong. g. Duri berbentuk silinder.

h. Duri berbentuk kerucut terpotong. i. Duri terpotong berbentuk parabola.

(19)

1.2Batasan Masalah

Sirip panjang L dengan luas penampang sama w x t, berada pada fluida yang mempunyai suhu lingkungan T∞ dan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h. Suhu dasar Tb. Persoalan yang harus diselesaikan adalah mendapatkan grafik hubungan antara efisiensi dengan L3/2(h/kAm)1/2 dan efektifitas sirip dengan L3/2(h/kAm)1/2 pada keadaan tunak.

1.2.1 Model Matematika

Model matematika untuk mendapatkan distribusi suhu kasus 2 dimensi keadaan tunak, dinyatakan dengan persamaan (1.1) :

………. (1.1)

Keterangan :

T : Suhu diposisi x dan y pada sirip, °C x : Posisi titik ditinjau dalam arah x, m y : Posisi titik ditinjau dalam arah y, m

h : Koefisien perpindahan kalor konveksi, W/m2°C T : Suhu fluida, °C

(20)

1.2.2 Geometri Benda Sirip

Gambar 1.2 Geometri sirip

1.2.3 Kondisi Batas

Semua permukaan sirip bersentuhan dengan fluida di sekitar sirip yang bersuhu T∞ dengan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h, kecuali pada dasar sirip mempunyai suhu tetap sebesar Tb.

1.2.4 Asumsi

Asumsi pada penelitian sirip ini adalah sebagai berikut : a. Suhu fluida di sekitar sirip merata, sebesar T∞.

b. Nilai koefisien perpindahan kalor merata konveksi h, merata.

(21)

d. Arah perpindahan konduksi hanya dua dimensi yaitu hanya dalam dua arah, arah x dan arah y.

e. Tidak ada pembangkit energi didalam sirip.

f. Tidak terjadi perpindahan kalor secara radiasi dari lingkunganya.

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan grafik hubungan antara (a) efisiensi (η) dengan L3/2(h/kAm)1/2, dan (b) efektifitas (ε) dengan L3/2(h/kAm)1/2.

1.4Manfaat penelitian

1. Sebagai referensi untuk penelitian yang sejenis.

(22)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perpindahan Kalor

Perpindahan Kalor adalah proses perpindahan kalor yang terjadi karena adanya perbedaan suhu antara daerah – daerah atau material tersebut. Jika kedua benda bersinggungan maka akan terjadi perpindahan kalor dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Ilmu perpindahan kalor tidak hanya mencoba menjelaskan bagaimana energi kalor itu berpindah dari satu benda ke benda lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi – kondisi tertentu. Perpindahan kalor terjadi pada sirip meliputi perpindahan kalor konduksi, perpindahan kalor konveksi, dan perpindahan kalor radiasi, perpindahan kalor radiasi pada sirip tidak ada maka dapat diabaikan.

2.2 Perpindahan Kalor Konduksi

(23)

Dalam perpindahan kalor konduksi ini dipakai rumusan umum sebagai berikut :

……….. (2.1)

Keterangan

q

:

= Perpindahan kalor, Watt.

k = Konduktivitas termal bahan, W/m°C, tegak lurus arah perpindahan kalor.

A = Luas permukaan benda, m2.

= Gradien suhu kearah perpindahan kalor,

(24)

2.3 Konduktivitas termal

Berdasarkan persamaan (2.1) sebagai rumusan persamaan dasar tentang konduktivitas termal, dapat dipakai nilai konduktivitas termal yang disajikan pada Tabel 2.1. Bahan yang mempunyai nilai konduktivitas termal tinggi dinamakan konduktor, sedangkan bahan yang nilai konduktivitas termal rendah disebut isolator. Konduktivitas termal dapat diartikan sebagai ukuran suatu bahan untuk mengalirkan kalor. Konduktivitas termal dilambangkan dengan k. Satuan konduktivitas termal adalah Watt per meter derajat Celcius (W/m 0C).

Tabel 2.1 Konduktivitas termal berbagai bahan pada 0 0C (Holman,1997, hal 7)

Tembaga (murni) 385

Aluminium (murni) 202

Nikel (murni) 93

Besi (murni) 73

Baja karbon, 1% C 43

Timbal (murni) 35

Baja krom-nikel 16,3

(18 % Cr, 8 % Ni)

Bukan Logam

Kuarsa (sejajar sumbu) 41.6

Magnesit 2,08-2,94

Kaca 0,78

Kayu mapel atau ek 0,17

(25)

2.4 Perpindahan Kalor Konveksi

Perpindahan kalor konveksi merupakan salah satu cara dari proses perpindahan kalor. Proses perpindahan kalor konveksi ditandai dengan adanya fluida yang bergerak, fluida yang bergerak dapat berupa gas maupun cair. Salah satu contoh konveksi dapat dilihat pada heatsink yang diperlihatkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Heatsink pada prosesor komputer

(26)

Gambar 2. 3 Perpindahan kalor konveksi

Dalam perpindahan kalor konveksi ini dipakai rumusan umum sebagai berikut :

q = hA ( Ts - T) ……….. (2.2)

Keterangan

1. Perpindahan kalor konveksi bebas. :

q = Perpindahan kalor, Watt

h = Koefisien perpindahan kalor konveksi, W/m2 oC

Ts = suhu permukaan dinding, oC

T = suhu fluida, oC

A = luas permukaan dinding yang bersentuhan dengan fluida, m2

Perpindahan kalor konveksi dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu:

(27)

2.4.1 Perpindahan Kalor Konveksi Bebas

Perpindahan kalor konveksi bebas merupakan salah satu cara dari proses perpindahan kalor. Proses perpindahan kalor konveksi bebas ditandai dengan adanya fluida yang bergerak yang dikarenakan beda massa jenisnya. Jadi pergerakan aliran fluida tidak disebabkan karena adanya alat bantu pergerakan ( seperti : fan, kipas angin, pompa, blower, dll. ). Contoh perpindahan kalor konveksi dapat ditemui pada kasus: memasak air. Semua air yang ada dalam panci dapat mendidih secara merata karena air melakukan pergerakan. Pergerakan air ini karena perbedaan massa jenis. Fluida yang mengalami pemanasan akan mengembang sehingga massa jenisnya lebih kecil dari fluida yang dingin. Secara skematis dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2. 4 Konveksi bebas

Untuk menghitung besarnya perpindahan kalor konveksi bebas, harus diketahui nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h terlebih dahulu. Untuk mencari nilai h, dapat dicari dari bilangan Nusselt. Karena bilangan Nusselt fungsi dari bilangan Rayleigh Ra, maka bilangan Ra harus dicari terlebih dahulu.

