7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan membahas tentang kajian teori yang terdiri dari Hakekat IPA,
Pembelajaran IPA, Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar,Pembelajaran IPA
di Sekolah Dasar; Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) terdiri dari
Pengertian NHT, Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT), Sintakmatik atau Langkah-langkah Pembelajaran NHT;
Hasil Belajar yang terdiri dari Pengertian Hasil Belajar, Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, Penilaian hasil belajar; Kajian Hasil Penelitian yang
Relevan, Kerangka Berpikir, Hipotesis Tindakan secara lebih rinci akan dijelaskan
sebagai berikut:
2.1 Kajian Teori 2.1.1 IPA
2.1.1.1Hakekat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu
Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘scince’ (Trianto, 2010: 136). Kata „science‟ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin
‘scientia’ yang berarti tahu. Menurut Jujun Suriasumantri (dalam Trianto, 2010: 136) dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang
berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas
dan bertentangan dengan etimologi.
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan
bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera
maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu dalam
menjelaskan hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau
ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda
Menurut Wahyana (dalam Trianto, 2010:136) mengatakan bahwa IPA
adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya
tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode
ilmiah dan sikap ilmiah.
Permendiknas (No. 22 tahun 2006) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.
Berdasarkan definisi IPA menurut para ahli tersebut, maka yang dimaksud
dengan IPA dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi
dan isinya baik makhluk hidup maupun benda mati.
2.1.1.2Pembelajaran IPA
Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam (Thobroni, 2015:16), pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang mempunyai arti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diikuti, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara
yang menjadikan makhluk hidup belajar.
Menurut Hamalik pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian
pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa
(Oemar Hamalik, 2008: 25).
Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran
merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa
belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran tahunan,
perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya
(Hisyam Zaini, 2004: 4).
Berdasar beberapa pendapat diatas maka disimpulkan pembelajaran adalah
suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat
siswa belajar, pembelajaran juga merupakan persiapan di masa depan dan sekolah
mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang. Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar
siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorgan isasi tentang
alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah
antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.
Dalam kegiatan ini, guru menempati posisi kunci dalam menciptakan
suasana belajar mengajar yang kondusif dan menyenangkan agar tercapai tujuan
kegiatan belajar mengajar secara optimal. Dalam pembelajaran ini guru bertugas
sebagai fasilitator, bukan sebagai sumber belajar peserta didik. Belajar dan .
adalah kedua aspek yang akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu
kegiatan pada saat terjadi interaksi antara peserta didik dengan guru, antara
peserta didik dengan peserta didik, dan antara siswa dengan lingkungan di saat
pembelajaran sedang berlangsung.
2.1.1.3 Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, ada tujuh tujuan mata
pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), yaitu:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuandan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi
dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Di sekolah dasar pendidikan IPA juga merupakan salah satu program
pembelajaran yang bertujuan untuk menanamkan dan mengembangkan
pengetahuan, keterampilan sikap, dan nilai ilmiah kepada siswa serta rasa
mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Sehubungan dengan itu Abruscato, (Khaerudin dan Soedjono 2005:15) mengemukakan bahwa ”tujuan pembelajaran IPA diajarkan dikelas adalah(1) mengembangkan kognitif siswa, (2)
mengembangkan afektif siswa, (3) mengembangkan psikomotorik siswa, (4) mengembangkan kreatifitas siswa, serta (5) melatih siswa berpikir kritis”. Selain itu juga dalam kurikulum 2007 (BSNP 2007:140) dikemukakan bahwa tujuan
pembelajaran IPA untuk tingkat sekolah dasar adalah:(1) Memperoleh keyakinan
pada kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan alam ciptaanya, (2) mengembangkan pengetahuan konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (3)
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antar IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, (6) menjaga dan melestarikan
lingkungan alam dan segala keteraturanya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7)
memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagi dasar untuk
melanjutkan pendidikan.
Tujuan Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan
agar siswa: 1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap
sains, teknologi dan masyarakat. 2) Mengembangkan keterampilan proses untuk
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4)
Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan
sehari-hari. 5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke
bidang pengajaran lain. 6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam
semesta ini untuk dipelajari (Sri Sulistiyorini, 2007: 40).
Dari penjelasan di atas tampak bahwa pendidikan IPA di sekolah dasar
sangatlah penting, olehnya itu seorang guru perlu merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran IPA dengan efektif dan efisien, agar tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai, dengan menerapkan berbagai
strategi, metode dan pendekatan mengajar yang sesuai dengan karakteristik dan
perkembangan siswa.
2.1.1.4 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Menurut Powler (dalam Samatowa, 2010: 3) yang menyatakan bahwa
IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang
sistematis, tersusun secara teratur, berlaku umum berupa kumpulan dari hasil
observasi dan eksperimen. Sistematis artinya pengetahuan itu tersusun dalam
suatu sistem, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan
sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku
umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku oleh seseorang atau beberapa
orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama
atau konsisten. Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan
penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
ilmiah. IPA untuk anak SD didefinisikan oleh Paolo & Marten (Srini M.Iskandar,
1997: 15), yaitu:
1. Mengamati apa yang terjadi.
2. Mencoba memahami apa yang diamati.
3. Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi.
4. Menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah
ramalan itu benar.
Setiap guru harus memahami kegunaan dan alasan mengapa pelajaran
IPA penting untuk diajarkan di sekolah dasar (Srini M.Iskandar, 1997: 16)
menyebutkan beberapa alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan
ke dalam suatu kurikulum sekolah,yaitu:
1. IPA berfaedah bagi suatu bangsa.
2. IPA memberikan kesempatan untuk berpikir kritis.
3. Memecahkan masalah dengan berpikir kritis, meskipun sederhana.
4. Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk
kepribadian anak secara keseluruhan.
Proses pembelajaran IPA di sekolah dasar menekankan pada pengalaman
langsung sebagai pendorong laju perkembangan kognitif anak. Siswa perlu diberi
kesempatan untuk berlatih keterampilan keterampilan proses IPA. Muhammad
(dalam Trianto, 2010: 150) menjelaskan tujuan melatihkan keterampilan proses
pada pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
2. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik keterampilanproduk,
proses, maupun keterampilan kinerjanya.
3. Menemukan dan membangun sendiri konsepsi.
4. Mengembangkan pengetahuan teori atau konsep dengan kenyataandalam
kehidupan bermasyarakat.Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi
kenyataan hidup di dalam masyarakat.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, pembelajaran IPA di SD lebih
menekankan pada keterampilan proses dan pemberian pengalaman langsung
dari melatih keterampilan proses pada pembelajaran IPA adalah dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam konsep, pengertian, dan fakta yang
dipelajari.
2.1.2 Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) 2.1.2.1 Pengertian NHT
Bentuk motivasi yang bisa dilakukan dalam sebuah pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar adalah dengan menumbuhkan persaingan yang sehat
baik secara individu maupun kelompok. Persaingan yang sehat dalam sebuah
pembelajaran bisa dimunculkan dengan model pembelajaran yang tepat. Salah
satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Pada dasarnya
model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah pembelajaran yang
menekankan kerjasama dalam diskusi kelompok atau pembelajaran kooperatif
untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Menurut Hosnan (2014: 252) pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaaan akademik.
Menurut Trianto (2009: 82) Numbered Heads Together (NHT) atau
penomoran berpikir bersama adalah tipe dari pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional.
Lie (2002:18) juga berpendapat bahwa model pembelajaran Numbered
Head Together (NHT) merupakan suatu sistem kerja/belajar kelompok yang
terstruktur, yakni saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual,
interaksi personal, keahlian bekerjasama dan proses kelompok di mana siswa
menghabiskan sebagian besar waktunya dikelas dengan bekerjasama antara 4-5
orang dalam satu kelompok.
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah pembelajaran NHT
mempengaruhi pola interaksi siswa agar lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran.
Tujuan dibentuknya kelompok NHT adalah untuk memberikan
kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir
dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) menekankan siswa untuk saling bekerja sama dalam kelompok sehingga
masing-masing anggota kelompok paham dengan hasil kerja kelompoknya dan
bertanggung jawab terhadap hasil kerja tersebut, sehingga dengan sendirinya
siswa merasa dirinya harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian siswa akan merasa termotivasi untuk belajar sehingga aktivitas belajar
dapat meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa
(Rahmi, 2008: 85).
2.1.2.2 Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
Menurut Ahmad Zuhdi (2010: 65) NHT mempunyai beberapa kelemahan yaitu:
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
Menurut Ahmad Zuhdi (2010: 65) NHT mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
1. Setiap siswa menjadi siap semua.
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat
mengajari siswa yang kurang pandai.
2.1.2.3 Sintakmatik atau Langkah-langkah Pembelajaran NHT
Langkah-langkah pembelajaran NHT seperti dikembangkan oleh Ibrahim
(2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai
2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama
di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor
sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan
jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan
kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes
awal sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku
paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah yang diberikan oleh guru.
4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa
sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah
diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik
sampai yang bersifat umum.
5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban
kepada siswa di kelas.
6. Memberi kesimpulan.
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan
Tabel 1
Sintak Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Fase 1
Tabel 2
Pemetaan Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
No Fase NHT Kegiatan Pembelajaran
Pendahulua n
Tabel 3
Implementasi pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)berdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
Sintak Langkah
Pendahuluan Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru memotivasi siswa dan menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh dalam proses pembelajaran (dengan model pembelajaran NHT). Guru menyampaikan materi yang akan dipelajarai tentang” sumber daya alam dengan lingkungan”. dari yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi digabungkan. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.
Langkah Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Eksplorasi Guru membagikan materi tentang sumber daya alam.
Langkah
Diskusi Masalah
Elaborasi Siswa dalam kelompoknya berdiskusi dan bertanya jawab dalam kelompoknya. Guru
membimbing setiap kelompok dalam
diskusi yang mengalami kesulitan.
