i
NASIONAL (BUSN) DEVISA DAN NON DEVISA
PERIODE 2010-2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh
DEVI NUR HALIMAH
NIM 21311001
JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Orang tuaku tercinta,
Adik-adikku tersayang,
Suamiku tercinta Afiq Anwar Arif S.Pd atas dukungan, semangat, doa dan kasih
sayangnya,
Dosen pembimbing dan dosen lain yang telah membantu,
Dan sahabat-sahabat terbaikku PS S1 angkatan 2011 atas semua kenangan manis
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur atas segala limpahan rahmat, karunia serta hidayah yang telah
diberikan oleh Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH
RISIKO KREDIT DAN KECUKUPAN MODAL TERHADAP
PROFITABILITAS DI BANK UMUM SYARIAH NASIONAL (BUSN) DEVISA DAN NO DEVISA PERIODE 2010-2014”.
Adapun maksud dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan, bantuan, dan
bimbingan dari berbagai pihak selama penyusunan. Pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih atas segala
dukungan, bimbingan dan bantuan yang telah diberikan sehingga skirpsi ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya, adapun pihak-pihak tersebut adalah :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Fetria Eka Yudiana M.Si selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah S1
viii
4. Bapak Dr. Agus Waluyo, M.Ag., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu memberikan bimbingan selama proses penyusunan
skripsi.
5. Ibu Hikmah Endraswati SE, M.Si yang telah memberikan pengarahan dan
semangat.
6. Bapak dan Ibu dosen PS S1 yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan
menyelesaikan penulisan skripsi.
7. Kedua orang tuaku tercinta, ayah dan ibu serta adik-adikku tersayang atas
segala Doa, serta dukungan baik secara moral maupun materiil sehingga
penulis mampu menyelesaikan studi.
8. Sahabat dan teman terbaikku terutama Siti Aliya, Nasrifah, Siti Rodiyah,
Hanum Yunesa Hartika yang telah memberikan warna keseharianku
selama 4 tahun ini dengan semua canda tawa, air mata dan semua
kenangan manis yang tak terlupakan.
9. Siva Fauziah dan Wiwit Ayu Novitasari yang selalu setia menemani dan
membantu dalam proses penyelesaikan skripsi.
10.Suamiku tercinta Afiq Anwar Arif S.Pd yang selalu memberi motivasi,
semangat dan pantang menyerah untuk menyelesaikan skripsi ini.
11.Teman-teman angkatan 2011 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang
telah memberikan banyak cerita, pengalaman serta pelajaran sebagai
ix
12.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih
atas segala bantuan dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, maka dari itu penulis membutuhkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari berbagai pihak, sehingga dapat dipergunakan untuk
memperbaiki skripsi ini maupun penelitian selanjutnya. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Salatiga, 04 Januari 2016
x ABSTRAK
Halimah, Devi Nur. 2015. Analisis Pengaruh Risiko Kredit Dan Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas Di Bank Umum Syariah Nasional (BUSN) Devisa Dan Non Devisa Periode 2010-2014. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Jurusan Perbankan Syariah (S1). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Agus Waluyo, M.Ag.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel risiko kredit (NPL/NPF), dan variabel kecukupan modal (CAR) terhadap profitabilitas yang diprogsikan dengan ROA. Data yang digunakan adalah publikasi laporan triwulan bank-bank yang termasuk Bank Umum Syariah Nasional (BUSN) Devisa dan Non Devisa yang diperoleh melalui website bank-bank tersebut sejak tahun 2010-2014. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 80 sampel diambil dari 4 bank yang termasuk dalam BUSN Devisa dan Non Devisa dengan periode 5 tahun. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan dianalisis menggunakan regresi linier berganda serta diuji menggunakan asumsi klasik berupa uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas dan uji normalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel risiko kredit (NPL/NPF) dan kecukupan modal (CAR) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05. Untuk variabel risiko kredit (NPL/NPF) berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROA) dan variabel kecukupan modal (CAR) berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Koefisien determinasi menunjukkan bahwa dalam model regresi sebesar 17,2% perubahan variabel profitabilitas disebabkan oleh 2 variabel yang diteliti. Sedangkan sisanya 82,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan ... 7
D. Manfaat ... 8
E. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka ... 11
B. Kerangka Teori ... 16
1. Teori Keagenan ... 16
xii
a. Pengertian Bank Syariah ... 17
b. Kegiatan Operasional ... 18
c. Fungsi Bank ... 21
d. Jenis-jenis Bank ... 23
e. Sumber Dana Bank ... 26
C. Risiko Kredit ... 29
a. Kredit ... 29
b. Risiko Kredit ... 34
c. Kecukupan Modal ... 38
d. Profitabilitas ... 40
D. Kerangka Pemikiran ... 42
E. Hipotesis ... 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 46
B. Lokasi dan Waktu Penelitia ... 46
C. Populasi dan Sampel ... 47
D. Teknik Pengumpulan Data ... 49
E. Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional ... 50
F. Alat Analisis ... 53
G. Metode Analisis Data ... 53
1. Uji Statistik Deskriptif ... 53
2. Uji Asumsi Klasik ... 54
xiii
4. Pengujian Hipotesis ... 58
BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi Objek Penelitian ... 61
B. Analisis Data ... 65
1. Uji Statistik Deskriptif ... 65
2. Uji Asumsi Klasik ... 66
3. Analisis Regresi Berganda ... 72
4. Pengujian Hipotesis ... 73
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Research Gap ... 14
3.1 Nama Bank BUSN Devisa dan Non Devisa ... 47
3.2 Kriteria Sampel ... 49
3.3 Bank Sampel ... 49
3.4 Definisi Operasional... 52
4.1 Deskriptif Statistik ... 65
4.2 Uji Multikolinieritas ... 68
4.3 Uji Autokorelasi ... 69
4.4 Uji Heteroskedastisitas ... 70
4.5 Uji Normalitas ... 71
4.6 Uji Regresi Linier Berganda ... 72
4.7 Uji Koefisien Determinasi... 74
4.8 Uji F Test ... 75
xv
DAFTAR GAMBAR
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor perbankan pada dasarnya merupakan bagian integral dari
sistem keuangan. Di Indonesia, sistem keuangan masih terfokus pada sektor
perbankan, yang memiliki peran krusial dalam kegiatan pendanaan ekonomi
riil. Hingga saat ini, sistem keuangan Indonesia masih didominasi oleh sektor
perbankan. Dalam konteks ini, memastikan sektor perbankan yang sehat,
stabil, dan efisien merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai
pertumbuhan ekonomi jangka panjang serta stabilitas ekonomi dan keuangan.
