• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOTULEN RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMITE I MASA SIDANG I TAHUN SIDANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NOTULEN RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMITE I MASA SIDANG I TAHUN SIDANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

l

n

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

---

NOTULEN

RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMITE I

MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2014-2015

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA

---

1.

H a r i

: Rabu

2.

Tanggal

: 23 Oktober 2014

3.

Waktu

: 10.00 WIB – Selesai

4.

Tempat

: Ruang Rapat Komite I, Lt.2 Ged. B

5.

Pimpinan

: 1.

Drs. H. Akhmad Muqowam;

2.

Benny Rhamdani;

3.

H. Fachrul Razi, M.I.P.

6.

Kepala Bagian

: Sudarman, SH.,MH.

7.

Agenda

: Membahas isu-isu terkait Hubungan

Pusat dan Daerah serta antar Daerah

dengan

Asosiasi

Pemerintah

Kabupaten Seluruh Indonesia dan

Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh

Indonesia.

SEKRETARIAT

KOMITE I

DPD RI

2014

(2)

1

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA ---

NOTULEN

RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMITE I MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2014-2015

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

---

1. H a r i : Rabu

2. Tanggal : 23 Oktober 2014

3. Waktu : 10.00 WIB - Selesai

4. Tempat : Ruang Rapat Komite I, Lt.2 Ged.B

5. Pimpinan : 1. Drs. H. Akhmad Muqowam;

2. Benny Rhamdani;

1. H. Fachrul Razi, M.I.P

6. Kepala Bagian : Sudarman, SH.,MH.

7. Agenda : Membahas isu-isu terkait Hubungan Pusat dan Daerah

serta antar Daerah dengan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia.

I.

Jalannya Rapat :

1. Rapat Dengar Pendapat Umum Komite I dengan agenda membahas isu-isu terkait

Hubungan Pusat dan Daerah serta Antar Daerah dengan menghadirkan

narasumber dari Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI)

dan Asosiasi Pemerintahan Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) dibuka pada Pukul 10.00 WIB, yang dipimpin oleh Ketua Komite I Bapak Drs. H. Akhmad Muqowam, Wakil Ketua Bapak Benny Rhamdani, dan H. Fachrul Razi, M.I.P dan dihadiri oleh 18 (delapan belas) orang Anggota dari 33 orang Anggota Komite I.

2. Pimpinan menyampaikan pengantar Rapat Dengar Pendapat Umum yang dapat

disimpulkan sebagai berikut.

 Komite I mengapresiasi kehadiran narasumber pada kegiatan RDPU komite I siang hari ini. Sebagaimana diketahui dalam rangka memperoleh pengetahuan mengenai bidang tugas Komite I yang diatur dalam Tata Tertib DPD No. 1 Tahun 2014 Komite I akan melaksanakan rangkaian RDPU dengan berbagai stakeholder yang berkompeten.

(3)

2

 Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Pemerintah bersama DPR telah

menghasilkan paket UU Politik dan Otonomi Daerah sebagai hasil revisi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemda antara lain UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, UU No. 22 Tahun 2014 tentang Pilkada dan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

 Komite I akan mengusulkan kepada pimpinan DPD agar bidang Aparatur Sipil

Negara masuk menjadi bidang tugas komite I.

 Komite I perlu melakukan kajian kritis terhadap UU no. 23 Tahun 2014 tentang

Pemda oleh karena berbeda dengan UU no. 32 Tahun 2004 contohnya mengenai pemekaran daerah.

 DPD harus memberikan porsi lebih terhadap revisi UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, Komite I harus memberikan respon dan menjadi garda terdepan dalam merevisi UU no. 33 tahun 2004 tersebut.

3. Pimpinan mempersilahkan kepada narasumber untuk menyampaikan paparannya

yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

Ir. H. Isran Noor, M.Si (Bupati Kutai Timur/Ketua Umum Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh Indonesia)

 Perubahan tatanan sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara dari sistem

sentralisasi menjadi desentralisasi, menjadikan daerah memiliki kewenangan untuk mengatur urusan pemerintahannya sendiri.

