• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK PENDIDIKAN SANATA DHARMA DAN APOTEK NON PENDIDIKAN PANASEA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBANDINGAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK PENDIDIKAN SANATA DHARMA DAN APOTEK NON PENDIDIKAN PANASEA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK PENDIDIKAN SANATA DHARMA DAN

APOTEK NON PENDIDIKAN PANASEA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Maria Elfina Silvia NIM: 078114018

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

PERBANDINGAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK PENDIDIKAN SANATA DHARMA DAN

APOTEK NON PENDIDIKAN PANASEA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Maria Elfina Silvia NIM: 078114018

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

iii

COMPARISON OF SATISFIED OF THE CUSTOMER TO QUALITY OF SERVICEIN THE EDUCATION PHARMACIES OF SANATA DHARMA

AND IN THE NON EDUCATION PHARMACIES OF PANASEA AT YOGYAKARTA

SKRIPSI

Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement to Obtain Sarjana Farmasi (S.Farm)

In Faculty of Pharmacy

By:

Maria Elfina Silvia NIM: 078114018

FACULTY OF PHARMACY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(4)

iv

Persetujuan Pembimbing

PERBANDINGAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK PENDIDIKAN SANATA DHARMA DAN

APOTEK NON PENDIDIKAN PANASEA YOGYAKARTA

Skripsi yang diajukan oleh:

Maria Elfina Silvia

NIM : 078114018

telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

(5)
(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN KARYA

“NO DREAM TOO BIG TO HAVE

………”

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Elfina Silvia

Nomor Mahasiswa : 07 8114 018

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERBANDINGAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS

PELAYANAN DI APOTEK PENDIDIKAN SANATA DHARMA DAN

APOTEK NON PENDIDIKAN PANASEA YOGYAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 28Juli 2011

Yang menyatakan

(8)

viii

PRAKATA

Pujidansyukurpenulisucapkankepada Allah Bapa dan Putra-Nya Yesus

Kristus serta Bunda Maria ataskasih, berkat, danlimpahanrahmat yang

tiadaberkesudahansehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsiberjudul“Perbandin ganKepuasan Pelanggan terhadap Kualitas Pelayanandi ApotekPendidikanSanata Dharma danApotek Non PendidikanPanasea Yogyakarta”.Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S. Farm.), Fakultas Farmasi,

Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini banyak

mendapatkan bantuan, bimbingan, dan pengarahan, serta dukungan dari berbagai

pihak sehingga skripsi ini dapat selesai. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Sri Siwi Rahayu, S.Si., Apt.,selaku Apoteker Pengelola Apotek

Pendidikan Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Fretty Widadi, S. Farm., Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek Panasea

Jalan Kenari No 89 Yogyakarta.

4. Bapak Drs. Djaman Ginting Manik, Apt., selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan bimbingan, waktu, semangat, saran, dan kritik dalam

proses penyusunan skripsi.

5. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing akademik dan

(9)

ix

6. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt., selaku dosen penguji atas

waktu,bimbingan, dan saran yang telah diberikan.

7. Ibu Dra. Endang Sutantiningsih, Apt.,selaku Apoteker Pengelola Apotek

WipaYogyakarta.

8. Ibu Novi Dwi R., S.Si., Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek Universitas

Islam Indonesia Farma.

9. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek Panasea

Babar Sari Yogyakarta.

10. Orangtuaku yang super yaitu Ibu Aloysia Pujiastuti dan Bapak S. Agustinus

Wang atas doa, kasih sayang, cinta, nasihat, semangat, kesabaran, dan

dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.

11. Nenek Catharina di surga, Kakek, Mbah Putri, dan Mbah Pudjo serta Pak

Mulyono yang menginspirasi penulis.

12. Akursius Rony atas semangat, kasih sayang, kesabaran, dan doa yang

diberikan kepada penulis.

13. Felisita Anesti Kusumastuti, S.Farm., Apt., Novica Ardiyani, S.Farm, Apt.,

dan Elysabeth Frederika, S.Farm,Apt., selaku Apoteker Pendamping Apotek

Panasea.

14. Bernadetta Wenni Sukma Windarti, S.Farm., Apt., selaku Apoteker

PendampingApotekPendidikanSanata Dharma.

15. Para pelanggan apotek yang telah bersedia meluangkan waktu dan membantu

penelitian ini.

(10)

x

17. Sahabatku Wingga, Mikha, Titin, dan Nani atas perhatian, semangat dan

keceriaan yang diberikan kepada penulis.

18. Sepupuku Andre atas bantuan dan waktunya terutama untuk mengantarkan

penulis ke apotek penelitian.

19. Anak Kost Putri Aulia terutamaMbak Joice, Mbak Intan, Kak Ovan, dan Dini,

atas kebersamaan,semangat dan perhatian yang diberikan.

20. Anak-anak 4A seperjuangan yaitu Dwi, Icha, Hanny, Tika, Nita, Mega dan

Chandra atas semangat dan dukungannya.

21. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2007 yaitu FST, FKK A, dan FKK

B.

22. Teman-temandi Poskes Kotabaru dan rekan-rekan PCC 2010.

23. Teman penelitian yang serupa, Afni.

24. Semua Makhluk.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini

menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi

pembaca.

Yogyakarta,Juli 2011

(11)

xi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah

ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, Juli 2011

Penulis

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………...

HALAMAN JUDUL………...

HALAMAN JUDUL BAHASA INGGRIS………...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..

HALAMAN PENGESAHAN………...

HALAMAN PERSEMBAHAN………...

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………..

PRAKATA ...

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………...

DAFTAR ISI………

BAB I. PENGANTAR……….

A. Latar Belakang……….

1. Permasalahan………...

2. Keaslian penelitian……….

3. Manfaat penelitian………..

B. Tujuan Penelitian……….

(13)

xiii

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA……….

A. Pelanggan...

1. Definisi………...

2. Tipe pelanggan………...

3. Kepuasan pelanggan………..

4. Manfaat kepuasan pelanggan……….

5. Harapan pelanggan……….

6. Loyalitas pelanggan………...

B. Kualitas Pelayanan...

1. Definisi………...

2. Sifat layanan………...

3. Manfaat kualitas pelayanan………

4. Dimensi kualitas jasa……….

5. Mengukur kualitas jasa………..

6. Analisis tingkat kesesuaian antara harapan dan kenyataan

pelanggan………...

C. Model Kualitas Jasa...

D. Diagram Kartesius…...

E. Resep Obat...

F. Apotek...

1. Definisi………...

2. Tugas dan fungsi apotek………

G. Landasan Teori...

(14)

xiv

H. Hipotesis………...

BAB III. METODELOGI PENELITIAN………..….

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………...

B. Variabel penelitian…...

C. Definisi Operasional………...

D. Tempat Penelitian………...

E. Bahan Penelitian………..………....

1. Sampel dan teknik sampling………..

2. Besar sampel………..

F. Alat Penelitian………..

G. Jalan Penelitian………

1. Pembuatan kuesioner……….

2. Perijinan……….

3. Pengambilan data………...

4. Pengolahan data……….

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………...

A. Karakteristik Pelanggan…………...………...

1. Jenis kelamin………. …...

2. Umur………...…...

3. Tingkat pendidikan………...

4. Jenis pekerjaan………...

5. Biaya pengeluaran untuk pemeliharaan kesehatan per bulan…

6. Jumlah kunjungan ke apotek……….

(15)

xv

B. Hasil Perbandingan Antara Harapan dan Kenyataan Pelanggan

dengan Resep Obat di Apotek Panasea Yogyakarta..………...

1. Tangibility……….………….

2. Assurance………

3. Responsiveness……….

4. Empathy……….

5. Reability………...

C. Hasil Perbandingan Antara Harapan dan Kenyataan Pelanggan

dengan Resep Obat di Apotek Panasea Yogyakarta………

1. Tangibility………...

2. Responsiveness……….…

3. Empathy……….

4. Assurance………

5. Reability………...

D. Analisis Kepuasan Pelanggan Dengan Resep Obat Di Apotek

Panasea Yogyakarta Berdasarkan Diagram Kartesius……….