Bank menjadi salah satu lembaga keuangan yang berperan dalam
pertumbuhan ekonomi bangsa. Fungsi utama bank adalah sebagai lembaga
intermediasi atau perantara keuangan, yang bertugas untuk menghubungkan
pihak yang kelebihan dana atau surplus dengan pihak yang kekurangan dana
atau defisit. Bank juga turut berperan secara aktif dalam hal mempromosikan
inklusi keuangan, sehingga seluruh masyarakat dari berbagai segmen dapat
menikmati jasa-jasa keuangan. Sebagai lembaga keuangan yang
menggerakkan roda perekonomian dengan menyediakan jasa-jasa keuangan
kepada masyarakat, maka pengelolaan bank dalam menjalankan fungsi
tersebut harus selalu didasarkan pada prinsip kehati-hatian yang tinggi.
Salah satu tujuan berdirinya perusahaan adalah untuk mendapatkan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, tetapi juga untuk mendapatkan
keuntungan. Selain itu bank harus menjaga kinerja keuangannya agar
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Kinerja keuangan bank dapat
dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan
dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan.
Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan
yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank.
Rasio keuangan adalah kegiatan membandingkan angka-angka yang
ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka
lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan
komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada
diantara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat
berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Atau bisa
juga dikatakan bahwa rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua
macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan
antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya ditanyatakan secara
numerik. Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja
manajemen dalam suatu periode, apakah mencapai target seperti yang telah
ditetapkan. Kemudian juga dapat dinilai kemampuan manajemen dalam
memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif (Kasmir, 2008:104).
Rasio profitabilitas merupakan salah satu rasio keuangan yang dapat
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memperoleh laba,
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari kegiatan
operasionalnya. Profitabillitas merupakan indikator yang paling penting untuk
mengukur kinerja suatu bank. Return On Assets (ROA) memfokuskan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam kegiatan operasi
perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Juga memberikan
informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan usahanya,
karena rasio ini mengindikasikan berapa besar keuntungan dapat diperoleh
rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya (Siamat, 2001:102). Sehingga dalam
penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Return On
Assets (ROA) di sini adalah indikator performance atau kinerja bank
didasarkan pertimbangan bahwa ROA mengkover kemampuan seluruh
elemen aset bank yang digunakan dalam memperoleh penghasilan. ROA
mengindikasikan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan
menggunakan asetnya. Penggunaan ROA sebagai proksi profitabilitas pada
perusahaan perbankan sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Semakin besar ROA suatu bank,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.
Faktor yang dapat digunakan dalam penilaian kinerja laba yang
diperoleh bank yang mempengaruhi nilai ROA adalah rasio NPL/NPF ( Non
Performing Loan/finance) yang digunakan untuk menghitung risiko kredit
Kredit merupakan aktivitas bank yang paling dominan dari
keseluruhan operasional perbankan. Menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang
perbankan menyebutkan bahwa “Kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga” (Dahlan, 2001:165). Melalui penyaluran
kredit kepada masyarakat, bank berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Namun kredit yang diberikan oleh bank tidak menutup
kemungkinan mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank
harus memperhatikan asas-asas pengkreditan yang sehat serta memiliki
fundamental yang lebih kuat. Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan
secara konsisten dan berdasarkan asas-asas pengkreditan yang kuat.
Salah satu risiko yang dihadapi bank adalah risiko tidak terbayarnya
kredit yang telah diberikan atau yang sering disebut risiko kredit. Menurut
Pasal 1 PBI No.11/25//PBI/2009, risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan
debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Pihak
debitur tidak selamanya dapat mengembalikan uangnya kepada bank,
misalnya saja jika debitur tersebut mengalami kerugian. Hal ini
mengakibatkan bank harus menganalisa calon debitur dan mengelola risiko
kredit dengan baik agar kerugian akibat risiko kredit tersebut dapat di
minimalisir.Sedangkan menurut (Greuning, 2009:139), risiko kredit adalah
perusahaan, maupun negara tidak dapat membayar kembali kas pokok dan
lainnya yang berhubungan dengan investasi sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dalam perjanjian kredit. Dalam sistem perbankan, risiko kredit
berarti bahwa pembayaran mungkin tertunda atau tidak sama sekali, yang
dapat menyebabkan masalah arus kas dan mempengaruhi likuiditas bank.
Risiko kredit merupakan sumber risiko utama bagi bank karena fungsi
utama bank dalam kegiatan intermediasi yaitu penyaluran kredit bagi pihak
yang kekurangan dana (defisit). Non Performing Loan (NPL) merupakan
rasio yang menunjukkan / mengukur risiko portofolio kredit bank yang
terlihat dari pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya
faktor kesenjangan dan faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur.
Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin kecil Non
Peforming Loan (NPL) maka semakin kecil pula risiko kredit yang
ditanggung oleh pihak bank. Semakin tinggi NPL akan mengganggu
profitabilitas bank karena jumlah kredit bermasalah semakin besar dan
menyebabkan kerugian. Bank Indonesia dalam PBI No 15/2/PBI/2013
menetapkan bahwa NPL tidak lebih dari 5 %.
Bagi industri perbankan, permodalan merupakan suatu hal yang
penting, bank harus mampu menjaga kepercayaan nasabah dengan memiliki
modal yang mencukupi bagi kegiatan operasional sehari-hari. Oleh karena itu
Bank Indonesia menetapkan kewajiban penyediaan modal minimum bank
mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank. Bank Indonesia
mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum sebesar 8%
dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) (Dendawijaya, 2009:40).
