• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAT FISIS H (Piper betle

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FAT FISIS H (Piper betle"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Diaju Memp

UN

ukan untuk M peroleh Gela

Progra

Sep NIM

FAKUL NIVERSITA YO

SKRIPSI

Memenuhi Sa ar Sarjana Fa am Studi Far

Oleh: ptiana Wijay M : 0781141

LTAS FARM AS SANATA

GYAKART 2011

alah Satu Sy armasi (S.Fa rmasi

ya 46

MASI A DHARMA TA

yarat arm.)

(2)

  EFEK PEN KARBON GIGI NAMBAHA NAT SEBA I EKSTRAK Diaju Memp UN AN TRAGA AGAI ABRA K AIR-ALK

ukan untuk M peroleh Gela Progra Sep NIM FAKUL NIVERSITA YO i KAN SEBA ASIVE TERH KOHOL DA SKRIPSI Memenuhi Sa ar Sarjana Fa am Studi Far

Oleh: ptiana Wijay M : 0781141

LTAS FAR AS SANATA GYAKART 2011 AGAI BIND HADAP SIF AUN SIRIH

alah Satu Sy armasi (S.Fa rmasi ya 46 MASI A DHARMA TA

DER DAN K FAT FISIS H (Piper betle

(3)
(4)

 

(5)

HALAMA

iv

(6)

 

(7)
(8)

 

vii  PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan penyertaan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) program studi Farmasi.

Selama perkuliahan, penelitian hingga proses penyusunan skripsi, Penulis telah mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak yang berupa dukungan, sarana, bimbingan, nasihat, kritik, dan saran. Pada kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukkan kepada Penulis dalam penyusunan skripsi.

3. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran.

4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukkan, kritik dan saran kepada penulis.

5. Segenap dosen fakultas farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah mengajar dan membimbing Penulis selama perkuliahan.

6. Papa, mama, dan Natalia atas doa, kasih sayang dan dukungannya.

(9)

viii 

8. Ci Yuvita atas masukan, dukungan, bantuan dan saran yang telah diberikan selama penyusunan skripsi.

9. Fany, Yemi, dan Daniel sebagai teman satu tim atas kerjasama, bantuan, kebersamaan, kegembiraan, dan keluh kesah selama penyusunan skripsi ini. 10.Sahabat-sahabatku Fifi, Aji, Agnes, Riris, Fetri, Putri, dan Selasih yang selalu

memberikan bantuan, dukungan, dan motivasi.

11.Teman-teman skripsi lantai 1 Lia, Dinar, Siska, Cinthya, Mala, Bella, Tika, Puput, Yoga, Manda, Ayu, Ius, dan Robby atas kebersamaan, canda tawa dan keluh kesah selama ini.

12.Teman-teman FST 2007 atas segala kebersamaan kita.

13.Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Ottok, Mas Iswandi, Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Parlan serta laboran-laboran yang lain yang telah membantu Penulis selama penelitian.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan laporan akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulis berharap semoga laporan akhir skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak, khususnya dalam bidang farmasi.

(10)

 

ix  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR PERSAMAAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 5

2. Keaslian Penelitian ... 5

3. Manfaat Penelitian ... 5

a. Manfaat teoritis ... 5

b. Manfaat metodologis ... 5

(11)

B. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan umum ... 6

2. Tujuan khusus ... 6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 7

A. Sirih ... 7

1. Morfologi ... 7

2. Kandungan kimia ... 8

3. Kegunaan ekstrak air-alkohol daun sirih sebagai antibakteri ... 8

B. Gigi ... 9

1. Struktur gigi ... 9

2. Karies Gigi ... 11

C. Pasta Gigi ... 12

1. Definisi ... 12

2. Karakteristik pasta gigi ... 12

3. Mekanisme pembersihan gigi oleh pasta gigi ... 13

4. Sifat fisis dan metode evaluasi pasta gigi ... 14

a. Berat jenis ... 15

b. Cohesiveness ... 16

c. Extrudability ... 17

d. Viskositas ... 17

e. Sag ... 19

D. Bahan-bahan Pasta Gigi ... 20

(12)

 

xi 

2. Binder ... 20

3. Humektan ... 21

4. Pemanis ... 21

5. Pengawet ... 22

6. Aquadest ... 22

7. Surfaktan ... 22

E. Tragakan ... 23

F. Kalsium Karbonat ... 24

G. Metode Desain Faktoial ... 25

H. Landasan Teori ... 28

I. Hipotesis ... 29

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Jenis Rancangan Penelitian ... 30

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 30

1. Variabel penelitian ... 30

2. Definisi operasional ... 30

C. Alat ... 32

D. Bahan ... 32

E. Tata Cara Penelitian ... 32

1. Verifikasi ekstrak air-alkohol daun sirih ... 32

a. Ekstraksi daun sirih ... 32

b. Uji kualitatif ekstrak air-alkohol daun sirih secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ... 33

(13)

xii 

3. Pembuatan pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih ... 34

4. Uji sifat fisis pasta gigi ... 35

a. Uji viskositas ... 35

b. Uji sag ... 35

F. Analisis Data ... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Verifikasi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih ... 37

1. Ekstraksi Daun Sirih ... 37

2. Uji kualitatif dengan KLT ... 37

B. Pembuatan Pasta Gigi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih ... 39

C. Karakterisasi Sifat Fisis Pasta Gigi ... 44

D. Efek Tragakan dan Kalsium Karbonat, serta Interaksinya dalam Menentukan Sifat Fisis Pasta Gigi ... 51

1. Viskositas ... 53

2. Sag ... 56

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN ... 65

(14)

 

xiii 

DAFTAR TABEL

Tabel I. Nilai RDA pada beberapa abrasive ... 13 Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dengan 2 faktor dan 2 level . 27 Tabel III. Formula standar pasta gigi ... 33 Tabel IV. Formula modifikasi pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih ... 34 Tabel V. Percobaan desain faktorial (tiap percobaan direplikasi 3 kali) ... 34 Tabel VI. Hasil uji regresi linier antara viskositas dan sag pasta gigi ekstrak

air-alkohol daun sirih ... 46 Tabel VII. Sifat fisis ekstrak air-alkohol daun sirih ... 47 Tabel VIII. Efek tragakan dan kalsium karbonat, serta interaksi keduanya

dalam menentukan sifat fisis pasta gigi ekstrak air-alkohol daun

sirih ... 52 Tabel IX. Persamaan desain faktorial ... 53

Tabel X. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan DesainExpert

pada respon viskositas setelah 48 jam ... 54 Tabel XI. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan DesainExpert

(15)

xiv 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman sirih ... 8

Gambar 2. Struktur gigi ... 9

Gambar 3. Proses terjadinya karies gigi ... 11

Gambar 4. Aluminium piknometer ... 16

Gambar 5. Instron tensiometer ... 17

Gambar 6. Kurva aliran pseudoplastis ... 18

Gambar 7. Viskometer RION ... 19

Gambar 8. Rumus bangun gliserin ... 21

Gambar 9. Rumus bangun natriun sakarin ... 22

Gambar 10. Rumus bangun natrium benzoat ... 22

Gambar 11. Kromatogram KLT ekstrak air-alkohol daun sirih dengan sinar UV 245 nm ... 38

Gambar 12. Struktur tragakan ... 41

Gambar 13. Gambaran viscous matrik ... 42

Gambar 14. Profil periodik viskositas (X±SD) dari 3 replikasi selama penyimpanan 1 bulan ... 49

Gambar 15. Profil periodik sag (X±SD) dari 3 replikasi selama penyimpanan 1 bulan ... 49

Gambar 16. Grafik hubungan tragakan dan kalsium karbonat terhadap respon viskositas setelah 48 jam ... 55

(16)

 

xv 

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan (1). ... 26

Persamaan (2). ... 35

Persamaan (3). ... 53

(17)

xvi 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih

Produksi Javaplant ... 65 Lampiran 2. Proses Ekstraksi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih Produksi

(18)

 

xvii  INTISARI

Sifat fisis pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih (Piper betle L.) dipengaruhi oleh bahan dan jumlah bahan yang digunakan dalam formulasi pasta gigi yang meliputi tragakan dan kalsium karbonat. Tragakan yang berfungsi sebagai binder dapat meningkatkan viskositas fase cair, sedangkan kalsium karbonat yang berfungsi sebagai abrasive dapat membangun sifat alir pasta gigi. Dengan kata lain, penambahan tragakan dan kalsium karbonat maupun interaksi keduanya dapat menentukan sifat fisis pasta gigi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efek penambahan tragakan sebagai binder dan kalsium karbonat sebagai abrasive terhadap sifat fisis pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih.