(28)

Bilangan Rayleigh disajikan pada persamaan (2.3) :

Secara skematis bilangan Grashof disajikan dalam Gambar 2.5.

Gambar 2. 5 Bilangan Grashof

(29)

d = Panjang karakteristik, untuk dinding vertikal dan lihat tabel 2.3).

Pr = Bilangan Prandtl (lihat tabel 2.3). Gr = Bilangan Grashof.

Melalui Bilangan Rayleigh yang telah diketahui, maka dapat dicari bilangan Nusselt dengan persamaan (Holman, 1997, hal 312):

a. Plat horizontal, muka dipanaskan menghadap ke atas.

a) Untuk Ra < 2.108, maka 3

b. Plat horizontal, muka dipanaskan menghadap ke bawah.

Untuk 106 < Ra < 1011, maka 3

Dari bilangan Nusselt (Nu) yang telah diketahui maka dapat diperoleh harga h, dengan menggunakan persamaan (2.9).

(30)

2.4.2 Perpindahan Kalor Konveksi Paksa

Proses perpindahan kalor konveksi paksa ditandai dengan adanya fluida yang bergerak yang dikarenakan adanya peralatan bantu. Alat bantu untuk menggerakkan fluida dapat berupa kipas, fan, blower (fluida kompresibel), pompa (fluida in kompresibel), dll.

Salah satu contoh perpindahan kalor konveksi paksa dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2. 6 Perpindahan kalor konveksi paksa menggunakan kipas

(31)

Untuk menghitung laju perpindahan kalor konveksi, harus diketahui terlebih dahulu nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h. Sedangkan untuk mencari nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h dapat dicari dengan bilangan Nusselt.

Tabel 2.2 Konstanta untuk perpindahan kalor dari silinder (Holman,1997,hal 271)

Konstanta yang terdapat pada tabel 2.2 disubstitusikan ke dalam persamaan (2.10), sehingga didapat harga h.

………...………... (2.10)

(32)

Keterangan h

:

= koefisien perpindahan kalor konveksi (W/m20C) d = Tinggi benda (m)

kf = Konduktivitas / hantaran termal dari fluida (lihat pada tabel 2.3), W/m 0C

C = Konstanta (lihat pada Tabel 2.2)

U∞ = Kecepatan aliran udara , m/s (lihat Tabel 2.2) v = Viskositas kinematik dari fluida, m2/s (Tabel 2.3) Pr = Bilangan Prandtl (lihat Tabel 2.3)

(33)

Tabel 2. 4 Sifat - Sifat air (Zat-cair jenuh) (Holman, 1997, hal 593)

2.5 Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi

Perpindahan kalor konduksi yang tergantung dari harga Konduktivitas termal k, maka perpindahan kalor konveksi bergantung dari koefisien perpindahan kalor h. Harga koefisien perpindahan kalor konveksi sangat bergantung pada variasi jenis aliran (laminar atau turbulen ), geometri benda yang dialiri fluida, sifat-sifat fluida. Koefisien perpindahan kalor konveksi juga sangat dipengaruhi oleh tipe konveksi (bebas atau paksa).

(34)

Gambar 2. 8 Aliran laminer dan aliran turbulen

Tabel 2.5 menyajikan harga kira-kira koefisien perpindahan kalor konveksi, yang disalin dari buku Holman halaman 12.

Tabel 2. 5 Nilai kira-kira koefisien perpindahan kalor konveksi

Modus h (W/m2 °C)

Konveksi bebas, ΔT = 300 C

Plat vertikal, tinggi 0,3m (1 ft) di udara 4,5

Silinder horisontal, diameter 5 cm di udara 6,5

Silinder horisontal, diameter 2 cm, dalam air 890

Konveksi paksa

Aliran udara 2 m/s di atas plat bujur sangkar 0,2 m 12 Aliran udara 3,5 m/s di atas plat bujur sangkar 0,75 m 75 Udara 2 atm di dalam tabung diameter 2,5 cm, kecepatan 10 m/s 65 Air 0,5 kg/s mengalir di dalam tabung 2,5 cm 3.500 Aliran udara melintas silinder diameter 5 cm, kecepatan 50 m/s 180

Air mendidih

Dalam kolam atau bejana 2.500-35.000

Mengalir dalam pipa 5.000-25.000

Pengembunan uap air, 1 atm

Muka vertikal 4.000-11.300

(35)

2.6 Efisiensi Sirip (η)

Efisiensi sirip merupakan perbandingan antara kalor yang sesungguhnya dilepas dengan kalor maksimum yang dapat dilepas oleh sirip, atau dapat dinyatakan dengan persamaan 2.12 :

……….. (2.12)

Keterangan η

:

= Efisiensi sirip

h = Koefisien perpindahan kalor konveksi, (W/m20C) As = Luas total permukaan sirip yang bersentuhan dengan

fluida, (m2)

Qact = Kalor sesungguhnya dilepas oleh sirip, (Watt) Qmaks = Kalor maksimal yang dilepas oleh sirip, (Watt) Tb = Suhu dasar sirip, (0C)

T∞ = Suhu fluida, (0C)

2.7 Efektifitas Sirip (ε)

Efektivitas sirip merupakan perbandingan antara kalor yang dilepas sesungguhnya dengan kalor yang dilepas seandainya tidak ada sirip atau tanpa sirip, dinyatakan dengan persamaan 2.13.

