• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ALQUR’AN MELALUIMETODE IQRO’ PADA SISWA KELAS II DI MI MA’ARIF KARANGTENGAH KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ALQUR’AN MELALUIMETODE IQRO’ PADA SISWA KELAS II DI MI MA’ARIF KARANGTENGAH KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ALQUR’AN

MELALUIMETODE IQRO’ PADA SISWA KELAS II

DI MI MA’ARIF KARANGTENGAH

KECAMATAN TUNTANG

KABUPATEN SEMARANG

JURUSAN T ARBI YAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

(2)

Setelah dikorcksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama AzharRofi’i

NIM 11407210

Junasan Tarbiyah

Program Sludi Pendidikan Agama Islam

Judul MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

ALQUR’AN MELALU1 METODE 1QRO’ PADA

SISWA KELAS 11 MI MAARIF KARANGTENGAH

KECAMATAN TUNTANG

SEMARANG

KABUPATEN

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 10 Agustus 2009

Pcmbimbing

(3)

DEPARTEMEN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jt. 7'entara (pefajar02 Tefp. 323706 Ta^323433 Xpde <Pos. 50721 Safatiga http//w w w . safatiga. a.c.id e-mad:a$ademi$@stamsaCatiga. ac. id

PENGESAHAN KETULUSAN

Skripsi Saudara Azhar Rofi’i dengan Nomor Induk Mahasiswa 11407210 yang

berjudul Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Our’an Melalui Metode IORO’

pada Siswa Kelas II di MI Ma’arif Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten

Semarang tahun pelajaran 2008 / 2009 telah dimunaqoskan dalam Sidang Panitia

Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga

pada Sabtu, 29 Agustus 2009 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

Salatiga, 8 Romadlon 1430 H 29 Agustus 2009 M

Panitia Ujian

(4)

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama

NTM

Jurusan

Program Studi

Azhar Rofi’i

11407210

Tarbiyah

Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,

bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat

dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 10 Agustus 2009

Yang menyatakan

(5)

MOTTO

‘Aku bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi

Muhammad adalah utusan Allah.”

(6)

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibuku (M. Dalail dan Umniah) beserta Keluargaku yang tercinta.

2. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Salatiga.

3. Teman-teman seprofesi Bapak dan Ibu Gum MI Ma’arif Karangtengah.

4. Teman-teman PAI Ekstensi 2008/2009.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut asma Allah SWT yang maha pengasih dan Penyayang,

segala puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sholawat dan salam

semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri

tauladan yang telah mengentaskan manusia dari kegelapan dengan pancaran ilmu

pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “

Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Melalui Metode IQRO’

pada Siswa Kelas II di MI M a’arif Karangtengah Kecamatan Tuntang

Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2008 / 2009'’.

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besamya kepada:

1. Bpk. Drs. Imam Sutomo selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

Salatiga.

2. Bpk. Fatchurrahman, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama

Islam (PAI) Negeri Salatiga.

3. Bpk. Drs. Djoko Sutopo selaku Ketua Program Ekstensi.

4. Bpk. H. Agus Waluyo, M.Ag. yang telah membimbing dan memberi

pengarahan sampai terselesainya penyusunan skripsi ini.

5.Semua Bapak Ibu Dosen serta karyawan yang telah memberi bekal

pengetahuan dan pelayanan kepada penulis.

6.Keluarga tercinta yang telah memberikan bantuan dan motivasi demi

terselesainya skripsi ini.

(8)

membantu terselesainya penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan Ekstensi PA I2008/2009.

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu-persatu.

Teriring do’a semoga amai dan budi baik yang mereka berikan kepada

penulis menjadi catatan amal kebaikan disisi Allah SWT, Amin.

Salatiga, Agustus 2009 Penulis

Azhar Rofi’i

(9)

ABSTRAK

Judul skripsi : “ Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Melalui Metode IQRO’ pada Siswa Kelas II di MI Ma’arif Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2008 / 2009”.

Kata Kunci: Meningkatkan Kemampuan Metode iqro’.

Belajar membaca Al-Qur’an dengan metode iqro’ dipilih karena metode ini terbukti mampu meningkatkan dan mempermudah proses belajar mengajar BTQ dibandingkan dengan metode tradisional.

Untuk itu Guru harus benar-benar memahami tujuan mengajar secara khusus yaitu memilih metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, selain itu juga faktor-faktor lain seperti sarana prasarana sekolah, lingkungan sekitar dan lain-lain.

Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian tindakan ini adalah : a) Bagaimana kemampuan siswa di dalam membaca Al-Qur’an?

b) Apakah kemampuan membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode iqro’ pada siswa kelas II dapat ditingkatkan ?

c) Bagaimana penerapan metode iqro’ dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an pada siswa kelas II ?

Tujuan penelitian yang hendak diperoleh adalah:

a) Untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an dengan memanfaatkan metode iqro’

b) Membiasakan anak dalam belajar membaca dan menulis Al-Qur’an dengan menggunakan metode iqro’

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan, kegiatan dan pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (27,78%), siklus II (22,22%), siklus III (0%).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kemampuan membaca Al-Qur’an siswa kelas II dengan menggunakan metode iqro’ dapat ditingkatkan.

(10)

HALAMANJUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN KELULUSAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... ... vi

KATA PENGANTAR... ... vii

ABSTRAK... ix

DAFTAR IS I... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Hipotesis Tindakan... 10

F. Definisi Istilah... 10

G. Pelaksanaan Penelitian... 12

1. Waktu Penelitian... 12

(11)

2. Subyek Penelitian... 13

3. Teknik Pengumpulan Data... 14

4. Metode Analisa D ata... 15

H. Sistematika Skripsi... 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Peningkatan Pembelajaran... IS 1. Proses Belajar Mengajar... 18

2. Pengertian Belajar... 18

3. Pengertian Kemampuan... 20

4. Membaca... 21

5. Motifasi Membaca... 26

6. Meningkatkan Kemampuan Membaca... 27

B. Pengertian Al-Qur’a n ... 31

C. Pengajaran Al-Qur’an... 36

D. ftfetode IQRO’ dalam Pengajaran Al-Qur’a n ... 37

E. Metode-metode Baca Tulis Al-Qur’an di Indonesia... 49

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Lokasi Penelitian... 56

B. Subjek yang di Teliti... 56

C. Pelaksanaan Penelitian... 57

D. Penjelasan Pelaksanaan Siklus 1... 57

E. Penjelasan Pelaksanaan Siklus I I ... 62

F. Penjelasan Pelaksanaan Siklus III... 66

(12)

A. Deskripsi Pelaksanaan Per Siklus... 72

1. Siklus 1... 72

2. Siklus II... 75

3. Siklus III... 79

B. Pembahasan Dari Setiap Siklus... 81

1. Siklus I ... 82

2. Siklus II... 82

3. Siklus III... 83

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 85

B. Saran... 87

C. RencanaTindakLanjut... 88

Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

(13)

DAFTAR TABEL

TAB EL I JADWAL PELAKSANAAN PENEL1T1AN... 15

TABEL II KOMPONENTESBACAAL-QUR’AN... !... 32

TABEL III DAFTAR PESERTA D1DIK KELAS II

MI MA’ARIF KARANGTENGAH... 53

TABEL IV HASIL BELAJAR MENGAJAR MEMBACA

DAN MENULIS DALAM SIKLUS 1... 69

TABEL V PRESENTASE HASIL BELAJAR MENGAJAR

MEMBACA MENULIS SIKLUS I ... 70

TABEL VI HASIL BELAJAR MENGAJAR MEMBACA

DAN MENULIS SIKLUS II... ... 73

TABEL VII PRESENTASE HASIL BELAJAR MENGAJAR

MEMBACA DAN MENULIS SIKLUS II... 74

TABEL VIII HASIL BELAJAR MENGAJAR MEMBACA

MENULIS SIKLUS III... 76

TABEL IX PRESENTASE HASIL BELAJAR MENGAJAR

MEMBACA DAN MENULIS SIKLUS III... . 77

(14)

GAMBAR

GAMBAR

GAMBAR

I DOKUMEN PELAKSANAAN SIKLUS I

II DOKUMEN PELAKSANAAN SIKLUS II

III DOKUMEN PELAKSANAAN SIKLUS III

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Materi Pelajaran Qur’an Hadis kelas II