Penelitian ini menggunakan desain faktorial dengan dua faktor, yaitu tragakan-kalsium karbonat serta dua level, yaitu level tinggi-level rendah tragakan dan kalsium karbonat. Kemudian dilakukan pengukuran terhadap sifat fisis pasta gigi yang meliputi viskositas dan sag 48 jam setelah pembuatan serta pengamatan profil viskositas dan sag secara periodik selama 1 bulan penyimpanan. Data dianalisis secara statistik menggunakan Design Expert 7.1.4 untuk mengetahui signifikansi (p<0,05) dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada respon viskositas tragakan, kalsium karbonat, dan interaksi keduanya memberikan efek yang signifikan. Pada respon sag, tragakan dan kalsium karbonat memberikan efek yang signifikan, namun interaksi keduanya memberikan efek yang tidak signifikan.

(19)

xviii  ABSTRACT

Physical properties of water-ethanol extract of betel leaf (Piper betle L.) toothpaste influenced by the material and the amount of material used in toothpaste formulation such as tragacanth and calcium carbonate. Tragacanth as binder can increase the viscosity of the liquid phase, while calcium carbonate as abrasive can build the rheology of toothpaste. In other words, the addition of tragacanth and calcium carbonate and the interaction can be determined the physical properties of toothpaste.

The aim of this study was to determine how the effect of tragacanth as binder and calcium carbonate as abrasive on physical properties of water-ethanol extract of betel leaf.

This study used factorial design with two factors, namely tragacanth-calcium carbonate and two levels, namely high level-low level of tragacanth and calcium carbonate. Then the measurements of physical properties of toothpaste that include viscosity and sag were done after 48 hours and periodically for one month of storage. The data were statistically analyzed using Design Expert 7.1.4 for knowing the significance (p<0,05) of each factor and their interaction in giving effect.

The results of this study showed that in viscosity response, tragacanth, calcium carbonate, and their interaction provide significant effect. In sag response, tragacanth and calcium carbonate provide significant effect, but their interaction does not significant effect.

(20)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Gigi merupakan salah satu organ pengunyah, yang terdiri dari gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah, lidah, serta saluran-saluran penghasil air ludah (Tarigan, 1992). Gigi berfungsi sebagai alat pengunyah makanan, dan alat bantu berbicara. Gigi juga berfungsi sebagai salah satu alat kecantikan selain kulit tubuh, kulit wajah, mata, dan bibir (Ahira, 2008). Jika fungsi gigi terganggu maka dapat menurunkan nafsu makan, kesulitan dalam pengunyahan makanan, penurunan fungsi cerna, serta menimbulkan masalah psikologis yang dapat mengganggu aktivitas (Widodo, 2009). Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan gigi.

Gigi yang rusak dapat menimbulkan sakit gigi. Timbulnya sakit gigi ini disebabkan oleh adanya bakteri Streptococcus mutans yang ada pada rongga mulut. Streptococcusmutans mempunyai kemampuan untuk mensintesis sukrosa, glukosa atau karbohidrat lain menjadi polisakarida ekstraselular dan asam yang melekat pada permukaan gigi yang disebut sebagai plak gigi (Panjaitan, 2002). Selain itu, plak juga merupakan tempat pelekatan dan pertumbuhan Streptococcus

mutans. Plak yang bersifat lengket menyebabkan jumlah Streptococcus mutans

(21)

 

menipis. Plak yang menumpuk kemudian membentuk karies gigi yang akhirnya merusak email hingga melubangi gigi dan menyebabkan sakit gigi (Besford, 1996). Untuk mengurangi jumlah Streptococcus mutans dapat dilakukan dengan cara menggosok gigi dengan pasta gigi yang mengandung abrasive dan senyawa yang berkhasiat sebagai antibakteri. Senyawa yang berkhasiat sebagai antibakteri ini dapat berasal dari senyawa kimia maupun senyawa alam. Contoh senyawa kimia yang berkhasiat sebagai antibakteri adalah fluoride, sedangkan senyawa alam yang berkhasiat sebagai antibakteri dapat berasal dari tanaman sirih.

Tanaman sirih merupakan anggota suku Piperaceae. Salah satu bagian dari tanaman sirih yang dimanfaatkan sebagai pengobatan adalah daunnya. Daun sirih dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit diantaranya obat sakit gigi dan mulut, sariawan, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut, antibakteri, batuk dan serak, hidung berdarah, keputihan, wasir, tetes mata, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala pusing, dan trachoma (Syukur dan Hernani, 1999). Daun sirih segar mengandung 0,7 – 2,6 % minyak atsiri, yaitu allilkatekol, kadinen, karvakrol, karyofilen, kavibetol, kavikol, hidroksikavikol, betelfenol, sineol, estragol, eugenol, dan eugenol metil eter. Selain itu juga mengandung 0,8 - 1,8 % enzim diasfase, tannin, asam lemak, gula dan amilum (Darwis, 1992). Daun sirih dapat diekstraksi menggunakan pelarut air-alkohol dan berdasarkan metode difusi agar dengan cakram kertas (metode Bauer-Kirby) ekstrak air-alkohol daun sirih mempunyai aktivitas antibakteri terhadap

(22)

3  

 

Salah satu sediaan yang dapat mengakomodasi khasiat antibakteri ekstrak air-alkohol daun sirih terhadap Streptococcus mutans adalah dengan diformulasikan dalam bentuk pasta gigi. Saat ini telah ada sediaan pasta gigi yang menggunakan minyak atsiri daun sirih sebagai zat aktifnya, namun penggunaan minyak atsiri ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu mudah teroksidasi oleh udara dan ketidakstabilan selama penyimpanan. Jika menggunakan ekstrak air-alkohol daun sirih maka ekstrak air-air-alkohol daun sirih akan terjebak dalam matrik tiga dimensi yang dibentuk oleh binder atau gelling agent yang digunakan dalam formulasi pasta gigi. Selain itu juga, binder mempunyai sifat yang dapat menaikkan viskositas sediaan. Ekstrak air-alkohol daun sirih yang terjebak dalam matrik akan menyebabkan ekstrak tersebut terlindungi dari oksidasi. Hal ini disebabkan karena peningkatan viskositas yang dibentuk oleh binder akan menurunkan molecular mobility ekstrak air-alkohol daun sirih, sehingga udara akan sulit masuk kedalam matrik. Tidak adanya udara yang dapat menembus matrik ini menyebabkan reaksi oksidasi tidak dapat berlangsung sehingga kestabilan dan konsentrasi zat aktif serta daya antibakteri ekstrak air-alkohol daun sirih akan tetap dipertahankan.

Sediaan pasta gigi terdiri dari beberapa macam bahan penyusun antara lain

binder atau gellingagent dan abrasive. Binder dibutuhkan untuk mempertahankan

(23)

 

agen pengkilap dan penghilang plak pada proses penggosokan gigi (Anonim, 2008a). Abrasive yang digunakan pada pasta gigi harus selalu seimbang antara kemampuannya dalam membersihkan permukaan gigi dan kemungkinan pengerusakan pada permukaan gigi. Pasta gigi sebaiknya tidak memiliki abrasive lebih dari yang diperlukan untuk menjaga gigi tetap bersih (bebas dari plak, sisa makanan, dan pewarnaan gigi) (Rieger, 2000). Selain itu, abrasive juga merupakan salah satu bahan yang dapat membangun sifat alir pasta gigi (Anonim, 2004). Contoh abrasive yang dapat digunakan adalah kalsium karbonat. Dengan demikian, perlu dilakukan suatu penelitian tentang efek penambahan tragakan sebagai binder dan kalsium karbonat sebagai abrasive untuk mengetahui efek tragakan dan kalsium karbonat, maupun interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisis pasta gigi.

Desain faktorial merupakan desain eksperimen yang memungkinkan untuk mengevaluasi efek penambahan tragakan sebagai binder dan kalsium karbonat sebagai abrasive. Desain faktorial pada dua level dan dua faktor (Full Factorial

Design 22) merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi

(24)

5  

  1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang ada adalah: Apakah variasi jumlah tragakan dan kalsium karbonat pada level yang diteliti memberikan efek signifikan terhadap sifat fisis pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih yang meliputi viskositas dan sag?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan penulis, penelitian tentang Efek Penambahan Tragakan sebagai Binder dan Kalsium Karbonat sebagai Abrasive terhadap Sifat Fisis Pasta Gigi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih

(Piper betle L.)belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah menambah informasi dalam bidang ilmu pengetahuan tentang efek penambahan tragakan sebagai binder dan kalsium karbonat sebagai abrasive terhadap sediaan pasta gigi dan pengaplikasian desain faktorial dalam menganalisis pengaruh tersebut.

b. Manfaat metodologis. Manfaat metodologis dalam penelitian ini adalah menambah informasi dalam bidang kefarmasian mengenai penggunaan desain faktorial dalam mengamati efek penambahan tragakan sebagai binder dan kalsium karbonatsebagai abrasive terhadap sifat fisis pasta gigi.

(25)

 

sebagai abrasive serta interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisis pasta gigi yang meliputi viskositas dan sag sehingga dapat diterima oleh masyarakat.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah membuat sediaan pasta gigi dengan zat aktif ekstrak air-alkohol daun sirih.

