• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Santrock mengatakan bahwa, “Kreativitas ialah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa dan menghasilkan solusi yang unik atas suatu masalah” (2008: 366).

Sedangkan, Rogers (dalam Munandar, 2009: 18) menekankan bahwa sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk meng- aktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk meng-ekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme. Di samping itu, Guilford (dalam Nur’aeni, 2008: 77) mengartikan kreativitas sebagai konsep berpikir divergen, yaitu mencoba menghasilkan sejumlah ke- mungkinan jawaban untuk suatu pertanyaan atau masalah.

Munandar mengatakan bahwa kreatifitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan (2009:

20). Kreativitas adalah kemampuan mental dan berbagai jenis keterampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda, orisinal, sama sekali baru, indah, efisien, tepat sasaran dan tepat guna (Chandra, 1994: 17). Supriadi (dalam Rachmawati &

Kurniati, 2010: 13) mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada

(2)

commit to user

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan berpikir divergen untuk menciptakan gagasan-gagasan baru dan unik untuk memecahkan masalah sebagai bentuk pengoptimalan potensi yang dimiliki.

b. Ciri-Ciri Kreativitas

Ada beberapa ciri kreativitas yang dimiliki oleh individu kreatif, tidak hanya meliputi aspek kognitif, tetapi juga meliputi aspek afektif. Guilford menekankan bahwa prestasi atau perilaku kreatif sangat ditentukan oleh ciri-ciri kognitif yang disebutnya dengan aptitude dan ciri afektif yang disebutnya dengan nonaptitude (Munandar, 2009: 10).

Munandar (1992: 88 – 93) menjelaskan bahwa ciri-ciri aptitude dari kreativitas (berpikir kreatif) meliputi: (1) keterampilan berpikir lancar (kelancaran), (2) keterampilan berpikir luwes (fleksibel), (3) keterampilan berpikir orisinal (orisinalitas), (4) keterampilan memperinci (elaborasi), (5) keterampilan menilai (evaluasi). Sedangkan ciri-ciri nonaptitude yaitu: (1) rasa ingin tahu (2) bersifat imajinatif, (3) merasa tertantang oleh kemajemukan, (4) sifat berani mengambil risiko, (5) sifat menghargai.

Menurut Semiawan (2009: 135) ciri-ciri kreativitas adalah: (1) Berani mengambil resiko, (2) Memainkan peran yang positif, (3) berfikir kreatif, (4) Merumuskan dan mendefinisikan masalah, (5) Tumbuh kembang mengatasi masalah, (6) Toleransi terhadap masalah ganda (ambigutiy), (7) Menghargai sesama dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas terdiri dari dua ciri yaitu ciri kognitif dan ciri afektif yang saling berhubungan satu sama lain, saling mendukung dan akan selalu muncul secara bersamaan.

(3)

commit to user c. Aspek-Aspek Kreativitas

Munandar menyatakan bahwa kriteria penilaian kreatif berkaitan dengan kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan kerincian (2009: 50). Penjelasannya seperti dibawah ini:

1) Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.

2) Kelenturan atau Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan- pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.

3) Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.

4) Elaborasi/Kerincian (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail- detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Sejalan dengan hal tersebut Parnes (dalam Rachmawati dan Kurniati, 2010: 14 – 15) memaparkan lima perilaku kreatif individu sebagai berikut:

1) Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah.

2) Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori yang biasa.

(4)

commit to user

3) Originality (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respons yang unik atau luar biasa.

4) Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.

5) Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadao suatu situasi Sejalan dengan hal tersebut, Bloom (dalam Semiawan, 2009: 133) menyebutkan empat perilaku yang dapat memunculkan kreativitas yaitu:

1) Kelenturan berpikir (fluency), yang merupakan kemampuan untuk membangkitkan ide baru

2) Fleksibilitas, yang membangkitkan rentangan luas untuk ide baru 3) Originalitas, merupakan respons yang unik terhadap situasi

tertentu

4) Elaborasi, merupakan perluasan pemikiran tentang topik tertentu Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas terdiri dari aspek-aspek yang meliputi kelancaran berpikir, keluwesan, orisinalitas dan elaborasi.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Menurut Rogers (dalam Munandar: 2009: 37), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya: 1) Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)

Menurut Roger setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Munandar, 2009: 37). Hal ini juga didukung oleh pendapat

(5)

commit to user

Munandar yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan (2009: 37).

2) Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)

Munandar mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (2009: 38). Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers (dalam Munandar, 2009: 38) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat meng- embangkan kreativitas ditandai dengan adanya:

a) Keamanan psikologis

Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu:

(1) Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.

(2) Mengusahakan suasana yang di dalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam.

(3) Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.

b) Kebebasan psikologis

Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.

(6)

commit to user

Di samping itu, Rachmawati dan Kurniati (2010: 27) memaparkan empat hal yang mempengaruhi kreativitas, sebagai berikut:

a) Memberikan rangsangan mental baik pada aspek kognitif maupun kepribadiannya serta suasana psikologis (Psychological Atmosphere).

b) Menciptakan lingkungan kondusif yang akan memudahkan anak individu untuk mengakses apapun yang dilihat, dipegang, didengar, dan dimainkan untuk pengembangan kreativitasnya.

c) Peran serta guru dalam mengembangkan keativitas, yang berarti bahwa pada saat anak ingin menjadi kreatif, makaakan dibutuhkan pula guru yang kreatif dan mampu memberikan stimulasi yang tepat pada anak.

d) Peran serta orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa kreativitas dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong baik internal maupun eksternal. Faktor internal merupakan pendorong yang berasal dari diri individu, sedangkan faktor eksternal merupakan pendorong yang berasal dari keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan kerja, sekolah, termasuk juga bagaimana peran orang tua dan guru.

e. Manfaat Mengembangkan Kreativitas

Maslow (dalam Munandar, 1995: 27) menyatakan bahwa di samping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun wujud aktualisasi, kreativitas juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia. Sehubungan dengan itu perlu untuk diketahui maanfaat yang lain dari pengembangan kreativitas ini, yaitu:

1) Dengan kreativitas akan mendorong semangat seseorang dalam bekerja untuk mewujudkan ide-ide yang telah dipikirkan agar menjadi kenyataan.

(7)

commit to user

2) Kreativitas dapat memberikan kepuasan batin.

3) Berpikir dan berperilaku kreatif mendorong siswa akan segera keluar dari kesulitan yang dihadapi dan segera pula menanggulanginya.

4) Kreativitas mendorong siswa agar tidak mudah menyerah dan tetap berjuang sampai sasarannya tercapai

5) Dengan memiliki kreativitas merupakan sarana untuk mengembangkan kepribadian yang dinamis.

6) Dengan kreativitas dapat memotivasi perbaikan kualitas hidup (Suryadi, 2006: 98).

Di samping itu, kreativitas perlu dipupuk sejak dini, disebabkan beberapa faktor di bawah ini:

1) Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia sebagaimana kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya.

2) Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan. Di Sekolah Dasar yang terutama dilatihkan adalah penerimaan, pengetahuan, ingatan dan penalaran.

3) Orang kreatif tidak hanya sebatas bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan, tetapi faktor kepuasaan batin yang amat berperan, bahkan lebih dari keuntungan material semata-mata.

4) Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan sumbangan kreatif berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, maupun teknologi baru meningkatkan kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan Negara ( Rachmawati dan Kurniati, 2005: 40).

(8)

commit to user

Berdasarkan uraian di atas, kreativitas merupakan tuntutan pendidikan dan kehidupan pada saat ini dan saat yang akan datang.

Kreativitas akan menghasilkan inovasi dan perkembangan baru.

Individu yang kreatif akan selalu dibutuhkan lingkungannya, individu yang kreatif akan mampu bertahan dalam keadaan yang terampil dan dinamis.

2. Bimbingan Kelompok dengan Teknik Brainstorming a. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok. Gazda (dalam Prayitno dan Amti, 2004: 309) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Di samping itu, Novriyeni (dalam Prayitno, 1995: 178) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok dapat pula diberikan pengertian suatu pembicaraan bersama yang memiliki manfaat bagi masing-masing anggota kelompok dengan menumbuhkan dinamika kelompok untuk saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, saling memberikan saran dan mengambil keputusan bersama dari topik yang dibicarakan.

Sedangkan, Rusmana (dalam Nurnaningsih, 2011: 271) memaparkan bahwa bimbingan kelompok dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi.

