• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS WEB PADA POKOK BAHASAN HUKUM PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS WEB PADA POKOK BAHASAN HUKUM PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

BAHASAN HUKUM PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh:

Alexsander San Lohat

(041424004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Silas Lasar, Pa Nolan, Oa Linda dan Hantos Lasar. Terima kasih.

(5)
(6)
(7)

San Lohat, Alexander. 2011. Pembelajaran Fisika Berbasis Web Pada Pokok Bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui (1) Bagaimana perkembangan pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya yang difasilitasi oleh pembelajaran dengan web; (2) Sejauh mana efektivitas pembelajaran fisika berbasis web pada pokok bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya dalam hal peningkatan hasil belajar siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SMAK Sang Timur Yogyakarta pada tanggal 9 Mei – 25 Mei 2011. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas X2 yang berjumlah empat

orang.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari

pretest dan posttest, dan wawancara. Pretest digunakan untuk mengetahui pengetahuan/pemahaman siswa sebelum melaksanakan pembelajaran. Posttest

digunakan untuk mengetahui pengetahuan/pemahaman siswa setelah melaksanakan pembelajaran. Wawancara digunakan untuk menggali pengetahuan/pemahaman siswa tentang pokok bahasan hukum pemantulan dan pembiasan cahaya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Pembelajaran fisika berbasis web dapat membantu empat siswa kelas X2 SMA Sang Timur Yogyakarta pada tahun pelajaran

2010/2011 mengembangkan pengetahuan dan pemahamannya tentang materi hukum pemantulan dan pembiasan cahaya yang bersifat kualitatif. Pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi hukum pemantulan dan pembiasan cahaya yang bersifat kuantitatif, yang meliputi persamaan matematis dan pemecahan masalah menggunakan persamaan tidak mengalami perkembangan. (2) Pembelajaran fisika berbasis web pada pokok bahasan hukum pemantulan dan pembiasan cahaya dinilai efektiv jika materi pembelajarannya bersifat kualitatif dan kurang efektif jika materi pembelajarannya bersifat kuantitatif, yang meliputi persamaan matematis dan pemecahan masalah menggunakan persamaan.

(8)

San Lohat, Alexander. 2011. Web Based Physics Learning on the Subject Law of Reflection and Refraction of Light. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. University of Sanata Dharma. Yogyakarta.

The aim of this research was to know (1) How is the development of students' understanding about the Law of Reflection and Refraction of Light facilitated by learning with the web, (2) Effectiveness of web based physics learning on the subject law of Reflection and Refraction of Light in the enhancement of student learning outcomes.

This research was conducted at SMAK Sang Timur Yogyakarta on May 2011. The subjects of this research were four students of class X2.

The instruments which were used in this research were written test that contained of pretest and posttest, and interview. Pretest used to determine the knowledge / understanding of students before implementing the learning. Posttest are used to determine the knowledge / understanding of students after implementing the learning. Interviews are used to explore the knowledge / understanding of students about the law of reflection and refraction of light.

The results showed that: (1) Web based physics learning can help students to develop knowledge and understanding about laws of reflection and refraction of light that is qualitative. Knowledge and understanding of students about reflection and refraction of light that is quantitative, which includes mathematical equations and problem solving using the equations did not develop. (2) Web based physics learning about law of reflection and refraction of light, effective if learning materials are qualitative and less effective if the learning material is quantitative, which includes mathematical equations and problem solving using equations.

(9)

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus karena atas berkat dan

penyertaan-Nya, skripsi yang berjudul PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS WEB

PADA POKOK BAHASAN HUKUM PEMANTULAN DAN PEMBIASAN

CAHAYA ini dapat terselesaikan.

Tujuan dari penyusunan skripsi adalah untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di JPMIPA Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, saran

dan gagasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Drs.T. Sarkim, M.Ed, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran.

2. Bp. Drs. Fr. Y. Kartika budi., M.Pd, Bp. Drs. Domi Severinus, Ibu Dra.

Maslichah Asy,ari, M.Pd., Bp. Drs. A. Atmadi, M.Si., Ph.D. dan Bp.

Drs. R. Rohandi, M.Ed, Ph.D, Romo Dr. Paul Suparno SJ selaku dosen

pendidikan Fisika USD yang telah membekali penulis dengan ilmu

pengetahuan selama melaksanakan pendidikan di Universitas Sanata

Dharma.

3. Mas Agus, pak Narjo, pak Sugeng, dan bu Heni selaku karyawan

sekretariat JPMIPA USD untuk segala bantuannya selama saya

menempuh pendidikan.

4. Sr Helaria PIJ selaku kepala sekolah SMAK Sang Timur Yogyakarta,

Siswa kelas X2 SMAK Sang Timur, Brian, Nino, Dewi, Kiki,

terimakasih untuk semua bantuan dan kerjasamanya.

(10)

buku referensi dan internet gratis.

6. Bapa Lorens Lasar, Mama Fin Tapun, Om Mandus, Ci Lus, Nene Lodan,

Abang Silas, Nolan, Linda dan Hantos. Terima kasih atas semua

pengorbanannya.

7. Om wil dan ita, ucok, yosep, ion, eri, sil dan teman-teman pfis 04.

8. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan disini

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan dan

ilmu pengetahuan. Penulis sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka

masukan, saran, kritik dari pembaca yang sifatnya membangun saya harapkan demi

kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 25 Juli 2011

Penyusun

(11)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

2. Pandangan Konstruktivisme terhadap Pembelajaran ... 9

3. Media Pembelajaran ... 12

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 12

(12)

4. Internet ... 16

a. Pengertian Internet ... 16

b. Istilah-istilah di Internet ... 17

c. Prinsip Kerja Internet ... 20

5. Blog ... 20

a. Pengertian Blog ... 20

b. Istilah-istilah di Blog ... 21

c. Ciri khas Blog ... 23

d. Blog Wordpress ... 24

6. Pembelajaran Berbasis Web ... 24

a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Web ... 24

b. Obyek Ajar dalam Pembelajaran Berbasis Web ... 24

c. Kharakteristik Pembelajaran Berbasis Web ... 24

d. Peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Web ... 27

7. Konstruktivisme dan Pembelajaran Berbasis Web ... 27

8. Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya ... 29

a. Pengetahuan Prasyarat ... 29

b. Hukum Pemantulan Cahaya………. 32

c. Hukum Pembiasan Cahaya………... 33

C. Rumusan Masalah ... 35

D. Tujuan Penelitian ... 35

E. Manfaat Penelitian ... 36

(13)

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Subyek Penelitian ... 37

C. Waktu dan Tempat penelitian ... 37

D. Rancangan Penelitian ... 38

E. Treatment ... 41

F. Instrumen Penelitian ... 43

1. Pretest dan posttest ... 43

2. Wawancara ... 44

G. Metode Analisis Data ... 45

BAB III DATA DAN ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Penelitian ... 60

B. Data Hasil Pretest dan Wawancara Sebelum Pembelajaran ... 63

C. Desain Pembelajaran ... 67

D. Data Hasil Posttest dan Wawancara Setelah Pembelajaran ... 70

E. Analisis Data dan pembahasan ... 72

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN ... 91

(14)

