MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ALQUR’AN
MELALUIMETODE IQRO’ PADA SISWA KELAS II
DI MI MA’ARIF KARANGTENGAH
KECAMATAN TUNTANG
KABUPATEN SEMARANG
JURUSAN T ARBI YAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA 2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
Setelah dikorcksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama AzharRofi’i
NIM 11407210
Junasan Tarbiyah
Program Sludi Pendidikan Agama Islam
Judul MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
ALQUR’AN MELALU1 METODE 1QRO’ PADA
SISWA KELAS 11 MI MAARIF KARANGTENGAH
KECAMATAN TUNTANG
SEMARANG
KABUPATEN
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 10 Agustus 2009
Pcmbimbing
DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jt. 7'entara (pefajar02 Tefp. 323706 Ta^323433 Xpde <Pos. 50721 Safatiga http//w w w . safatiga. a.c.id e-mad:a$ademi$@stamsaCatiga. ac. id
PENGESAHAN KETULUSAN
Skripsi Saudara Azhar Rofi’i dengan Nomor Induk Mahasiswa 11407210 yang
berjudul Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Our’an Melalui Metode IORO’
pada Siswa Kelas II di MI Ma’arif Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang tahun pelajaran 2008 / 2009 telah dimunaqoskan dalam Sidang Panitia
Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
pada Sabtu, 29 Agustus 2009 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).
Salatiga, 8 Romadlon 1430 H 29 Agustus 2009 M
Panitia Ujian
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama
NTM
Jurusan
Program Studi
Azhar Rofi’i
11407210
Tarbiyah
Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 10 Agustus 2009
Yang menyatakan
MOTTO
‘Aku bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah.”
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Bapak dan Ibuku (M. Dalail dan Umniah) beserta Keluargaku yang tercinta.
2. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga.
3. Teman-teman seprofesi Bapak dan Ibu Gum MI Ma’arif Karangtengah.
4. Teman-teman PAI Ekstensi 2008/2009.
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah SWT yang maha pengasih dan Penyayang,
segala puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sholawat dan salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri
tauladan yang telah mengentaskan manusia dari kegelapan dengan pancaran ilmu
pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Melalui Metode IQRO’
pada Siswa Kelas II di MI M a’arif Karangtengah Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2008 / 2009'’.
Selanjutnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besamya kepada:
1. Bpk. Drs. Imam Sutomo selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga.
2. Bpk. Fatchurrahman, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam (PAI) Negeri Salatiga.
3. Bpk. Drs. Djoko Sutopo selaku Ketua Program Ekstensi.
4. Bpk. H. Agus Waluyo, M.Ag. yang telah membimbing dan memberi
pengarahan sampai terselesainya penyusunan skripsi ini.
5.Semua Bapak Ibu Dosen serta karyawan yang telah memberi bekal
pengetahuan dan pelayanan kepada penulis.
6.Keluarga tercinta yang telah memberikan bantuan dan motivasi demi
terselesainya skripsi ini.
membantu terselesainya penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan Ekstensi PA I2008/2009.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
Teriring do’a semoga amai dan budi baik yang mereka berikan kepada
penulis menjadi catatan amal kebaikan disisi Allah SWT, Amin.
Salatiga, Agustus 2009 Penulis
Azhar Rofi’i
ABSTRAK
Judul skripsi : “ Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Melalui Metode IQRO’ pada Siswa Kelas II di MI Ma’arif Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2008 / 2009”.
Kata Kunci: Meningkatkan Kemampuan Metode iqro’.
Belajar membaca Al-Qur’an dengan metode iqro’ dipilih karena metode ini terbukti mampu meningkatkan dan mempermudah proses belajar mengajar BTQ dibandingkan dengan metode tradisional.
Untuk itu Guru harus benar-benar memahami tujuan mengajar secara khusus yaitu memilih metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, selain itu juga faktor-faktor lain seperti sarana prasarana sekolah, lingkungan sekitar dan lain-lain.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian tindakan ini adalah : a) Bagaimana kemampuan siswa di dalam membaca Al-Qur’an?
b) Apakah kemampuan membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode iqro’ pada siswa kelas II dapat ditingkatkan ?
c) Bagaimana penerapan metode iqro’ dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an pada siswa kelas II ?
Tujuan penelitian yang hendak diperoleh adalah:
a) Untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an dengan memanfaatkan metode iqro’
b) Membiasakan anak dalam belajar membaca dan menulis Al-Qur’an dengan menggunakan metode iqro’
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan, kegiatan dan pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (27,78%), siklus II (22,22%), siklus III (0%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kemampuan membaca Al-Qur’an siswa kelas II dengan menggunakan metode iqro’ dapat ditingkatkan.
HALAMANJUDUL... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN KELULUSAN... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN... ... vi
KATA PENGANTAR... ... vii
ABSTRAK... ix
DAFTAR IS I... x
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 8
C. Tujuan Penelitian... 9
D. Manfaat Penelitian... 9
E. Hipotesis Tindakan... 10
F. Definisi Istilah... 10
G. Pelaksanaan Penelitian... 12
1. Waktu Penelitian... 12
2. Subyek Penelitian... 13
3. Teknik Pengumpulan Data... 14
4. Metode Analisa D ata... 15
H. Sistematika Skripsi... 16
BAB II LANDASAN TEORI A. Peningkatan Pembelajaran... IS 1. Proses Belajar Mengajar... 18
2. Pengertian Belajar... 18
3. Pengertian Kemampuan... 20
4. Membaca... 21
5. Motifasi Membaca... 26
6. Meningkatkan Kemampuan Membaca... 27
B. Pengertian Al-Qur’a n ... 31
C. Pengajaran Al-Qur’an... 36
D. ftfetode IQRO’ dalam Pengajaran Al-Qur’a n ... 37
E. Metode-metode Baca Tulis Al-Qur’an di Indonesia... 49
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Lokasi Penelitian... 56
B. Subjek yang di Teliti... 56
C. Pelaksanaan Penelitian... 57
D. Penjelasan Pelaksanaan Siklus 1... 57
E. Penjelasan Pelaksanaan Siklus I I ... 62
F. Penjelasan Pelaksanaan Siklus III... 66
A. Deskripsi Pelaksanaan Per Siklus... 72
1. Siklus 1... 72
2. Siklus II... 75
3. Siklus III... 79
B. Pembahasan Dari Setiap Siklus... 81
1. Siklus I ... 82
2. Siklus II... 82
3. Siklus III... 83
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 85
B. Saran... 87
C. RencanaTindakLanjut... 88
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR TABEL
TAB EL I JADWAL PELAKSANAAN PENEL1T1AN... 15
TABEL II KOMPONENTESBACAAL-QUR’AN... !... 32
TABEL III DAFTAR PESERTA D1DIK KELAS II
MI MA’ARIF KARANGTENGAH... 53
TABEL IV HASIL BELAJAR MENGAJAR MEMBACA
DAN MENULIS DALAM SIKLUS 1... 69
TABEL V PRESENTASE HASIL BELAJAR MENGAJAR
MEMBACA MENULIS SIKLUS I ... 70
TABEL VI HASIL BELAJAR MENGAJAR MEMBACA
DAN MENULIS SIKLUS II... ... 73
TABEL VII PRESENTASE HASIL BELAJAR MENGAJAR
MEMBACA DAN MENULIS SIKLUS II... 74
TABEL VIII HASIL BELAJAR MENGAJAR MEMBACA
MENULIS SIKLUS III... 76
TABEL IX PRESENTASE HASIL BELAJAR MENGAJAR
MEMBACA DAN MENULIS SIKLUS III... . 77
GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR
I DOKUMEN PELAKSANAAN SIKLUS I
II DOKUMEN PELAKSANAAN SIKLUS II
III DOKUMEN PELAKSANAAN SIKLUS III
DAFTAR LAMPIRAN
1. Materi Pelajaran Qur’an Hadis kelas II
Pada Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
2. Soal Tulis Siklus I
3. Kunci Jawaban Soal Siklus I
4. Dokumen Pelaksanaan Siklus I
1. Materi Pelajaran Qur’an Hadis kelas II
Pada Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
2. Soal Tulis Siklus II
3. Kunci Jawaban Soal Siklus II
4. Dokumen Pelaksanaan Siklus II
1. Materi Pelajaran Qur’an Hadis kelas II
Pada Penelitian Tindakan Kelas Siklus III
2. Soal Tulis Siklus III
3. Kunci Jawaban Soal Siklus III
4. Dokumen Pelaksanaan Siklus III
Surat Keterangan Penelitian Tindakan Kelas
Dari Kepala Madrasah Ibtidaiyah Karangtengah
PROFIL MI MA’ARIF KARANGTENGAH
Surat Keterangan Guru Mitra dalam
Penelitian Tindakan Kelas dari Kepala Madrasah
Jadwal Pelajaran Kelas 2 MI MA’ARIF
Karangtengah Tahun Ajaran 2008/2009
STRUKTUR ORGANISASI MI MA’ARIF
KARANGTENGAH
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membaca sebagai sarana untuk mentransfer ilmu dari tulisan (buku)
ke dalam dirimanusia masih sangat kurang dilakukan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia. Kecenderungan untuk mendapatkan informasi melalui
percakapan tampaknya lebih kuat daripada melalui bacaan. Kecenderungan
ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa minat dan kebiasaan atau keseringan
membaca dikalangan siswa relative masih rendah. Buku yang dipinjam
sekolah, atau yang dimiliki siswa sendiri tampak bersih dan tidak dibaca.
