• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Kajian Teori 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakekat IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Kelas IV SDN Dadirejo 02 Semester II Tahun Ajaran 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "2.1 Kajian Teori 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakekat IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Kelas IV SDN Dadirejo 02 Semester II Tahun Ajaran 2016/2017"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan membahas tentang kajian teori yang terdiri dari Hakekat IPA,

Pembelajaran IPA, Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar,Pembelajaran IPA

di Sekolah Dasar; Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) terdiri dari

Pengertian NHT, Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Numbered

Heads Together (NHT), Sintakmatik atau Langkah-langkah Pembelajaran NHT;

Hasil Belajar yang terdiri dari Pengertian Hasil Belajar, Faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar, Penilaian hasil belajar; Kajian Hasil Penelitian yang

Relevan, Kerangka Berpikir, Hipotesis Tindakan secara lebih rinci akan dijelaskan

sebagai berikut:

2.1 Kajian Teori 2.1.1 IPA

2.1.1.1Hakekat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu

Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘scince’ (Trianto, 2010: 136). Kata „science‟ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin

‘scientia’ yang berarti tahu. Menurut Jujun Suriasumantri (dalam Trianto, 2010: 136) dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas

dan bertentangan dengan etimologi.

IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan

bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera

maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu dalam

menjelaskan hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau

ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda

(2)

Menurut Wahyana (dalam Trianto, 2010:136) mengatakan bahwa IPA

adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam

penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya

tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode

ilmiah dan sikap ilmiah.

Permendiknas (No. 22 tahun 2006) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta

didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah.

Berdasarkan definisi IPA menurut para ahli tersebut, maka yang dimaksud

dengan IPA dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi

dan isinya baik makhluk hidup maupun benda mati.

2.1.1.2Pembelajaran IPA

Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam (Thobroni, 2015:16), pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang mempunyai arti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diikuti, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara

yang menjadikan makhluk hidup belajar.

Menurut Hamalik pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian

pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa

(Oemar Hamalik, 2008: 25).

Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran

merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa

belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran tahunan,

(3)

perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya

(Hisyam Zaini, 2004: 4).

Berdasar beberapa pendapat diatas maka disimpulkan pembelajaran adalah

suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat

siswa belajar, pembelajaran juga merupakan persiapan di masa depan dan sekolah

mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang. Ilmu

Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar

siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorgan isasi tentang

alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah

antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.

Dalam kegiatan ini, guru menempati posisi kunci dalam menciptakan

suasana belajar mengajar yang kondusif dan menyenangkan agar tercapai tujuan

kegiatan belajar mengajar secara optimal. Dalam pembelajaran ini guru bertugas

sebagai fasilitator, bukan sebagai sumber belajar peserta didik. Belajar dan .

adalah kedua aspek yang akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu

kegiatan pada saat terjadi interaksi antara peserta didik dengan guru, antara

peserta didik dengan peserta didik, dan antara siswa dengan lingkungan di saat

pembelajaran sedang berlangsung.

2.1.1.3 Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, ada tujuh tujuan mata

pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), yaitu:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuandan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi

dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

(4)

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Di sekolah dasar pendidikan IPA juga merupakan salah satu program

pembelajaran yang bertujuan untuk menanamkan dan mengembangkan

pengetahuan, keterampilan sikap, dan nilai ilmiah kepada siswa serta rasa

mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Sehubungan dengan itu Abruscato, (Khaerudin dan Soedjono 2005:15) mengemukakan bahwa ”tujuan pembelajaran IPA diajarkan dikelas adalah(1) mengembangkan kognitif siswa, (2)

mengembangkan afektif siswa, (3) mengembangkan psikomotorik siswa, (4) mengembangkan kreatifitas siswa, serta (5) melatih siswa berpikir kritis”. Selain itu juga dalam kurikulum 2007 (BSNP 2007:140) dikemukakan bahwa tujuan

pembelajaran IPA untuk tingkat sekolah dasar adalah:(1) Memperoleh keyakinan

pada kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan

keteraturan alam ciptaanya, (2) mengembangkan pengetahuan konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (3)

mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antar IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan

kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, (6) menjaga dan melestarikan

lingkungan alam dan segala keteraturanya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7)

memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagi dasar untuk

melanjutkan pendidikan.