Pada Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

2. Soal Tulis Siklus I

3. Kunci Jawaban Soal Siklus I

4. Dokumen Pelaksanaan Siklus I

1. Materi Pelajaran Qur’an Hadis kelas II

Pada Penelitian Tindakan Kelas Siklus II

2. Soal Tulis Siklus II

3. Kunci Jawaban Soal Siklus II

4. Dokumen Pelaksanaan Siklus II

1. Materi Pelajaran Qur’an Hadis kelas II

Pada Penelitian Tindakan Kelas Siklus III

2. Soal Tulis Siklus III

3. Kunci Jawaban Soal Siklus III

4. Dokumen Pelaksanaan Siklus III

Surat Keterangan Penelitian Tindakan Kelas

Dari Kepala Madrasah Ibtidaiyah Karangtengah

PROFIL MI MA’ARIF KARANGTENGAH

Surat Keterangan Guru Mitra dalam

Penelitian Tindakan Kelas dari Kepala Madrasah

Jadwal Pelajaran Kelas 2 MI MA’ARIF

Karangtengah Tahun Ajaran 2008/2009

STRUKTUR ORGANISASI MI MA’ARIF

KARANGTENGAH

(16)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca sebagai sarana untuk mentransfer ilmu dari tulisan (buku)

ke dalam dirimanusia masih sangat kurang dilakukan oleh sebagian besar

masyarakat Indonesia. Kecenderungan untuk mendapatkan informasi melalui

percakapan tampaknya lebih kuat daripada melalui bacaan. Kecenderungan

ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa minat dan kebiasaan atau keseringan

membaca dikalangan siswa relative masih rendah. Buku yang dipinjam

sekolah, atau yang dimiliki siswa sendiri tampak bersih dan tidak dibaca.

Demikian juga kecenderungan siswa di dalam membaca A1 Qur’an

pun masih kurang dikarenakan kemampuan siswa di dalam membaca A1

Qur’an pun masih amat rendah. Khususnya pada mata pelajaran A1 Qur’an

Hadis, anak seperti kurang berminat atau malas bila mendapatkan pelajaran

A1 Qur’an Hadis khususnya bila anak mendapat tugas untuk membaca dan

menulis A1 Qur’an, contoh keadaan ini terjadi pada sekolah tempat penulis

bertugas yaitu di MI Karangtengah khususnya kelas 2.

Mereka lebih suka membaca bacaan-bacaan yang bertuliskan latin

Indonesia daripada tulisan Arab. Kemampuan siswa di dalam membaca dan

menulis A1 Qur’an masih beragam. Ada yang lamban, sedang dan ada yang

cepat,

(17)

2

kemampuan yang beragam ini menjadi tantangan bagi penulis di dalam

bertugas.

Di dalam A1 Qur’an dan Hadis banyak sekali perintah tentang

mengajarkan A1 Qur’an pada anak sedini mungkin.1

1. Firman Allah QS : At Tahrim : 6

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka”.

Sebagai realisasi menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka, tidak ada

lain adalah melalui pendidikan dan pengajran A1 Qur’an sedini mungkin.

2. Sabda Rosullulah SAW

f i& t

Artinya : “Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara : mencintai Nabimu, mencintai keluarga Nabi dan membaca A1 Qur’an (HR At Thabrani)”.

3. Sabda Rosullulolah SAW

Artinya : “Hak anak atas orang tuanya ada 3 : memilihkan nama yang baik ketika baru lahir, mengajarkan kitabullah A1 Qur’an ketika mulai bisa berfikir dan menikahkan ketika dewasa (HR Ahmad)

(18)

Artinya : “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari A1 Qur’an dan mengjarkannya “ (HR Bukhori)

Hadis-Hadis ini menunjukkan bahwa mengajarkan membaca A1

Qur’an adalah suatu keharusan bagi setiap orang tua terhadap anak-anaknya

dan keharusan pula bagi sesama muslim.

Ibnu Khadul menjelaskan bahwa pengajaran A1 Qur’an itu merupakan

fondasi pengajaran bagi seluruh kurikulum, sebab A1 Qur’an merupakan salah

satu “syiar Ad-din” yang menguatkan aqidah dan mengokohkan keimanan.2

Salah satu visi dan misi MI Ma’arif Karangtengah adalah siswa

mampu membaca A1 Qur’an dengan benar, oleh karena itu peneliti sangatlah

tertarik untuk mengadakan penelitian tentang kemampuan membaca A1

Qur’an pada siswa MI Ma’arif Karangtengah. MI Ma’arif Karangtengah

adalah lembaga pendidikan tingkat dasar yang memiliki visi dan misi agar

siswanya mampu membaca A1 Qur’an dengan benar. Maka mata pelajaran A1

Qur’an Hadis dan Baca Tulis A1 Qur’an merupakan sarana dan media untuk

mengenalkan A1 Qur’an pada anak usia dini. Untuk itu para guru harus

memiliki metode mengajarkan AI Qur’an pada anak tingkat dasar, dengan

tujuan agar anak memiliki rasa suka membaca Al Qur’an.

Fenomena yang teijadi di masyarakat kita, terutama dirumah-rumah

keluarga muslim semakin sepi dari bacaan ayat-ayat suci Al Qur’an. Hal ini

(19)

4

disebabkan karena terdesak dengan munculnya berbagai produk sain dan

teknologi serta derasnya arus budaya asing yang semakin menggeser minat

untuk belajar membaca A1 Qur’an sehingga banyak anggota keluarga tidak

bisa membaca A1 Qur’an. Akhirnya kebiasaan membaca A1 Qur’an ini sudah

mulai langka. Yang ada adalah suara-suara radio, TV, tape recorder, karaoke dan lain-lain.

Keadaan seperti ini adalah keadaan yang sangat memprihatinkan,

belum lagi masalah akhlak, akidah dan pelaksanaan ibadahnya, yang semakin

hari semakin jauh dari tuntunan Rosullullah. Maka sangat diperlukan

kerjasama dari semua pihak untuk mengatasinya. Yaitu mengembalikan

kebiasaan membaca A1 Qur’an di rumah-rumah kaum muslimin dan

membekali kaum muslimin dengan nilai-nilai islam, sehingga bisa hidup

secara islami demi kebahagiaan dunia dan akhirat.3

Pada dekade belakangan ini telah banyak metode pengajaran baca tulis A1

Qur’an dikembangkan, begitu juga buku-buku panduannya telah banyak

disusun dan dicetak. Para pengajar baca tulis A1 Qur’an tinggal memilih

metode yang paling cocok baginya, paling efektif dan paling tepat untuk

mencapai keberhasilan pendidikan.

Keberhasilan suatu metode pengajaran sangat ditentukan oleh

beberapa hal yaitu :

1. Kemampuan guru

2. Siswa

(20)

3. Lingkungan

4. Materi pelajaran

5. Alat pelajaran

6. Tujuan yang hendak dicapai

Dalam mengajarkan baca tubs A1 Qur’an harus menggunakan metode.

Dengan menggunakan metode yang tepat akan menjamin tercapainya tingkat

keberhasilan yang lebih tinggi dan merata bagi siswa 4

Salah satu contoh metodologi pengajaran membaca A1 Qur’an yang

selama ini diterapkan di Indonesia dan yang sudah terkenal adalah metode

juz’amma (Qawaidul Bagdadiyah). Walaupun metode juz’amma ini memiliki

kelebihan akan tetapi bila dilihat dalam kenyataan atau dalam praktek

pembelajaran temyata belum mampu menjawab permasalahan yang ada. Para

santri atau siswa merasa jemu atau bosan apabila hanya menggunakan satu

metode. Untuk itu, perlu menggunakan metode yang lain di dalam pengajaran

membaca A1 Qur’an.

Dunia pendidikan mengakui bahwa suatu metode pengajaran

senantiasa memiliki kekuatan dan kelemahan, beberapa kelebihan metode

juz’amma antara Iain :

a. Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif.

b. 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh

sebagai tema sentral.

c. Pola bunyi dan susunan huruf disusun secara rapi.

(21)

6

d. Ketrampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik

tersendiri.

e. Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.

Beberapa kelemahan Qoidah Baghdadiyah antara lain :

a. Qoidah Baghdadiyah yang asli sulit diketahui, karena sudah mengalami

beberapa modifikasi kecil.

b. Pengajian materi terkesan menjemukan.

c. Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat menyulitkan pengalaman

siswa.

d. Memerlukan waktu lama untuk mampu membaca A1 Qur’an.

Selain metode baghdadiyah, yang sudah terkenal dan banyak

diterapkan di Indonesia adalah metode iqro’. Metode iqro’ memiliki banyak

kelebihan. Diharapkan kelebihan dari metode iqro’ ini mampu menjawab

kekurangan dari metode bagdadiyah.5

Beberapa kelebihan dari metode iqro’ adalah :

a. Bacaan langsung tanpa dieja.

b CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)

c. Privat: santri berhadapan langsung kepada guru.

d. Modul : santri dalam menyelesaikan materi iqro’ tergantung dari

kemampuan sendiri.

e. Asistensi.

f. Praktis.