Dengan ketentuan tersebut, bank wajib memelihara ketersediaan modal
karena setiap pertambahan kegiatan bank khususnya yang mengakibatkan
pertambahan aktiva harus diimbangi dengan pertambahan permodalan.
Persentase kebutuhan modal minimum yang diwajibkan BIS (Bank for
International Settlements) yaitu dengan menggunakan CAR (Capital
adequancy ratio). Oleh karenanya tingkat kecukupan modal pada penelitian
ini juga dihitung menggunakan CAR. Menurut (Dendawijaya,2009:121) CAR
(Capital Adequacy Ratio) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa
jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) untuk dibiayai dari dana modal sendiri
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar, seperti dana
masyarakat, pinjaman (utang) dan lain sebagainya. Semakin tinggi CAR yang
dicapai oleh bank menunjukkan kinerja bank semakin baik, Sehingga laba
bank semakin meningkat. Banyaknya kredit yang bermasalah dapat
mengakibatkan terkikisnya permodalan bank yang dapat dilihat dari Capital
Adequacy Ratio (CAR). Menurunnya CAR tentu saja berakibat menurunnya
kemampuan bank dalam menyalurkan kredit, yang pada akhirnya bank
kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan laba yang optimum dari
turunnya kepercayaan nasabah yang pada akhirnya dapat menurunkan
profitabilitas bank.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik untuk
mengangkat judul “ANALISIS PENGARUH RISIKO KREDIT DAN KECUKUPAN MODAL TERHADAP PROFITABILITAS DI BANK UMUM SYARIAH NASIONAL (BUSN) DEVISA DAN NON DEVISA PERIODE 2010-2014”.
B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan skripsi ini penulis akan merumuskan beberapa
masalah berkaitan dengan judul yang diangkat penulis, diantaranya penulis
merumuskan :
1. Bagaimana pengaruh NPL/NPF terhadap ROA pada perbankan syariah
periode 2010-2014?
2. Bagaimana pengaruh CAR terhadap ROA pada perbankan syariah periode
2010-2014?
3. Bagaimana pengaruh NPL/NPF dan CAR secara bersama-sama terhadap
ROA pada perbankan syariah periode 2010-2014?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka penelitian ini mempunyai
tujuan yang diharapkan. Tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini,
dengan berdasarkan masalah-masalah yang tercantum dalam identifikasi
1. Menganalisis pengaruh NPL/NPF terhadap ROA pada perbankan syariah
periode 2010-2014.
2. Menganalisis pengaruh CAR terhadap ROA pada perbankan syariah
periode 2010-2014.
3. Menganalisis pengaruh NPL/NPF dan CAR secara bersama-sama terhadap
ROA pada perbankan syariah periode 2010-2014.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai berikut:
1. Bagi Pihak Bank
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
memprediksi dan mengambil keputusan untuk merencanakan pengelolaan
dana dalam rangka meningkatkan Return on asset (ROA) dengan
meminimalisasikan risiko kredit/kredit macet dan meningkatkan modal.
Dengan melihat variabel independenpen NPL/NPF dan CAR yang
berpengaruh terhadap ROA.
2. Bagi Akademisi
Hasil penilitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi akademisi yang
ingin melakukan penelitian selanjutnya sebagai salah satu sumber
informasi. Dan dapat menambah wawasan yang luas untuk masyarakat
3. Bagi Penulis
Dengan hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat menambah
pengetahuan tentang topik yang diteliti serta menambah wawasan tentang
perbankan terutama mengenai risiko kredit dan kecukupan modal serta
pengaruhnya terhadap profitabilitas suatu bank.
E. Sistematika Penulisan
Untuk kejelasan dan ketetapan arah pembahasan dalam skripsi ini
penulis menyusun sistematika sebagai berikut:
Bab I PENDAHULUAN
Menyajikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II LANDASAN TEORI
Menyajikan tentang kajian pustaka yangmenguraikan tentang
telaah pustaka yang berisi ringkasan penelitian terdahulu,
kerangka teori yang berkaitan dengan topik penelitian, kerangka
penelitian yang berisi telaah kritis untuk menghasilkan hipotesis
dan model penelitian yang akan diuji, serta hipotesis penelitian
yang menjadi pedoman dalam analisis data.
Bab III METODE PENELITIAN
Menyajikan tentang metode penelitian yang berisi variabel
penelitian yang digunakan, penentuan populasi dan sampel, jenis
variabel, metode pengumpulan data dan metode analisis yang
digunakan dalam penelitian.
Bab IV ANALISIS DATA
Menyajikan tentang analisa penelitianyang akan menguraikan
tentang diskripsi objek penelitian, analisis data dan interpretasi
hasil pengelolaan data.
Bab V PENUTUP
Menyajikan tentang simpulan dari penelitian yang telah
dilakukan, keterbatasan penulis serta saran-saran yang dapat
diberikan kepada bank dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.
11 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu dengan pokok
permasalahan yang hampir sama. Berikut ini adalah ringkasan beberapa
penelitian yang sudah dilakukan:
Nusantara (2009) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh NPL,
CAR, LDR, dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Perbandingan Bank
Umum Go Publik dan Bank Umum Non Go Publik di Indonesia Periode
2005-2007”. Variabel penelitian yang digunakan adalah profitabilitas yang
diukur ROA sebagai variabel dependen. Sedangkan variabel independen
adalah NPL, CAR, LDR, dan BOPO. Alat analisis yang digunakan adalah
regresi berganda. Hasil penelitian ini adalah variabel NPL, CAR, LDR, dan
BOPO secara parsial signifikan terhadap ROA bank go publik. Sedangkan
pada bank non go publik, hanya LDR yang berpengaruh signifikan.
Penelitian Anggraini dan Swardhika (2014) yang berjudul “Pengaruh
Dana Pihak Ketiga, Kecukupan Modal, Resiko Kredit dan Suku Bunga
Kredit Pada Profitabilitas”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
ROA, sedangkan variabel independennya adalah NPL, CAR dan suku bunga
berpengaruh positif, sedangkan NPL dan Suku Bunga Kredit berpengaruh
negatif terhadap profitabilitas (ROA).