Tujuan Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan

agar siswa: 1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap

sains, teknologi dan masyarakat. 2) Mengembangkan keterampilan proses untuk

(5)

Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4)

Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan

sehari-hari. 5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke

bidang pengajaran lain. 6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam

semesta ini untuk dipelajari (Sri Sulistiyorini, 2007: 40).

Dari penjelasan di atas tampak bahwa pendidikan IPA di sekolah dasar

sangatlah penting, olehnya itu seorang guru perlu merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran IPA dengan efektif dan efisien, agar tujuan

pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai, dengan menerapkan berbagai

strategi, metode dan pendekatan mengajar yang sesuai dengan karakteristik dan

perkembangan siswa.

2.1.1.4 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Menurut Powler (dalam Samatowa, 2010: 3) yang menyatakan bahwa

IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang

sistematis, tersusun secara teratur, berlaku umum berupa kumpulan dari hasil

observasi dan eksperimen. Sistematis artinya pengetahuan itu tersusun dalam

suatu sistem, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan

sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku

umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku oleh seseorang atau beberapa

orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama

atau konsisten. Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar

secara ilmiah.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan

penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting.

Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

(6)

ilmiah. IPA untuk anak SD didefinisikan oleh Paolo & Marten (Srini M.Iskandar,

1997: 15), yaitu:

1. Mengamati apa yang terjadi.

2. Mencoba memahami apa yang diamati.

3. Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi.

4. Menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah

ramalan itu benar.

Setiap guru harus memahami kegunaan dan alasan mengapa pelajaran

IPA penting untuk diajarkan di sekolah dasar (Srini M.Iskandar, 1997: 16)

menyebutkan beberapa alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan

ke dalam suatu kurikulum sekolah,yaitu:

1. IPA berfaedah bagi suatu bangsa.

2. IPA memberikan kesempatan untuk berpikir kritis.

3. Memecahkan masalah dengan berpikir kritis, meskipun sederhana.

4. Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk

kepribadian anak secara keseluruhan.

Proses pembelajaran IPA di sekolah dasar menekankan pada pengalaman

langsung sebagai pendorong laju perkembangan kognitif anak. Siswa perlu diberi

kesempatan untuk berlatih keterampilan keterampilan proses IPA. Muhammad

(dalam Trianto, 2010: 150) menjelaskan tujuan melatihkan keterampilan proses

pada pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik keterampilanproduk,

proses, maupun keterampilan kinerjanya.

3. Menemukan dan membangun sendiri konsepsi.

4. Mengembangkan pengetahuan teori atau konsep dengan kenyataandalam

kehidupan bermasyarakat.Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi

kenyataan hidup di dalam masyarakat.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, pembelajaran IPA di SD lebih

menekankan pada keterampilan proses dan pemberian pengalaman langsung

(7)

dari melatih keterampilan proses pada pembelajaran IPA adalah dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa dalam konsep, pengertian, dan fakta yang

dipelajari.

2.1.2 Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) 2.1.2.1 Pengertian NHT

Bentuk motivasi yang bisa dilakukan dalam sebuah pembelajaran untuk

meningkatkan hasil belajar adalah dengan menumbuhkan persaingan yang sehat

baik secara individu maupun kelompok. Persaingan yang sehat dalam sebuah

pembelajaran bisa dimunculkan dengan model pembelajaran yang tepat. Salah

satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Pada dasarnya

model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah pembelajaran yang

menekankan kerjasama dalam diskusi kelompok atau pembelajaran kooperatif

untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

Menurut Hosnan (2014: 252) pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaaan akademik.

Menurut Trianto (2009: 82) Numbered Heads Together (NHT) atau

penomoran berpikir bersama adalah tipe dari pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif

terhadap struktur kelas tradisional.

Lie (2002:18) juga berpendapat bahwa model pembelajaran Numbered

Head Together (NHT) merupakan suatu sistem kerja/belajar kelompok yang

terstruktur, yakni saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual,

interaksi personal, keahlian bekerjasama dan proses kelompok di mana siswa

menghabiskan sebagian besar waktunya dikelas dengan bekerjasama antara 4-5

orang dalam satu kelompok.

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah pembelajaran NHT

(8)

mempengaruhi pola interaksi siswa agar lebih banyak siswa dalam menelaah

materi yang tercakup dalam suatu pelajaran.