(22)

g. Sistimatis.

h. Variatif.

i. Komunikatif.

j. Flexibel.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba akan menggabungkan dua

metode ini di. dalam pembelajaran baca tulis A1 Qur’an. Metode iqro’ yang

memiliki benyak kelbihan diharapkan mampu membantu kelemahan dari

metode baghdadiyah.

Kelemahan yang dimiliki metode iqro’ hanyalah pada saat guru

menyampaikan materi pelajaran yaitu apabila guru slah dalam menyampaikan

materi pelajaran maka pengetahuan tentang materi pelajaran yang diterima

siswapun akan salah. Untuk itu sebagai guru haruslah berhati-hati dan

mengetahui terlebih dahulu petunjuk-petunjuk menyampaikan materi

pelajaran dengan menggunakan metode iqro’.

Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar

mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan

ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan

tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan

metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam

suatu tujuan. Metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar

bermacam-macam. Penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan. Dalam

mengajar, jarang ditemukan guru menggunakan satu metode, tetapi

(23)

8

gabungan dimaksudkan untuk menggairahkan belajar anak didik. Dengan

bergairahnya belajar, anak didik tidak sukar untuk mencapai tujuan

pengajaran. Karena bukan guru yang memaksakan anak didik untuk mencapai

tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan.6

Melihat keadaan tersebut, perlu penanganan secara serius agar di

dalam peningkatan kualitas pembelajaran dapat dicapaikhususnya yaitu di

dalam meningkatkan kemampuan membaca A1 Qur’an pada siswa. Karena

sangat pentingnya pengaruh pemilihan metod dalam kegiatan Belajar

Mengajar maka sangatlah perlu memilih yang tepat dan pada akhirnya tujuan

pembelajaran dapat terwujud.

Oleh karena itu perlu diuji cobakan penerapan berbagai pembelajaran

untuk diketahui dampaknya bagi proses dan hasil pembelajaran. Untuk itu

perlu kiranya dikaji melalui kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dengan memilih judul “Meningkatkan Kemampuan Membaca A1 Qur’an

Melalui Metode IQRO’ pada siswa kelas 2 di MI Ma’arif Karangtengah

Tahun Ajaran 2008 / 2009.”

B. Rumusan Masalah

Memperhatikan alasan pemilihan judul diatas, maka permasalahan

yang ada dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kemampuan siswa di dalam membaca A1 Qur’an?

(24)

2. Bagaimana metode iqro’ diterapkan dalam pembelajaran mata pelajaran

Qur’an Hadis di kelas 2 MI Ma’arif Karangtengah?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan dalam membaca A1 Qur’an pada

siswa kelas 2 MI Ma’arif Karangtengah?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tujuan apakah penelitian metode IQRO’ dapat

meningkatkan kemampuan membaca A1 Qur’an pada siswa kelas 2 MI

Karangtengah.

2. Untuk mengetahui apakah metode IQRO’ dapat diterapkan dalam

pembelajaran mata pelajaran A1 Qur’an Hadis.

3. Untuk mengetahui apakah metode IQRO’ berpengaruh terhadap

kemampuan siswa di dalam membaca A1 Qur’an.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan informasi-

informasi yang jelas tentang ada tidaknya manfaat menggunakan metode

IQRO’ dalam kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kualitas anak

didik, dilakukan oleh siswa kelas 2 MI Karangtengah Tuntang Semarang

tahun 2008. Yang dapat memberikan gambaran yang seharusnya mereka

lakukan. Sehingga dengan adanya informasi-informasi ini dapat memberikan

(25)

10

1. Secara praktis apabila ada peningkatan penguasaan mated A1 Qur’an

Hadis berarti bagi siswa kelas 2 MI Karangtengah Tuntang tahun 2008,

dapat memperoleh ilu pengertian, pemahaman, tentang manfaat

penggunaan metode IQRO’ dalam upaya meningkatkan membaca A1

Qur’an.

2. Secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa

ilmu pengetahuan bagi pemilihan metode pembelajaran, khususnya dalam

menggunakan metode IQRO’ yang dilakukan pada siswa kelas 2 MI

Karangtengah Tuntang Semarang, pada pelajaran A1 Qur’an Hadis.

3. Memberikan masukan kepada MI Karangtengah, berupa hasil penelitian

untuk tambahan bahan pustaka, dan bagi siapa saja yang membaca tulisan

ini.

E. Hipotesis Tindakan

1. Metode iqro’ mampu meningkatkan kemampuan membaca A1 Qur’an pada

siswa kelas 2 MI Ma’arif Karangtengah.

2. Metode iqro’ merupakan metode yang tepat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan membaca A1 Qur’an pada mata pelajaran A1

Qur’an Hadis.

F. Definisi Istilah

1 Kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kemapuan membaca Al-Qur’an

(26)

2. Metode IQRO’

Metode IQRO’ disusun oleh Bapak As’ad Humam dari Kota gede

Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM (Angkatan Muda Masjid

dan Mushola) Yogyakarta dengan membuka TK A1 Qur’an dan TP A1

Qur’an.

3. Metode Belajar

Metode mengajar merupakan alat yang digunakan oleh guru untuk

menggunkan siswa agar mempelajari bahan pelajaran. Istilah “metode”

adalah suatu cara mengajar, yang berfiingsi sebagai alat untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Sedangkan “mengajar” mempunyai arti menanamkan

pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik. Metode mengajar

dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang

instruktur.

“Jadi metode mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai oleh guru

untuk mengejar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas

atau pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.7

Omar Mohammad A1 Toumy A1 Syaibani berpendapat tentang metode

atau cara-cara mengajar yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam adalah

“Bahwa semua aktivitas belajar dan mengajar itu harus berdasarkan akhlak

Islam yang mulia.

(27)

Metode yang harus digunakan harus dapat membangkitkan semangat

ajaran akhlak Islam, tujuan-tujuan yang akan dicapai juga harus berdasarkan

g ajaran akhlak Islam.

Adapun beberapa jenis metode mengajar antar lain ceramah, tanya

jawab, demonstrasi, drill, diskusi pemberian tugas, dan masih banyak metode yang lain.

Metode iqro’ yang penulis pakai dalam penelitian ini merupakan

gabungan dari metode mengajar yang ada diantaranya adalah Metode

Ceamah, Demonstrasi, Tanya Jawab, Drill, dan lain sebagainya.

Kombinasi dari berbagai metode ini penulis pakai agar di dalam

pembelajaran tidak terlihat monoton sehingga siswa bisa aktif, tertarik dengan

materi yang diajarkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan

baik.

H. Pelaksanaan Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini penulis lakukan pada bulan Juli tahun 2009.

Adapun jadwal pelaksanaannya adalah dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(28)

Tabel 1.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Jenis Kegiatan

Minggu

Ket

1 2 3 4 5

1 Persiapan

1. Menyusun konsep

2. Menyepakati jadwal

3. Menyusun instrument

4. Seminar konsep

2 Pelaksanaan

1. Menyiapkan kelas

2. Melakukan siklus I

3. Melakukan siklus 11

4. Melakukan siklus III

3 Penyusunan Laporan

1. Menyusun konsep laopran

2. Seminar hasil penelitian

3. Perbaikan laporan

2. Subjek Penelitian/Populasi

Populasi adalah seluruh objek atau individu yang akan diteliti atau

dengan kata lain populasi adalah kenyataan yang diperoleh peneliti.

(29)

14

populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga peneliti

itu disebut penelitian populasi.

Karena penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK)

yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran maka subjek

penelitian adalah merupakan penelitian populasi yaitu seluruh siswa

kelas II MI Ma’arif Karangtengah, siswa kelas II berjumlah 18, 13

siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang relevan dan valid penulis

menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Hal ini

dimaksudkan agar metode yang satu dengan yang lain dapat saling

melengkapi. Adapun metode yang penulis gunakan adalah sebagai

berikut:

a. Metode dokumentasi

Yaitu mencari data mengenai jumlah siswa, nilai siswa, dan

keadaan sarana prasarana sekolah. Metode ini penulis gunakan

untuk memperoleh data mengenai jumlah siswa, nilai siswa dan

keadaan sarana dan prasarana sekolah.

b. Metode test

Metode test diartikan sebagai serentetan pertanyaan-pertanyaan

atau alat lain yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa,

intelegensi atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

(30)

Metode ini digunakan untuk mengukur kemampuan anak dalam

memperoleh data mengenai kemampuan anak dalam membaca A1

Qur’an.

c. Metode interview

Adalah dialog yang dilakukan oleh interview (pewawancara) untuk

memperoleh informasi dari terwawancara. Metode ini penulis

gunakan untuk memperoleh informasi tentang situasi umum MI

Ma’ arif Karangtengah.