Astuti (2014) judul penelitian “Pengaruh ukuran perusahaan, CAR,
BOPO, NPL terhadap Profitabilitas Bank pada tahun 2010-2012”. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), sedangkan
variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, CAR,
BOPO, dan NPL. Analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan CAR
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, sedangkan BOPO
dan NPL berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.
Mitasari (2014) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh CAR,
NPL, LDR, NIM dan BOPO terhadap Profitabilitas Bank (Studi pada Bank
Umum Go Public tahun 2009-2013), variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Return On Asset (ROA), sedangkan variabel independen dalam
penelitian ini adalah CAR, NPL, LDR, NIM dan BOPO. Analisis dalam
penelitian ini menggunakan model regresi berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
ROA, NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan
LDR, BOPO dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Wityasari (2014) melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh
CAR, NPL, LDR, terhadap profitabilitas dengan LDR sebagai variabel
intervening. Studi kasus pada Bank Umum Go Public periode 2009-2013.
DPPK, NPL t-1 dan LDR. Sedangkan variabel dependen adalah Return
OnAssets (ROA). Teknik analisis yang digunakan adalah Amos 21. Hasil
dari penelitian CAR, DPK tidak berpengaruh signifikan pada LDR dan
ROA, sedangkan NPL t-1 berpengaruh positif signifikan terhadap LDR,
tetapi berpengaruh negatif signifikan pada ROA.
Chaidir (2015) dengan judul penelitian “Pengaruh Kondisi
Permodalan, Efisiensi Operasional, Likuiditas, Risiko Kredit Dan Risiko
Pasar Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank (Studi Kasus Sepuluh Bank
Dengan Aset Tertinggi Di Indonesia Periode 2009-2014)”. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), sedangkan
variabel independen berupa CAR (Capital Adquacy Ratio) sebagai indikator
permodalan, Beban Operasional terhadap pendapatan perasional (BOPO)
sebagai indikator efisiensi operasional, Non Performing Loan (NPL) sebagai
proksi tingkat kredit macet, Cash Ratio (CR) sebagai indikator likuiditas,
dan Net Interest Margin (NIM) sebagai indikator resiko pasar. Analisis yang
digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, BOPO dan
NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan CAR
dan CR negatif dan signifikan terhadap ROA.
Berdasarkan penelitian terdahulu, penulis dapat merangkum hasil
penelitian yang berkaitan dengan pengaruh risiko kredit dan kecukupan
Tabel 2.1 Research Gap
pada Bank
Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa terdapat beberapa penelitian
yang dilakukan untuk menguji variabel risiko kredit dan kecukupan modal
yang mempengaruhi profitabilitas perbankan. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah sampel penelitian ini yaitu 4 bank yang
termasuk dalam Bank Umum Syariah Nasional (BUSN) Devisa dan Non
Devisa. Selain dilihat dari sampelnya dapat dilihat pula dari tahun penelitian
yang berbeda serta jumlah sampel yang berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya. Beberapa penelitian di atas kebanyakan meneliti bank yang
termasuk dalam bank umum yang bersifat konvensional yang termasuk dalam
B. Kerangka Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (Agency Theory) memiliki hubungan dengan
kinerja bank, karena kinerja dari suatu perusahaan perbankan tidak dapat
dipisahkan dengan manajemen bank. Jensen dan Meckling (1976) dalam
Ujiyanto (2007) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah
kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Dengan
adanya hubungan antara kedua belah pihak maka manajer (agent)
mempunyai tanggung jawab untuk melaporkan hasil kerjanya kepada para
pemegang saham atau pemilik. Hal tersebut dapat menimbulkan masalah
keagenan (agency problem) karena kemungkinan manajer (agent) tidak
selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu
biaya keagenan (agency cost) (Najmudin, 25:2011).
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemilik (pemegang saham) hal tersebut menimbulkan
asimetri informasi (http://anggyansyah.blogspot). Sehingga para
pemegang saham khawatir manajer hanya bekerja untuk memaksimalkan
kepentingan sendiri daripada bekerja untuk memaksimalkan kekayaan
para pemegang saham. Untuk mengurangi adanya hal tersebut maka
dilakukan perencanaan kompensasi yang baik yang memotivasi manajer
agar bekerja bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri namun juga para
Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan
tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan
diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas
mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)
manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat
dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak
opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris, 2004)
dalam Ujiyantho (2007). Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka
diketahui bahwa manajer maupun pemegang saham mempunyai
kepentingan yang berbeda dimana masing-masing pihak berusaha untuk
mencapai atau mempertahankan tingkat keuntungan yang dikehendaki.
2. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip yang ada dalam ajaran islam, berfungsi sebagai badan
usaha yang menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat, atau
sebagai perantara keuangan, serta merupakan unit sistem ekonomi
islam yang beroperasi dengan doktrin dasar terhadap larangan praktik
riba ( Rivai & Veithzal, 2008: 77). Sedangkan menurut Siamat (2001),
Bank Syariah merupakan bank yang menjalankan usahanya berdasar
prinsip-prinsip syariah yang didasarkan pada Al Qur’an dan hadits.
Pendapat lain dikemukakan oleh Schaik (2013) yang
modern yang didasarkan pada hukum Islam, yang dikembangkan pada
abad pertengahan islam dengan menggunakan konsep bagi risiko
sebagai sistem utama dan meniadakan sistem keuangan yang
didasarkan pada kepastian dan keuntungan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Dari beberapa pengertian yang diuraikan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya dengan didasarkan pada prinsip syariah dan dalam
mencari keuntungan dengan menggunakan prinsip bagi hasil bukan
berdasarkan bunga.
b. Kegiatan Operasional
Sebagaimana halnya dengan bank konvensional, bank syariah
juga mempunyai peran sebagai lembaga perantara (intermediary)
antara satuan-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi
yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit lain
yang mengalami kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank
kelebihan dana-dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak
yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah
pihak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa usaha / kegiatan
1) Menghimpun dana
Kegiatan menghimpun dana disini yaitu dana yang berasal
dari masyarakat yang kelebihan dana. Disini bank bertugas
mengumpulkan atau menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk titipan dengan menggunakan akad wadiah dan dalam
bentuk investasi dengan menggunakan akad mudharabah. Kegiatan
ini dapat dijadikan masyarakat sebagai sarana investasi dengan
harapan memperoleh bagi hasil dari hasil simpanannya.