Demikian juga kecenderungan siswa di dalam membaca A1 Qur’an
pun masih kurang dikarenakan kemampuan siswa di dalam membaca A1
Qur’an pun masih amat rendah. Khususnya pada mata pelajaran A1 Qur’an
Hadis, anak seperti kurang berminat atau malas bila mendapatkan pelajaran
A1 Qur’an Hadis khususnya bila anak mendapat tugas untuk membaca dan
menulis A1 Qur’an, contoh keadaan ini terjadi pada sekolah tempat penulis
bertugas yaitu di MI Karangtengah khususnya kelas 2.
Mereka lebih suka membaca bacaan-bacaan yang bertuliskan latin
Indonesia daripada tulisan Arab. Kemampuan siswa di dalam membaca dan
menulis A1 Qur’an masih beragam. Ada yang lamban, sedang dan ada yang
cepat,
2
kemampuan yang beragam ini menjadi tantangan bagi penulis di dalam
bertugas.
Di dalam A1 Qur’an dan Hadis banyak sekali perintah tentang
mengajarkan A1 Qur’an pada anak sedini mungkin.1
1. Firman Allah QS : At Tahrim : 6
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka”.
Sebagai realisasi menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka, tidak ada
lain adalah melalui pendidikan dan pengajran A1 Qur’an sedini mungkin.
2. Sabda Rosullulah SAW
f i& t
Artinya : “Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara : mencintai Nabimu, mencintai keluarga Nabi dan membaca A1 Qur’an (HR At Thabrani)”.
3. Sabda Rosullulolah SAW
Artinya : “Hak anak atas orang tuanya ada 3 : memilihkan nama yang baik ketika baru lahir, mengajarkan kitabullah A1 Qur’an ketika mulai bisa berfikir dan menikahkan ketika dewasa (HR Ahmad)
Artinya : “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari A1 Qur’an dan mengjarkannya “ (HR Bukhori)
Hadis-Hadis ini menunjukkan bahwa mengajarkan membaca A1
Qur’an adalah suatu keharusan bagi setiap orang tua terhadap anak-anaknya
dan keharusan pula bagi sesama muslim.
Ibnu Khadul menjelaskan bahwa pengajaran A1 Qur’an itu merupakan
fondasi pengajaran bagi seluruh kurikulum, sebab A1 Qur’an merupakan salah
satu “syiar Ad-din” yang menguatkan aqidah dan mengokohkan keimanan.2
Salah satu visi dan misi MI Ma’arif Karangtengah adalah siswa
mampu membaca A1 Qur’an dengan benar, oleh karena itu peneliti sangatlah
tertarik untuk mengadakan penelitian tentang kemampuan membaca A1
Qur’an pada siswa MI Ma’arif Karangtengah. MI Ma’arif Karangtengah
adalah lembaga pendidikan tingkat dasar yang memiliki visi dan misi agar
siswanya mampu membaca A1 Qur’an dengan benar. Maka mata pelajaran A1
Qur’an Hadis dan Baca Tulis A1 Qur’an merupakan sarana dan media untuk
mengenalkan A1 Qur’an pada anak usia dini. Untuk itu para guru harus
memiliki metode mengajarkan AI Qur’an pada anak tingkat dasar, dengan
tujuan agar anak memiliki rasa suka membaca Al Qur’an.
Fenomena yang teijadi di masyarakat kita, terutama dirumah-rumah
keluarga muslim semakin sepi dari bacaan ayat-ayat suci Al Qur’an. Hal ini
4
disebabkan karena terdesak dengan munculnya berbagai produk sain dan
teknologi serta derasnya arus budaya asing yang semakin menggeser minat
untuk belajar membaca A1 Qur’an sehingga banyak anggota keluarga tidak
bisa membaca A1 Qur’an. Akhirnya kebiasaan membaca A1 Qur’an ini sudah
mulai langka. Yang ada adalah suara-suara radio, TV, tape recorder, karaoke dan lain-lain.
Keadaan seperti ini adalah keadaan yang sangat memprihatinkan,
belum lagi masalah akhlak, akidah dan pelaksanaan ibadahnya, yang semakin
hari semakin jauh dari tuntunan Rosullullah. Maka sangat diperlukan
kerjasama dari semua pihak untuk mengatasinya. Yaitu mengembalikan
kebiasaan membaca A1 Qur’an di rumah-rumah kaum muslimin dan
membekali kaum muslimin dengan nilai-nilai islam, sehingga bisa hidup
secara islami demi kebahagiaan dunia dan akhirat.3
Pada dekade belakangan ini telah banyak metode pengajaran baca tulis A1
Qur’an dikembangkan, begitu juga buku-buku panduannya telah banyak
disusun dan dicetak. Para pengajar baca tulis A1 Qur’an tinggal memilih
metode yang paling cocok baginya, paling efektif dan paling tepat untuk
mencapai keberhasilan pendidikan.
Keberhasilan suatu metode pengajaran sangat ditentukan oleh
beberapa hal yaitu :
1. Kemampuan guru
2. Siswa
3. Lingkungan
4. Materi pelajaran
5. Alat pelajaran
6. Tujuan yang hendak dicapai
Dalam mengajarkan baca tubs A1 Qur’an harus menggunakan metode.
Dengan menggunakan metode yang tepat akan menjamin tercapainya tingkat
keberhasilan yang lebih tinggi dan merata bagi siswa 4
Salah satu contoh metodologi pengajaran membaca A1 Qur’an yang
selama ini diterapkan di Indonesia dan yang sudah terkenal adalah metode
juz’amma (Qawaidul Bagdadiyah). Walaupun metode juz’amma ini memiliki
kelebihan akan tetapi bila dilihat dalam kenyataan atau dalam praktek
pembelajaran temyata belum mampu menjawab permasalahan yang ada. Para
santri atau siswa merasa jemu atau bosan apabila hanya menggunakan satu
metode. Untuk itu, perlu menggunakan metode yang lain di dalam pengajaran
membaca A1 Qur’an.
Dunia pendidikan mengakui bahwa suatu metode pengajaran
senantiasa memiliki kekuatan dan kelemahan, beberapa kelebihan metode
juz’amma antara Iain :
a. Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif.
b. 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh
sebagai tema sentral.
c. Pola bunyi dan susunan huruf disusun secara rapi.
6
d. Ketrampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik
tersendiri.
e. Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.
Beberapa kelemahan Qoidah Baghdadiyah antara lain :
a. Qoidah Baghdadiyah yang asli sulit diketahui, karena sudah mengalami
beberapa modifikasi kecil.
b. Pengajian materi terkesan menjemukan.
c. Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat menyulitkan pengalaman
siswa.
d. Memerlukan waktu lama untuk mampu membaca A1 Qur’an.
Selain metode baghdadiyah, yang sudah terkenal dan banyak
diterapkan di Indonesia adalah metode iqro’. Metode iqro’ memiliki banyak
kelebihan. Diharapkan kelebihan dari metode iqro’ ini mampu menjawab
kekurangan dari metode bagdadiyah.5
Beberapa kelebihan dari metode iqro’ adalah :
a. Bacaan langsung tanpa dieja.
b CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
c. Privat: santri berhadapan langsung kepada guru.
d. Modul : santri dalam menyelesaikan materi iqro’ tergantung dari
kemampuan sendiri.
e. Asistensi.
f. Praktis.
g. Sistimatis.
h. Variatif.
i. Komunikatif.
j. Flexibel.