Tujuan dibentuknya kelompok NHT adalah untuk memberikan

kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir

dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Pembelajaran Numbered Heads Together

(NHT) menekankan siswa untuk saling bekerja sama dalam kelompok sehingga

masing-masing anggota kelompok paham dengan hasil kerja kelompoknya dan

bertanggung jawab terhadap hasil kerja tersebut, sehingga dengan sendirinya

siswa merasa dirinya harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dengan

demikian siswa akan merasa termotivasi untuk belajar sehingga aktivitas belajar

dapat meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa

(Rahmi, 2008: 85).

2.1.2.2 Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).

Menurut Ahmad Zuhdi (2010: 65) NHT mempunyai beberapa kelemahan yaitu:

1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).

Menurut Ahmad Zuhdi (2010: 65) NHT mempunyai beberapa kelebihan yaitu:

1. Setiap siswa menjadi siap semua.

2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat

mengajari siswa yang kurang pandai.

2.1.2.3 Sintakmatik atau Langkah-langkah Pembelajaran NHT

Langkah-langkah pembelajaran NHT seperti dikembangkan oleh Ibrahim

(2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :

1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan

membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai

(9)

2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam

kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama

di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor

sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan

jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan

percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan

kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes

awal sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku

paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau

masalah yang diberikan oleh guru.

4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa

sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir

bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui

jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah

diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik

sampai yang bersifat umum.

5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap

kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban

kepada siswa di kelas.

6. Memberi kesimpulan.

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan

(10)

Tabel 1

Sintak Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Fase 1

(11)

Tabel 2

Pemetaan Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

No Fase NHT Kegiatan Pembelajaran

Pendahulua n

(12)

Tabel 3

Implementasi pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

Sintak Langkah

Pendahuluan Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru memotivasi siswa dan menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh dalam proses pembelajaran (dengan model pembelajaran NHT). Guru menyampaikan materi yang akan dipelajarai tentang” sumber daya alam dengan lingkungan”. dari yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi digabungkan. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.

Langkah Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Eksplorasi Guru membagikan materi tentang sumber daya alam.

Langkah

Diskusi Masalah

Elaborasi Siswa dalam kelompoknya berdiskusi dan bertanya jawab dalam kelompoknya. Guru

membimbing setiap kelompok dalam

diskusi yang mengalami kesulitan.

(13)

Langkah Memberi kesimpulan

Penutup Guru dan siswa bersama-sama

menyimpulkan pelajaran yang sudah dipelajari. Guru memberitahukan siswa pada pertemuan selanjutnya kita akan mengerjakan soal evaluasi. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

2.1.3 Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2012:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.Anitah

berpendapat bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara

menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh (Anitah,

2008: 219). Guru harus memperhatikan secara seksama agar perilaku tersebut

dapat dicapai sepenuhnya oleh siswa. Perwujudan hasil belajar akan selalu

berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran sehingga diperlukan adanya

teknik dan prosedur evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif proses dan

hasil belajar.

Menurut Susanto (2013: 5) hasil belajar yaitu perubahan yang terjadi pada

diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai

hasil dari kegiatan belajar.Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara menyeluruh

pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

sebagai hasil dari kegiatan belajar.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Wasliman dalam Susanto (2013:12-13) berpendapat bahwa hasil belajar

yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor

yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Secara rinci,

uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1. Faktor internal; Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian,

motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan

(14)

2. Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar peserta didik yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Senada dengan pendapat Wasliman, Ruseffendi mengidentifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar kedalam sepuluh macam, yaitu

kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model

penyajian materi, pribadi dan sikap guru, dan kondisi masyarakat (Susanto

2013:15-18).

2.1.3.3 Penilaian Hasil Belajar

Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemajuan dan

hasil belajar dalam ketuntasan penguasaan kompetensi. Penilaian dilakukan dalam

bentuk ulangan harian dan penugasan untuk mengetahui kemajuan hasil belajar di

kelas. Penilaian kelas sebagai bagian integral dari kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru. Dalam pelaksanaan penilaian kelas guru berwenang untuk

menentukan kriteria keberhasilan, cara dan jenis penilaian. Penilaian hasil belajar

siswa harus mencakup tiga aspek kemampuan yaitupengetahuan, ketrampilan dan

sikap dimana penilaian yang dilakukan merupakan proses sistematis yang

mengandung pengumpulan informasi, menganalisis dan menginterpretasikan

informasi tersebut untuk membuat keputusan-keputusan.