4. Metode Analisa Data

Analisa yang digunakan dalam penelitian tindakan diwakili oleh

momen refleksi putaran. Dari refleksi tindakan putaran pertama akan

diperoleh hasil, yang kemudian menjadi evaluasi pelaksanaan

pembelajaran serta digunakan untuk meningkatkan pembelajaran

selanjutnya. Sehingga dengan melakukan refleksi tersebut peneliti

akan memiliki wawasan otentik dalam menafsirkan data.

Berdasarkan hal tersebut maka teknik analisa uang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data yang diperoleh dari prestasi tertinggi untuk selanjutnya

ditafsirkan dalam bentuk kata/uraian dan ditarik kesimpulan.

Adapun rumus yang dipakai dalam mencari prosentasinya

adalah:

F

P = - x 100% A

(31)

16

N = Number of case

P = Angka presentasi9

b. Data yang bersifat kuantitatif disajikan dalam bentuk uraian

kemudian ditafsirkan selanjutnya ditarik kesimpulan.

c. Keseluruhan hasil penelitian baik yang bersifat kuantitatif

maupun kualitatif kemudian diambil kesimpulan dengan

menggunakan metode berpikir induktif.

Induktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan

yang khusus untuk diperuntukkan secara umum.

I. Sistematika Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi menjadi tiga bagian dengan

sistematika sebagai berikut:

1. Bagian Muka

Bagian ini meliputi halaman judul, halaman nota dinas, halaman

pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata

pengantar, halaman daftar isi dan halaman tabel.

2. Bagian Isi Skripsi

Dalam bagian ini terdiri dari lima bab dan beberapa sub bab antara

lain ialah :

(32)

Bab I Pendahuluan bab ini latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, hipotesa tindakan, manfaat penelitian, pelaksanaan

penelitian, dan sistematika skripsi.

Bab II Landasan Teori dan Hipotesa Tindakan yang mencakup

tinjauan kepustakaan dan kerangka berfikir.

Bab III Pelaksanaan Penelitian yang memuat lokasi penelitian, subjek

yang diteliti, prosedur keija dalam penelitian yang meliputi tiga siklus

yaitu Siklus 1. Siklus 2 dan Siklus 3. Selain itu juga memuat sumber

data dan cara pengolahan data serta tolok ukur keberhasilan.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan memuat hasil pelaksanaan

siklus 1, hasil pelaksanaan siklus 2 dan hasil pelaksanaan siklus 3 dan

pembahasan.

Bab V Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

(33)

b a b

n

LANDASAN TEORI

A. Peningkatkan Pembelajaran

1. Proses Belajar Mengajar

Upaya peningkatan kualitas mutu pendidikan merupakan tugas besar

dan berjangka waktu panjang, karena masalahnya menyangkut masalah

pendidikan anak bangsa, meningkatkan kualitas mutu pendidikan harus

melalui proses pembelajaran yang baik dan terarah.

Meningkatkan adalah bertambahnya untuk memenuhi suatu

keinginan atau dorongan keinginan terhadap sesuatu. Meningkat juga berarti

usaha seseorang untuk sesuatu yang diinginkan dan tidak berhenti sebelum

tercapai tujuan tersebut. Seseorang dikatakan meningkat dalam usaha untuk

mencapai sesuatu yang dihajatkan atau yang dicita-citakan dengan berbagai

jalan. Seseorang yang ingin meningkat tidak mengenal lelah asalkan

keinginannya terwujud. Seseorang yang mengalami peningkatan adalah orang

yang hari ini lebih baik dari hari kemarin.

2. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses perubahan berkat pengalaman dan latihan.

Artinya, tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku baik yang

menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi

segenap aspek organisasi atau pribadi. Kegiatan Belajar Mengajar seperti

(34)

mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar,

menilai proses dan hasil belajar.11

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi

antara individu dan lingkungan. Hasil belajar tercermin dalam perubahan

perilaku, baik secara material, substansial, structural, fiangsional maupun

secara behavioran.

Proses dalam hal ini, merupakan urutan kegiatan yang berlangsung

secara berkesinambungan, bertahap, bergilir, dan terpadu yang seecara

keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik terhadap belajar

mengajar. Berkesinambungan berarti kegiatan intruksional itu berlangsung

terus menerus yang sesungguhnya tidak pernah berhenti pada satu titik akhir

kendatipun tujuan terminal atau tujuan akhir dinyatakan telah tercapai.

Tingkah laku adalah perbuatan atau tindakan yang memiliki aspek

strukturan dan aspek fungsi aspek sruktur merujuk kepada perilaku yang

tampak atau yang dapat diamati, yakni berupa tindakan fisik atau jasmaniah,

sedangkan aspek fungsi adalah tindakan atau perbuatan yang menunjukkan

kepada unsur rohaniah.

Interaksi adalah saling mempengaruhi yang bermula saling

berhubungan antara komponen aspek yang satu dengan yang lainnya,

misalnya interaksi antara individu dan lingkungannya. Dan dapat juga teijadi

kondisi yang interaktif, edukatif atau interaksi instruktural sehingga dapat

tercapai tujuan belajar mengajar yang telah ditetapkan.

(35)

20

Individu adalah satu kesatuan yang tak terbagi, misalnnya individu

siswa yang memiliki karakteristik sendiri-sendiri sehingga individu yang satu

dan individu lainnya berbeda baik secara horizontal (mental, emosional,

sosial dan personal) maupun secara vertikal (berbeda dalam segi jasmani).

Setiap individu berbeda dalam situasi tumbuh dan berkembang, merupakan

suatu kesatuan yang potensial yang jika disediakan lingkungan yang serasi,

pertumbuhan dan perkembangan itu berlangsung lebih terarah dan lebih

cepat.

Lingkungan adalah mencakup semua hal berpengaruh dan bermakna

bagi individu lingkungan belajar dalam kelas meliputi unsur-unsur guru,

fasilitas belajar, peralatan dan perlengkapan serta kelompok atau individu

siswa lainnya. Lingkungan belajar harus diciptakan agar siswa dapat belajar

dengan efektif.

Dari pendapat dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses

belajar merupakan proses yang lebih banyak terjadi pada siswa, sedang

mengajar merupakan kegiatan yang lebih dominan dialami oleh guru

meskipun antara kegiatan belajar dan kegiatan mengajar merupakan dua

kegiatan yang berbeda namun keduanya saling berkaitan dengan tujuan akhir

yang sama, yakni bagaimana supaya terjadi perubahan yang optimal pada diri

siswa.

3. Pengertian Kemampuan

Yang penulis maksud disini adalah “ kesanggupan atau kecakapan

(36)

1. Pengertian Membaca

Membaca berasal dari kata dasar baca yang mempunyai arti

melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau

dalam hati). Yang dimaksud dalam pengertian membaca bukan hanya

sebatas melafalkan apa yang terlihat dan tertulis saja. Sabab bagi siswa

yang telah mengenal huruf maka tidak ada kesulitan dalam membaca.

Akan tetapi yang dimaksud membaca disini adalah arti membaca seperti

yang telah dikemukakan oleh The Liang Gie dalam bukunya Cara Belajar ! .

yang Efisien, beliau menyimpulkan sebagai berikut : ” Serangkaian

kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan secara penuh perhatian untuk

memahami makna sesuatu keterangan yang disajikan kepada indera

penglihatan dalam bentuk lambang huruf dan tanda lainnya “12.

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa membaca adalah

melihat apa yang tertulis dan melisankannya serta mencurahkan daya pikir

untuk mengetahui apa yang dilihat dan dilaksanakannya.

Dalam Islam, membaca merupakan kegiatan yang sangat

dianjurkan dan dihargai, sebagaimana dijelaskan dalam A1 Qur’an surat A1

Alaq ayat 1 - 5 sebagai berikut:

12

(37)

22

Artinya : Bacalah dengan menyebut nama TuhanMu yang

menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhan yang paling pemurah. Yang mengajarkan manusia

dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada umat manusia apa yang

tidak diketahui.

Ayat diatas memerintahkan kepada umat islam agar senantiasa

membaca. Hal ini juga menunjuakkan bahwa ajaran islam memperhatikan

sekali terhadap pendidikan umatnya. Dengan turunnya ayat ini dapat

menjadi landasan bahwa baca tulis merupakan suatu keharusan bagi orang

yang menginginkan pengetahuan yang luas.