(36)

Keterangan :

ε = Efektivitas sirip

h = Koefisien perpindahan kalor konveksi (W/m20C). Qact = Kalor sesungguhnya dilepas oleh sirip, (Watt). Qnf = kalor tanpa sirip, (Watt)

Adsr = Luas permukaan sirip, (m2), Tb = Suhu dasar sirip, (0C). T = Suhu fluida, (0C).

Jika Efektivitas sirip, ε = 1 maka dapat dikatakan penambahan sirip tidak

mempengaruhi laju perpindahan kalor. Efektivitas sirip, ε >1 menunjukkan sirip berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu untuk memperbesar laju aliran kalor. Efektivitas sirip, ε < 1 berarti sirip berfungsi sebagai “isolator”, sirip menghambat

(37)

22

BAB III

PERSAMAAN NUMERIK

Persamaan numerik yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah persamaan yang didapat dari metode beda hingga. Suatu metode dengan terlebih dahulu menentukan node-node sekitar (berupa volume kontrol) dan prinsip kesetimbangan energi (hukum termodinamika pertama). Volume kontrol adalah ruang yang dibatasi oleh kontrol permukaan, namun energi dapat lewat.

3.1 Prinsip Kesetimbangan Energi

Persamaan numerik pada suatu volume kontrol harus memenuhi prinsip dasar energi (hukum termodinamika pertama), yaitu hukum kekekalan energi. Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, namun hanya berubah bentuk dapat dilihat pada Gambar 3.1. Prinsip kesetimbangan energi pada volume kontrol sirip dapat dilihat pada persamaan umum (3.1).

(38)

Gambar 3. 1 Kesetimbangan energi pada volume kontrol

Ein -Eout = 0 ………(3.1)

Keterangan :

Ein = Energi yang masuk ke dalam volume kontrol. Eout = Energi yang keluar dari volume kontrol.

3.2 Persamaan Numerik dengan Metode Beda Hingga

Persamaan numerik untuk tiap node pada sirip digolongkan ke dalam 4 node utama, yaitu node di dasar sirip, node di dalam sirip, node di tepi / rusuk sirip dan node di sudut sirip. Hal ini secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 3.2. Dari 4 node utama ini didapatkan 4 persamaan numerik utama dengan penyelesaian metode beda hingga.

(39)

Gambar 3. 2 Letak 4 node utama sirip Persamaan numerik di setiap node utama tersebut adalah:

(40)

3.2.1 Persamaan numerik untuk node di dasar sirip

Gambar 3. 3 Volume kontrol untuk node di dasar sirip

Persamaan numerik untuk node didasar sirip, berlaku untuk i = 0. Dalam persoalaan ini, node didasar sirip ditentukan sebesar Tb.

3.2.2 Persamaan numerik untuk node di dalam sirip

(41)

Gambar 3. 4 Volume kontrol pada bagian dalam sirip Kesetimbangan energi :

(42)

q1 + q2 + q3+q4+ q5+ q6= 0 Δx = Δy

……… (3.7)

Keterangan

= Suhu fluida, 0C. :

(43)

k = konduktifitas termal bahan sirip, W/m˚C.

A = Luas permukaan sirip pada node i (m2), yang bersentuhan dengan fluida.

h = Koefisien perpindahan kalor konveksi fluida, W/m2. 0C. Δx = jarak antara Ti,j+1 dan Ti-1,j

3.2.3 Persamaan numerik untuk node ditepi sirip

(44)

………. (3.8) ………. (3.9) ………. (3.10) ………. (3.11) ………. (3.12) ………. (3.13)

∆x = ∆y

(45)

……….. (3.14)

3.2.4 persamaan numerik untuk node disudut sirip

(46)

Pada Gambar 3.7 terlihat bagian sudut sirip. Perpindahan kalor yang terjadi pada bagian sudut sirip adalah perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi. Secara umum kesetimbangan energi yang berlaku pada volume kontrol dinyatakan sebagai berikut:

………… (3.15) ………… (3.16) ………… (3.17) ………… (3.18) ………… (3.19)

∆x = ∆y

(47)

……… (3.20)

3.3 Perhitungan Numeris untuk Efisiensi dan Efektifitas Sirip

Efisiensi

Perhitungan secara numerik, persamaan yang dipergunakan untuk menghitung efisiensi dapat dilihat pada persamaan (2.12) sebagai berikut:

………... (3.21)

Dengan :

= Suhu volume kontrol pada sirip di posisi i,j(0C).

(48)

Efektifitas

Perhitungan secara numerik, persamaan yang dipergunakan untuk menghitung efektifitas dapat dilihat pada persamaan (2.13) sebagai berikut:

……… (3.22)

Dengan :

= Efektifitas sirip

= Suhu volume kontrol pada sirip di posisi i,j (0C)

= Luas permukaan dari volume kontrol yang bersentuhan dengan fluida (m2)

(49)

34

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Benda Uji dan Kondisi Lingkungan

Benda uji yang berupa sirip lurus terbuat dari logam dengan penampang berbentuk persegi empat, terlihat seperti pada Gambar 1.2. Ukuran sirip ditentukan sebagai berikut: Panjang (L) = 5 cm, lebar (W) = 5 cm, tebal (t) divariasikan. Bahan dari aluminium. Suhu sirip ditentukan sebesar Tb = 100 0C, sedangkan kondisi fluida disekitar sirip T = 30 0C, dan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h divariasikan.

4.2 Peralatan Pendukung Penelitian

Ada 2 macam peralatan pendukung penelitian yaitu perangkat keras dan perangkat lunak, sebagai berikut:

a. Perangkat keras

- Type komputer Processor Intel Core 2 Duo 2,67 GHz, 2 Gb Memory of RAM, VGA 512 Mb.