 Pemerintah pusat menyerahkan sebagian kewenangan pengelolaan keuangan

dan sumber-sumber pendapatan negara ke daerah, agar sumber-sumber keuangan negara tersebut dapat dinikmati oleh rakyat di daerah secara lebih adil dan merata.

 Sistem desentralisasi dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia, belum

sepenuhnya dapat berjalan terutama dalam hubungan harmonisasi pendelegasian wewenang.

 Penyerahan kewenangan yang bersifat atributif, delegatif dan mandataris dalam

pelaksanaan otonomi daerah masih dihadapkan pada sejumlah permasalahan baik dalam bentuk hambatan operasionalisasi perundang-undangan terkait maupun kendala-kendala praktis.

 Pelaksanaan pembangunan di daerah hingga saat ini menunjukkan

kecenderungan resentralistik, dalam arti program pembangunan direncanakan secara terpusat oleh Pemerintah Pusat, disusun secara seragam tanpa memperhatikan kebutuhan, karakteristik dan spesifikasi masing-masing daerah, serta mengasumsikan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi setiap daerah adalah sama.

 Dampak negatif bagi daerah, seperti hilangnya kreatifitas daerah, tidak

terpenuhinya kebutuhan masyarakat dan tidak terlaksananya prioritas pembangunan sesuai aspirasi dan kebutuhan masyarakat daerah.

 Kewenangan Pemerintah Daerah dalam mengembangkan dunia usaha juga

sangat terbatas karena banyak kebijakan dan regulasi berada pada Pemerintah Pusat berbagai perizinan masih diputuskan oleh Pemerintah Pusat.

 Melalui desentralisasi penyelenggaraan urusan pemerintahan, seharusnya

daerah mempunyai kewenangan yang luas dan utuh untuk mengatur dan mengelola aspirasi/tuntutan masyarakatnya serta untuk merencanakan dan

(4)

3

mengelola pelaksanaan pembangunan di daerahnya dalam koridor perundang-undangan yang berlaku.

 Pemerintah Daerah dapat mengembangkan kreativitas dalam menggali dan

mengelola potensi yang dimiliki untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi pembangunan daerah dan pengembangan usaha di daerah.

 Pemerintah Pusat membuat norma-norma dan ketentuan yang dilaksanakan

oleh Kabupaten/Kota untuk mngontrol pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Pusat untuk mewakili Gubernur.

Sehan Salim Landjar (Bupati Bolaang Mongndow Timur/Anggota APKASI)

 Permasalahan yang telah disampaikan oleh Ketua Umum APKASI adalah

masalah yang telah terjadi di daerah dan tugas yang menjadi tantangan saat ini adalah bagaimana upaya meningkatkan kewenangan pemerintah daerah.

 Perlu untuk memperkuat fungsi Senator DPD RI terhadap dugaan upaya

resentralisasi yang dilakukan oleh Pemerintah dan DPR RI.

 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemda berpotensi member permasalahansalah

satunya yang diberikan kepada Gubernur bukan kepada Bupati/Walikota.

 Menyarankan Ketua APEKSI dan APKASI untuk dapat menghadirkan Kepala

daerah dan mengadakan pertemuan yang berkelanjutan dengan DPD RI.

Dr. H. Bima Arya (Walikota Bogor/Ketua Umum Asosiasi Pemerintahan Kota Seluruh Indonesia)

 Daerah merasakan adanya inkosistensi semangat otonomi daerah, maka jika

kondisi ini masih berlanjut, sebaiknya sistem pemerintahan kembali pada sistem sentralisasi dalam berbagai aspek baik anggaran maupun kebijakan.

 Secara fakta masih banyaknya urusan teknis yang diwarnai oleh pemerintah pusat tanpa menimbang kepentingan daerah, seperti meningkatnya kemampuan pelayanan Jamkesmas dan BPJS.