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba akan menggabungkan dua
metode ini di. dalam pembelajaran baca tulis A1 Qur’an. Metode iqro’ yang
memiliki benyak kelbihan diharapkan mampu membantu kelemahan dari
metode baghdadiyah.
Kelemahan yang dimiliki metode iqro’ hanyalah pada saat guru
menyampaikan materi pelajaran yaitu apabila guru slah dalam menyampaikan
materi pelajaran maka pengetahuan tentang materi pelajaran yang diterima
siswapun akan salah. Untuk itu sebagai guru haruslah berhati-hati dan
mengetahui terlebih dahulu petunjuk-petunjuk menyampaikan materi
pelajaran dengan menggunakan metode iqro’.
Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar
mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan
ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan
tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan
metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam
suatu tujuan. Metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
bermacam-macam. Penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan. Dalam
mengajar, jarang ditemukan guru menggunakan satu metode, tetapi
8
gabungan dimaksudkan untuk menggairahkan belajar anak didik. Dengan
bergairahnya belajar, anak didik tidak sukar untuk mencapai tujuan
pengajaran. Karena bukan guru yang memaksakan anak didik untuk mencapai
tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan.6
Melihat keadaan tersebut, perlu penanganan secara serius agar di
dalam peningkatan kualitas pembelajaran dapat dicapaikhususnya yaitu di
dalam meningkatkan kemampuan membaca A1 Qur’an pada siswa. Karena
sangat pentingnya pengaruh pemilihan metod dalam kegiatan Belajar
Mengajar maka sangatlah perlu memilih yang tepat dan pada akhirnya tujuan
pembelajaran dapat terwujud.
Oleh karena itu perlu diuji cobakan penerapan berbagai pembelajaran
untuk diketahui dampaknya bagi proses dan hasil pembelajaran. Untuk itu
perlu kiranya dikaji melalui kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan memilih judul “Meningkatkan Kemampuan Membaca A1 Qur’an
Melalui Metode IQRO’ pada siswa kelas 2 di MI Ma’arif Karangtengah
Tahun Ajaran 2008 / 2009.”
B. Rumusan Masalah
Memperhatikan alasan pemilihan judul diatas, maka permasalahan
yang ada dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kemampuan siswa di dalam membaca A1 Qur’an?
2. Bagaimana metode iqro’ diterapkan dalam pembelajaran mata pelajaran
Qur’an Hadis di kelas 2 MI Ma’arif Karangtengah?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan dalam membaca A1 Qur’an pada
siswa kelas 2 MI Ma’arif Karangtengah?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tujuan apakah penelitian metode IQRO’ dapat
meningkatkan kemampuan membaca A1 Qur’an pada siswa kelas 2 MI
Karangtengah.
2. Untuk mengetahui apakah metode IQRO’ dapat diterapkan dalam
pembelajaran mata pelajaran A1 Qur’an Hadis.
3. Untuk mengetahui apakah metode IQRO’ berpengaruh terhadap
kemampuan siswa di dalam membaca A1 Qur’an.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan informasi-
informasi yang jelas tentang ada tidaknya manfaat menggunakan metode
IQRO’ dalam kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kualitas anak
didik, dilakukan oleh siswa kelas 2 MI Karangtengah Tuntang Semarang
tahun 2008. Yang dapat memberikan gambaran yang seharusnya mereka
lakukan. Sehingga dengan adanya informasi-informasi ini dapat memberikan
10
1. Secara praktis apabila ada peningkatan penguasaan mated A1 Qur’an
Hadis berarti bagi siswa kelas 2 MI Karangtengah Tuntang tahun 2008,
dapat memperoleh ilu pengertian, pemahaman, tentang manfaat
penggunaan metode IQRO’ dalam upaya meningkatkan membaca A1
Qur’an.
2. Secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa
ilmu pengetahuan bagi pemilihan metode pembelajaran, khususnya dalam
menggunakan metode IQRO’ yang dilakukan pada siswa kelas 2 MI
Karangtengah Tuntang Semarang, pada pelajaran A1 Qur’an Hadis.
3. Memberikan masukan kepada MI Karangtengah, berupa hasil penelitian
untuk tambahan bahan pustaka, dan bagi siapa saja yang membaca tulisan
ini.
E. Hipotesis Tindakan
1. Metode iqro’ mampu meningkatkan kemampuan membaca A1 Qur’an pada
siswa kelas 2 MI Ma’arif Karangtengah.
2. Metode iqro’ merupakan metode yang tepat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan membaca A1 Qur’an pada mata pelajaran A1
Qur’an Hadis.
F. Definisi Istilah
1 Kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kemapuan membaca Al-Qur’an
2. Metode IQRO’
Metode IQRO’ disusun oleh Bapak As’ad Humam dari Kota gede
Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM (Angkatan Muda Masjid
dan Mushola) Yogyakarta dengan membuka TK A1 Qur’an dan TP A1
Qur’an.
3. Metode Belajar
Metode mengajar merupakan alat yang digunakan oleh guru untuk
menggunkan siswa agar mempelajari bahan pelajaran. Istilah “metode”
adalah suatu cara mengajar, yang berfiingsi sebagai alat untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Sedangkan “mengajar” mempunyai arti menanamkan
pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik. Metode mengajar
dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
instruktur.
“Jadi metode mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai oleh guru
untuk mengejar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas
atau pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.7
Omar Mohammad A1 Toumy A1 Syaibani berpendapat tentang metode
atau cara-cara mengajar yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam adalah
“Bahwa semua aktivitas belajar dan mengajar itu harus berdasarkan akhlak
Islam yang mulia.
Metode yang harus digunakan harus dapat membangkitkan semangat
ajaran akhlak Islam, tujuan-tujuan yang akan dicapai juga harus berdasarkan
g ajaran akhlak Islam.
Adapun beberapa jenis metode mengajar antar lain ceramah, tanya
jawab, demonstrasi, drill, diskusi pemberian tugas, dan masih banyak metode yang lain.
Metode iqro’ yang penulis pakai dalam penelitian ini merupakan
gabungan dari metode mengajar yang ada diantaranya adalah Metode
Ceamah, Demonstrasi, Tanya Jawab, Drill, dan lain sebagainya.
Kombinasi dari berbagai metode ini penulis pakai agar di dalam
pembelajaran tidak terlihat monoton sehingga siswa bisa aktif, tertarik dengan
materi yang diajarkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
baik.
H. Pelaksanaan Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini penulis lakukan pada bulan Juli tahun 2009.
Adapun jadwal pelaksanaannya adalah dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Jenis Kegiatan
Minggu
Ket
1 2 3 4 5
1 Persiapan
1. Menyusun konsep
2. Menyepakati jadwal
3. Menyusun instrument
4. Seminar konsep
2 Pelaksanaan
1. Menyiapkan kelas
2. Melakukan siklus I
3. Melakukan siklus 11
4. Melakukan siklus III
3 Penyusunan Laporan
1. Menyusun konsep laopran
2. Seminar hasil penelitian
3. Perbaikan laporan
2. Subjek Penelitian/Populasi
Populasi adalah seluruh objek atau individu yang akan diteliti atau
dengan kata lain populasi adalah kenyataan yang diperoleh peneliti.
14
populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga peneliti
itu disebut penelitian populasi.
Karena penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran maka subjek
penelitian adalah merupakan penelitian populasi yaitu seluruh siswa
kelas II MI Ma’arif Karangtengah, siswa kelas II berjumlah 18, 13
siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang relevan dan valid penulis
menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Hal ini
dimaksudkan agar metode yang satu dengan yang lain dapat saling
melengkapi. Adapun metode yang penulis gunakan adalah sebagai
berikut:
a. Metode dokumentasi
Yaitu mencari data mengenai jumlah siswa, nilai siswa, dan
keadaan sarana prasarana sekolah. Metode ini penulis gunakan
untuk memperoleh data mengenai jumlah siswa, nilai siswa dan
keadaan sarana dan prasarana sekolah.
b. Metode test
Metode test diartikan sebagai serentetan pertanyaan-pertanyaan
atau alat lain yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa,
intelegensi atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.