E. Analisis Kepuasan Pelanggan Dengan Resep Obat Di Apotek

Sanata Dharma Yogyakarta Berdasarkan Diagram Kartesius…..

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………..

(16)

xvi

(17)

xvii

Jenis pernyataan dalam kuesioner berdasarkan dimensi

mutu………...

Nilai Kenyataan dan Nilai Harapan Pelanggan…………...

Klasifikasi Kesenjangan (gap)……….………

Metode untuk mengetahui suatu set data memiliki

distribusi normal atau tidak………..………

Frekuensi Usia Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek

Sanata Dharma dan Apotek Panasea Yogyakarta…………

Hasil Perhitungan Kenyataan, Harapan, Analisis Gap dan

Kualitas Semua Dimensi pada Pelanggan dengan Resep

Obat di Apotek Panasea Yogyakarta……….…..

Hasil Perhitungan Kenyataan, Harapan, Analisis Gap dan

Kualitas Semua Dimensi pada Pelanggan dengan Resep

Obat di Apotek Sanata Dharma Yogyakarta………

Hasil Perhitungan Kenyataan, Harapan, Analisis Gap dan

Kualitas Semua Dimensi pada Pelanggan dengan Resep

Obat di Apotek Panasea Yogyakarta secara ringkas……...

Rata-rata Kenyataan dan Harapan dari DimensiReliability

Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek Panasea

Yogyakarta………...

Rata-rata Kenyataan dan Harapan dari DimensiAssurance

(18)

xviii

Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek Panasea

Yogyakarta………...

Rata-rata Kenyataan dan Harapan dari Dimensi Empathy

Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek Panasea

Yogyakarta………...

Rata-rata Kenyataan dan Harapan dari Dimensi

Responsiveness Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek

Panasea Yogyakarta……….

Rata-rata Kenyataan dan Harapan dari Dimensi

Tangibility Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek

Panasea Yogyakarta………

Hasil Perhitungan Kenyataan, Harapan, Analisis Gap dan

Kualitas Semua Dimensi pada Pelanggan dengan Resep

Obat di Apotek Sanata Dharma Yogyakarta secara

ringkas………..……

Rata-rata Kenyataan dan Harapan dari Dimensi

Tangibility Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek

Sanata Dharma Yogyakarta……….

Rata-rata Kenyataan dan Harapan dari Dimensi

Responsiveness Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek

Sanata Dharma Yogyakarta……….……

Rata-rata Kenyataan dan Harapan dari Dimensi Empathy

Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek Sanata Dharma

(19)

xix Tabel XVIII.

Tabel XIX.

Yogyakarta………...

Rata-rata Kenyataan dan Harapan dari DimensiAssurance

Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek Sanata Dharma

Yogyakarta………...

Rata-rata Kenyataan dan Harapan dari DimensiReliability

Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek Sanata Dharma

Yogyakarta………...

74

76

(20)

xx

Konsep Kepuasan Pelanggan………...

Kualitas Jasa………...

Diagram Kartesius………...

Jenis Kelamin Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek

Sanata Dharma dan Apotek Panasea

Yogyakarta………..

Usia Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek Panasea

Yogyakarta………..

Usia Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek Sanata

Dharma Yogyakarta………...………….

Tingkat Pendidikan Pelanggan dengan Resep Obat di

Apotek Sanata Dharma dan di Apotek Panasea

Yogyakarta……….……….

Jenis Pekerjaan Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek

Sanata Dharma dan di Apotek Panasea

Yogyakarta……….….

Biaya Pengeluaran untuk Pemeliharaan Kesehatan

Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek Sanata Dharma

dan di Apotek Panasea Yogyakarta………...…….

Kunjungan Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek Sanata

Dharma dan di Apotek Panasea Yogyakarta………..

(21)

xxi

Diagram Kartesius DimensiReliabilityPelanggan dengan

Resep Obat di Apotek Panasea Yogyakarta………

Diagram Kartesius DimensiAssurancePelanggan dengan

Resep Obat di Apotek Panasea Yogyakarta………

Diagram Kartesius Dimensi Empathy Pelanggan dengan

Resep Obat di Apotek Panasea Yogyakarta………

Diagram Kartesius Dimensi Responsiveness Pelanggan

dengan Resep Obat di Apotek Panasea Yogyakarta……

Diagram Kartesius DimensiTangibilityPelanggan dengan

Resep Obat di Apotek Panasea Yogyakarta ………..

Diagram Kartesius DimensiTangibilityPelanggan dengan

Resep Obat di Apotek Sanata Dharma Yogyakarta…...…….

Diagram Kartesius Dimensi Responsiveness Pelanggan

dengan Resep Obat di Apotek Sanata Dharma

Yogyakarta……….………….

Diagram Kartesius DimensiEmpathyPelanggan dengan

Resep Obat di Apotek Sanata Dharma Yogyakarta……...….

Diagram Kartesius DimensiAssurancePelanggan dengan

Resep Obat di Sanata Dharma Yogyakarta……….

Diagram Kartesius Dimensi Reliability Pelanggan dengan

Resep Obat di Apotek Sanata Dharma Yogyakarta……...….

(22)

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Kuesioner yang digunakan untuk penelitian……….

Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner………

Uji normalitas data dan transformasi data……….

Uji Mann-Whitney………...

Halaman

86

90

93

(23)

xxiii INTISARI

Apotek Panasea dan Apotek Sanata Dharma merupakan sarana pelayanan kesehatan di Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbandingan pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan serta karakteristik responden dengan resep obat di Apotek Panasea dan Apotek Sanata Dharma.

Jenis penelitian yaitu kuantitatif survei dengan menggunakan rancangan

cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada pasien yang menebus obat di Apotek Panasea dan Apotek Sanata Dharma. Analisis data menggunakan metode analisis gap, perhitungan Customer Satisfaction Index, dan penyajian data menggunakan Diagram Kartesius.

Analisis statistik menggunakan uji Mann-Whitney menghasilkan nilai signifikansi 0,851 yang menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kepuasan pelanggan di Apotek Sanata Dharma dan di Apotek Panasea. Hasil analisis gap untuk keseluruhan dimensi didapatkan sebesar –0,04 termasuk dalam klasifikasi gap tingkat sedang untuk Apotek Panasea dan 0,09 termasuk dalam klasifikasi gap tingkat sedang untuk Apotek Sanata Dharma. Berdasarkan analisis gap, Apotek Panasea dan Apotek Sanata Dharma masih perlu meningkatkan kualitas pelayanan pada beberapa aspek seperti fasilitas bacaan, dan fasilitas toilet.

Berdasarkan Customer Satisfaction Index antara harapan dan kenyataan pelanggan pada Apotek Panasea sebesar 98,94% dan pada Apotek Sanata Dharma sebesar 102,41% menunjukkan pelanggan puas terhadap pelayanan yang telah diberikan.

(24)

xxiv

ABSTRACT

Panasea Pharmacy and Sanata Dharma Pharmacy are medical care facilities in Yogyakarta. This study aims to identifysatisfaction of costumerofcomparison to quality of service and the characteristics of respondents with drugs prescription at Panasea Pharmacy and Sanata Dharma Pharmacy Yogyakarta.

The kind of research is quantitative survey with using cross sectional design.Sampling is using quota sampling. Data collection is done by giving questionnaires to the patients who are paying for drugs prescription atPanasea Pharmacy and Sanata Dharma Pharmacy. Data analysis is using gap analysis method, calculation of Customer Satisfaction Index, and presentation of data is using cartesian diagram.

The result of statistical analysis using Mann-Whitney test produced significancy 0,851 that indicates no significant difference between satisfiedofthecustomer at Panasea Pharmacy and Sanata Dharma Pharmacy.