- Printer Epson Stylus C45 b. Perangkat lunak

(50)

- AutoCad 2009

4.3 Metode Penelitian

a. Metode yang dipakai untuk menghitung distribusi suhu pada sirip adalah metode komputasi dengan mempergunakan metode beda hingga. Hasil distribusi suhu pada sirip yang diperoleh digunakan untuk menghitung: Laju aliran kalor, efisiensi sirip, dan efektifitas sirip.

(51)

Gambar 4. 1 Pembagian volume kontrol pada sirip

(52)

Keterangan benda uji:

Jumlah node = 225 node

∆x = 1 cm = 0,01 m

∆y = 1 cm = 0,01 m

b. Menuliskan persamaan numerik pada setiap node dengan metode beda hingga. Gunakan persamaaan (3.7), persamaan (3.14), persamaan (3.20). c. Membuat program sesuai dengan bahasa pemograman yang diperlukan. d. Memasukkan data-data yang dibutuhkan untuk mengetahui besar suhu pada

setiap node.

e. Nilai suhu yang dihasilkan dipergunakan untuk menghitung laju aliran kalor, efisiensi dan efektifitas sirip.

f. Membuat grafik hubungan efisiensi dengan L3/2(h/kAm)1/2 dan efektifitas sirip dengan L3/2(h/kAm)1/2, dengan memvariasikan nilai h.

g. Perhitungan diulang untuk nilai t yang berbeda.

4.4 Variasi Penelitian

Variasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

a. Ukuran tebal (t) = : m

b. Nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h atau L3/2(h/kAm)1/2

4.5 Cara Pengambilan Data

(53)

program, input program dimasukkan. Hasil perhitungan dicatat untuk memperoleh data-data penelitian.

4.6 Cara Pengolahan Data

(54)

39

BAB V

HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

Perhitungan distribusi suhu pada sirip berbentuk penampang segi empat berbahan logam aluminium ini dilakukan dengan metode beda hingga yang telah dirumuskan dalam program Microsoft Excel dengan memvariasikan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi (h) serta tebal (t) sirip. Suhu dasar sirip dipertahankan tetap Tb = 100 0C dan suhu disekitar sirip T∞ = 30 0C.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pencarian distribusi suhu adalah adanya persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan keadaan yang stabil yaitu jika digambarkan dalam bentuk grafik maka garis perjalanan suhu pada posisi titik tertentu dari benda akan tampak mulus (smooth), dan pada akhirnya akan menuju suhu tunak.

5.1 Hasil Perhitungan

(55)

Hasil perhitungan yang didapat dari penelitian, disajikan dalam bentuk tabel dan digambarkan dalam bentuk grafik. Hasil perhitungan sirip yang akan dianalisa dalam bentuk grafik adalah hubungan efisiensi dengan L3/2(h/kAm)1/2 dan efektifitas sirip dengan L3/2(h/kAm)1/2. Berikut disajikan tabel efisiensi dan efektifitas sirip:

Tabel 5. 1 Efisiensi dan efektifitas sirip dengan tebal (t) L/50 m

(56)

Tabel 5. 2 Efisiensi dan efektifitas sirip dengan tebal (t) L/45 m

Tabel 5. 3 Efisiensi dan efektifitas sirip dengan tebal (t) L/40 m

(57)

Tabel 5. 4 Efisiensi dan efektifitas sirip dengan tebal (t) L/35 m

Tabel 5. 5 Efisiensi dan efektifitas sirip dengan tebal (t) L/30 m

(58)

Dari Tabel 5.6 dan Tabel 5.7, maka dapat di buat grafik hubungan efisiensi dengan L3/2(h/kAm)1/2 dan efektifitas sirip dengan L3/2(h/kAm)1/2. Grafik efisiensi dan efektifitas sirip dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2.

Tabel 5. 6 Efisiensi dengan t=L/50, t=L/45 , t=L/40, t=L/35, t=L/30

h,

Lc3/2(h/kAm)0.5 Efisiensi (%)

W/m20C t=L/50 m t=L/45 m t=L/40 m t=L/35 m t=L/30 m

Tabel 5. 7 Efektifitas dengan t=L/50, t=L/45, t=L/40, t=L/35, t=L/30

h,

Lc3/2(h/kAm)0.5 Efektifitas

(59)

Gambar 5. 1 Grafik hubungan efisiensi dengan L3/2(h/kAm)1/2 dengan L3/2(h/kA

m)1/2

(60)

Gambar 5. 2 Grafik hubungan efektifitas sirip dengan L3/2(h/kAm)1/2 dengan L3/2(h/kA

m)1/2

(61)

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan, yang telah disajikan pada Tabel 5.6, Tabel 5.7, dan disajikan pada Gambar 5.1, Gambar 5.2, maka dapat diperoleh informasi sebagai berikut:

1. Nilai efisiensi dipengaruhi oleh tebal sirip (untuk nilai L3/2(h/kAm)1/2 yang sama). Semakin tebal sirip, efisiensi sirip semakin tinggi. Misalnya untuk L3/2(h/kAm)1/2 = 1,107, untuk t = L/50 m, t = L/45 m, t = L/40 m, t = L/35 m, t= L/30 m berturut- turut nilai efisiensinya adalah 22,8 % ; 24,0 % ; 25,3 % ; 27,0 % ; 28,9 % (Tabel 5.6). Jadi nilai efisiensi pada kondisi ini yang paling tinggi dimiliki sirip dengan tebal t = L/30 m. (L = 0,05 m). Hal ini disebabkan karena semakin tebal sirip distribusi suhu yang dihasilkan semakin tinggi. Dengan semakin tinggi distribusi suhu, maka perbedaan suhu sirip dengan fluida disekitar sirip semakin tinggi, akibat kalor yang dilepas kalor semakin besar. Dengan semakin besarnya kalor yang dilepas sirip, efisiensi semakin tinggi.