2. Tujuan khusus

(26)

7 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Sirih

Tanaman sirih (Piper betle L.) merupakan anggota suku Piperaceae. Tanaman ini memiliki sinonim Chavica auriculata Miq; C. betle Miq (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Ada beberapa jenis sirih, yaitu daun sirih yang berwarna hijau tua dengan rasa pedas merangsang, daun sirih yang berwarna kuning, daun sirih yang berwarna kuning dengan tulang daun berwarna merah, dan sirih hitam (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1980).

1. Morfologi

(27)

 

Gambar 1. Tanaman sirih (Gimi, 2009)

2. Kandungan kimia

Daun sirih segar mengandung 0,7 – 2,6 % minyak atsiri, yaitu allilkatekol, kadinen, karvakrol, karyofilen, kavibetol, kavikol, hidroksikavikol, betelfenol, sineol, estragol, eugenol, dan eugenol metil eter. Selain itu juga mengandung 0,8 - 1,8 % enzim diasfase, tannin, asam lemak, gula dan amilum (Darwis, 1992). Biasanya, daun sirih muda mengandung enzim diastase, gula dan minyak atsiri lebih banyak dibandingkan dengan daun sirih tua. Sementara itu kandungan taninnya tetap (Damayanti dan Mulyono, 2005).

3. Kegunaan ekstrak air-alkohol daun sirih sebagai antibakteri

Suwondo (2007) melaporkan bahwa daun sirih yang diekstraksi menggunakan pelarut air-alkohol (1 : 1) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap

Streptococcus mutans pada konsentrasi 1 %. Aktivitas antibakteri terhadap

Streptococcus mutans ini dilakukan melalui metode difusi agar dengan cakram

kertas (metode Bauer-Kirby).

(28)

9  

 

struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen. Hal ini menyebabkan protein terdenaturasi. Protein yang terdenaturasi mengakibatkan protein tersebut tidak dapat menjalankan aktivitas biologisnya dengan baik sehingga protein juga tidak dapat melakukan fungsinya lagi (Anonim, 2009).

B. Gigi 1. Struktur gigi

Gigi merupakan salah satu organ pengunyah, yang terdiri dari gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah (Tarigan, 1992). Selain sebagai organ pengunyah, gigi juga berfungsi sebagai salah satu alat kecantikan selain kulit tubuh, kulit wajah, mata, dan bibir, sehingga penting untuk menjaga kesehatan gigi (Ahira, 2008).

Secara maksroskopik gigi terdiri dari mahkota (bagian gigi yang berada diatas gusi) dan akar (bagian yang tertutup oleh gusi), bagian yang memisahkan mahkota dan akar adalah leher (Rieger, 2000).

Gambar 2. Struktur gigi (Fonseca, 2006)

(29)

 

merupakan bagian tubuh yang paling keras dan dibentuk oleh sel-sel yang disebut ameloblast. Meskipun sangat keras, email gigi rentan terhadap serangan asam, baik langsung dari makanan atau dari hasil metabolisme bakteri yang memfermentasi karbohidrat yang kita makan dan menghasilkan asam (Tim Delta Pamungkas, 1997). Email tersusun oleh hidroksiapatit (3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2) yang jumlahnya sekitar 98 %, dan sisanya adalah keratin dan air (Rieger, 2000).

Dentin besifat lebih lunak dibandingkan email karena komposisi material organiknya lebih banyak dibandingkan email yaitu mencapai 20 %, dan 85 % dari material organik tersebut adalah kolagen. Sisanya adalah air sebanyak 10 % dan material anorganik 70 %. Di daerah permukaan mahkota gigi, dentin terletak di bawah email. Tapi di bagian akar dentin tidak ditutupi oleh email melainkan oleh sementum (Tim Delta Pamungkas, 1997).

Pulpa gigi terdapat dibagian tengah gigi dan merupakan ruang yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, serat syaraf, sel-sel jaringan ikat dan substansi interseluler (Tim Delta Pamungkas, 1997).

(30)

11  

 

struktur tulang yang kompak, namun mempunyai lubang untuk dilalui oleh pembuluh darah, serat saraf, dan pembuluh limfe (Tim Delta Pamungkas, 1997). 2. Karies gigi

Karies gigi adalah suatu proses kronis, regresif yang dimulai dengan proses melarutnya mineral email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan lingkungan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat (medium makanan bagi bakteri) yang dilanjutkan dengan timbulnya destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitasi (pembentukan lubang) (Schuurs, 1993).

Gambar 3. Proses terjadinya karies gigi (Palombo, 2009)

(31)

  C. Pasta Gigi 1. Definisi

Pasta gigi adalah suatu sistem dispersi yang terdiri dari air, cairan larut air, padatan yang terlarut dan tidak dapat terlarut, dan bagian padatan tersebut terdispersi pada cairan pembawa yang digunakan untuk membersihkan permukan gigi bersama dengan sikat gigi (Garlen, 1996). Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi, menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta memelihara kesehatan gingival (Anonim, 2010).

2. Karakteristik pasta gigi

Karakteristik pasta gigi dapat dilihat dari konsistensinya, abrasiveness,

appearance, pembusaan, stabilitas dan keamanan. Pasta gigi yang ideal harus

memberikan konsistensi yang baik, yaitu cukup mudah dikeluarkan dari dalam tube, dapat menahan bentuknya (tidak berubah bentuk saat dikeluarkan pada sikat gigi), dan tidak jatuh saat ditaruh diatas sikat gigi (Garlen, 1996).

Abrasiveness adalah kemampuan pasta gigi untuk membersihkan

permukaan gigi secara mekanik. Pasta gigi yang baik harus mempunyai cukup

abrasive untuk dapat membersihkan gigi dengan baik, menghilangkan partikel

(32)

13  

 

penggunaan abrasive menjadi lebih penting dalam proses pembersihan gigi dibandingkan dengan penggunaan detergen (Rieger, 2000). Metode pengukuran

abrasiveness yang paling banyak digunakan saat ini adalah radioactive dentin

abrasion (RDA) atau radioactive enamel abrasion (REA). Berdasarkan metode

ini didapatkan korelasi yang tinggi antara hasil dari nilai radioactive abrasion dengan tingkat abrasivitas yang diketahui dengan menimbang berat dentin atau email yang hilang. Beberapa faktor yang mempengaruhi abrasiveness suatu pasta gigi, antara lain struktur kimia abrasive, kekerasan abrasive, bentuk kristal, dan ukuran partikel (Garlen, 1996).

Tabel I. Nilai RDA pada beberapa abrasive (Garlen, 1996)

Abrasive Konsentrasi Nilai RDA

Alumina 20 – 40 % 150 – 500

Dikalsium fosfat anhidrat 30 – 50 % 260 – 400 Natrium metafosfat 40 – 50 % 175 – 150 Kalsium pirofosfat 40 – 50 % 100 Kalsium karbonat 40 – 50 % 50 – 400 Silika terhidrasi 15 – 30 % 30 – 120 Dikalsium fosfat dihidrat 40 – 50 % 30 – 60

Pasta gigi yang baik akan dapat memberikan penampakan yang halus, homogen, dan berkilau. Selain itu juga, harus bebas dari gelembung udara serta memberikan warna yang menarik (Garlen, 1996).

Pasta gigi harus stabil selama penyimpanan dan aman saat digunakan. Pasta gigi yang baik harus dapat mempertahankan viskositas, pH, konsentrasi zat aktif dan tidak memisah selama penyimpanan (Garlen, 1996).

3. Mekanisme pembersihan gigi oleh pasta gigi

Abrasive pada pasta gigi akan mengangkat plak, pelikel, kotoran, sisa

(33)

 

pembersihan gigi oleh abrasive ini adalah secara mekanis yang dibantu dengan penggunaan sikat gigi. Dengan penggunaan sikat gigi maka abrasive juga dapat masuk sampai sela-sela gigi sehingga kotoran yang ada di sela-sela gigi dan plak yang terdapat pada permukaan gigi tersebut akan terangkat. Saat kotoran dan plak pada gigi sudah terangkat maka akan dengan mudah kotoran dan plak tersebut dibilas dengan air pada saat proses berkumur (Garlen, 1996 dan Mitsui, 1997). 4. Sifat fisis dan metode evaluasi pasta gigi

(34)

15  

 

gigi dapat dilakukan melalui berbagai metode, antara lain berat jenis,

cohesiveness, extrudability, viskositas, dan sag (Garlen, 1996).

a. Berat jenis. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air pada temperatur yang sama. Berat jenis pada penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 40 atau temperatur lain yang tertentu (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993). Berat jenis pada pengukuran sifat fisis pasta gigi merupakan fungsi dari pengidentifikasian abrasive dan konsentrasi abrasive serta humektan dan air. Pasta gigi dengan kalsium karbonat sebagai abrasive akan mempunyai berat jenis sekitar 1,5 – 1,6. Jika berat jenis dari suatu formula pasta gigi terpenuhi maka nilai berat jenis tersebut berguna untuk mendeterminasi terjadinya aerasi yang berlebihan saat proses pembuatan serta untuk memverifikasi bahwa formulasi telah dilakukan dengan benar (Garlen, 1996).