Di Indonesia kebiasaan membaca memang sangat kurang. Orang

akan lebih suka menonton TV daripada membaca buku. Kebiasaan

menonton TV sudah menjadi kebiasaan buruk. Hal itu dapat kita lihat

disetiap fasilitas umum terminal, rumah sakit, bandara, rumah makan,

ataupun fasilitas umum yang lain. Merekan menganggap bahwa dengan

keberadaan TV itu merupakan gaya modern. Namun orang Indonesia yang

terpelajar sekalipun tidak pemah berfikir bahwa ruang tunggu yang

modern justru akan menambah efek jika disitu ditaruh sebuah rak buku

dengan berbagai macam bacaan buku yang dapat dibaca dengan tenang.

Sebab hiburanpaling beradab bagi orang modem adalah jika orang itu lalu

bisa membagikan pemahaman dari yang dibacanya itu kepada orang lain

sebagai pengalaman kecendikiawanan.13

(38)

a. Fungsi Membaca

1. Mengenal Ilmu

Tanpa membaca maka tidak akan mengetahui apa yang

tertulis dalam buku dengan membaca maka seorang siswa akan

dapat mengetahui apa yang dilihatnya. Hal tersebut dapat dilihat

dari apa yang dikemukakan oleh The Liang Gie, “ Seorang

mahasiswa tidak mungkin lulus dari perguruan tinggi tsnps 7

membaca buku “ 14

2. Mengembangkan Ilmu

Dengan membaca maka akan menambah khasanah

keilmuan dari apa yang dibaca, yang semula tidak tahu menjadi

tahu, dari tahu menjadi faham, dan setelah faham akan membawa

keberhasilan atau kesuksesan, sebagaimana yang diungkapkan oleh

The Liang G ie:

“Dengan keterampilan membaca itu setiap siswa akan

dapat memasuki dunia keilmuan yang penuh pesona, memahami

khasanah kearifan yang banyak hikmah dan mengembangkan

berbagai ketrampilan lainnya yang amat berguna untuk kelak

mencapai sukses dalam hidup” .15

14

(39)

24

3. Mencapai Pemahaman Masalah

Dengan membaca yang telah mencapai arti dan maka.,

akan memperoleh pemahaman masalah dari tulisan yang

dibacanya. Bermula dari tahu masalah, mengembangkan masalah

dan akhirnya menjadi paham terhadap masalah.

b. Tujuan Membaca

Membaca hams memiliki tujuan, membaca tanpa tujuan

bagaikan sebuah perahu tanpa lanyar, dia berlayar tanpa tahu arah dan

tujuan. Tujuan mempunyai fungsi untuk mengarahkan bahwa apa

yang seharusnya dibaca, membantu menyeleksi bahan yang hams

dibaca dan membantu mengembangkan motivasi membaca yang

tinggi.16

3. Jenis-jenis Membaca

Syaiful Bahri Djamarah membagi teknik membaca menjadi

empat yaitu :

a. Baca Pilih

Yang dimaksud baca pilih (selecting) adalah bahwa pembaca memilih bahan bacaan dan atau memilih bagian-bagian

bacaan yang dianggap relevan, atau berisi informasi fokus yang

diinginkannya.

16

(40)

b. Baca Lompat

Baca lompat (skimming) yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui ini umum suatu bacaan atau bagiannya. Ini umum yang

dimaksud mungkin adalah informasi fokus, tetapi mungkin juga

hanya sebagai dasar untuk menduga apakah bacaan atau bagian

bacaan itu berisi informasi yang telah ditentukan.

c. Baca Tatap

Baca tatap (scaring) yaitu membaca dengan cepat dan dengan memutuskan perhatian untuk menemukan bagian bacaan

yang berisi informasi fokus yang telah ditentukan, dan seterusnya

membaca bagian itu dengan teliti sehingga informasi fokus itu

ditemukan dengan tepat dan dipahami secara benar.17

d. Baca Layap

Baca Layap (skemming) yaitu membaca dengan cepat untuk

mengetahui isi umum suatau bacaan atau bagiannya.

4. Tahapan Perkembangan Membaca

Menurut Haris seperti dikutip oleh Mulyono, ada lima tahap

perkembangan membaca :

a. Kesiapan membaca.

b. Membaca permulaan

c. Ketrampilan membaca cepat.

d. Membaca luas dan

(41)

26

e. Membaca yang sesungguhnya.

Tahap perkembangan kesiapan membaca mencakup rentang

waktu dari sejak dilahirkan hingga pelajaran membaca diberikan

umumnya pada saat masuk kelas satu SD. Kesiapan menunjukkan pada

taraf perkembangan yang diperlukan untuk belajar secara efisien.18

Tahap membaca permulaan umumnya dimulai sejak anak masuk

kelas satu SD, yaitu pada saat anak berusia enam tahun. Tahap

ketrampilan membaca cepat atau lancar umumnya teijadi pada saat anak-

anak duduk di kelas dua atau tiga. Tahap membaca luas umumnya teijadi

pada saat anak-anak duduk dikelas empat atau lima SD. Tahap membaca

yang sesungguhnya (refinement o f reading stage) umumnya terjadi ketika

anak-anak sudah duduk di SLTP dan berlanjut hingga dewasa.19

5. Motivasi Membaca

Penggambaran secara lengkap tentang motivasi membaca

diberikan oleh Hans E Giehil, ia merincinya menurut tiga rangsangan

dasar.

a. Rangsangan pertama untuk membaca adalah keinginan untuk

menangkap dan menghayati yang dijumpai di dunia dalamnya.

Disadari oleh hasrat berorientasi pada dunia sekelilingnya dan

untuk dapat menjelaskan adanya dunia di sekelilingnya itu.

18

. Mulyono Abdurrohman, Pendidikan Bagi anak berkesulitan Belajar, Rineka Cipta dan Depdikbud, him 200

(42)

b. Rangsangan dasar kedua untuk membaca berasal dari hasrat untuk

mengatasi atau setidaknya melonggarkan keterikatan manusia.

c. Rangsangan yang ketiga didalamnya lebih terungkap suatu sikap

yang terdapat dalam jiwa manusia, yaitu mencari keteraturan dan

bentuk, mencari apa arti dan makna kehidupan manusia.20

Dengan membaca juga dapat menambah pengalaman dan

pengetahuan, kadang orang akan lebih memahami dengan membaca bila

dibanding melihat secara langsung atau mendengar.

6. Meningkatkan Kemampuan Membaca

Untuk meningkatkan kemampuan membaca ada beberapa langkah

yang harus ditempuh :

a. Telitilah keesehatan mata (misalnya apakah kecamata yang dipakai

masih cocok)

b. Membaca dengan ungguh-sungguh.

c. Mempercepat cara membaca atau membaca bacaan yang terasa mudah

dengan lebih cepatat.

d. Batinkanlah atau ulangilah dalam bantin bahan yang telah dibaca.

e. Tidak membaca selama guru menerangkan atau dalam diskusi.

f. Menambah waktu membaca.

g. Berkonsentrasi pada saat membaca dan tidak mengikuti hal lain yang

bukan bahan bacaan.

(43)

28

h. Mengembangkan pengetahuan kosa kata asing maupun baru yang

acap kali dipakai cara membuka kamus, mengikuti acara pembinaan

bahasa baik di TV atau surat kabar.21

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai

berbagai bidang studi. Menurut Kirk, Kliebhan dan Lemer, ada delapan

faktor yang memberikan sumbangan bagi keberhasilan belajar membaca

yaitu :

a. Kematangan mental

b. Kemampuan visual

c. Kemampuan mendengarkan.

d. Perkembangan wicara dan bahasa.

e. Ketrampilan berfikir dan memperhatikan

f. Perkembangan motorik

g. Kematangan sosial dan emosional.

h. Motivasi dan minat.22

Untuk memperjelas pengertian tentang kemampuan didalam

membaca A1 Qur’an penulis membagi menjdai 3 tingkatan

1. Tingkatan tinggi, indikatomya adalah :

a. Anak dapat melafalkan huruf (makhraj)dengan benar

b. Dapat mengucapkan dengan benar hukum-hukum tajwid

c. Dapat mengucapkan dengan benar bacaan mad

21 . YB Sudarmanto, Tuntunan Metodologi Belajar, PT Gramcdia, Jakarta, 1993, him 37 22

(44)

d. Dapat membaca dengan fasih

2. Tingkatan sedang indikatomya :

a. Anak tidak dapat mengucapkan sebagian huruf dengan benar

b. Anak tidak dapat mengenal dengan lengkap hukum tajwid

c. Anak tidak dapat mengenal dengan lengkap bacaan mad

d. Anak dapat membaca dengan benar, tetapi urang lancar

3. Tingkatan rendah, indikatomya :

a. Anak tidak dapat mengucapkan sebagian huruf dengan benar

b. Anak tidak dapat mengenal hukum tajwid

c. Anak tidak dapat mengenal bacaan mad

Adapun yang penulis maksud dengan kemampuan membaca A1

Qur’an adalah meliputi tiga komponen, yaitu :

a. Makhroj atau yang berkaitan dengan pengucapan huruf secara benar dan jelas.

b. Tajwid yaitu yang berkaitan dengan membaca A1 Qur’an secara benar dan tartil

c. Kelancaran adalah menyangkut ketepatan dalam membaca merangkai

kata-perkata secara benar dan tepat.

