BAHASAN HUKUM PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh:
Alexsander San Lohat
(041424004)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Silas Lasar, Pa Nolan, Oa Linda dan Hantos Lasar. Terima kasih.
San Lohat, Alexander. 2011. Pembelajaran Fisika Berbasis Web Pada Pokok Bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui (1) Bagaimana perkembangan pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya yang difasilitasi oleh pembelajaran dengan web; (2) Sejauh mana efektivitas pembelajaran fisika berbasis web pada pokok bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya dalam hal peningkatan hasil belajar siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di SMAK Sang Timur Yogyakarta pada tanggal 9 Mei – 25 Mei 2011. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas X2 yang berjumlah empat
orang.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari
pretest dan posttest, dan wawancara. Pretest digunakan untuk mengetahui pengetahuan/pemahaman siswa sebelum melaksanakan pembelajaran. Posttest
digunakan untuk mengetahui pengetahuan/pemahaman siswa setelah melaksanakan pembelajaran. Wawancara digunakan untuk menggali pengetahuan/pemahaman siswa tentang pokok bahasan hukum pemantulan dan pembiasan cahaya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Pembelajaran fisika berbasis web dapat membantu empat siswa kelas X2 SMA Sang Timur Yogyakarta pada tahun pelajaran
2010/2011 mengembangkan pengetahuan dan pemahamannya tentang materi hukum pemantulan dan pembiasan cahaya yang bersifat kualitatif. Pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi hukum pemantulan dan pembiasan cahaya yang bersifat kuantitatif, yang meliputi persamaan matematis dan pemecahan masalah menggunakan persamaan tidak mengalami perkembangan. (2) Pembelajaran fisika berbasis web pada pokok bahasan hukum pemantulan dan pembiasan cahaya dinilai efektiv jika materi pembelajarannya bersifat kualitatif dan kurang efektif jika materi pembelajarannya bersifat kuantitatif, yang meliputi persamaan matematis dan pemecahan masalah menggunakan persamaan.
San Lohat, Alexander. 2011. Web Based Physics Learning on the Subject Law of Reflection and Refraction of Light. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. University of Sanata Dharma. Yogyakarta.
The aim of this research was to know (1) How is the development of students' understanding about the Law of Reflection and Refraction of Light facilitated by learning with the web, (2) Effectiveness of web based physics learning on the subject law of Reflection and Refraction of Light in the enhancement of student learning outcomes.
This research was conducted at SMAK Sang Timur Yogyakarta on May 2011. The subjects of this research were four students of class X2.
The instruments which were used in this research were written test that contained of pretest and posttest, and interview. Pretest used to determine the knowledge / understanding of students before implementing the learning. Posttest are used to determine the knowledge / understanding of students after implementing the learning. Interviews are used to explore the knowledge / understanding of students about the law of reflection and refraction of light.
The results showed that: (1) Web based physics learning can help students to develop knowledge and understanding about laws of reflection and refraction of light that is qualitative. Knowledge and understanding of students about reflection and refraction of light that is quantitative, which includes mathematical equations and problem solving using the equations did not develop. (2) Web based physics learning about law of reflection and refraction of light, effective if learning materials are qualitative and less effective if the learning material is quantitative, which includes mathematical equations and problem solving using equations.
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus karena atas berkat dan
penyertaan-Nya, skripsi yang berjudul PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS WEB
PADA POKOK BAHASAN HUKUM PEMANTULAN DAN PEMBIASAN
CAHAYA ini dapat terselesaikan.
Tujuan dari penyusunan skripsi adalah untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di JPMIPA Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, saran
dan gagasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Drs.T. Sarkim, M.Ed, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran.
2. Bp. Drs. Fr. Y. Kartika budi., M.Pd, Bp. Drs. Domi Severinus, Ibu Dra.
Maslichah Asy,ari, M.Pd., Bp. Drs. A. Atmadi, M.Si., Ph.D. dan Bp.
Drs. R. Rohandi, M.Ed, Ph.D, Romo Dr. Paul Suparno SJ selaku dosen
pendidikan Fisika USD yang telah membekali penulis dengan ilmu
pengetahuan selama melaksanakan pendidikan di Universitas Sanata
Dharma.
3. Mas Agus, pak Narjo, pak Sugeng, dan bu Heni selaku karyawan
sekretariat JPMIPA USD untuk segala bantuannya selama saya
menempuh pendidikan.
4. Sr Helaria PIJ selaku kepala sekolah SMAK Sang Timur Yogyakarta,
Siswa kelas X2 SMAK Sang Timur, Brian, Nino, Dewi, Kiki,
terimakasih untuk semua bantuan dan kerjasamanya.
buku referensi dan internet gratis.
6. Bapa Lorens Lasar, Mama Fin Tapun, Om Mandus, Ci Lus, Nene Lodan,
Abang Silas, Nolan, Linda dan Hantos. Terima kasih atas semua
pengorbanannya.
7. Om wil dan ita, ucok, yosep, ion, eri, sil dan teman-teman pfis 04.
8. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan disini
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan dan
ilmu pengetahuan. Penulis sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka
masukan, saran, kritik dari pembaca yang sifatnya membangun saya harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 25 Juli 2011
Penyusun
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
2. Pandangan Konstruktivisme terhadap Pembelajaran ... 9
3. Media Pembelajaran ... 12
a. Pengertian Media Pembelajaran ... 12
4. Internet ... 16
a. Pengertian Internet ... 16
b. Istilah-istilah di Internet ... 17
c. Prinsip Kerja Internet ... 20
5. Blog ... 20
a. Pengertian Blog ... 20
b. Istilah-istilah di Blog ... 21
c. Ciri khas Blog ... 23
d. Blog Wordpress ... 24
6. Pembelajaran Berbasis Web ... 24
a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Web ... 24
b. Obyek Ajar dalam Pembelajaran Berbasis Web ... 24
c. Kharakteristik Pembelajaran Berbasis Web ... 24
d. Peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Web ... 27
7. Konstruktivisme dan Pembelajaran Berbasis Web ... 27
8. Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya ... 29
a. Pengetahuan Prasyarat ... 29
b. Hukum Pemantulan Cahaya………. 32
c. Hukum Pembiasan Cahaya………... 33
C. Rumusan Masalah ... 35
D. Tujuan Penelitian ... 35
E. Manfaat Penelitian ... 36
A. Jenis Penelitian ... 37
B. Subyek Penelitian ... 37
C. Waktu dan Tempat penelitian ... 37
D. Rancangan Penelitian ... 38
E. Treatment ... 41
F. Instrumen Penelitian ... 43
1. Pretest dan posttest ... 43
2. Wawancara ... 44
G. Metode Analisis Data ... 45
BAB III DATA DAN ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Penelitian ... 60
B. Data Hasil Pretest dan Wawancara Sebelum Pembelajaran ... 63
C. Desain Pembelajaran ... 67
D. Data Hasil Posttest dan Wawancara Setelah Pembelajaran ... 70
E. Analisis Data dan pembahasan ... 72
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 89
LAMPIRAN ... 91
Halaman
Table 1: Indeks bias ... 31
Table 2: Kisi-kisi pretest dan posttest ... 44
Table 3: Hasil pretest siswa ... 49
Table 4: Hasil wawancara sebelum pembelajaran ... 49
Tabel 5: Hasil posttest siswa ... ... 54
Tabel 6: Hasil wawancara setelah pembelajaran ... 54
Tabel 7: Skor pretest dan posttest siswa ... 55
Tabel 8: Hasil belajar siswa ... 57
Tabel 9: Skor posttest siswa ... 58
Tabel 10: Hasil pretest siswa ... 63
Tabel 11: Hasil posttest siswa ... .... 70
Tabel 12: Data skor pretest dan posttest siswa ... .... 72
Tabel 13: Skala skor hasil belajar siswa ... .... 85
Tabel 14: Skor posttest semua siswa ... .... 85
xv
Halaman
Lampiran 1: Surat izin penelitian dari JP MIPA USD untuk SMAK Sang Timur ... 92
Lampiran 2: Surat keterangan penelitian dari SMAK Sang Timur ... 93
Lampiran 3: Soal pretest ... 94
Lampiran 4: Soal posttest ... 96
Lampiran 5: Pertanyaan wawancara sebelum pembelajaran ... 98
Lampiran 6: Pertanyaan wawancara setelah pembelajaran ... 101
Lampiran 7: Kuesioner penggunaan internet oleh siswa ... 104
Lampiran 8: Hasil wawancara sebelum pembelajaran ... 105
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini terjadi
begitu pesat. Salah satu teknologi informasi yang berkembang pesat adalah
internet. Keberadaan internet telah memberikan perubahan yang berarti
terhadap aktivitas manusia sehari-hari. Internet memberikan kemudahan bagi
siapa saja untuk bertukar informasi atau berkomunikasi tanpa dibatasi ruang
dan waktu. Pengembangan internet telah meliputi berbagai bidang kehidupan,
termasuk bidang pendidikan.
