• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS III SEMESTER I MI SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS III SEMESTER I MI SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN SKRIPSI"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS III

SEMESTER I MI SRUWEN

KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG

TAHUN AJARAN

/

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

SITI ASIAH ( - - )

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS III

SEMESTER I MI SRUWEN

KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG

TAHUN AJARAN

/

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

SITI ASIAH ( - - )

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

(4)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar Telp. Fax. Kode Pos. Salatiga

Website: www.iainsalatiga.ac.id Email:administrasi@iainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari: Nama : Siti Asiah

NIM : - -

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together

Siswa Kelas III Semester MI Sruwen Kec. Tengaran Kab. Semarang Tahun Ajaran /

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, September Dosen Pembimbing

(5)
(6)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Asiah

NIM : - -

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam laporan penelitian ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah

Salatiga, Agustus

Yang menyatakan

(7)

MOTTO

If you fall a thousand times, stand up millions of times, because you do not know

how close you are to succes

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Fathu Rokhim dan Ibu Siti Kamtiah

yang senantiasa memberikan do’a, dukungan dan kasih sayang yang tak

terhingga. Terimakasih Bapak… Terimakasih Ibu...

. Kedua adikku Khoirul Umam dan Noor Alvin Ni’mah yang selalu

memberikan warna dalam hidupku dengan canda tawa

. Mas Miftah yang selalu memberikan do’a dan dukungan untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

. Dosen pembimbing skripsiku Bapak Jaka Siswanta, M. Pd.

. Sahabat-sahabatku (Awalina, Avi, Ida Gendut, Dania, Nucha, Bunga, Ida

Afwa, Trio Cagur) dan teman-teman seperjuangan PGMI angkatan

. Sahabat/sahabati pengurus Dema IAIN Salatiga

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kehadirat junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya pada yaumul akhir nanti.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Adapun judul skripsi ini adalah

“PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS III SEMESTER I MI SRUWEN

KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN

AJARAN / ”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan . Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku Ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.

. Bapak Jaka Siswanta M.Pd., selaku Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, pengarahan, dengan sabar dan bijaksana sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

(9)

. Bapak Fatah Amin, M. Pd. I. selaku Kepala MI Sruwen yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah yang Beliau pimpin.

. Bapak Drs. Jaroni, selaku Guru Kelas III MI Sruwen yang telah berkenan bekerjasama dengan penulis sehingga penelitian dapat berlangsung.

. Bapak (Fathu Rokhim) dan Ibu (Siti Kamtiah) tercinta yang senantiasa

mendo’akan dan memberikan semangat untuk penulis.

. Adik-adikku tersayang Umam dan Alvin serta Mas Miftah yang selalu menjadi sumber motivasi bagipenulis.

Atas jasa mereka, penulis hanya dapat mendo’akan semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran matematika untuk pendidikan Madrasah Ibtidaiyah.

Salatiga, Agustus

(10)

ABSTRAK

Asiah, Siti. . Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together Pada Siswa Kelas III Semester I MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran / . Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Jaka Siswanta, M.Pd.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Numbered Head Together dan Hasil Belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian siswa kelas III semester I di MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran . Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas III MI Sruwen kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang berjumlah siswa, terdiri dari siswa laki-laki dan

siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam bulan mulai dari bulan Mei sampai Agustus tahun . Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari kali siklus pembelajaran yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis, wawancara, observasi, serta dokumentasi. Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus persentase.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran

Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian siswa kelas III semester I di MI Sruwen kecamatan Tengaran menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal yang diharapkan sudah tercapai yaitu ≥

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...i

LEMBAR LOGO ...ii

HALAMAN JUDUL ...iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iv

LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN ...v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

ABSTRAK ...x

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii BAB I PENDAHULUAN

(12)

F. Definisi Operasional ... . Peningkatan Hasil Belajar ... . Matematika dan Operasi Perkalian ..…... . Model Numbered Head Together (NHT)... G. Metodologi Penelitian ...

. Rancangan Penelitian ... . Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian... . Langkah-langkah Penelitian ... . Instrumen Penelitian ... . Teknik Pengumpulan Data ... . Analisis Data ... . Sistematika Penulisan ... BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar ... . Pengertian Hasil Belajar ... . Ciri-ciri Belajar ... . Prinsip-prinsip Pembelajaran………... . Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ………..……... B. Pembelajaran Matematika ……...

(13)

. Langkah Pembelajaran Matematika ………... . Problematika Pembelajaran Matematika ... . Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika kelas III

SD MI ………...………..…... . Matematika Materi Perkalian ... C. Model Pembelajaran Numbered Head Together ………...

. Pengertian Model Numbered Head Together ……... . Manfaat Pembelajaran Tipe Numbered Head Together .……..….... . Kelebihan dan Kelemahan Model Numbered Head Together….…... . Langkah-langkah Model Numbered Head Together …... BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Kondisi ………... . Data Keadaan Siswa ... . Pelaksanaan Penelitian ... B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ...

. Perencanaan Tindakan ... . Pelaksanaan Tindakan ... . Pengamatan/ Observasi ... . Refleksi ... C. Deskripsi pelaksanaan siklus II ...

(14)

. Refleksi ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... . Deskripsi Data Pra Siklus ... . Deskripsi Siklus I ... . Deskripsi Siklus II ... B. Pembahasan ...

. Siklus I ... . Siklus II ... . Rekapitulasi Ketuntasan Gabungan ... BAB V PENUTUP

(15)

DAFTAR TABEL

(16)

DAFTAR GAMBAR

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan formal yang memegang peran penting. Setiap peserta didik dituntut untuk menguasai pelajaran Matematika dengan baik, karena Matematika merupakan pelajaran yang diikut sertakan dalam ujian nasional. Matematika juga berguna dalam kehidupan sehari-hari, karena muatan dalam pelajaran Matematika berupa angka-angka, operasi hitung penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian, dan pengukuran yang biasa digunakan setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan sesungguhnya Islam pun telah mengajarkan masalah berhitung, yang tertera dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat :

Artinya: “Sesungguhnya Alloh telah menentukan jumlah mereka dan

menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”.

(19)

Belajar Matematika merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar Matematika, kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep Matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu (Susanto, ).

Pada usia siswa sekolah dasar ( - tahun hingga - tahun), menurut teori kognitif piaget termasuk pada tahap operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami Matematika yang bersifat abstrak. Karena keabstrakannya Matematika relatif tidak mudah untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya (Susanto, ).

(20)

mengerjakan soal dan menjadikan rendahnya hasil belajar peserta didik (skor) pada ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir sekolah.

Secara umum, tujuan pembelajaran Matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan Matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran Matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan Matematika. Berdasarkan tujuan pembelajaran Matematika tersebut, maka pembelajaran Matematika bukan hanya sebagai pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan saja, akan tetapi juga sebagai pembelajaran yang mengembangkan pemahaman dan keterampilan siswa menerapkan Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu agar tujuan pembelajaran Matematika dapat tercapai seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan mengkontruksinya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget dalam Susanto ( ), bahwa pengetahuan atau pemahaman siswa itu ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri.

(21)

diajarkan oleh guru, sehingga keterampilan dalam menerapkan Matematika terlihat belum sesuai yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai ulangan Matematika siswa kelas III yang diperoleh dari guru menunjukkan masih banyaknya siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu . Secara klasikal nilai ulangan siswa belum memenuhi KKM, dari siswa hanya siswa yang dapat memenuhi KKM atau sebesar , sedangkan sisanya masih berada dibawah KKM.

Selanjutnya, berdasar diskusi dengan guru Matematika di MI Sruwen

kelas III, diduga faktor yang mempengaruhi siswa mendapatkan nilai dibawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), antara lain: Siswa kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, sibuk bermain sendiri, mengobrol dengan teman yang menyebabkan siswa kurang memahami materi yang diajarkan, atau terjadi kesalahan kalkulasi dalam jawaban siswa sehingga mempengaruhi hasil akhir jawaban.

(22)

Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa, peneliti bersama Bapak Drs. Jaroni melakukan diskusi mengenai model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui diskusi yang telah dilakukan, diputuskan untuk menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together sebagai solusi tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran Matematika yang ada di MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun .

Penerapan model Numbered Head Together dalam pembelajaran Matematika materi perkalian mampu memberikan inovasi dalam pembelajaran. Model Numbered Head Together merupakan bagian model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada pemikiran berkelompok siswa dan mempengaruhi pola interaksi siswa dengan tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Model Numbered Head Together

(23)

topik yang akan dibahas. Soal-soal yang diberikan oleh guru dipecahkan bersama-sama dalam kelompok, dan siswa akan menyampaikan jawaban soal di depan kelas sesuai dengan nomor yang dimilikinya. Kemudian guru memberikan soal individu sebagai bahan evaluasi kegiatan pembelajaran untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

Penerapan model pembelajaran Numbered Head Together diharapkan siswa mampu mengikuti proses pembelajaran dengan antusias sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan sifat kritis dan analisis siswa. Materi akan lebih mudah diterima, menyenangkan dan hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Untuk menjawab problematka di atas penulis mengangkat judul

“PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS III SEMESTER I MI SRUWEN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN / ”

B. Rumusan Masalah

(24)

Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran

/ ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Model

Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi perkalian pada siswa kelas III MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun .

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK (Mulyasa,

). Adapun dalam penelitian tindakan kelas ini penulis mengambil

hipotesis tindakan yaitu “ Melalui model Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi perkalian pada siswa kelas III Semester I MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran / .”

Penerapan Model Numbered Head Together ini dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis sebagai berikut:

(25)

b. Nilai siswa kelas III memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar serta tercapainya ketuntasan klasikal yang besarnya dalam pembelajaran Matematika.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik deri segi teoritis maupun praktis yaitu:

. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar Matematika pada operasi perkalian dengan menggunakan model Numbered Head Together terhadap siswa sekolah dasar sangat bermanfaat bagi siswa.

. Manfaat Praktis a) Bagi siswa

) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika.

) Meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa dalam menerapkan model Numbered Head Together pada proses pembelajaran.

b) Bagi guru

) Guru dapat menganalisa terjadinya permasalahan-permasalahan pembelajaran dan mampu mengatasinya.

(26)

c) Bagi lembaga

) Dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

) Menciptakan kondisi dan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

d) Bagi peneliti

Dapat memberikan pengalaman kepada peneliti untuk terjun ke bidang pendidikan.

F. Definisi Operasional

Untuk memudahkan dan memperjelas pemahaman serta menghindari kekeliruan terhadap maksud yang terdapat pada judul di atas, maka perlu dijelaskan mengenai pembahasan masalah dan arti kata dalam rangkaian judul di atas.

. Peningkatan Hasil Belajar

Peningkatan merupakan suatu perubahan keaadaan menjadi lebih baik. Upaya peningkatan merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka membuat perubahan kearah yang lebih baik.

(27)

(knowledge), atau a body of knowledge. Definisi ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara konvensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi menggali dan menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan (Suyono & Hariyanto,

)

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memeperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional (Susanto, )

(28)

paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.

Indikator keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah hal-hal sebagai berikut (Djamarah & Zain, - ):

a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual dan kelompok.

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran intruksional khusus telah dicapai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok.

Menurut Depdikbud dalam Trianto ( ), penentuan keberhasilan belajar berdasarkan ketentuan KTSP ditentukan oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu: kemampuan setiap siswa berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan daya dukung setiap sekolah juga berbeda. Maka dalam penelitian ini sesuai dengan KKM sekolah tempat penelitian di MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang mata pelajaran Matematika adalah dan ketuntasan secara klasikal .

. Matematika dan Operasi Perkalian

Kata “Matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa

Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”,

juga mathematikos yang diartikan sebagai “suka belajar”. Menilik artinya

(29)

berarti kita tidak suka belajar! Kalau kita masih menganggap Matematika itu sulit, mungkin sebenarnya kita belum mengenal apa itu Matematika (Sriyanto, )

Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antara konsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan Matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi (kebenaran konsistensi). Selain itu, Matematika juga bekerja melalui penalaran induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu. Tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara deduktif, dengan argumen yang konsisten.

(30)

pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau harus berpaling kepada Matematika. Operasi perkalian adalah pengerjaan hitungan yang pada prinsipnya merupakan operasi penjumlahan secara berulang. (Heruman,

)

. Model Pembelajaran Numbered Head Together

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Mills dalam Suprijono ( ) berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.

(31)

Numbered Head Together atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap sumber struktur kelas tradisional, dan melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran (Hamdayama, ). Tujuan dari Numbered Head Together adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban mana yang paling tepat (Huda, ).

Penerapan Numbered Head Together dalam pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dan bertukar pemahaman terhadap persoalan yang diberikan. Jawaban dari soal yang telah didiskusikan bersama akan disampaikan oleh siswa yang mendapatkan nomor sesuai dengan soal di depan kelas secara bergantian dengan anggota kelompok lain.

(32)

Langkah-langkah penerapan Numbered Head Together dilakukan dengan cara sebagai berikut (Huda, - ):

a. Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari - siswa. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor sesuai dengan jumlah soal. b. Guru memberikan tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok

untuk mengerjakan.

c. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

d. Guru memanggil salah satu nomor secara acak.

e. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka.

G. Metode Penelitian . Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Basrowi & Suwandi, ).

(33)

diteliti dengan menggunakan Numbered Head Together. Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah jenis kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai pengamat. Proses belajar mengajar tetap dilakukan oleh guru dan siswa. Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan secara alami sehingga data yang diperoleh valid. Alasan peneliti mengggunakan penelitian tindakan kelas kolaboratif karena peneliti ikut berperan dalam proses pembelajaran.

Penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan MC Taggart yang lebih memfokuskan pada aspek individual dalam penelitian tindakan. Model ini dapat dikembangkan menjadi model PTK yang menggunakan dua siklus. Alur fikir dan tolak ukur kerja yang ditawarkan Kemmis dan MC Taggart ada tiga, yaitu (Yuliawati, Suprihatiningrum & Rokhimawan,

- ):

a. Perencanaan (Planning)

b. Tindakan (acting) danObservasi (Observation)

c. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap penelitian kelas peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu diperhatikan khusus untuk diamati. Adapun siklus atau tahap-tahap penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut (Yuliawati, dkk,

(34)

Gambar . Siklus Penelitian

. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun . Madrasah ini dipilih menjadi tempat penelitian karena memerlukan pengembangan Model pembelajaran yang akan meningkatkan hasil kinerja guru dan siswa. Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. b. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dari bulan Mei-Agustus

di MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Berikut tabel rincian waktu pelaksanaan penelitian berdasarkan langkah-langkah pelaksanaan.

(35)

Tabel . Waktu Pelaksanaan Penelitian

No Langkah Pelaksanaan Mei Juni Agustus

. Perencanaan . Pra Siklus . Siklus I

Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi . Siklus II

Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi . Analisa Data . Penyusunan Hasil . Pelaporan Hasil

c. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah

(36)

dan siswa perempuan. Penelitian ini dikhususkan pada mata pelajaran Matematika materi perkalian dengan menggunakan Numbered Head Together.

Tabel . Daftar subjek penelitian

NO. NAMA SISWA KET.

. Ade Ilma Nafi’a P

. Aldi Yunianto L . Ananda Riskia Dwi Putra L . Anita Suryani P . Annajih Gilang Romadhon L . Birru Hubaibi Walida P . Damaey Saraswati P . Dea Putri Febiana P . Devi Novia Sari P

. Dimas Ahmad Fauzi L

. Hani’ah P

. Haris Alfa Alhabib L

. Jaisa Izzu Azada L

. Jenar Candra Dewi P

. Karisma Khairunisa P

. Latisa Maksal Mina P

(37)

. M Jaisal Anam L

. M Najib Jauhar L

. M Riski Faabila L

. Mutiara Saskia P

. Novita Putri Lestari P

. Nurul Afifah P

. Rahadatul Aisyi P

. Raihan Nazifan L

. Raka Aditia L

. Sofia Hanani P

. Suci Nur Aini P

. Tangguh Satriaji L

. Vahmil Dlim Haf L

. Langkah-langkah Penelitian

a. Perencanaan

) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan

Numbered Head Together

) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan Numbered Head Together

(38)

) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan Numbered Head Together

) Menyiapkan instrument untuk menggali data hasil belajar siswa berupa lembar tes.

) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan Numbered Head Together

b. Pelaksanaan

Guru mengadakan proses pembelajaran menggunakan Numbered Head Together. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut (Hamdayama, ) :

) Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat sekenario, Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran Numbered Head Together.

) Membentuk kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran

Numbered Head Together. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan - orang siswa. Guru membagikan topi bernomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.

) Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok har us memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

(39)

jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

) Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

) Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

) Guru memberikan soal tes permasalahan yang sejenis sebagai bahan evaluasi.

c. Observasi dan Pengamatan

Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas merupakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengamati guru pada proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi serta tes evaluasi untuk menggali data hasil belajar siswa setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan

Numbered Head Together.

d. Analisis atau Refleksi

(40)

. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

b. Lembar tes mata pelajaran Matematika materi operasi perkalian

c. Lembar observasi untuk mengamati guru terhadap penerapan

Numbered Head Together

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mencakup beberapa aspek yang diamati diantaranya (Rusman, : - ):

Tabel . Aspek-aspek yang diamati dalam observasi

No. Aspek yang diamati

Kemampuan guru membuka pelajaran

. Memeriksa kesiapan siswa . Memberikan motivasi awal

. Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi) . Menyampaikan tujuan pembelajaran

. Memberikan acuan bahan pelajaran yang akan dipelajari

Sikap guru dalam proses pembelajaran

. Kejelasan artikulasi suara

(41)

. Menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar menggunakan Model Numbered Head Together

. Memberikan perhatian yang sama pada setiap kelompok

Penguasaan bahan belajar

. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang dibuat dalam RPP

. Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar

. Mampu memberikan variasi dalam menyampaikan bahan ajar melalui Model Numbered Head Together

Kegiatan belajar mengajar

. Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau indikator yang telah ditetapkan

. Mendemonstrasikan kegiatan belajar melalui Numbered Head Together

. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu

. Ketepatan dalam menerapkan langkah-langkah Numbered Head Together

Evaluasi Pembelajaran

. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan

. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP

(42)

. Memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan

. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran

Tindak lanjut / Follow up . Memberikan tugas kepada siswa

. Menginformasikan materi/bahan ajar yang akan dipelajari berikutnya

. Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar

d. Pedoman Dokumentasi

Dokumentasi digunakan sebagai bukti pelaksanaan penelitian yang berupa gambar atau foto yang menggunakan alat bantu berupa kamera. Foto yang diabadikan melalui dokumentasi ini berisi peristiwa yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan siswa bersama guru selama proses pembelajaran berlangsung. Foto yang diambil pada saat proses pembelajaran merupakan sumber data yang dapat memperjelas data yang lain. Aspek-aspek yang didokumentasikan adalah aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan l

Numbered Head Together.

. Teknik Pengumpulan Data

(43)

a. Tes Tertulis

Teknik ini peneliti gunakan untuk mengukur ketuntasan dan peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi operasi perkalian yang diajarkan guru. Siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan materi apabila telah mencapai nilai minimal dari target yang ditentukan. Tes ini dilakukan setelah proses pembelajaran menggunakan Numbered Head Together berlangsung.

b. Observasi

Observasi merupakan tindakan atau suatu proses pengambilan informasi, atau data melalui media pengamatan. Observasi ini dilakukan terhadap peserta didik dan guru selama pembelajaran berlangsung untuk mengetahui tingkat kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan Numbered Head Together .

c. Dokumentasi

(44)

d. Wawancara

Wawancara dilakukan setelah kegiatan berlangsung dan secara bebas, untuk mengungkap data dengan kata-kata secara lisan tentang sikap, pendapat dan wawasan subjek penelitian mengenai baik buruknya proses belajar yang telah berlangsung.

. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai tiap siklus dengan KKM yang telah ditentukan yaitu (sesuai KKM yang berlaku di MI Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang). Oleh karena itu, siswa dikatakan tuntas belajarnya atau mencapai KKM jika nilai perolehan siswa > . Sebaliknya siswa dikatakan belum tuntas belajarnya atau belum mencapai KKM jika nilai perolehan siswa < . Selanjutnya untuk menentukan akhir perbaikan melalui siklus-siklus digunakan tolak ukur Kriteria Ketuntasan Klasikal. Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya jika dalam kelas tersebut > siswa telah tuntas belajarnya (Trianto, ).

Presentase ketuntasan klasikal dapat dihitung menggunakan rumus (Daryanto, ):

(45)

H. Sistematika Penulisan

Bagian awal yang meliputi sampul, lembar berlogo, judul persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

Bab I Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. Metode penelitian mencakup rancangan penelitian, subjek penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data dan analisis data.

Bab II Kajian Pustaka mencakup: Hasil belajar, Matematika, model pembelajaran Numbered Head Together .

Bab III Metodologi Penelitian berisi tentang deskripsi pelaksanaan meliputi rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data dan refleksi. Deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II.

Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan meliputi deskripsi per siklus yang membahas mengenai data dari hasil pengamatan atau wawancara, refleksi keberhasilan dan kegagalan dan berisi pembahasan.

(46)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar

. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Gagne dalam Dahar ( ), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan dengan maksud memperolah perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arikunto, : ).

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir (Trianto, ). Menurut Crow and Crow dalam Sriyanti ( : ), belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap, termasuk penemuan baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan dan menyesuaikan dengan situasi baru. Morgan mendefisikan belajar sebagai

berikut “Learning is any relatively permanent change in behavior that is

a result of past experience”, belajar adalah perubahan perilaku yang

(47)

proses perubahan perilaku untuk memperoleh sebuah pengetahuan, kemampuan, dan sesuatu hal yang baru serta diarahkan pada suatu tujuan.

Gagne dalam Suprijono ( - ), membagi kegiatan belajar menjadi delapan yaitu:

a. Signal learning atau kegiatan belajar mengenal tanda. Tipe kegiatan belajar ini menekankan belajar sebagai usaha merespons tanda-tanda yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran.

b. Stimulus-response learning atau kegiatan belajar tindak balas. Tipe ini berhubungan dengan perilaku peserta didik yang secara sadar melakukan respons tepat terhadap stimulus yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran.

c. Chaining learning atau kegiatan belajar melalui rangkaian. Tipe ini berkaitan dengan kegiatan peserta didik menyusun hubungan antara dua stimulus atau lebih dengan berbagai respons yang berkaitan dengan stimulus tersebut.

d. Verbal association atau kegaitan belajar melalui asosiasi lisan. Tipe ini berkaitan dengan upaya peserta didik menghubungkan respons dan stimulus yang disampaikan secara lisan.

(48)

stimulus yang beragam, namun berbagai respons dan stimulus itu saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya

f. Consept learning atau kegiatan belajar konsep. Tipe ini berkaitan dengan berbagai respons dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah stimulus berupa konsep-konsep yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

g. Principle learning atau kegiatan belajar prinsip-prinsip. Tipe ini digunakan peserta didik menghubungkan beberapa prinsip yang digunakan merespons stimulus.

h. Problem solving learning atau kegiatan belajar pemecahan masalah. Tipe ini berhubungan dengan kagiatan peserta didik menghadapi persoalan dan memecahkannya sehingga pada akhirnya peserta didik memiliki kecakapan dan keterampilan baru dalam pemecahan masalah.

Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku yang diperoleh. Dalam hal ini, Gagne dan Briggs mendifinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar (Sam’s, ). Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono ( ), hasil belajar berupa:

(49)

secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. c. Model kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik yaitu melakukan dan mengarahkan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisi dan eksternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya standar perilaku.

(50)

siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Susanto, )

Menurut Bloom dalam Suprijono ( ), hasil belajar dapat mencakup beberapa kemampuan. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik. Di bawah ini beberapa domain dari ketiga kemampuan tersebut.

a. Domain Kognitif

) Knowledge (Pengetahuan), mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.

) Comprehension (Pemahaman), kemampuan mencakup menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

) Application (Penerapan), mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

) Analysis (Menguraikan), mencakup kemampuan merinci sesuatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseuruhan dapat dipahami dengan baik.

) Synthesis (Mengorganisasikan), mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

(51)

b. Domain Afektif

) Receiving (Sikap Menerima), yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.

) Responding (Memberikan Respon), yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

) Valuing (Nilai), yang menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap.

) Organization (Organisasi), yang mencakup kemampuaan membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.

) Characterization (Karakterisasi), yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola kehidupan pribadi.

c. Domain Psikomotorik

) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. ) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam

keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

(52)

) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.

) Gerakan komplek, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat.

) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.

) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri.

(53)

Indikator keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah hal-hal sebagai berikut (Djamarah & Zain, : - ):

a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu dan kelompok (indikator yang banyak digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan).

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran intruksional khusus telah dicapai oleh siswa, baik secara individu atau kelompok.

Menurut Depdikbud dalam Trianto ( ), berdasarkan ketentuan KTSP penentuan keberhasilan belajar di tentukan oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal (KKM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu: kemampuan setiap siswa berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan daya dukung setiap sekolah juga berbeda. Siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran apabila (ketuntasan individu) jika perolehan nilai tes

siswa ≥ , dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan

klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ siswa yang tuntas belajarnya.

(54)

. Ciri-ciri Belajar

Hakikat dari belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri individu, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar (Djamarah, - ):

a. Perubahan yang terjadi secara sadar

Individu yanag belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung secara terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

(55)

Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

. Prinsip-prinsip Pembelajaran

(56)

adanya usaha untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. Untuk itu, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang diperlukan agar terciptanya belajar yang kondusif dan menyenangkan. Beberapa prinsip pembelajaran tersebut dapat diuraikan secara singkat, sebagai berikut (Susanto, ):

a. Prinsip Motivasi, adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan belajar, baik dari dalam diri anak atau dari luar diri anak, sehingga anak belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

b. Prinsip latar belakang, adalah upaya guru dalam proses belajar mengajar memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan.

c. Prinsip pemusatan perhatian, adalah usaha untuk memusatkan perhatian anak dengan jalan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan lebih terarah untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.

d. Prinsip keterpaduan, merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan materi hendaknya mengaitkan suatu pokok bahasan dengan subpokok bahasan lain agar anak mendapat gambaran keterpaduan dalam proses perolehan hasil belajar.

(57)

mendorong mereka untuk mencari, memilih, dan menentukan pemecahan masalah sesuai dengan kemampuannya.

f. Prinsip menemukan, adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki anak untuk mencari, mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk fakta dan informasi. Untuk itu, proses belajar mengajar yang mengembangkan potensi anak tidak menyebabkan kebosanan.

g. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman baru. Pengalaman belajar yang diperoleh melalui bekerja tidak mudah dilupakan oleh anak. Dengan demikian, proses belajar mengajar yang memberi kesempatan kepada anak untuk bekerja, berbuat sesuatu akan memupuk kepercayaan diri, gembira, dan puas karena kemampuannya tersalurkan denngan melihat hasil kerjanya.

(58)

i. Prinsip hubungan sosial, adalah sosialisasi pada masa anak yang sedang tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Kegiatan belajar hendaknya dilakukan secara berkelompok untuk melatih anak menciptakan suasana kerja sama dan saling menghargai satu sama lainnya.

. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni (Syah, - ): a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi

jasmani dan rohani siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi Model dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving

(59)

pengaruh faktor-faktor tersebut muncul siswa-siswa yang high-achievers

(berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.

a. Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: ) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah), ) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

) Aspek fisiologis

(60)

) Aspek psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: a) Intelegensi siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini berarti, semakin tinggikemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendahnya kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

(61)

ia menjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keingintahuannya (curiosity) merasa dibendung tidak adil. Di sisi lain, siswa yang bodoh sekali akan merasa sangat payah mengukuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif.

b) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau memproses (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya sikap negatif terhadap guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi dengan kebencian dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa. c) Bakat siswa

(62)

kapasitas masing-masing. Jadi, secara global itu bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.

d) Minat siswa

Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Terlepas dari populer atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Misalnya, siswa yang menaruh minat besar terhadap Matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat, dan dapat mencapai hasil yang diinginkan.

e) Motivasi siswa

(63)

untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perkembangannya, motivasi dibagi menjadi dua macam, yaitu: ) motivasi intrinsik, ) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.

Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/ tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.

(64)

masa depan juga memberi pengaruh kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru.

b. Faktor Eksternal Siswa

Seperti halnya faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

(65)

) Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gudung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference) seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J. biggers berpendapat bahwa belajar di pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu yang lainnya. Namun menurut penelitian beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar tidak bergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa. Di antara siswa ada yang siap belajar pagi hari, ada juga yang siap belajar di sore hari, bahkan tengah malam. Perbedaan antara waktu dan kesiapan belajar inilah yang menimbulkan perbedaan study time preference antara seorang siswa dengan siswa lainnya.

c. Faktor Pendekatan Belajar

(66)

tertentu. Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut (Kastolani, ).

Metode atau Model mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa. Dengan kata lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut ini (Ahmadi & Supriyono, : - ):

) Kegiatan berlatih atau praktik

Berlatih dapat diberikan secara maraton (nonstop) atau secara terdistribusi (dengan selang waktu istirahat). Latihan yang bersifat maraton dapat melelahkan dan membosankan, sedangkan latihan yang terdistribusi menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan belajar.

) Overlearning dan Drill

Overlearning dilakukan untuk mengurangi kelupaan dalam mengingat keterampilan-keterampilan yang dipelajari tetapi dalam sementara waktu tidak dipraktekkan. Sedangkan Drill berlalu bagi kegiatan berlatih abstraksi misalnya berhitung. Baik overlearning

(67)

) Resitasi dalam belajar

Kombinasi kegiatan dalam membaca dengan resitasi sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca itu sendiri, maupun untuk menghafal bahan pelajaran.

) Pengenalan tentang hasil-hasil belajar

Dalam proses belajar, individu sering mengabaikan tentang perkembangan hasil belajar selama dalam belajarnya. Pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai, seseorang akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajarnya selanjutnya. ) Bimbingan dalam belajar

Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh guru atau orang lain cenderung membuat siswa menjadi tergantung. Bimbingan dapat diberikan dalam batasan-batasan yang diperlukan oleh individu.

) Kondisi-kondisi insentif

(68)

B. Pembelajaran Matematika . Pengertian Matematika

Kata “Matematika” berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani

yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”, juga

mathematikos yang diartikan sebagai “suka belajar”. Menilik artinya

secara harfiah, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak suka atau takut dengan Matematika. Karena kalau kita tidak suka Matematika itu berarti kita tidak suka belajar! Kalau kita masih menganggap Matematika itu sulit, mungkin sebenarnya kita belum mengenal apa itu Matematika (Sriyanto, )

Menurut Johnson dan Rising dalam Ismunamto ( ), Matematika adalah pengetahuan tentang bentuk yang terorganisasi. Sifat-sifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan, sifat-sifat atau teori-teori yang sudah dibuktikan kebenarannya. Kline menyatakan bahwa Matematika bukanlah sebuah pengetahuan yang tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri. Adanya Matematika semata-mata membantu manusia dalam memahami dan menguasai persoalan sosial, ekonomi, dan alam.

(69)

mengoperasikan aturan-aturan dari struktur dan hubungannya dengan

operasi yang telah diterapkan sebelumnya (Sam’s, ).

Menurut Dimyati dalam Susanto ( : ), pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran berarti aktivitas guru dalam merancang bahan pengajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan bermakna.

Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi Matematika. Menurut Hans Freudental dalam Susanto ( ), Matematika merupakan aktifitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas.

. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika

(70)

pengetahuan. Ketiga fungsi Matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran Matematika sekolah.

(http://p tkMatematika.org/ /peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristik-Matematika-sekolah diakses pada Juni . ).

Secara umum, tujuan pembelajaran Matematika di sekolah tingkat dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan Matematika. Selain itu juga dengan pembelajaran Matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan Matematika. Menurut Depdiknas dalam Susanto ( ), kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran Matematika di sekolah tingkat dasar sebagai berikut:

a. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.

b. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume. c. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.

d. Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antar satuan, dan penaksiran pengukuran.

e. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti ukuran tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan dan menyajikan.

(71)

Secara khusus, tujuan pembelajaran Matematika di sekolah tingkat dasar, sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas dalam Susanto ( ), sebagai berikut:

a. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.

c. Memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai penggunaan Matematika dalam kehidupan sehari-hari.

. Ruang Lingkup Matematika

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar dan Madrasah Ibtidaiyah meliputi aspek-aspek sebagai berikut (http://www.sarjanaku.com/ /pengertian-matematika.html diakses pada Agustus . ):

(72)

b. Geometri yang mencakup bangun dua dimensi, tiga dimensi, transformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat.

c. Pengolahan data mencakup pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas suatu obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.

. Karakteristik Umum Matematika

Ada beberapa karakteristik umum Matematika yang telah disepakati bersama, antara lain (Sumardyono, : - ):

a. Memiliki objek kajian yang abstrak

Matematika memiliki objek kajian yang bersifat abstrak, walaupun tidak setiap yang abstrak adalah Matematika. Ada empat objek kajian Matematika, yaitu:

) Fakta, adalah pemufakatan atau konvensi dalam Matematika yang biasa diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu.

) Konsep, adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan.

) Operasi atau relasi, adalah pengerjaan hitung, pengertian aljabar, dan pengerjaan Matematika lainnya. Sementara relasi adalah hubungan antara dua atau lebih elemen.

(73)

b. Bertumpu pada kesepakatan

Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam Matematika merupakan kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang telah disepakati dalam Matematika, maka pembahasan selanjutnya akan menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan.

c. Berpola pikir deduktif

Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.

d. Konsisten dalam sistemnya

Dalam Matematika, terdapat berbagai macam sistem yang dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada sistem-sistem yang berkaitan, ada pula sistem-sistem yang dipandang lepas satu dengan lainnya. Di dalam masing-masing sistem berlaku konsistensi. Suatu teorema maupun definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang telah diterapkan. Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam hal nilai kebenarannya.

e. Memiliki simbol yang kosong arti

Simbol Matematika akan bermakna sesuatu bila kita mengaitkannya dengan konteks tertentu.

f. Memperhatikan semesta pembicaraan

Gambar

Gambar  .  Siklus Penelitian
Tabel  .  Waktu Pelaksanaan Penelitian
Tabel  .   Daftar subjek penelitian
Tabel  .  Aspek-aspek yang diamati dalam observasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk

a) Bagian pertama , di bagian depan, yaitu nama cabang (alkil). b) Bagian kedua , di bagian belakang, yaitu nama rantai induk. Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam

b) PVC atau polivinilklorida, juga merupakan plastik yang digunakan pada pembuatan pipa pralon dan pelapis lantai... c) Etanol, merupakan bahan yang sehari-hari dikenal dengan

Saya akan berperan lebih banyak selama belajar matematika dalam kelompok pada hari-hari yang akan datang dan saya yakin hal itu bisa saya lakukan. Berdoalah sebelum

Demikian Berita Acara Penutupan Upload Dokumen Penawaran pekerjaan ini dibuat dengan sebenarnya, atas perhatian diucapkan terima kasih.. Desfa

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Ujian Sarjana Teknik

Pada dasarnya, tujuan suatu sistem informasi berbasis komputer adalah untuk membantu manajemen dalam menyelesaikan masalah manajerial atau organisasi secara lebih cepat dan