Metode ini digunakan untuk mengukur kemampuan anak dalam
memperoleh data mengenai kemampuan anak dalam membaca A1
Qur’an.
c. Metode interview
Adalah dialog yang dilakukan oleh interview (pewawancara) untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Metode ini penulis
gunakan untuk memperoleh informasi tentang situasi umum MI
Ma’ arif Karangtengah.
4. Metode Analisa Data
Analisa yang digunakan dalam penelitian tindakan diwakili oleh
momen refleksi putaran. Dari refleksi tindakan putaran pertama akan
diperoleh hasil, yang kemudian menjadi evaluasi pelaksanaan
pembelajaran serta digunakan untuk meningkatkan pembelajaran
selanjutnya. Sehingga dengan melakukan refleksi tersebut peneliti
akan memiliki wawasan otentik dalam menafsirkan data.
Berdasarkan hal tersebut maka teknik analisa uang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data yang diperoleh dari prestasi tertinggi untuk selanjutnya
ditafsirkan dalam bentuk kata/uraian dan ditarik kesimpulan.
Adapun rumus yang dipakai dalam mencari prosentasinya
adalah:
F
P = - x 100% A
16
N = Number of case
P = Angka presentasi9
b. Data yang bersifat kuantitatif disajikan dalam bentuk uraian
kemudian ditafsirkan selanjutnya ditarik kesimpulan.
c. Keseluruhan hasil penelitian baik yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif kemudian diambil kesimpulan dengan
menggunakan metode berpikir induktif.
Induktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan
yang khusus untuk diperuntukkan secara umum.
I. Sistematika Skripsi
Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi menjadi tiga bagian dengan
sistematika sebagai berikut:
1. Bagian Muka
Bagian ini meliputi halaman judul, halaman nota dinas, halaman
pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata
pengantar, halaman daftar isi dan halaman tabel.
2. Bagian Isi Skripsi
Dalam bagian ini terdiri dari lima bab dan beberapa sub bab antara
lain ialah :
Bab I Pendahuluan bab ini latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, hipotesa tindakan, manfaat penelitian, pelaksanaan
penelitian, dan sistematika skripsi.
Bab II Landasan Teori dan Hipotesa Tindakan yang mencakup
tinjauan kepustakaan dan kerangka berfikir.
Bab III Pelaksanaan Penelitian yang memuat lokasi penelitian, subjek
yang diteliti, prosedur keija dalam penelitian yang meliputi tiga siklus
yaitu Siklus 1. Siklus 2 dan Siklus 3. Selain itu juga memuat sumber
data dan cara pengolahan data serta tolok ukur keberhasilan.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan memuat hasil pelaksanaan
siklus 1, hasil pelaksanaan siklus 2 dan hasil pelaksanaan siklus 3 dan
pembahasan.
Bab V Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
b a b
n
LANDASAN TEORI
A. Peningkatkan Pembelajaran
1. Proses Belajar Mengajar
Upaya peningkatan kualitas mutu pendidikan merupakan tugas besar
dan berjangka waktu panjang, karena masalahnya menyangkut masalah
pendidikan anak bangsa, meningkatkan kualitas mutu pendidikan harus
melalui proses pembelajaran yang baik dan terarah.
Meningkatkan adalah bertambahnya untuk memenuhi suatu
keinginan atau dorongan keinginan terhadap sesuatu. Meningkat juga berarti
usaha seseorang untuk sesuatu yang diinginkan dan tidak berhenti sebelum
tercapai tujuan tersebut. Seseorang dikatakan meningkat dalam usaha untuk
mencapai sesuatu yang dihajatkan atau yang dicita-citakan dengan berbagai
jalan. Seseorang yang ingin meningkat tidak mengenal lelah asalkan
keinginannya terwujud. Seseorang yang mengalami peningkatan adalah orang
yang hari ini lebih baik dari hari kemarin.
2. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses perubahan berkat pengalaman dan latihan.
Artinya, tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi
segenap aspek organisasi atau pribadi. Kegiatan Belajar Mengajar seperti
mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar,
menilai proses dan hasil belajar.11
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi
antara individu dan lingkungan. Hasil belajar tercermin dalam perubahan
perilaku, baik secara material, substansial, structural, fiangsional maupun
secara behavioran.
Proses dalam hal ini, merupakan urutan kegiatan yang berlangsung
secara berkesinambungan, bertahap, bergilir, dan terpadu yang seecara
keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik terhadap belajar
mengajar. Berkesinambungan berarti kegiatan intruksional itu berlangsung
terus menerus yang sesungguhnya tidak pernah berhenti pada satu titik akhir
kendatipun tujuan terminal atau tujuan akhir dinyatakan telah tercapai.
Tingkah laku adalah perbuatan atau tindakan yang memiliki aspek
strukturan dan aspek fungsi aspek sruktur merujuk kepada perilaku yang
tampak atau yang dapat diamati, yakni berupa tindakan fisik atau jasmaniah,
sedangkan aspek fungsi adalah tindakan atau perbuatan yang menunjukkan
kepada unsur rohaniah.
Interaksi adalah saling mempengaruhi yang bermula saling
berhubungan antara komponen aspek yang satu dengan yang lainnya,
misalnya interaksi antara individu dan lingkungannya. Dan dapat juga teijadi
kondisi yang interaktif, edukatif atau interaksi instruktural sehingga dapat
tercapai tujuan belajar mengajar yang telah ditetapkan.
20
Individu adalah satu kesatuan yang tak terbagi, misalnnya individu
siswa yang memiliki karakteristik sendiri-sendiri sehingga individu yang satu
dan individu lainnya berbeda baik secara horizontal (mental, emosional,
sosial dan personal) maupun secara vertikal (berbeda dalam segi jasmani).
Setiap individu berbeda dalam situasi tumbuh dan berkembang, merupakan
suatu kesatuan yang potensial yang jika disediakan lingkungan yang serasi,
pertumbuhan dan perkembangan itu berlangsung lebih terarah dan lebih
cepat.
Lingkungan adalah mencakup semua hal berpengaruh dan bermakna
bagi individu lingkungan belajar dalam kelas meliputi unsur-unsur guru,
fasilitas belajar, peralatan dan perlengkapan serta kelompok atau individu
siswa lainnya. Lingkungan belajar harus diciptakan agar siswa dapat belajar
dengan efektif.
Dari pendapat dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses
belajar merupakan proses yang lebih banyak terjadi pada siswa, sedang
mengajar merupakan kegiatan yang lebih dominan dialami oleh guru
meskipun antara kegiatan belajar dan kegiatan mengajar merupakan dua
kegiatan yang berbeda namun keduanya saling berkaitan dengan tujuan akhir
yang sama, yakni bagaimana supaya terjadi perubahan yang optimal pada diri
siswa.
3. Pengertian Kemampuan
Yang penulis maksud disini adalah “ kesanggupan atau kecakapan
1. Pengertian Membaca
Membaca berasal dari kata dasar baca yang mempunyai arti
melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau
dalam hati). Yang dimaksud dalam pengertian membaca bukan hanya
sebatas melafalkan apa yang terlihat dan tertulis saja. Sabab bagi siswa
yang telah mengenal huruf maka tidak ada kesulitan dalam membaca.
Akan tetapi yang dimaksud membaca disini adalah arti membaca seperti
yang telah dikemukakan oleh The Liang Gie dalam bukunya Cara Belajar ! • .
yang Efisien, beliau menyimpulkan sebagai berikut : ” Serangkaian
kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan secara penuh perhatian untuk
memahami makna sesuatu keterangan yang disajikan kepada indera
penglihatan dalam bentuk lambang huruf dan tanda lainnya “12.
Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa membaca adalah
melihat apa yang tertulis dan melisankannya serta mencurahkan daya pikir
untuk mengetahui apa yang dilihat dan dilaksanakannya.
Dalam Islam, membaca merupakan kegiatan yang sangat
dianjurkan dan dihargai, sebagaimana dijelaskan dalam A1 Qur’an surat A1
Alaq ayat 1 - 5 sebagai berikut:
12
22
Artinya : Bacalah dengan menyebut nama TuhanMu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhan yang paling pemurah. Yang mengajarkan manusia
dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada umat manusia apa yang
tidak diketahui.