(35)

 

Gambar 4. Aluminium piknometer (Anonim, 2008b)

b. Cohesiveness. Cohesiveness adalah kemampuan pasta gigi untuk

(36)

17  

 

c. Extrudability.Extrudability merupakan ukuran terhadap kekuatan yang

diperlukan untuk mengeluarkan pasta gigi dari tube. Extrudability dikontrol oleh konsistensi pasta gigi dan diameter tube (Garlen, 1996). Extrudability dapat diukur dengan menggunakan alat Instron tensiometer.

Gambar 5. Instron tensiometer (Block, 1975)

Mekanisme kerja Instron tensiometer adalah dengan memberikan tekanan pada pasta gigi dalam tube sampai pasta gigi tersebut keluar. Tekanan yang diberikan pada pasta gigi tersebut kemudian akan terlihat pada alat (Block, 1975). Jika extrudability terpenuhi maka pasta gigi akan mudah dikeluarkan dari dalam tube dengan sedikit pemberian tekanan, namun tidak semua pasta gigi yang mudah dikeluarkan dari tube itu memenuhi sifat fisis pasta gigi, yaitu

extrudability. Pasta gigi yang dipilih adalah pasta gigi dengan extrudability

(37)

 

(shear stress) akan menaikkan kecepatan geser (shear rate). Sistem Newton ini

berlaku pada senyawa dengan tipe Newtonian seperti air, alkohol, gliserin, dan larutan sejati. Pada tipe non-Newtonian, viskositas tidak berbanding lurus dengan kecepatan geser. Sistem non-Newtonian berlaku untuk sistem dispersi antara fase cairan dan fase padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, salep, pasta dan produk serupa termasuk dalam sistem non-Newton (Martin, et al., 1993). Idealnya suatu sediaan pasta gigi menunjukkan sifat aliran pseudoplastik dan tiksotropi (Pader, 1993).

Pada tipe pseudoplastis, viskositas akan menurun dengan meningkatnya kecepatan geser. Sifat ini disebut juga shear thinning (Martin, et al., 1993). Shear

thinning merupakan sifat yang penting dari pasta gigi. Pada kecepatan geser yang

rendah, viskositas pasta gigi harus cukup tinggi untuk mencegah pengeluaran pasta gigi yang terlalu cepat dari tube dan mampu bertahan pada sikat gigi (Pader, 1993). Sifat alir pseudoplastis ini paling banyak ditunjukkan oleh dispersi hidrokoloid dalam air seperti tragakan, alginat, metil selulosa, dan polivinilpirolidon (Martin, et al., 1993).

Gambar 6. Kurva aliran pseudoplastis (Martin, et al., 1993)

(38)

19  

 

suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena shearing. Tiksotropi merupakan suatu sifat yang diinginkan dalam suatu sediaan dispersi, yang idealnya harus mempunyai konsistensi yang tinggi dalam wadah, namun dapat dikeluarkan dan tersebar dengan mudah (Martin, et al., 1993).

Pengukuran viskositas dapat dilakukan dengan menggunakan viskometer.

Gambar 7. Viskometer RION (Anonim, 2003)

Jika viskositas terpenuhi maka akan dapat mencegah pengeluaran pasta gigi yang terlalu cepat dari dalam tube dan pasta gigi tersebut mampu bertahan pada sikat gigi (Pader, 1993).

(39)

 

D. Bahan-bahan Pasta Gigi 1. Abrasive

Abrasive adalah padatan yang tidak larut yang berfungsi membersihkan

dan mengkilapkan gigi saat digunakan dengan sikat gigi (Garlen, 1996). Abrasive yang digunakan pada pasta gigi harus selalu seimbang antara kemampuannya dalam membersihkan permukaan gigi dan kemungkinan terjadinya pengerusakan pada permukaan gigi. Pasta gigi sebaiknya tidak memiliki agen pembersih lebih dari yang diperlukan untuk menjaga gigi tetap bersih (bebas dari plak, sisa makanan, dan pewanaan gigi) (Rieger, 2000). Konsentrasi abrasive pada formulasi pasta gigi adalah sebesar 20 – 50 % dari total formula (Garlen, 1996).

Abrasive merupakan salah satu bahan yang dapat membangun sifat alir

pasta gigi. Abrasive yang biasanya digunakan adalah kalsium karbonat, silika, dan kalsium fosfat (Anonim, 2008a).

2. Binder

Binder digunakan untuk menjaga konsistensi antara bagian cairan dan

(40)

21  

  3. Humektan

Humektan digunakan untuk mencegah hilangnya lembab pada pasta gigi yang dapat menyebabkan pasta gigi menjadi kering dan mengeras, misalnya saat tutup pasta gigi dilepas (Mitsui, 1997). Bahan yang biasanya digunakan sebagai humektan dalam formulasi pasta gigi adalah gliserin.

Gliserin merupakan salah satu humektan yang baik digunakan dalam formulasi pasta gigi. Hal ini disebabkan karena gliserin lebih stabil, tidak toksik, dan berkontribusi dalam pemberian rasa pada pasta gigi (Rieger, 2000). Gliserin merupakan cairan viscous. Gliserin merupakan alkohol dan mempunyai tiga gugus –OH yang bertanggung jawab terhadap kelarutan di air. Gliserin dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap (Anonim, 1999).

H2C OH

C H OH

CH2 OH

Gambar 8. Rumus bangun gliserin (Mitsui, 1997)

4. Pemanis

(41)

 

NNa S

O O

O  

Gambar 9. Rumus bangun natrium sakarin (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2006)

5. Pengawet

Pengawet digunakan untuk melindungi pasta gigi dari pertumbuhan mikroorganisme (Rieger, 2000). Penggunaan air, humektan, dan gum alami pada formulasi pasta gigi memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme pada sediaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penambahan pengawet seperti natrium benzoat dengan konsentrasi 0,05 - 0,5 % untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme ini (Rowe, et al., 2006).

O

ONa

 

Gambar 10. Rumus bangun natrium benzoat (Rowe, et al., 2006)

6. Aquadest

Aquadest digunakan sebagai pelarut dalam formulasi pasta gigi. Aquadest

yang digunakan harus bebas dari bakteri untuk meminimalkan kontaminasi bakteri. Semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula pengawet yang digunakan (Garlen, 1996).

7. Surfaktan

(42)

23  

 

tersebut pada saat pencucian. Tetapi penggunaan surfaktan saja tidak cukup untuk membersihkan plak gigi. Hal ini disebabkan karena plak merupakan polisakarida yang tidak larut dan bersifat asam (Mitsui, 1997). Oleh karena itu diperlukan

abrasive dalam proses pembersihan gigi. Jumlah surfaktan yang dibutuhkan

bervariasi antara 1,5 – 5 % dari total formula. Surfaktan yang paling sering digunakan adalah natrium lauril sulfat dan magnesium lauril sulfat (Young, 1972). Surfaktan yang digunakan sebaiknya tidak berasa, tidak toksik, dan tidak iritatif pada rongga mulut (Rieger, 2000).

Saat ini telah dikembangkan pasta gigi tanpa detergen. Hal ini disebabkan karena dengan penggunaan detergen akan menyebabkan penurunan produksi saliva. Saliva kaya akan oksigen, dan dengan berkurangnya produksi saliva maka oksigen juga akan berkurang. Penurunan jumlah oksigen ini menyebabkan rongga mulut menjadi tempat pertumbuhan yang baik bagi bakteri anaerob yang memproduksi sulfur. Jika sulfur meningkat akan menyebabkan bau mulut (Bucher, 2005).

E. Tragakan

Tragakan adalah gum kering yang dihasilkan dari Astragalus gummifer

Labillardiere atau spesies Astragalus famili Leguminosae lain yang hidup di

(43)

 

Gum tragakan mempunyai struktur yang bercabang, heterogen, dan merupakan polisakarida yang terdiri dari 30 % tragakantin yang merupakan polisakarida yang dapat larut dalam air dan 70 % bassorin yang merupakan polisakarida yang tidak larut air namun dapat mengembang dalam air. Ketika ditambahkan pada air, tragakantin akan larut dan memberikan cairan koloidal, dan bassorin akan mengembang membentuk strukur gel (Balaghi, Mohammadifar, dan Zargaraan, 2010). Tragakantin terdiri dari arabinogalactan dan tragakanic acid, sedangkan bassorin terdiri dari methoxylatedacid (Jones, 2008).

Tragakan telah banyak digunakan dalam bidang formulasi karena sifatnya yang tidak toksik. Pada konsentrasi 0,2 - 1,30 % tragakan dapat digunakan sebagai

binder, thickener, dan pengemulsi dan pada konsentrasi 4,8 – 6 % digunakan

dalam formulasi cairan oral (Jones, 2008).