Berbagai learning management system atau content management system
telah dikembangkan untuk mendukung pembelajaran melalui internet. Sebuah
weblog atau biasa disingkat blog, adalah aplikasi web yang bisa dimanfaatkan
untuk mengadakan pembelajaran melalui internet. Salah satu keunggulan blog
adalah kemudahan penggunaannya. Pengguna blog tidak perlu memprogram
halaman web. Blog sudah dirancang sedemikian rupa sehingga pengguna
hanya perlu mempelajari cara menggunakannya. Keunggulan lain yang
dimiliki blog adalah adanya fitur komentar. Fitur komentar memungkinkan
terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Melalui kolom komentar, siswa
bisa bertanya atau berdiskusi dengan guru dan teman-temannya. Blog juga
memungkinkan guru memadukan materi belajar berupa teks dengan gambar,
animasi, video atau simulasi.
Menurut A. W. Bates dan K. Wulf dalam
edukasi.kompasiana.com/2010/11/07/pemanfaatan-internet-sebagai-alternatif-sumber-belajar-dan-media-pendidikan-jarak-jauh, terdapat beberapa
kelebihan pembelajaran melalui internet, antara lain : pertama, dapat
meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru.
Apabila dirancang dengan cermat, pembelajaran melalui internet dapat
meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan
guru, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan
belajar. Berbeda halnya dengan pembelajaran konvensional. Tidak semua
siswa dalam pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau menyampaikan pendapatnya.
Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran konvensional, kesempatan yang
disediakan oleh guru untuk berdiskusi atau untuk tanya jawab sangat terbatas.
Biasanya kesempatan yang terbatas ini cenderung didominasi oleh siswa yang
cepat tanggap dan berani. Keadaan yang demikian tidak akan terjadi pada
pembelajaran melalui internet. Siswa yang malu, ragu-ragu maupun kurang
berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan atau
menyampaikan pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan dari
teman kelas. Kedua, memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari
mana dan kapan saja. Materi belajar sudah dikemas secara elektronik dan
tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet karenanya siswa
dapat belajar kapan saja dan dari mana saja. Siswa tidak terikat dengan waktu
Ketiga, menjangkau siswa dalam cakupan yang luas. Dengan adanya
fleksibilitas waktu dan tempat maka jumlah peserta didik yang dapat
dijangkau semakin banyak. Ruang dan waktu tidak lagi menjadi hambatan.
Kesempatan belajar terbuka bagi siapa saja yang membutuhkan. Keempat,
mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran.
Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak
yang terus berkembang turut mempermudah pengembangan bahan belajar.
Penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar dan metode penyajian
materi belajar dapat dilakukan.
Terlepas dari adanya kekurangan yang dimiliki, memperhatikan
keunggulan, fasilitas dan kemampuan yang disediakan oleh internet dan blog
sebagai aplikasi web, nampaknya keberadaan internet dan blog
memungkinkan diadakannya pembelajaran berbasis web (web-based
learning). Sinonim lain dari pembelajaran berbasis web adalah elearning atau
online learning.
Menurut Liek Wilardjo (1998 : 50), pembelajaran merupakan sebuah
“pertemuan”. Pertemuan itu bukan pertemuan biasa yang hanya terjadi
sekilas-lintas, melainkan interaksi aktif. Agar proses pembelajaran dapat
berjalan optimal, efektif dan efisien maka diperlukan sarana yang dapat
membantu proses pembelajaran.
Pada hakekatnya pembelajaran fisika menciptakan interaksi anak didik
dengan obyek belajar. Dalam interaksi ini, anak didik dapat mengkonstruksi
(Suparno, 1997 : 12). Bagi konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif
pelajar mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain.
Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif di mana pelajar membangun
sendiri pengetahuannya. Belajar merupakan suatu proses organik untuk
menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta
(Suparno, 1997 : 61). Menurut prinsip konstruktivis, seorang pengajar atau
guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses
belajar murid berjalan dengan baik (Suparno, 1997 : 65).
Pembelajaran berbasis web merupakan model pembelajaran yang
sejalan dengan prinsip konstruktivisme. Peran guru bukan sebagai pentransfer
pengetahuan yang memindahkan pengetahuannya kepada siswa tetapi lebih
sebagai fasilitator atau mediator. Dalam hal ini guru menyediakan fasilitas,
suasana dan media yang membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan.
Siswa tidak hanya sebagai sebuah wadah yang siap diisi, tetapi siswa juga
dapat mengerti dan memahami bagaimana proses penemuan konsep, prinsip
dan hukum yang dipelajari.
Berdasarkan ulasan sebelumnya, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian terhadap pembelajaran fisika berbasis web pada pokok bahasan
B. Tinjauan Pustaka
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Belajar
Menurut pandangan tradisional, belajar adalah usaha memperoleh
sejumlah ilmu pengetahuan. Pengetahuan mendapat tekanan yang
penting, oleh sebab pengetahuan memegang peranan utama dalam hidup
manusia. Pengetahuan adalah kekuasaan, siapa yang memiliki banyak
pengetahuan, maka dia akan mendapat kekuasaan. Dan sebaliknya siapa
yang kosong pengetahuannya, atau bodoh, maka dia akan dikuasai oleh
orang lain. Karena itu memiliki banyak pengetahuan adalah penting. Itu
sebabnya pandangan ini disebut sebagai pandangan yang intelektualis,
terlalu menekankan pada perkembangan otak (Hamalik, 1983:41).