Halaman

Table 1: Indeks bias ... 31

Table 2: Kisi-kisi pretest dan posttest ... 44

Table 3: Hasil pretest siswa ... 49

Table 4: Hasil wawancara sebelum pembelajaran ... 49

Tabel 5: Hasil posttest siswa ... ... 54

Tabel 6: Hasil wawancara setelah pembelajaran ... 54

Tabel 7: Skor pretest dan posttest siswa ... 55

Tabel 8: Hasil belajar siswa ... 57

Tabel 9: Skor posttest siswa ... 58

Tabel 10: Hasil pretest siswa ... 63

Tabel 11: Hasil posttest siswa ... .... 70

Tabel 12: Data skor pretest dan posttest siswa ... .... 72

Tabel 13: Skala skor hasil belajar siswa ... .... 85

Tabel 14: Skor posttest semua siswa ... .... 85

(15)

xv

Halaman

Lampiran 1: Surat izin penelitian dari JP MIPA USD untuk SMAK Sang Timur ... 92

Lampiran 2: Surat keterangan penelitian dari SMAK Sang Timur ... 93

Lampiran 3: Soal pretest ... 94

Lampiran 4: Soal posttest ... 96

Lampiran 5: Pertanyaan wawancara sebelum pembelajaran ... 98

Lampiran 6: Pertanyaan wawancara setelah pembelajaran ... 101

Lampiran 7: Kuesioner penggunaan internet oleh siswa ... 104

Lampiran 8: Hasil wawancara sebelum pembelajaran ... 105

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini terjadi

begitu pesat. Salah satu teknologi informasi yang berkembang pesat adalah

internet. Keberadaan internet telah memberikan perubahan yang berarti

terhadap aktivitas manusia sehari-hari. Internet memberikan kemudahan bagi

siapa saja untuk bertukar informasi atau berkomunikasi tanpa dibatasi ruang

dan waktu. Pengembangan internet telah meliputi berbagai bidang kehidupan,

termasuk bidang pendidikan.

Berbagai learning management system atau content management system

telah dikembangkan untuk mendukung pembelajaran melalui internet. Sebuah

weblog atau biasa disingkat blog, adalah aplikasi web yang bisa dimanfaatkan

untuk mengadakan pembelajaran melalui internet. Salah satu keunggulan blog

adalah kemudahan penggunaannya. Pengguna blog tidak perlu memprogram

halaman web. Blog sudah dirancang sedemikian rupa sehingga pengguna

hanya perlu mempelajari cara menggunakannya. Keunggulan lain yang

dimiliki blog adalah adanya fitur komentar. Fitur komentar memungkinkan

terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Melalui kolom komentar, siswa

bisa bertanya atau berdiskusi dengan guru dan teman-temannya. Blog juga

memungkinkan guru memadukan materi belajar berupa teks dengan gambar,

animasi, video atau simulasi.

(17)

Menurut A. W. Bates dan K. Wulf dalam

edukasi.kompasiana.com/2010/11/07/pemanfaatan-internet-sebagai-alternatif-sumber-belajar-dan-media-pendidikan-jarak-jauh, terdapat beberapa

kelebihan pembelajaran melalui internet, antara lain : pertama, dapat

meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru.

Apabila dirancang dengan cermat, pembelajaran melalui internet dapat

meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan

guru, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan

belajar. Berbeda halnya dengan pembelajaran konvensional. Tidak semua

siswa dalam pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai

kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau menyampaikan pendapatnya.

Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran konvensional, kesempatan yang

disediakan oleh guru untuk berdiskusi atau untuk tanya jawab sangat terbatas.

Biasanya kesempatan yang terbatas ini cenderung didominasi oleh siswa yang

cepat tanggap dan berani. Keadaan yang demikian tidak akan terjadi pada

pembelajaran melalui internet. Siswa yang malu, ragu-ragu maupun kurang

berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan atau

menyampaikan pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan dari

teman kelas. Kedua, memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari

mana dan kapan saja. Materi belajar sudah dikemas secara elektronik dan

tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet karenanya siswa

dapat belajar kapan saja dan dari mana saja. Siswa tidak terikat dengan waktu

(18)

Ketiga, menjangkau siswa dalam cakupan yang luas. Dengan adanya

fleksibilitas waktu dan tempat maka jumlah peserta didik yang dapat

dijangkau semakin banyak. Ruang dan waktu tidak lagi menjadi hambatan.

Kesempatan belajar terbuka bagi siapa saja yang membutuhkan. Keempat,

mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran.

Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak

yang terus berkembang turut mempermudah pengembangan bahan belajar.

Penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar dan metode penyajian

materi belajar dapat dilakukan.

Terlepas dari adanya kekurangan yang dimiliki, memperhatikan

keunggulan, fasilitas dan kemampuan yang disediakan oleh internet dan blog

sebagai aplikasi web, nampaknya keberadaan internet dan blog

memungkinkan diadakannya pembelajaran berbasis web (web-based

learning). Sinonim lain dari pembelajaran berbasis web adalah elearning atau

online learning.

Menurut Liek Wilardjo (1998 : 50), pembelajaran merupakan sebuah

“pertemuan”. Pertemuan itu bukan pertemuan biasa yang hanya terjadi

sekilas-lintas, melainkan interaksi aktif. Agar proses pembelajaran dapat

berjalan optimal, efektif dan efisien maka diperlukan sarana yang dapat

membantu proses pembelajaran.

Pada hakekatnya pembelajaran fisika menciptakan interaksi anak didik

dengan obyek belajar. Dalam interaksi ini, anak didik dapat mengkonstruksi

(19)

(Suparno, 1997 : 12). Bagi konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif

pelajar mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain.

Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif di mana pelajar membangun

sendiri pengetahuannya. Belajar merupakan suatu proses organik untuk

menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta

(Suparno, 1997 : 61). Menurut prinsip konstruktivis, seorang pengajar atau

guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses

belajar murid berjalan dengan baik (Suparno, 1997 : 65).

Pembelajaran berbasis web merupakan model pembelajaran yang

sejalan dengan prinsip konstruktivisme. Peran guru bukan sebagai pentransfer

pengetahuan yang memindahkan pengetahuannya kepada siswa tetapi lebih

sebagai fasilitator atau mediator. Dalam hal ini guru menyediakan fasilitas,

suasana dan media yang membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan.

Siswa tidak hanya sebagai sebuah wadah yang siap diisi, tetapi siswa juga

dapat mengerti dan memahami bagaimana proses penemuan konsep, prinsip

dan hukum yang dipelajari.

Berdasarkan ulasan sebelumnya, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian terhadap pembelajaran fisika berbasis web pada pokok bahasan

(20)

B. Tinjauan Pustaka

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Belajar

Menurut pandangan tradisional, belajar adalah usaha memperoleh

sejumlah ilmu pengetahuan. Pengetahuan mendapat tekanan yang

penting, oleh sebab pengetahuan memegang peranan utama dalam hidup

manusia. Pengetahuan adalah kekuasaan, siapa yang memiliki banyak

pengetahuan, maka dia akan mendapat kekuasaan. Dan sebaliknya siapa

yang kosong pengetahuannya, atau bodoh, maka dia akan dikuasai oleh

orang lain. Karena itu memiliki banyak pengetahuan adalah penting. Itu

sebabnya pandangan ini disebut sebagai pandangan yang intelektualis,

terlalu menekankan pada perkembangan otak (Hamalik, 1983:41).

Menurut pandangan modern, belajar adalah proses perubahan

tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan. Seseorang dinyatakan

melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil, yakni terjadi

perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak

mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Pada hakekatnya perubahan

tingkah laku itu adalah perubahan kepribadian pada diri seseorang.