Pada konsentrasi 1 %, gum tragakan akan memberikan viskositas sebesar 300 – 3000 cps. Larutan gum tragakan yang bersifat pseudoplatik akan menunjukkan penurunan viskositas pada suhu yang tinggi dan memberikan yield

value yang baik. Saat dikombinasikan dengan penggunaaan gliserin, akan

menghasilkan viskositas yang sinergis (Anonim, 2004).

F. Kalsium Karbonat

(44)

25  

 

merupakan abrasive yang efisien sebagai pembersih namun tidak cukup mengkilapkan gigi (Rieger, 2000).

Tingkat abrasivitas kalsium karbonat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu, ukuran partikel dan kekerasannya. Semakin kecil ukuran partikel maka tingkat abrasivitasnya juga akan semakin kecil dan sebaliknya, semakin besar ukuran partikel maka tingkat abrasivitasnya juga akan semakin besar (Anonim, 2010). Ukuran partikel kalsium karbonat yang biasa digunakan dalam formulasi pasta gigi berkisar dalam range 2 – 20 µm dan ukuran partikel diatas 20 µm akan menyebabkan goresan pada email (Rieger, 2000).

Skala kekerasan dari suatu mineral dapat ditentukan dengan Moh’s

Hardness number. Skala tersebutdiberikan pada nilai 1 – 10. Untuk mineral yang

paling halus akan diberikan skala 1, sedangkan untuk mineral yang paling keras akan diberikan skala 10 (Anonim, 2010). Moh’s Hardness number juga digunakan untuk menentukan tingat kekerasan abrasive pada pasta gigi. Kalsium karbonat berada pada skala 3. Skala ini menunjukan bahwa kalsium karbonat dinilai kurang

abrasive namun cukup kasar untuk memberikan pembersihan yang baik pada gigi

(Anonim, 2010).

G. Metode Desain Faktorial

(45)

 

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi, yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika (Bolton, 1997).

Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda yaitu level rendah dan level tinggi. Desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon (Bolton, 1997).

Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain faktorial (two level factorial design) dilakukan berdasarkan rumus:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + B12 X1X2 (1) Dengan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati

X1, X2 = level bagian A, level bagian B

b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan b0 = rata-rata hasil semua percobaan

(46)

27  

 

dikuantitatifkan. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua fakor dan dua level:

Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dengan 2 faktor dan 2 level Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - + a + - -

b - +

-ab + + + Keterangan:

(-) = level rendah

(+) = level tinggi

Formula 1 = faktor I level rendah, faktor II level rendah Formula a = faktor I level tinggi, faktor II level rendah Formula b = faktor I level rendah, faktor II level tinggi Formula ab = faktor I level tinggi, faktor II level tinggi

Berdasarkan persamaan tersebut, dengan substitusi secara matematis, dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksinya. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek menurut Bolton (1997) sebagai berikut:

Efek faktor I = ((a-(1)) + (ab-b)) / 2 Efek faktor II = ((b-(1)) + (ab-a)) / 2 Efek faktor III = ((ab-b) - (a-1)) / 2

(47)

 

H. Landasan Teori

Daun sirih mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans yang terdapat pada gigi. Daun sirih yang diekstraksi menggunakan pelarut air-alkohol mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans pada konsentrasi 1 % berdasarkan metode difusi agar dengan cakram kertas (metode Bauer-Kirby) (Suwondo, 2007).

Sediaan yang dapat mengakomodasi khasiat antibakteri ekstrak air-alkohol daun sirih adalah dengan diformulasikan dalam bentuk pasta gigi. Dengan dibuat sediaan dalam bentuk pasta gigi maka ekstrak air-alkohol daun sirih akan terjebak dalam matrik tiga dimensi yang dibentuk oleh binder atau gelling agent yang digunakan dalam formulasi pasta gigi. Ekstrak air-alkohol daun sirih yang terjebak dalam matrik akan menyebabkan ekstrak tersebut terlindungi dari oksidasi sehingga kestabilan dan konsentrasi zat aktif serta daya antibakterinya dapat dipertahankan.

Bahan dan jumlah bahan yang digunakan dalam formula pasta gigi merupakan salah satu kriteria penting yang perlu diperhatikan agar diperoleh sediaan pasta gigi yang memiliki sifat fisis yang sesuai dengan syarat sediaan yang ditentukan. Dalam pembuatan sediaan pasta gigi, bahan dan jumlah bahan yang berpengaruh terhadap sifat fisis pasta gigi adalah tragakan yang berfungsi sebagai binder dan kalsium karbonat yang berfungsi sebagai abrasive.

(48)

29  

 

untuk mengevaluasi secara simultan efek penambahan tragakan dan kalsium karbonat serta interaksi keduanya secara signifikan adalah metode desain faktorial. Desain faktorial pada dua level dan dua faktor (Full Factorial Design 22) merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek faktor terhadap kualitas suatu sediaan.

I. Hipotesis

(49)

30

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian quasi eksperimental dengan desain penelitian secara desain faktorial.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penambahan tragakan dan kalsium karbonat dengan 2 level.

b. Variabel tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisis pasta gigi yaitu viskositas dan sag.

c. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah lama penyimpanan, suhu penyimpanan, intensitas cahaya, sifat dari wadah penyimpanan, kecepatan dan lama pengadukan mixer.

d. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu ruangan dan kelembaban udara.

2. Definisi operasional

(50)

31  

 

b. Faktor. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini digunakan 2 faktor, yaitu penambahan tragakan dan kalsium karbonat.

c. Level. Level adalah nilai untuk faktor, dalam penelitian ini terdapat 2 level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah penambahan tragakan adalah 1 gram dan level tinggi 1,25 gram. Level rendah penambahan kalsium karbonat adalah 40 gram dan level tinggi 47,55 gram.

d. Respon. Respon adalah besaran yang diamati perubahan efeknya, besarnya dapat dikuantitatif. Respon dalam penelitian ini adalah sifat fisis pasta gigi.

e. Sifat fisis pasta gigi. Sifat fisis pasta gigi adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisis pasta gigi, dalam penelitian ini adalah viskositas dan sag 48 jam setelah pembuatan serta stabilitas viskositas dan sag setelah 1 bulan penyimpanan.

f. Viskositas. Viskositas adalah suatu pertahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Satuan viskositas pasta gigi adalah dPas.

g. Sag. Sag adalah ketidakmampuan pasta gigi untuk mempertahankan bentuknya selama 1 menit setelah pasta gigi tersebut dikeluarkan dari dalam tube. Satuan sag adalah milimeter.

(51)

  C. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas pyrex Japan,

mixer (Miyako), timbangan METTLER PL 300 Switzerland, Viskometer seri VT

04 (RION-JAPAN), dan tube pasta gigi.

D. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak air-alkohol daun sirih yang diproduksi oleh Javaplant Surakarta, Indonesia; gliserin

(Pharmaceutical grade), tragakan (Pharmaceutical grade), kalsium karbonat light

(Pharmaceutical grade), natrium benzoat (Pharmaceutical grade), natrium

sakarin (Pharmaceutical grade), dan aquadest (pH 7) dari Laboratorium Kimia Analisis Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Indonesia.

E. Tata Cara Penelitian 1. Verifikasi ekstrak air-alkohol daun sirih

(52)

33  

 

dilanjutkan dengan menggunakan penangas air dengan suhu antara 500 - 600C sampai diperoleh ekstrak kental (Suwondo, 2007).

b. Uji kualitatif ekstrak air-alkohol daun sirih secara Kromotografi Lapis Tipis (KLT). Ekstrak air-alkohol daun sirih hasil ekstraksi dan ekstrak air-alkohol daun sirih yang dibeli masing-masing ditimbang sebanyak 0,1 g, kemudian dilarutkan dalam 1 ml pelarut air-alkohol. Setelah itu, dilakukan penotolan pada lempeng KLT sebanyak 7 µl tiap totolan. Totolan pertama adalah ekstrak alkohol daun sirih hasil ekstraksi, totolan kedua adalah campuran ekstrak air-alkohol daun sirih hasil ekstraksi dan ekstrak air-air-alkohol yang dibeli, dan totolan yang ketiga adalah ekstrak air-alkohol yang dibeli, lalu dielusi. Fase diam: silika gel GF254. Fase gerak adalah kloroform : metanol (9 : 1) (Thurairajah dan Rahim, 2003). Deteksi bercak pada lempeng KLT menggunakan sinar UV 254 nm. Rf masing-masing bercak dihitung, dan bandingkan nilai Rf ketiga ekstrak tersebut. 2. Formula

Tabel III. Formula standar pasta gigi (Young, 1972) Bahan pasta gigi Satuan (g)

Kalsium karbonat 57 Natrium lauril sulfat 1

Gliserin 21

Tragakan 1,5

Pewarna 1 tetes Natrium sakarin 1 tetes

Aquadest 19,5

(53)

 

Tabel IV. Formula modifikasi pasta gigi ekstrak air-alkoholdaun sirih (100 g) Bahan pasta gigi Satuan (g)

Tragakan 1

Kalsium karbonat 47,55

Gliserin 21

Natrium benzoat 0,2

Natrium sakarin 0,25

Aquadest 29

Ekstrak air-alkohol daun sirih 1

3. Pembuatan pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih

Tragakan dikembangkan dalam 20 ml aquadest selama 20 jam. Setelah itu, masukkan gliserin dan aduk menggunakan mixer dengan kecepatan putar nomor 1 selama 10 menit. Disisi lain, natrium sakarin, natrium benzoat, dan ekstrak air-alkohol daun sirih masing-masing dilarutkan dalam aquadest sisa. Larutan natrium benzoat ditambahkan pada campuran tragakan dan gliserin dan aduk menggunakan mixer dengan kecepatan putar nomor 1 selama 5 menit. Kemudian, tambahkan larutan natrium sakarin dan kalsium karbonat porsi demi porsi serta aduk perlahan selama 5 menit untuk menghomogenkan campuran. Pada tahap akhir tambahkan larutan ekstrak air-alkohol daun sirih dan aduk selama 5 menit sampai homogen (Young, 1972).