2) Menyalurkan dana
Menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan.
Masyarakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank syariah
asalkan dapat memenuhi semua ketentuan dan persyaratan yang
berlaku. Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat
penting bagi bank syariah. Dalam hal ini bank akan memperoleh
return atas dana yanng disalurkan. Return atau pendapatan yang
diperoleh bank syariah atas penyaluran dana ini sesuai dengan
akadnya.
Bank syariah menyalurkan dana kepada masyarakat dengan
menggunakan bermacam-macam akad. Penyaluran dana dengan
prinsip jual beli (ba’i) biasanya menggunakan akad murabahah,
salam dan istishna’. Sedangkan penyaluran dana dengan
menggunakan prinsip sewa beli yaitu dengan menggunakan akad
dana dengan menggunakan prinsip bagi hasil (syirkah) yaitu
dengan menggunakan akad musyarakah dan mudharabah. Karena
pendanaan dilakukan dengan berbagai macam prinsip dengan akad
yang berbeda pula maka return yang diperolehpun berbeda.
Pendapatan atau return dari aktivitas penyaluran dana kepada
nasabah yaitu dari bagi hasil usaha dan margin keuntungan. Margin
keuntungan merupakan selisih antara harga jual kepada nasabah
dan harga beli bank.
3) Pelayanan Jasa Bank
Selain menghimpun dan menyalurkan dana kepada
masyarakat, bank syariah juga memberikan pelayanan jasa
perbankan kepada nasabahnya. Pelayanan jasa bank syariah ini
diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
menjalankan aktivitasnya. Aktivitas pelayanan jasa merupakan
aktivitas yang diharapkan oleh bank syariah untuk dapat
meningkatkan pendapatan bank yang berasal dari fee atas
pelayanan jasa bank. Beberapa bank berusaha meningkatkan
teknologi informasi agar dapat memberikan pelayanan jasa yang
memuaskan nasabah yang cepat dan akurat. Berbagai jenis produk
pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank syariah antara lain
seperti akad wakalah (arranger, agency), sharf (jual beli valuta
c. Fungsi Bank
Fungsi bank baik bank syariah maupun bank konvensional
secara spesifik dapat dijabarkan menjadi 3, yaitu (Wityasari, 2014) :
1) Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau
kepercayaan, baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran
dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila
dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa
uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan
dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut dan juga percaya
bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik
lagi simpanannya di bank.
2) Agent of development
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu
sektor moneter dan sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor
tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan lain. Tugas
bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan
sebagai kegiatan kelancaran perekonomian di sektor riil. Kegiatan
bank tersebut memungkinkan masyarakat untuk melakukan
kegiatan investasi, konsumsi, distribusi barang dan jasa. Mengingat
kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi berkaitan dengan
3) Agent of services
Selain dalam kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana
bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan lainnya
kepada masyarakat. Jasa-jasa perbankan yang ditawarkan tersebut
erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara
umum. Jasa-jasa bank tersebut antara lain berupa pengiriman uang,
penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank dan
penyelesaian tagihan.
Sedangkan dalam pembukaan stadar akuntansi yang
dikeluarkan oleh AAOIFI (Acconting and Auditing Organization
for Islamic Financial Institution) menyebutkan bahwa fungsi dan
peran bank syariah adalah sebagai berikut:
1) Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah.
2) Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah
dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan
sebagaimana lazimnya.
4) Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank dalam Islam juga memiliki kewajiban
mengadministrasikan, dan mendistribusikan) zakat serta dana-dana
sosial lainnya.
d. Jenis-Jenis Bank
Dalam praktiknya di Indonesia terdapat beberapa jenis
perbankan yang diatur Undang Undang. Perbedaan jenis perbankan
dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu (Kasmir, 2004):
1) Dilihat dari segi kepemilikan
Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja
yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan tersebut dapat dilihat
dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank
yang bersangkutan.
a) Bank milik pemerintah
Merupakan bank yang akte pendirian maupun modal
bank ini sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia,
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah
pula. Contoh bank milik pemerintah seperti Bank Negara
Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank
Tabungan Negara (BTN), dan Bank Mandiri.
b) Bank milik swasta nasional
Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Kemudian akte
pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula dengan
Contoh bank milik swasta pemerinta antara lain Bank Bumi
Putra, Bank Bukopin, Bank Central Asia, Bank Danamon,
Bank Muamalat, dan Bank swasta lainnya.
c) Bank milik asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di
luar negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing.
Kepemilikannya pun jelas dimiliki oleh pihak asing (luar
negeri).
d) Bank milik campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak
asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara
mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
2) Dilihat dari segi status
Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran
kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi
jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Jenis bank
dilihat dari segi status adalah sebagai berikut:
a) Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi
keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing
secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso
keluar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran
b) Bank Non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak
dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi
bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa,
dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas
negara.
3) Dilihat dari segi menetapkan harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam
menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli terbagi
dalam dua kelompok, yaitu:
a) Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa
ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional.
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada
para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional
menggunakan metode dengan menetapkan bunga sebagai
harga jual untuk produk simpanan giro maupun tabungan
deposito. Juga untuk produk pinjaman (kredit) juga ditentukan
berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Sedangkan jasa bank
lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan berbagai
biaya-biaya dalam nominal tertentu. Yang dikenal dengan
b) Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak
lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau
kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau
mencari keuntungan bagi bank berdasar prinsip syariah yaitu,
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan penyertaan modal (musyarakah),
prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), pembiayaan barang modal berdasarkan sewa
murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak
bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
e. Sumber Dana Bank
Dalam pandangan syariah uang bukanlah merupakan suatu
komoditi melainkan hanya sebagai alat untuk mencapai pertambahan
nilai ekonomis (economic added value). Hal ini bertentangan dengan
perbankan berbasis bunga dimana “uang mengembang-biakkan uang”,
tidak peduli apakah uang itu dipakai dalam kegiatan produktif atau
tidak.