Ayat diatas memerintahkan kepada umat islam agar senantiasa
membaca. Hal ini juga menunjuakkan bahwa ajaran islam memperhatikan
sekali terhadap pendidikan umatnya. Dengan turunnya ayat ini dapat
menjadi landasan bahwa baca tulis merupakan suatu keharusan bagi orang
yang menginginkan pengetahuan yang luas.
Di Indonesia kebiasaan membaca memang sangat kurang. Orang
akan lebih suka menonton TV daripada membaca buku. Kebiasaan
menonton TV sudah menjadi kebiasaan buruk. Hal itu dapat kita lihat
disetiap fasilitas umum terminal, rumah sakit, bandara, rumah makan,
ataupun fasilitas umum yang lain. Merekan menganggap bahwa dengan
keberadaan TV itu merupakan gaya modern. Namun orang Indonesia yang
terpelajar sekalipun tidak pemah berfikir bahwa ruang tunggu yang
modern justru akan menambah efek jika disitu ditaruh sebuah rak buku
dengan berbagai macam bacaan buku yang dapat dibaca dengan tenang.
Sebab hiburanpaling beradab bagi orang modem adalah jika orang itu lalu
bisa membagikan pemahaman dari yang dibacanya itu kepada orang lain
sebagai pengalaman kecendikiawanan.13
a. Fungsi Membaca
1. Mengenal Ilmu
Tanpa membaca maka tidak akan mengetahui apa yang
tertulis dalam buku dengan membaca maka seorang siswa akan
dapat mengetahui apa yang dilihatnya. Hal tersebut dapat dilihat
dari apa yang dikemukakan oleh The Liang Gie, “ Seorang
mahasiswa tidak mungkin lulus dari perguruan tinggi tsnps 7
membaca buku “ 14
2. Mengembangkan Ilmu
Dengan membaca maka akan menambah khasanah
keilmuan dari apa yang dibaca, yang semula tidak tahu menjadi
tahu, dari tahu menjadi faham, dan setelah faham akan membawa
keberhasilan atau kesuksesan, sebagaimana yang diungkapkan oleh
The Liang G ie:
“Dengan keterampilan membaca itu setiap siswa akan
dapat memasuki dunia keilmuan yang penuh pesona, memahami
khasanah kearifan yang banyak hikmah dan mengembangkan
berbagai ketrampilan lainnya yang amat berguna untuk kelak
mencapai sukses dalam hidup” .15
14
24
3. Mencapai Pemahaman Masalah
Dengan membaca yang telah mencapai arti dan maka.,
akan memperoleh pemahaman masalah dari tulisan yang
dibacanya. Bermula dari tahu masalah, mengembangkan masalah
dan akhirnya menjadi paham terhadap masalah.
b. Tujuan Membaca
Membaca hams memiliki tujuan, membaca tanpa tujuan
bagaikan sebuah perahu tanpa lanyar, dia berlayar tanpa tahu arah dan
tujuan. Tujuan mempunyai fungsi untuk mengarahkan bahwa apa
yang seharusnya dibaca, membantu menyeleksi bahan yang hams
dibaca dan membantu mengembangkan motivasi membaca yang
tinggi.16
3. Jenis-jenis Membaca
Syaiful Bahri Djamarah membagi teknik membaca menjadi
empat yaitu :
a. Baca Pilih
Yang dimaksud baca pilih (selecting) adalah bahwa pembaca memilih bahan bacaan dan atau memilih bagian-bagian
bacaan yang dianggap relevan, atau berisi informasi fokus yang
diinginkannya.
16
b. Baca Lompat
Baca lompat (skimming) yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui ini umum suatu bacaan atau bagiannya. Ini umum yang
dimaksud mungkin adalah informasi fokus, tetapi mungkin juga
hanya sebagai dasar untuk menduga apakah bacaan atau bagian
bacaan itu berisi informasi yang telah ditentukan.
c. Baca Tatap
Baca tatap (scaring) yaitu membaca dengan cepat dan dengan memutuskan perhatian untuk menemukan bagian bacaan
yang berisi informasi fokus yang telah ditentukan, dan seterusnya
membaca bagian itu dengan teliti sehingga informasi fokus itu
ditemukan dengan tepat dan dipahami secara benar.17
d. Baca Layap
Baca Layap (skemming) yaitu membaca dengan cepat untuk
mengetahui isi umum suatau bacaan atau bagiannya.
4. Tahapan Perkembangan Membaca
Menurut Haris seperti dikutip oleh Mulyono, ada lima tahap
perkembangan membaca :
a. Kesiapan membaca.
b. Membaca permulaan
c. Ketrampilan membaca cepat.
d. Membaca luas dan
26
e. Membaca yang sesungguhnya.
Tahap perkembangan kesiapan membaca mencakup rentang
waktu dari sejak dilahirkan hingga pelajaran membaca diberikan
umumnya pada saat masuk kelas satu SD. Kesiapan menunjukkan pada
taraf perkembangan yang diperlukan untuk belajar secara efisien.18
Tahap membaca permulaan umumnya dimulai sejak anak masuk
kelas satu SD, yaitu pada saat anak berusia enam tahun. Tahap
ketrampilan membaca cepat atau lancar umumnya teijadi pada saat anak-
anak duduk di kelas dua atau tiga. Tahap membaca luas umumnya teijadi
pada saat anak-anak duduk dikelas empat atau lima SD. Tahap membaca
yang sesungguhnya (refinement o f reading stage) umumnya terjadi ketika
anak-anak sudah duduk di SLTP dan berlanjut hingga dewasa.19
5. Motivasi Membaca
Penggambaran secara lengkap tentang motivasi membaca
diberikan oleh Hans E Giehil, ia merincinya menurut tiga rangsangan
dasar.
a. Rangsangan pertama untuk membaca adalah keinginan untuk
menangkap dan menghayati yang dijumpai di dunia dalamnya.
Disadari oleh hasrat berorientasi pada dunia sekelilingnya dan
untuk dapat menjelaskan adanya dunia di sekelilingnya itu.
18
. Mulyono Abdurrohman, Pendidikan Bagi anak berkesulitan Belajar, Rineka Cipta dan Depdikbud, him 200
b. Rangsangan dasar kedua untuk membaca berasal dari hasrat untuk
mengatasi atau setidaknya melonggarkan keterikatan manusia.
c. Rangsangan yang ketiga didalamnya lebih terungkap suatu sikap
yang terdapat dalam jiwa manusia, yaitu mencari keteraturan dan
bentuk, mencari apa arti dan makna kehidupan manusia.20
Dengan membaca juga dapat menambah pengalaman dan
pengetahuan, kadang orang akan lebih memahami dengan membaca bila
dibanding melihat secara langsung atau mendengar.
6. Meningkatkan Kemampuan Membaca
Untuk meningkatkan kemampuan membaca ada beberapa langkah
yang harus ditempuh :
a. Telitilah keesehatan mata (misalnya apakah kecamata yang dipakai
masih cocok)
b. Membaca dengan ungguh-sungguh.
c. Mempercepat cara membaca atau membaca bacaan yang terasa mudah
dengan lebih cepatat.
d. Batinkanlah atau ulangilah dalam bantin bahan yang telah dibaca.
e. Tidak membaca selama guru menerangkan atau dalam diskusi.
f. Menambah waktu membaca.
g. Berkonsentrasi pada saat membaca dan tidak mengikuti hal lain yang
bukan bahan bacaan.