Tabel V. Percobaan desain faktorial (tiap percobaan direplikasi 3 kali) Bahan pasta gigi Formula 1

(g) Formula a (g) Formula b (g) Formula ab (g)

Tragakan 1 1,25 1 1,25

Kalsium karbonat 40 40 47,55 47,55

Gliserin 21 21 21 21

Natrium benzoat 0,2 0,2 0,2 0,2

Natrium sakarin 0,25 0,25 0,25 0,25

Aquadest 29 29 29 29

Ekstrak air-alkohol

daun sirih 1 1 1 1

(54)

35  

  4. Uji sifat fisis pasta gigi

a. Uji viskositas. Pengukuran viskositas dilakukan dengan alat Viskometer RION seri VT 04. Pasta gigi dimasukkan kedalam wadah hingga penuh dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas pasta gigi diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas (Instruction Manual

Viscotester VT-04E). Uji ini dilakukan 48 jam setelah pembuatan untuk

mengetahui efek faktor terhadap viskositas, sedangkan untuk memonitor perubahan viskositas dilakukan uji pada 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 1 bulan penyimpanan.

b. Uji sag. Pasta gigi dari tiap formula dimasukkan ke dalam tube pasta gigi. Setelah itu, pasta gigi dikeluarkan dengan cara menekan bagian ujung tube pasta gigi pada kaca bundar berskala. Pasta gigi yang dikeluarkan sepanjang 2 cm. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap diameter awal silinder pasta gigi dan diameter silinder pasta gigi setelah 1 menit. Nilai sag dihitung dari selisih diameter silinder pasta gigi tersebut(Garlen, 1996).

Sag = diameter setelah 1 menit – diameter awal (2)

Uji ini dilakukan 48 jam setelah pembuatan untuk mengetahui efek faktor terhadap sag, sedangkan untuk memonitor perubahan sag dilakukan uji pada 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 1 bulan penyimpanan.

F. Analisis Data

(55)

 

KLT. Data yang terkumpul adalah data uji viskositas dan sag 48 jam setelah pembuatan, serta profil viskositas dan sag secara periodik selama 1 bulan penyimpanan. Metode desain faktorial digunakan untuk mengetahui efek penambahan tragakan sebagai binder dan kalsium karbonat sebagai abrasive dan interaksinya dalam menentukan sifat fisis pasta gigi.

Profil viskositas dan sag antara 48 jam setelah pembuatan dengan 1 bulan penyimpanan dianalisis signifikansinya menggunakan uji T berpasangan bila distribusi data normal dan menggunakan uji Wilcoxon bila distribusi data tidak normal.

Analisis data viskositas dan sag 48 jam setelah pembuatan menggunakan

Design Expert 7.1.4 (Serial number 2014.7723) dengan uji ANOVA pada taraf

(56)

37 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Verifikasi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih 1. Ekstraksi daun sirih

Ekstrak air-alkohol daun sirih yang digunakan dalam penelitian adalah ekstrak air-alkohol kering yang diproduksi oleh Javaplant. Data standarisasi ekstrak air alkohol daun sirih mengacu pada standar yang tercantum dalam

Certificate of Analysis (CoA) dan verifikasi ekstrak dengan KLT.

Morfologi daun sirih yang digunakan pada penelitian ini adalah daun sirih dengan bentuk jantung. Panjang daun 10 – 12 cm dan lebar daun 6 – 8 cm. Daun sirih inilah yang kemudian akan diekstrak menggunakan pelarut air-alkohol.

Ekstrak air-alkohol daun sirih dibuat dengan cara maserasi, yaitu dengan cara merendam simplisia yang sudah dikeringkan dan diserbuk dalam pelarut air-alkohol selama 24 jam. Setelah dilakukan maserasi, ekstrak dipekatkan dengan

rotary vacum evaporator dan dilanjutkan dengan menggunakan penangas air

sampai diperoleh ekstrak kental (Suwondo, 2007). Ekstrak kental inilah yang akan digunakan untuk uji kualiatif ekstrak menggunakan KLT. Ekstrak air-alkohol daun sirih hasil ekstraksi penulis diharapkan dapat digunakan untuk verifikasi ekstrak air-alkohol daun sirih yang diproduksi oleh Javaplant.

2. Uji kualitatif dengan KLT

(57)

e p s p d d d b d m s m ( ekstrak dila produksi Ja senyawa yan penulis deng

Ekstr daun sirih y dan campur dilakukan u bahwa hasil dilarutkan d menggunaka secara KLT metanol (9 : (Thurairajah

Gambar 11

akukan agar

avaplant yan

ng hampir s gan melihat p rak yang di ang dibuat p ran kedua e untuk meng yang didapa dalam pelar an pelarut a menggunak : 1) dengan j h dan Rahim

. Kromatogra

r dapat dike ng digunaka sama denga profil kroma itotolkan pa penulis, ekst ekstrak terse ghindari kes at adalah pos rut air-alko air-alkohol. kan fase diam

jarak elusi 1 , 2003).

am KLT ekstr K F F J E E E etahui bahw an dalam p an ekstrak a

atogram yang ada lempeng

trak air-alko ebut. Penoto salahan pos

sitif tetapi se hol (1 : 1 Uji kualitat m silika gel 10 cm dan d

ak air-alkoho Keterangan : Fase diam = s Fase gerak = k Jarak elusi = 1 E1 = ekstrak ai E2 = ekstrak ai produksi J E3 = ekstrak ai

wa ekstrak a penelitian m air-alkohol d

g terbentuk. g KLT adal hol daun sir olan campur

itif palsu y ebenarnya tid 1) karena d

tif ekstrak GF254 dan dideteksi den

l daun sirih d silika gel GF254 kloroform : me 10 cm ir-alkohol daun ir-alkohol daun Javaplant ir-alkohol daun air-alkohol mempunyai daun sirih y

ah ekstrak rih produksi

ran kedua e yang mengi

dak. Ekstrak daun sirih air-alkohol fase gerak k ngan sinar U

engan sinar U 4

tanol (9 : 1)

n sirih produks n sirih hasil ek

n sirih hasil eks

daun sirih kandungan ang dibuat air-alkohol Javaplant, ekstrak ini indikasikan k daun sirih diekstraksi daun sirih kloroform : UV 254 nm

UV 254 nm si Javaplant

straksi dan

(58)

39  

 

Pada kromatogram dapat dilihat bahwa semua ekstrak air-alkohol daun sirih baik yang diproduksi oleh Javaplant (E1), campuran kedua ekstrak (E2), dan hasil eksraksi (E3) menghasilkan 2 bercak yang memisah secara sempurna. Bercak yang dihasilkan oleh E1 dan E3 terletak pada Rf 0,63 dan Rf 0,83, sedangkan bercak yang dihasilkan oleh E2 terletak pada Rf 0,62 dan Rf 0,83. Selain 2 bercak ini, pada kromatogram juga terdapat beberapa bercak namun nilai Rf dari bercak ini tidak dapat dihitung karena pemisahan yang terjadi kurang sempurna. Semua bercak memperlihatkan warna ungu dibawah sinar UV 254 nm. Berdasarkan profil kromatogram yang terbentuk, yaitu posisi bercak, nilai Rf, dan warna bercak, maka diduga bahwa ekstrak air-alkohol daun sirih yang diproduksi oleh Javaplant mempunyai kandungan yang hampir sama dengan ekstrak air-alkohol daun sirih yang dibuat penulis. Dengan demikian, ekstrak air-air-alkohol daun sirih yang diproduksi oleh Javaplant diharapkan dapat memberikan khasiat yang sesuai dengan bukti ilmiah dari berbagai penelitian yang telah dilakukan mengenai khasiat daun sirih.