The result of gap analysis for all dimensions forPanasea Pharmacy is –0,04 which is included in the classification of a moderate gap and 0,09 which is included in the classification of a moderate gap for Sanata Dharma Pharmacy. Based on gap analysis, Panasea Pharmacy and Sanata Dharma Pharmacy still need to be improved for some aspectssuch as reading material, and toilet facility.

Based on the Customer Satisfaction Index between customer expectation and reality at Panasea Pharmacy is 98,94% and atSanata Dharma Pharmacy is 102,41% which indicates customer satisfied with the existing services.

(25)

1

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Perkembangan kebutuhan masyarakat menyebabkan perusahaan

berlomba untuk memuaskan pelanggan dengan variasi produk dan jasa yang

dihasilkan. Hal ini juga terjadi dalam bidang pelayanan kesehatan khususnya

apotek. Berdasarkan Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek, apotek adalah tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

kepada masyarakat.

Semakin banyak apotek yang tumbuh subur di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta menyebabkan persaingan antar apotek semakin ketat. Jarak antar

apotek atau persaingan harga tidak lagi mempengaruhi persaingan. Akan tetapi,

untuk dapat memenangkan persaingan, apotek harus dapat meningkatkan kualitas

pelayanan. Tjiptono (2000) menyebutkan bahwa kualitas memiliki hubungan yang

erat dengan kepuasan. Kepuasan pelanggan dapat menciptakan kesetiaan atau

loyalitas pelanggan kepada apotek yang memberikan kualitas yang memuaskan.

Menurut Kotler (1997) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa

seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau

hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Pelanggan memilih penyedia jasa

(26)

pelayanan yang dirasakan pelanggan berada dibawah yang diharapkan,

ketidakpuasan pelanggan akan timbul.

Bila pelanggan apotek puas terhadap pelayanan yang diberikan apotek,

pelanggan akan mempunyai persepsi yang baik terhadap apotek. Persepsi

pelanggan terhadap apotek yang buruk akan merugikan apotek dari aspek bisnis

karena pelanggan akan beralih ke tempat lain (Handayani, Raharni, dan Gitawati,

2009).

Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan akan terjadi apabila pelayanan

yang diberikan sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan akan sering terjadi

kesenjangan (gap) yang dilihat dari dimensi service quality (servqual) berupa

tangibility(keberwujudan), empathy (empati), reliability (keandalan), assurance

(jaminan), dan responsiveness (ketanggapan)yaitu untuk mengetahui perbedaan

kualitas pelayanan serta kepuasan pelanggan di Apotek Pendidikan Sanata

Dharma dan Apotek Non Pendidikan Panasea Yogyakarta.

Apotek Sanata Dharma disebut sebagai apotek pendidikan karena

didirikan dengan tujuan sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa S1 Farmasi

dan Profesi Apoteker serta mahasiswa fakultas lainnya. Pendirian apotek ini selain

sebagai sarana belajar mahasiswa juga menjadi sarana pelayanan kesehatan

kepada masyarakat sekitar apotek, mahasiswa, dan karyawan Universitas Sanata

Dharma. Meskipun pelayanan kepada masyarakat diutamakan dalam pendirian

apotek ini, pertimbangan bisnis juga tidak dapat dilupakan karena mengingat

modal dan kebutuhan untuk mempertahankan keberadaan apotek itu sendiri

(27)

bersaing dengan apotek lain maka Apotek Sanata Dharma harus dapat

meningkatkan kualitas pelayanan agar pelanggan menjadi puas. Perbandingan

menggunakan Apotek Panasea karena selain apotek memiliki letak yang strategis

juga dikarenakan resep per hari apotek tersebut berkisar 40-50 resep sehingga

peneliti ingin mengetahui kualitas pelayanan di Apotek Panasea tersebut.

1. Permasalahan

Beberapa permasalahan yang muncul antara lain, sebagai berikut:

a. Seperti apakah karakteristik pelanggan dengan resep obat di Apotek

Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek Non Pendidikan Panasea

Yogyakarta?

b. Bagaimana analisis kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan

yang menebus obat di Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek Non

Pendidikan Panasea Yogyakarta?

c. Apakah kualitas pelayanan yang diberikan sesuai dengan harapan

pelanggan yang menebus obat di Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan

Apotek Non Pendidikan Panasea Yogyakarta?

2. Keaslian penelitian

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Christina (2010) yaitu

Perbandingan Harapan dan Kenyataan Terhadap Kualitas Pelayanan untuk

Menggambarkan Kepuasan Konsumen dengan Resep Obat di Apotek Kimia

Farma Area Manajer Bisnis Yogyakarta Periode Desember 2009 – Januari 2010.

Christina (2010) membandingkan antara harapan dan kenyataan terhadap kualitas

(28)

Apotek Kimia Farma Area Manajer Bisnis Yogyakarta yang diukur dari dimensi

mutu kualitas pelayanan meliputi reliability (keandalan), responsiveness

(ketanggapan), assurance (jaminan), empathy (empati), dan tangibles

(keberwujudan). Metode analisis yang digunakan adalah analisis gap,perhitungan

Customer Satisfaction Index, diagram kartesius, dan analisis menggunakan uji

Wilcoxon. Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu pada penelitian ini penulis

membandingkan kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan di Apotek

Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek Non Pendidikan Panasea Yogyakarta yang

diukur dari dimensi mutu kualitas pelayanan meliputi tangibility(keberwujudan),

empathy (empati), reliability (keandalan), assurance (jaminan), dan

responsiveness (ketanggapan). Metode analisis yang digunakan adalah analisis

gap,perhitungan Customer Satisfaction Index, diagram kartesius, dan analisis

menggunakan uji Mann-Whitney.

3. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi kualitas

pelayanan yang berorientasi pada kepuasaan pelanggan di Apotek Pendidikan

Sanata Dharma dan Non Pendidikan Panasea Yogyakarta.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian dapat digunakan oleh penyedia jasa pelayanan untuk

mengetahui tingkat kepuasan pelanggan atas pelayanan yang diberikan

(29)

untuk mengambil keputusan dalam memperbaiki kualitas pelayanan dengan

berbagai strategi.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kualitas pelayanan yang telah

diberikan kepada pelanggan dengan resep obat di Apotek Pendidikan Sanata

Dharma dan Apotek Non Pendidikan Panasea Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu:

a. Mengetahui karakteristik pelanggan yang menebus obat dengan resep di

Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek Non Pendidikan Panasea

Yogyakarta.

b. Mengetahui kualitas pelayanan yang diberikan sesuai dengan harapan

pelanggan yang menebus obat di Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan

Apotek Non Pendidikan Panasea Yogyakarta.

c. Mengetahui analisis kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan

yang menebus obat di Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek Non

(30)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pelanggan 1. Definisi

Pelanggan adalah pembeli, pemesan, klien nasabah; pemakai, pengguna

(Endarmoko, 2006). Menurut Salim dan Yenny (1991) pelanggan adalah orang

yang memakai barang-barang hasil industri (bahan pakaian, makanan, dan

sebagainya): penerima pesanan iklan.

Pengertian pelanggan menurut Timothy (1999) (cit., Sari, 2008)

 Orang yang paling penting yang berhubungan dengan perusahaan, baik tatap

muka, melalui telepon, maupun melalui surat. Tidak tergantung pada kita,

melainkan kita yang tergantung pada dia.

 Bukan merupakan gangguan dalam pekerjaan kita, tetapi dia adalah tujuan

dari pekerjaan kita.

 Orang yang tanpa dirinya kita tidak akan berjalan terus, berkembang dan

menjadi maju/ sukses.

 Orang yang harus diperlakukan dengan rasa hormat, diberi perhatian besar,

dibantu dengan menunjukkan minat terhadapnya, diberikan saran dalam

menyelesaikan persoalan, diperlakukan dengan hati-hati dan penuh

pertimbangan.

2. Tipe pelanggan

(31)

a. Tipe Prospek (Prospect): orang-orang yang mengenal jasa suatu pelayanan

kesehatan, tetapi belum pernah datang ke tempat pelayanan kesehatan

tersebut, serta belum pernah membeli/ menggunakan jasa pelayanan kesehatan

tersebut

b. Tipe Pembelanja (Consumer): orang-orang yang mengenal jasa suatu

pelayanan kesehatan dan telah yakin untuk mengunjungi pelayanan kesehatan

minimal sekali. Akan tetapi orang tersebut masih belum membuat keputusan

membeli/ menggunakan jasa pelayanan kesehatan tersebut dan pihak

pelayanan kesehatan hanya mempunyai kesempatan yang sedikit untuk

mempengaruhinya

c. Tipe Pelanggan (Customer): orang-orang yang membeli/ menggunakan jasa

pelayanan kesehatan

d. Klien (Client): pelanggan yang sedemikian puasnya dengan jasa suatu

pelayanan kesehatan

Penganjur (Advocates): pelanggan yang sedemikian puasnya dengan jasa suatu

pelayanan kesehatan, sehingga ia akan menceritakan kepada siapa saja tentang

betapa memuaskannya jasa pelayanan kesehatan tersebut (Sari, 2008).

3. Kepuasan Pelanggan

Menurut Kolter (2000) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa

seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya

terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan seorang

pelanggan setelah melakukan pembelian tergantung pada kesesuaian antara

(32)

Oliver (cit., Sari, 2008) kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang (pelanggan)

setelah membandingkan antara kinerja atau hasil yang dirasakan (pelayanan yang

diterima dan dirasakan) dengan yang dirasakannya.

Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja

yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka

pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, pelanggan akan puas.

Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas. Pelanggan

yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan memberi

komentar yang baik tentang perusahaan (Supranto, 2006).

Pelayanan diharapkan membuat pasien merasa puas (customer

satisfaction) adalah dengan memberikan kepada pelanggan apa yang betul-betul

mereka butuhkan dan inginkan, bukan memberikan apa yang kita pikirkan

dibutuhkan oleh mereka (Sari, 2008).

Gambar 1. Konsep Kepuasan Pelanggan

(Sari, 2008)

4. Manfaat kepuasan pelanggan

a. Kepuasan pelanggan merupakan sarana untuk menghadapi kompetisi di masa

yang akan datang.

Nilai Produk Bagi Pelanggan

Harapan Pelanggan

Tingkat Kepuasan

Kebutuhan dan Keinginan

(33)

b. Kepuasan pelanggan merupakan promosi terbaik.

c. Kepuasan pelanggan merupakan aset perusahaan terpenting.

d. Kepuasan pelanggan menjamin pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.

e. Pelanggan makin kritis dalam memilih produk.

f. Pelanggan puas akan kembali.

g. Pelanggan yang puas mudah memberikan referensi (Sari, 2008).

5. Harapan Pelanggan

Harapan pelanggan merupakan keyakinan pelanggan sebelum mencoba

atau membeli sesuatu produk, yang dijadikan standar atau acuan dalam menilai

kinerja produk tersebut(Tjiptono,1996). Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh

pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi

pemasar dan saingannya (Supranto, 2006).

6. Loyalitas Pelanggan

Loyalitas secara harfiah diartikan kesetiaan, yaitu kesetiaan seseorang

terhadap suatu objek (Mardalis, 2005). Mowen dan Minor (1998) (cit., Mardalis,

2005) mendefinisikan loyalitas sebagaikondisi di mana pelanggan mempunyai

sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut,

dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa mendatang.Definisi loyalitas

dari pakar yang disebutkan di atas berdasarkan pada dua pendekatan, yaitu sikap

dan perilaku. Dalam pendekatan perilaku, perlu dibedakan antara loyalitas dan

perilaku beli ulang. Perilaku beli ulang dapat diartikan sebagai perilaku pelanggan

yang hanya membeli suatu produk secara berulang-ulang, tanpa menyertakan

(34)

aspek kesukaan pelanggan pada suatu produk. Ini berarti bahwa aspek sikap

tercakup di dalamnya. Kepuasan pelanggan senantiasa merupakan penyebab

utama timbulnya loyalitas (Mardalis, 2005).

B. Kualitas Pelayanan 1. Definisi

Pengertian kualitas pelayanan dapat dinyatakan sebagai perbandingan

antara pelayanan yang diharapkan pelanggan dengan pelayanan yang diterimanya

(Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, 1988).

Mutu atau kualitas menurut Goetsh dan Davis (cit.,Sari, 2008) yaitu

kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Mutu, pelayanan dan kepuasan pelanggan ditentukan oleh persepsi

pelanggan (Sari, 2008).

2. Sifat layanan

Sifat layanan:

a. Sifat tidak nampak (intangible)

Layanan mempunyai sifat tidak nampak, tidak dapat dilihat, dirasakan, diraba,

didengar atau dicium sebelum diproduksi.

b. Sifat tidak dapat dipisahkan (inseperability)

Suatu layanan tidak dapat dipisahkan dari sumber yang memberi layanan.

c. Sifat tidak tahan lama (perishability)

(35)

3. Manfaat kualitas pelayanan

Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan.

Secara ringkas manfaat dari kualitas yang superior antara lain berupa:

1. Loyalitas pelanggan lebih besar

2. Pangsa pasar yang lebih besar

3. Harga saham yang tinggi

4. Harga jual yang tinggi

5. Produktifitas yang lebih besar (Tjiptono,1996).

4. Dimensi kualitas jasa

Menurut Parasuraman, dkk (1988), service quality dapat diukur melalui

dimensi-dimensi berikut:

a. Reliability (Keandalan), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk

memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apa

pun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.

b. Responsiveness (Ketanggapan), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan

para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespons permintaan

pelanggan, serta menginformasikan kapan saja akan diberikan dan kemudian

memberikan jasa secara cepat.

c. Assurance (Jaminan), yaitu perilaku karyawan yang mampu menumbuhkan

kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan dapat menciptakan

rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan

selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang

(36)

Skor Kualitas Jasa = (Skor Kinerja – Skor Harapan)

d. Empathy (Empati), yaitu perusahaan memahami masalah para pelanggannya

dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal

kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.

e. Tangibility (Keberwujudan), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik,

perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan

karyawan.

5. Mengukur kualitas jasa

Mengukur kualitas jasa berarti mengevaluasi/membandingkan kinerja

suatu jasa dengan seperangkat standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Untuk model pengukuran Parasuraan dan kawan-kawan, telah dibuat sebuah skala

multi-item yang diberi nama SERVQUAL. Alat ini dimaksudkan untuk mengukur

harapan dan persepsi pelanggan, dan kesenjangan (gap) yang ada di model

kualitas jasa (Tjiptono, 1996). Skorservice qualityuntuk setiap pasang pertanyaan

bagi masing-masing pelanggan dapat dihitung berdasarkan rumus berikut ini

(Tjiptono, 2005):

6. Analisis tingkat kesesuaian antara harapan dan kenyataan pelanggan

Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja/ pelaksanaan

dengan skor kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan urutan

prioritas peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan

(Supranto, 2006).

Dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel yang diwakilkan oleh

(37)

memberikan kepuasan para pelanggan, sedangkan Y merupakan tingkat

kepentingan pelanggan(Supranto, 2006).