(62)

kecil. Dengan demikian, kalor yang dilepas tanpa sirip semakin kecil, akibatnya efektifitas sirip semakin besar.

3. Untuk mendapatkan nilai efisiensi besar, maka nilai L3/2(h/kAm)1/2dapat diambil sekecil - kecilnya. Misal untuk nilai L3/2(h/kAm)1/2 (t = L/50 m) = 1,107 ; 1,566 ; 1,917 ; 2,712 ; 3,835 , nilai efisiensi berturut – turut , efisiensi = 22,8 % ; 16,4 % ; 13,5 % ; 9,9 % ; 7,4 %. Untuk mendapatkan nilai L3/2(h/kAm)1/2 yang kecil, dapat dilakukan dengan memperkecil nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h, dengan catatan bentuk, ukuran sirip, dan bahan sirip tetap. Untuk memperkecil nilai h, dapat dilakukan dengan cara memperkecil kecepatan aliran fluida yang melintasi sirip, atau mengganti jenis fluida yang menyebabkan nilai h kecil.

4. Untuk mendapatkan nilai L3/2(h/kAm)1/2 tertentu, maka dapat dilakukan dengan merubah variabel L, t, w, h, k.

(63)

48

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian sirip penampang segi empat berbahan aluminium 2 dimensi keadaan tunak, ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai kesimpulan, yaitu:

1. Nilai efisiensi sirip dipengaruhi tebal sirip, semakin tebal, efisiensi semakin tinggi.

2. Nilai efektifitas sirip dipengaruhi tebal sirip, semakin tipis, efektifitas semakin tinggi.

3. Untuk mendapatkan nilai efisiensi yang tinggi, nilai L3/2(h/kAm)1/2 dapat diambil kecil.

4. Untuk mendapatkan nilai efektifitas yang tinggi, nilai L3/2(h/kAm)1/2 dapat diambil kecil.

5. Efisiensi yang paling tinggi (untuk nilai L = W = 0,05 m) dimiliki sirip dengan tebal m kemudian diikuti m, m, m, dan

m.

6. Efektifitas yang paling tinggi dimiliki sirip dengan tebal m dan diikuti

(64)

6.2 Saran

Penelitian terhadap sirip penampang segi empat diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Beberapa saran yang dapat diberikan :

1. Jika volume kontrol dengan ukuran (t, Δx, Δy) semakin kecil didapatkan hasil perhitungan yang lebih akurat. Tapi akan mengakibatkan waktu penyelesaian yang dibutuhkan lebih lama. Permasalahan akan sangat terbantu dengan kapasitas prosesor yang lebih tinggi.

2. Dalam pembuatan program komputasi metode beda hingga dengan memakai Microsoft Excel, disarankan mengerjakan dengan penuh ketelitian dan jangan terburu-buru ingin cepat selesai sehingga akan mengurangi kesalahan yang terjadi.

3. Pertimbangan lanjut di dalam pemilihan sirip untuk kasus sirip, jangan hanya terpaku pada hasil efisiensi dan efektifitas, tapi juga bisa dilihat dari distribusi suhunya.

(65)

50

DAFTAR RUMUS PERSAMAAN DI TIAP NODE

PADA SIRIP

1. Node 1

Persamaan yang digunakan untuk node 1 yaitu sebagai berikut:

2. Node 2

Persamaan yang digunakan untuk node 2 yaitu sebagai berikut:

3. Node 3

Persamaan yang digunakan untuk node 3 yaitu sebagai berikut:

4. Node 4

Persamaan yang digunakan untuk node 4 yaitu sebagai berikut:

5. Node 5

(66)

6. Node 6

Persamaan yang digunakan untuk node 6 yaitu sebagai berikut:

7. Node 7

Persamaan yang digunakan untuk node 7 yaitu sebagai berikut:

8. Node 8

Persamaan yang digunakan untuk node 8 yaitu sebagai berikut:

9. Node 9

Persamaan yang digunakan untuk node 9 yaitu sebagai berikut:

10.Node 10

(67)

11.Node 11

Persamaan yang digunakan untuk node 11 yaitu sebagai berikut:

12.Node 12

Persamaan yang digunakan untuk node 12 yaitu sebagai berikut:

13.Node 13

Persamaan yang digunakan untuk node 13 yaitu sebagai berikut:

14.Node 14

Persamaan yang digunakan untuk node 14 yaitu sebagai berikut:

15.Node 15

(68)

16.Node 16

Persamaan yang digunakan untuk node 16 yaitu sebagai berikut:

17.Node 17

Persamaan yang digunakan untuk node 17 yaitu sebagai berikut:

18.Node 18

Persamaan yang digunakan untuk node 18 yaitu sebagai berikut:

19.Node 19

(69)

20.Node 20

Persamaan yang digunakan untuk node 20 yaitu sebagai berikut:

21.Node 21

Persamaan yang digunakan untuk node 21 yaitu sebagai berikut:

22.Node 22

Persamaan yang digunakan untuk node 22 yaitu sebagai berikut:

23.Node 23

(70)

24.Node 24

Persamaan yang digunakan untuk node 24 yaitu sebagai berikut:

25.Node 25

Persamaan yang digunakan untuk node 25 yaitu sebagai berikut:

26.Node 26

Persamaan yang digunakan untuk node 26 yaitu sebagai berikut:

27.Node 27

(71)

28.Node 28

Persamaan yang digunakan untuk node 28 yaitu sebagai berikut:

29.Node 29

Persamaan yang digunakan untuk node 29 yaitu sebagai berikut:

30.Node 30

Persamaan yang digunakan untuk node 30 yaitu sebagai berikut:

31.Node 31

Persamaan yang digunakan untuk node 31 yaitu sebagai berikut:

32.Node 32

(72)

33.Node 33

Persamaan yang digunakan untuk node 33 yaitu sebagai berikut:

34.Node 34

Persamaan yang digunakan untuk node 34 yaitu sebagai berikut:

35.Node 35

Persamaan yang digunakan untuk node 35 yaitu sebagai berikut:

36.Node 36

(73)

37.Node 37

Persamaan yang digunakan untuk node 37 yaitu sebagai berikut:

38.Node 38

Persamaan yang digunakan untuk node 38 yaitu sebagai berikut:

39.Node 39

Persamaan yang digunakan untuk node 39 yaitu sebagai berikut:

40.Node 40

(74)

41.Node 41

Persamaan yang digunakan untuk node 41 yaitu sebagai berikut:

42.Node 42

Persamaan yang digunakan untuk node 42 yaitu sebagai berikut:

43.Node 43

Persamaan yang digunakan untuk node 43 yaitu sebagai berikut:

44.Node 44

(75)

45.Node 45

Persamaan yang digunakan untuk node 45 yaitu sebagai berikut:

46.Node 46

Persamaan yang digunakan untuk node 46 yaitu sebagai berikut:

47.Node 47

Persamaan yang digunakan untuk node 47 yaitu sebagai berikut:

48.Node 48

Persamaan yang digunakan untuk node 48 yaitu sebagai berikut:

49.Node 49

(76)

50.Node 50

Persamaan yang digunakan untuk node 50 yaitu sebagai berikut:

51.Node 51

Persamaan yang digunakan untuk node 51 yaitu sebagai berikut:

52.Node 52

Persamaan yang digunakan untuk node 52 yaitu sebagai berikut:

53.Node 53

(77)

54.Node 54

Persamaan yang digunakan untuk node 54 yaitu sebagai berikut:

55.Node 55

Persamaan yang digunakan untuk node 55 yaitu sebagai berikut:

56.Node 56

Persamaan yang digunakan untuk node 56 yaitu sebagai berikut:

57.Node 57

(78)

58.Node 58

Persamaan yang digunakan untuk node 58 yaitu sebagai berikut:

59.Node 59

Persamaan yang digunakan untuk node 59 yaitu sebagai berikut:

60.Node 60

Persamaan yang digunakan untuk node 60 yaitu sebagai berikut:

61.Node 61

Persamaan yang digunakan untuk node 61 yaitu sebagai berikut:

62.Node 62

(79)

63.Node 63

Persamaan yang digunakan untuk node 63 yaitu sebagai berikut:

64.Node 64

Persamaan yang digunakan untuk node 64 yaitu sebagai berikut:

65.Node 65

Persamaan yang digunakan untuk node 65 yaitu sebagai berikut:

66.Node 66

(80)

67.Node 67

Persamaan yang digunakan untuk node 67 yaitu sebagai berikut:

68.Node 68

Persamaan yang digunakan untuk node 68 yaitu sebagai berikut:

69.Node 69

Persamaan yang digunakan untuk node 69 yaitu sebagai berikut:

70.Node 70

(81)

71.Node 71

Persamaan yang digunakan untuk node 71 yaitu sebagai berikut:

72.Node 72

Persamaan yang digunakan untuk node 72 yaitu sebagai berikut:

73.Node 73

Persamaan yang digunakan untuk node 73 yaitu sebagai berikut:

74.Node 74

(82)

75.Node 75

Persamaan yang digunakan untuk node 75 yaitu sebagai berikut:

76.Node 76

Persamaan yang digunakan untuk node 76 yaitu sebagai berikut:

77.Node 77

Persamaan yang digunakan untuk node 77 yaitu sebagai berikut:

78.Node 78

Persamaan yang digunakan untuk node 78 yaitu sebagai berikut:

79.Node 79

(83)

80.Node 80

Persamaan yang digunakan untuk node 80 yaitu sebagai berikut:

81.Node 81

Persamaan yang digunakan untuk node 81 yaitu sebagai berikut:

82.Node 82

Persamaan yang digunakan untuk node 82 yaitu sebagai berikut:

83.Node 83

(84)

84.Node 84

Persamaan yang digunakan untuk node 84 yaitu sebagai berikut:

85.Node 85

Persamaan yang digunakan untuk node 85 yaitu sebagai berikut:

86.Node 86

Persamaan yang digunakan untuk node 86 yaitu sebagai berikut:

87.Node 87

(85)

88.Node 88

Persamaan yang digunakan untuk node 88 yaitu sebagai berikut:

89.Node 89

Persamaan yang digunakan untuk node 89 yaitu sebagai berikut:

90.Node 90

Persamaan yang digunakan untuk node 90 yaitu sebagai berikut:

91.Node 91

Persamaan yang digunakan untuk node91 yaitu sebagai berikut:

92.Node 92

(86)

93.Node 93

Persamaan yang digunakan untuk node 93 yaitu sebagai berikut:

94.Node 94

Persamaan yang digunakan untuk node 94 yaitu sebagai berikut:

95.Node 95

Persamaan yang digunakan untuk node 95 yaitu sebagai berikut:

96.Node 96

(87)

97.Node 97

Persamaan yang digunakan untuk node 97 yaitu sebagai berikut:

98.Node 98

Persamaan yang digunakan untuk node 98 yaitu sebagai berikut:

99.Node 99

Persamaan yang digunakan untuk node 99 yaitu sebagai berikut:

100. Node 100

(88)

101. Node 101

Persamaan yang digunakan untuk node 101 yaitu sebagai berikut:

102. Node 102

Persamaan yang digunakan untuk node 102 yaitu sebagai berikut:

103. Node 103

Persamaan yang digunakan untuk node 103 yaitu sebagai berikut:

104. Node 104

(89)

105. Node 105

Persamaan yang digunakan untuk node 105 yaitu sebagai berikut:

106. Node 106

Persamaan yang digunakan untuk node 106 yaitu sebagai berikut:

107. Node 107

Persamaan yang digunakan untuk node 107 yaitu sebagai berikut:

108. Node 108

Persamaan yang digunakan untuk node 108 yaitu sebagai berikut:

109. Node 109

(90)

110. Node 110

Persamaan yang digunakan untuk node 110 yaitu sebagai berikut:

111. Node 111

Persamaan yang digunakan untuk node 111 yaitu sebagai berikut:

112. Node 112

Persamaan yang digunakan untuk node 112 yaitu sebagai berikut:

113. Node 113

(91)

114. Node 114

Persamaan yang digunakan untuk node 114 yaitu sebagai berikut:

115. Node 115

Persamaan yang digunakan untuk node 115 yaitu sebagai berikut:

116. Node 116

Persamaan yang digunakan untuk node 116 yaitu sebagai berikut:

117. Node 117

(92)

118. Node 118

Persamaan yang digunakan untuk node 118 yaitu sebagai berikut:

119. Node 119

Persamaan yang digunakan untuk node 119 yaitu sebagai berikut:

120. Node 120

Persamaan yang digunakan untuk node 120 yaitu sebagai berikut:

121. Node 121

Persamaan yang digunakan untuk node 121 yaitu sebagai berikut:

122. Node 122

(93)

123. Node 123

Persamaan yang digunakan untuk node 123 yaitu sebagai berikut:

124. Node 124

Persamaan yang digunakan untuk node 124 yaitu sebagai berikut:

125. Node 125

Persamaan yang digunakan untuk node 125 yaitu sebagai berikut:

126. Node 126

(94)

127. Node 127

Persamaan yang digunakan untuk node 127 yaitu sebagai berikut:

128. Node 128

Persamaan yang digunakan untuk node 128 yaitu sebagai berikut:

129. Node 129

Persamaan yang digunakan untuk node 129 yaitu sebagai berikut:

130. Node 130

(95)

131. Node 131

Persamaan yang digunakan untuk node 131 yaitu sebagai berikut:

132. Node 132

Persamaan yang digunakan untuk node 132 yaitu sebagai berikut:

133. Node 133

Persamaan yang digunakan untuk node 133 yaitu sebagai berikut:

134. Node 134

(96)

135. Node 135

Persamaan yang digunakan untuk node 135 yaitu sebagai berikut:

136. Node 136

Persamaan yang digunakan untuk node 136 yaitu sebagai berikut:

137. Node 137

Persamaan yang digunakan untuk node 137 yaitu sebagai berikut:

138. Node 138

Persamaan yang digunakan untuk node 138 yaitu sebagai berikut:

139. Node 139

(97)

140. Node 140

Persamaan yang digunakan untuk node 140 yaitu sebagai berikut:

141. Node 141

Persamaan yang digunakan untuk node 141 yaitu sebagai berikut:

142. Node 142

Persamaan yang digunakan untuk node 142 yaitu sebagai berikut:

143. Node 143

(98)

144. Node 144

Persamaan yang digunakan untuk node 144 yaitu sebagai berikut:

145. Node 145

Persamaan yang digunakan untuk node 145 yaitu sebagai berikut:

146. Node 146

Persamaan yang digunakan untuk node 146 yaitu sebagai berikut:

147. Node 147

(99)

148. Node 148

Persamaan yang digunakan untuk node 148 yaitu sebagai berikut:

149. Node 149

Persamaan yang digunakan untuk node 149 yaitu sebagai berikut:

150. Node 150

Persamaan yang digunakan untuk node 150 yaitu sebagai berikut:

151. Node 151

Persamaan yang digunakan untuk node 151 yaitu sebagai berikut:

152. Node 152

(100)

153. Node 153

Persamaan yang digunakan untuk node 153 yaitu sebagai berikut:

154. Node 154

Persamaan yang digunakan untuk node 154 yaitu sebagai berikut:

155. Node 155

Persamaan yang digunakan untuk node 155 yaitu sebagai berikut:

156. Node 156

(101)

157. Node 157

Persamaan yang digunakan untuk node 157 yaitu sebagai berikut:

158. Node 158

Persamaan yang digunakan untuk node 158 yaitu sebagai berikut:

159. Node 159

Persamaan yang digunakan untuk node 159 yaitu sebagai berikut:

160. Node 160

(102)

161. Node 161

Persamaan yang digunakan untuk node 161 yaitu sebagai berikut:

162. Node 162

Persamaan yang digunakan untuk node 162 yaitu sebagai berikut:

163. Node 163

Persamaan yang digunakan untuk node 163 yaitu sebagai berikut:

164. Node 164

(103)

165. Node 165

Persamaan yang digunakan untuk node 165 yaitu sebagai berikut:

166. Node 166

Persamaan yang digunakan untuk node166 yaitu sebagai berikut:

167. Node 167

Persamaan yang digunakan untuk node 167 yaitu sebagai berikut:

168. Node 168

Persamaan yang digunakan untuk node 168 yaitu sebagai berikut:

169. Node 169

(104)

170. Node 170

Persamaan yang digunakan untuk node 170 yaitu sebagai berikut:

171. Node 171

Persamaan yang digunakan untuk node 171 yaitu sebagai berikut:

172. Node 172

Persamaan yang digunakan untuk node 172 yaitu sebagai berikut:

173. Node 173

(105)

174. Node 174

Persamaan yang digunakan untuk node 174 yaitu sebagai berikut:

175. Node 175

Persamaan yang digunakan untuk node 175 yaitu sebagai berikut:

176. Node 176

Persamaan yang digunakan untuk node 176 yaitu sebagai berikut:

177. Node 177

(106)

178. Node 178

Persamaan yang digunakan untuk node 178 yaitu sebagai berikut:

179. Node 179

Persamaan yang digunakan untuk node 179 yaitu sebagai berikut:

180. Node 180

Persamaan yang digunakan untuk node 180 yaitu sebagai berikut:

181. Node 181

Persamaan yang digunakan untuk node 181 yaitu sebagai berikut:

182. Node 182

(107)