 Belum jelasnya semangat reformasi UU ASN dan belum jelasnya singkronisasi tentang birokrasi, bahkan kuatnya sentralisasi dalam sistem birokrasi baru yang ada.

 Sejauhmana komitmen pemerintah pusat memperhatikan isu-isu di daerah?

 Komitmen pemerintah daerah lebih tinggi daripada komitmen pemerintah pusat.

Dr. H. Syahrian (Sekda Kota Banjar Baru Kalimantan Selatan/ Anggota APEKSI)

 Tentang hubungan pusat dan daerah ujung-ujungnya persoalannya adalah

uang/ anggran.

 Adanya keyakinan bahwa kabupaten/kota baik atau buruk semua tergantung

pemerintah pusat

 Banyak ditemukannya persoalan karena ketidakkonsistenan pemerintah pusat

dalam memberikan otonomi.

 Jika ingin bangsa Indonesia sejahtera maka sejahterakanlah kabupaten/kota.

4. Pimpinan mempersilahkan kepada Anggota Komite I untuk memberikan pendapat,

(5)

4

Ir. H. Muhammad Mawardi, MM., M.Si (Provinsi Kalimantan Tengah)

 Perlu memperjuangkan agar DPD RI tidak hanya mempunyai kewenangan untuk

mengusulkan RUU saja akan tetapi ikut membahas bersama DPR RI dan Pemerintah sehingga kepentingan daerah dapat diperjuangkan.

 Kementerian Dalam Negeri tidak melakukan singkronisasi antara Undang Undang

Otonomi Daerah dengan UU Perimbangan Keuangan Daerah.

 Perlu merevisi UU Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah untuk membagi

kewenangan Pemerintahan Pusat dan Pemerintah Provinsi.

 Apakah sepakat jika dibentuk kerjasama antara APEKSI, APKASI dengan DPD RI

untuk berbagi informasi terkait Musrenbang?

Dr. Drs. Martin Billa, MM ( Provinsi Kalimantan Timur)

 Kita sama-sama berjuang untuk daerah sehingga perlu adanya perbaikan sistem

dan regulasi.

 DPD RI perlu menguasai persoalan yang ada di daerah karena kekuatan DPD RI

ada di daerah.

 DPD RI perlu menjalin hubungan yang lebih baik dengan APEKSI dan APKASI.

 Perlu dibuat seminar tentang fokus-fokus yang sedang hangat sehingga adanya

kejelasan tentang permasalahan yang ada di daerah dalam rangka menyerap aspirasi di daerah.

 Perlu menjalin kerjasama yang kongkrit dengan pemerintahan daerah.

Hudarni Rani (Provinsi Kepulauan Bangka Belitung)

 Negeri ini baik jika walikota dan bupatinya baik dan didukung dengan PNS yang

profesional dan DPRD aspiratif.

 Banyaknya terdapat UU yang tidak memenuhi asas, maka dalam membuat UU

perlu mengadirkan pakar-pakar terkait. Intsiawati Ayus, SH., MH (Provinsi Riau)

 Sepakat agar DPD RI dapat menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan

pemerintahan kabupaten dan kota.

 Menawarkan agenda RDPU dimulai dengan membahas proregnas, kinerja yang

sinergis, dan cara berbagi kewenangan dan kekuasaan antar Pemerintah Pusat dan Pemerintan Daerah.

 Proses Musrenbang bersama dengan DPRD dan Pemda, maka DPD RI perlu

hadir mulai dari pembahasan sampai dengan pengesahan di Pusat.

 Tegasnya diusulkan untuk kegiatan dan kinerja ke depan dimulai dengan

(6)

5

Muh. Asri Anas (Provinsi Sulawesi Barat)

 APKASI telah melakukan MOU dengan DPD, artinya bisa tidak APKASI dan

asosiasi lain di ibukota dan provinsi untuk menjadikan DPD sebagai corong penyampaian aspirasi dan mengusulan proregnas.

 Berdasarkan postur APBN 2015 tidak sampai sebagai dana perimbangan?