Untuk menghasilkan keuntungan, uang harus dikaitkan dengan
langsung melalui transaksi seperti perdagangan, industri manufaktur,
sewa-menyewa dan lain-lain, atau secara tidak langsung melalui
penyertaan modal guna melakukan salah satu atau seluruh kegiatan
usaha tersebut.
Berdasarkan prinsip tersebut Bank Syariah dapat menarik dana
pihak ketiga atau masyarakat dalam bentuk, sebagai berikut:
1. Titipan (wadiah) simpanan yang dijamin keamanan dan
pengembaliannya (guaranteed deposit) tetepi tanpa memperoleh
imbalan atau keuntungan.
2. Partisipsi modal berbagi hasil dan berbagi resiko (non guaranteed
account) untuk investasi umum (general investment account /
mudharabah mutlaqah) dimana bank akan membayar bagian
keuntungan secara proporsional dengan portfolio yang didanai
dengan modal tersebut.
3. Investasi khusus (special investment account / mudharabah
muqayyadah) dimana bank bertindak sebagai manajer investasi
untuk memperoleh fee. Jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan
investor sepenuhnya mengambil risiko atas investasi itu.
Dengan demikian sumber dana bank Syariah terdiri dari :
1. Modal inti (core capital)
Modal inti adalah dana modal sendiri yaitu dana yang
berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada
a) Modal yang disetor oleh para pemegang saham
Sumber utama dari modal perusahaan adalah saham.
Sumber dana ini hanya akan timbul apabila pemilik
menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham, dan
untuk penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank
dengan mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru.
b) Cadangan
Yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang
disisihkan untuk menutup timbulnya risiko kerugian di
kemudian hari.
c) Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan
kepada para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham
sendiri (melalui Rapat Umum Pemegang Saham) diputuskan
untuk ditanam kembali dalam bank. Laba ditahan ini juga
merupakan cara untuk menambah dana modal lebih lanjut.
2. Kuasi ekuitas (mudharabah account)
Bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip
mudharabah, yaitu akad kerjasama antara pemilik dana (shahib al
maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu usaha
bersama, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan
bisnis sehari-hari. Keuntungan yang diperoleh dibagi antara
keduanya dengan perbandingan (nisbah) yang telah disepakati
sedangkan pengelola tidak memperoleh imbalan atas usaha yang
dilakukan.
Berdasarkan prinsip diatas, dalam kedudukannya sebagai
mudharib, bank menyediakan jasa bagi para investor berupa:
a) Rekening investasi umum,
b) rekening investasi khusus,
c) dan rekening tabungan mudharabah.
3. Titipan (wadiah) atau simpanan tanpa imbalan (non remunerated deposit)
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada
bank, yang umumnya berupa giro atau tabungan. Pada umumnya
motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah untuk
keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasaan untuk
menarik kembali dananya sewaktu-waktu.
C.Risiko Kredit a. Kredit
1) Pengertian Kredit
Menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 Tahun 1998
kredit adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka
perbankan syariah dikenal dengan istilah “pembiayaan”, yang
memiliki arti hampir sama dengan kredit. Yaitu penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain, yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil (Kasmir, 2013). Dari pernyataan diatas perbedaan antara
kredit dan pembiayan hanya terletak pada pengembalian dengan
imbalan bunga dalam kredit dan imbalan bagi hasil pada
pembiayaan.
2) Analisis Kredit
Analisis kredit dapat dilakukan dengan berbagai alat analisis. Dalam praktiknya terdapat beberapa alat analisis yang
dapat digunakan untuk menentukan kelayakan suatu kredit, yaitu
dengan 5 of C (Kasmir, 2014: 285):
a) Character, adalah sifat atau watak nasabah. Dari watak atau
sifat ini, akan terlihat kemauan nasabah untuk untuk membayar
tagihan dalam kondisi sesulit apapun.
b) Capacity, adalah analisis yang digunakan untuk melihat
kemampuan nasabah dalam membayar kredit.
c) Capital, adalah untuk menilai modal yang dimiliki oleh
nasabah untuk membiayai kredit. Hal ini penting karena bank
d) Condition, adalah yaitu kondisi umum saat ini dan yang akan
datang tentunya. Terutama kondisi ekonomi.
e) Collateral, adalah jaminan yang diberikan nasabah kepada
bank dalam rangka pembiayaan kredit yang diberikan.
3) Kualitas Kredit
Penggolongan kualitas kredit menurut ketentuan Bank Indonesia ditetapkan sebagai berikut (Siamat, 2001:136) :
a) Lancar (pass)
b) Dalam perhatian khusus (special mention),
c) Kurang lancar (substandar),
d) Diragukan (doubtful),
e) Dan macet (loss)
4) Jenis Risiko Perbankan
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
13/23/PBI/2011 terdapat 8 jenis risiko yang dihadapi oleh
perbankan, yaitu:
a) Risiko Kredit
Risiko kredit atau sering disebut dengan default risk
merupakan suatu risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan
nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari
bank dengan jangka waktu yang telah ditetapkan diawal
dalam perbankan syariah. Yang membedakan hanya terletak
pada margin nya.
b) Risiko Pasar
Adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan
secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko
perubahan harga option, dan naik turunnya kurs mata uang.
c) Risiko Likuiditas
Adalah risiko yang mungkin dihadapi oleh bank untuk
memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi
permintaan kredit dan semua penarikan dana oleh penabung
pada suatu waktu tertentu.
d) Risiko Operasional
Adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional Bank. Risiko operasional dapat
menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak
langsung dan menimbulkan potensi kesempatan yang hilang
untuk memperoleh keuntungan.
e) Risiko Hukum
Adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan
perundang-undangan yang mendukung tidak tersedia, perikatan
seperti syarat keabsahan kontrak tidak kuat, dan pengikatan
agunan tidak sempurna.