Berdasarkan pendapat para ahli tesebut maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan bimbingan dalam suasana kelompok sebagai suatu bentuk pemberian bantuan kepada siswa agar siswa mampu mengoptimalkan ke-

(9)

commit to user

terampilan atau potensi yang dikembangkan dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan.

b. Pengertian Brainstorming

Thompson dan Poppen (dalam Winkel dan Hastuti, 2007: 585) mengemukakan bentuk-bentuk bimbingan kelompok antara lain diskusi dalam kelas, brainstorming, melakukan permainan, deskripsi diri, dan role playing. Kegiatan brainstorming pertama kali dikembangkan oleh Alex Osborn pada tahun 1963 di New York.

Brainstorming dapat juga diartikan sebagai suatu teknik konferensi di mana tiap-tiap kelompok berusaha mencari suatu solusi pada suatu permasalahan yang spesifik melalui pemunculan ide-ide secara spontan oleh masing-masing anggota kelompok. Brainstorming merupakan metode yang paling terkenal dan efektif untuk memunculkan berbagai ide tentang suatu masalah dalam waktu yang terbatas melalui peran serta para partisipan secara spontan (Harianti dan Margaretha, 2014: 177).

Moedjiono (dalam Subana dan Sunarti, 2009: 105) mengungkapkan bahwa sumbang saran (brainstorming) yang sering pula disebut inventarisasi (pengumpulan) gagasan merupakan salah satu jenis metode diskusi. Dalam teknik ini, terjadi pencurahan gagasan secara spontan yang berhubungan dengan bidang minat atau kebutuhan kelompok untuk mencapai suatu keputusan. Sejalan dengan hal tersebut, Ayan mengemukakan bahwa brainstorming atau curah gagasan berarti suatu proses menggabungkan dua orang atau lebih untuk menghasilkan ide atau memecahkan masalah secara serentak (2002: 226). Sedangkan Winardi mengatakan, “Brainstroming adalah aktivitas dimana dalam waktu singkat dihasilkan sebanyak mungkin ide” (1991: 140).

(10)

commit to user

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa brainstorming adalah suatu teknik kreatif dalam suasana diskusi untuk mengemukakan ide atau gagasan sebebas- bebasnya. Dalam brainstorming seseorang dapat mengkombinasikan ide-ide sendiri dengan ide orang lain untuk memunculkan ide baru atau pun menggunakan ide orang lain untuk merangsang munculnya ide.

c. Aturan Dasar Brainstorming

Osborn (dalam Munandar, 2009: 196) menentukan empat aturan dasar dalam kegiatan brainstorming, yaitu:

1) Tidak memberikan kritik

Asas pertama dari berpikir divergen adalah meniadakan sensor untuk kala waktu tertentu. Hal ini lebih mudah dikatakan daripada dilaksanakan, karena pada umumnya individu cenderung kritis dan berhati-hati, individu diajarkan untuk selalu mempertimbangkan, selektif dan lebih menghargai kualitas daripada kuantitas. Kecenderungan untuk kritis ini menyebabkan bahwa individu lebih memperhatikan apa yang salah, apa yang lemah, apa yang keliru pada gagasan yang diberikan orang lain, daripada memperhatikan apa yang baik. Kritik yang diberikan terlalu cepat tanpa memberi kesempatan untuk mengembangkan suatu gagasan baru dapat mematikan kreativitas.

2) Kebebasan dalam memberikan gagasan (Freewheeling)

Diperlukan iklim tertentu agar individu bebas dalam mencetuskan gagasan, yaitu iklim dimana peserta merasa aman, diakui, dan dihargai. Terutama jika siswa belum biasa untuk bebas berbicara, hal ini memerlukan latihan.

(11)

commit to user

3) Memberi banyak gagasan (Penekanan pada kuantitas)

Dalam hal ini berlaku asas quantity breeds quality, dengan memberikan banyak gagasan, makin besar kemungkinan bahwa di antara sekian banyak gagasan ada beberapa yang baik dan berkualitas. Dengan menekankan kuantitas, Di samping kemungkinan memilih lebih besar, peserta brainstorming dituntut untuk lebih berusaha lebih keras dalam menyambung gagasan.