Menurut pandangan modern, belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan. Seseorang dinyatakan
melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil, yakni terjadi
perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Pada hakekatnya perubahan
tingkah laku itu adalah perubahan kepribadian pada diri seseorang.
Tingkah laku mengandung pengertian yang luas, meliputi segi jasmaniah
dan segi rohaniah, yang kedua-duanya saling bertalian dan saling
berinteraksi satu sama lain. Pola tingkah laku itu terdiri dari berbagai
aspek, yang meliputi : pengetahuan, pengertian, sikap, ketrampilan,
lain-lain. Jadi tingkah laku itu sesungguhnya sangat luas, bukan hanya
terdiri dari pengetahuan saja seperti yang dikemukakan oleh pandangan
tradisionil (Hamalik, 1983:41-42).
Hilgard (Dalam Pasaribu dan Simandjuntak, 1983 : 59) mengatakan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap
lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila
disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seperti kelelahan
atau disebabkan oleh obat-obatan. Perubahan kegiatan yang dimaksud
mencakup pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku.
Menurut Winkel (1987), belajar pada manusia bisa diartikan sebagai
suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
Skinner (Dalam Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 9) berpandangan
bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka
responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka
responnya menurun.
Menurut Gagne (Dalam Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 11), belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.
Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan
nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang
pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif
yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan
informasi, menjadi kapabilitas baru.
Piaget (Dalam Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 13 - 14) berpendapat
bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan
interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut
mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan
maka fungsi intelek semakin berkembang. Pengetahuan dibangun dalam
pikiran. Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya.
Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk, yaitu pengetahuan
fisik, pengetahuan logika-matematik dan pengetahuan sosial.
Anthony Robbins (Dalam Trianto, 2009 : 15) mendefinisikan belajar
sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang
sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini
dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu (1) penciptaan hubungan,
(2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu
(pengetahuan) yang baru. Jadi makna belajar di sini bukan berangkat dari
sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan
keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan
baru.
Pandangan Anthony Robbins senada dengan apa yang dikemukakan
oleh Jerome Brunner (Dalam Trianto, 2009 : 15) bahwa belajar adalah
pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah
dimilikinya. Dalam pandangan konstruktivisme, “belajar” bukanlah
semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada diluar dirinya, tetapi
belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan
pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya
dalam format yang baru.
Menurut kaum konstruktivis (Suparno, 1997: 61), belajar merupakan
proses aktif pelajar mengkonstruksi arti, mengasimilasi dan
menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan
pengertian yang dipunyai seseorang sehingga pengertiannya
dikembangkan. Prinsip-prinsip dasar pandangan konstruktivis adalah
sebagai berikut :
a. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik secara personal
maupun secara sosial.
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali
hanya dengan keaktivan siswa menalar.
c. Siswa aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah
d. Guru berperan sebagai fasilitator menyediakan sarana dan situasi
b. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks,
yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara sederhana
dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara
pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih
kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru
untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan
sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan
(Trianto, 2009 : 17).
Tujuan dan unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran adalah dua hal
yang sangat penting dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran
mengarahkan guru agar berhasil dalam membelajarkan siswa; sementara
unsur-unsur dinamis pembelajaran mendukung bagi tercapainya tujuan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru (Hamalik, 2003 : 43).
2. Pandangan Konstruktivisme terhadap pembelajaran
Konstruktivisme merupakan bagian dari filsafat pengetahuan yang
banyak mempengaruhi perkembangan sains akhir-akhir ini. Konstruktivisme
adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan
kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah
gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan akibat dari
suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Pengetahuan
manusia yang dikonstruksi dari pengalaman atau dunia yang dialaminya. Para
konstruktivis percaya bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang
sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari
otak seseorang (guru) ke kepada orang lain (murid). Murid sendirilah yang
harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap
pengalaman-pengalaman mereka (Suparno, 1997 : 18 – 19).
Bagi konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, di
mana pelajar membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar mencari arti
sendiri dari yang mereka pelajari. Pelajar sendirilah yang bertanggung jawab
atas hasil belajarnya. Mereka membawa pengertiannya yang lama dalam
situasi belajar yang baru. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa
yang dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan
apa yang telah ia ketahui serta menyelesaikan ketegangan antara apa yang
telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk
menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan fakta
(Suparno, 1997 : 62).
Menurut Bettencourt (Dalam Suparno, 1997 : 65), mengajar bukanlah
kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu
kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya.
Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan,
membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan
Seorang pengajar atau guru berperan sebagai mediator dan fasilitator
yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik. Tekanan ada
pada siswa yang belajar dan bukan pada disiplin ataupun guru yang mengajar.
Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas
sebagai berikut.
1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung
jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian.
2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang
keingintahuan murid dan membantu mereka untuk mengekspresikan
gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka (Watts &
Pope dalam Suparno, 1997 : 66). Menyediakan sarana yang merangsang
siswa berpikir secara produktif. Menyediakan kesempatan dan pengalaman
yang paling mendukung proses belajar siswa. Guru harus menyemangati
siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik (Tobin, Tippins &
Gallard dalam Suparno, 1997 : 66).
3. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran si murid
jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah
pengetahuan murid itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang
berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid
(Suparno, 1997 : 65 - 66).
Sistem pembelajaran dalam pandangan konstruktivis menurut Hudojo
(Dalam Trianto, 2009 : 19) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (a) siswa
bermakna dengan bekerja dan berpikir, dan (b) informasi baru harus dikaitkan
dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan skemata yang
dimiliki siswa.
Implikasi ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan konstruktivis adalah
penyediaan lingkungan belajar yang konstruktif. Lingkungan belajar yang
konstruktif menurut Hudojo (Dalam Trianto, 2009 : 19) adalah lingkungan
belajar yang, (1) menyediakan pengalaman belajar yang mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga
belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan, (2) menyediakan
berbagai alternatif pengalaman belajar, (3) mengintegrasikan pembelajaran
dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkret,
(4) mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi
dan kerja sama antara siswa, (5) memanfaatkan berbagai media agar
pembelajaran lebih menarik, dan (6) melibatkan siswa secara emosional dan
sosial sehingga pelajaran lebih menarik dan siswa mau belajar.
3. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar.
Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran.
Schramm (Dalam Miarso dkk, 1984) mengemukakan bahwa media
untuk keperluan pembelajaran. Briggs (Dalam Miarso dkk, 1984)
berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan
sebagainya. National Education Associaton (Dalam Miarso dkk, 1984)
mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi
dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi
perangkat keras.
Berdasarkan tiga pendapat di atas, bisa disimpulkan bahwa (a) media
merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin
diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, (b) bahwa
materi yang disampaikan adalah pesan pembelajaran dan bahwa tujuan
yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar. Media pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa (Miarso dkk, 1984 :
48 – 49).
Menurut Santoso S. Hamidjojo (Dalam Latuheru, 1988 : 11), media
adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk
menyampaikan atau menyebarkan ide, sehingga ide atau pendapat atau
gagasan yang disampaikan atau dikemukakan itu bisa sampai pada
penerima. Jadi bisa disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat
maksud untuk menyampaikan pesan pembelajaran dari sumber kepada
penerima.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Pada mulanya media hanya berfungsi sebagai alat bantu visual dalam
kegiatan belajar/mengajar, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan
pengalaman visual kepada siswa antara lain untuk mendorong motivasi
belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak dan
mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Dengan masuknya
teknologi audio pada pertengahan abad ke-20, lahirlah peraga
audio-visual yang terutama menekankan penggunaan pengalaman yang konkrit
untuk menghindarkan verbalisme. Pada akhir tahun 1950 teori
komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual,
sehingga fungsi media sebagai peraga bergeser menjadi penyalur
pesan/informasi belajar. Dengan demikian, fungsi media dalam kegiatan
pembelajaran tidak lagi sekedar peraga bagi guru melainkan pembawa
informasi atau pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Sebagai
bagian dari sistem pembelajaran, media mempunyai nilai-nilai praktis
berupa kemampuan untuk :
a. Membuat konkrit konsep yang abstrak;
b. Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam
lingkungan belajar;
d. Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang;
e. Mengamati gerakan yang terlalu cepat;
f. Memungkinkan siswa berinteraksi dengan lingkungannya;
g. Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi
pengalaman belajar siswa;
h. Membangkitkan motivasi belajar;
i. Memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok
belajar;
j. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang
maupun disimpan menurut kebutuhan;
k. Menyajikan informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan
ruang dan waktu;
l. Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa. (Miarso dkk,
1984 : 50 – 52)
Latuheru (1988, 23) menyimpulkan pendapat beberapa ahli tentang
manfaat penggunaan media pembelajaran dalam suatu proses belajar
mengajar, sebagai berikut :
a. Media pembelajaran menarik dan memperbesar perhatian siswa
terhadap materi pelajaran yang disajikan;
b. Media pembelajaran dapat menghilangkan adanya verbalisme;
c. Media pembelajaran mengatasi perbedaan pengalaman belajar
d. Media pembelajaran membantu memberikan pengalaman belajar
yang sulit diperoleh dengan cara lain;
e. Media pembelajaran dapat mengatasi batas-batas ruang dan waktu,
misalnya obyek yang berbahaya, seperti binatang buas yang tidak
dapat dibawa ke dalam kelas, maka dapat digunakan model, foto,
slide atau gambar dari binatang buas tersebut;
f. Media pembelajaran dapat membantu perkembangan pikiran siswa
secara teratur tentang hal yang mereka alami;
g. Media pembelajaran dapat membantu siswa dalam mengatasi hal-hal
yang sulit dilihat dengan mata telanjang;
h. Media pembelajaran dapat mengatasi peristiwa yang sulit diikuti
dengan indera mata;
i. Media pembelajaran memungkinkan terjadinya kontak langsung
antara siswa dengan guru, masyarakat maupun dengan lingkungan
alam di sekitar mereka.
4. Internet
a. Pengertian Internet
Menurut Akbar (2006), internet berasal dari kata Interconnection
Networking yang secara bahasa bermakna jaringan-jaringan komputer
yang saling berhubungan. Disebut demikian karena internet merupakan
jaringan komputer-komputer di seluruh dunia yang saling berhubungan
menyebabkan komputer dari seluruh dunia dapat saling memberikan dan
mengakses layanan-layanan internet yang ditawarkan.
Internet atau biasa disingkat Net adalah sistem komputer yang saling
berhubungan yang mentransmisikan data menggunakan packet switching
menggunakan protokol standar Internet Protocol (IP) dan dapat diakses
oleh publik secara bebas. Internet disusun oleh berbagai macam jaringan
komputer baik yang komersial, akademik, domestik maupun
pemerintahan. Internet mempunyai banyak informasi dan layanan, seperti
pos elektronik (email), chatting online, dan halaman web yang saling
berhubungan, serta dokumen lain di World Wide Web. Tidak seperti
anggapan orang awam, Internet dan World Wide Web (WWW)
merupakan dua hal yang berbeda. Internet adalah kumpulan jaringan
komputer yang saling berhubungan, yang dihubungkan oleh kabel
tembaga, fiber optik dan lainnya. Sementara web adalah kumpulan
dokumen-dokumen yang saling berkaitan disebabkan oleh hyperlink dan
URL dan dapat diakses menggunakan internet. (www.wikipedia.org).
b. Istilah-istilah di Internet
¾ Web
Web adalah fasilitas dari internet yang dapat menampilkan
data-data berupa teks, gambar, video, animasi dan data-data multimedia
¾ WWW (World Wide Web)
WWW merupakan kumpulan penyedia layanan web di seluruh
dunia yang dapat menyediakan data yang dapat digunakan secara
bersama-sama.
¾ Situs Web (Websites)
Situs web merupakan sebuah alamat tertentu di WWW yang
menyediakan informasi tertentu
¾ Halaman web (Web pages)
Halaman web merupakan elemen-elemen penyusun sebuah situs
web. Jika situs web diumpamakan seperti buku maka halaman
web merupakan lembaran-lembaran kertas penyusun buku
tersebut. Jika membuka sebuah situs, maka halaman-halaman
yang ditampilkan oleh alamat situs tersebut disebut halaman web.
¾ Halaman muka (Homepage)
Homepage merupakan halaman muka dari situs web atau ibarat
sampul depan sebuah buku.
¾ Browser
Browser adalah aplikasi yang digunakan untuk membuka
internet. Browser dapat memandu pengguna internet untuk
berpindah dari satu situs web ke situs web lain maupun dari
¾ Download
Download merupakan kegiatan mengambil data dari internet ke
komputer lokal.
¾ Upload
Upload merupakan kebalikan dari download, yakni kegiatan
penyalinan data dari komputer lokal ke internet.
¾ Email
Email merupakan surat yang dapat dikirim melalui internet atau
jaringan komputer lokal.
¾ URL (Universal Resource Locator)
URL adalah suatu alamat yang mengacu pada tempat tertentu di
internet.
¾ HTTP (Hypertext transfer protocol)
HTTP merupakan bagian dari sebuah URL yang mengidentifikasi
lokasi web dan digunakan dalam protokol HTML.
¾ Server
Server merupakan komputer di internet yang berfungsi
menyediakan file-file dan layanan kepada pemilik situs web atau
pengunjung situs web.
¾ Mesin pencari (Search Engine)
Mesin pencari merupakan sebuah situs web yang dapat digunakan
cara memasukkan kata kunci tertentu. Contoh mesin pencari yang
populer adalah google.com
c. Prinsip kerja internet
Internet bekerja dengan metode komunikasi antara komputer
menggunakan TCP/IP. TCP kepanjangannya adalah Transfer Control
Protocol sementara IP kepanjangannya adalah Internet Protocol. TCP
digunakan untuk memastikan agar koneksi antara jaringan berjalan
dengan semestinya sementara IP digunakan untuk melakukan transfer
data antara satu komputer dengan komputer lainnya. Dalam internet
terdapat istilah Network Provider yaitu sebuah perusahaan yang
menyediakan layanan berupa dukungan hardware dan software untuk
mengakses internet. Network Provider menyediakan jasa sarana dan
prasarana agar sebuah komputer dapat terhubung ke internet. Di dalam
dunia internet, Network Provider sering kali diberi nama ISP atau
Internet Servide Provider (Akbar, 2006 : 52 - 53).