f) Risiko Reputasi
Adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
nasabah yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.
g) Risiko Strategi
Adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan
dan/atau pelaksanaan suatu keputusan strategi yang tidak sesuai
dengan perubahan yang terjadi.
h) Risiko Kepatuhan
Adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan
yang berlaku, seperti ketentuan Kewajiban Pemenuhan Modal
Minimum (KPMM), Kualitas Aktiva Produktif (KAP),
Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP), Batas
Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan risiko lain yang
b. Risiko Kredit
Salah satu risiko yang dihadapi bank adalah risiko tidak
terbayarnya kredit yang telah diberikan atau yang sering disebut risiko
kredit. Risiko kredit atau default risk umumnya timbul dari berbagai
kredit yang masuk dalam kategori bermasalah atau Non Performing
Loan. Dendawijaya (2009:81) mengatakan bahwa kredit bermasalah
merupakan kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk
membayar angsuran (cicilan) pokok kredit beserta bunga yang telah
disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit. Sedangkan
menurut Siamat (2001:174) pengertian kredit bermasalah adalah
sebagai berikut: “Kredit bermasalah atau problem loan dapat diartikan
sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya
faktor kesenjangan dan/atau karena faktor eksternal diluar kemampuan
debitur.” Menurut pengertian diatas, berarti kredit bermasalah
merupakan pinjaman yang mengalami penangguhan dalam
pembayaran angsuran pokok dan tunggakan bunga atau bahkan tidak
dilunasi sama sekali, dikarenakan ketidakmampuan debitur untuk
membayarnya, sehingga pengembalian kredit tidak dilakukan tepat
waktu dan jumlah pengembaliannya tidak sesuai dengan perjanjian
kredit.
Sedangkan dalam perbankan syariah risiko kredit disebut
dengan risiko pembiayaan yaitu, penyediaan uang atau tagihan yang
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Sebenarnya risiko kredit dalam perbankan konvensional dan
risiko pembiayaan dalam perbankan syariah sama. Yang membedakan
hanyalah dalam perhitugan margin nya.
Implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit
bermasalah adalah (Dendawijaya 2009):
1) Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan)
dari kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba
dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank.
2) Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan
BDR (bad debt ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan
terjadinya situasi yang memburuk.
3) Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva
produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada.
Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan
akan sangat berpengaruh terhadap CAR (capital adequacy ratio).
4) ROA (return on assets) mengalami penurunan. Sebagai akibat dari
komplikasi butir b,c dan d tersebut di atas adalah menurunnya nilai
tingkat kesehatan bank bebrdasarkan perhitungan menurut metode
Menurut Dendawijaya (2009) kredit bermasalah adalah
kredit-kredit yang kategori kolektibilitasnya masuk dalam kriteria
kredit macet dan dihitung dengan menggunakan rasio NPL (Non
Performing Loan). Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen
bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank.
Artinya, semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas
kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin
besar, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat
pengembalian kredit macet. Keberadaan Non Performing Loan
dalam jumlah yang cukup banyak dapat menimbulkan kesulitan
sekaligus menurunkan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan.
Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia sesuai
dengan Peraturan BI No 15/2/PBI/2013 adalah maksimal 5%, jika
melebihi 5% maka akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan
bank yang bersangkutan, yaitu akan mengurangi nilai. Meskipun
tidak dapat menghindari penuh risiko kredit, tetapi diusahakan agar
jumlah kredit yang bermasalah berada dalam batas yang wajar.
Berdasarkan (SE BI No13/30/DPNP Tanggal 16 Desember
2011) maka secara sistematis NPL dapat dirumuskan sebagai
NPL =
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan naik turunnya
NPL suatu bank, diantaranya sebagai berikut (Wityasari, 2015):
1) Kemauan atau itikad baik debitur
Kemampuan debitur dari sisi finansial untuk melunasi
pokok dan bungan pinjaman tidak akan ada artinya tanpa
kemauan atau itikad baik dari debitur sendiri.
2) Kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia
Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya NPL suatu bank, misalnya kebijakan pemerintah
tentang kenaikan harga BBM akan menyebabkan perusahaan
yang banyak menggunakan BBM dalam kegiatan produksinya
akan membutuhkan dana tambahan yang diambil dari laba yang
dianggarkan untuk pembayaran cicilan utang untuk memenuhi
biaya produksi yang tinggi, sehingga perusahaan tersebut akan
mengalami kesulitan dalam membayar utang-utangnya kepada
bank. Demikian juga halnya dengan PBI, peraturan-peraturan
Bank Indonesia mempunyai pengaruh langsung maupun tidak
langsung terhadap NPL suatu bank. Jika BI menaikkan BI Rate
yang akan menyebabkan suku bunga kredit mengalami
kenaikkan, dengan sendirinya kemampuan debitur dalam
3) Kondisi perekonomian
Kondisi perekonomian mempunyai pengaruh besar
terhadap kemampuan debitur dalam melunasi utang-utangnya.
Indikator-indikator ekonomi makro diantaranya adalah inflasi
dan kurs rupiah.
c. Kecukupan Modal
Modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.
Modal inti terdiri dari modal disetor dan cadangan tambahan modal
yang terdiri dari faktor penambah (agio, modal sumbangan, cadangan
umum modal, cadangan tujuan modal dll). Sedangkan modal
pelengkap terdiri dari cadangan evaluasi aktiva tetap, modal pinjaman,
pinjaman subordinasi dan peningkatan nilai penyertaan pada
portofolio (Darmawi, 2011: 84). Fungsi modal bagi bank adalah
(Siamat, 2001: 99):
1) Melindungi deposan dengan menangkal semua kerugian usaha
perbankan sebagai akibat salah satu resiko usaha.
2) Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dengan kemampuan
bank untuk memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo.
3) Membiayai kebutuhan aktiva tetap.
4) Untuk memenuhi ketentuan permodalan minimum.
5) Sebagai indikator kekayaan bank.