Prosedur penilaian hasil belajar dalam penelitian ini adalah;

1. memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dalam silabus,

2. mengembangkan indikator sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai,

3. membuat kisi-kisi soal,

4. melaksanakan tes,

5. mengolah hasil tes untuk mengetahui ketercapaian kompetensi dan

keberhasilan dalam proses pembelajaran.

2.1.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Maimunah 2012 dengan judul “Upaya Peningkatan hasil belajar

Trias Jati Probo Hutomo (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya

(15)

Together Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Jetis Kemangkon Purbalingga”I

Kesimpulan yang didapat adalah melalui penelitian pembelajaran NHT dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Jetis, Kemangkon,

Purbalingga.

Laporan penelitian yang dilakukan oleh Yuni Winarti (2012) yang

berjudul “Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together) untuk

Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri

Banyumudal 02, Kabupaten Wonosobo, Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan keaktifan dan

hasil belajar siswa mata pelajaran IPA kelas V semester 2 SDN Banyumudal 02,

tahun pelajaran 2011/2012.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Numbered Heads Together

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.1.5 Kerangka berfikir

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan di atas, peneliti akan

menyusun kerangka berfikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian.

Kerangka berfikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian,

yaitu Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) Kelas IV SD Negeri Dadirejo 02.

Hakikat belajar IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan

sikap ilmiah. Dalam proses belajar mengajar IPA, yang lebih ditekankan yaitu

pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapatmenemukan fakta-fakta,

membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang

akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Salah satu tujuan

melatihkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA adalah untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mewujudkannya, guru perlu melakukan

pembelajaran yang menarik dan dapat melibatkan siswa secara aktif.

Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dilaksanakan dalam

beberapa siklus, sampai mencapai keberhasilan belajar yaitu peningkatan hasil

(16)

meningkatkan hasil belajar, penerapan Pembelajaran Numbered Heads Together

(NHT) dapat membentuk karakter siswa seperti tanggung jawab, teliti, toleransi,

kerja sama, berani berbicara. Untuk lebih jelasnya peneliti menggambarkan

(17)

Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Gambar 1 Kerangka Berfikir a

Diterapkan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered HeadsTogether) dalam pembelajaran IPA

Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan kondisi awal agar mencapai kondisi akhir yang di inginkan, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang direncanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered HeadsTogether):

1. Persiapan materi dan penerapan siswa dalamkelompok.

2. Penyajian materipelajaran

3. Kegiatan kelompok baik diskusi maupun melakukanpercobaan

4. Membagikan nomor pada tiapsiswa

5. Evaluasi

(18)

2.1.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka

berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam

penelitian ini adalah

1. Penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar

IPA melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Persiapan.

b. Pembentukan kelompok.

c. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan.

d. Diskusi masalah.

e. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.

f. Memberi kesimpulan.

2. Diduga dengan pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA

Gambar

Sintak Pembelajaran Tabel 1 Numbered Heads Together (NHT)
Tabel 2
Tabel 3
Gambar 1 Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian tentang “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi

Metode penelitian merupakan serangkaian aktifitas yang memberikan gambaran mengenai langkah-langkah dalam melakukan penelitian tertentu. Metodekpenelitiannyangidigunakan oleh

5ada bayi dan anak usia dibaah  atau 6 tahun, jenis pernapasan adalah pernapasan diagragma atau pernapasan abdomen.3olume oksigen yang di ekspirasi oleh bayi dan anak 4

macam cara lainya. Pada prakteknya dua metode pertama adalah yang terpenting, metode.. gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen

Apakah kepercayaan, citra toko, risiko yang dipersepsikan, dan pengalaman belanja online secara simultan berpengaruh signifikan terhadap niat beli konsumen Zalora

Simpan larutan ditempat yang gelap selama 20 menit Endapan lalu disaring dan dicuci dengan 10 mL HNO3 0,05 N kemudian di cek dengan mengunakan HCl untuk mengetahui

Antipsikotik konvensional juga disebut dengan tipikal antipsikotik. Neuroleptik yang termasuk golongan ini yaitu chlorpramazin, haloperidol, loxapine, dan

Concept Selection adalah suatu metode untuk memutuskan konsep mana yang akan terus dikembangkan hingga akhirnya menjadi produk jadi dari beberapa konsep yang telah