5. Blog
a. Pengertian Blog
Blog adalah kependekan dari Weblog. Istilah ini pertama kali
digunakan oleh Jorn Barger pada bulan Desember 1997. Jorn Barger
menggunakan istilah Weblog untuk menyebut kelompok website pribadi
lain yang dianggap menarik disertai dengan komentar-komentar. Secara
garis besar, blog dapat diartikan sebagai website pribadi yang
memungkinkan para pembuatnya menampilkan berbagai jenis isi pada
web dengan mudah, seperti karya tulis, kumpulan link internet,
dokumen-dokumen (file-file Word, PDF, dll), gambar ataupun
multimedia.
b. Istilah-istilah di blog
¾ Blogger
Blogger adalah julukan bagi pemilik blog atau orang yang
mengelola suatu blog.
¾ Posting
Posting merupakan istilah yang digunakan ketika seorang
blogger memuat artikel ke dalam blognya.
¾ Postingan
Postingan adalah artikel atau foto atau video yang telah dimuat
di blog.
¾ Update
Update merupakan istilah yang digunakan ketika seorang
blogger memperbaharui isi blognya dengan menambahkan
artikel baru.
¾ Blogwalking
Blogwalking merupakan istilah yang digunakan ketika blogger
¾ Hosting
Hosting adalah tempat atau jasa internet untuk membuat
halaman website yang telah dibuat menjadi online dan bisa
diakses oleh orang lain. Biasanya layanan hosting disediakan
oleh perusahan-perusahaan hosting. Contoh perusahaan
hosting adalah hostgator.com, masterweb.net atau
rumahweb.com
¾ Domain
Domain adalah nama unik yang diberikan untuk
mengidentifikasi nama server komputer seperti web server
atau email server di internet. Domain memberikan kemudahan
pengguna di internet untuk melakukan akses ke server dan
mengingat server yang dikunjungi dibandingkan harus
mengenal deretan nomor atau yang dikenal IP. Contoh nama
domain : gurumuda.com
¾ Subdomain
Subdomain adalah bagian dari sebuah nama domain induk.
Subdomain umumnya mengacu ke suatu alamat fisik di sebuah
situs. Contohnya: gurumuda.com merupakan sebuah domain
induk. Sedangkan san.gurumuda.com merupakan sebuah sub
domain. Biasanya, subdomain ada di depan domain dan
merupakan subdomain gurumuda, sedangkan gurumuda
merupakan domain induk.
¾ IP
Alamat IP (Internet Protocol Address atau sering disingkat IP)
adalah deretan angka biner antar 32-bit sampai 128-bit yang
dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host
dalam jaringan internet. (www.wikipedia.org)
c. Ciri khas blog
Berikut beberapa hal yang membedakan blog dengan jenis website
lain :
¾ Mudah digunakan
Salah satu kelebihan blog dibandingkan dengan jenis
website lainnya adalah mudah digunakan. Seorang pemilik
blog tidak perlu harus menguasai bahasa pemrograman
tertentu. Blog sudah dirancang sedemikian rupa sehingga
pemilik blog hanya perlu mempelajari cara menggunakan blog.
¾ Adanya kolom komentar
Salah satu hal utama yang membedakan blog dengan
website statis adalah fitur kolom komentar. Adanya kolom
komentar memungkinkan pemilik blog bisa berkomunikasi
secara tertulis dengan pengunjung atau pembaca artikel di
d. Blog Wordpress
Blog wordpress adalah aplikasi blog yang disediakan oleh salah satu
pengembang aplikasi blog terkemuka, yakni automattic.com.
6. Pembelajaran Berbasis Web
a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Web
Pembelajaran Berbasis Web atau Web based learning adalah suatu
sistem belajar jarak jauh berbasis teknologi informasi dengan antarmuka
web (Firman Gunawan, 2001).
b. Obyek Ajar Dalam Pembelajaran Berbasis Web
Menurut Direktorat Ketenagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional (2010), objek ajar adalah
entitas digital yang digunakan dalam pembelajaran. Pada pembelajaran
online atau pembelajaran berbasis web, objek-ajar dapat berupa teks,
grafis, gambar, suara, video, maupun multimedia.
c. Kharakteristik Pembelajaran Berbasis Web
Menurut Direktorat Ketenagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional (2010), karakteristik
pembelajaran berbasis web (yang dikelola dengan perangkat lunak
¾ Penyajian materi pembelajaran dilakukan dengan menayangkan
objek-ajar teks (tampil berupa teks/tertulis), audio, video, maupun
gabungan berbagai unsur media tersebut. Teknologi komputer dan
jaringan Internet saat ini telah memungkinkan penayangan materi
pembelajaran secara audio-visual dengan kualitas cukup tinggi
¾ Materi pembelajaran disajikan dalam potongan-potongan kecil yang
dapat ditayangkan satu layar penuh atau video/audio dengan masa
tayang 5 menit atau kurang. Ada alasan teknis, psikologis, dan alasan
ergonomis untuk menentukan ukuran potongan-potongan materi
pembelajaran tersebut. Potongan kecil teks (dengan tayangan
kira-kira satu layar penuh tanpa harus menggulung layar) memungkinkan
pengiriman file secara cepat. Demikian juga potongan audio/video
dengan durasi sekitar 5 menit memungkinkan pembelajar tidak
terlalu lama menunggu proses pengunduhannya (downloading). Dari
sisi ergonomika, penayangan teks utuh tanpa harus menggulung
layar membuat mata menjadi lebih nyaman. Untuk materi yang
terlalu panjang (lebih dari 3 halaman tayangan), pembelajar
cenderung mencetak terlebih dahulu materi ajar sebelum
membacanya.
¾ Pembelajar dimungkinkan belajar dengan kecepatan sesuai
kebutuhan dan kemampuan, serta dapat mengakses materi
pembelajaran secara non-linier. Karakteristik ini berbeda dengan
seiring dengan panduan yang diberikan oleh fasilitator. Terkait
dengan ini, perancang materi pembelajaran harus memberikan sarana
interaktivitas antara pembelajar dengan objek-ajar yang
memungkinkan pembelajar mengakses bahan ajar secara non-linier.
¾ Interaksi antara pembelajar dengan fasilitator (guru/dosen) umumnya
berlangsung secara asinkronus, kecuali bila digunakan fasilitas
chatting atau tele/videoconference. Hampir semua perangkat lunak
course/learning management system (misalnya: WebCT, Moodle,
Claroline, dan sebagainya) menggunakan sarana komunikasi
asinkron berupa email atau internal mail dan internal chat. Disebut
internal mail dan internal chat karena fasilitas itu hanya dapat
diakses apabila pembelajar masuk ke dalam situs (log-in).
¾ Diskusi berlangsung secara tekstual, menggunakan fasilitas mirip
mailing list yang hanya berlaku internal (di dalam situs
pembelajaran, sehingga pembelajar perlu log-in terlebih dahulu
sebelum bergabung). Mekanismenya seperti mekanisme berkirim
surat elektronik (email). Pendapat/pertanyaan diberikan kepada
seluruh komunitas (pembelajar, fasilitator, dan administrator)
melalui email ke alamat discussion forum. Tanggapan juga diberikan
d. Peran guru dalam pembelajaran berbasis web
Peran guru dalam pembelajar berbasis web haruslah memberi siswa
kesempatan untuk e-learn, yaitu belajar menggunakan fasilitas dan
ketersediaan dari lingkungan online. Pembelajaran berbasis web tanpa
dukungan guru semakin dilihat tak berhasil dan hanya dipandang sebagai
“kereta tak berkuda”. Dalam pembelajaran berbasis web, siswa
mendominasi interaksi, sedangkan guru sekedar menjadi fasilitator
(Mason dan Rennie, 2009 : 32).
Agar guru dapat mengadakan pengawasan dan berpartisipasi aktif
dalam kaitannya dengan semua program pembelajaran, perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa
2. Menjawab pertanyaan siswa
3. Membantu pemecahan masalah dengan segera
4. Bertanggung jawab dalam hal pengoperasian alat dan memecahkan
kesulitan peralatan (Sri Anita, 2008 : 114).
7. Konstruktivisme dan Pembelajaran Berbasis Web
Menurut Bangert (Dalam Mason dan Rennie, 2009), mayoritas program
belajar berbasis web saat ini dirancang dengan menggunakan prinsip-prinsip
pendidikan konstruktivis. Tujuan dari prinsip konstruktivis sebagaimana yang
independen dan mandiri yang memiliki keyakinan dan keterampilan untuk
menggunakan berbagai strategi untuk membangun pengetahuan mereka
sendiri.
Model pembelajaran berbasis teori konstruktivis yang sering digunakan
dalam lingkungan online, antara lain :
1. Situated learning (Pembelajaran dalam situasi khusus)
Konsep situated learning dikembangkan oleh Lave dan Wenger. Lave
(Dalam Masson dan Rennie, 2009) berpendapat bahwa pembelajaran, seperti
halnya yang normal terjadi, adalah bentuk fungsi dari aktivitas, konteks dan
budaya di mana hal itu sedang terjadi.
2. Problem-based learning (Pembelajaran berbasis masalah)
Menurut Barbara Duch (Dalam Mason dan Rennie, 2009), pembelajaran
berbasis masalah adalah metode instruksional yang menantang pembelajar
untuk “mempelajari bagaimana cara belajar”, bekerja secara kooperatif dalam
kelompok untuk mencari solusi atas masalah-masalah nyata. Masalah ini
digunakan untuk membangkitkan “rasa ingin tahu” mereka dan memicu
pembelajaran terhadap subyek terkait. Pembelajaran Berbasis Masalah
menyiapkan pembelajar untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk
menemukan dan menggunakan sumber-sumber pembelajaran yang tepat.
3. Communities of Practice (komunitas praktik)
Praktik komunitas online menyediakan lingkungan khas bagi pembelajar
dalam lingkungan tempat pengetahuan diciptakan, dimatangkan dan
dipertahankan.
4. Simulations (simulasi)
Simulasi sangat berguna khususnya untuk menjelaskan konsep-konsep
yang sulit. Simulasi bisa memberikan presentasi multimedia interaktif yang
menjelaskan konsep yang sulit dan abstrak. Dalam kasus lain, simulasi
dirancang untuk memodelkan skenario nyata sehingga memungkinkan
pembelajar untuk berpartisipasi dan mengalaminya tanpa harus menanggung
risiko berat (Mason dan Rennie, 2009 : 19 - 20).
Dalam penelitian ini, model pembelajaran berbasis teori konstruktivis
yang digunakan adalah simulasi. Peneliti memilih simulasi sebagai model
pembelajaran konstruktivis yang digunakan dalam pembelajaran berbasis
web, karena simulasi juga memungkinkan siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan secara mandiri.
8. Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
a. Pengetahuan Prasyarat
1) Muka gelombang, Sinar
Ketika berbicara mengenai gelombang dua atau tiga dimensi,
misalnya gelombang bunyi, gelombang air atau gelombang cahaya,
maka kita berhubungan dengan muka gelombang. Diandaikan sebuah batu dijatuhkan pada genangan air, ketika batu mengenai
genangan air maka akan muncul riak atau gelombang air yang
berbentuk lingkaran yang menyebar keluar dari pusat lingkaran.
muka gelombang, terdapat juga istilah lain yaitu sinar. Sinar adalah garis yang tegak lurus dengan muka gelombang.
2) Berkas Cahaya
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa cahaya berjalan
menempuh garis lurus pada berbagai keadaan. Sebagai contoh,
sebuah sumber cahaya titik seperti matahari menghasilkan bayangan,
dan sinar lampu senter tampak merupakan garis lurus.
Kenyataannya, kita menentukan posisi benda di lingkungan kita
dengan menganggap bahwa cahaya bergerak dari benda tersebut ke
mata kita dengan lintasan garis lurus. Seluruh orientasi kita
mengenai dunia fisik berdasarkan atas anggapan ini. Anggapan yang
masuk akal ini mengarah ke model berkas dari cahaya. Model ini
menganggap bahwa cahaya berjalan dalam lintasan garis lurus yang
disebut berkas cahaya. Sebenarnya berkas merupakan idealisasi;
dimaksudkan untuk merepresentasikan cahaya yang sangat sempit.
Ketika kita melihat sebuah benda, menurut model berkas, cahaya
mencapai mata kita dari setiap titik pada benda; walaupun berkas
hanya satu kumpulan kecil dari berkas-berkas ini yang dapat
memasuki mata. Jika kepala digerakkan ke satu sisi, kumpulan
berkas yang lain akan memasuki mata dari setiap titik (Giancolli,
2001 : 243).
3) Indeks Bias
Indeks bias (n) dari suatu materi merupakan perbandingan laju
cahaya di hampa udara dengan laju cahaya pada materi tersebut.
Secara matematis ditulis :
Keterangan :
n = Indeks bias suatu materi
c = laju cahaya dalam hampa udara = 3 x 108 m/s
v = laju cahaya pada suatu materi
Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 dan nilainya ditunjukkan
pada tabel di bawah :
Tabel 1 : Indeks Bias
Medium n = c/v
Hampa Udara 1,0000
Udara (Pada STP) 1,0003
Air 1,333
Alkohol etil 1,36
Kaca korona 1,52
Lucite atau pleksiglass 1,51
Garam Dapur 1,53
Berlian 2,42
(Giancolli, 2001 : 256 – 257).
b. Hukum Pemantulan Cahaya
Ketika gelombang cahaya mengenai sebuah penghalang,
gelombang-gelombang baru dibangkitkan dan bergerak menjauhi penghalang
tersebut. Fenomena ini disebut sebagai pemantulan. Pemantulan terjadi
pada bidang batas antara dua medium berbeda seperti misalnya sebuah
permukaan udara dan kaca, dalam kasus di mana sebagian energi datang
dipantulkan dan sebagian ditransmisikan.