Selain itu modal merupakan faktor yang amat penting bagi
menjaga kepercayaan masyarakat. Sebagaimana layaknya sebuah
badan usaha, modal bank harus dapat digunakan untuk menjaga
kemungkinan timbulnya risiko kerugian akibat dari pergerakan aktiva
bank yang pada dasarnya sebagian besar berasal dari pinjaman pihak
ketiga (dana titipan / dana masyarakat). BI sebagai otoritas moneter
menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal
minimum yang harus selalu dipertahankan oleh bank yang diproksikan
dengan CAR (Capital Adequacy Ratio). CAR adalah rasio permodalan
yang menunjukkan kemampuan bank dalam mengembangkan usaha
dan menampung risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegiatan
operasional perusahaan. Semakin banyak modal yang dihimpun bank
maka operasional bank dapat berjalan lancar. CAR juga dapat
digunakan sebagai rasio permodalan yang digunakan untuk
melindungi nasabah sehingga mempertahankan kepercayaan terhadap
bank. Setiap bank diwajibkan untuk memelihara rasio kecukupan
modal atau CAR (Dendawijaya, 2009).
Secara sistematis, menurut Kasmir (2010: 286) perhitungan
CAR =
Keterangan : ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko)
ATMR terdiri dari aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai
kadar risiko kredit yang melekat. ATMR diperoleh dengan cara
mengalikan nilai nominal aktiva dengan bobot risiko masing-masing
aktiva (Darmawi, 2011: 98).
d. Profitabilitas (ROA)
Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk
menghasilkan atau memperoleh laba secara efektif dan efisien.
Profitabilitas perusahaan perbankan menunjukkan pendapatan yang
mampu dihasilkan oleh perusahaan dalam satu atau setiap periode.
Tingginya profitabilitas suatu bank dapat menunjukkan bahwa
sebagian besar kinerja bank tersebut dapat dikatakan baik, karena
diasumsikan bahwa bank telah beroperasi secara efektif dan efisien
dan memungkinkan bank untuk memperluas usahanya.
Rasio profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur seberapa
besar kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik hubungannya
dengan penjualan, asset, maupun laba bagi modal sendiri. Dalam
pengukuran kinerja perusahaan pada umumnya diproksikan dengan
Return On Equity (ROE) dan Return On Assets (ROA) pada industri
perbankan. Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
diproksikan dengan Return On Assets (ROA), karena ROA
operasi perusahaan. Selain itu Bank Indonesia juga lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank diukur dengan ROA
karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu
bank diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari
simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur
tingkat profitabilitas bank (Siamat, 2001:102). ROA digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Apabila ROA
meningkat berarti profitabilitas perusahaan meningkat sehingga
dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas. ROA dihitung
menggunakan rumus (Dendawijaya, 2009:118) :
ROA =
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun
bagi pihak luar perusahaan (Kasmir, 2014: 197) yaitu:
1) Untuk mengukur dan menghitung laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu,
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang,
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu,
4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri,
5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang
Selain itu manfaat yang diperoleh adalah untuk:
1) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode,
2) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang,
3) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu,
4) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri,
5) Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
D. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.0 Kerangka Pemikiran
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh risiko
yang terjadi dalam sutau perbankan dan kecukupan modal terhadap
profitabilitas.
PROFITABILITAS Y1
RISIKO KREDIT X1
KECUKUPAN MODAL X2
H1
E. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atau kesimpulan sementara atas
topik masalah yang hendak diteliti (Fitri, 2013). Adanya research gap /
penelitian-penelitian sebelumnya dengan ketidaksamaan teori, maka
diharapkan hipotesis ini cukup valid untuk diuji. Berdasarkan teori dan latar
belakang permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat
dibuat beberapa hipotesis terhadap permasalahan sebagai berikut:
1. Pengaruh Risiko Kredit (NPL/NPF) Terhadap Profitabilitas (ROA)
Non Performing Loan atau yang sering disebut kredit
bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan
pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan atau faktor eksternal di luar
kemampuan kendali debitur. Rasio ini menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan
oleh bank. Artinya, semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk
kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah
semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat
pengembalian kredit macet. Dendawijaya (2009) mengemukakan
dampak dari Non Performing Loan yang tidak wajar salah satunya
adalah hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari
kredit yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan
Penelitian yang dilakukan Lya (2015) menunjukkan bahwa NPL
berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Semakin tinggi Non
Performing Loan (NPL) maka semakin besar risiko yang disalurkan
bank sehingga semakin rendah pendapatan sehingga Return On Asset
(ROA) menurun.
H1 : NPL berpengaruh negatif terhadap ROA
2. Pengaruh Kecukupan Modal (CAR) Terhadap Profitabilitas (ROA)
Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari
modal sendiri bank disamping memperoleh dana dari sumber di luar
bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman, dan lain–lain. CAR
merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi
penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank yang
disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Semakin tinggi CAR maka
semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari
setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka
bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas (Dendawijaya, 2001).
Penelitian yang dilakukan oleh Dwihilda (2014) dan
menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap (ROA).
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa :
46 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.
Dan nilainya bisa berubah-ubah atau bersifat variatif. Dalam penelitian ini
berupa data mengenai profitabilitas (ROA), risiko kredit (NPL) dan
kecukupan modal (CAR) pada bank syariah yang bersangkutan. Serta
dikumpulkan dengan menggunakan data sekunder.
Menurut (Bawono, 2006:29) yang dimaksud data sekunder adalah
data yang diperoleh secara tidak langsung atau penelitian arsip yang memuat
peristiwa masa lalu. Data sekunder dapat diperoleh oleh peneliti dari laporan
keuangan perbankan baik dari buku, internet, jurnal, dll. Dan dalam
penelitian ini data sekunder diperoleh dari annual report bank yang telah
dipublikasikan tiap tahunnya oleh bank yang bersangkutan. Periode
penelitian selama lima tahun yaitu dari tahun 2010-2014.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perbankan syariah yang termasuk
dalam kategori BUSN Devisa dan Non Devisa di Indonesia pada periode
2010-2014, dimana data diperoleh dari berbagai sumber informasi antara
lain website masing-masing bank yang bersangkutan, www.bi.go.id dan