Ketiga komponen tersebut sebagai tolak ukur kesempurnaan

membaca A1 Qur’an, masing-masing komponen berisi indikator secara

bertingkat yang menerangkan kemampuan membaca A1 Qur’an.

(45)

30

Tabel 1.1

KOMPONEN TES BACA AL QUR’AN

Kriteria Komponen

Makhroj Tajwid Kelancaran

Tinggi 1. Anak dapat mengucapkan

huruf dengan benar 2. Anak dapat membedakan

suara lafal dengan jelas

Sedang 1. Anak kurang dapat

mengucapkan huruf

Rendah 1. Anak tidak dapat

mengucapkan huruf dengan benar

2. Anak tidak dapat

mengucapkan/membedak an suara huruf yang mirip

1. Anak tidak tahu

Dari uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan ketrampilan membaca A1 Qur’an adalah kemampuan membaca A1

Qur’an secara tepat dan benar meliputi tiga komponen yaitu mahroj,

tajwid dan kelancaran dalam membaca

Pengertian tersebut perlu dijabarkan secara operasional untuk

memudahkan pengukuran variable jika diterapkan dalam kontek

(46)

Kemampuan membaca A1 Qur’an dalam hal ini adalah yang dikaitkan

dengan kemampuan siswa Sekolah Dasar, penekanannya dalam membaca

A1 Qr’an adalah kecakapannya yang diperagakan siswa dalam membaca

A1 Qur’an dilihat dari tiga komponen yaitu mahroj, tajwid dan

kelancarannya.

Jadi kemampuan membaca A1 Qur’an diartikan sebagai

kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam melafalkan tulisan A1

Qur’an secara tepat menurut hukum-hukum tajwid.

B. Pengertian Al-Qur’an

1. Definisi A1 Qur’an

Defmisi A1 Qur’an telah dikemukakan oleh beberapa ulama dari

berbagai keahlian dalam bidang bahasa, Ilmu kalam, Usui Fiqih dan

sebagainnya. Definisi itu berbeda karena stressing (penekanannya)

berbeda-beda, disebabkan perbedaan keahlian mereka.

Dr. Sbhi Al-Salih merumuskan definisi A1 Qur’anyang dipandang

sebagai defmisi yang dapat diterima para ulama ahli bahasa, ahli fikih,

dan ahli ushul fikih.

“A1 Qur’an adalah firman Allah yang bersifat (berfungsi)

mukjizat (sebagai bukti kebenaran atas kenabian Muhammad) yang

(47)

mushaf-32

mushaf, yang dinukil (diriwayatkan) dengan jalan mutawatir, dan yang

membacanya dipandang beribadah.23

2. Asal kata A1 Qur’an24

Ada beberapa pendapat tentan asal kata A1 Qur’an, diantaranya :

a. A1 Syafi’i (150-201 H) berpendapat : “ kata A1 Qur’an ditulis dan

dibaca hamzah (A1 Quran, bukan A1 Qur’an) dan tidak diambil dari kata

lain. Ia adalah nama yang khusus digunakan untukkitab suci yang

diberikan kepada Nabi Muhamma, sebagaimana nama injil dan taurat

yang digunakan khusus untuk kitab-kitab Allah yang diberikan masing-

masing kepada NAbi Isa dari Nabi Musa.

b. A1 Farra’ seorang ahli bahasa terkenal, pengarang kitab Ma’anil Qur’an

tidak menggunakan hamzah dan diambil dari kata qarain jamak qarinah,

yang artinya indikator (petunjuk) hal ini disebabkan sebagian ayat-ayat

A1 Qur’an itu serupa satu dengan yang lain, maka seolah-olah sebagian

ayat-ayatnya merupakan indikator dari yang dimaksud oleh ayat lain

yang serupa.

c. Al-Asy’ari, Ahli ilmu kalam aliran sunni (wafat 324 H) berpendapat

lafal A1 Qur’an tidak menggunakan hamzah dan diambil dari kata j

yang artinya menggabungkan disebabkan surat dan ayat-ayat A1 Qur’an

itu dihimpun dan digabungkan dalam satu mushaf.

(48)

d. Al-Zajjaj, pengarang kitab Ma’anil Qur’an (wafat 311 H) berpendapat

bahwa lafal A1 Qur’an itu berhamzah, berwazan fu’lan, dan diambil dari

kata... yang artinya penghimpun. Hal ini disebabkan A1 Qur’an

merupakan kitab suci yang menghimpun intisari ajaran-ajaran dari

kitab-kitab suci sebelumnya.

e. Al-Lihyani, seorang ahli bahasa (wafat 215 H) berpendapat bahwa lafal

A1 Qur’an itu berhamzah, bentuknya masdar dan diambil dari

kata...yang artinya membaca. Hanya saja lafal A1 Qur’an ini

menurut Al-Lihyani adalah masdar bi ma’na ismail m af ul. Jadi Qur’an

artinya maqru’ (dibaca).

f. Dr. Subhi A1 Shalih pengarang kitab mabahits fi Ulumil Qur’an

mengemukakan, bahwa pendapat yang paling kuat adalah lafal A1

Qur’an itu masdar dan sinonim dengan lafal qira’ah sebagaimana

tersebut dalam A1 Qiyamah ayat 17-18 :

“ sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengmpulkannya dan

membacanya . apabila kami telah selesai membacakannya maka

ikutilah bacaanya itu.

g. Beberapa orientasi (G. Bergstaesser) berpendapat bahwa bahasa Armia,

Abessyna, dan persia tidak sedikit pengaruhnya terhadap

perbendaharaan bahasa arab, karena bahasa-bahasa tersebut adalah

bahasa-bahasa dari bangsa yang bertetangga dengan bangsa arab dan

mereka adalah bangsa-bangsa yang telah maju kebudayaannya beberapa

(49)

34

de Islam) dan Blachere (dala bukunya, Le Coran, Introduction) bahwa

bangsa arab telah menggunakan beberapa kata yang berasal dari bahasa

Armia, Suryani dan Horbrow demikian pula di dalam A1 Qur’an,

terdapat kata-kata yang berasal dari bahasa asing tersebut. Diantara

kata-kata asing tersebut menurut Blachere adalah :

... dan juga lafal ... berasal dari bahasa Armia yang

mempunyai arti membaca, sedang lafal ... semula digunakan oleh

bangsa Arab untuk arti binatang yang mandul (tidak bisa beranak).

3. Nama-nama A1 Qur’an25

Di dalam kitab Al-Itqan, karangan Al-Suyuti diterangkan, bahwa

Abdul Ma’ali Syaizalah, pengarang Al-Burhan fi Musyikilatil Qur’an

(wafat 494 H) menyebutkan 55 buah nama untuk A1 Qur’an. Bahkan

Abdul Hasan Al-Harly (wafat 647 H)menerangkan bahwa lebih dari 90

nama untuk A1 Qur’an.

(^)Subhi Al-Shalih berpendapat bahwa, sebagian ulama berlebih-

lebihan didalam menghitung jumlah nama-nama A1 Qur’an, sebab mereka

mencapur adukkan antara nama dan sifatnya.

Diantara nama-nama A1 Qur’an yang terkenal ialah :

a. A1 Qur’an dalam Surat Al-Baqoroh ayat 185.

25

(50)

“ bulan Ramadlan, bulan yang didalamnya diturubkan A1 Qur’an

sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai

petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).

b. A1 Furgon, dalam surat A1 Furgon ayat 1 :

“Maha suci dzat yang telah menurunkan A1 Furgon kepada hamba

Nya agar dia menajdi pemberi peringatan kepada seluruh alam.

c. A1 Kitab, dalam surat Al-Nahl ayat 89 :

“...Dan kami turunkan kepadamu A1 Kitab untuk menjelaskan segala

sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang

yang berserah diri (kepada Allah).

d. Al-Dzikir, dalam surat A1 Hijr ayat 9 :

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikir (A1 Qur’an)

dan sesungguhnya kamilah yang memeliharanya.”

4. Fungsi A1 Qur’an26

A1 Qur’an mempunyai beberapa fungsi. Diatara fungsinya yang

terpenting adalah:

a. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad untuk membuktikan, bahwa Nabi

uhammad adalah Nabi dan Rasul-Nya, dan A1 Qur’an adalah firman

Allah, bukan ciptaan Muhammad sendiri.

b. Sebagai sumber segala macam aturan tentang hukum, sosial,ekonomi,

kebudayaan,pendidikan, moral dan sebagainya yang harus dijadikan

(51)

36

Way of Life bagi seluruh umat manusia untuk memecahkan persoalan-

persoalan yang dihadapinya.

c. Sebagai hakim yang diberi beberapa wewenang oleh Allah

memberikan keputusan terakhir mengenai beberapa masalah yang

diperselisihkan dikalangan pemimpin-pemimpin agama dari

bermacam-macam agama dan sekaligus sebagai korektor yang

mengoreksi kepercayaan/pandangan/anggapan yang salah.

d. Sebagai pengukuh (penguat) yang mengukuhkan dan menguatkan

kebenaran keberadaan para Nabi dan Rasul sebelum Nabi

Muhammad, hanya saja ajaran dari para Nabi sebelum Nabi

Muhammad beserta kitab sucinya sudah tidak orisinil lagi, sebab tidak

sedikit yang telah diubah oleh para pemimpin mereka.

C. Pengajaran A1 Qur’an

Pengertian metode pembelajaran membaca A1 Qur’an dalam penulis

ini dimaksudkan adalah cara yang dilakukan oleh ustadz/ustadzah untuk

mengajarkan membaca A1 Qur’an kepada santri-santrinya sehingga tercipta

suasana dinamis menggunakan istilah pembelajaran karena diharapkan yang

lebih aktif adalah siswa/santri sebagai yang belajar, sedangkan bila memakai

istilah pengajar dan siswa pasif. Dalam hal ini dititik beratkan pada

bagaimana cara ustadz/ustadzah mengajarkan membaca A1 Qur’an pada

(52)

Metode pengajaran adalah suatu cara pelaksanaan dari pada proses

pengajran atau soal bagaimana teknisnya suatu bahan pelajaran diberikan

kepada murid-murid sekolah. Metode pengajaran dianggap berhasil kalau

ustadz/ustadzah mahir dalam mengatur kelas, tidak hanya terpaku pada suatu

metode saja, tetapi bervariasi pada situasi dan kondisi kelas itu. Termasuk

dalam kondisi proses belajar mengajra adalah keadaan kelas dan waktu

belajar.

Setiap metode pembelajaran bertujuan utnuk membantu siswa dalam

proses belajar mengajar agar mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal,

sekaligus mampu bertahan lama sehingga melekat sebagai sikap dan perilaku

siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam hal metode.

D. Metode iqro’ dalam Pengajaran A1 Qur’an

1. Pengertian Metode

Metode ialah cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan

sesuatu karena metode berarti cara yang paling tepat dan cepat, maka

untuk keija dalam suatu metode hams diperhitungkan benar-benar secara

ilmiah. Karena itulah suatu metode selalu merupakan hal experiment

pengajaran tepat ialah pengajaran bagi murid, sedangkan pengajaran cepat

adalah pengajaran yang tidak memerlukan waktu lama.

Ada juga yang berpendapat bahwa metode adalah cara yang

didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai sesuatu tujuan. Hal ini

(53)

38

juga pencapaian tujuannya. Dengan memiliki pengertian secara umum

mengenai sifat berbagai metode, baik mengenai kebaikannya maupun

mengenai kelemahannya. Seseorang akan lebih mudah menetapkan

metode yang paling tepat untuk situasi dan kondisi yang khusus

dihadapinya.

Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara

mengajar yang dipergunakan guru/instruktur tetapi ada juga pengertian

lain, metode mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk

mengajar atau menyajikan bahan pelajaran pada siswa didalam kelas, baik

secara individual atau secara kelompok/klasikal agar pelajaran itu dapat

diserap dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.

Sebagai seorang pendidik, guru perlu mempertimbangkan metode

apa yang akan digunakan untuk menyajikan pesan pembelajaran, karena

memang tidak semua metode sesuai dan dapat digunakan untuk setiap

bidang studi yang akan diajarkan oleh guru kepada muridnya.

2. Pengertian Metode Iqro’

Metode Iqro’ adalah metode belajar membaca A1 Qur’an yang

disusun olehh bapak As’ad Human dari kata gede Yogyakarta dan

dikembangkan oleh AMM (Angkatan MAsjid Mushola) Yogyakarta

dengan membuka TK Alqur’an dan TP A1 Qur’an.

(54)

Diawali keprihatinan KH As’ad Humam bersama Team Tadarus

AMM-Nya melihat banyaknya anak-anak muda di kotagede dan

disekitamya yang tidak mampu membaca A1 Qur’an, maka tergeraklah

untuk mengadakan gerakkan M5A ini lebih-lebih setelah membaca data

(Suara masjid No 175, April 1989 halaman 11) yang menunjukkan bahwa

generasi muda Indonesia yang tidak bisa baca A1 Qur’an meningkat

presentasinya. Tahun 1950 hanya 17,50% tahun 1980-an menjadi 56 %.

Kemudian dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pengurus

Muhammadiyah DKI Jakarta bekeijasama dengan Dewan Dakwah

Indonesia pada tahun 1988 diperoleh fakta bahwa 75% pelajar SMA di

Jakarta buta huruf A1 Qur’an (Dinamika Berita, Kamis 8 Februari 1990).

4. Sebab-sebab Munculnya Metode Iqro’

1. Menurunnya kuantitas dan kualitas pengajian anak-anak

dimasjid/mushola.

2. Metode pengajaran baca A1 Qur’an yang statis.

3. Terbatasnya jam pelajaran pendidikan agama disekolah.

4. Dihapuskannya pelajaran huruf arab jawi (arab melayu) dari

kurikulum sekolah.

Untuk mengatasi hal itu, Yayasan Team Tadarus AMM

melakukan gerakan M5A (membaca,menulis,memahami,mengamalkan

dan memasyarakatkan A1 Qur’an) melalui:

(55)

40

b. Taman kanak-kanak A1 Qur’an dan Taman Pendidikan A1 Qur’an.

c. Taman kanak-kanak A1 Qur’an lanjutan dan Taman Pendidikan

Taman kanak-kanak A1 Qur’an lanjutan.

d. Ta’limul Qur’an Lil Aulad.

e. Diklat ustad.

f. Kursus Tartil Qur’an.

g. Keterpaduan BKB-TKA/TPA

h. Iqro’ Klasikal disekolah.

i. Kursus seni baca A1 Qur’an.

5. 10 sifat Buku Iqro’

1. Bacaan Langsung (tanpa dieja)

Yaitu tidak diperkenalkan terlebih dulu nama-nama huruf

hijaiyah, jadi tidak dikenalkan huruf ali, tanda baca fathah, kemudian

dieja alif fathah A, dan seterusnya, tetapi langsung diajarkan bunyi

A, Ba, Ta dan seterusnya.

2. CBSA (Cara Belajar Santri Aktif)

Yang belajar adalah santri, buakan gurunya sehingga santri

harus didorong untuk aktif dan guru hanya membimbing saja. Guru

menerangkan pokok pelajaran, sesudah santri jelas dan bisa

mengulangi dengan baik, maka santri tersebut disuruh membaca

sendiri bacaan-bacaan berikutnya dan guru hanya menyimak saja.

(56)

Dalam belajar membaca A1 Qur’an, santri harus berhadapan

langsung dengan gurunya, hal ini dimaksudkan agar santri tahu betul

bagaimana mengucapkan huruf-huruf sesuai dengan kaidah

makhrojnya karena itulah santri disimak satu persatu secara

bergantian (privat).

4. Modul

Santri dalam menyelesaikan materi Iqro’ tergantung dari

kemampuan dan usahanya sendiri, tidak berdasarkan kemampuan

kelas atau usahanya sendiri, tidak berdasarkan kemampuan dan

usahanya atau rekannya mereka yang cerdas dan raj in akan cepat

selesai. Jadi cepat dan lambatnya menamatkan Iqro’ tergantung dari

keadaan masing-masing santri,

5. Asistensi

Jika terpaksa kekurangan tenaga, maka bisa menunjuk

santri-santri terpilih untuk menjadi asisten penyimak bagi santri lain

yang tingkat jilidnya berada dibawahnya.

6. Praktis

Tujuan utama pengajaran A1 Qur’an ini adalah santri bisa

membaca A1 Qur’an dengan mudah dan cepat, sehingga hal-hal yang

bersifat teoritis (teori Ilmu Tajwid) diajarkan setelah santri bisa

tadarus A1 Qur’an dengan lancar maka buku Iqro’ disusun dan

(57)

42

mengenalkan istilah-istilah tajwid, jadi langsung diajarkan

bagaimana pengucapannya.