Langkah Memberi kesimpulan
Penutup Guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan pelajaran yang sudah dipelajari. Guru memberitahukan siswa pada pertemuan selanjutnya kita akan mengerjakan soal evaluasi. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
2.1.3 Hasil Belajar
2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2012:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.Anitah
berpendapat bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara
menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh (Anitah,
2008: 219). Guru harus memperhatikan secara seksama agar perilaku tersebut
dapat dicapai sepenuhnya oleh siswa. Perwujudan hasil belajar akan selalu
berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran sehingga diperlukan adanya
teknik dan prosedur evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif proses dan
hasil belajar.
Menurut Susanto (2013: 5) hasil belajar yaitu perubahan yang terjadi pada
diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai
hasil dari kegiatan belajar.Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara menyeluruh
pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar.
2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Wasliman dalam Susanto (2013:12-13) berpendapat bahwa hasil belajar
yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Secara rinci,
uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:
1. Faktor internal; Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian,
motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan
2. Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar peserta didik yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
Senada dengan pendapat Wasliman, Ruseffendi mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar kedalam sepuluh macam, yaitu
kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model
penyajian materi, pribadi dan sikap guru, dan kondisi masyarakat (Susanto
2013:15-18).
2.1.3.3 Penilaian Hasil Belajar
Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemajuan dan
hasil belajar dalam ketuntasan penguasaan kompetensi. Penilaian dilakukan dalam
bentuk ulangan harian dan penugasan untuk mengetahui kemajuan hasil belajar di
kelas. Penilaian kelas sebagai bagian integral dari kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Dalam pelaksanaan penilaian kelas guru berwenang untuk
menentukan kriteria keberhasilan, cara dan jenis penilaian. Penilaian hasil belajar
siswa harus mencakup tiga aspek kemampuan yaitupengetahuan, ketrampilan dan
sikap dimana penilaian yang dilakukan merupakan proses sistematis yang
mengandung pengumpulan informasi, menganalisis dan menginterpretasikan
informasi tersebut untuk membuat keputusan-keputusan.
Prosedur penilaian hasil belajar dalam penelitian ini adalah;
1. memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dalam silabus,
2. mengembangkan indikator sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai,
3. membuat kisi-kisi soal,
4. melaksanakan tes,
5. mengolah hasil tes untuk mengetahui ketercapaian kompetensi dan
keberhasilan dalam proses pembelajaran.
2.1.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Maimunah 2012 dengan judul “Upaya Peningkatan hasil belajar
Trias Jati Probo Hutomo (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Upaya
Together Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Jetis Kemangkon Purbalingga”I
Kesimpulan yang didapat adalah melalui penelitian pembelajaran NHT dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Jetis, Kemangkon,
Purbalingga.
Laporan penelitian yang dilakukan oleh Yuni Winarti (2012) yang
berjudul “Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together) untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri
Banyumudal 02, Kabupaten Wonosobo, Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan keaktifan dan
hasil belajar siswa mata pelajaran IPA kelas V semester 2 SDN Banyumudal 02,
tahun pelajaran 2011/2012.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Numbered Heads Together
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.1.5 Kerangka berfikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan di atas, peneliti akan
menyusun kerangka berfikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian.
Kerangka berfikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian,
yaitu Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) Kelas IV SD Negeri Dadirejo 02.
Hakikat belajar IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan
sikap ilmiah. Dalam proses belajar mengajar IPA, yang lebih ditekankan yaitu
pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapatmenemukan fakta-fakta,
membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang
akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Salah satu tujuan
melatihkan keterampilan proses pada pembelajaran IPA adalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mewujudkannya, guru perlu melakukan
pembelajaran yang menarik dan dapat melibatkan siswa secara aktif.
Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dilaksanakan dalam
beberapa siklus, sampai mencapai keberhasilan belajar yaitu peningkatan hasil
meningkatkan hasil belajar, penerapan Pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) dapat membentuk karakter siswa seperti tanggung jawab, teliti, toleransi,
kerja sama, berani berbicara. Untuk lebih jelasnya peneliti menggambarkan
Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Gambar 1 Kerangka Berfikir a
Diterapkan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered HeadsTogether) dalam pembelajaran IPA
Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan kondisi awal agar mencapai kondisi akhir yang di inginkan, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang direncanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered HeadsTogether):
1. Persiapan materi dan penerapan siswa dalamkelompok.
2. Penyajian materipelajaran
3. Kegiatan kelompok baik diskusi maupun melakukanpercobaan
4. Membagikan nomor pada tiapsiswa
5. Evaluasi
2.1.6 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka
berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam
penelitian ini adalah
1. Penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar
IPA melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Persiapan.
b. Pembentukan kelompok.
c. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan.
d. Diskusi masalah.
e. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.
f. Memberi kesimpulan.
2. Diduga dengan pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPA