BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Samani, (2011: 43) dalam pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, emosional dan etik para siswa. Merupakan suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai kinerja.
Benninga, (1991: 5) the problem for classroom teachers and school principals, then, is not to define the values to which students
should adhere but rather to decide how to teach these values
honestly and realistically.
sesuai dengan karakter yang positif sehingga dapat terbentuk menjadi kepribadian yang baik.
Pendidikan karakter berawal dari nilai, norma dan moral pada tingkah laku manusia. Menurut Kaelan, (2004: 92-93) pengertian nilai itu sendiri yaitu kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Agar nilai tersebut menjadi lebih berguna dalam penuntunan sikap dan tingkah laku manusia, maka perlu lebih dikongkritkan lagi serta diformulasikan menjadi lebih objektif sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam tingkah laku secara kongkrit. Maka wujud yang lebih kongkrit dari nilai tersebut adalah merupakan suatu norma.
Selanjutnya nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika. Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Fraenkel, nilai-nilai moral mempengaruhi pola hubungan yang menentukan pantas atau tidaknya perilaku seseorang. Maka dapat disimpulkan nilai moral dapat mempengaruhi suatu tindakan yang dilakukan seseorang. Menurut Kesuma, (2012: 5) mendefinisikan pendidikan karakter dalam seting sekolah sebagai “pembelajaran yang mengarah
pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”. Definisi ini mengandung makna:
1) Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran. 2) Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak
secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan. 3) Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang
dirujuk sekolah (lembaga).
b. Pentingnya Pendidikan Karakter
Pentingnya pendidikan karakter bagi dunia pendidikan yaitu dapat dijadikan suatu landasan dasar pembentukan watak dan moral yang dapat mempengaruhi pada ketercapaian suatu tujuan pembelajaran. Oleh karena itu sebelum pemburukan karakter terjadi, maka guru dan orang tua harus lebih memperhatikan cara mendidik dan membina karakter siswa, agar proses pada pembentukan watak dan moral siswa yang terbentuk secara natural sesuai dengan apa yang di alami oleh siswa tersebut tanpa adanya paksaan atau dorongan dari berbagai pihak.
c. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter yaitu agar pada masing-masing individu dapat menumbuhkan karakter positifnya. Untuk dapat menempa diri menjadi sempurna sehingga potensi-potensi yang ada di dalam dirinya berkembang secara penuh yang membuatnya semakin menjadi manusiawi. Maka dengan hal itu dapat dijadikan batasan-batasan dalam berperilaku manusia guna untuk menumbuhkan sikap yang positif serta memiliki kepribadian yang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.
2. Sikap Demokratis
a. Pengertian Sikap Demokratis
hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan dan keyakinan. Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama siswa atau kepada gurunya. Sikap positif ini akan menggerakkannya untuk belajar. Adapun siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar.
Mustari, (2011: 167-173) mendefinisikan demokratis adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Bersifat demokratis memang sangat diperlukan, karena dengan banyak kepala yamg berfikir, persoalan yang dihadapi akan terasa ringan dipikirkan. Untuk itu kita memerlukan kesetaraan dari setiap orang, sehingga semuanya mempunyai hak suara dan bicara yang sama.
dan perbedaan satu sama lain. Melalui sikap demokratis siswa diajak untuk terbuka dan berani menerima dan mengakui bahwa pendapatnya belum tentu atau tidak dapat digunakan pada saat itu. Sikap demokratis yang sejati adalah sikap mau menghargai pihak mana pun dalam kehidupan bersama, serta berani mengakui kekurangan dan kekalahan serta mengakui pihak lain lebih unggul juga merupakan sikap demokratis.
Menurut Benninga, (1991: 111) democracy offers at least an opportunity for problems to be identified, and solutions proposed.
Berdasarkan pernyataan di atas, demokrasi paling tidak memberikan sebuah kesempatan untuk suatu permasalahan yang diidentifikasikan serta pengusulan solusi-solusi.
Dapat disimpulkan bahwa sikap demokratis adalah sikap kesetaraan semua hak yang dimiliki masing-masing individu, semuanya dapat mengeluarkan inspirasinya baik berupa pemikiran atau pun tindakan yang ditujukan untuk kepentingan bersama dalam mencapai tujuan bersama, dan selalu memandang positif sikap orang lain dan menghindarkan diri berburuk sangka.
Menurut Wibowo, (2012: 101) Indikator keberhasilan pada demokratis yakni:
a) Mengambil keputusan kelas secara bersama melalui musyawarah mufakat.
c) Seluruh produk kebijakan melalui musyawarah dan mufakat. d) Mengimplementasikan model-model pembelajaran yang
dialogis dan interaktif.
Penerapan sikap demokratis di dalam kegiatan proses pembelajaran yakni guru dapat menciptakan situasi kelas dimana perilaku moral dapat terwujud. Situasi demikian tidak lain ialah situasi demokratis. Di dalam pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mengeluarkan pendapatnya tanpa adanya kata benar dan salah. Serta guru membebaskan semua siswanya untuk berpendapat. Selain itu siswa diajak untuk terbuka dan berani menerima dan mengakui bahwa pendapatnya belum tentu atau tidak dapat digunakan pada saat itu, atau dengan kata lain siswa dalam forum demokrasi tidak dapat memaksakan kehendak satu sama lain. Dalam penerapan sikap ini guru membimbing siswa agar lebih memahami sikap demokratis didalam semua mata pelajaran agar siswa terbiasa untuk memiliki sikap demokratis yang nantinya sangat dibutuhkan didalam forum demokrasi.
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Sudjana, (2010: 28) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti, perubahan pada pengetahuannya, pemahamannya, sikap, dan tingkah lakunya. Dapat disimpulkan bahwa pengertian dari belajar yaitu upaya yang dilakukan untuk merubah atau menambah suatu potensi dalam kegiatan atau pun suatu pengetahuan yang lebih baik dan terarah sesuai dengan apa yang ditujukan.
Menurut Arifin, (2010: 12-13) prestasi belajar pada umunya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa. Prestasi belajar sepanjang tentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Menurut Hamdani, (2011: 137-138) pengertian pada prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok, prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak mau melakukan kegiatan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Darmadi, (2010: 187-189) Prestasi belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.
1) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan ke faktor sosial dan faktor non-sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial. Faktor ini termaksuk lingkungan, keluarga, sekolah, teman, dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non-sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial, seperti lingkungan alam dan fisik. Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Selain itu peranan faktor guru dan fasilitator. Sebagai faktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar, hampir seluruhnya bergantung pada guru. Selain guru yang cukup memegang peranan penting dalam pencapaian prestasi belajar siswa juga kepemimpinan kepala sekolah. 2) Faktor Internal
a) Kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. b) Faktor Jasmaniah
Kondisi jasmaniah pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.
c) Sikap
Yaitu, suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh.
d) Minat
Suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus.
e) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. f) Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Littlewood, (1981: 17) their motivation to learn is more likely to be sustained if they can see how their classroom
learning is related to this objective and helps them to achieve it
Pada penjelasan tersebut bahwa motivasi mereka untuk belajar, apabila mereka mengetahui bagaimana pembelajaran kelas di hubungkan pada suatu pilihan khusus yang nantinya pada motivasi ini juga dapat membantu mereka untuk meraih cita-citanya dengan meningkatkan kesuksesan.
4. Model Pembelajaran Debat
a. Pengertian Model Pembelajaran Debat
Menurut Komalasari (2010: 59-60) debat merupakan salah satu model pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa. Di dalam kelompoknya, siswa melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru. Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut.
jika siswa diharapkan mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinannya sendiri. Ini merupakan strategi yang secara aktif melibatkan setiap siswa di dalam kelas bukan hanya para pelaku debatnya saja.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Debat
Menurut Hamzah, (2011: 85) langkah-langkah pada model pembelajaran Debat yaitu:
1) Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan satu lainnya kontra.
2) Guru memberikan tugas untuk membacakan materi yang akan didebatkan oleh kelompok di atas.
3) Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara dan ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan jawabannya.
4) Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis sampai sejumlah ide-ide yang diharapkan guru terpenuhi.
5) Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap. 6) Dari data-data papan tersebut, guru mengajak siswa membuat
Savage, (1996: 211) to get the activity started, select a controversial issue that will serve as a focus. Make sure that
adequate background materials are available for time members,
berdasarkan pernyataan di samping bahwa untuk memulai aktivitas, pilihlah isu yang dapat menciptakan kefokusan. Pastikan bahan-bahan materi latarbelakang cukup untuk setiap anggota.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Debat
James, (1991: 45) debat have several benefits for student, forcing students to deal with their own biases. Enhancing students skill in research, promoting logical thinking, increasing skill oral communication, and motivating students.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran debat mempunyai beberapa kelebihan untuk siswa, yaitu:
1) Memaksa siswa untuk melawan dugaan-dugaan mereka.
2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam meneliti pemikiran logika.
3) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara verbal dan dapat memotivasi siswa.
Selain kelebihan yang dijelaskan di atas, terdapat pula kekurangan-kekurangan pada model pembelajaran debat, yaitu: 1) Siswa cenderung malu untuk mengeluarkan pendapatnya.
3) Perdebatan yang dibicarakan biasanya menyimpang dari materi perdebatan.
4) Membutuhkan banyak waktu untuk memperoleh suatu keputusan
5. Pendidikan Kewarganegaraan di SD a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam KTSP, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan siswa akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.