Gambar 1 : Pemantulan Cahaya
Keterangan :
Gambar 1 memperlihatkan sebuah sinar cahaya yang mengenai
sebuah permukaan udara kaca yang mulus. Sudut antara sinar datang
dengan garis normal (garis yang tegak lurus permukaan) disebut sudut
datang. Bidang yang dibatasi oleh dua garis ini disebut bidang datang.
Sinar yang dipantulkan terletak di dalam bidang datang tersebut dan
membentuk sudut dengan garis normal. Besarnya sudut datang sama
dengan besarnya sudut pantul.
=
Hasil ini dikenal sebagai Hukum Pemantulan (Tipler, 2001 : 442).
c. Hukum Pembiasan Cahaya
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya,
sebagian cahaya datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke
medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang dan membentuk sudut
terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut
dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini
dikenal sebagai pembiasan.
Keterangan :
= Sudut datang, = Sudut Bias
Gambar 2 menunjukkan sebuah berkas cahaya yang merambat dari
udara ke air. Sudut adalah sudut datang dan sudut adalah sudut
bias. Perhatikan bahwa berkas dibelokkan menuju garis normal ketika
memasuki air. Hal ini selalu terjadi ketika berkas cahaya memasuki
medium di mana lajunya lebih kecil. Jika cahaya merambat dari satu
medium ke medium kedua di mana lajunya lebih besar maka berkas
dibelokkan menjahui normal. Hal ini ditunjukkan oleh gambar 3 untuk
berkas cahaya yang merambat dari air ke udara.
Gambar 3 : Pembiasan Cahaya
Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua medium dan pada sudut
datang. Hubungan antara sudut datang dan sudut bias ditemukan secara
eksperimental pada tahun 1621 oleh Willebrord Snell (1591 – 1626).
Hubungan ini dikenal sebagai hukum Snell atau hukum Bias.
Keterangan :
= index bias medium 1
= index bias medium 2
= sudut datang, = sudut bias
(Giancoli, 2001 : 257 – 258).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
masalah-masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perkembangan pemahaman siswa tentang Hukum
Pemantulan dan Pembiasan Cahaya yang difasilitasi oleh pembelajaran
dengan web ?
2. Sejauh mana efektivitas pembelajaran fisika berbasis web pada pokok
bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya dalam hal
peningkatan hasil belajar siswa ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Bagaimana perkembangan pemahaman siswa tentang Hukum
Pemantulan dan Pembiasan Cahaya yang difasilitasi oleh pembelajaran
2. Sejauh mana efektivitas pembelajaran fisika berbasis web pada pokok
bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya dalam hal
peningkatan hasil belajar siswa.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Memperoleh informasi berkaitan dengan pembelajaran fisika berbasis
web.
2. Menyediakan informasi tambahan bagi praktisi pendidikan yang ingin
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus merupakan suatu penelitian yang mendetail dari suatu subyek, keadaan, atau kejadian khusus (Suparno, 2010 : 157). Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut (Sukmadinata, 2003 : 64).
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah empat siswa kelas X2 SMAK Sang Timur Yogyakarta. Pemilihan subyek penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan pretest dan kuesioner penggunaan internet oleh siswa kepada 19 siswa kelas X2 SMAK Sang Timur Yogyakarta. Selanjutnya dipilih secara acak empat siswa yang mempunyai skor pretest yang rendah dan siswa tersebut sering menggunakan internet dan mempunyai koneksi internet di rumah.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 9 Mei – 25 Mei 2011 di SMAK Sang Timur Yogyakarta.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain pembuatan instrumen, memberikan pretest, wawancara sebelum pembelajaran berbasis web, mengadakan pembelajaran berbasis web, memberikan posttest, wawancara setelah pembelajaran berbasis web.
Pembuatan instrumen
Memberikan pretest
Gambar 4. Desain penelitian
1. Pembuatan Instrumen
a. Membuat soal pretest dan posttest
Soal pretest digunakan untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai pokok bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya sebelum diadakan pembelajaran berbasis web. Soal
posttest digunakan untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai pokok bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya setelah diadakan pembelajaran berbasis web.
Wawancara sebelum pembelajaran
Pembelajaran berbasis web
Memberikan posttest
b. Membuat daftar pertanyaan wawancara
Terdapat dua daftar pertanyaan wawancara. Satu daftar pertanyaan digunakan untuk menyelidiki pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya sebelum diadakan pembelajaran berbasis web. Satu daftar pertanyaan wawancara yang lain digunakan untuk menyelidiki pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai Hukum Pemantulan dan Pembiasan setelah diadakan pembelajaran berbasis web.
c. Membuat blog
Blog atau webblog yang digunakan sebagai learning management system dibuat pada tanggal 13 April 2011. Webblog yang digunakan dalam pembelajaran berbasis web pada penelitian ini bisa diakses melalui http://gurumuda.com/elearning.
d. Pemilihan simulasi
2. Memberikan pretest
Pretest digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai pokok bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya, sebelum siswa mengikuti pembelajaran berbasis web.
3. Wawancara sebelum pembelajaran berbasis web
Wawancara dilakukan untuk menyelidiki pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya, sebelum siswa mengikuti pembelajaran berbasis web.
4. Pembelajaran berbasis web pada pokok bahasan hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
Langkah-langkah pembelajaran berbasis web pada pokok bahasan hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya adalah sebagai berikut :
Pertama, peneliti menjelaskan cara mengakses blog http://gurumuda.com/elearning, cara mengakses materi pembelajaran, cara mengakses simulasi dan cara bertanya melalui blog.
Tahap ketiga, siswa sekali lagi mengamati simulasi, memanipulasi simulasi, menganalisa dan membuat kesimpulan terhadap simulasi Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya. Tahap keempat, siswa mengerjakan latihan soal yang tersedia di blog http://gurumuda.com/elearning.
5. Memberikan posttest
Posttest digunakan untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai pokok bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya, setelah siswa mengikuti pembelajaran berbasis web.
6. Wawancara setelah pembelajaran berbasis web
Wawancara dilakukan untuk menyelidiki pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya, setelah siswa mengikuti pembelajaran berbasis web.
E. Treatment
melalui http://www.upscale.utoronto.ca/PVB/Harrison/Flash/Optics/Refrac
tion/Refraction.html. Siswa diberikan simulasi untuk diobservasi,
dimanipulasi, dianalisa dan dibuat kesimpulan. Simulasi ini tidak menjelaskan konsep Hukum pemantulan dan Pembiasan Cahaya secara menyeluruh melainkan hanya beberapa konsep dasar dari Hukum Pemantulan dan Hukum Pembiasan Cahaya.
Berikut langkah-langkah pemberian treatment kepada siswa :
a. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran berbasis web pada pokok bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya, peneliti memberikan pretest kepada siswa untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai Hukum Pemantulan.
b. Setelah siswa mengerjakan pretest, selanjutnya peneliti melakukan wawancara. Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai pokok bahasan Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya.
c. Peneliti menjelaskan kepada siswa cara mengakses internet dan mengakses blog http://gurumuda.com/elearning untuk mempelajari materi pembelajaran, baik melalui tulisan, gambar maupun melalui simulasi.
e. Setelah siswa mengikuti pembelajaran berbasis web, peneliti memberikan posttest kepada siswa untuk dikerjakan.
f. Setelah siswa mengerjakan posttest, peneliti mewawancarai siswa untuk menyelidiki pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test (pretest dan
posttest) dan wawancara. 1. Pretest dan posttest
Instrumen ini digunakan untuk mengukur pengetahuan dan pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya. Pretest digunakan untuk mengukur pengetahuan dan pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya sebelum pembelajaran dilaksanakan.
Posttest digunakan untuk mengukur pengetahuan dan pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya setelah pembelajaran dilaksanakan.
Tabel 2. Kisi-kisi pretest dan posttest
1 1 Rendah/ingatan
2 1 Sedang/pemahaman
3 1 Sedang/pemahaman
4 2 Sedang/pemahaman
5 2 Sedang/pemahaman
6 2 Rendah/ingatan
7 2 Tinggi/analisis
Butir-butir pertanyaan pretest dan posttest terlampir (Lihat lampiran 1 dan lampiran 2).
2. Wawancara
G. Metode Analisis Data
1. Perkembangan pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan
Pembiasan cahaya
a. Pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan
Cahaya sebelum mengikuti pembelajaran berbasis web
Pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya sebelum mengikuti pembelajaran diketahui melalui hasil pretest
dan wawancara sebelum pembelajaran.
Pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya yang diukur melalui pretest dianalisis melalui beberapa langkah, antara lain :
(1) Menghitung skor pretest. Perhitungan skor pretest dilakukan dengan terlebih dahulu membuat skala skor.
¾ Soal nomor 1 (bobot soal 5) a. Soal nomor 1a
- Jika jawaban siswa benar, skornya 2,5 - Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 1b
- Jika jawaban siswa benar, skornya 2,5 - Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 2 (bobot soal 10)
- Jika siswa menggambar sinar datang dan/atau garis normal dan/atau sinar pantul, skornya 8
- Jika siswa menggambar sinar datang atau garis normal atau sinar pantul, skornya 5
- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 3 (bobot soal 10)
a. Soal nomor 3a
- Jika jawaban siswa benar, skornya 5
- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4
- Jika siswa hanya menggambar sinar pantul atau garis normal, skornya 2,5
- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 3b
- Jika jawaban siswa benar, skornya 5
- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4
- Jika siswa hanya menggambar sinar datang atau garis normal, skornya 2,5
- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 4 (bobot soal 10)
- Jika jawaban siswa benar, skornya 10
- Jika siswa menggambar sinar datang atau garis normal atau sinar bias, skornya 5
- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 5 (bobot soal 10)
a. Soal nomor 5a
- Jika jawaban siswa benar, skornya 5
- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4
- Jika siswa hanya menggambar garis normal atau sinar bias, skornya 2,5
- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 5b
- Jika jawaban siswa benar, skornya 5
- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4
- Jika siswa hanya menggambar garis normal atau sinar datang, skornya 2,5
- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 6 (bobot soal 5)
a. Soal nomor 6a
- Jika jawaban siswa benar, skornya 2,5 - Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 6b
¾ Soal nomor 7 (bobot soal 15)
- Jika jawaban siswa benar, skornya 15
- Jika siswa menulis besaran yang diketahui, besaran yang ditanyakan, menuliskan persamaan indeks bias, persamaan hukum bias dan menemukan indeks bias zat, skornya 12 - Jika siswa menulis besaran yang diketahui, besaran yang
ditanyakan, persamaan indeks bias dan persamaan hukum bias, skornya 8
- Jika siswa hanya menulis besaran yang diketahui atau persamaan indeks bias atau persamaan hukum bias, skornya 5
- Jika siswa tidak menjawab, skornya 0
Bobot semua soal tidak mencapai 100 (bobot semua soal adalah 65) karenanya skor maksimum juga tidak mencapai 100. Agar skor maksimum mencapai 100 maka skor yang diperoleh siswa dikalkulasi lagi menggunakan persamaan berikut :
(2) Memasukkan skor pretest ke dalam tabel skor pretest.
Skor pretest yang diperoleh siswa selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel skor pretest masing-masing siswa.
Tabel 3. Hasil pretest siswa
TKJ = Tingkat Kebenaran Jawaban (%) S = Skor
Pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya yang diperoleh melalui wawancara sebelum siswa mengikuti pembelajaran berbasis web, dimasukkan ke dalam tabel hasil wawancara sebelum pembelajaran.
Tabel 4. Hasil wawancara sebelum pembelajaran
Nama siswa : ……… No. urut
pertanyaan wawancara
Hasil wawancara sebelum pembelajaran
Berdasarkan hasil pretest dan wawancara sebelum pembelajaran, selanjutnya dibuat kesimpulan mengenai pengetahuan dan pemahaman awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran berbasis web.
b. Pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan
Cahaya setelah mengikuti pembelajaran berbasis web
Pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya setelah mengikuti pembelajaran diketahui melalui hasil posttest
dan wawancara setelah pembelajaran.
Pemahaman siswa tentang Hukum Pemantulan dan Pembiasan Cahaya yang diukur melalui posttest dianalisis melalui beberapa langkah, antara lain :
(1) Menghitung skor posttest. Perhitungan skor posttest dilakukan dengan terlebih dahulu membuat skala skor.
¾ Soal nomor 1 (bobot soal 5) a. Soal nomor 1a
- Jika jawaban siswa benar, skonya 2,5 - Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 1b
- Jika jawaban siswa benar, skornya 2,5 - Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 2 (bobot soal 10)
- Jika siswa menggambar sinar datang dan/atau garis normal dan/atau sinar pantul, skornya 8
- Jika siswa menggambar sinar datang atau garis normal atau sinar pantul, skornya 5
- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 3 (bobot soal 10)
a. Soal nomor 3a
- Jika jawaban siswa benar, skornya 5
- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4
- Jika siswa hanya menggambar sinar datang atau garis normal, skornya 2,5
- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 3b
- Jika jawaban siswa benar, skornya 5
- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4
- Jika siswa hanya menggambar sinar pantul atau garis normal, skornya 2,5
- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 4 (bobot soal 10)
- Jika jawaban siswa benar, skornya 10
- Jika siswa menggambar sinar datang atau garis normal atau sinar bias, skornya 5
- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 5 (bobot soal 10)
a. Soal nomor 5a
- Jika jawaban siswa benar, skornya 5
- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4
- Jika siswa hanya menggambar garis normal atau sinar datang, skornya 2,5
- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 5b
- Jika jawaban siswa benar, skornya 5
- Jika jawaban siswa mendekati benar, skornya 4
- Jika siswa hanya menggambar garis normal atau sinar bias, skornya 2,5
- Jika jawaban siswa salah, skornya 0 ¾ Soal nomor 6 (bobot soal 5)
a. Soal nomor 6a
- Jika jawaban siswa benar, skornya 2,5 - Jika jawaban siswa salah, skornya 0 b. Soal nomor 6b