Tingkah laku mengandung pengertian yang luas, meliputi segi jasmaniah

dan segi rohaniah, yang kedua-duanya saling bertalian dan saling

berinteraksi satu sama lain. Pola tingkah laku itu terdiri dari berbagai

aspek, yang meliputi : pengetahuan, pengertian, sikap, ketrampilan,

(21)

lain-lain. Jadi tingkah laku itu sesungguhnya sangat luas, bukan hanya

terdiri dari pengetahuan saja seperti yang dikemukakan oleh pandangan

tradisionil (Hamalik, 1983:41-42).

Hilgard (Dalam Pasaribu dan Simandjuntak, 1983 : 59) mengatakan

bahwa belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap

lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila

disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seperti kelelahan

atau disebabkan oleh obat-obatan. Perubahan kegiatan yang dimaksud

mencakup pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku.

Menurut Winkel (1987), belajar pada manusia bisa diartikan sebagai

suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu

bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Skinner (Dalam Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 9) berpandangan

bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka

responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka

responnya menurun.

Menurut Gagne (Dalam Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 11), belajar

merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.

Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan

nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang

(22)

pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif

yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan

informasi, menjadi kapabilitas baru.

Piaget (Dalam Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 13 - 14) berpendapat

bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan

interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut

mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan

maka fungsi intelek semakin berkembang. Pengetahuan dibangun dalam

pikiran. Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya.

Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk, yaitu pengetahuan

fisik, pengetahuan logika-matematik dan pengetahuan sosial.

Anthony Robbins (Dalam Trianto, 2009 : 15) mendefinisikan belajar

sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang

sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini

dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu (1) penciptaan hubungan,

(2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu

(pengetahuan) yang baru. Jadi makna belajar di sini bukan berangkat dari

sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan

keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan

baru.

Pandangan Anthony Robbins senada dengan apa yang dikemukakan

oleh Jerome Brunner (Dalam Trianto, 2009 : 15) bahwa belajar adalah

(23)

pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah

dimilikinya. Dalam pandangan konstruktivisme, “belajar” bukanlah

semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada diluar dirinya, tetapi

belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan

pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya

dalam format yang baru.

Menurut kaum konstruktivis (Suparno, 1997: 61), belajar merupakan

proses aktif pelajar mengkonstruksi arti, mengasimilasi dan

menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan

pengertian yang dipunyai seseorang sehingga pengertiannya

dikembangkan. Prinsip-prinsip dasar pandangan konstruktivis adalah

sebagai berikut :

a. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik secara personal

maupun secara sosial.

b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali

hanya dengan keaktivan siswa menalar.

c. Siswa aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi

perubahan konsep ilmiah

d. Guru berperan sebagai fasilitator menyediakan sarana dan situasi

(24)

b. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks,

yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara sederhana

dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara

pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih

kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru

untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan

(Trianto, 2009 : 17).

Tujuan dan unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran adalah dua hal

yang sangat penting dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran

mengarahkan guru agar berhasil dalam membelajarkan siswa; sementara

unsur-unsur dinamis pembelajaran mendukung bagi tercapainya tujuan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru (Hamalik, 2003 : 43).

2. Pandangan Konstruktivisme terhadap pembelajaran

Konstruktivisme merupakan bagian dari filsafat pengetahuan yang

banyak mempengaruhi perkembangan sains akhir-akhir ini. Konstruktivisme

adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan

kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah

gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan akibat dari

suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Pengetahuan

(25)

manusia yang dikonstruksi dari pengalaman atau dunia yang dialaminya. Para

konstruktivis percaya bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang

sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari

otak seseorang (guru) ke kepada orang lain (murid). Murid sendirilah yang

harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap

pengalaman-pengalaman mereka (Suparno, 1997 : 18 – 19).

Bagi konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, di

mana pelajar membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar mencari arti

sendiri dari yang mereka pelajari. Pelajar sendirilah yang bertanggung jawab

atas hasil belajarnya. Mereka membawa pengertiannya yang lama dalam

situasi belajar yang baru. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa

yang dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan

apa yang telah ia ketahui serta menyelesaikan ketegangan antara apa yang

telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru.

Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk

menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta

(Suparno, 1997 : 62).

Menurut Bettencourt (Dalam Suparno, 1997 : 65), mengajar bukanlah

kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu

kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya.

Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan,

membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan

(26)

Seorang pengajar atau guru berperan sebagai mediator dan fasilitator

yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik. Tekanan ada

pada siswa yang belajar dan bukan pada disiplin ataupun guru yang mengajar.

Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas

sebagai berikut.

1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung

jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian.

2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang

keingintahuan murid dan membantu mereka untuk mengekspresikan

gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka (Watts &

Pope dalam Suparno, 1997 : 66). Menyediakan sarana yang merangsang

siswa berpikir secara produktif. Menyediakan kesempatan dan pengalaman

yang paling mendukung proses belajar siswa. Guru harus menyemangati

siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik (Tobin, Tippins &

Gallard dalam Suparno, 1997 : 66).

3. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran si murid

jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah

pengetahuan murid itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang

berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid

(Suparno, 1997 : 65 - 66).

Sistem pembelajaran dalam pandangan konstruktivis menurut Hudojo

(Dalam Trianto, 2009 : 19) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (a) siswa

(27)

bermakna dengan bekerja dan berpikir, dan (b) informasi baru harus dikaitkan

dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan skemata yang

dimiliki siswa.

Implikasi ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan konstruktivis adalah

penyediaan lingkungan belajar yang konstruktif. Lingkungan belajar yang

konstruktif menurut Hudojo (Dalam Trianto, 2009 : 19) adalah lingkungan

belajar yang, (1) menyediakan pengalaman belajar yang mengaitkan

pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga

belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan, (2) menyediakan

berbagai alternatif pengalaman belajar, (3) mengintegrasikan pembelajaran

dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkret,

(4) mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi

dan kerja sama antara siswa, (5) memanfaatkan berbagai media agar

pembelajaran lebih menarik, dan (6) melibatkan siswa secara emosional dan

sosial sehingga pelajaran lebih menarik dan siswa mau belajar.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak

dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar.

Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran.

Schramm (Dalam Miarso dkk, 1984) mengemukakan bahwa media

(28)

untuk keperluan pembelajaran. Briggs (Dalam Miarso dkk, 1984)

berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk

menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan

sebagainya. National Education Associaton (Dalam Miarso dkk, 1984)

mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi

dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi

perangkat keras.

Berdasarkan tiga pendapat di atas, bisa disimpulkan bahwa (a) media

merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin

diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, (b) bahwa

materi yang disampaikan adalah pesan pembelajaran dan bahwa tujuan

yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar. Media pembelajaran

merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang

pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa (Miarso dkk, 1984 :

48 – 49).