Menurut Jarolimeck (1981: 5), ”Citizenship education is take place and through the indoctrination of such values as freedom, human, dignity, responsibility, independence, individualism, democracy, respect for other, love country, and so on”.
Dari penjelasan di atas yang dijelaskan oleh Jarolimeck bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang dilakukan melalui pembelajaran formal seperti sejarah, pemerintah (kewarganegaraan), martabat manusia, tanggung jawab, kemandirian, individualism, demokrasi, menghormati orang lain, cinta tanah air dan sebagainya.
bidang yang lebih banyak berkaitan dengan pembahasan didalam kehidupan bermasyarakat.
b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam KTSP tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah:
1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif menanggapi isu kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara aktif dan tanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kemasyarakatan, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
6. Materi Mematuhi Keputusan Bersama
a. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu mengenai materi Mematuhi Keputusan Bersama yang akan diajarkan di kelas V semester II di SD Negeri Mertasinga 04 Cilacap, pada Standar Kompetensi Menghargai Keputusan bersama, serta dengan Kompetensi Dasar Mematuhi Keputusan Bersama.
1) Menerima hasil keputusan bersama
2) Mengetahui cara pengambilan keputusan bersama 3) Melaksanakan hasil keputusan bersama
4) Hambatan-hambatan dalam mematuhi hasil keputusan bersama Pada penjelasan di atas maka peneliti berencana untuk menjelaskan materi pokok, yakni:
Siklus pertama
pertemuan pertama : Menerima hasil keputusan bersama.
pertemuan kedua : Mengetahui cara pengambilan keputusan bersama
Siklus kedua
pertemuan pertama : Melaksanakan hasil keputusan bersama pertemuan kedua : Hambatan-hambatan dalam mematuhi hasil
keputusan bersama. b. Materi Keputusan Bersama
1) Bentuk Keputusan Bersama
terjadi kesepakatan. Untuk itu, dalam sebuah musyawarah, seorang pemimpin rapat harus pandai-pandai mempengaruhi peserta musyawarah supaya kesepakatan itu bisa disetujui. 2) Mematuhi keputusan Bersama
Tidak semua keputusan dalam musyawarah itu selalu sesuai dengan keinginan. Ada keputusan yang memang sesuai dengan keinginan, tetapi ada juga yang tidak sesuai. Jika keputusan itu tidak sesuai dengan keinginan, maka jangan sampai memaksakan kehendak. Apa yang sudah diputuskan harus ditaati dan dilaksanakan, tidak boleh menang sendiri harus bisa menghargai pendapat oran lain. Dalam musyawarah itu diputuskan pula hukuman bagi yang melanggar tata tertib. Begitu pula bagi orang yang selalu menjalankan tata tertib mendapat penghargaan. Keputusan yang dibuat melalui musyawarah bertujuan agar tercipta ketertiban, ketentraman, dan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Keputusan yang tidak dijalankan dengan baik akan berakibat buruk bagi diri sendiri dan orang lain.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa setelah menggunakan teknik active debate. Pada siklus I nilai kemampuan siswa tertinggi adalah 80, pada siklus II nilai tertinggi 84 dan pada siklus III nilai tertinggi adalah 92. Sedangkan pada siklus I nilai terendah sebesar 40, siklus ke II mendapatkan nilai 40 dan siklus III mendapatkan nilai 52. Sementara itu nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 60. Pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh siswa meningkat menjadi 62 dan pada siklus III, nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 72. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa teknik active debate efektif untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
C. Kerangka Berpikir
Pada materi Pendidikan Kewarganegaraan di SD Negeri Mertasinga 04 Cilacap proses pembelajarannya masih kurang efektif dan efisien. Para siswa cenderung kurang terlibat langsung untuk berpartisipasi aktif saat pembelajaran. Pada proses pembelajaran dalam menyampaikan pendapatnya siswa masih kurang mempunyai sikap demokratis dengan siswa yang lainnya. Mereka masih mementingkan dirinya sendiri dengan mempertahankan apa yang diinginkannya dan menganggap dirinya yang paling benar.
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
1. Melalui model pembelajaran Debat dapat meningkatkan sikap demokratis siswa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Keputusan Bersama di kelas V SD Negeri Mertasinga 04 Cilacap.
2. Melalui model pembelajaran Debat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Keputusan Bersama di kelas V SD Negeri Mertasinga 04 Cilacap.
Siklus 2: Guru menerapkan model pembelajaran debat dengan siswa sebagai pelaksana
Kondisi akhir: melalui penerapan model pembelajaran debat dapat meningkatkan sikap demokratis dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn
Siklus 1: Guru menerapkan model pembelajaran debat dengan bimbingan guru
Tindakan
Penerapan
pembelajaran PKn yang belum optimal Kondisi awal: Sikap