4) Gabungan dan perbaikan ide (Membonceng, hitchhiking) Dalam kegiatan brainstorming tidak jarang terjadi ketika gagasan yang diberikan seseorang menyambung pada gagasan orang lain. Ini merupakan salah satu manfaat terbesar dari teknik brainstorming bahwa peserta akan saling memacu dalam pemberian gagasan. Suasana yang menyenangkan dan mencerminkan keasikan memberikan pengalaman positif bekerjasama untuk mencapai tujuan memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian tersebut bahwa teknik brainstorming menekankan pada kuantitas ide yang disampaikan peserta, karena dari sekian banyak ide yang disampaikan akan terdapat ide yang berkualitas. Oleh sebab itu semakin banyak ide yang disampaikan, maka semakin banyak pula ide yang berkualitas. Dalam aturan dasar pelaksanaan brainstorming ini kritik dan evaluasi dianggap dapat menghambat kreativitas peserta dalam memunculkan ide.

d. Tujuan Brainstorming

Teknik ini dipelopori oleh Alex Osborn dalam buku kla- siknya, Applied Imagination: Principle and Procedures of Creative Problem-Solving, teknik ini telah menjadi popular sebagai suatu cara untuk memudahkan dan memaksimalkan pemikiran kreatif. Subana dan Sunarti mengatakan bahwa tujuan penggunaan teknik brains- torming adalah untuk menguras habis apa yang dipikirkan oleh siswa

(12)

commit to user

dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru kepadanya.

Brainstorming atau sumbang saran sesuai untuk:

1) Kelas yang berharap dapat mengenali berbagai gagasan pilihan sebelum mendapatkan landasan pemikiran untuk membuat suatu keputusan

2) Kebutuhan yang mempertimbangkan berbagai aspek dari suatu masalah sebelum hal itu dapat didefinisikan

3) Memaksimalkan partisipasi dari semua siswa dalam kelas, terutama memberikan kesempatan yang akan dikemukakan, apakah merupakan saran atau gagasan yang benar (2009: 106).

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa tujuan dari pelaksanaan brainstorming adalah untuk memunculkan ide-ide kreatif dari siswa. Ide atau gagasan yang disampaikan dapat digunakan sebagai alternatif pemecahan dari suatu masalah.

e. Tahap-Tahap Brainstorming

Brainstorming dilaksanakan dengan terstruktur dan sistematis agar kegiatannya dapat berjalan secara optimal dan efektif. Ayan (2002: 228 – 229) memaparkan tahap-tahap brainstorming sebagai berikut:

1) Tahap I. Orientasi/Pernyataan Masalah

Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai. Selain itu juga dijelaskan aturan dasar dari pelaksanaan brainstorming dan menentukan topik yang akan dibahas. Topik yang dibahas dapat ditentukan oleh kelompok atau menggunakan topik yang sudah ditentukan oleh pemimpin kegiatan. Dalam mengemukakan topik yang akan dibahas, sangat dianjurkan untuk menyampaikan hasil yang diinginkan menggunakan pernyataan yang tegas dan jelas.

Pemimpin kegiatan dapat menjelaskan materi secara singkat saja.

(13)

commit to user

Semua peserta yang hadir dapat mengajukan pertanyaan hingga peserta sepenuhnya paham situasi yang dihadapi.

2) Tahap II. Pembangkitan Ide

Tahap ini merupakan inti atau kunci dari proses brainstorming. Kelompok sebagai satu kesatuan utuh berusaha menghasilkan sebanyak mungkin ide atau gagasan. Diutamakan kuantitas daripada kualitas dalam kegiatan ini. Tidak ada ide yang tidak jelas dan tidak diperbolehkan menyampaikan kritik serta evaluasi. Setiap gagasan yang disampaikan wajib untuk dicatat.

Berikut beberapa cara untuk memperoleh ide dalam tahap ini:

a) Peluncuran bebas.

Peluncuran bebas merupakan pendekatan yang paling umum. Dalam pendekatan ini setiap peserta boleh menyebutkan ide apapun dan kapan saja. Pendekatan ini menenkankan pada kebebasan yang memanfaatkan pemikiran cepat dan semangat. Dalam hal ini, memimpin atau fasilitator mencatat setiap ide yang disampaikan dengan cepat tanpa menganggu sinergi kelompok.

b) Bergiliran

Sebagai alternatif, pedekatan ini juga dapat digunakan dalam pelaksaan brainstorming. Dalam pendekatan ini peserta secara satu per satu dipersilakan menyampaikan ide atau dapat juga tetap diam. Sesi ini terus berlanjut hingga semua orang mendapatkan giliran. Pendekatan ini lebih penuh pertimbangan dibandingan dengan pendekatan sebelumnya. Akan tetapi, keuntungannya adalah kemungkinan besar akan terjadi lebih banyak asosiasi bersama karena peserta mendengar ide orang lain dengan lebih serius, dan oleh karena itu dapat memicu asosiasi peserta sendiri.