Menurut Santoso S. Hamidjojo (Dalam Latuheru, 1988 : 11), media

adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk

menyampaikan atau menyebarkan ide, sehingga ide atau pendapat atau

gagasan yang disampaikan atau dikemukakan itu bisa sampai pada

penerima. Jadi bisa disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat

(29)

maksud untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari sumber kepada

penerima.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Pada mulanya media hanya berfungsi sebagai alat bantu visual dalam

kegiatan belajar/mengajar, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan

pengalaman visual kepada siswa antara lain untuk mendorong motivasi

belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak dan

mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Dengan masuknya

teknologi audio pada pertengahan abad ke-20, lahirlah peraga

audio-visual yang terutama menekankan penggunaan pengalaman yang konkrit

untuk menghindarkan verbalisme. Pada akhir tahun 1950 teori

komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual,

sehingga fungsi media sebagai peraga bergeser menjadi penyalur

pesan/informasi belajar. Dengan demikian, fungsi media dalam kegiatan

pembelajaran tidak lagi sekedar peraga bagi guru melainkan pembawa

informasi atau pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Sebagai

bagian dari sistem pembelajaran, media mempunyai nilai-nilai praktis

berupa kemampuan untuk :

a. Membuat konkrit konsep yang abstrak;

b. Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam

lingkungan belajar;

(30)

d. Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang;

e. Mengamati gerakan yang terlalu cepat;

f. Memungkinkan siswa berinteraksi dengan lingkungannya;

g. Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi

pengalaman belajar siswa;

h. Membangkitkan motivasi belajar;

i. Memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok

belajar;

j. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang

maupun disimpan menurut kebutuhan;

k. Menyajikan informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan

ruang dan waktu;

l. Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa. (Miarso dkk,

1984 : 50 – 52)

Latuheru (1988, 23) menyimpulkan pendapat beberapa ahli tentang

manfaat penggunaan media pembelajaran dalam suatu proses belajar

mengajar, sebagai berikut :

a. Media pembelajaran menarik dan memperbesar perhatian siswa

terhadap materi pelajaran yang disajikan;

b. Media pembelajaran dapat menghilangkan adanya verbalisme;

c. Media pembelajaran mengatasi perbedaan pengalaman belajar

(31)

d. Media pembelajaran membantu memberikan pengalaman belajar

yang sulit diperoleh dengan cara lain;

e. Media pembelajaran dapat mengatasi batas-batas ruang dan waktu,

misalnya obyek yang berbahaya, seperti binatang buas yang tidak

dapat dibawa ke dalam kelas, maka dapat digunakan model, foto,

slide atau gambar dari binatang buas tersebut;

f. Media pembelajaran dapat membantu perkembangan pikiran siswa

secara teratur tentang hal yang mereka alami;

g. Media pembelajaran dapat membantu siswa dalam mengatasi hal-hal

yang sulit dilihat dengan mata telanjang;

h. Media pembelajaran dapat mengatasi peristiwa yang sulit diikuti

dengan indera mata;

i. Media pembelajaran memungkinkan terjadinya kontak langsung

antara siswa dengan guru, masyarakat maupun dengan lingkungan

alam di sekitar mereka.

4. Internet

a. Pengertian Internet

Menurut Akbar (2006), internet berasal dari kata Interconnection

Networking yang secara bahasa bermakna jaringan-jaringan komputer

yang saling berhubungan. Disebut demikian karena internet merupakan

jaringan komputer-komputer di seluruh dunia yang saling berhubungan

(32)

menyebabkan komputer dari seluruh dunia dapat saling memberikan dan

mengakses layanan-layanan internet yang ditawarkan.

Internet atau biasa disingkat Net adalah sistem komputer yang saling

berhubungan yang mentransmisikan data menggunakan packet switching

menggunakan protokol standar Internet Protocol (IP) dan dapat diakses

oleh publik secara bebas. Internet disusun oleh berbagai macam jaringan

komputer baik yang komersial, akademik, domestik maupun

pemerintahan. Internet mempunyai banyak informasi dan layanan, seperti

pos elektronik (email), chatting online, dan halaman web yang saling

berhubungan, serta dokumen lain di World Wide Web. Tidak seperti

anggapan orang awam, Internet dan World Wide Web (WWW)

merupakan dua hal yang berbeda. Internet adalah kumpulan jaringan

komputer yang saling berhubungan, yang dihubungkan oleh kabel

tembaga, fiber optik dan lainnya. Sementara web adalah kumpulan

dokumen-dokumen yang saling berkaitan disebabkan oleh hyperlink dan

URL dan dapat diakses menggunakan internet. (www.wikipedia.org).

b. Istilah-istilah di Internet

¾ Web

Web adalah fasilitas dari internet yang dapat menampilkan

data-data berupa teks, gambar, video, animasi dan data-data multimedia

(33)

¾ WWW (World Wide Web)

WWW merupakan kumpulan penyedia layanan web di seluruh

dunia yang dapat menyediakan data yang dapat digunakan secara

bersama-sama.

¾ Situs Web (Websites)

Situs web merupakan sebuah alamat tertentu di WWW yang

menyediakan informasi tertentu

¾ Halaman web (Web pages)

Halaman web merupakan elemen-elemen penyusun sebuah situs

web. Jika situs web diumpamakan seperti buku maka halaman

web merupakan lembaran-lembaran kertas penyusun buku

tersebut. Jika membuka sebuah situs, maka halaman-halaman

yang ditampilkan oleh alamat situs tersebut disebut halaman web.

¾ Halaman muka (Homepage)

Homepage merupakan halaman muka dari situs web atau ibarat

sampul depan sebuah buku.

¾ Browser

Browser adalah aplikasi yang digunakan untuk membuka

internet. Browser dapat memandu pengguna internet untuk

berpindah dari satu situs web ke situs web lain maupun dari

(34)

¾ Download

Download merupakan kegiatan mengambil data dari internet ke

komputer lokal.

¾ Upload

Upload merupakan kebalikan dari download, yakni kegiatan

penyalinan data dari komputer lokal ke internet.

¾ Email

Email merupakan surat yang dapat dikirim melalui internet atau

jaringan komputer lokal.

¾ URL (Universal Resource Locator)

URL adalah suatu alamat yang mengacu pada tempat tertentu di

internet.

¾ HTTP (Hypertext transfer protocol)

HTTP merupakan bagian dari sebuah URL yang mengidentifikasi

lokasi web dan digunakan dalam protokol HTML.

¾ Server

Server merupakan komputer di internet yang berfungsi

menyediakan file-file dan layanan kepada pemilik situs web atau

pengunjung situs web.

¾ Mesin pencari (Search Engine)

Mesin pencari merupakan sebuah situs web yang dapat digunakan

(35)

cara memasukkan kata kunci tertentu. Contoh mesin pencari yang

populer adalah google.com

c. Prinsip kerja internet

Internet bekerja dengan metode komunikasi antara komputer

menggunakan TCP/IP. TCP kepanjangannya adalah Transfer Control

Protocol sementara IP kepanjangannya adalah Internet Protocol. TCP

digunakan untuk memastikan agar koneksi antara jaringan berjalan

dengan semestinya sementara IP digunakan untuk melakukan transfer

data antara satu komputer dengan komputer lainnya. Dalam internet

terdapat istilah Network Provider yaitu sebuah perusahaan yang

menyediakan layanan berupa dukungan hardware dan software untuk

mengakses internet. Network Provider menyediakan jasa sarana dan

prasarana agar sebuah komputer dapat terhubung ke internet. Di dalam

dunia internet, Network Provider sering kali diberi nama ISP atau

Internet Servide Provider (Akbar, 2006 : 52 - 53).

5. Blog

a. Pengertian Blog

Blog adalah kependekan dari Weblog. Istilah ini pertama kali

digunakan oleh Jorn Barger pada bulan Desember 1997. Jorn Barger

menggunakan istilah Weblog untuk menyebut kelompok website pribadi

(36)

lain yang dianggap menarik disertai dengan komentar-komentar. Secara

garis besar, blog dapat diartikan sebagai website pribadi yang

memungkinkan para pembuatnya menampilkan berbagai jenis isi pada

web dengan mudah, seperti karya tulis, kumpulan link internet,

dokumen-dokumen (file-file Word, PDF, dll), gambar ataupun

multimedia.

b. Istilah-istilah di blog

¾ Blogger

Blogger adalah julukan bagi pemilik blog atau orang yang

mengelola suatu blog.

¾ Posting

Posting merupakan istilah yang digunakan ketika seorang

blogger memuat artikel ke dalam blognya.

¾ Postingan

Postingan adalah artikel atau foto atau video yang telah dimuat

di blog.

¾ Update

Update merupakan istilah yang digunakan ketika seorang

blogger memperbaharui isi blognya dengan menambahkan

artikel baru.

¾ Blogwalking

Blogwalking merupakan istilah yang digunakan ketika blogger

(37)

¾ Hosting

Hosting adalah tempat atau jasa internet untuk membuat

halaman website yang telah dibuat menjadi online dan bisa

diakses oleh orang lain. Biasanya layanan hosting disediakan

oleh perusahan-perusahaan hosting. Contoh perusahaan

hosting adalah hostgator.com, masterweb.net atau

rumahweb.com

¾ Domain

Domain adalah nama unik yang diberikan untuk

mengidentifikasi nama server komputer seperti web server

atau email server di internet. Domain memberikan kemudahan

pengguna di internet untuk melakukan akses ke server dan

mengingat server yang dikunjungi dibandingkan harus

mengenal deretan nomor atau yang dikenal IP. Contoh nama

domain : gurumuda.com

¾ Subdomain

Subdomain adalah bagian dari sebuah nama domain induk.

Subdomain umumnya mengacu ke suatu alamat fisik di sebuah

situs. Contohnya: gurumuda.com merupakan sebuah domain

induk. Sedangkan san.gurumuda.com merupakan sebuah sub

domain. Biasanya, subdomain ada di depan domain dan

(38)

merupakan subdomain gurumuda, sedangkan gurumuda

merupakan domain induk.

¾ IP

Alamat IP (Internet Protocol Address atau sering disingkat IP)

adalah deretan angka biner antar 32-bit sampai 128-bit yang

dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host

dalam jaringan internet. (www.wikipedia.org)

c. Ciri khas blog

Berikut beberapa hal yang membedakan blog dengan jenis website

lain :

¾ Mudah digunakan

Salah satu kelebihan blog dibandingkan dengan jenis

website lainnya adalah mudah digunakan. Seorang pemilik

blog tidak perlu harus menguasai bahasa pemrograman

tertentu. Blog sudah dirancang sedemikian rupa sehingga

pemilik blog hanya perlu mempelajari cara menggunakan blog.

¾ Adanya kolom komentar

Salah satu hal utama yang membedakan blog dengan

website statis adalah fitur kolom komentar. Adanya kolom

komentar memungkinkan pemilik blog bisa berkomunikasi

secara tertulis dengan pengunjung atau pembaca artikel di

(39)

d. Blog Wordpress

Blog wordpress adalah aplikasi blog yang disediakan oleh salah satu

pengembang aplikasi blog terkemuka, yakni automattic.com.

6. Pembelajaran Berbasis Web

a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Web

Pembelajaran Berbasis Web atau Web based learning adalah suatu

sistem belajar jarak jauh berbasis teknologi informasi dengan antarmuka

web (Firman Gunawan, 2001).

b. Obyek Ajar Dalam Pembelajaran Berbasis Web

Menurut Direktorat Ketenagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional (2010), objek ajar adalah

entitas digital yang digunakan dalam pembelajaran. Pada pembelajaran

online atau pembelajaran berbasis web, objek-ajar dapat berupa teks,

grafis, gambar, suara, video, maupun multimedia.

c. Kharakteristik Pembelajaran Berbasis Web

Menurut Direktorat Ketenagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional (2010), karakteristik

pembelajaran berbasis web (yang dikelola dengan perangkat lunak

(40)

¾ Penyajian materi pembelajaran dilakukan dengan menayangkan

objek-ajar teks (tampil berupa teks/tertulis), audio, video, maupun

gabungan berbagai unsur media tersebut. Teknologi komputer dan

jaringan Internet saat ini telah memungkinkan penayangan materi

pembelajaran secara audio-visual dengan kualitas cukup tinggi

¾ Materi pembelajaran disajikan dalam potongan-potongan kecil yang

dapat ditayangkan satu layar penuh atau video/audio dengan masa

tayang 5 menit atau kurang. Ada alasan teknis, psikologis, dan alasan

ergonomis untuk menentukan ukuran potongan-potongan materi

pembelajaran tersebut. Potongan kecil teks (dengan tayangan

kira-kira satu layar penuh tanpa harus menggulung layar) memungkinkan

pengiriman file secara cepat. Demikian juga potongan audio/video

dengan durasi sekitar 5 menit memungkinkan pembelajar tidak

terlalu lama menunggu proses pengunduhannya (downloading). Dari

sisi ergonomika, penayangan teks utuh tanpa harus menggulung

layar membuat mata menjadi lebih nyaman. Untuk materi yang

terlalu panjang (lebih dari 3 halaman tayangan), pembelajar

cenderung mencetak terlebih dahulu materi ajar sebelum

membacanya.

¾ Pembelajar dimungkinkan belajar dengan kecepatan sesuai

kebutuhan dan kemampuan, serta dapat mengakses materi

pembelajaran secara non-linier. Karakteristik ini berbeda dengan

(41)

seiring dengan panduan yang diberikan oleh fasilitator. Terkait

dengan ini, perancang materi pembelajaran harus memberikan sarana

interaktivitas antara pembelajar dengan objek-ajar yang

memungkinkan pembelajar mengakses bahan ajar secara non-linier.

¾ Interaksi antara pembelajar dengan fasilitator (guru/dosen) umumnya

berlangsung secara asinkronus, kecuali bila digunakan fasilitas

chatting atau tele/videoconference. Hampir semua perangkat lunak

course/learning management system (misalnya: WebCT, Moodle,

Claroline, dan sebagainya) menggunakan sarana komunikasi

asinkron berupa email atau internal mail dan internal chat. Disebut

internal mail dan internal chat karena fasilitas itu hanya dapat

diakses apabila pembelajar masuk ke dalam situs (log-in).

¾ Diskusi berlangsung secara tekstual, menggunakan fasilitas mirip

mailing list yang hanya berlaku internal (di dalam situs

pembelajaran, sehingga pembelajar perlu log-in terlebih dahulu

sebelum bergabung). Mekanismenya seperti mekanisme berkirim

surat elektronik (email). Pendapat/pertanyaan diberikan kepada

seluruh komunitas (pembelajar, fasilitator, dan administrator)

melalui email ke alamat discussion forum. Tanggapan juga diberikan

(42)

d. Peran guru dalam pembelajaran berbasis web

Peran guru dalam pembelajar berbasis web haruslah memberi siswa

kesempatan untuk e-learn, yaitu belajar menggunakan fasilitas dan

ketersediaan dari lingkungan online. Pembelajaran berbasis web tanpa

dukungan guru semakin dilihat tak berhasil dan hanya dipandang sebagai

“kereta tak berkuda”. Dalam pembelajaran berbasis web, siswa

mendominasi interaksi, sedangkan guru sekedar menjadi fasilitator

(Mason dan Rennie, 2009 : 32).