28
h. Mengembangkan pengetahuan kosa kata asing maupun baru yang
acap kali dipakai cara membuka kamus, mengikuti acara pembinaan
bahasa baik di TV atau surat kabar.21
Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai
berbagai bidang studi. Menurut Kirk, Kliebhan dan Lemer, ada delapan
faktor yang memberikan sumbangan bagi keberhasilan belajar membaca
yaitu :
a. Kematangan mental
b. Kemampuan visual
c. Kemampuan mendengarkan.
d. Perkembangan wicara dan bahasa.
e. Ketrampilan berfikir dan memperhatikan
f. Perkembangan motorik
g. Kematangan sosial dan emosional.
h. Motivasi dan minat.22
Untuk memperjelas pengertian tentang kemampuan didalam
membaca A1 Qur’an penulis membagi menjdai 3 tingkatan
1. Tingkatan tinggi, indikatomya adalah :
a. Anak dapat melafalkan huruf (makhraj)dengan benar
b. Dapat mengucapkan dengan benar hukum-hukum tajwid
c. Dapat mengucapkan dengan benar bacaan mad
21 . YB Sudarmanto, Tuntunan Metodologi Belajar, PT Gramcdia, Jakarta, 1993, him 37 22
d. Dapat membaca dengan fasih
2. Tingkatan sedang indikatomya :
a. Anak tidak dapat mengucapkan sebagian huruf dengan benar
b. Anak tidak dapat mengenal dengan lengkap hukum tajwid
c. Anak tidak dapat mengenal dengan lengkap bacaan mad
d. Anak dapat membaca dengan benar, tetapi urang lancar
3. Tingkatan rendah, indikatomya :
a. Anak tidak dapat mengucapkan sebagian huruf dengan benar
b. Anak tidak dapat mengenal hukum tajwid
c. Anak tidak dapat mengenal bacaan mad
Adapun yang penulis maksud dengan kemampuan membaca A1
Qur’an adalah meliputi tiga komponen, yaitu :
a. Makhroj atau yang berkaitan dengan pengucapan huruf secara benar dan jelas.
b. Tajwid yaitu yang berkaitan dengan membaca A1 Qur’an secara benar dan tartil
c. Kelancaran adalah menyangkut ketepatan dalam membaca merangkai
kata-perkata secara benar dan tepat.
Ketiga komponen tersebut sebagai tolak ukur kesempurnaan
membaca A1 Qur’an, masing-masing komponen berisi indikator secara
bertingkat yang menerangkan kemampuan membaca A1 Qur’an.
30
Tabel 1.1
KOMPONEN TES BACA AL QUR’AN
Kriteria Komponen
Makhroj Tajwid Kelancaran
Tinggi 1. Anak dapat mengucapkan
huruf dengan benar 2. Anak dapat membedakan
suara lafal dengan jelas
Sedang 1. Anak kurang dapat
mengucapkan huruf
Rendah 1. Anak tidak dapat
mengucapkan huruf dengan benar
2. Anak tidak dapat
mengucapkan/membedak an suara huruf yang mirip
1. Anak tidak tahu
Dari uaraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan ketrampilan membaca A1 Qur’an adalah kemampuan membaca A1
Qur’an secara tepat dan benar meliputi tiga komponen yaitu mahroj,
tajwid dan kelancaran dalam membaca
Pengertian tersebut perlu dijabarkan secara operasional untuk
memudahkan pengukuran variable jika diterapkan dalam kontek
Kemampuan membaca A1 Qur’an dalam hal ini adalah yang dikaitkan
dengan kemampuan siswa Sekolah Dasar, penekanannya dalam membaca
A1 Qr’an adalah kecakapannya yang diperagakan siswa dalam membaca
A1 Qur’an dilihat dari tiga komponen yaitu mahroj, tajwid dan
kelancarannya.
Jadi kemampuan membaca A1 Qur’an diartikan sebagai
kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam melafalkan tulisan A1
Qur’an secara tepat menurut hukum-hukum tajwid.
B. Pengertian Al-Qur’an
1. Definisi A1 Qur’an
Defmisi A1 Qur’an telah dikemukakan oleh beberapa ulama dari
berbagai keahlian dalam bidang bahasa, Ilmu kalam, Usui Fiqih dan
sebagainnya. Definisi itu berbeda karena stressing (penekanannya)
berbeda-beda, disebabkan perbedaan keahlian mereka.
Dr. Sbhi Al-Salih merumuskan definisi A1 Qur’anyang dipandang
sebagai defmisi yang dapat diterima para ulama ahli bahasa, ahli fikih,
dan ahli ushul fikih.
“A1 Qur’an adalah firman Allah yang bersifat (berfungsi)
mukjizat (sebagai bukti kebenaran atas kenabian Muhammad) yang
mushaf-32
mushaf, yang dinukil (diriwayatkan) dengan jalan mutawatir, dan yang
membacanya dipandang beribadah.23
2. Asal kata A1 Qur’an24
Ada beberapa pendapat tentan asal kata A1 Qur’an, diantaranya :
a. A1 Syafi’i (150-201 H) berpendapat : “ kata A1 Qur’an ditulis dan
dibaca hamzah (A1 Quran, bukan A1 Qur’an) dan tidak diambil dari kata
lain. Ia adalah nama yang khusus digunakan untukkitab suci yang
diberikan kepada Nabi Muhamma, sebagaimana nama injil dan taurat
yang digunakan khusus untuk kitab-kitab Allah yang diberikan masing-
masing kepada NAbi Isa dari Nabi Musa.
b. A1 Farra’ seorang ahli bahasa terkenal, pengarang kitab Ma’anil Qur’an
tidak menggunakan hamzah dan diambil dari kata qarain jamak qarinah,
yang artinya indikator (petunjuk) hal ini disebabkan sebagian ayat-ayat
A1 Qur’an itu serupa satu dengan yang lain, maka seolah-olah sebagian
ayat-ayatnya merupakan indikator dari yang dimaksud oleh ayat lain
yang serupa.
c. Al-Asy’ari, Ahli ilmu kalam aliran sunni (wafat 324 H) berpendapat
lafal A1 Qur’an tidak menggunakan hamzah dan diambil dari kata j
yang artinya menggabungkan disebabkan surat dan ayat-ayat A1 Qur’an
itu dihimpun dan digabungkan dalam satu mushaf.
d. Al-Zajjaj, pengarang kitab Ma’anil Qur’an (wafat 311 H) berpendapat
bahwa lafal A1 Qur’an itu berhamzah, berwazan fu’lan, dan diambil dari
kata... yang artinya penghimpun. Hal ini disebabkan A1 Qur’an
merupakan kitab suci yang menghimpun intisari ajaran-ajaran dari
kitab-kitab suci sebelumnya.
e. Al-Lihyani, seorang ahli bahasa (wafat 215 H) berpendapat bahwa lafal
A1 Qur’an itu berhamzah, bentuknya masdar dan diambil dari
kata...yang artinya membaca. Hanya saja lafal A1 Qur’an ini
menurut Al-Lihyani adalah masdar bi ma’na ismail m af ul. Jadi Qur’an
artinya maqru’ (dibaca).
f. Dr. Subhi A1 Shalih pengarang kitab mabahits fi Ulumil Qur’an
mengemukakan, bahwa pendapat yang paling kuat adalah lafal A1
Qur’an itu masdar dan sinonim dengan lafal qira’ah sebagaimana
tersebut dalam A1 Qiyamah ayat 17-18 :
“ sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengmpulkannya dan
membacanya . apabila kami telah selesai membacakannya maka
ikutilah bacaanya itu.
g. Beberapa orientasi (G. Bergstaesser) berpendapat bahwa bahasa Armia,
Abessyna, dan persia tidak sedikit pengaruhnya terhadap
perbendaharaan bahasa arab, karena bahasa-bahasa tersebut adalah
bahasa-bahasa dari bangsa yang bertetangga dengan bangsa arab dan
mereka adalah bangsa-bangsa yang telah maju kebudayaannya beberapa
34
de Islam) dan Blachere (dala bukunya, Le Coran, Introduction) bahwa
bangsa arab telah menggunakan beberapa kata yang berasal dari bahasa
Armia, Suryani dan Horbrow demikian pula di dalam A1 Qur’an,
terdapat kata-kata yang berasal dari bahasa asing tersebut. Diantara
kata-kata asing tersebut menurut Blachere adalah :
... dan juga lafal ... berasal dari bahasa Armia yang
mempunyai arti membaca, sedang lafal ... semula digunakan oleh
bangsa Arab untuk arti binatang yang mandul (tidak bisa beranak).
3. Nama-nama A1 Qur’an25
Di dalam kitab Al-Itqan, karangan Al-Suyuti diterangkan, bahwa
Abdul Ma’ali Syaizalah, pengarang Al-Burhan fi Musyikilatil Qur’an
(wafat 494 H) menyebutkan 55 buah nama untuk A1 Qur’an. Bahkan
Abdul Hasan Al-Harly (wafat 647 H)menerangkan bahwa lebih dari 90
nama untuk A1 Qur’an.
(^)Subhi Al-Shalih berpendapat bahwa, sebagian ulama berlebih-
lebihan didalam menghitung jumlah nama-nama A1 Qur’an, sebab mereka
mencapur adukkan antara nama dan sifatnya.
Diantara nama-nama A1 Qur’an yang terkenal ialah :
a. A1 Qur’an dalam Surat Al-Baqoroh ayat 185.
25
“ bulan Ramadlan, bulan yang didalamnya diturubkan A1 Qur’an
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).
b. A1 Furgon, dalam surat A1 Furgon ayat 1 :
“Maha suci dzat yang telah menurunkan A1 Furgon kepada hamba
Nya agar dia menajdi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
c. A1 Kitab, dalam surat Al-Nahl ayat 89 :
“...Dan kami turunkan kepadamu A1 Kitab untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri (kepada Allah).
d. Al-Dzikir, dalam surat A1 Hijr ayat 9 :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikir (A1 Qur’an)
dan sesungguhnya kamilah yang memeliharanya.”
4. Fungsi A1 Qur’an26
A1 Qur’an mempunyai beberapa fungsi. Diatara fungsinya yang
terpenting adalah:
a. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad untuk membuktikan, bahwa Nabi
uhammad adalah Nabi dan Rasul-Nya, dan A1 Qur’an adalah firman
Allah, bukan ciptaan Muhammad sendiri.
b. Sebagai sumber segala macam aturan tentang hukum, sosial,ekonomi,
kebudayaan,pendidikan, moral dan sebagainya yang harus dijadikan
36
Way of Life bagi seluruh umat manusia untuk memecahkan persoalan-
persoalan yang dihadapinya.
c. Sebagai hakim yang diberi beberapa wewenang oleh Allah
memberikan keputusan terakhir mengenai beberapa masalah yang
diperselisihkan dikalangan pemimpin-pemimpin agama dari
bermacam-macam agama dan sekaligus sebagai korektor yang
mengoreksi kepercayaan/pandangan/anggapan yang salah.
d. Sebagai pengukuh (penguat) yang mengukuhkan dan menguatkan
kebenaran keberadaan para Nabi dan Rasul sebelum Nabi
Muhammad, hanya saja ajaran dari para Nabi sebelum Nabi
Muhammad beserta kitab sucinya sudah tidak orisinil lagi, sebab tidak
sedikit yang telah diubah oleh para pemimpin mereka.
C. Pengajaran A1 Qur’an
Pengertian metode pembelajaran membaca A1 Qur’an dalam penulis
ini dimaksudkan adalah cara yang dilakukan oleh ustadz/ustadzah untuk
mengajarkan membaca A1 Qur’an kepada santri-santrinya sehingga tercipta
suasana dinamis menggunakan istilah pembelajaran karena diharapkan yang
lebih aktif adalah siswa/santri sebagai yang belajar, sedangkan bila memakai
istilah pengajar dan siswa pasif. Dalam hal ini dititik beratkan pada
bagaimana cara ustadz/ustadzah mengajarkan membaca A1 Qur’an pada
Metode pengajaran adalah suatu cara pelaksanaan dari pada proses
pengajran atau soal bagaimana teknisnya suatu bahan pelajaran diberikan
kepada murid-murid sekolah. Metode pengajaran dianggap berhasil kalau
ustadz/ustadzah mahir dalam mengatur kelas, tidak hanya terpaku pada suatu
metode saja, tetapi bervariasi pada situasi dan kondisi kelas itu. Termasuk
dalam kondisi proses belajar mengajra adalah keadaan kelas dan waktu
belajar.
Setiap metode pembelajaran bertujuan utnuk membantu siswa dalam
proses belajar mengajar agar mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal,
sekaligus mampu bertahan lama sehingga melekat sebagai sikap dan perilaku
siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam hal metode.
D. Metode iqro’ dalam Pengajaran A1 Qur’an
1. Pengertian Metode
Metode ialah cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan
sesuatu karena metode berarti cara yang paling tepat dan cepat, maka
untuk keija dalam suatu metode hams diperhitungkan benar-benar secara
ilmiah. Karena itulah suatu metode selalu merupakan hal experiment
pengajaran tepat ialah pengajaran bagi murid, sedangkan pengajaran cepat
adalah pengajaran yang tidak memerlukan waktu lama.
Ada juga yang berpendapat bahwa metode adalah cara yang
didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai sesuatu tujuan. Hal ini
38
juga pencapaian tujuannya. Dengan memiliki pengertian secara umum
mengenai sifat berbagai metode, baik mengenai kebaikannya maupun
mengenai kelemahannya. Seseorang akan lebih mudah menetapkan
metode yang paling tepat untuk situasi dan kondisi yang khusus
dihadapinya.
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara
mengajar yang dipergunakan guru/instruktur tetapi ada juga pengertian
lain, metode mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran pada siswa didalam kelas, baik
secara individual atau secara kelompok/klasikal agar pelajaran itu dapat
diserap dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
Sebagai seorang pendidik, guru perlu mempertimbangkan metode
apa yang akan digunakan untuk menyajikan pesan pembelajaran, karena
memang tidak semua metode sesuai dan dapat digunakan untuk setiap
bidang studi yang akan diajarkan oleh guru kepada muridnya.
2. Pengertian Metode Iqro’
Metode Iqro’ adalah metode belajar membaca A1 Qur’an yang
disusun olehh bapak As’ad Human dari kata gede Yogyakarta dan
dikembangkan oleh AMM (Angkatan MAsjid Mushola) Yogyakarta
dengan membuka TK Alqur’an dan TP A1 Qur’an.
Diawali keprihatinan KH As’ad Humam bersama Team Tadarus
AMM-Nya melihat banyaknya anak-anak muda di kotagede dan
disekitamya yang tidak mampu membaca A1 Qur’an, maka tergeraklah
untuk mengadakan gerakkan M5A ini lebih-lebih setelah membaca data
(Suara masjid No 175, April 1989 halaman 11) yang menunjukkan bahwa
generasi muda Indonesia yang tidak bisa baca A1 Qur’an meningkat
presentasinya. Tahun 1950 hanya 17,50% tahun 1980-an menjadi 56 %.
Kemudian dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pengurus
Muhammadiyah DKI Jakarta bekeijasama dengan Dewan Dakwah
Indonesia pada tahun 1988 diperoleh fakta bahwa 75% pelajar SMA di
Jakarta buta huruf A1 Qur’an (Dinamika Berita, Kamis 8 Februari 1990).
4. Sebab-sebab Munculnya Metode Iqro’
1. Menurunnya kuantitas dan kualitas pengajian anak-anak
dimasjid/mushola.
2. Metode pengajaran baca A1 Qur’an yang statis.
3. Terbatasnya jam pelajaran pendidikan agama disekolah.
4. Dihapuskannya pelajaran huruf arab jawi (arab melayu) dari
kurikulum sekolah.
Untuk mengatasi hal itu, Yayasan Team Tadarus AMM
melakukan gerakan M5A (membaca,menulis,memahami,mengamalkan
dan memasyarakatkan A1 Qur’an) melalui:
40
b. Taman kanak-kanak A1 Qur’an dan Taman Pendidikan A1 Qur’an.
c. Taman kanak-kanak A1 Qur’an lanjutan dan Taman Pendidikan
Taman kanak-kanak A1 Qur’an lanjutan.
d. Ta’limul Qur’an Lil Aulad.
e. Diklat ustad.
f. Kursus Tartil Qur’an.
g. Keterpaduan BKB-TKA/TPA
h. Iqro’ Klasikal disekolah.
i. Kursus seni baca A1 Qur’an.
5. 10 sifat Buku Iqro’
1. Bacaan Langsung (tanpa dieja)
Yaitu tidak diperkenalkan terlebih dulu nama-nama huruf
hijaiyah, jadi tidak dikenalkan huruf ali, tanda baca fathah, kemudian
dieja alif fathah A, dan seterusnya, tetapi langsung diajarkan bunyi
A, Ba, Ta dan seterusnya.
2. CBSA (Cara Belajar Santri Aktif)
Yang belajar adalah santri, buakan gurunya sehingga santri
harus didorong untuk aktif dan guru hanya membimbing saja. Guru
menerangkan pokok pelajaran, sesudah santri jelas dan bisa
mengulangi dengan baik, maka santri tersebut disuruh membaca
sendiri bacaan-bacaan berikutnya dan guru hanya menyimak saja.
Dalam belajar membaca A1 Qur’an, santri harus berhadapan
langsung dengan gurunya, hal ini dimaksudkan agar santri tahu betul
bagaimana mengucapkan huruf-huruf sesuai dengan kaidah
makhrojnya karena itulah santri disimak satu persatu secara
bergantian (privat).
4. Modul
Santri dalam menyelesaikan materi Iqro’ tergantung dari
kemampuan dan usahanya sendiri, tidak berdasarkan kemampuan
kelas atau usahanya sendiri, tidak berdasarkan kemampuan dan
usahanya atau rekannya mereka yang cerdas dan raj in akan cepat
selesai. Jadi cepat dan lambatnya menamatkan Iqro’ tergantung dari
keadaan masing-masing santri,
5. Asistensi
Jika terpaksa kekurangan tenaga, maka bisa menunjuk
santri-santri terpilih untuk menjadi asisten penyimak bagi santri lain
yang tingkat jilidnya berada dibawahnya.
6. Praktis
Tujuan utama pengajaran A1 Qur’an ini adalah santri bisa
membaca A1 Qur’an dengan mudah dan cepat, sehingga hal-hal yang
bersifat teoritis (teori Ilmu Tajwid) diajarkan setelah santri bisa
tadarus A1 Qur’an dengan lancar maka buku Iqro’ disusun dan
42
mengenalkan istilah-istilah tajwid, jadi langsung diajarkan
bagaimana pengucapannya.
7. Sistematis
Disusun secara lengkap dan sempurna, terancang serta
terarah dimulai dari pelajaran yang amat dasar dan sederhana,
dengan rangkaian huruf, sedikit demi sedikit, tanpa demi tahap
akhirnya ketingkat suatu kalimat yang bermakna.
8. Variatif
Disusun secara berjilid-jilid terdiri dari 6 jilid dengan
sampul yang berwarna-warni sehingga menarik selera untuk saling
berlomba dalam mencapai warna-warna jilid yang berikutnya.
9. Komunikatif
Ungkapan kata rambu-rambu petunjuk, akrab dengan
pembaca sehingga menyenagkan gabi yang mempelajarinaya.
10. Flexibel
Buku Iqro’ bisa dipelajari oleh anak usia anak-anak, dasar,
menengah pertama, menengah atas, mahasiswa serta orang-orang
tua. Disamping itu siapapun yang sudah bisa membaca A1 Qur’an
pasti bisa mengajarkannya.
6. Bentuk-bentuk Pengajaran Iqro’
1. Menjadi materi pokok pada TKA (usia : 4,5,6 tahun)
3. Digunakan untuk pengajian anak-anak di masjid/mushola.
4. Menjadi materi utama pada Majlis Ta’lim Remaja.
5. Menjadi program ekstra kulikuler disekolah.
6. Bisa pula digunakan guru-guru agama islam sebagai dari
pelajaran agama.
7. Petunjuk Mengajar dan Materi Pelajaran Iqro’
a. Iqro’ jilid 1
1. Sistem
> CBSA guru sebagai penyimak saja jangan sampai
menuntun kecuali hanya memberikan contoh
> Privat
2. Mengenai judul-judul guru langsung memberi contoh
bacaannya.
3. Sekali dibaca betul tidak boleh diulang lagi.
4. Bila santri keliru panjang-panjang dalam membaca huruf
maka guru dengan tegas memperingatkan.
5. Bila santri keliru membaca huruf cukup betulkan huruf yang
keliru saja dengan cara :
> Isyarah
> Bila dengan isyarah masih keliru dengan titian ingatan. Umpama lupa baca huruf (j) cukup mengingatkan
44
6. Jilid / pelajaran 1 berisi pengenalan huruf berfathah
O* Lebih diarahkan ke bunyi SIN daripada keliru
* __
b. Pengajaran jilid 2
1. Mengenai judul-judul huruf yang dirangkai, guru tidak perlu
menerangkan. Jadi guru hanya menyimak saja
2. Pengajaran 2, santri dikenalkan dengan mad / panjang dan
harus bisa membedakan panjang dan pendek.
3. Membaca dengan terputus-putus walaupun hurufnya
bersambung.
Materinya:
M
li&
£i
ii O
J u k s
1. Bila santri sering mengingat-ingat huruf didepannya maka
ditegur dengan “membacanya putus-putus saja” bila perlu
huruf depannya ditutup.
2. Guru tidak boleh memberi contoh satu kalimat yang
menimbulkan anak ingin meniru lancarnya guru. Bila ini
terjadi maka santri akan terbebani berfikir membaca
kalimat-kalimat yang panjang sehingga membacanya
banyak kesalahan.
3. Bila santri mengulang-ulang bacaan maka ditegur “dibaca
satu kali saja” sebab pedomannya sekali dibaca betul.
Materi:
d. Pengajaran jilid 4
1. Mulai jilid ini sudah dikenalkan nama-nama huruf dan tanda
: Dhamah,....f....: fathah,... .: kashoh ....iT: Tanwin,...*....
*
.: sukun,... . : tasyjid
2. Bila santri keliru baca ditengah / akhir maka betulkanlah
yang keliru saja membacanya tidak perlu diulang dari awal.
3. Untuk memudahkan ingatan huruf-huruf qolqolah boleh
dengan singkatan BAJU DITHO QO.
46
Materinya :
( 2^ ^
Ban = An= . . .
♦
Ban dibaca Pendek!
\ = dianggap tidak ada
'* / ,S*S . I* fix ' l**"'
.£;*-» lUaa
u i / o & i
Id * *
e. Pengajaran jilid 5
1) Pada jilid ini sudah diajarkan surat Al- Mu’minum ayat 1 -
11, sebaiknya santri dianjurkan menghafal.
2) Bila ada beberapa santri yang sama tingkat pelajarannya
boleh sistem tadarus, secara bergilir membaca sekitar 2
baris.
3) Santri tidak hams mengenal istilah tajwid seperti idgdom,
ikhfa’ dsb, yang penting secara praktis betul bacaannya.
Materinya:J
—A SX d uaQ ip tidak *da
& & 1
& &
1) Walaupun telah menginjak jilid 6, pedoman membaca
“Pelan Asal Benar” tetap berlaku. Jadi apalah andaikata ada
santri yang membacanya sangat lamban/tersendat-
sendat/seperti banyak saklah atau terhenti : Asalakan setiap
yang dibaca itu betul semuanya maka yang penting adalah
benar.
2) Santri jangan diajari dengan bacaan berlagu walaupun
dengan iama murottal. Sedang irama murottal dalam kaset
adalah untuk santri yang sudah lancar dalam membaca A1
Qur’an.
Materinya:
^ M aaak dengac dtngung / & ^ *
Dilcfcun & djlahao 2 harokal ' ^ ✓ O
Ojk»-
+
■l y .8. Iqro’ Klasikal disekolah (Formal)
a. Adalah pengajran iqro’ disekolah formal yang dilakukan secara
klasikal. Untuk keperluan ini telah disiapkan alat peraga IQRO’
Klasikal untuk guru sedang murid bisa menggunakan IQRO’
biasa sebagai latihan.
48
Langkah-lankahnya:
a) Terlebih dahulu diadakan test penjajakan kemampuan
membaca IQRO’nya pada seluruh siswa. Kemudian
dikelompokkan sesuai kemampuan masing-masing menjadi
6 kelompok.
b) Siswa diajar IQRO’ klasikal dalam kelompoknya tersbut.
c) Frekuensi pembelajaran iqro’ sebaiknya 3-6 kali dalam 1
minggu. Setiap pertemuan berlangsung 90 menit.
d) Untuk menaikkan tingkat jilid tidak menunggu 1
tahun/catur wulan tetapi setiap 8-10 kali pertemuan.
Kenaikan tingkat berdasarkan hasil tes secara individual.
c. Bila tidak memungkinkan dalam bentuk ekstra kulikuler, bisa
dilaksanakan dalam sistem intra kulikuler. Ada dua langkah :
Langkah pertama:
a) Guru berusaha mengetahui kemampuan rata-rata kelas
dalam membaca A1 Qur’an.
b) Guru mengjarkan iqra’ klasikal dimulai dari bahan ajar yang
sesuai dengan rata-rata kemampuan kelas.
c) Penajara iqro’ diberikan selama 15-20 mennit tiap jam