• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PEMBINAAN PRA PERNIKAHAN DALAM PENURUNAN ANGKA PERCERAIAN DI KUA KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG) 2014-2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "POLA PEMBINAAN PRA PERNIKAHAN DALAM PENURUNAN ANGKA PERCERAIAN DI KUA KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG) 2014-2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PEMBINAAN PRA PERNIKAHAN DALAM

PENURUNAN ANGKA PERCERAIAN

DI KUA KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN

TEMANGGUNG)

2014-2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

Oleh

MAHMUZUN

NIM : 21111007

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI‟AH

(2)

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamua’alaikum Waramatulahi Wabarakatuh.

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan koreksi dan maka naskah skripsi mahasiswa :

Nama : MAHMUZUN

NIM : 21111007

Judul : POLA PEMBINAAN PRA PERNIKAHAN

DALAM PENURUNAN ANGKA PERCERAIAN DI

KUA KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN

TEMANGGUNG

Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang

munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Wassalamu'alaikum Waramatulahi Wabarakatuh.

Salatiga, 22 september 2015 Pembimbing

(3)
(4)

PERYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mahmuzun NIM : 21111007

Jurusan : Ahwal Al- Syakhshiyyah Fakultas : Syariah

Judul Skripsi :POLA

PEMBINAAN

PRA

PERNIKAHAN

DALAM PENURUNAN ANGKA PERCERAIAN DI

KUA KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN

TEMANGGUNG

MENYATAKAN

bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga. 20 september 2015 Yang menyatakan

Materai 6000

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulilah alhamdulilah, senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hambaNya,sehingga sampai saat ini masih mendapatkan ketetapan iman dan Islam.

Sholawat dan salam semoga tetep tercurah kepada belia Nabi agung Muhammad Saw yang senantiasa kita ikuti sunah-sunahnya dan semoga selalu mendapatkan syafaatnya di dunia dan di akhirat. Amin.

Dalam penjelasan skripsi ini tentulah tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam idee, kritik,saran maupun dalam bentuk lanya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor Intitut Agama Islam Negeri Salatiga

2. Dra. Siti Zumrotun. M.Ag Selaku Dekan Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri Salatiga

3. Bapak Sukron Ma‟mun SHI. MSI. Selaku Ketua Jurusan Ahwal Al -Syahkhshiyyah

4. Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kandangan

5. Drs.H. Mubasirun, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dalam penyelesaian skiripsi ini serta masukan-masukanya

(6)

7. Segenap Staf Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kandangan

8. Kedua Orang tuaku yang saya sayangi dan saya banggakan, yang selalu mensuport dan doanya yang selalu mengiringi langkah saya, serta bantuanya baik berupa meteriil maupun non materiil

9. Buat Ria Nirmawati makasih buat suport dan doanya selama ini yang selalu memberi aku semangat dan semangat dalam studinya ya, aku tunggu dipelaminan nanti.

10. Buat teman-teman aku semuanya makasih atas waktunya selama ini sehingga kita bisa bersama-sama

11. Buat sahabat-sahabati PMII tetap semangat dan berjuang terus 12. Teman-teman formatas semuanya kalian adalah keluarga di salatiga 13. Teman teman AS 2011 kalian semua tak akan terlupakan

14. Hmj syariah dan Ekonomi Islam tetap semangat dalam menjalani amanah yang telah diberikan pada kalian

15. Buat mbah kos terimakasih selama ini yang telah diberikan kepada saya semoga selalu diberi kesehatan dan umur yang panjang

16. Buat teman-teman lasin, anto, guse, lukman, tri heriyanto, rois, rohman, umam harjo, dan si jomblo fadhil, selamat menempuh perjalananya masing-masing.

(7)

Penulis menyadari banyaknya kesalahan dalam penulisan skirpsi ini baik dari bahasa, tulisan dan isi masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran dari pembaca dibutuhkan untuk menjadikan kesempurnaan dikemudian hari. Akhir kata penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan kita semua. Amin .

Salatiga 22 September 2015 Penulis

MAHMUZUN

(8)

ABSTRAK

Mahmuzun. 2015.Pola Pembinaan Pra Pernikahan Dalam Penurunan Angka Perceraian di KUA Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung Skripsi, Fakultas Syari‟ah, Program Studi Ahwal Al- Syakhshiyyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.Pembimbing:Dr.H. Mubasirun,M.Ag

Kata Kunci: Perceraian atau Pembinaan Pra Pernikahan

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahua perceraian yang terjadi di KUA kecamatan kandangan. Adapun pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana Pola pembinaan prapernikahan di KUA Kandangan ? (2) Bagaimana Efektifitas pembinaan prapernikahan di KUA Kandangan? (3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pembinaan prapernikahan dan faktor apa saja yang mengahmbat?

Penulis dalam hal ini mendasarkan pada penelitian field research, berarti penelitian lapangan yaitu penelitian obyek di lapangan untuk mendapatkan data dan gambaran yang jelas dan konkrit tentang hal-hal yang berhubungan dengan pembinaan pra pernikahan di KUA Kandangan. Dalam penelitian ini maka peneliti akan terjun secara langsung ke KUA untuk mengetahui tentang pembinaan yang dilakukan, serta peneliti juga melakukan sedikit tanya jawab kepada masyarakat mengenai pembinaa yang dilakukan oleh pihak KUA dan sebagai mana efektif pembinaan pra pernikahan itu berlangsung baik itu bagi masyarakat maupun bagi KUA itu sendiri.

(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Langgengnya kehidupan perkawinan merupakan suatu tujuan yang sangat diinginkan dalam Islam. Akad nikah diadakan adalah untuk selamanya dan seterusnya hingga meninggal dunia, agar suami istri sama –sama dalam mewujudkan rumah tangga tempat berlindung, menikmati naugan kasih sayang dan dapat memelihara anak-anaknya hidup dalam pertumbuhan yang baik Karena itu, maka dikatakan bahwa ikatan antara suami istri adalah ikatan yang paling suci dan kokoh. Dan Tidak ada suatu dalil yang jelas menunjukan tentang sifat kesuciaNya yang demikan agung itu, Selain dari pada Allah sendiri yang

menamakan ikatan perjanjian antara suami istri dengan “ mitsaqun-ghalidhun”

(Perjanjian yang kokoh) (Sabiq, 1980: 7).

Jika ikatan antara suami-istri sedemikian kokoh dan kuat, maka tidak sepatutnya dan disepelekan. Setiap usaha untuk menyepelekanya dibenci oleh Islam, karena dianggap merusak kebaikan dan menghilangkan kemaslahatan antara suami istri (Wasman dkk, 2011: 84).

(10)

Pengertian perkawinan yang lainya, diantaranya menurut undang- undang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, Berdasarkan konsepsi perkawinan menurut pasal 1 ayat (1), bahwa perkawinan adalah ikatan lahir antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (Rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Dari pengertian perkawinan diatas jelas bahwa baik menurut Isalam maupun menurut undang-undang perkawinan bahwa tujuan dari sebuah perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia kekal abadi dan juga yang tidak terpisahkan dalam kondisi dan situasi apapun bahwa memiliki keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan setiap idaman insan manusia yang mau menuju kesebuah pernikahan, maka dari itu dari urian diatas sudah dijelaskan bahwa pernikahan merupakan perjanjian yang kokoh untuk itulah kemudian bahwa perkawinan harus dilakukan dengan cara yang benar.

Begitu juga yang terjadi di KUA Kecamatan Kandangan teryata dari setiap pencatatan pernikahan yang dilakukan oleh pihak KUA banyak yang tidak mengikuti kegiatan pembinaan pra pernikahan yang sudah di sediakan oleh KUA sedangkan pembinaan itu sendiri memberikan dampak yang bagus bagi calon pengantin karena pada dasarnya diberikan pengetahuan tentang ilmu-ilmu agama Islam, fiqih, dan bagaimana cara membina keharmonisan keluarga.

(11)

atau ritual yang mempunyai dimensi spiritual, sedangkan penegasan akad pernikahan sebagai akad yang kuat mitsaqan ghalidhun adalah dalam rangka meyadarkan kepada masyarakat betapa sucinya ikatan pernikahan sehingga jangan sampai dianggap pernikahan tersebut sabagai barang mainan sehingga orang dengan mudah mengadakan percerian (Wasman dkk, 2011: 35).

Tidak hanya di Undang-undang perkawinan No 1 Tahun 1974 saja yang menyatakan bahwa pernikahan merupakan ikatan yang suci dan kokoh, akan tetapi di dalam KHI juga menyatakan bahwa pernikahan merupakan mitsaqan ghalidhun ikatan yang kuat dan kokoh, sehingga Islam dan Undang-undang mengatur tentang pernikahan. Betapa pentingnya menjaga pernikahan tesebut sehingga pernikahan juga merupakan yang dilakukan hanya sekali dan tidak akan pernah terulang kembali sehingga diharapkan dari masyarkat memandang bahw pernikahan itu merupakan ikatan yang suci dan tidak boleh melakukan percerian apalagi ada pemikiran untuk mempermaikan sebuah perniakahan

Pada dasarnya seluruh tujuan perkawinan di atas bermuara pada satu tujuan yaitu tujuan untuk membina rasa cinta dan kasih sayang antar pasangan suami istri sehingga terwujud ketentraman dalam keluarga ,Al-Qur‟an menyebutkan dengan konsep Sakinah, mawadah, wa rohmah, sebagaimana disebutkan dalam surat ar-Rum ayat 21 yang berbunyi:

(12)

merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih

dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS Ar-Rum: 21).

Pembinaan yang dimaksud dengan “membina” disini adalah segala upaya

pengelolaan atau penanganan berupa merintis, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan serta mengembangkan kemampuan suami-istri untunk mewujudkan keluarga sakinah dengan mengadakan dan menggunakan segala daya , upaya dan dana yang dimiliki (Departemen Agama, 2005:4).

Sehingga dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa sebuah pernikahan bukan hanya untuk sementara melaikan selamanya dan dibutuhkan pula dalam sebuah pernikahan saling mengerti, saling mengayomi dan bahkan juga saling melindungi guna untuk menwujudkan keluarga yang kekal dan abadi selamnaya.

Terkadang ada orang yang ragu-ragu untuk kawin karena sangat takut memikul beban yang berat dan menghindarkan diri dari kesulitan-kesulitan.

Islam memperingankan bahwa dengan kawin, Allah akan memberikan kepadanya penghidupan yang berkecukupan, menghilangkan kesulitan-kesulitan dan diberikanya kekuatan yang mampu mengatasi kemiskinan (Sabiq, 1980: 12).

(13)

yang sangat besar terhadap calon pengantin yang nantinya akan melangsungkan pernikahan sehingga sebelum beranjak kesana diperlukanya adanya sebuah pembinaan terlebih dahulu guna untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan calon pemgantin tentang pernikahan.

Selain itu juga teryata banyak yang melakukan pernikahan yang kebanyakan calon istri masih muda-muda yaitu diantara 16 tahun sampai 18 tahun, hal yang demikian juga karena sdm yang rendah serta kurang dukungan dari orang tua

Dalalm hal ini Upaya untuk mewujudkan harmonisasi hubungan suami istri dapat dicapai antara lain melalui :

1. Adanya saling pengertian.

Di antara suami-istri hendaknya saling mengerti dan memahami tentang keadaan masing-masing baik secara fisik maupun secara mental. Perlu diketahui bahwa suami-istri sebagai manusia, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan, Masing-masing sebelumnya tidak saling mengenal, bertemu setelah sama-sama dewasa . perlu diketahui juga bahwa masing-masing juga memiliki perbedaan sifat, sikap, tingkah laku, dan mungkin perbedaan pandangan

2. Saling menerima kenyataan.

(14)

kenyataan yang harus kita terima, termasuk keadaan suami-istri kita masing-masing, kita terima secara tulus dan ikhlas.

3. Saling melakukan penyesuain diri

Penyesuaian diri dalam keluarga berarti setiap anggota keluarga berusaha untuk dapat saling mengisi kekurangan yang ada pada diri masing-masing serta mau menerima dan mengakui kelebihan yang ada pada orang lain dalam lingkunga keluarga, Kemampuan penyesuaian diri oleh masing-masing anggota keluarga mempunyai dampak yang positif, baik bagi pembinaan keluarga maupun masyarakat dan bangsa.

4. Memupuk rasa cinta

Setiap pasangan suami-istri menginginkan hidup bahagia. Kebahagian hidup adlah bersifat relatif sessuai dengan cita rasa dan keperlunya. Namun begitu setiap orang berpendapat sama bahwa kebahagiaan adalah segala sesuatu yang dapat mendatangkan ketentraman, keamanan, kedamaian serta segala sesuatu yang bersifat pemenuhan keperlua mental spiritual manusia. Untuk dapat mencapai kebahagiaan keluarga, hendaknya antar sesama suami-istri senantiasa berupaya memupuk rasa cinta dengan rasa saling menyanyangi, kasih-mengasihi hormat-menghormati serta saling harga-menghargai dan penuh keterbukaan.

5. Melaksanakan asas musyawarah

(15)

diamalkan, Dalam hal ini dituntut untuk selalu terbuka, lapang dada, jujur, mau menerima dan memberi serta sikap tidak mau menang sendiri dari pihak suami maupun istri. Sikap bermusyawarah dalam keluarga dapat menumbuhkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab diantara para anggota keluarga dalam menyelesaikan dan memecahkan masalah-masalah yang timbul.

6. Suka memaafkan

Diantara suami-istri harus ada sikap kesdihan untuk saling memaafkan atas kesalahan masing-masing. Hal ini penting karena tidak jarang soal yang kecil dan sepele dapat menjadi sebab terganggunya hubungan suami-istri yang tidak jarang dapat menjerumus kepada perselisishan yang berkepanjangan.

7. Berperan serta untuk kemajuan bersama

Masing-masing suami-istri harus berusaha saling membantu pada setisp usaha peningkatan dan kemajuan yang pada giliranya menjadi kebahagian keluarga (Kementrian Agama, 2005:29).

(16)

B. Rumusan Masalah

Dari Tema di atas nanti akan didapatkan berbagai permasalahan-permasalahan yang akan menjadi inti pembahasan pada penulisan ini. Diantaranya permasalahan-permasalahan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pola pembinaan prapernikahan di KUA Kandangan ? 2. Bagaimana Efektifitas pembinaan pra pernikahan di KUA Kandangan ?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pembinaan pra pernikahan dan faktor apa saja yang mengahmbat ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

Adapun hal-hal yang menjadi tujuan pokok dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui Pola-Pola pembinaan prapernikahan di KUA Kandangan .

b. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas dari pembinaan prapernikahan tersebut.

c. Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pembinaan prapernikahan dan faktor apa saja yang mengahmbat.

2. Kegunaan

(17)

a. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pola berpikir mengenai betapa pentingya pernikahan dan mempertahankanya sebagaimana dalam islam dan Undang-undang perkawinan.

b. Sebagai pedoman dalam rangka pengembangan ilmu dalam hal yang berkaitan dengan pernikahan.

c. Untuk menambah pengetahuan mengenai pernikahan sehingga tidak ada niatan untuk bermain dalam hal pernikahan.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

a. Penelitian ini termasuk field research, berarti penelitian lapangan yaitu penelitian obyek di lapangan untuk mendapatkan data dan gambaran yang jelas dan konkrit tentang hal-hal yang berhubungan dengan pembinaan pra pernikahan di KUA Kandangan.

2. Lokasi Penelitian

Adapun untuk lokasi yaitu berada di Kec. Kandangan Kab. Temanggung yang beralamat di JLRaya Kandangan Jumo, Kandangan, Temanggung. Telp (0293) 490 0907.

Dari sekian kasus perceraian yang terjadi di KUA Kecamatan Kandangan ini menyita perhatian teryata dari sekian banyak pengantin yang mendaftarkan dirinya banyak yang tidak mengikuti pembinaan yang disediakan oleh KUA, serta banyak dari calon pengantin yang usianya masih dini serta tinggkat pendidikan yang rendah.

(18)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1) Dokumen

Adalah setiap bahan tertulis ataupun film (Nastangin, 2012:13). Sumber tertulis dapat terbagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi (Nastangin, 2012:13). Dalam penelitian ini setiap bahan tertulis berupa data-data yang ada di KUA Kandangan yang berkaitan dengan penelitian.

a. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber lain, hasil kajian buku-buku karya Ilmiah serta peraturan perundang-undangan yang erat kaitannya dengan penelitia ini adalah sebagai berikut :

1) Undang-undang yang mengatur tentang pernikahan 2) Buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini 3) Arsip-arsip yang mendukung

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data penulis menggunakan beberapa teknik yakni : a. Wawancara

(19)

Untuk mendapatkan informasi maka peneliti melakukan wawancara terhadap kepala KUA dan ditambah dengan pegawai KUA untuk memperkuat argumen.

b. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa vatatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda da sebagainya (Nastangin, 2012:15).

Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dimaksud adalah pengambilan beberapa kasus tentang pembinaan prapernikahan di KUA Kandangan, untuk melengkapi data maka peneliti mencari data baik berupa data atau wawancara secara langsung, sehingga dari hal tersebut didapatkan data yang lebih akurat.

c. Analisisn Data

Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis, Dalam penganalisisan data tersebut penulis menggunakan analisis kualitatif yaitu analisis untuk meneliti kasus setelah terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk urian (Moleong, 2011:288).

5. Sistematika Penulisan

(20)

Bab II Dalam hal ini penulis mengemukakan dasar teori yang meliputi yaitu, Perkawinan, pembinaan dalam pra pernikahan, faktor apa saja yang menghambat dan mempengaruhi dari keberhasilan pembinaan tersebut.

Bab III Dalam bab ini mengenai gambaran umum KUA Kandangan , prosedur pendaftaran pernikahan, hasil pembinaan prapernikahan, seerta bagaimana pendapat masyatakat menegnai pembinaan yang dilakaukan oleh pihak KUA tersebut.

Bab IV Dalam bab ini merupakan bagian inti dari sebuah skripsi yang mana dari bab ini dibutuhkan sebuah analisis dari data-data yang telah terkumpul kemudaian dikaitkan dengan kehidupan atau realita yang ada kemudian apakah sudah benar efektifkah pola pembinaan yang dilakukan oleh pihak KUA itu sendiri.

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan

Ta‟rif pernikahan ialah akad yang menghalalkan pergaulan dan

membatasi hak dan kewajiban serta tolong menolong antara laki-laki dan seorang perempuan yang bukan mahram.

Perkawinan adalah merupakan sunnah Nabi, yaitu mencontoh tidak laku Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu bagi pengikut Nabi Muhammad yang baik maka mereka harus kawin. Selain itu perkawinan juga merupakan kehendak kemanusian, kebutuhan rohani dan jasmani (Sosroatmojo, 1975:33)

(22)

Artinya: dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka

kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.

kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil Maka (kawinilah)

seorang saja. (QS An-Nisa:3).

Perkawinan dalam Islam merupakan sunatullah yang sangat dianjurkan karena perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah swt. Untuk melestarikan kehidupan manusia dalam mencapai kemaslahatan dan kebahagiaan hidup, perkawinan diartikan dengan suatu akad persetujuan antara seorang pria dengan seorang wanita yang mengakibatkan kehalalan pergaulan (hubungan) suami istri (Wasman , 2011: 32).

Firman Allah dalam QS An-Nisa ayat 1 yang berbunyi:







menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang

(23)

Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu

sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah

selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS An-Nisa: 1).

Dari pengertian ayat diatas begitu dijelaskan secara mendetail mengenai kedua calon suami dan calon istri, bahwasanya Allah telah mengatur tentang bagaimana cara manusia menjaga keturunanya sebagai mana dijelaskan pada ayat diatas Allah telah memberikan cara bagi hambanya yang mau mengikkuti segala aturaNya, bahwa di dalam ayat di atas Allah tidak menganjurkan kepada hambanya untuk melakukan hubungan yang tidak diperbolehkan bahwa manusia hidup mempunyai aturan.

2. Rukun dan Syarat Sah Perkawinan

Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya sebuah perkawinan. Jika syarat-syaratnya terpenuhi, perkawinanya sah dan menimimbulkan adanya segala kewajiban dan hak hak perkawinan.

a. Rukun Pernikahan yaitu:

1) Adanya calon mempelai pria dan wanita 2) Adanya wali dari calon mempelai wanita 3) Dua orang saksi pria

(24)

5) Qobul, yaitu ucapan penerimaan pernikahan oleh calon mempelai pria atau wakilnya.

b. Syarat Pernikahan

1) Bagi calon mempelai pria, syaratnya : a) Beragama islam

b) Pria

c) Tidak dipaksa

d) Tidak beristri empat orang e) Bukan mahramnya calon istri

f) Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istrinya

g) Mengetahui calon istrinya itu tidak haram dinikahinya h) Tidak sedang dalam ihram haji atau umroh

i) Cakap melakukan perbuatan hukum untuk hidup berumah tangga

j) Tidak dapat halngan perkawinan 2) Bagi calon mempelai wanita sayaratnya:

a) Beragama Islam

b) Wanita (bukan banci/lesbian)

c) Telah memberi izin kepada walinya untuk menikahkanya d) Tidak bersuami dan tidak dalam iddah

e) Bukan mahramnya calon suami

(25)

g) Jelas orangnya

h) Tidak sedang dalam ihram haji atau umroh 3) Tidak ada halangan perkawinan

Seseorang terhalang perkawinanya karena : a) Hubungan darah terdekat (nasab) b) Hubungan persusuan (radla‟ah)

c) Hubungan persemendaan (mushaharah) d) Talak ba‟in kubra

e) Permanduan

f) Telah beristri 4 orang g) Li‟an

h) Masih bersuami/ dalam masa iddah i) Perbedaan agama

j) Ihram haji atau umroh 4) Bagi wali calon mempelai wanita

a) Pria

b) Beragama Islam

c) Mempunyai hak atas perwalianya

d) Tidak terdapat halangan untuk menjadi wali 5) Bagi saksi, syaratnya:

(26)

d) Hadir dalam upacara akad nikah e) Dapat mengerti maksud akad nikah 6) Bagi akad nikah syaratnya :

a) Adanya ijab (penyerahan) dari wali

b) Adanya qabul (penerimaan ) dari calon wali suami

c) Ijab harus mengunakan kata-kata nikah atau yang searti denganya

d) Antara ijab dan qabul harus jelas dan saling berkaitan e) Antara ijab dan qabul masih dalam satu majlis

f) Orang yang berujab-qabul tidak sedang dalam ihram haji atau umrah (Kementerian Agama, 2005: 15).

Ijab Kabul dalam sebuah pernikahan menghalalkan dua insan berlawanan jenis untuk hidup bersama sebagai suami istri. Keduanya dihalalkan untuk hidup serumah dalam mengarungi hidup selanjutnya (Yosodipuro, 2010: 97).

Pernikahan menyebabkan timbulnya konsekuensi terhadap suami dan istri, yaitu hak dan kewajiban. Dalam kaitan ini, ada hak dan kewajiban yang harus dilakukan bersama dan ada juga hak dan kewajiban masing-masing.

1. Hak-hak dan kewajiban suami-istri a. Hak dan kewajiban bersama

1) Saling mengsihi dan menyayangi 2) Saling mempercayai

(27)

4) Menciptakan komunikasi yang interaktif dan kondusif 5) Saling memenuhi hak dankewajiban

6) Saling menasihati

7) Menjaga rahasia keluarga b. Kewajiban suami

1) Membayar mahar

2) Memberi nafkah kepada irstri dan anak

3) Memenuhi kebutuhan biologis istri/ menggauli istri 4) Mendidik dan membimbing istri

5) Menutupi aib istri \

c. Hak suami

1) Mendapakan pelayanan istri 2) Mendapatkkan perhatian istri

3) Mendapatkan kebutuhan pelayanan biologis 4) Meminpin rumah tangga

5) Mendapatkan hak waris istri d. Kewajiban istri

1) Memenuhi hajat biologis suami 2) Menjaga harta suami

3) Menaati suami

(28)

6) Menjaga kehormatan suami 7) Menyelaraskan selera suami e. Hak istri

1) Mendapatkan nafkah

2) Pemenuhan kebutuhan biologis (digauli)

3) Mendapatkan perlindungan dan pengayoman dari suami 4) Mendapatkan didikan dan nasihat suami

5) Memeberikan masukan dalam penyelesain masalah 6) Mendapatkan hak waris suami (Yosodipuro, 2010: 98).

3. Hukum Pernikahan

Secara personal hukum nikah berbeda disebabkan perbedaan kondisi mukallaf, baik dari segi karakter kemanusianya maupun dari segi kemampun hartanya, hukum nikah tidak hanya satu yang berlaku bagi seluruh mukallaf , masing-masing mukallaf mempunyai hukum tersediri yang spesifik sesuai dengan kondisinya yang spesifik pula, baik persyartan harta, fisik, atau ahklak ( Hawwas, 2009: 44).

Didalam undang-undang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat 1 juga dijelaskan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaanya itu”.

(29)

Bagi yang sudah mampu kawin, nafsunya telah mendesak dan takut terjerumus dalam perzinaan wajiblah dia kawin, karena menjauhkan diri dari yang haram adalah wajib, sedang untuk itu tidak dapat dilakukan dengan baik kecuali dengan jalan kawin.

b. Sunnah

Adapun bagi orang yang nafsunya telah mendesak lagi mampu kawin, tetapi masih dapat menahan dirinya dari buat zina, maka sunnahlah dia kawin. Kawin baginya lebih utama dari pada bertekun diri dalam ibadah, karena menjalani hidup sebagai pendeta sedikitpun tidak dibenarkan dalam Islam.

c. Haram

Bagi seorang yang tidak mampu memenuhi nafkah batin dan lahirnya kepada istrinya serta nafsunya tidak mendesak, haramlah ia kawin.

d. Makruh

(30)

Dan bagi laki-laki yang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mengharamkan untuk kawin, maka hukumnya mubah (Hawwas, 2009: 45).

4. Hikmah Pernikahan

Allah mensyariatkan pernikahan dan dijadikan dasar yang kuat bagi kehidupan manusia karena adanya beberapa nilai yang tinggi dan beberapa tujuan utama yang baik bagi manusia, mahkluk yang dimuliakan oleh Allah. Untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan menjaga dari ketimpagan dan penyimpangan, Allah telah membekali syariat dan hukum-hukum Islam agar dilaksanakan manusia dengan baik (Hawwas, 2009: 39).

Islam menganjurkan dan menggembirakan kawin sebagai mana maksud karena ia mempunyai pengaruh yang baik bagi pelakunya sendiri, masyarakat dan seluruh umat manusia (Sabiq, 1980: 18).

Dari urian diatas dijelaskan bahwa dari sebuah pernikahan akan memberikan hikmah bagi yang menjalankan pernikahan tersebut akan tetapi hikmah itu akan ada ketika pernikahan tersebut dilaksanakan berdasarkan agama dan karena mencari ridha Allah.

(31)

a. Memelihara gen manusia. Pernikahan sebagai sarana untuk memelihara keberlangsungan gen manusia, alat reproduksi, dan generasi dari masa ke masa.

b. Pernikahan adalah tiang keluarga yang teguh dan kokoh, di dalamya terdapat hak-hak dan kewajiban yang sakral dan religius.

c. Nikah sebagai perisai diri manusia. Nikah dapat menjaga diri kemanusiaan dan menjauhkan dari pelanggaran-pelangaran yang diharamkan dalam agama.

d. Melawan hawa nafsu. Nikah menyalurkan nafsu manusia menjadi terpelihara, melakukan maslahat orang lain dan melaksanakan hak-hak istri dan anak-anak dan mendidik mereka.

e. Pembagian tugas di mana yang satu mengurusi rumah tangga sedangkan lainya bekerja di luar sesuai dengan batas-batas tanggung jawab antara suami istri dalam menangani tugas-tugasnya.

f. Perkawinan dapat membuahkan tali kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga, dan memperkuat hubungan masyarakat yang memang oleh Islam direstui, ditopang dan ditunjang. Karena masyarakat yang saling menunjang dan menyayangi merupakan masyarakat yang kuat serta bahagia.

B. Perceraian Dalam Hukum Islam

(32)

Secara bahasa talak (perceraian) bermakna melepas, mengurai, atau meninggalkan; mengurai atau melepas tali pengikat, baik tali pengikat itu riil atau maknawi seperti tali pengikat perkawinan (Supriatna,2009: 19).

Istilah talak dalam fiqih mempunyai dua arti, yaitu arti umum dan arti khusus. Talaq menurut arti umum ialah segala macam bentuk percerian baik yang dijatuhkan oleh suami, dijatuhkan oleh hakim, maupun perceraian yang jatuh dengan sendirinya atau perceraianya karena meninggalnya salah seorang dari suami atau istri. Seddangkan talak dalam arti khusus ialah perceraian yang dijatuhkan oleh pihak suami saja. Karena salah satu bentuk dari perceraian antara suami-istri itu ada yang disebabkan karena talaq, maka selanjutnya talaq ini disebut dengan istilah talaq dalam arti khusus ( Hawwas, 2009: 83).

Langgengya perkawinan merupakan suatu tujuan yang sangat diinginkan dalam Islam. Akad nikah dilaksanakan untuk selamanya dan seterusnya hingga maut memisahkan suami dan istri. Agar keduanya bersama-sama dapat mewujudkan rumah tangga sebagai tempat berlindung, menikmati naugan kasih sayang dan dapat memelihara anak-anaknya dalam kehidupan yang baik. Oleh karena itu ikatan antara suami dan istri merupakan ikatan yang paling suci dan paling kokoh yang dalam al-Qur‟an disebut dengan mitsaqon ghalidzan.

(33)

dianggap merusak kebaikan dan menghilangkan kemaslahatan antara suami istri.

f. Hukum Perceraian

Dalam Islam bercerai pada dasarnya “terlarang” atau tidak

diperbolehkan kecuali ada alasan yang dibenarkan oleh syara‟. Hal ini sejalan dengan pendapat mazhab Hanafi dan Hambali, mereka beralasan bahwa bercerai merupakan kufur nikmat, karena perkawinan adalah suatu nikmat, sedangkan kufur terhadap nikmat Allah merupakan haram, sehingga cerai haram kecuali darurat. Mazhab Hambali lebih lanjut menjelaskanya secara terperinci mengenai hokum bercerai. Menurut mereka bercerai mempunyai beberapa hukum, yaitu:

a. Wajib

Yaitu talaq yang dijatuhkan oleh pihak Hakam (penegah) dikarenakan terjadinya perpecahan antara suami-istri yang sudah sangat berat dan tidak bisa diperbaiki lagi sehingga menurut keputusan hakam hanya perceraianlah jalan satu-satunya untuk menghentikan perpecahan (syiqaq) tersebut.

b. Haram

Yaitu talaq tanpa alasan, diharamkan karena merugikan suami-istri dan tidak adanya kemaslahatan yang akan dicapai dengan perbuatan thalaqnya tersebut.

(34)

Yaitu apabila seorang suami atau istri mengabaikan kewajiban-kewajibanya kepada Allah, sedangkan suami atau istri tidak mampu untuk memaksanya agar pasanganya mampu menjalankan kewajiban-kewajibanya tersebut.

d. Makruh

Yaitu jika suami menjatuhkan talaq kepada istri saleh dan berakhlak yang baik, karena hal demikian bisa mengakibatkan istri dan anaknya terlantar dan akan menimbulkan kemudaratan.

g. Rukun dan Syarat Perceraianm

Rukun percerian (talaq) ialah unsure pokok yang harus ada dalam talaq dan terwujudnya talaq tergatung adanya dan lengkapnya unsur-unsur dimaksud. Massing-masing rukun tersebut harus memenuhi persyaratan. Syarat talaq ada yang disepakati oleh para ulama tetapi ada yang diperselisihkan (Supriatna,2009: 29)

Rukun dan syarat tal

ak tersebut adalah sebagai berikut:

a. Suami yang sah akad nikah dengan istrinya, disamping itu suami dalam keadaan:

1) Baligh, sebagai suatu perbuatan hokum, perceraian tidak sah dilakukan oleh orang yang belum balihg.

(35)

3) Atas kemauan sendirinya, perceraian yang dilakukan karena adanya sebuah paksaan bukan atas dasar kemauan sendirinya maka perceraian tersebut tidak sah.

b. Istri, unsur yang kedua adalah istri. Untuk sahnya talak istri harus dalam kekuasaan suami, yaitu istri tersebut belum pernah ditalaq atau sudah ditalaq tetapi masih dalam masa waktu iddah dan dalam keadaan.

1) Istri terikat dengan perkawinan yang sah dengan suaminya. 2) Istri harus dalam keadaan suci atau belum dicampuri oleh

suaminya dalam waktu yang suci itu.

3) Istri berada dalam iddah raj‟I atau iddah thalaq baim sughra. 4) Jika istri berada dalam pisah badan dapat dianggap sebagai

talaq, seperti pisah badan karena suami murtad, atau karena „illa,

keadaan seperti ini dianggap talaq oleh mazhab Hanafiyah. 5) Jika istri dalam masa idah akibah fasakh.

h. Bentuk-bentuk Perceraian

(36)

a. Perceraian apabila ditinjau dari segi boleh tidaknyasuami ruju‟

yang baru, selama istri masih dalam masa iddah, talaq raj‟i tidak

menghilangkan ikatan perkawinan sama sekali, yang termasuk kedalam talaq raj‟I ialah talaq satu atau talaq dua.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Talaq

(37)

mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.

2) Talaq Ba‟in

Adalah talaq yang tidak diberikan hak kepada suami untuk rujuk kepdada istrinya. Apabila suami ingin kembali pada mantan istrinya, harus dilakukan dengan akad nikah yang baru yang memenuhi unsur-unsur dan syarat-syaratnya. Talaq bai‟in

ini menghilangkan ikatan suami istri. Talaq ba‟in ini dapat

dibagi menjadi talaq sughra dan talaq bai‟in kubra.

a) Talaq Ba‟in Sughra ialah talaq yang tidak memberikan hak rujuk kepada suami tetapi suami bisa menikah lagi kepada istrinya dengan tidak disyaratkan istri harus menikah denganlaki-laki lain. Yang termasuk talaq bai‟in sughra ialah talaq satu dan dua.

b) Talaq Bai‟in Kubra ialah talaq apabila suami ingin kembali kepada mantan istrinya , selain harus dilakukan dengan akad nikah yag baru, disyaratkan istri harus terlebih dahulu menikah dengan orang lain dan telah

diceraikan. Yang termasuk talaq ba‟in kubra ialah talaq

(38)

Artinya: kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.

( QS Al-baqarah ayat 230)

b. Adapun bentuk-bentuk perceraian ditinjau dari siapa yang berkehendak untuk melakukan perceraian ialah:

1) Talaq, yaitu perceraian yang terjadi atas kehendak suami dengan menggunakan kata-kata talaq kepada istri (Wasmaan & Nuroniyah,2011: 86).

2) Khulu‟, yaitu perceraian yang terjadi atas kehendak istri dengan membayar iwad atau tebusan kepada suami (Wasmaan & Nuroniyah,2011: 100).

3) Illa‟ dalam Islam ialah sumpah suami dengan menyebut Allah atau sifatnya yang tertuju kepada istrinya untuk tidak mendekati istrinya itu, baik secara mutlak atau dibatasi dengan ucapan selama-lamanya, atau dibatasi empat bulan atau lebih.

4) Dhihar, dhihar berasal dari kata zhahr, artinya punggung,

(39)

akau seperti punggung ibuku”. Bahwa dhihar menurut istilah

merupakan ucapan kasar yang dikatakan suami kepada istrinya dengan meyerupakan istri itu dengan ibu atau mahram suami, dengan maksud tersebut untuk mengharamkan istri untuk suaminya.

c. Ditinjau dari cara suami menyampaikan talaq terhadap istrinya, dalam hal ini tidak ada beberapa bentuk, baik dinyatakan dengan kata-kata ucapan, dengan surat atau tulisan kepada istrinya, dengan isyarat oleh orang bisu atau dengan mengirimkan seorang utusan (Sabiq,1980: 27). Diantara bentuk-bentuk tersebut ialah sebagai berikut:

1) Talaq dengan ucapan, yaitu talaq yang disampaikan oleh suami dengan ucapan lisan dihadapi istrinya, dan istrinya mendengarkan secara langsung ucapan suaminya itu.

2) Talaq dengan tulisan, yaitu talaq yang disampaikan oleh suami secara tertulis lalu disampaiakan kepada istrinya dan istri memahami isi dan maksudnya. Menurut Sayyid Sabiq syarat sah talaq secara tertulis, bahwa tulisan harus tegas, jelas dan nyata ditunjukan oleh suami terhadap isteri secara khusus.

(40)

4) Talaq dengan utusan, yaitu talaq yang disampaikan oleh suaminya kepada istrinya melalui perantara orang lain sebagai utusan. Dalam hal ini utusan berkedudukan sebagai wakil suami yang menjatuhkan talaq suami dan melaksanakan talaq itu.

i. Sebab-Sebab Terjadinya Perceraian

Dalam Islam sebab-sebab putusnya hubungan perkawinan, setidaknya ada Sembilan macam, yaitu: Talaq, khuluk, syiqaq, fasakh, taklik-talak,

illa‟, zhihar,li‟an dan kematian(Wasman & Nuroniyah,2011: 86).

Sebab-sebab tersebut masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Talaq

Yaitu perceraian yang terjadi atas kehendak suami dengan menggunakan kata-kata talaq kepada istri.

b. Khuluk

Yaitu perceraian yang terjadi atas kehendak istri dengan

membayar „iwad atau tebusan kepada suami.

c. Syiqaq

Yaitu menurut istilah Fiqih, Syiqaq adalah: perselisihan oleh suami istri yang diselesaiak oleh dua orang hakam, yaitu seorang hakam dari pihak suami dan seorang hakam dari pihak istri.

d. Fasakh

(41)

e. Takli‟talaq

Yaitu suatu talaq yang digantungkan pada suatu hal yang mungkin terjadi yang telah disebutkan dalam suatu perjanjian yang telah diperjanjikan terlebih dahulu.

f. Illa‟

Arti illa‟ ialah bersumpah untuk tidak melakukan suatu

pekerjaan. Di dalam Islam illa‟ adalah sumpah dengan nama Allah untuk tidak menggauli istrinya.

g. Dhihar

Zhihar dari kata zhahr, artinya punggung, maksudnya suami

berkata kepada istri; “engkau dan akau seperti punggung ibuku”

bahwa dhihar menurut istilah ucapan kasar yang dikatakan oleh suami kepada istrinya dengan menyerupakan istrinya itu dengan ibu atau mahram suami, dengan ucapan itu dimaksud untuk mengharamkan istri untuk suami.

h. Li‟an

Li‟an secara bahasa berarti jauh, laknat atau terkutuk.

(42)

benar dalam tuduhan itu, dan ditambah dengan bersumpah satu kali lagi bahwa dia akan terkena laknat Allah jika dalam tuduhanya dia berdusta.

i. Kematian

Putusnya perkawinan dapat juga disebabkanya kematian suami atau istri. Dengan kematian salah satu pihak, maka hak lain mempunyai waris atas harta peninggalan yang meninggal. Walaupun dengan kematian, hubungan suami istri tidak mungkin disambung lagi, namun bagi istri yang suaminya telah meninggal tidak boleh segera melaksanakan perkawinan baru dengan laki-laki lain sebelum masa iddah habis, yaitu selama empat bulan sepuluh hari.

C. Pembinaan pra Pernikahan

1. Pengertian Pembinaan pra Pernikahan

Pembinaan yang dimaksud dengan “membina” disini adalah segala

upaya pengelolaan atau penanganan berupa merintis, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan serta mengembangkan kemampuan suami-istri untunk mewujudkan keluarga sakinah dengan mengadakan dan menggunakan segala daya , upaya dan dana yang dimiliki (Departemen Agama, 2005:4).

(43)

dan bahkan juga saling melindungi guna untuk menwujudkan keluarga yang kekal dan abadi selamanya sesuai dengan arti dari sebuah pernikahan itu sendiri.

Tujuaan membimbing keluarga adalah yang tiada lain ialah demi terwujudnya kebahagian yang abadi dari dunia hingga akhirat bagi keluarga itu, termasuk pihak suami sendiri, maka cara-cara yang paling tepat untuk mencapainya pun tiada lain ialah cara-cara bijaksana sesuai dengan yang diajarka oleh syariat Islam. Cara-cara itu tidak bia dilepaskan dari konsep Islam yang ajaranya jelas-jelas membimbing manusia menuju kebahagiaan abadi, kebahagiaan hidup di dunia hingga akhirat (Halim, 2005: 261).

Persiapan dalam melakukan apapun awal dari keberhasilan. Apalagi untuk sebuah pernikahan, sebuah moment besar dalam kehidupan seorang laki-laki dan seorang perempuan momen besar bagi seorang laki-laki karena dia akan bertambah amanah yakni dari tanggung jawab atas dirinya sendiri menjadi tanggung jawab terhadap sebuah keluarga (Takariawan, 2009: 24).

Untuk sebuah peristiwa bersejarah itulah laki-laki dan perempuan Muslim hendaknya memiliki kesiapan diri secara moral spiritual, konsepsional, fisik, material dan sosial.

a. Persiapan Moral dan Spiritual

(44)

konsekuensinya atau resiko yang akan dihadapi pasca pernikahan (Takariawan, 2009: 24).

Sehingga pada saatnya nanti diharuskan mempersiapkan diri untuk siap menanggung semua yang pada sebelumnya belum pernah dijalankan yaitu seorang laki-laki pada nantinya akan menjadi imam dalam sebuah rumah tangga dan akan menjadi bapak dari hasil pernikahan tersebut, kemudian persiapkan pula juga seorang perempuan yang pada nantinya juga akan menjadi seorang ibu dari anak-anak yang dihassilkan dari perrnikahan tersebut.

Sebelum memutuskan untuk menikah, persiapkan diri dari segi moral sangat signifikan. Ingatlah peryataan Allah bahwa wanita yang beriman adalah untuk laki-laki yang beriman dan wanita pezina adalah untuk laki-laki pezina. Yang keji hanya layak medapatkan yang keji

Artinya:. wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang

keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji

(pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik

dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).

(45)

mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang

mulia (surga) (QS An-Nur: 26).

Jika ingin mendapatkan pasangan yang baik maka jadikan diri anda baik terlebih dahulu, jika anda ingin mencari istri yang salihah maka jadikan diri anda saleh terlebih dahulu, karena Allah sudah menetapkan akan hal itu semua sesuai dengan ayat yang ada diatas. b. Persiapan Konsepsional

Kesiapan konsepsional ditandai dengan dikuasainya berbagai hukum, etika, aturan, dan kadang juga pernak-pernik pernikahan serta kerumahtanggaan. Kadanag kita jumpai masyarakat yang menikah tanpa mengaahui aturan Islam tenang pernikahan dan kerumahtanggaan, Wajar saja kalau kemudian dalam kehidupan berumah tanggaa terjadi berbagai bentuk yang tidak sesaui dengan sunnah kenabian disebabkan oleh ketidak mengertian (Takariawan, 2009: 28).

Dari sekian banyak pernikahan yang sudah berlangsung bahwa teraya masih ada juga kejadian dimasayrakat mengenai betapa pentingya mengetahui ilmu-ilmu pernikahan, karena banyak dari sekian pernikahan di masayarakat yang tidak mau tahu terhadap betapa pentingya ilmu tentang pernikahan itu sendiri.

c. Persiapan Fisik

(46)

sebagai suami atau istri dengan optimal. Apabila diantara indikator

„mampu‟ yang dituntut dalam melaksanakan pernikahan adalah

kemampuan melaksanakan jimak maka salah satu aspek kesehatan yang dituntut pada laki-laki dan perempuan adalah menyangkut kemampuan berhubungan suami istri secara wajar (Takariawan, 2009: 32).

Hal ini sangat diperlukan dalam menunjang sebuah perkawinan yang nantinya akan berlangsung dan diperlukan juga untuk memeriksakan diri masing-masing untttuk mengatahui kesehaan reproduksi dari setiap calon pengantin karena. Rasullulah Saw. Menganjurkan untuk menikahi wanita yang penyayang lagi mempunyai peluang untuk melahirkan banyak anak.

Maka dari itu sebelum melangsungkan sebuah pernikahan alangkah baiknya dari setiap calon mengetahui dari setiap riwayat kesehatan dari masing-masing calon pengantin apakah pada nantinya akan diberlangsungkan sebuah pernikahan apa tidak sehingga pada nantinya tidak ada penyesalan setelah terjadinya penikahan tersebut. d. Persiapan Materil

(47)

ketanah suci, serta biaya menetap maupun pulangya. Termasuk juga biaya bagi keluarga yang ditinggalkan selama hampir sebulan ((Takariawan, 2009: 34).

Dari urian diatas jangankan haji, sedangkan sholatpun tidak akan sah kalau auratnya tidak tertutup dan untuk menutup itu aurat maka dibutuhkan juga materi untuk beribadah kepada Allah, selain itu pun kita tidak akan bisa beribadah tanpa kita makan sedangkan biaya untuk makan pun juga kita membutuhkan yang namanya materi. Allah berfirman:

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka

bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan.

Maka dari sini Allah sudah meletakkan kewajiban untuk memenuhi ekonomi bagi pihak laki-laki karena laki-laki memiliki tanggung jawab kepada istri dan anak-anknya nanti, maka apabila ingin melangsungkan sebuah pernikahan alangkah baiknya sudah memiliki pekerjaan karena pada nantinya seorang laki-laki tidak akan hidup sendiri setelah dia melaksanakan sebuah pernikahan.

e. Persiapan sosial

(48)

dari keluarga bapak ibunya, sehingga belum diperhintungkan dalam kegiatan kemasyarakatan, setelah menikah mereka mulai dihitung sebagai keluarga tersendiri (Takariawan, 2009: 38).

Membiasakan diri terlibat dalam masyarakat merupakan sebuah persiapan bahwa sudah siap dengan apa yang akan terjadi nantinya, karena pada suatu saat nanti mau tidak mau kita pasti bakalan kembali pada masyarakat maka dari itu persiapan sosial dalam hal ini sangat dibutuhkan apabila dari masing-masing calon pengantin sudah dewasa pastinya sudah tidak akan asing lagi dengan kagiatan yang ada di masyarakat itu sendiri.

Agama Islam senantiasa menyuruh kita untuk memeiliki kepedulian dan keterlibatan sosial. Allah Swt. Telah berfirman.

Artinya: sembahlah Allah dan janganlah kamu

mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah

kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,

orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman

(49)

menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan

diri, (QS An-Nisa ayat 36).

Oleh sebab itu Islam sangat menghargai keserasian dalam kehidupan bermasyarakat kemudian jangalah pernah merasakan malu apa bila sudah dihadapkan dengan masyarakat secara langsung, karena pada duluya yang tidak pernah tersentuh oleh kegiatan yang ada di masyarakat maka setelah melangsungkan sebuah pernikahan dan sudah memiliki keluarga maka dengan sendirinya sudah harus bisa berinteraksi dengan masyarakat secara langsung yang tanpa harus disuruh sudah harus bisa membiasakan dengan sendirinya karena persiapan sosial disini sangatlah penting karena kita pada akhirnya akan menjadi masyarakat juga.

2. Mewujudkan Hamonisasi Hubungan Suami Istri

Upaya mewujudkan harmonisasi hubungan suami istri dapat dicapai antara lain melalui :

8. Adanya Saling Pengertian.

(50)

perbedaan sifat, sikap, tingkah laku, dan mungkin perbedaan pandangan

9. Saling Menerima Kenyataan.

Suami-istri hendaknya sadar bahwa jodoh, rezeki, mati itu dalam kekuasaan Allah tidak dapat dirumuskan secara sistematis. Namun kepada kita manusis diperintahkah untuk ikhtiar, Hasilnya barulah merupakan suatu kenyataan yang harus kita terima, termasuk keadaan suami-istri kita masing-masing, kita terima secara tulus dan ikhlas.

10. Saling Melakukan Penyesuain Diri

Penyesuaian diri dalam keluarga berarti setiap anggota keluarga berusaha untuk dapat saling mengisi kekurangan yang ada pada diri masing-masing serta mau menerima dan mengakui kelebihan yang ada pada orang lain dalam lingkunga keluarga, Kemampuan penyesuaian diri oleh masing-masing anggota keluarga mempunyai dampak yang positif, baik bagi pembinaan keluarga maupun masyarakat dan bangsa. 11. Memupuk Rasa Cinta

(51)

kebahagiaan keluarga, hendaknya antar sesama suami-istri senantiasa berupaya memupuk rasa cinta dengan rasa saling menyanyangi, kasih-mengasihi hormat-menghormati serta saling harga-menghargai dan penuh keterbukaan.

12. Melaksanakan asas Musyawarah

Dalam keluarga sikap bermusyawarah terutama antara suami-istri merupakan suatu yang perlu diterapkan. Hal tersebut sesuai dengan prinsip tak ada masalah yang tidak dapat diselesaiakan selama prinsip musyawarah diamalkan, Dalam hal ini dituntut untuk selalu terbuka, lapang dada, jujur, mau menerima dan memberi serta sikap tidak mau menang sendiri dari pihak suami maupun istri. Sikap bermusyawarah dalam keluarga dapat menumbuhkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab diantara para anggota keluarga dalam menyelesaikan dan memecahkan masalah-masalah yang timbul. 13. Suka Memaafkan

Diantara suami-istri harus ada sikap kesdihan untuk saling memaafkan atas kesalahan masing-masing. Hal ini penting karena tidak jarang soal yang kecil dan sepele dapat menjadi sebab terganggunya hubungan suami-istri yang tidak jarang dapat menjerumus kepada perselisishan yang berkepanjangan.

(52)

Masing-masing suami-istri harus berusaha saling membantu pada setisp usaha peningkatan dan kemajuan yang pada giliranya menjadi kebahagian keluarga (Kementrian Agama, 2005:29).

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. GAMBARAN UMUM KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN

KANDANGAN DAN PEMBINAAN PRA NIKAH

(53)

Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Kandangan merupakan unit Pelaksana Teknis Dirjen Bimas Islam yang bertugas Melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung yang secara institusional berada paling depan dan menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat di bidang Urusan Agama Islam. Tugas Pokok KUA Kecamatan tersebut tertuang pada Keputusan Menteri Agama nomor 517 Tahun 2001 tentang penataan organisasi KUA Kecamatan dan terakhir disempurnakan dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 39 tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Urussan Agama.

Dalam melaksanakan tugas tersebut KUA mennyelenggarakan fungsi. Pelaksanaan Pelayanan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan Nikah dan rujuk; penyusunan statistik dokumentasi dan pengelolaan sistem majanemen KUA; pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga KUA; Pelayanan bimbingan keluarga sakinah; Pelayanan bimbingan kemasjidan; Pelayanan bimbingan pembinaan syariah; serta penyelenggaraan fungsi lain di bidang agama islam yang di tugaskan oleh Kepala Kantor Kementerian Kabupaten Temanggung.

(54)

b. UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

c. PP nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 d. Peraturan Menteri Agama Nomor 03 Tahun 1999 tentang Pembinaan

Gerakan Keluarga Sakinah.

e. Keputusan Menteri Agama No. 517 tahun 2001 tentang penataan organisasi Kantor Urusan Agama Kecamatan.

f. Keputusan Menteri Agama RI No. 298 tahun 2003 yang mengukuhkan kembali kedudukan Kantor Urusan Agama kecamatan sebagai unit kerja Kantor Departemen Agama kabupaten / kota yang melaksanakan sebagian tugas Urusan Agama Islam.

g. Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006 tentang pelaksanaan Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

h. PMA Nomor 11 tahun 2007 tentang pencatatan Nikah.

i. PMA Nomor 10 tahun 2010 Tentang Organisasi dan tata kerja Kementerian Agama.

j. PMA Nomor 13 tahun 2012 tentang Organisasi dan tata kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama.

k. PMA Nomor 39 tahun 2012 tentang Organisasi dan tata kerja Kantor Urusan Agama.

(55)

jajarannya sebagai pejabat yang bertanggung jawab dalam melaksanakan dan mengkoordinasikan tugas-tugas Kantor Urusan Agama Kecamatan untuk dapat bersikap dinamis, proaktif, kreatif, mandiri, aspiratif dan berorientasi pada penegakan peraturan yang berlaku.

2. Dasar Hukum

Penyusunan profil KUA Kecamatan Kandangan Kab. Temanggung yang memuat gambaran umum tentang pelaksanaan tugas dan fungsi KUA Kecamatan Kandangan yang didasarkan pada ketentuan tugas dan fungsi KUA Kecamatan itu sendiri dan harapan dari dinas instansi vertikal yang berwenang dalam pembinaan rutin dalam bentuk kegiatan penilaian KUA percontohan dengan berpijak pada peraturan yang berlaku , yaitu :

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan;

b. Keputusan Menteri Agama Nomor 168 Tahun 2000 tentang Pedoman Perbaikan Pelayanan Masyarakat di Lingkungan Departemen Agama; c. Keputusan Menteri Agama Nomor 480 Tahun 2003 tentang

Perubahan atas Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang Organisasi dan tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota;

(56)

e. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/25/M.PAN/05/2006 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik;

f. Keputusan Menteri Agama Nomor 117 Tahun 2007 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Masyarakat di Lingkungan Departemen Agama;

g. Instruksi Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pedoman Perbaikan Pelayanan Masyarakat di Lingkungan Departemen Agama. 3. Kondisi Objektif KUA Kecamatan Kandangan

KUA Kecamatan Kandangan terletak di sebelah utara jantung kota Temanggung. Berjarak kurang lebih 8 kilo meter dari perkantoran Kabupaten Temanggung. Berada satu komplek dengan masjid Besar Kecamatan Kandangan dan Kantor PPAI serta Kantor Kepala Desa Kandangan, Secara terinci; sebelah selatan merupakan Jalan Raya Kandangan Jumo, sebelah barat masjid Besar Attaqwa Kecamatan Kandangan, sebelah Timur dan utara adalah perumahan penduduk. Wilayah Kecamatan Kandangan seluas 5728 Ha dengan mayoritas adalah lahan Pertanian, Perindustrian, perdagangan, dan perumahan.

(57)

Berdasarkan data pada Surat Keputusan Kepala Desa Kandangan Nomor: 543.8/01/1985 tertanggal 03 April 1985 Tentang Penyediaan Tanah Untuk Pembangunan Gedung Balai Nikah Kecamatan Kandangan, yang kemudian telah di sertifikatkan dengan nomor sertifikat: 12/9/2002 tertanggal 07 Januari 2002, dibangun di atas tanah Hak Pakai Kantor urusan Agama seluas 700 m2, terletak di Jl Jumo – Kandangan Km.01 Desa Kandangan Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung.

Berdasarkan Informasi dari Bapak KH Zainal Ma‟ruf, KUA

Kecamatan Kandangan berdiri sejak tahun 1947 M. Pertama berdiri kantor Urusan Agama berkantor di rumah bapak Sapar di Kandangan Timur, kemudian pindah di rumah bapak Sunadi juga berlokasi di Kandangan Timur. Kemudian pindah di sebelah masjid. Sejak saat itulah lokasi kantor urusan agama menjadi satu dengan masjid Besar Kandangan. Semenjak tahun 1975 Gedung KUA telah berdiri sendiri di sebelah halaman masjid besar Kandangan. Pada tahun 1985 KUA Kec, Kandangan mendapat proyek pembangunan gedung dari pemerintah pusat yang berdiri di sebelah bangunan lama hingga sekarang.

Adapun wilayah kecamatan Kandangan terdiri dari 16 desa yaitu: a. Kandangan

b. Baledu c. Caruban d. Samiranan

(58)

f. Gesing g. Blimbing h. Kedungumpul i. Wadas

j. Rowo k. Malebo l. Ngemplak m. Tlogopucang n. Kedawung o. Banjarsari p. Margolelo

4. Visi Misi dan Motto KUA Kecamatan Kandangan a. Visi

Profesional dan Amanah

Demi Terwujudnya Masyarakat Yang Islami, Berakhlakul Karimah

b. Misi

1) Meningkatkan pelayanan bidang organisasi dan Ketatausahaan 2) Meningkatkan Disiplin Pegawai

3) Meningkatkan pelayanan teknis administrasi nikah dan rujuk 4) Meningkatkan pelayanan teknis administrasi kependudukan dan

(59)

5) Meningkatkan pelayanan teknis administrasi kemasjidan dan

hisab ru‟yah

6) Meningkatkan pelayanan administrasi zakat, wakaf & shadaqah serta ibadah sosial

7) Meningkatkan pelayanan teknis dan Pembinaan Jamaah Haji 8) Meningkatkan kerjasama lintas sektoral

9) Mendorong berkembangnya masyarakat madani yang dilandasi nilai-nilai Religi dan nilai-nilai luhur budaya daerah.

c. Motto

PELAYANAN PRIMA KAMI UNTUK KEPUASAN ANDA 5. Struktur Organisasi KUA Kandangan

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)

(60)

6. Keadaan Karyawan KUA Kandangan

Jumlah pegawai KUA Kecamatan Kandangan tahun 2015 sebanyak 7 orang , terdiri dari 5 orang pegawai laki-laki dan 2 orang pegawai perempuan. Adapun rincian pegawai KUA sebagai berikut:

a. Badarodin, M.Ag. jabatan Kepala , dengan tugas sebagai penanggung jawab pelaksanaan tugas dan fungsi KUA

b. Edy Mansur Jabatan Staf Penata Muda Tk.I III/b Pengolah data c. Umi Kulsum jabatab staf pengelola data Dipa

d. M.Safi`i, S.Ag, Jabatan Pembina penyuluh Agama Islam Fungsional e. Widodo Jabatan Staf Juru Muda Tk. I I/b caraka Membantu ketata

usahaan, haji dan basos.

7. Keadaan Penduduk dan Sosio Religiusnya Kecamatan Kandangan

(61)
(62)

8. Prosedur Pelayanan Nikah

Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh calon pengantin sebelum melangsungkan sebuah pernikahan adalah sebagai berikut:

a. Calon pengantin laki-laki dan perempuan dating ke KUA untuk mendaftar pernikahan

b. Calon pengantin laki-laki dan perempuan mangambil, mengisi dan melengkapi formulir persyaratan nikah di KUA

c. Kemudian apabila pernikahan akan dilakukan di luar KUA atau di luar jam kerja membayar Rp. 600.000 yang wajib disetorkan oleh calon pengantin pada bank yang ditunjuk berdasarkan PP. NO 48 Tahun 2014

d. Menyerahkan slip bukti pembayaran ke KUA

e. Jika pernikahan dilakukan di kantor KUA dan pada jam kerja maka tidak dikenakan biaya Rp. 0,-

9. Prosedur Pelayanan Pendaftaran Nikah a. Calon pengantin Laki-laki

1) Surat keterangan untuk menikah (Model N1) 2) Surat keterangan Asal-usul (Model N2) 3) Surat persetujuan calon mempelai (Model N3) 4) Surat keterangan Orang tua (Model N4)

5) Surat keterangan persetujuan Orang tua (Model N5) Bagi catin yang berusia kurang dari 21 pada tanggal pernikahan

(63)

7) Disertakan berkas pendukung:

a) Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) b) Foto copy Akta Kelahiran

c) Foto copy Kartu Keluarga

d) Akta kematian/Surat Keterangan Kematian bagi duda mati e) Akta Cerai Asli berikut salinan putusan /bagi Duda cerai f) Surat Ijin Kawin dari Komandan bagi Catin Anggota

TNI/POLRI

g) Dispensasi dari Pengadilan Agama bagi Catin yang belum berusia 19 Tahun

h) Pas Photo UKURAN 2X3 Background Biru sebanyak 4 Lembar

i) Rekomendasi nikah dari Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat bila catin berasal dari daerah lain. b. Calon Pengantin Wanita

1) Surat Keterangan Untuk Menikah (Model N1) 2) Surat Keterangan Asal-Usul (Model N2) 3) Surat Persetujuan Calon Mempelai (Model N3) 4) Surat Keterangan Orang Tua (Model N4)

5) Surat Keterangan Persetujuan Orang Tua (Model N5) Bagi catin yang belum berusia 21 tahun pada tanggal pernikahan

(64)

8) Disertai berkas pendukung:

a) Foto Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) b) Foto Copy Akta Kelahiran

c) Foto Copy Kartu Keluarga

d) Akta kematian/Surat Keterangan Kematian bagi janda mati

e) Akta Cerai Asli berikut salinan putusan /bagi janda cerai f) Surat Ijin Kawin dari Komandan bagi Catin Anggota

TNI/POLRI

g) Dispensasi dari Pengadilan Agama bagi Catin yang belum berusia 19 Tahun

h) Pas Photo Ukuran 2X3 Background Biru sebanyak 4 Lembar

i) Rekomendasi nikah dari Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat bila catin berasal dari daerah lain. KETERANGAN

i. Bagi Surat Nikah Model N ditandatangani dan distempel Kepala Desa/Lurah

ii. Bagi pihak yang mendaftar ditambah model N7 10. Tugas Kantor Urusan Agama KUA

(65)

melakukan wawancara terhadap BD bahwa belia meluruskan apa yang selama ini ada pada masyarakat sebagai berikut:

“.Bahwa KUA Tugasnya tidak menikahkah orang , akan

tetapi mencatatkan pernikahan seseorang, sedangkan yang bertugas menikahkan wali dari catin perempuan, tetapi kebanyakan yang dating ke KUA untuk melangsungkan pernikahan biasanya tidak dinikahkah oleh walinya melainkan lewat pegawai KUA itu sendiri maka karena seringya mewakilkan itu atau naib , Karena wali banyak yang beranggapan kurang mampu, atau

karena tidak biasanya seperti itu”.

Selain itu pula diperkuat dengan peryataan oleh M.S beliau menambahkan bahwa tugas KUA tidak hanya mencatatkan saja peryataanya adalah sebagai berikut:

“.Bahwa disini KUA selain melakukan pencatatan,

pengawalan, pembinaan, dan pengadministrasian, KUA juga mempunyai tugas sebagai pembuat ikrar wakaf, manasik haji, pengurusan masjid, TPQ, Pendataan tempat-tempat ibadah, dan pengelolaan zakat dan waqaf pembinaan terhadap calon pengantin”.

11. Program Kerja KUA

Program Kerja setiap KUA adalah sama karena sudah diatur oleh pemerintah pusat. Untuk itu peneliti melakukan wawancara terhadap BD bahwa BD menuturkan bahwa. “ ya kalau masalah program kerja itu kita

dari KUA memiliki kebijaksanaan tersendiri karena setiap lokasi itu

berbeda dengan lokasi yang lain serta juga dari kondisi masyarakat itu juga

karena pada dasarnya masyarakat juga menjadi prioritas utama akan tetapi

kita juga tidak melenceng dari apa yang sudah ditetapkan oleh pemerintah

(66)

12. Jumlah Nikah, Talak, Cerai, Rujuk

Kantor Urusan Agama Kecamatan Kandangan telah mencatat peristiwa nikah pada tahun 2012 hingga dengan saat ini adapun peristiwa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 data Jumlah Nikah, Talak, Cerai, Rujuk, Kantor

Urusan Agama Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung.

Tahun Nikah Talak Cerai Rujuk

2014 447 24 45 0

2015 170 0 0 0

B. PEMBINAAN PRA PERNIKAHAN

Dari sekian banyaknya KUA yang ada di kabupaten Temanggung teryata juga memiliki cara yang berbeda-beda dalam pembinaan karena letak geografis dan keadaan dari masyarakat juga ikut berperan penting dalam pembinaan tersebut. Berikut model pembinaan dari KUA Kecamatan sebagai berikut:

1. Model Pembinaa Pra Pernikahan di KUA Kecamatan Kandangan

Model pembinaan yang dilakukan oleh pihak KUA Kandangan . Disini peneliti melakukan wawancara terhadap BD belia menegaskan adalah sebagai berikut.

(67)

sendiri serta seberapa jauh catin mengetahui tentang pernikahan dan juga agama”.

2. Pihak yang Terlibat dalam Pembinaan

Pihak yang ada dalam pembinaan teryata tidak hanya catin dan pihak KUA saja akan tetapi ada jiga pihak lain yang ikut dalam pembinaan tersebut, peneliti melakukan wawancara kepada BD beliau juga menuturkan bahwa pihak yang terlibat dalam pembinaan adalah sebagai berikut:

“ pihak yang terlibat dalam pembinaan ini calon pengantin ,

tokoh agama, pemerintah desa dan juga puskesmas karena apa puskesamas juga terlibat karena untuk mengetahui kondisi kesehatan dari pihak calon pengantin karena sangat penting untuk mengatahui kondisi kesehatan, bukanya rasulullah juga menegaskan bahwa kawinilah wanita yang dapat memberika

keturunan yang banyak bagi kamu”.

3. Materi Pembinaan

Dalam melaksanakan pembinaan tentu juga dari pihak KUA memiliki materi tersendiri yang nantinya akan diberikan kepada calon pengantin, bahkan menurut BD materi yang akan diberikan tentang, ilmu-ilmu fiqih, tentang membina keluarga, dan bagaimana nikah yang sebenarya, serta

nikah sebagai menjalin hubungan rumah tangga yang harmonis.

4. Metode Pembinaan

(68)

“ bahwa untuk tehknik atau metode ya biasa saja, kita dari

pihak KUA mendatangkan kedua calon pengantin ke KUA untuk melangsungkan pembinaan tersebut, kemudian setelah itu kami melakukan Tanya jawab terhadap calon pengantin itu sendiri selain itu pula kita hanya bisa memanggil secara satu persatu karena tidak semua dari para calon pengantin yang bisa dating untuk melangsungkan pembinaan itu sendiri. Selain itu juga masih kurangya calon pengantin mengenai bahwa betapa pentingya pembinaan sehingga kami dari pihak KUA merasa kesulitan dalam memberikan pengertian kepada calon

pengantin itu sendiri”.

Dan teryata dari pihak KUA sendiri itu sudah merupakan cara yang paling efektif karena setelah melihat dari kondisi lingkungan dan masyarakat .

5. Waktu pelaksanaan Pembinaan

Disini dari kapan waktu pelaksanaan teryata dari pihak KUA sendiri juga ada waktu tersendiri mengenai kapan pembinaan itu berlangsung, akan tetapi karena adanya kendala maka peneliti melakukan wawancara terhadap BD belia menuturkan sebagai berikut:

“ bahwa pada dasarnya kami dari KUA memiliki waktu

tersendiri untuk melangsungkan pembinaan tersebut, akan tetapi karena kurang kesadaran dari calon pengantin itu sendiri maka kami dari KUA sering tidak bisanya melangsungkan pembinaan pada apa yang teah ditentukan. Sehingga menurut kami waktu yang paling tepat dan dikira sangat efektif yaitu pada akan berlangsungya ijab qabul yang akan dilakukan oleh calon pengantin, sehingga kami hanya bisa melakukan sedikit ceramah mengenai cara membina sebuah keluarga yang akan

menjadi tanggung jawab bersama nantinya”.

6. Problema Pembinaan

Gambar

Tabel 3.1 data Jumlah Nikah, Talak, Cerai, Rujuk, Kantor

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan material kulit samak nabati maka penulis membuat karya seni yang menceritakan rasa sakit yang pernah dialami penulis berdasarkan pada pengalaman pribadi

Jumlah wawancara yang dilakukan disesuaikan dengan data yang diperoleh, apakah dianggap telah memenuhi Rini Yuniati, 2013 Karir sebagai Motivasi dan Pengembangan Diri Wanita

Kalsium karbonat sendiri memiliki densitas yang mirip dengan aluminium yaitu sekitar 2710 kg m 3 sehingga dapat terdispersi secara baik pada lelehan aluminium dan telah

Penurunan konsentrasi estrogen oleh aromatase inhibitor mengakibatkan banyaknya hormon testosteron yang diproduksi sehingga mengarahkan kelamin ikan menjadi jantan

Di samping itu, pengamatan dan analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran uang (M2) merupakan variabel kunci bagi otoritas moneter untuk menetapkan

Ketika pemerintah menerapkan liberalisasi perdagangan beras maka pasar beras Indonesia terintegrasi dengan pasar beras internasional dan harga beras dalam negeri akan

Selanjutnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada kreditur dalam perjanjian kredit dengan jaminan Hak

dilaksanakan di dapur sekolah, peserta didik sangat bersemangat sekali praktik membuat makanan ringan dari olahan jagung berupa pop corn.. 3.2 penyusunan perangkat persiapan