(14)

commit to user c) Mata tertutup

Dengan pendekatan ini peserta akan cenderung berani karena tidak melihat rekannya yang lain dan tidak siaga berlebihan. Pendekatan ini dapat mengbangkitkan ide lebih banyak dan ide yang disampaikan cenderung lebih unik.

3) Tahap III. Diskusi dan Evaluasi

Dalam tahap ini kelompok terlebih dahulu mendiskusikan ide yang sudah ditulis, untuk memastikan bahwa isinya dapat dimengerti dan bagaimana ide-ide tersebut dapat membantu.

Kemudian, kelompok mengevaluasi kelebihan dan kekurangan ide-ide tersebut tanpa menyebutkan siapa yang menyampaikan ide, sehingga diperoleh gabungan ide-ide yang dapat dijadikan solusi pemecahan masalah.

4) Tahap IV. Keputusan dan Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari kegiatan brainstorming. Dalam tahap ini, kelompok memilih solusi yang dianggap paling baik dan sesuai. Terdapat kemungkinan kelompok kembali melakukan diskusi apabila terdapat beberapa ide yang sama-sama bagus.

Berdasarkan uraian di atas bahwa brainstorming terdiri dari empat tahap, yaitu tahap orientasi, tahap pembangkitan ide, tahap diskusi dan evaluasi, serta tahap keputusan dan pelaksanaan. Melalui empat tahap ini kegiatan brainstorming dapat berjalan dengan efektif dan dapat memunculkan ide-ide atau gagasan secara optimal.

f. Keunggulan Teknik Brainstorming

Subana dan Sunarti (2009: 107) mengatakan keunggulan dari teknik brainstorming sebagai berikut: (1) Mendorong siswa untuk aktif berpikir cepat dan tersusun logis, (2) Mendorong siswa untuk menyatakan pendapatnya, (2) Merangsang siswa untuk selalu siap

(15)

commit to user

berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru, (3) Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran, (4) Siswa yang aktif mendapat bantuan dari temannya atau dari guru, (5) Terjadi persaingan yang sehat, (6) Siswa merasa bebas dan gembira, (7) Suasana demokratis dan disiplin dapat ditimbulkan

Disisi lain, Moedjiono (dalam Subana dan Sunarti, 2009: 107) juga berpendapat tentang keunggulan dari teknik brainstorming sebagai berikut: (1) Merangsang semua siswa untuk turut ambil bagian, (2) Menghasilkan reaksi yang berkaitan, (3) Tidak menyita banyak waktu, (4) Dapat digunakan kelas besar maupun kecil, (5) Tidak memerlukan pemimpin diskusi yang hebat, (6) Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan

Dapat dikatakan bahwa teknik brainstorming memiliki banyak keunggulan. Diantaranya adalah mendorong siswa untuk aktif berpikir cepat dan tersusun logis dan mendorong siswa untuk menyatakan pendapatnya. Dua keunggulan tersebut tentunya dapat meningkatkan kreativitas siswa.

3. Bimbingan Kelompok dengan Teknik Brainstorming untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa

Peran bimbingan dan konseling sangat membantu meningkatkan kreativitas siswa. Salah satunya yaitu dengan memberikan layanan bimbingan kelompok. Teknik yang dapat digunakan dalam kegiatan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kreativitas siswa yaitu teknik brainstorming. Brainstorming merupakan alternatif yang tepat untuk meningkatkan kreativitas karena metode tersebut berorientasi pada kemampuan siswa untuk mengemukakan ide sebanyak mungkin dalam pemecahan suatu persolan. Dalam kegiatan tersebut menekankan kemampuan berpikir divergen dan memanfaatkan dinamika dari suasana kelompok. Konsep daripada kreativitas sendiri adalah kemampuan berpikir divergen seperti yang dikemukakan Guilford (dalam Nur’aeni, 2008: 77).

(16)

commit to user

Selain itu, mengenai brainstorming, Ayan (2002: 226-228) mengatakan bahwa curah gagasan atau brainstorming merupakan strategi ampuh yang memanfaatkan kelebihan dalam dinamika kelompok sebagai berikut:

a. Energi kolektif

Brainstorming memanfaatkan sinergi karena jumlah energi yang terkumpul dalam satu kelompok lebih besar ketimbang jumlah energi individu masing-masing. Dinamika kelompok yang timbul menyebabkan energi setiap orang membumbung tinggi.

b. Kepercayaan diri kolektif

Individu merasa tidak memiliki kemampuan atau ketrsampilan saat dihadapkan pada tugas yang sulit. Dalam seminar yang pernah diadadakan oleh Jordan E. Ayan sebelumnya, individu merasa kesulitan saat menyebutkan dua puluh nama burung dalam satu menit. Namun, ketika peserta dikelompokkan, maka muncullah kepercayaan diri yang menkjubkan. Menyebutkan dua puluh nama burung bukanlah hal sulit, dan semua individu terlibat dalam kegiatan tersebut.

c. Pemikiran divergen

Pemikiran divervegen berarti mencurahkan sejumlah besar ide tentang suatu topik. Brainstorming memperkuat pemikiran divergen karena tiap individu dalam kelompok memiliki persepsi dan sikap tersendiri. Dalam menyelesaikan suatu masalah, tiap peserta dalam suatu kelompok brainstorming dapat dipastikan memandang suatu situasi secara berbeda dan masing-masing mengajukan ide unik dan lain dari yang lain.

d. Pemikiran asosiatif bersama

Dalam sesi brainstorming, setiap pernyataan memicu peserta lain untuk memikirkan ide yang berkaitan dengan pernyataan yang dilontarkan. Dalam hal ini, tentu saja terjadi proses reaksi berantai karena peserta saling mengambil petunjuk dan memunculkan ide.

e. Penundaan penilaian

(17)

commit to user

Prasyarat dari semua upaya kegiatan brainstorming adalah ide dilontarkan untuk pertama kali, peserta tidak diperkenankan memberikan kritik dan penilaian, bahkan ide yang tidak lazim dapat diterima. Prinsip ini akan membantu kreativitas kelompok dalam dua cara: pertama, peserta cenderung mengajukan lebih banyak ide apabila tahu bahwa yang dipentingkan adalah jumlah ide, bukan mutu ide.

Kedua, apabila peserta yakin tidak ada yang akan mengkritik, maka peserta akan lebih berani dan lebih bersedia menanggung risiko.

Dalam hal ini bahkan peserta sering menghasilkan konsep baru yang lebih bagus dan mengejutkan.

Berdasarkan kelima uraian mengenai hal-hal yang dimanfaatkan brainstorming dari dinamika kelompok tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan brainstorming sangat melekat dengan suasana kelompok dan teknik ini menekankan pada pengembangan berpikir divergen.

Di dalam kegiatan brainstorming tidak diperbolehkan adanya kritik atau penangguhan evaluasi pada saat pencetusan gagasan. Kritik dianggap dapat menghambat kreativitas dan spontanitas individu saat mengutarakan gagasan. Munandar mengatakan asas dari berpikir divergen adalah meniadakan sensor untuk kala waktu tertentu. Kritik yang diberikan terlalu cepat tanpa memberi kesempatan untuk mengembangkan suatu gagasan baru dapat mematikan kreativitas (2009:196). Sejalan dengan hal tersebut Rogers mengatakan bahwa salah satu syarat untuk memupuk kreativitas konstruktif adalah dengan pendidik tidak memberikan evaluasi, atau paling tidak me- nunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang berkreasi (Munandar, 2009: 223). Di samping itu, Davis (dalam Alrubaie dan Daniel, 2014:

44) mengatakan,

“Brainstorming has great importance in the teaching process and the development of creative thinking, critical thinking and problem-solving skills among students, as it helps students to learn because there are no rules, criticism or

(18)

commit to user

evaluation to restrict the production of ideas. In addition to this, brainstorming is in a way a training process to stimulate cognitive processes for imagination and flexibility in creative thinking”.

Pendapat Davis tersebut menjelaskan bahwa brainstorming mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran dan pengembangan berpikir kreatif, berpikir kritis dan kemampuan me- mecahkan masalah. Hal tersebut disebabkan di dalam brainstorming tidak ada peraturan, kritik dan evaluasi saat menyampaikan gagasan, yang berarti siswa bebas mengungkapkan apa saja. Teknik brain- storming dapat menstimulus atau merangsang proses imajinasi dan keluwesan dalam berpikir kreatif.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam hal ini perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas layanan bimbingan kelompok dengan teknik brainstorming untuk meningkatkan kreativitas siswa.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Windi Admini (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Teknik Brainstroming untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Jatisrono”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Hasil dari penelitian tersebut adalah menunjukkan bahwa kepercayaan diri siswa mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebelum intervensi sebesar 110,70 menjadi 114,57 setelah intervensi dengan prosentase kenaikan sebesar 3,49% sehingga dapat disimpulkan bahwa teknik brainstorming efektif meningkatkan kepercayaan diri siswa. Penerapan teknik brainstorming mampu meningkatkan kedua aspek pada kepercayaan diri yaitu aspek keyakinan diri dan bersikap positif

(19)

commit to user

dengan prosentase kenaikan sebesar 3,95% pada aspek pertama dan 2,85% pada aspek kedua.

2. Asni Harianti dan Yolla Margaretha (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Kreativitas Mahasiswa dengan Menggunakan Metode Brainstorming dalam Mata Kuliah Kewirausahaan”. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kreativitas mahasiswa sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan sebesar 74 % dan kelompok kontrol 67 %.

b. Kreativitas mahasiswa setelah perlakuan pada kelompok perlakuan sebesar 80 % dan kelompok kontrol 78 %.

c. Terdapat peningkatan pengembangan kreativitas yang signifikan setelah mendapatkan model pembelajaran brainstorming.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran bahwa siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Kemudian siswa yang memiliki kreativitas rendah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik brainstorming maka diharapkan kreativitas siswa akan meningkat.

Pemberian layanan bimbingan kelompok mengenai peningkatan kreativitas harus dilaksanakan di sekolah sebagai suatu teknik untuk meningkatkan kreativitas siswa. Pelaksanaan pemberian layanan bimbingan kelompok mengenai peningkatan kreativitas sebaiknya dilakukan secara sederhana, menarik dan menyenangkan. Kegiatan ini tentunya juga melibatkan siswa dan mampu menstimuli siswa memunculkan ide-ide kreatif yang dimilikinya. Maka dari itu diperlukan suatu teknik yang dapat memenuhi kriteria tersebut. Layanan yang

(20)

commit to user

Maka, kreativitas siswa dapat ditingkatkan.

dimaksud adalah bimnbingan kelompok dengan teknik brainstorming.

Selanjutnya kerangka berpikir digambarkan sebagai berikut:

Siswa dengan kreativitas yang rendah menunjukkan gejala-gejala seperti:

1. kurang percaya diri dalam menyampaikan gagasan 2. tidak berani bertanya dan

menyampaikan pendapat

3. bergantung dengan pemikiran orang lain

4. kesulitan dalam membuat alternatif lain dalam memecahkan masalah.

Kreativitas siswa tinggi dan rendah Kreativitas siswa dipengaruhi

oleh dorongan dari dalam diri sendiri dan dorongan dari lingkungan

Siswa menyampaikan

ide kreatif melalui bimbingan

kelompok dengan teknikbrainstorming dengan aturan dasar:

1. Tidak memberikan kritik 2. Kebebasan dalam memberikan

gagasan (Freewheeling) 3. Memberi banyak gagasan

(Penekanan pada kuantitas) 4. Gabungan dan perbaikan ide

(Membonceng, hitchhiking)

Siswa terdorong untuk menyampaikan ide atau gagasan yang orisisnil dan unik, berani dan percaya diri. Siswa juga terdorong untuk aktif dalam kegiatan bimbingan.

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

(21)

commit to user D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas suatu permasalahan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Bimbingan kelompok dengan teknik brainstorming efektif untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas VIII SMPN N 1 Wonogiri tahun ajaran 2015/2016”.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penetapan biaya pendidikan yang dibebankan ke mahasiswa, Politeknik Indonusa Surakarta belum dapat menetapkan Uang Kuliah Tunggal (UKT), sehingga mahasiswa

Autor smatra kako proces europske integracije ne možemo promatrati izolirano od strateškog američkog projekta uspostave novog međunarodnog gospodarskog i političkog poretka

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan geser pelekatan resin komposit packable dengan intermediate layer resin komposit flowable menggunakan

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Menurt Solomon dan Rothblum (Rachmahana, 2001, h.135) individu yang kurang asertif tidak mau mencari bantuan ( seeking for help) kepada orang lain untuk membantu

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Penerapan model

As Danny walked quickly away, Hannah could hear Alan and Fred giggling their gleeful, high- pitched giggles.. Free ice-cream, she

Kondisi ini menunjukkan bahwa naik turunnya pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap hutang yang dimiliki oleh perusahaan dikarenakan perusahaan dengan