 UU Desa, akan menjadi pembahasan secara serius kedepannya.

 Mengusulkan agar Komite I DPD RI mengagendakan FGD dalam rangka

membahas RUU yang akan dibahas oleh Komite I.

 Bagaimana pandangan bapak Ketua Umum APKASI, jika tiba-tiba MPR RI

mendorong membentuk GBHN?

 Apakah memungkinkan PNS tidak lagi diurus oleh Kabupaten dan Provinsi untuk

menghindari adanya politisasi terhadap PNS di daerah?

 Mengajak untuk membahas proregnas dan segala persoalan daerah lainnya.

H. Ahmad Kenedi, SH., MH (Provinsi Bengkulu)

 Perlu mencari solusi terkait permasalahan yang ada di daerah.

Drs. H. Akhmad Muqowam (Provinsi Jawa Tengah)

 Perlu mengoptimalkan kewenangan DPD RI untuk memperjuangkan daerah.

 Terkait Dana Otonomi Daerah idealnya DPR dan DPD dapat berjalan dengan benar.

 Adanya masalah dalam pelaksanaan UU Pemerintah Daerah yang cenderung

desentralistik.

 Adanya desentralistik dapat menghilangkan kreatifitas daerah.

 Sistem desentralisasi masih mengalami kendala yang signifikan dengan

disahkannya UU No. 23 Tahun 2004 tentang Pemda.

 Kurangnya perhatian dari pemerintah pusat terhadap permasalahan yang terjadi

di daerah.

Benny Rhamdani (Provinsi Sulawesi Utara)

 Menyepakati membuat legal forum untuk menjalin komunikasi yang baik antara

Pemerintah Daerah dengan DPD RI.

 Penting membuat labolatorium UU, tetapi kewenangan DPD RI masih terbatas.

 Perlu penguatan kelembagaan politik DPD RI dalam upaya menyalurkan aspirasi

(7)

6

5. Setelah Anggota Komite I menyampaikan pendapat, masukan, serta saran

pimpinan mempersilahkan narasumber memberikan tanggapan yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

Ir. H. Isran Noor, M.Si (Bupati Kutai Timur/Ketua Umum Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh Indonesia)

 Dengan adanya Otonomi Daerah, maka Daerah telah berkembang pesat,

contohnya hampir semua bandara di republik ini tidak pernah sepi dari penumpang.

 Data tentang persoalan Bupati dan Walikota terkait hukum ada sebanyak 113.

 Kurang lebih ada sebanyak 3600 orang anggota DPRD yang mempunyai masalah

dengan hukum.

 MOU antara DPD RI dengan Pemerintahan Daerah yaitu Pada bulan September

2014 dan perlu dilakukan perpanjangan.

 Walikota dan Bupati merupakan pendukung DPD RI.

 Terkait kewenangan Otonomi Daerah, Bupati dan Walikota harus diberi

kewenangan untuk mendekatkan pelayanan kepada rakyat dan Gubernur adalah sebagai pemegang kendali.

 Struktur keanggotaan MPR RI harus diperbaiki bukan hanya keterwakilan

penduduk tetapi keterwakilan wilayah agar adanya keseimbangan antar wilayah.  Kebijakan bisa dilaksanakan jika legitimasi terhadap daerah kuat.

 Hak kedaulatan yang terkait permasalahan substansi dan fundamental daerah jangan diambil alih oleh pemerintah pusat.

Dr. H. Bima Arya (Walikota Bogor/Ketua Umum Asosiasi Pemerintahan Kota Seluruh Indonesia)

 Agenda pertama yang perlu dilakukan adalah pengawasan terhadap Perpu.

 Terkait pembahasan GBHN sepakat bahwa banyaknya kebingungan terhadap

desain negara ke depan GBHN disusun dalam konteks dinamika daerah.

 Ketika dinamika pusat dan daerah berbeda maka tidak terdapat perencanaan

masa depan yang baik dimana konteks longterm?

 Kita perlu mempunyai desain dengan menimbang dinamika pusat dan daerah

yang berbeda karena payung hukumnya tidak terlalu jelas.