Adapun rumus tingkat kesesuaian menurut Supranto (2006) yang

digunakan adalah:

Keterangan: TKI = Tingkat kesesuaian responden

Xi= Skor penilaian kinerja perusahaan Yi= Skor penilaian kepentingan pelanggan

Selanjutnya sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat pelaksanaan,

sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan. Dalam

penyederhanaan rumus, maka untuk setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan

pelanggan dengan :

di mana X = Skor rata-rata tingkat pelaksanaan/ kepuasan Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan

n = Jumlah responden

(Supranto, 2006)

Rumus selanjutnya menurut Supranto (2006) :

= i = i

K K

di mana K = Banyaknya atribut/ fakta yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan

Menurut Oktaviani dan Suryana (2006), nilai CSI diatas 50% dapat

dikatakan bahwa pengunjung merasa puas, sebaliknya apabila nilai CSI dibawah

50% pengunjung belum dikatakan puas. Tki =

(38)

C. Model Kualitas Jasa

Gambar 2. Kualitas Jasa

(Supranto, 2006) a. Gap 1

Gap antara harapan konsumen dengan persepsi manajemen (knowledge

gap). Gap ini berarti bahwa pihak manajemen mempersepsikan harapan

konsumen terhadap kualitas jasa secara tidak akurat. Beberapa kemungkinan

penyebabnya antara lain adalah informasi yang didapatkan dari riset pasar dan

analisis permintaan kurang akurat; interpretasi yang kurang akurat atas informasi

mengenai harapan pelangggan; tidak adanya analisis permintaan; buruknya atau

tidak adanya aliran informasi ke atas (upward information) dari staf kontak

konsumen ke pihak manajemen; dan terlalu banyak jenjang manajerial yang

GAP 5 mulut ke mulut

Kebutuhan pribadi Pengalaman masa lalu

Jasa yang diharapkan (Expected service)

Jasa yang dialami (Perceived service)

Penyampaian jasa (sebelum dan sesudah

(39)

menghambat atau mengubah informasi yang disampaikan dari karyawan kontak

konsumen ke pihak manajemen (Tjiptono, 2005).

b. Gap 2

Gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dengan

spesifikasi kualitas layanan jasa (standard gap). Gap ini berarti bahwa spesifikasi

kualitas jasa tidak konsisten dengan persepsi manajemen terhadap harapan

konsumen. Penyebabnya antara lain adalah tidak adanya standar kerja yang jelas;

kesalahan perencanaan atau prosedur perencanaan yang tidak memadai;

manajemen perencanaan yang buruk; kurangnya penetapan tujuan yang jelas

dalam perusahaan; kurangnya dukungan dan komitmen manajemen puncak

terhadap perencanaan kualitas jasa; kekurangan sumber daya; dan situasi

permintaan berlebihan. Contohnya, manajemen sebuah apotek meminta para

stafnya agar melayani pasien dengan cepat tanpa memperinci standar waktu

pelayanan yang dikategorikan cepat (Tjiptono, 2005).

c. Gap 3

Gap antara spesifikasi kualitas layanan dengan layanan yang diberikan

(delivery gap). Gap ini berarti bahwa spesifikasi kualitas tidak terpenuhi oleh

kinerja dalam memberikan dan menyampaikan layanan. Sejumlah penyebabnya

antara lain adalah kurang terlatihnya karyawan; beban kerja terlampau berlebihan;

dan standar kinerja tidak dapat dipenuhi karyawan (terlalu tinggi dan realistis).

Selain itu, mungkin pula karyawan dihadapkan pada standar-standar yang kadang

kala saling bertentangan satu sama lain. Misalnya, para perawat di rumah sakit

(40)

saat bersamaan mereka juga diharuskan melayani setiap pasien dengan cepat

(Tjiptono, 2005).

d. Gap 4

Gap antara layanan yang diberikan dengan komunikasi eksternal

(communication gap). Gap ini berarti bahwa janji-janji yang disampaikan melalui

aktivitas komunikasi pemasaran tidak konsisten dengan layanan yang diberikan

kepada konsumen. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah

perusahaan gagal memenuhi spesifikasi yang ditetapkannya padahal kampanye

komunikasi pemasaran sesuai dengan spesifikasi tersebut; kecenderungan untuk

melakukan “over promise, under deliver”. Iklan dan janji maupun slogan

perusahaan sering mempengaruhi harapan konsumen. Jika perusahaan

memberikan janji yang berlebihan, maka resikonya adalah harapan konsumen bisa

membumbung tinggi dan sulit terpenuhi. Contohnya, wisatawan akan sangat

kecewa apabila mereka mendapati bahwa objek wisata yang dikunjungi ternyata

tidak sebagus yang digambarkan di brosur atau website yang mereka lihat

(Tjiptono, 2005).

e. Gap 5

Gap antara harapan konsumen dengan layanan yang diterima atau

dirasakan (service gap). Gap ini dapat menimbulkan sejumlah konsekuensi

negatif, seperti kualitas yang buruk (negatively confirmed quality) dan masalah

kualitas; komunikasi dari mulut ke mulut yang negatif; dampak negatif terhadap

citra perusahaan; dan kehilangan konsumen. Gap ini terjadi apabila konsumen

(41)

Y

X

Kepuasan Kuadran II

Prioritas Utama

Kuadran IV

Berlebihan Kuadran III

Prioritas Rendah

Kuadran I

Pertahankan Prestasi Kepentingan

mereka keliru menginterpretasikan kualitas jasa yang bersangkutan. Sebagai

contoh seorang dokter mungkin ingin selalu mengunjungi pasiennya

demimenunjukkan perhatiannya, namun itu bisa dipersepsikan keliru oleh pasien

dan diinterpretasikan sebagai indikasi bahwa ada masalah serius berkenaan

dengan penyakit yang dideritanya (Tjiptono, 2005).

D. Diagram Kartesius

Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat

bagian yang dibatasi oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (

X, Y), di mana X merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat pelaksanaan atau

kepuasan pelanggan atas seluruh faktor atau atribut dan Y adalah rata-rata dari

rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh faktor yang mempengaruhi kepuasan

pelanggan (Supranto, 2006).

Gambar 3. Diagram Kartesius

(Supranto, 2006)

(42)

Keterangan:

1. Kuadran I (Pertahankan Prestasi)

Kuadran ini menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil

dilaksanakan perusahaan, untuk itu wajib dipertahankannya. Dianggap sangat

penting dan sangat memuaskan (Supranto, 2006).

2. Kuadran II (Prioritas Utama)

Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor atau atribut yang dianggap

mempengaruhi kepuasan pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap

sangat penting, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan

pelanggan. Sehingga mengecewakan/ tidak puas (Supranto, 2006).

3. Kuadran III (Prioritas Rendah)

Kuadran ini menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting

pengaruhnya bagi pelanggan, pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja.

Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan (Supranto, 2006).

4. Kuadran IV (Berlebihan)

Kuadran ini menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang

penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi

sangat memuaskan (Supranto,2006).

E. Resep Obat

Berdasarkan Permenkes RI No. 284/ Menkes/ Per/ III/ 2007, resep adalah

permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk

(43)

perundangan yang berlaku. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter

gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat

bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku (Hartini dan Sulasmono,

2007). Menurut Kepmenkes RI No. 1027/ Menkes/ SK/ IX/ 2004, resep adalah

permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk

menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan

yang berlaku.

Berdasarkan Permenkes No. 922/ Menkes/ Per/ X/ 1993 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotik Pasal 17 menyebutkan resep

harus dirahasiakan dan disimpan di Apotik dengan baik dalam jangka waktu 3

(tiga) tahun, resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan pada dokter

penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas

kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dan salinan resep harus ditanda tangani oleh Apoteker.

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, pelayanan

resep meliputi :

1. Skrining resep

Apoteker melakukan skrining resep meliputi :

a. Persyaratan administratif :

- Nama, SIP dan alamat dokter.

- Tanggal penulisan resep.

- Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep.

(44)

- Nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta.

- Cara pemakaian yang jelas.

- Informasi lainnya.

b. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

c. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian

(dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep

hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan

pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan

setelah pemberitahuan.

2. Penyiapan obat

a. Peracikan

Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas

dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat

harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan

jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.

b. Etiket

Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

c. Kemasan obat yang diserahkan

Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok

(45)

d. Penyerahan obat

Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan

akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat

dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling

kepada pasien dan tenaga kesehatan.

e. Informasi obat

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan

obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang

harus dihindari selama terapi.

f. Konseling

Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,

pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki

kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya

penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan

kesehatan lainnya.

Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes,

TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan

(46)

g. Monitoring penggunan obat

Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan

pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti

cardiovascular, diabetes, TBC,asthma, dan penyakit kronis lainnya.