183. Node 183

Persamaan yang digunakan untuk node 183 yaitu sebagai berikut:

184. Node 184

Persamaan yang digunakan untuk node 184 yaitu sebagai berikut:

185. Node 185

Persamaan yang digunakan untuk node 185 yaitu sebagai berikut:

186. Node 186

(108)

187. Node 187

Persamaan yang digunakan untuk node 187 yaitu sebagai berikut:

188. Node 188

Persamaan yang digunakan untuk node 188 yaitu sebagai berikut:

189. Node 189

Persamaan yang digunakan untuk node 189 yaitu sebagai berikut:

190. Node 190

(109)

191. Node 191

Persamaan yang digunakan untuk node 191 yaitu sebagai berikut:

192. Node 192

Persamaan yang digunakan untuk node 192 yaitu sebagai berikut:

193. Node 193

Persamaan yang digunakan untuk node 193 yaitu sebagai berikut:

194. Node 194

(110)

195. Node 195

Persamaan yang digunakan untuk node 195 yaitu sebagai berikut:

196. Node 196

Persamaan yang digunakan untuk node 196 yaitu sebagai berikut:

197. Node 197

Persamaan yang digunakan untuk node 197 yaitu sebagai berikut:

198. Node 198

Persamaan yang digunakan untuk node 198 yaitu sebagai berikut:

199. Node 199

(111)

200. Node 200

Persamaan yang digunakan untuk node 200 yaitu sebagai berikut:

201. Node 201

Persamaan yang digunakan untuk node 201 yaitu sebagai berikut:

202. Node 202

Persamaan yang digunakan untuk node 202 yaitu sebagai berikut:

203. Node 203

(112)

204. Node 204

Persamaan yang digunakan untuk node 204 yaitu sebagai berikut:

205. Node 205

Persamaan yang digunakan untuk node 205 yaitu sebagai berikut:

206. Node 206

Persamaan yang digunakan untuk node 206 yaitu sebagai berikut:

207. Node 207

(113)

208. Node 208

Persamaan yang digunakan untuk node 208 yaitu sebagai berikut:

209. Node 209

Persamaan yang digunakan untuk node 209 yaitu sebagai berikut:

210. Node 210

Persamaan yang digunakan untuk node 210 yaitu sebagai berikut:

211. Node 211

Persamaan yang digunakan untuk node 211 yaitu sebagai berikut:

212. Node 212

(114)

213. Node 213

Persamaan yang digunakan untuk node 213 yaitu sebagai berikut:

214. Node 214

Persamaan yang digunakan untuk node 214 yaitu sebagai berikut:

215. Node 215

Persamaan yang digunakan untuk node 215 yaitu sebagai berikut:

216. Node 216

Persamaan yang digunakan untuk node 216 yaitu sebagai berikut:

217. Node 217

(115)

218. Node 218

Persamaan yang digunakan untuk node 218 yaitu sebagai berikut:

219. Node 219

Persamaan yang digunakan untuk node 219 yaitu sebagai berikut:

220. Node 220

Persamaan yang digunakan untuk node 220 yaitu sebagai berikut:

221. Node 221

Persamaan yang digunakan untuk node 221 yaitu sebagai berikut:

222. Node 222

(116)

223. Node 223

Persamaan yang digunakan untuk node 223 yaitu sebagai berikut:

224. Node 224

Persamaan yang digunakan untuk node 224 yaitu sebagai berikut:

225. Node 225

Persamaan yang digunakan untuk node 225 yaitu sebagai berikut:

Keterangan k

:

= Konduktifitas termal bahan sirip, W/m˚C.

h = Koefisien perpindahan kalor konveksi, W/m20C. t = Tebal sirip, m.

T = Suhu sirip, (0C). T = Suhu fluida, (0C).

(117)

102

DAFTAR PUSTAKA

Cengel, Yunus A., 2002, Heat Transfer a Practical Approach, New York: The Mc Graw-Hill.

Holman, J.P., 1997, Perpindahan Kalor, Jakarta: Erlangga.

Incropera, Frank P dan Witt, David P.De., 1981, Second Edition, Fundamentals of Heat and Mass Transfer, United States of America.

S.W, Antonius, 2007, Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor,dan Efektifitas Pada Sirip Benda Putar 1 Dimensi Keadaan Tak Tunak Dengan k = k (T),

Gambar

Gambar 1. 1 Berbagai jenis bentuk sirip
Gambar 1. 2 Berbagai jenis muka sirip
Gambar 1.2 Geometri sirip
Gambar 2. 1 Perpindahan Kalor konduksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Keberhasilan Penyembuhan Luka pada Pasien Pasca Operasi di Bangsal Arofah dan Marwah RS PKU

Berdasarkan hal tersebut maka untuk menciptakan nilai tambah dari produksi minyak sawit perusahaan perkebunan, sudah saatnya membangun industri hilir minyak sawit yang

Penetapan harga dasar gabah dan harga atap beras di tingkat konsumen lebih rendah daripada harga keseimbangan di pasar dengan tidak ada subsidi kepada produsen maka

BB 2757 MI yang dikemudikan oleh korban Marmeilin Sipahutar (meninggal dunia) dengan cara terdakwa keluar dari kantor CU Pinangsori lalu pergi dengan mengendarai

Jika data pada register A lebih besar atau sama dengan data yang ada pada Simbol maka akan dilakukan proses penghapusan carry flag dan pengurangan, dimana data register A dikurang

Agenda : Membahas isu-isu terkait Hubungan Pusat dan Daerah serta antar Daerah dengan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia dan Asosiasi Pemerintah Kota

Identifikasi masalah yang diambil dalam penulisan skripsi ini mengenai perancangan aplikasi client-sever untuk pengiriman data antara dua komputer ( Client- Server )

Dengan berkembangnya jenis dan volume kegiatan atau usaha yang memanfaatkan kayu dari hutan hak dan/atau tanah milik, sebenarnya membawa manfaat yang besar dalam