II.

Kesimpulan Rapat

Setelah mendengar paparan dan dialog antara Komite I Dewan Perwakilan Republik Indonesia dengan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) maka RDPU pada hari ini mengambil kesimpulan sebagai Berikut:

1. Pelaksanaan Otonomi Daerah selama 13 tahun telah melahirkan sejumlah perubahan

positif di masyarakat di daerah yang telah membawa peningkatan kepada kesejahteraan masyarakat di daerah. Para pihak menyepakati bahwa pelaksanaan

(8)

7

otonomi daerah seluas-luasnya dengan penuh tanggungjawab harus terus dikawal bersama-sama. Segala upaya-upaya untuk mengembalikan Indonesia kepada sistem sentralistrik harus ditolak.

2. Para pihak menyepakati bahwa masih terdapat beberapa catatan terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah yang harus diperbaiki bersama-sama.

3. Para pihak menyepakati bahwa pelaksanaan otonomi daerah harus dapat menjamin

terus tumbuh dan berkembangnya ekonomi, budaya lokal, partisipasi masyarakat daerah yang terlembaga, dan kontrol politik terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah.

4. Para pihak menyepakati untuk terus meningkatkan kerja sama dalam perjuangan penguatan otonomi daerah dengan mengoptimalkan peran strategis DPD RI khususnya Komite I yang membidangi otonomi daerah bersama dangan APKASI dan APEKSI.

5. Para pihak menyepakati untuk membentuk Tim Kerja yang membahas pola kerjsama

yang akan dibangun oleh Komite I dengan APKASI dan APEKSI.

6. Para pihak menyepakati untuk meningkatkan kerjasama dan melaksanakan Forum

Group Discussion (FGD) dengan melibatkan stakeholders yang lebih luas baik tingkat pusat maupun daerah dalam rangka perumusan rencana strategis penguatan

otonomi daerah dimana sebelumnya akan dilaksanakan brainstorming untuk

merumuskan rencana kerja bersama.

7. APKASI dan APEKSI menyepakati untuk terus mendorong penguatan peran dan

fungsi DPD RI sebagai lembaga perwakilan yang merepresentasikan kepentingan masyarakat di daerah.

III.

Penutup

Rapat ditutup pukul 12.55 WIB.

Jakarta, 23 Oktober 2014 Kabag. Set. Komite I

Sudarman,SH.,MH. NIP. 195904021982031002

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan, kualitas Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, air untuk Kolam Renang, air untuk SPA, dan air untuk Pemandian Umum tidak memenuhi

terkontaminasi dengan batran pencemar yang berasal dari limbah rumah tangga, limbah industri, sisa-sisa pupuk atau pestisida dari daerah pertanian, limbah rumatr sakit,

Beberapa parameter tersebut diperhitungkan untuk menetapkan indeks toleransi tanaman terhadap pencemaran udara yang dinyatakan oleh Singh, Rao, Agrawal, Pandey and

PEMBERIAN EKSTRAK HULBAH SECARA ORAL MENURUNKAN PENYERAPAN TULANG TIKUS PASCA OVARIEKTOMI YANG DITANDAI DENGAN.. PENURUNAN KADAR

Pada sub bab ini, akan menjelaskan mengenai analisis data hasil observasi dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match berbantuan media gambar yang terdiri dari

bahwa dalam rangka percepatan pelayanan perizinan dan guna menindaklanjuti Rencana Aksi Pemberantasan Koru psi Terintegrasi Tahun 2019- 2020 dari Komisi Pemberantasan

Data kriteria lingkungan pemasok tersebut selanjutnya akan dilakukan pengelompokkan untuk menentukan warna pemasok menjadi hitam, merah, kuning dan hijau menggunakan

Sedangkan bentonit 100% merupakan komposisi yang memiliki nilai kuat tekan yang paling rendah Adanya bentonit dalam suatu komposisi produk S/S dapat menurunkan nilai kuat