F. Apotek

1. Definisi

Berdasarkan PP No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian,

apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kefarmasian oleh Apoteker. Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan

kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang

optimal bagi masyarakat, selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan

praktek profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian (Hartini dan

Sulasmono, 2007). Berdasarkan Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah tempat tertentu tempat

dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan

kesehatan lainnya kepada masyarakat.

2. Tugas dan fungsi apotek

Tugas dan fungi apotek disebutkan dalam Peraturan Pemerintah No.25

tahun 1980 tentang perubahan atas Peraturan pemerintah No. 26 tahun 1965 pasal

2 yaitu sebagai berikut :

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah

(47)

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat;

c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata (Hartini dan Sulasmono,

2007).

G. Landasan Teori

Kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan jasa akan

mempengaruhi kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan tergantung dari

seberapa besar harapan dan kenyataan pelanggan terhadap pelayanan yang telah

diberikan. Tingkat kepuasan tergantung dari perbedaan antara kenyataan yang

diterima pelanggan dengan harapan yang dimiliki oleh pelanggan. Apabila

harapan sama dengan kenyataan maka pelanggan puas dan apabila harapan lebih

dari kenyataan maka pelanggan tidak puas. Hal ini berarti bahwa apabila

pelanggan di Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan Non Pendidikan Panasea

Yogyakarta memiliki harapan dan merasakan kinerja dari kualitas pelayanan yang

telah diberikan maka tingkat kepuasan pelanggan dapat ditentukan.

H. Hipotesis

H0 : tidak ada perbedaan bermakna antara kepuasan pelanggan di Apotek

Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek Non Pendidikan Panasea Yogyakarta.

H1: ada perbedaan bermakna antara kepuasan pelanggan di Apotek Pendidikan

(48)

24

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis rancangan penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis

kuantitatif survei. Penelitian survei merupakan penelitian yang menggunakan

kuesioner sebagai instrumen penelitian. Dalam pelaksanaan survei, kondisi

penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti (Prasetyo dan Jannah, 2005). Metode

penelitian kuantitatif memusatkan perhatian pada hal lebih nyata yang dapat

diukur dengan angka atau-istilahnya-quantifiable, berupaya memahami hal yang

diteliti dengan melakukan pengukuran dalam bentuk, misalnya, frekuensi dan

intensitas variabel. Penelitian kuantitatif dilakukan bila peneliti ingin

membuktikan sesuatu, yaitu menunjukkan keberadaan sebuah variabel, hubungan

antara variabel, membuktikan sebuah teori (Basuki, 2006).

Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Penelitian ini

adalah penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu (Prasetyo dan Jannah,

2005). Data hanya dikumpulkan untuk waktu tertentu saja untuk menggambarkan

kondisi populasi (Purwanto dan Sulistyastuti, 2007).

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent) adalah kualitas pelayanan kepada pelanggan

pengguna resep oleh Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek Non

(49)

2. Variabel terikat (dependent) adalah kepuasan pelanggan dengan resep obat di

Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek Non Pendidikan Panasea

Yogyakarta.

C. Definisi Operasional

1. Pelanggan adalah semua orang yang menebus resep obat di Apotek

Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek Non Pendidikan Panasea Yogyakarta

periode Maret hingga Mei 2011.

2. Harapan pelanggan adalah keyakinan pelanggan akan jasa yang telah diterima

di Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek Non Pendidikan Panasea

Yogyakarta sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

3. Kepuasan pelanggan adalah pengakuan pelanggan yang menebus resep obat di

Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek Non Pendidikan Panasea

Yogyakarta baik berupa produk maupun jasa tertentu yang pernah dibeli dan

digunakan, yaitu saat pelanggan merasa senang atau suka karena harapan

terhadap produk maupun jasa tersebut terpenuhi.

4. Kualitas pelayanan yang akan diteliti adalah harapan dan kenyataan pelanggan

di Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek Non Pendidikan Panasea

Yogyakarta terhadap tangibility(keberwujudan), empathy (empati), reliability

(keandalan), assurance (jaminan), dan responsiveness (ketanggapan) yang

menggambarkan kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang telah

(50)

5. Resep yang dimaksud yaitu pelanggan yang membawa resep serta

mendapatkan pelayanan dari petugas pada saat pengambilan data serta

membeli obat pada saat itu juga dikedua apotek.

6. Kuesioner yang digunakan adalah gabungan dari segi harapan dan kenyataan

yang telah diterima berdasarkan hasil statistik.

7. Loyalitas adalah kesetiaan pelanggan yaitu kunjungan lebih dari 10 kali.

8. Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh penyedia barang

dan jasa di Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek Non Pendidikan

Panasea Yogyakarta untuk memuaskan atau memenuhi keinginan pelanggan.

9. Apotek yang diteliti adalah Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek

Non Pendidikan Panasea Yogyakarta.

10. Apotek pendidikan yaitu pemilik sarana apotek (PSA) berupa institusi

pendidikan.

11. Apotek non pendidikan yaitu pemilik sarana apotek (PSA) berupa

perseorangan atau badan usaha dan bukan institusi pendidikan.

D. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Apotek Pendidikan dan Non Pendidikan yang

berada di Yogyakarta. Apotek tempat dilakukan penelitian:

1. Apotek Pendidikan yaitu Apotek Pendidikan Sanata Dharma Jalan Paingan,

Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta

2. Apotek Non Pendidikan yaitu Apotek Panasea Jalan Kenari No 89

(51)

E. Bahan Penelitian 1. Sampel dan teknik sampling

Sampel pada penelitian ini adalah pelanggan yang menebus resep dan

menggunakan jasa pelayanan di Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek

Non Pendidikan Panasea Yogyakarta dan bersedia mengisi kuesioner.

Teknik sampling yang digunakan adalah pengambilan sampel

non-probabilitas/ non-acak. Dengan cara ini semua elemen populasi belum tentu

memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel karena

misalnya ada bagian tertentu secara sengaja tidak dimasukkan dalam pemilihan

untuk mewakili populasi (Umar, 2009).

Teknik pengambilan sampel non-probabilitas yang digunakan adalah

quota sampling. Memilih sampel dengan metode ini adalah sampling yang

mencirikan lebih dahulu segala sesuatu yang berhubungan dengan pengambilan

sampel, dengan demikian pengumpulan data hanya mengumpulkan data mengenai

sesuatu yang telah dicirikan, akan tetapi pengambilan unit samplingnya ditentukan

oleh pengambilan sampel dengan cara menentukan quota (Kasjono dan Yasril,

2009).

2. Besar sampel

Bailey menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan

statistik, ukuran sampel yang paling minimum adalah 30 (Hasan, 2002). Besar

sampel pada penelitian ini ditentukan oleh peneliti yaitu sebesar 100 responden

(52)

F. AlatPenelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner berisi beberapa pertanyaan sederhana guna mendukung survei

kepuasan pelanggan, dimana didalam kuesioner tersebut terkandung 5 aspek

utama yaitu tangibility(keberwujudan), empathy (empati),reliability (keandalan),

assurance(jaminan), danresponsiveness(ketanggapan).

G. Jalan Penelitian

Dalampenelitian ini hal pertama yang dilakukan adalah:

1. Pembuatan kuesioner

Dalam pembuatan kuesioner terdapat beberapa tahap yaitu:

a. Membuat pernyataan dalam kuesioner

Membuat pernyataan yang memuat tentang karakteristik responden dan

membandingkan antara kepuasan pelanggan dengan resep obat yang berisi

harapan dan kenyataan terhadap kualitas pelayanan pelanggan dengan resep obat

di Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan Apotek Non Pendidikan Panasea

Yogyakarta yang berisi pernyataan mengenai lima dimensi yaitu

tangibility(keberwujudan), empathy (empati), reliability (keandalan), assurance

(jaminan), danresponsiveness(ketanggapan).

Tabel I. Jenis pernyataan dalam kuesioner berdasarkan dimensi mutu Jenis pernyataan

Aspek Nomor pernyataan

Favorable Unfavorable Tangibility 11-20 11-15,17-20 16

Empathy 1-10 1,3,4,5,10 2,6,7,8,9

Reliability 21-26 21,22,25 23,24,26

Assurance 27-36 28,30,31,33,34 27,29,32,35,36

(53)

Sistem penilaian dibagi menjadi dua cara yang berbeda untuk pernyataan

favorabledanunfavorable.

Tabel II. Nilai Kenyataan dan Nilai Harapan Pelanggan Jenis pernyataan

Kepuasan

favorable unfavorable Kepentingan

Sangat Puas (SP) 5 1 Sangat Penting (SP)

Puas (P) 4 2 Penting (P)

Cukup Puas (CP) 3 3 Cukup Penting (CP)

Kurang Puas (KP) 2 4 Kurang Penting (KP)

Tidak Puas (TP) 1 5 Tidak Penting (TP)

(Sari, 2008) b. Uji validitas

Uji validitas pada setiap butir pernyataan dalam kuesioner pada penelitian

ini diukur dengan menggunakan program SPSS dengan analisis Pearson Product

Moment pada tingkat kepercayaan 95% yang menunjukkan validitas hubungan

antar butir pernyataan. Syarat minimum untuk dianggap suatu butir instrumen

valid adalah indeks validitasnya positif dan≥0.3 (Hasan, 2002).

Uji validasi ini dilakukan pada dua Apotek yaitu Apotek Wipa dan Apotek

Pendidikan yaitu Apotek Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Kuesioner

diberikan kepada pelanggan yang menebus obat menggunakan resep di kedua

Apotek tersebut. Pemilihan Apotek Wipa sebagai tempat dilakukan uji validasi

diharapkan agar dapat menggambarkan kondisi di Apotek Non Pendidikan yang

akan menjadi tempat penelitian sedangkan pemilihan Apotek Universitas Islam

Indonesia sebagai tempat uji validasi diharapkan agar dapat menggambarkan

kondisi di Apotek Pendidikan yang akan menjadi tempat penelitian.

Uji validasi kuesioner dilakukan dengan menghitung korelasi antara

(54)

diuji dengan analisis Pearson Product Moment dan uji validitas isi hanya 32

pernyataan yang memenuhi syarat.

c. Uji reabilitas

Menurut Notoatmodjo (2002), reliabilitas adalah suatu indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan,

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran

berulang-ulang. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang

angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Semakin tinggi nilai koefisien

reliabilitas atau mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya.

Sebaliknya, semakin rendah nilai koefisien reliabilitas atau menjauhi angka 1

berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2003). Remmers et al. (1960)

menyatakan bahwa koefisien reabilitas 0.5 dapat dipakai untuk tujuan penelitian

(Surapranata, 2004). Instrumen dapat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi

apabila hasil dari pengujian kuesioner tersebut menunjukkan hasil yang tetap.

Pada penelitian nilai reabilitas kenyataan dan harapan pada Apotek Wipa adalah

0,889 dan 0,501 sedangkan pada Apotek UII nilai reabilitas kenyataan dan

harapan sebesar 0,861 dan 0,856.

2. Perijinan

Perijinan dilakukan dengan mengajukan proposal penelitian ke Apotek

Pendidikan yaitu Apotek Sanata Dharma dengan surat permohonan ijin dari

peneliti atas sepengetahuan Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

(55)

mengajukan proposal penelitian dengan surat pengantar dari Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

3. Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan dengan cara meminta kesediaan pengunjung

Apotek yang akan menebus resep obat di Apotek Pendidikan Sanata Dharma dan

Apotek Panasea untuk mengisi kuesioner. Apabila pelanggan bersedia mengisi

kuesioner, peneliti akan mendampingi dalam pengisian kuesioner dengan

membacakan pernyataan satu per satu dengan tujuan supaya responden dapat

mengisi kuesioner dengan sungguh-sungguh. Peneliti tidak mempengaruhi

responden dalam mengisi kuesioner tetapi hanya mendampingi. Responden dapat

bertanya pada peneliti apabila ada pernyataan yang kurang dimengerti. Responden

yang mengalami kesulitan dalam menulis kuesioner dibantu oleh peneliti untuk

menulis jawaban sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden.

4. Pengolahan data

a. Manajemen data

Dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:

1) Editing, dilakukan dengan mengecek hasil kuesioner yang telah diisi untuk

memastikan bahwa setiap butir pernyataan telah dijawab dengan lengkap.

2) Processing, dilakukan dengan menjumlahkan angka dari setiap item

pernyataan yang telah dijawab oleh responden, kemudian dikelompokkan item

pernyataan pada kuesioner berdasar variabel yang akan diteliti yaitu kenyataan

(56)

masing-masing (Christina, 2010). Selanjutnya dilakukan pemindahan nilai pernyataan

baik kenyataan dan harapan dari kuesioner ke program computer.

3) Cleaning, dilakukan dengan memeriksa ulang bahwa data yang telah

dimasukkan dikomputer sudah benar.

b. Analisis data

1) Pengelompokan usia pelanggan

Pengelompokan usia dapat dilakukan jika telah diketahui interval kelas

yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Jumlah kelas (K) dapat dihitung dengan Sturges:

n = jumlah data (Riduwan, 2009)

2) Analisis gap

Tingkat kepuasan pelanggan dijelaskan dengan menggunakan analisis

kesenjangan (gap). Analisis ini membandingkan mean antara harapan dengan

kenyataan yang diterima pelanggan dari dimensi pelayanan yaitu tangibility,

empathy, reliability, assurance, dan responsiveness. Kepuasan paling tinggi

terjadi apabila kenyataan melampaui harapan yaitu saat pelayanan yang diberikan

maksimal (5) sedangkan harapan minimal (1), sehingga didapatkan nilai sebesar 5

– 1 = 4. Sebaliknya, kepuasan paling rendah terjadi apabila kenyataan yang

diberikan jauh dibawah harapan yaitu saat pelayanan yang diberikan minimal (1)

sedangkan harapan maksimal (5), sehingga didapatkan nilai sebesar 1 – 5 = –4. K = 1 + 3,3 log n

(57)

Menurut Mulyono (1991) (cit., Rahmulyono, 2008) rentang kepuasan –4 sampai

dengan terbesar sebesar 4 memiliki interval:

Interval = (Skor tertinggi – Skor terendah) / Jumlah kelompok

= (4 – (-4)) / 5 = 1,6 (Mulyono, 1991)

Sehingga diperoleh klasifikasi kepuasan :

Tabel III. Klasifikasi Kesenjangan (gap)

Interval Klasifikasi

-4 s/d -2.4 Sangat Rendah

> -2.4 s/d -0.8 Rendah

> -0.8 s/d 0.8 Sedang

> 0.8 s/d 2.4 Tinggi

> 2.4 s/d 4 Sangat Tinggi

(Rahmulyono, 2008)

3) Uji normalitas data

Uji normalitas data dilakukan dengan analisis statistik. Uji ini dilakukan

dengan memasukkan rata-rata kenyataan dan harapan dari setiap pernyataan yang

terdapat dalam kuesioner. Uji ini digunakan untuk mengetahui data yang

digunakan terdistribusi normal atau tidak sehingga dapat ditentukan uji statistik

selanjutnya.Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal (data

parametrik) dan dapat dianalisis dengan uji t tidak berpasangan. Sedangkan

apabila nilai signifikansi < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal (data

non-parametrik) dan dapat dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney. Pada

penelitian, uji normalitas menggunakan analisis statistik Kolmogorov-Smirnov

karena sampel yang digunakan > 50 sehingga data dikatakan normal jika nilai

(58)

Tabel IV. Metode untuk mengetahui suatu set data memiliki distribusi normal atau tidak

Metode Parameter Kriteria sebaran data

dikatakan normal

Keterangan

Koefisien varian Nilai koefiisen varians< 30% SD x 100% mean

Rasio skewness Nilai rasio skewness -2 s/d 2 Skewness a

SE Skewness

Rasio kurtosis Nilai rasio kurtosis-2 s/d 2 Kurtosis i

SE Kurtosis Histogram Simetris tidak miring kiri

maupun kanan, tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah Box plot Simetris median tepat di tengah,

tidak ada outlier atau nilai ekstrim.

Normal Q-Q plots Data menyebar sekitar garis

Deskriptif

Detrended Q-Q Plots Data menyebar sekitar garis pada nilai 0

Kolmogorov-Smirnov Nilai kemaknaan (p) > 0,05 Untuk sampel besar (> 50)

Analitik

Shapiro-Wilk Nilai kemaknaan (p) > 0,05 Untuk sampel kecil (≤50)

(Dahlan,2009)

4) Uji Man Whitney

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang

bermakna atau tidak antara kepuasan pelanggan pada Apotek Pendidikan Sanata

Dharma Yogyakarta dengan Apotek Non Pendidikan Panasea Yogyakarta

sehingga dapat ditentukan apakah Ho ditolak atau diterima. Apabila hasil yang

didapatkan terjadi perbedaan yang signifikan maka Ho ditolak tetapi apabila

perbedaan yang terjadi tidak signifikan maka Ho diterima. Uji t tidak berpasangan

dilakukan jika dua data yang dibandingkan terdistribusi normal atau uji

Mann-Whitney jika data yang dibandingkan tidak terdistribusi normal yang dilihat dari

(59)

5) Diagram kartesius

Diagram kartesius menjabarkan tingkat pernyataan ke dalam empat

bagian yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV sehingga dengan

diagram ini dapat ditentukan beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan

pelanggan untuk kemudian dapat diprioritaskan bagi perusahaan agar ditingkatkan

(60)

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Pelanggan

Karakteristik pelanggan dalam pembahasan ini untuk mengetahui

secara deskriptif pelanggan yang menebus resep di Apotek Panasea dan

Apotek Sanata Dharma dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan,

pekerjaan, biaya pengeluaran untuk pemeliharaan kesehatan per bulan, dan

jumlah kunjungan ke apotek.

1. Jenis kelamin

Persentase terbanyak pelanggan Apotek Sanata Dharma Yogyakarta

yaitu berjenis kelamin perempuan (65%) dan sisanya laki-laki (35%)

sedangkan pada Apotek Panasea Yogyakarta persentase terbanyak berjenis

kelamin perempuan (53%) dan sisanya laki-laki (47%).

(61)

2. Umur

Pada penelitiandi Apotek Panasea Yogyakarta dandi Apotek Sanata

Dharma Yogyakarta, jumlah data yang digunakan masing-masing untuk kedua

apotek adalah 100 orang sehingga didapatkan jumlah kelas (K) adalah 8.

Responden yang termuda di Apotek Panasea Yogyakarta berusia 17

tahun dan tertua berusia 78 tahun sehingga didapatkan nilai 8sebagai interval

kelas. Pada Apotek Sanata Dharma Yogyakarta, responden termuda berusia 18

tahun dan tertua berusia 65 tahun sehingga didapatkan nilai 6 sebagai interval

kelas. Berdasarkan nilai jumlah dan interval kelas tersebut, didapatkan

distribusi frekuensi dalam Tabel V.

Tabel V. Frekuensi Usia Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek Sanata Dharma dan Apotek Panasea Yogyakarta

Apotek Panasea Apotek Sanata Dharma

Kelompok

100 100 100 100

Persentase umur pelanggan di Apotek Panasea Yogyakarta

terbesarberada pada rentang usia 41 – 48 tahun yaitu sebesar 22% sedangkan

(62)

Gambar 5. Usia Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek Panasea Yogyakarta

Pada Apotek Sanata Dharma Yogyakarta, persentase umur

terbesarberada pada rentang usia 18-23 tahun yaitu sebesar 71% sedangkan

persentase terkecil berada pada rentang usia 48-53 tahun dan pada rentang usia

60-65 yaitu masing-masing sebesar 1%.

Gambar 6. Usia Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek Sanata Dharma Yogyakarta

3. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan pada penelitian ini terdiri dari lima klasifikasi

yaitu SD, SMP, SMA, Diploma, dan Sarjana. Persentase pelanggan dengan

resep obat di Apotek Panasea Yogyakarta berdasarkan tingkat pendidikan

yang paling besar yaitu Sarjana (41%) sebanyak 41 pelanggan sedangkan

persentase terkecil yaitu lain – lain (2%).Pada Apotek Apotek Sanata Dharma

Yogyakarta persentase pelanggan dengan resep obat berdasarkan tingkat

(63)

sedangkan persentase terkecil yaitu SD, DMP, D3 (2%) masing-masing

sebanyak 2 pelanggan.

Gambar 7. Tingkat Pendidikan Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek Sanata Dharma dan di Apotek Panasea Yogyakarta

4. Jenis pekerjaan

Persentase jenis pekerjaan terbanyak di Apotek Panasea Yogyakarta

yaitu lain – lain (37%) meliputi ibu rumah tangga, dokter, pensiunan pegawai

negeri sipil, guru, tukang becak, pedagang, staf swasta, dan sopir. Persentase

jenis pekerjaan terkecil yaitu petani (1%). Pada penelitian di Apotek Sanata

Dharma Yogyakarta, persentase jenis pekerjaan terbanyak yaitu pelajar/

mahasiswa (72%) sedangkan persentase jenis pekerjaan terkecil yaitu petani

(64)

Gambar 8. Jenis Pekerjaan Pelanggan dengan Resep Obat di Apotek Sanata Dharma dan di Apotek Panasea Yogyakarta

5. Biaya pengeluaran untuk pemeliharaan kesehatan per bulan

Pada penelitiandi Apotek Panasea Yogyakarta dandi Apotek Sanata

Dharma Yogyakarta, biaya pengeluaran untuk pemeliharaan kesehatan per

bulan dibagi menjadi empat kategori yaitu kurang dari Rp 200.000,00; Rp

200.000,00 –Rp 500.000,00; Rp 500.000,00 –Rp 1.000.000,00; di atas Rp

1.000.000,00. Biaya pengeluaranuntuk pemeliharaan kesehatan per bulan ini

dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh anggota keluarga baik

untuk membeli vitamin maupun untuk memenuhi kebutuhan dalam

menunjang kesehatan.

Persentase terbesar dalam pengeluaran untuk pemeliharaan

kesehatandi Apotek Panasea Yogyakarta yaitu kurang dari Rp 200.000,00

sebesar 46% sedangkan persentase terkecil yaitu pada pengeluaran Rp

500.000,00 –Rp 1.000.000,00 sebesar 6%.Pada penelitian di Apotek Sanata

Gambar

Tabel XI.Rata-rata Kenyataan dan Harapan dari Dimensi Empathy
Tabel XVIII.
Gambar 1. Konsep Kepuasan Pelanggan
Gambar 2. Kualitas Jasa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkup dalam pengelolaan arsip dinamis aktif dan inaktif Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan mencakup ketentuan umum,

Pada penelitian ini, metode pembuatan yang akan dilakukan yaitu dengan mengurangi jumlah semen yang dipakai dalam komposisi beton, ditentukan dengan menambahkan persentase fly ash dan

Rakyat Banten tetap setia mendukung di dalam barisan Syaikh Yusuf, karena Sultan Haji telah menjalin kerjasama dengan Belanda dan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa, telah

K3 bagi seluruh personi, Perbaikan dan pengembangan serta pemantauan terhadap pelaksanaan prosedur-prosedur K3, Melaksanakan semua prosedur kesehatan dan keselamatan

Bagi satuan pendidikan yang BELUM memperoleh Ijin untuk menyelenggarakan pembelajaran tatap muka, dalam masa transisi dan pembiasaan baru, penyelenggaraan pembelajaran masih

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan udem sekunder: volume

Ada bahan piezoelektrik untuk suhu tinggi umumnya digunakan untuk pembangkit energi listrik dengan panas, batubara atau yang lain, panas yang dihasilkan tidak sia-sia

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memper- siapkan lulusan SMK yang disiapkan untuk mampu bersaing di dunia kerja yang nyata, tidak