B. Pembuatan Pasta Gigi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih

(59)

 

Pembuatan pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih ini menggunakan cold

method. Pada metode ini humektan dan binder dimasukkan terlebih dahulu pada

wadah, lalu di mixer. Disisi lain, fase cair, yaitu aquadest, pengawet, pemanis, dan zat aktif disiapkan. Fase cair ini kemudian dimasukkan kedalam campuran humektan dan binder untuk dilakukan pencampuran kembali untuk mendapatkan cairan gelatin yang kental. Setelah itu, abrasive dimasukkan sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang lebih lambat (Garlen, 1996).

Formula pasta gigi yang digunakan mengacu pada orientasi yang dilakukan oleh penulis. Formula pasta gigi yang digunakan dalam penelitian merupakan formula hasil modifikasi dari formula standar (Young, 1972). Modifikasi yang dilakukan meliputi jumlah bahan dalam formula, penggunaan ekstrak air-alkohol daun sirih, serta tidak dilakukan penambahan surfaktan dan pewarna. Namun, modifikasi yang dilakukan tidak mengubah fungsi pokok pasta gigi dalam proses pembersihan gigi. Bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi pasta gigi memiliki fungsi dan rentang konsentrasi penggunaan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya. Pembentukan pasta gigi yang terjadi melibatkan bahan-bahan yang terdapat di dalamnya.

Pada penelitian ini, tragakan dikembangkan terlebih dahulu dalam

aquadest. Selain itu, ekstrak air-alkohol daun sirih, natrium benzoat, dan narium

sakarin dilarutkan terlebih dahulu dengan aquadest untuk mempermudah dalam proses pencampuran ekstrak daun sirih dengan fase cair yang lain. Aquadest dipilih sebagai pelarut ekstrak daun sirih karena berdasarkan Certificate of

(60)

41  

 

dalam etanol (90 %). Kemudian kalsium karbonat sebagai bagian padatan didispersikan ke fase cairan diikuti dengan penambahan ekstrak air-alkohol daun sirih. Pencampuran dilakukan dengan mixer Miyako pada kecepatan putar no.1 selama 5 menit.

Pada pembuatan pasta gigi ini digunakan tragakan sebagai binder karena pada konsentrasi yang rendah (1 %), tragakan mampu memberikan viskositas yang cukup tinggi, yaitu sebesar 300 – 3000 cps. Pada pembuatan pasta gigi ini tragakan yang digunakan sebagai binder harus dikembangkan terlebih dahulu dalam aquadest. Tragakan dapat mengembang pada suhu yang rendah maupun pada suhu yang tinggi untuk menghasilkan cairan koloidal (Rowe, et al., 2006). Pada penelitian ini, tragakan dikembangkan selama 20 jam pada suhu ruang.

Gum tragakan mempunyai struktur yang bercabang, heterogen, dan merupakan polisakarida yang terdiri dari 30 % tragakantin yang merupakan polisakarida yang dapat larut dalam air dan 70 % bassorin yang merupakan polisakarida yang tidak larut air namun dapat mengembang dalam air. Ketika ditambahkan pada air, tragakantin akan larut dan memberikan cairan koloidal, dan bassorin akan mengembang membentuk strukur gel (Balaghi, et al., 2010). Tragakantin terdiri dari arabinogalactan dan tragakanicacid, sedangkan bassorin terdiri dari methoxylatedacid (Jones, 2008).

(61)

 

Tragakan merupakan salah satu binder yang jika mengembang dalam air akan membentuk viscous matrik, yaitu larutan matrik yang sangat kental. Matrik yang terbentuk dapat meningkatkan viskositas sebagai hasil dari belitan sederhana yang dibentuk oleh rantai polimer yang berdekatan. Belitan yang terbentuk bukan merupakan crosslinking yang paten, tetapi merupakan struktur yang dinamik. Struktur yang dinamik ini memungkinkan rantai polimer untuk bergerak dan zat aktif, yaitu ekstrak air-alkohol daun sirih dapat berdifusi melalui celah pada rangkaian tersebut (Collett dan Moreton, 2002).

Gambar 13. Gambaran viscous matrik (Collett dan Moreton, 2002)

(62)

43  

 

kalsium karbonat pada pasta gigi menjadi penting dan tidak dapat dihilangkan dalam formulasi pasta gigi.

Kalsium karbonat yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kalsium karbonat dengan kerapatan yang ringan. Kerapatan kalsium karbonat yang digunakan dapat berpengaruh pada viskositas pasta gigi yang dihasilkan. Semakin tinggi kerapatan kalsium karbonat maka viskositas pasta gigi yang dihasilkan akan berkurang, dan sebaliknya semakin rendah kerapatan kalsium karbonat maka viskositas pasta gigi yang dihasilkan akan meningkat.

Viskositas yang meningkat akan menyebabkan menurunnya molecular

mobility ekstrak air-akohol daun sirih. Penurunan molecularmobility dari ekstrak

air-alkohol daun sirih tersebut akan menyebabkan ekstrak air-alkohol daun sirih tetap terjebak dalam matrik yang dibentuk oleh tragakan. Ekstrak air-alkohol daun sirih mudah teroksidasi oleh udara, sehingga pada saat ekstrak terjebak dalam matrik maka ekstrak akan terlindung dari udara dan reaksi oksidasi tidak dapat berlangsung. Jika reaksi oksidasi ini tidak dapat berlangsung maka stabilitas ekstrak air-alkohol daun sirih ini akan tetap terjaga.

(63)

 

Natrium sakarin digunakan sebagai pemanis karena natrium sakarin dapat larut dalam air dan mempunyai tingkat kemanisan yang tinggi, sehingga hanya diperlukan jumlah yang sedikit untuk memberikan rasa manis di mulut. Rasa manis ini diperlukan dalam pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih, karena pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih ini mempunyai rasa yang pahit. Natrium benzoat digunakan sebagai pengawet karena sifatnya yang tidak berbau, bewarna putih, cepat larut dalam air, memiliki kompatibilitas dengan bahan yang lain, dan aman digunakan dalam sediaan pasta gigi.

C. Karakterisasi Sifat Fisis Pasta Gigi

Sediaan yang berkualitas adalah sediaan yang memenuhi parameter sifat fisis dan sifat fisisnya tersebut tetap dipertahankan selama penyimpanan (stabil selama penyimpanan). Sifat fisis pasta gigi dapat diukur dari berat jenis,

cohesiveness,extrudability, viskositas, dan sag. Namun, dalam penelitian ini sifat

fisis yang dilihat adalah viskositas dan sag 48 jam setelah pembuatan. Selain itu juga, diamati ada tidaknya perubahan viskositas dan sag yang signifikan selama 1 bulan penyimpanan.

(64)

45  

 

sifat fisis pasta gigi ekstrak air-akohol daun sirih yang penting karena akan menentukan kenyamanan penggunaan, yaitu kemudahan pasta gigi dikeluarkan dari dalam tube dan mampu bertahan pada sikat gigi. Pengukuran viskositas dilakukan pada 48 jam setelah pembuatan, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 1 bulan penyimpanan. Pengukuran viskositas 48 jam setelah pembuatan dilakukan untuk melihat profil kekentalan pasta gigi yang merupakan parameter sifat fisis pasta gigi. Selain itu juga dilakukan pengukuran viskositas secara periodik selama 1 bulan untuk melihat perubahan profil kekentalan pasta gigi dari waktu ke waktu selama 1 bulan yang merupakan fenomena ketidakstabilan pasta gigi dalam penyimpanan. Viskositas pasta gigi diukur dengan menggunakan viskometer RION seri VT 04 dengan rotor no.2 dan kemudian viskositas dilihat dari skala yang tertera pada alat dengan satuan dPas.

(65)

 

pembuatan, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 1 bulan penyimpanan. Pengukuran sag 48 jam setelah pembuatan dilakukan untuk melihat profil sag yang merupakan parameter sifat fisis pasta gigi. Selain itu juga dilakukan pengukuran sag secara periodik selama 1 bulan untuk melihat perubahan profil sag dari waktu ke waktu selama 1 bulan yang merupakan fenomena ketidakstabilan pasta gigi dalam penyimpanan. Pengukuran sag dilakukan diatas kaca bundar berskala, kemudian dilihat perubahan diameter silinder pasta gigi setelah didiamkan selama 1 menit.

Pengukuran viskositas dan sag pada pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih dilakukan 5 kali, yaitu pada 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 1 bulan penyimpanan. Kemudian dilakukan analisis regresi linier untuk mengetahui hubungan antara viskositas dan sag. Berikut merupakan data hasil uji regresi linier antara viskositas dan sag dari tiap formula pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih:

Tabel VI. Hasil uji regresi linier antara viskositas dan sag pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih

Formula r p

1 - 0,842 0,073

a - 0,952 0,012

b - 0,965 0,008

ab - 0,931 0,022

(66)

47  

 

variasi hubungan antara viskositas dan sag untuk tiap formula. Adanya variasi nilai p dan r yang dihasilkan pada tiap formula pasta gigi menunjukkan bahwa terdapat variasi hubungan antara viskositas dan sag, sehingga nilai sag tidak selalu ditentukan oleh viskositas dan dalam melakukan pengukuran viskositas dan sag tidak harus dilakukan pada rentang waktu yang bersamaan.