7. Sistematis

Disusun secara lengkap dan sempurna, terancang serta

terarah dimulai dari pelajaran yang amat dasar dan sederhana,

dengan rangkaian huruf, sedikit demi sedikit, tanpa demi tahap

akhirnya ketingkat suatu kalimat yang bermakna.

8. Variatif

Disusun secara berjilid-jilid terdiri dari 6 jilid dengan

sampul yang berwarna-warni sehingga menarik selera untuk saling

berlomba dalam mencapai warna-warna jilid yang berikutnya.

9. Komunikatif

Ungkapan kata rambu-rambu petunjuk, akrab dengan

pembaca sehingga menyenagkan gabi yang mempelajarinaya.

10. Flexibel

Buku Iqro’ bisa dipelajari oleh anak usia anak-anak, dasar,

menengah pertama, menengah atas, mahasiswa serta orang-orang

tua. Disamping itu siapapun yang sudah bisa membaca A1 Qur’an

pasti bisa mengajarkannya.

6. Bentuk-bentuk Pengajaran Iqro’

1. Menjadi materi pokok pada TKA (usia : 4,5,6 tahun)

(58)

3. Digunakan untuk pengajian anak-anak di masjid/mushola.

4. Menjadi materi utama pada Majlis Ta’lim Remaja.

5. Menjadi program ekstra kulikuler disekolah.

6. Bisa pula digunakan guru-guru agama islam sebagai dari

pelajaran agama.

7. Petunjuk Mengajar dan Materi Pelajaran Iqro’

a. Iqro’ jilid 1

1. Sistem

> CBSA guru sebagai penyimak saja jangan sampai

menuntun kecuali hanya memberikan contoh

> Privat

2. Mengenai judul-judul guru langsung memberi contoh

bacaannya.

3. Sekali dibaca betul tidak boleh diulang lagi.

4. Bila santri keliru panjang-panjang dalam membaca huruf

maka guru dengan tegas memperingatkan.

5. Bila santri keliru membaca huruf cukup betulkan huruf yang

keliru saja dengan cara :

> Isyarah

> Bila dengan isyarah masih keliru dengan titian ingatan. Umpama lupa baca huruf (j) cukup mengingatkan

(59)

44

6. Jilid / pelajaran 1 berisi pengenalan huruf berfathah

O* Lebih diarahkan ke bunyi SIN daripada keliru

* __

b. Pengajaran jilid 2

1. Mengenai judul-judul huruf yang dirangkai, guru tidak perlu

menerangkan. Jadi guru hanya menyimak saja

2. Pengajaran 2, santri dikenalkan dengan mad / panjang dan

harus bisa membedakan panjang dan pendek.

3. Membaca dengan terputus-putus walaupun hurufnya

bersambung.

Materinya:

M

li&

£i

ii O

J u k s

(60)

1. Bila santri sering mengingat-ingat huruf didepannya maka

ditegur dengan “membacanya putus-putus saja” bila perlu

huruf depannya ditutup.

2. Guru tidak boleh memberi contoh satu kalimat yang

menimbulkan anak ingin meniru lancarnya guru. Bila ini

terjadi maka santri akan terbebani berfikir membaca

kalimat-kalimat yang panjang sehingga membacanya

banyak kesalahan.

3. Bila santri mengulang-ulang bacaan maka ditegur “dibaca

satu kali saja” sebab pedomannya sekali dibaca betul.

Materi:

d. Pengajaran jilid 4

1. Mulai jilid ini sudah dikenalkan nama-nama huruf dan tanda

: Dhamah,....f....: fathah,... .: kashoh ....iT: Tanwin,...*....

*

.: sukun,... . : tasyjid

2. Bila santri keliru baca ditengah / akhir maka betulkanlah

yang keliru saja membacanya tidak perlu diulang dari awal.

3. Untuk memudahkan ingatan huruf-huruf qolqolah boleh

dengan singkatan BAJU DITHO QO.

(61)

46

Materinya :

( 2^ ^

Ban = An= . . .

Ban dibaca Pendek!

\ = dianggap tidak ada

'* / ,S*S . I* fix ' l**"'

.£;*-» lUaa

u i / o & i

Id * *

e. Pengajaran jilid 5

1) Pada jilid ini sudah diajarkan surat Al- Mu’minum ayat 1 -

11, sebaiknya santri dianjurkan menghafal.

2) Bila ada beberapa santri yang sama tingkat pelajarannya

boleh sistem tadarus, secara bergilir membaca sekitar 2

baris.

3) Santri tidak hams mengenal istilah tajwid seperti idgdom,

ikhfa’ dsb, yang penting secara praktis betul bacaannya.

Materinya:J

—A SX d uaQ ip tidak *da

& & 1

& &

(62)

1) Walaupun telah menginjak jilid 6, pedoman membaca

“Pelan Asal Benar” tetap berlaku. Jadi apalah andaikata ada

santri yang membacanya sangat lamban/tersendat-

sendat/seperti banyak saklah atau terhenti : Asalakan setiap

yang dibaca itu betul semuanya maka yang penting adalah

benar.

2) Santri jangan diajari dengan bacaan berlagu walaupun

dengan iama murottal. Sedang irama murottal dalam kaset

adalah untuk santri yang sudah lancar dalam membaca A1

Qur’an.

Materinya:

^ M aaak dengac dtngung / & ^ *

Dilcfcun & djlahao 2 harokal ' ^ ✓ O

Ojk»-

+

■l y .

8. Iqro’ Klasikal disekolah (Formal)

a. Adalah pengajran iqro’ disekolah formal yang dilakukan secara

klasikal. Untuk keperluan ini telah disiapkan alat peraga IQRO’

Klasikal untuk guru sedang murid bisa menggunakan IQRO’

biasa sebagai latihan.

(63)

48

Langkah-lankahnya:

a) Terlebih dahulu diadakan test penjajakan kemampuan

membaca IQRO’nya pada seluruh siswa. Kemudian

dikelompokkan sesuai kemampuan masing-masing menjadi

6 kelompok.

b) Siswa diajar IQRO’ klasikal dalam kelompoknya tersbut.

c) Frekuensi pembelajaran iqro’ sebaiknya 3-6 kali dalam 1

minggu. Setiap pertemuan berlangsung 90 menit.

d) Untuk menaikkan tingkat jilid tidak menunggu 1

tahun/catur wulan tetapi setiap 8-10 kali pertemuan.

Kenaikan tingkat berdasarkan hasil tes secara individual.

c. Bila tidak memungkinkan dalam bentuk ekstra kulikuler, bisa

dilaksanakan dalam sistem intra kulikuler. Ada dua langkah :

Langkah pertama:

a) Guru berusaha mengetahui kemampuan rata-rata kelas

dalam membaca A1 Qur’an.

b) Guru mengjarkan iqra’ klasikal dimulai dari bahan ajar yang

sesuai dengan rata-rata kemampuan kelas.

c) Penajara iqro’ diberikan selama 15-20 mennit tiap jam

Gambar

TABEL II KOMPONENTESBACAAL-QUR’AN.................. !....... 32
Tabel 1.1Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 1.1KOMPONEN TES BACA AL QUR’AN
Tabel 1.3Nama siswa-siswi kelas 2
+6

Referensi

Dokumen terkait

Artikel ini memaparkan hasil perawatan menggunakan alat cekat teknik Begg pada kasus maloklusi Angle klas I disertai dengan spacing anterior rahang atas dan pencabutan satu

Adapun tujuan dari proses analisis kapasitansi sensor dielektrikal menggunakan CDC AD7746 adalah untuk membuktikan bahwa sensor tersebut mempunyai nilai kapasitansi

Untuk Pekerjaan Pengadaan Pewarna Urea Bersubsidi ini akan diadakan Aanwijzing untuk mengklarifikasi hal-hal yang belum jelas dari apa yang diatur dalam RKS dan/atau

Hasil penelitian yang diperoleh dari hasil perhitungan uji wilcoxon test dijelaskan bahwa terdapat pengaruh penerapan media audio visual terhadap hasil shooting

Upaya yang dapat dilakukan untuk menganggulangi lingkungan yang tercemar minyak adalah dengan teknik bioremediasi, yaitu proses pemulihan lahan yang tercemar

Untuk soal nomor 2, subjek dapat menyebutkan pernyataan (Teorema dan Definisi) lebih rinci tentang sudut sehadap, sudut berseberangan dan sudut berpelurus, yaitu

Maka dari itu peneliti memiliki beberapa saran untuk pengelolaan Obyek Daya Tarik Wisata yang ada di Masjid Agung Jawa Tengah yaitu, pengelola seharusnya lebih teliti

434 Mahmudah Guru Kelas MI MII Banyurip Ageng 02 Kota Pekalongan Ujian Tulis Ulang. 435 Nur Adilah Guru Kelas MI MSI 05 Sampangan Kota