Agar guru dapat mengadakan pengawasan dan berpartisipasi aktif

dalam kaitannya dengan semua program pembelajaran, perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa

dengan siswa

2. Menjawab pertanyaan siswa

3. Membantu pemecahan masalah dengan segera

4. Bertanggung jawab dalam hal pengoperasian alat dan memecahkan

kesulitan peralatan (Sri Anita, 2008 : 114).

7. Konstruktivisme dan Pembelajaran Berbasis Web

Menurut Bangert (Dalam Mason dan Rennie, 2009), mayoritas program

belajar berbasis web saat ini dirancang dengan menggunakan prinsip-prinsip

pendidikan konstruktivis. Tujuan dari prinsip konstruktivis sebagaimana yang

(43)

independen dan mandiri yang memiliki keyakinan dan keterampilan untuk

menggunakan berbagai strategi untuk membangun pengetahuan mereka

sendiri.

Model pembelajaran berbasis teori konstruktivis yang sering digunakan

dalam lingkungan online, antara lain :

1. Situated learning (Pembelajaran dalam situasi khusus)

Konsep situated learning dikembangkan oleh Lave dan Wenger. Lave

(Dalam Masson dan Rennie, 2009) berpendapat bahwa pembelajaran, seperti

halnya yang normal terjadi, adalah bentuk fungsi dari aktivitas, konteks dan

budaya di mana hal itu sedang terjadi.

2. Problem-based learning (Pembelajaran berbasis masalah)

Menurut Barbara Duch (Dalam Mason dan Rennie, 2009), pembelajaran

berbasis masalah adalah metode instruksional yang menantang pembelajar

untuk “mempelajari bagaimana cara belajar”, bekerja secara kooperatif dalam

kelompok untuk mencari solusi atas masalah-masalah nyata. Masalah ini

digunakan untuk membangkitkan “rasa ingin tahu” mereka dan memicu

pembelajaran terhadap subyek terkait. Pembelajaran Berbasis Masalah

menyiapkan pembelajar untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk

menemukan dan menggunakan sumber-sumber pembelajaran yang tepat.

3. Communities of Practice (komunitas praktik)

Praktik komunitas online menyediakan lingkungan khas bagi pembelajar

(44)

dalam lingkungan tempat pengetahuan diciptakan, dimatangkan dan

dipertahankan.

4. Simulations (simulasi)

Simulasi sangat berguna khususnya untuk menjelaskan konsep-konsep

yang sulit. Simulasi bisa memberikan presentasi multimedia interaktif yang

menjelaskan konsep yang sulit dan abstrak. Dalam kasus lain, simulasi

dirancang untuk memodelkan skenario nyata sehingga memungkinkan

pembelajar untuk berpartisipasi dan mengalaminya tanpa harus menanggung

risiko berat (Mason dan Rennie, 2009 : 19 - 20).

Dalam penelitian ini, model pembelajaran berbasis teori konstruktivis

yang digunakan adalah simulasi. Peneliti memilih simulasi sebagai model

pembelajaran konstruktivis yang digunakan dalam pembelajaran berbasis

web, karena simulasi juga memungkinkan siswa untuk mengkonstruksi

pengetahuan secara mandiri.

8. Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya

a. Pengetahuan Prasyarat

1) Muka gelombang, Sinar

Ketika berbicara mengenai gelombang dua atau tiga dimensi,

misalnya gelombang bunyi, gelombang air atau gelombang cahaya,

maka kita berhubungan dengan muka gelombang. Diandaikan sebuah batu dijatuhkan pada genangan air, ketika batu mengenai

genangan air maka akan muncul riak atau gelombang air yang

berbentuk lingkaran yang menyebar keluar dari pusat lingkaran.

(45)

muka gelombang, terdapat juga istilah lain yaitu sinar. Sinar adalah garis yang tegak lurus dengan muka gelombang.

2) Berkas Cahaya

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa cahaya berjalan

menempuh garis lurus pada berbagai keadaan. Sebagai contoh,

sebuah sumber cahaya titik seperti matahari menghasilkan bayangan,

dan sinar lampu senter tampak merupakan garis lurus.

Kenyataannya, kita menentukan posisi benda di lingkungan kita

dengan menganggap bahwa cahaya bergerak dari benda tersebut ke

mata kita dengan lintasan garis lurus. Seluruh orientasi kita

mengenai dunia fisik berdasarkan atas anggapan ini. Anggapan yang

masuk akal ini mengarah ke model berkas dari cahaya. Model ini

menganggap bahwa cahaya berjalan dalam lintasan garis lurus yang

disebut berkas cahaya. Sebenarnya berkas merupakan idealisasi;

dimaksudkan untuk merepresentasikan cahaya yang sangat sempit.

Ketika kita melihat sebuah benda, menurut model berkas, cahaya

mencapai mata kita dari setiap titik pada benda; walaupun berkas

(46)

hanya satu kumpulan kecil dari berkas-berkas ini yang dapat

memasuki mata. Jika kepala digerakkan ke satu sisi, kumpulan

berkas yang lain akan memasuki mata dari setiap titik (Giancolli,

2001 : 243).

3) Indeks Bias

Indeks bias (n) dari suatu materi merupakan perbandingan laju

cahaya di hampa udara dengan laju cahaya pada materi tersebut.

Secara matematis ditulis :

Keterangan :

n = Indeks bias suatu materi

c = laju cahaya dalam hampa udara = 3 x 108 m/s

v = laju cahaya pada suatu materi

Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 dan nilainya ditunjukkan

pada tabel di bawah :

Tabel 1 : Indeks Bias

Medium n = c/v

Hampa Udara 1,0000

Udara (Pada STP) 1,0003

Air 1,333

Alkohol etil 1,36

(47)

Kaca korona 1,52

Lucite atau pleksiglass 1,51

Garam Dapur 1,53

Berlian 2,42

(Giancolli, 2001 : 256 – 257).

b. Hukum Pemantulan Cahaya

Ketika gelombang cahaya mengenai sebuah penghalang,

gelombang-gelombang baru dibangkitkan dan bergerak menjauhi penghalang

tersebut. Fenomena ini disebut sebagai pemantulan. Pemantulan terjadi

pada bidang batas antara dua medium berbeda seperti misalnya sebuah

permukaan udara dan kaca, dalam kasus di mana sebagian energi datang

dipantulkan dan sebagian ditransmisikan.

Gambar 1 : Pemantulan Cahaya

Keterangan :

(48)

Gambar 1 memperlihatkan sebuah sinar cahaya yang mengenai

sebuah permukaan udara kaca yang mulus. Sudut antara sinar datang

dengan garis normal (garis yang tegak lurus permukaan) disebut sudut

datang. Bidang yang dibatasi oleh dua garis ini disebut bidang datang.

Sinar yang dipantulkan terletak di dalam bidang datang tersebut dan

membentuk sudut dengan garis normal. Besarnya sudut datang sama

dengan besarnya sudut pantul.

=

Hasil ini dikenal sebagai Hukum Pemantulan (Tipler, 2001 : 442).

c. Hukum Pembiasan Cahaya

Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya,

sebagian cahaya datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke

medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang dan membentuk sudut

terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut

dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini

dikenal sebagai pembiasan.

(49)

Keterangan :

= Sudut datang, = Sudut Bias

Gambar 2 menunjukkan sebuah berkas cahaya yang merambat dari

udara ke air. Sudut adalah sudut datang dan sudut adalah sudut

bias. Perhatikan bahwa berkas dibelokkan menuju garis normal ketika

memasuki air. Hal ini selalu terjadi ketika berkas cahaya memasuki

medium di mana lajunya lebih kecil. Jika cahaya merambat dari satu

medium ke medium kedua di mana lajunya lebih besar maka berkas

dibelokkan menjahui normal. Hal ini ditunjukkan oleh gambar 3 untuk

berkas cahaya yang merambat dari air ke udara.

Gambar 3 : Pembiasan Cahaya

Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua medium dan pada sudut

datang. Hubungan antara sudut datang dan sudut bias ditemukan secara

eksperimental pada tahun 1621 oleh Willebrord Snell (1591 – 1626).

Hubungan ini dikenal sebagai hukum Snell atau hukum Bias.

(50)

Keterangan :

= index bias medium 1

= index bias medium 2

= sudut datang, = sudut bias

(Giancoli, 2001 : 257 – 258).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

masalah-masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perkembangan pemahaman siswa tentang Hukum

Pemantulan dan Pembiasan Cahaya yang difasilitasi oleh pembelajaran

dengan web ?

2. Sejauh mana efektivitas pembelajaran fisika berbasis web pada pokok

bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya dalam hal

peningkatan hasil belajar siswa ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Bagaimana perkembangan pemahaman siswa tentang Hukum

Pemantulan dan Pembiasan Cahaya yang difasilitasi oleh pembelajaran

(51)

2. Sejauh mana efektivitas pembelajaran fisika berbasis web pada pokok

bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya dalam hal

peningkatan hasil belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Memperoleh informasi berkaitan dengan pembelajaran fisika berbasis

web.

2. Menyediakan informasi tambahan bagi praktisi pendidikan yang ingin

(52)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus merupakan suatu penelitian yang mendetail dari suatu subyek, keadaan, atau kejadian khusus (Suparno, 2010 : 157). Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut (Sukmadinata, 2003 : 64).

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah empat siswa kelas X2 SMAK Sang Timur Yogyakarta. Pemilihan subyek penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan pretest dan kuesioner penggunaan internet oleh siswa kepada 19 siswa kelas X2 SMAK Sang Timur Yogyakarta. Selanjutnya dipilih secara acak empat siswa yang mempunyai skor pretest yang rendah dan siswa tersebut sering menggunakan internet dan mempunyai koneksi internet di rumah.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 9 Mei – 25 Mei 2011 di SMAK Sang Timur Yogyakarta.

(53)

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain pembuatan instrumen, memberikan pretest, wawancara sebelum pembelajaran berbasis web, mengadakan pembelajaran berbasis web, memberikan posttest, wawancara setelah pembelajaran berbasis web.

Pembuatan instrumen

Memberikan pretest

Gambar 4. Desain penelitian

1. Pembuatan Instrumen

a. Membuat soal pretest dan posttest

Soal pretest digunakan untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai pokok bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya sebelum diadakan pembelajaran berbasis web. Soal

posttest digunakan untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai pokok bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya setelah diadakan pembelajaran berbasis web.

Wawancara sebelum pembelajaran

Pembelajaran berbasis web

Memberikan posttest

(54)

b. Membuat daftar pertanyaan wawancara

Terdapat dua daftar pertanyaan wawancara. Satu daftar pertanyaan digunakan untuk menyelidiki pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya sebelum diadakan pembelajaran berbasis web. Satu daftar pertanyaan wawancara yang lain digunakan untuk menyelidiki pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai Hukum Pemantulan dan Pembiasan setelah diadakan pembelajaran berbasis web.

c. Membuat blog

Blog atau webblog yang digunakan sebagai learning management system dibuat pada tanggal 13 April 2011. Webblog yang digunakan dalam pembelajaran berbasis web pada penelitian ini bisa diakses melalui http://gurumuda.com/elearning.

d. Pemilihan simulasi

(55)

2. Memberikan pretest

Pretest digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai pokok bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya, sebelum siswa mengikuti pembelajaran berbasis web.

3. Wawancara sebelum pembelajaran berbasis web

Wawancara dilakukan untuk menyelidiki pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya, sebelum siswa mengikuti pembelajaran berbasis web.

4. Pembelajaran berbasis web pada pokok bahasan hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya

Langkah-langkah pembelajaran berbasis web pada pokok bahasan hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya adalah sebagai berikut :

Pertama, peneliti menjelaskan cara mengakses blog http://gurumuda.com/elearning, cara mengakses materi pembelajaran, cara mengakses simulasi dan cara bertanya melalui blog.

(56)

Tahap ketiga, siswa sekali lagi mengamati simulasi, memanipulasi simulasi, menganalisa dan membuat kesimpulan terhadap simulasi Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya. Tahap keempat, siswa mengerjakan latihan soal yang tersedia di blog http://gurumuda.com/elearning.

5. Memberikan posttest

Posttest digunakan untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai pokok bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya, setelah siswa mengikuti pembelajaran berbasis web.

6. Wawancara setelah pembelajaran berbasis web

Wawancara dilakukan untuk menyelidiki pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya, setelah siswa mengikuti pembelajaran berbasis web.

E. Treatment

(57)

melalui http://www.upscale.utoronto.ca/PVB/Harrison/Flash/Optics/Refrac

tion/Refraction.html. Siswa diberikan simulasi untuk diobservasi,

dimanipulasi, dianalisa dan dibuat kesimpulan. Simulasi ini tidak menjelaskan konsep Hukum pemantulan dan Pembiasan Cahaya secara menyeluruh melainkan hanya beberapa konsep dasar dari Hukum Pemantulan dan Hukum Pembiasan Cahaya.

Berikut langkah-langkah pemberian treatment kepada siswa :

a. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran berbasis web pada pokok bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya, peneliti memberikan pretest kepada siswa untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai Hukum Pemantulan.

b. Setelah siswa mengerjakan pretest, selanjutnya peneliti melakukan wawancara. Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai pokok bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya.

c. Peneliti menjelaskan kepada siswa cara mengakses internet dan mengakses blog http://gurumuda.com/elearning untuk mempelajari materi pembelajaran, baik melalui tulisan, gambar maupun melalui simulasi.

(58)

e. Setelah siswa mengikuti pembelajaran berbasis web, peneliti memberikan posttest kepada siswa untuk dikerjakan.

f. Setelah siswa mengerjakan posttest, peneliti mewawancarai siswa untuk menyelidiki pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test (pretest dan

posttest) dan wawancara. 1. Pretest dan posttest

Instrumen ini digunakan untuk mengukur pengetahuan dan pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya. Pretest digunakan untuk mengukur pengetahuan dan pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya sebelum pembelajaran dilaksanakan.

Posttest digunakan untuk mengukur pengetahuan dan pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya setelah pembelajaran dilaksanakan.

(59)

Tabel 2. Kisi-kisi pretest dan posttest

1 1 Rendah/ingatan

2 1 Sedang/pemahaman

3 1 Sedang/pemahaman

4 2 Sedang/pemahaman

5 2 Sedang/pemahaman

6 2 Rendah/ingatan

7 2 Tinggi/analisis

Butir-butir pertanyaan pretest dan posttest terlampir (Lihat lampiran 1 dan lampiran 2).

2. Wawancara

(60)

G. Metode Analisis Data

1. Perkembangan pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan

Pembiasan cahaya

a. Pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan

Cahaya sebelum mengikuti pembelajaran berbasis web

Pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya sebelum mengikuti pembelajaran diketahui melalui hasil pretest

dan wawancara sebelum pembelajaran.

Pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya yang diukur melalui pretest dianalisis melalui beberapa langkah, antara lain :

(1) Menghitung skor pretest. Perhitungan skor pretest dilakukan dengan terlebih dahulu membuat skala skor.

¾ Soal nomor 1 (bobot soal 5) a. Soal nomor 1a

- Jika jawaban siswa benar, skornya 2,5 - Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 1b

- Jika jawaban siswa benar, skornya 2,5 - Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 2 (bobot soal 10)

(61)

- Jika siswa menggambar sinar datang dan/atau garis normal dan/atau sinar pantul, skornya 8

- Jika siswa menggambar sinar datang atau garis normal atau sinar pantul, skornya 5

- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 3 (bobot soal 10)

a. Soal nomor 3a

- Jika jawaban siswa benar, skornya 5

- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4

- Jika siswa hanya menggambar sinar pantul atau garis normal, skornya 2,5

- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 3b

- Jika jawaban siswa benar, skornya 5

- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4

- Jika siswa hanya menggambar sinar datang atau garis normal, skornya 2,5

- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 4 (bobot soal 10)

- Jika jawaban siswa benar, skornya 10

(62)

- Jika siswa menggambar sinar datang atau garis normal atau sinar bias, skornya 5

- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 5 (bobot soal 10)

a. Soal nomor 5a

- Jika jawaban siswa benar, skornya 5

- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4

- Jika siswa hanya menggambar garis normal atau sinar bias, skornya 2,5

- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 5b

- Jika jawaban siswa benar, skornya 5

- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4

- Jika siswa hanya menggambar garis normal atau sinar datang, skornya 2,5

- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 6 (bobot soal 5)

a. Soal nomor 6a

- Jika jawaban siswa benar, skornya 2,5 - Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 6b

(63)

¾ Soal nomor 7 (bobot soal 15)

- Jika jawaban siswa benar, skornya 15

- Jika siswa menulis besaran yang diketahui, besaran yang ditanyakan, menuliskan persamaan indeks bias, persamaan hukum bias dan menemukan indeks bias zat, skornya 12 - Jika siswa menulis besaran yang diketahui, besaran yang

ditanyakan, persamaan indeks bias dan persamaan hukum bias, skornya 8

- Jika siswa hanya menulis besaran yang diketahui atau persamaan indeks bias atau persamaan hukum bias, skornya 5

- Jika siswa tidak menjawab, skornya 0

Bobot semua soal tidak mencapai 100 (bobot semua soal adalah 65) karenanya skor maksimum juga tidak mencapai 100. Agar skor maksimum mencapai 100 maka skor yang diperoleh siswa dikalkulasi lagi menggunakan persamaan berikut :

(2) Memasukkan skor pretest ke dalam tabel skor pretest.

Skor pretest yang diperoleh siswa selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel skor pretest masing-masing siswa.

(64)

Tabel 3. Hasil pretest siswa

TKJ = Tingkat Kebenaran Jawaban (%) S = Skor

Pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya yang diperoleh melalui wawancara sebelum siswa mengikuti pembelajaran berbasis web, dimasukkan ke dalam tabel hasil wawancara sebelum pembelajaran.

Tabel 4. Hasil wawancara sebelum pembelajaran

Nama siswa : ……… No. urut

pertanyaan wawancara

Hasil wawancara sebelum pembelajaran

(65)

Berdasarkan hasil pretest dan wawancara sebelum pembelajaran, selanjutnya dibuat kesimpulan mengenai pengetahuan dan pemahaman awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran berbasis web.

b. Pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan

Cahaya setelah mengikuti pembelajaran berbasis web

Pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya setelah mengikuti pembelajaran diketahui melalui hasil posttest

dan wawancara setelah pembelajaran.

Pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya yang diukur melalui posttest dianalisis melalui beberapa langkah, antara lain :

(1) Menghitung skor posttest. Perhitungan skor posttest dilakukan dengan terlebih dahulu membuat skala skor.

¾ Soal nomor 1 (bobot soal 5) a. Soal nomor 1a

- Jika jawaban siswa benar, skonya 2,5 - Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 1b

- Jika jawaban siswa benar, skornya 2,5 - Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 2 (bobot soal 10)

(66)

- Jika siswa menggambar sinar datang dan/atau garis normal dan/atau sinar pantul, skornya 8

- Jika siswa menggambar sinar datang atau garis normal atau sinar pantul, skornya 5

- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 3 (bobot soal 10)

a. Soal nomor 3a

- Jika jawaban siswa benar, skornya 5

- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4

- Jika siswa hanya menggambar sinar datang atau garis normal, skornya 2,5

- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 3b

- Jika jawaban siswa benar, skornya 5

- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4

- Jika siswa hanya menggambar sinar pantul atau garis normal, skornya 2,5

- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 4 (bobot soal 10)

- Jika jawaban siswa benar, skornya 10

(67)

- Jika siswa menggambar sinar datang atau garis normal atau sinar bias, skornya 5

- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 5 (bobot soal 10)

a. Soal nomor 5a

- Jika jawaban siswa benar, skornya 5

- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4

- Jika siswa hanya menggambar garis normal atau sinar datang, skornya 2,5

- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 5b

- Jika jawaban siswa benar, skornya 5

- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4

- Jika siswa hanya menggambar garis normal atau sinar bias, skornya 2,5

- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 6 (bobot soal 5)

a. Soal nomor 6a

- Jika jawaban siswa benar, skornya 2,5 - Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 6b

Gambar

Tabel 1 : Indeks Bias
Gambar 1 : Pemantulan Cahaya
Gambar 2 : Pembiasan Cahaya
Gambar 3 : Pembiasan Cahaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 4.3, grafik hubungan antara jumlah karakter ciphertext yang disisipkan terhadap ukuran pixel cover citra menunjukan bahwa nilai PSNR pada stego image akan

Walaupun hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak responden mengetahui tentang pengertian kanker payudara tetapi jumlah responden dalam penelitian ini kita bisa

Mengukur berpikir kreatif dapat diketahui 4 aspek yang berbeda, yaitu: produk kreatif, proses kreatif, pengembangan alat ukur kreatif, serta karakteristik personalitas

Berdasar informasi yang dihimpun dan disusun berdasar kebutuhan mitra (observasi) yang telah disepakati dalam bentuk agenda kerja perancangan desain

Tujuan utama dari AEC 2015 adalah menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi dimana terjadi arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas serta.

Analisis efisiensi pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sektor pertanian dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar efisiensi dari suatu

Sistem informasi akuntansi dalam suatu perusahaan mempunyai manfaat dan peranan yang sangat penting dalam tercapainya tujuan perusahaan, dengan adanya sistem informasi yang baik maka

Sesuai dengan ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah Tingkat I Sumatera Utara maka pada tahun 1962 bentuk usaha dirubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan modal dasar