Berikut ini merupakan data hasil pengukuran sifat fisis pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih dalam penelitian:

Tabel VII. Sifat fisik pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih

Respon Formula Waktu 48 jam Viskositas (dPas) 1 263,3±4,7 a 303,3±4,7 b 286,6±4,7 ab 406,6±4,7 Sag (mm) 1 6,7±0,5 a 4,3±0,5 b 5±0 ab 3,3±0,9

Semua formula pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih mengalami penurunan viskositas dan peningkatan sag selama 1 bulan penyimpanan. Hal ini disebabkan karena tragakan merupakan polimer alam yang dapat membentuk

viscous matrik, yang pembentukan matriknya terjadi karena adanya belitan

sederhana antar rantai polimer yang berdekatan tetapi tidak membentuk

crosslinking yang paten. Tidak adanya crosslinking yang paten menyebabkan

(67)

 

Berdasarkan tabel VII, dapat dilihat bahwa viskositas 48 jam terbesar terdapat pada formula ab (tragakan level tinggi dan kalsium karbonat level tinggi) dan viskositas terkecil pada formula 1 (tragakan level rendah dan kalsium karbonat level rendah). Sag terbesar dihasilkan oleh formula 1 dan sag terkecil dihasilkan oleh formula ab. Suatu sediaan pasta gigi yang mempunyai viskositas yang besar akan menghasilkan sag yang kecil, seperti yang ditunjukkan oleh formula ab. Hal ini menunjukkan bahwa pasta gigi tersebut semakin dapat mempertahankan bentuknya setelah dikeluarkan dari dalam tube. Nilai sag yang kecil dimungkinkan karena viskositas pasta gigi yang dihasilkan besar, dan nilai viskositas yang besar ini dimungkinkan karena jumlah tragakan yang digunakan banyak. Jumlah tragakan yang banyak ini akan menyebabkan semakin tingginya kemampuan tragakan dalam mengikat bahan-bahan yang terdapat pada pasta gigi untuk membentuk pasta gigi yang baik. Namun, berdasarkan nilai r pada tabel VI, menunjukkan bahwa terdapat variasi hubungan antara viskositas dan sag, sehingga nilai sag tidak selalu ditentukan oleh viskositas.

(68)

49  

 

Gambar 14. Profil periodik viskositas (X±SD) dari 3 replikasi selama penyimpanan 1 bulan

Gambar 15. Profil periodik sag (X±SD) dari 3 replikasi selama penyimpanan 1 bulan

Uji statistik yang digunakan untuk melihat perbedaan yang signifikan antara waktu 48 jam dengan 1 bulan penyimpanan adalah uji T berpasangan jika distribusi data normal dan uji Wilcoxon jika distribusi data tidak normal. Digunakan uji T berpasangan dan uji Wilcoxon karena data yang digunakan berpasangan dan terdiri dari 2 kelompok data, yaitu data 48 jam dan 1 bulan penyimpanan. Data dikatakan berpasangan karena pada tiap waktu pengujian menggunakan subyek uji (pasta gigi) yang sama. Data respon tiap waktu dalam penelitian ini adalah kurang dari 50 data, sehingga uji normalitas data didapatkan

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

48 jam 7 hari 14 hari 21 hari 1 bulan

Vi

sk

ositas (d

Pas)

Waktu

Formula 1 Formula a Formula b Formula ab

0 2 4 6 8 10 12

48 jam 7 hari 14 hari 21 hari 1 bulan

Sag (mm)

Waktu

(69)

 

melalui uji Shapiro-Wilk. Data dikatakan memiliki distribusi normal jika nilai signifikansi atau p>0,05. Berdasarkan uji Shapiro-Wilk, respon viskositas mempunyai distribusi yang tidak normal, sedangkan respon sag mempunyai distribusi data yang normal. Oleh karena itu, untuk melihat adanya perbedaan yang bermakna antara waktu 48 jam dengan 1 bulan penyimpanan pada respon viskositas akan digunakan uji Wilcoxon, sedangkan pada respon sag akan digunakan uji T berpasangan.

(70)

51  

 

dikatakan bahwa semua formula stabil dalam penyimpanan atau tidak mengalami perubahan viskositas antara awal pembuatan (48 jam) sampai penyimpanan selama 1 bulan.

Hasil uji profil periodik sag pada keempat formula menunjukkan bahwa keempat formula tidak stabil dan mengalami peningkatan sag selama 1 bulan penyimpanan (gambar 15). Pada formula 1 didapatkan nilai p sebesar 0,035, formula a dan formula b sebesar 0,020, sedangkan nilai p pada formula ab sebesar 0,074 berdasarkan uj T berpasangan. Hal ini menunjukkan bahwa pada formula 1, formula a, dan formula b terdapat perbedaaan sag yang signifikan antara sag 48 jam dengan sag 1 bulan serta menunjukkan bahwa formula 1, formula a, dan formula b tidak stabil selama penyimpanan. Pada formula ab menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan sag yang signifikan antara sag 48 jam dengan sag 1 bulan, sehingga dapat dikatakan bahwa formula ab stabil dalam penyimpanan. Perbedaan nilai p yang dihasilkan dari tiap formula menunjukkan bahwa terdapat variasi terhadap respon sag. Hal ini disebabkan karena tragakan merupakan binder yang membentuk viscous matrik, sehingga dengan adanya sedikit gerakan saja sudah dapat mengubah susunan rantai polimer dan menyebabkan pasta gigi menjadi tidak stabil.

D. Efek Tragakan dan Kalsium Karbonat, serta Interaksinya dalam Menentukan Sifat Fisis Pasta Gigi

(71)

 

95 % untuk mengetahui besar efek faktor tragakan, kalsium karbonat, serta interaksinya dalam menentukan sifat fisis pasta gigi, yaitu viskositas dan sag, serta signifikansi dari tiap faktor serta interaksinya dalam memberikan efek.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah desain faktorial dengan dua faktor pada dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. Rancangan formula yang dibuat pada penelitian ini memiliki bobot total volume yang berbeda-beda. Jumlah bahan kecuali tragakan dan kalsium karbonat, dibuat sama untuk tiap formula. Hal ini dilakukan agar efek yang terlihat hanyalah efek tragakan dan kalsium karbonat pada level yang diteliti saja.

Efek adalah perubahan respon saat faktor berubah dari level rendah ke level tinggi, sedangkan nilai dari persen kontribusi digunakan untuk mendeterminasi faktor mana yang paling banyak memberikan kontribusi pada tiap respon. Berikut ini merupakan data besar efek tragakan dan kalsium karbonat serta interaksi keduanya terhadap sifat fisis pasta gigi ekstrak air-alkohol dalam penelitian:

Tabel VIII. Efek tragakan dan kalsium karbonat, serta interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisis pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih

Tragakan Kalsium

Karbonat Interaksi

Viskositas Efek 80,00 63,33 40,00

Kontribusi (%) 52,89 33,15 13,22

Sag Efek |-2,00| |-1,33| 0,33

Kontribusi (%) 55,38 24,62 1,54 K

Gambar

Tabel I. Nilai RDA pada beberapa abrasive (Garlen, 1996)
Gambar 4. Aluminium piknometer (Anonim, 2008b)
Gambar 5. Instron tensiometer (Block, 1975)
Gambar 6. Kurva aliran pseudoplastis (Martin,  et al., 1993)
+7

Referensi

Dokumen terkait

83 Dengan adanya permasalahan tersebut guna menghemat waktu dan tenaga telah dirancang sebuah sistem yang berfungsi sebagai pengendali catu daya router-router

Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui apakah aktivitas peserta didik berupa hasil belajar ranah afektif dan ranah psikomotorik

Hasil penelitian yang membandingkan antara kadar CKMB dengan positivitas hasil pemeriksaan HFABP terlihat bahwa hasil HFABP yang positif lebih banyak dibandingkan dengan kadar CKMB

Hal yang perlu diperhatikan adalah ketika pelaksanaan praktikum sedang berjalan peserta didik diharapkan memperhatikan apa yang sedang dilakukan, karena hal ini lah

Berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan, bahwa efektifitas zakat produktif terhadap pengentasan tingkat kemiskinan pada BAZNAS Kabupaten bengkalis

Berdasarkan usulan program pada tahun 2015-2019 terdapat beberapa KSK yang diusulkan untuk diprioritaskan penanganannya, ternyata tidak ada konsistensi antara

Tujuan dari peneitian ini menganalisis pengaruh faktor fungsi keluarga, faktor self efficiacy, peran peran keluarga dan mengembangkan model keperawatan peran keluarga

Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/ permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal