DALAM MENANGGULANGI DELINQUENCY
DI SMA ISLAM SUDIRMAN MAGELANG 2007
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
ANI FAHMAWATI
11103043
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
S A L A T I G A
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298)523433. 323706
P E N G E S A H A N
Skripsi Saudara: Ani Fahmawati dengan Nomor Induk Mahasiswa 111 03 008
yang berjudul: USAHA BIMB1NGAN DAN KONSELING DALAM
MENANGGULANGI DELINQUENCY DI SMA ISLAM SUDIRMAN
PARIS MAGELANG TAHUN 2007 telah dimunaqasyahkan pada Sidang Panitia Ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pada hari: Rabu, 19 Maret 2008 yang bertepatan dengan tanggal 11 Rabi'ul Awal 1429 H dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam 11 mu Tarbiyah
19Maret 2008 M. S a la tig a
,---11 Rabi'ul Awal 1429 H.
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
S A L A T I G A
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan
bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau
pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila dikemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar refrensi yang penulis cantumkan, maka penulis sanggup
mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang
munaqasyah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 19 Maret 2008
Penulis
S A L A T I G A
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706
Dra. Djami'atul Islamiyah, M.Ag Dosen STAIN Salatiga
Jl. Stadion NO. 03 Salatiga
Salatiga, 14 Maret 2008
Assalam u’alaikum Wr. Wb
Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Ani Fahmawati
NIM : 111 03 043
Jurusan/Progdi: Tarbiyah/PAI
Judul : Usaha Bimbingan Dan Konseling Dalam
Menanggulangi Delinquency Di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang Tahun 2007
Bersama ini mohon agar naskah skripsi saudara tersebut di atas agar dapat segera di munaqosyahkan.
Demikian harap menjadikan perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
5 j Z l & \ J j L j
“Sesungguhnya telah ada pada din Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Alloh dan
kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q. S. A1 Ahzab
: 21)
4 )1
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
Skripsi ini penulis persembahkan teruntuk :
1. Ayah dan Ibu tercinta yang dengan segala pengorbanan dan kasih
sayangnya selalu mendampingiku hingga detik ini.
2. Kakak-kakakku tersayang yang terns memberiku motivasi, Mba Tatik
Wihdatul Musyrifah, Mas Subhan dan Mba Erma Suryani
3. Keponakan-keponakanku yang imut (Rifqi, Lutfi, Salma, Izzul, Vira,
Naila).
4. Seseorang yang selalu memberiku motivasi meskipun dari jauh
5. Temen-temen kost di jangkungan (Evi, Santi dan lain-lain)
6. Temen-temen di gedung putih, spesial for Davied terima kasih untuk
semangat dan bantuannya
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan sekripsi ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, beserta
seluruh keluarga, sahabat, yang telah memberi petunjuk serta bimbingan
melalui aj aran-aj arannya.
Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur, penulisan skripsi dengan
judul “USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
MENANGGULANGI DELINQUENCY DI SMA ISLAM SUDIRMAN
PAKIS MAGELANG TAHIJN 2007” telah selesai. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat guna memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam pada
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Kami haturkan terima
kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu
terwujudnya skripsi ini.
Penulis yakin, skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada pertolongan
dari Allah Swt dan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi.
Maka, dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan terima kasih
kepada:
1. Ketua STAIN Salatiga, Drs. Imam Sutomo, M.Ag.
2. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Drs. Sa’adi, M.Ag
ilmu, waktu, tenaga dan bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
5. Segenap Dosen STAIN Salatiga yang telah memberi motivasi
sehingga skripsi ini dapat selesai.
Penulis yakin, skripsi ini masih jauh dari kesempumaan dan terdapat
banyak kesalahan serta kekurangan. Maka kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan dari siapa saja. Besar harapan kami, skripsi ini bisa
bermanfaat kepada pihak-pihak terkait secara khusus, dan bagi semua
pembaca secara umum. AMIN.
Salatiga, 26 Maret 2008
Penulis
HALAMAN JUDUL... i
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 6
E. Metode Penelitian... 6
F. Sistematika Penulisan... 9
BAB II : LANDASAN TEORI A. Bimbingan dan Konseling...12
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling... 12
2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling...14
3. Tujuan Bimbingan dan Konseling...17
4. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling...18
5. Metode dan Teknik Bimbingan dan Konseling... 21
B. Delinquency... 24
1. Pengertian Delinquency... 24
2. Faktor-faktor Delinquency... 26
2. Ciri-ciri Perkembangan Remaja... 28
D. Peran Bimbingan Konseling dalam Menanggulangi Delinquency... 33
BAB III: LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA Islam Sudirman... 35
1. Letak Geografis... 35
2. Sejarah Berdirinya SMA Islam Sudirman... 36
3. Keadaan Guru dan Murid SMA Islam Sudirman... 37
4. Struktur Organisasi... 38
5. Fasilitas... 44
6. Denah... 46
BAB IV : ANALISIS A. Keadaan Delinquency Di SMA Islm Sedirman... 47
1. Faktor-faktor Delinquency...47
2. Bentuk-bentuk Delinquency...50
B. Tujuan Usaha Bimbingan Dan Konseling Di SMA Islam Sudirman... 52
1. Tujuan Umum... 52
2. Tujuan Khusus... 52
C. Pelaksanaan Usaha Bimbingan Dan Konseling... 53
1. Perencanaan...53
2. Tenaga Pelaksana... 53
3. Fasilitas... 54
4. Metode...54
D. Analisis Hasil Penelitian... 55
1. Tabulasi Hasil Angket Terhadap Siswa SMA Islam Sudirman... 59
A. Kesimpulan... 65
B. Saran... 66
C. Penutup... 67
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga pendidikan pada umumnya mengalami berbagai rintangan
dan hambatan dalam perjalanannya menuju keberhasilan yang telah dicita-
citakan walaupun berbeda bentuk dan kasus yang dihadapi.
Rintangan dan hambatan yang dihadapi sal ah satunya adalah adanya
delinquency yang melanda sebagian para siswa, seperti kasus perkelahian
antar pelajar, membolos, minum-minuman keras, merokok disekolah,
melanggar amanat, sifat meremehkan guru dan lain sebagainya. Perilaku
tersebut menunjukkan keadaan yang menyimpang dari nilai-nilai yang
dikehendaki oleh dunia pendidikan pada umumnya.
Sekolah adalah merupakan lembaga yang memiliki wewenang untuk
mempertahankan sistem nilai yang sedianya diberikan kepada peserta
didiknya, pemegang amanat masyarakat untuk membina anak-anaknya agar
menjadi generasi yang mampu menjalani kehidupan yang baik dan benar.
Ditinjau dari segi psikologi, peserta didik adalah pribadi yang sedang
berkembang menuju kedewasaan. Untuk mencapai perkembangan yang baik
dan optimal hams ada asuhan yang baik dan terarah yang bisa menjangkau
segi psikologis yang bersifat pribadi. Oleh karena itu diperlukan bimbingan
dan konseling untuk memberikan asuhan terhadap proses perkembangan
pribadi peserta didik tersebut.1 * 1
Oleh karena itu, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, adalah
merupakan wadah yang bisa menampung masalah-masalah dan membantu
para siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya pada masa-masa
transisi itu. Sekaligus mengarahkan para peserta didik mencapai tahap
perkembangan yang optimal baik secara akademis, psikologis maupun sosial.
Di dalam Al-Qur’anpun telah disebutkan dal am Surat Al-Ashr yang
merupakan pokok pikiran tentang bimbingan dan konseling.
ijL\;
oiOlT *3]
0
0]
0^**$$
jy
*.aJ L
1
b
1JJJ
11
’’Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan mengeijakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran”.
Sebagaimana sekolah menengah yang lain, yang notabenenya para
siswa berada pada usia remaja. SMU Islam Sudirman Magelang juga tidak
lepas dari adanya fenomena delinquency..
Delinquency tersebut tentunya perlu penanggulangan secara intensif supaya delinquent itu menyadari akan dirinya dan selanjutnya menuju arah
kehidupan yang lebih baik.
Faktor-faktor yang melatar belakangi delinquency para siswa diantaranya, karena tidak suka dengan cara mengajar guru, bisa juga faktor
kesepian dari orang lain, atau karena faktor latar belakang keluarga yang tidak
lengkap itu merupakan hambatan yang harus dicari upaya penanggulangannya
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bagian dari kegiatan
pendidikan di SMA Islam Sudirman Magelang. Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang terarah, kontinu dan sistematis kepada setiap
individu agar ia dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.
Bimbingan dan konseling pada prakteknya berusaha menanggulangi
kasus yang timbul dikalangan siswa, namun disisi lain bimbingan dan
konseling mengandung adanya proses penanaman nilai-nilai Islami terhadap
siswa yang bersangkutan. Dengan adanya permasalahan di atas, maka penulis
mengambil judul "USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
MENANGGULANGI DELINQUENCY DI SMA ISLAM SUDIRMAN
PAKIS MAGELANG TAHUN 2007"
B. Penegasan Istilah
Agar dalam menafsirkan judul di atas tidak teijadi kesalah fahaman,
maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul
tersebut.
1. Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah pemberian bantuan kepada individu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi agar tercapai pemahaman diri,
penerimaan diri, realisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya
dalam mencapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri yang
lebih baik dengan lingkungannya.2
Selain itu bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang
terns menerus dan sistematis terhadap klien dal am memecahkan
masalahnya yang dihadapi, agar tercapai kemampuan untuk memahami
dirinya, menerima dirinya dan kemampuan merealisasikan dirinya sesuai
dengan potensinya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat.3
Bimbingan yang dimaksud adalah bantuan bersifat psikologi
sehingga individu atau kelompok yang bersangkutan mampu membuat
pilihan-pilihan terbaiknya dalam menghadapi kehidupan ini.
Konseling berasal dari bahasa Inggris "to Counsel" atau memberi saran dan nasehat (Hornby, 1958 : 246)
Konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu
yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah
lakunya.4
Dengan demikian pengertian usaha bimbingan dan konseling
adalah kegiatan pemberian bantuan bersifat psikologis dengan cara
wawancara antara konselor dengan siswa (seseorang atau sekelompok
orang) untuk memecahkan masalah yang dihadapi agar orang tersebut
dapat menentukan pilihan yang terbaik bagi dirinya dalam menghadapi
kehidupan ini.
3 Keetut Sukardi, Dewa, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar D i Sekolah, Surabaya, Usaha Nasional, 1983, him. 67
2. Delinquency
Delinquency : pelanggaran, kesalahan atau kejahatan yang relatif minor, khususnya dilakukan oleh anak-anak muda yang belum dewasa.3
Delinquency : perilaku remaja yang secara sosial tercela.5 6 Dari definisi mengenai delinquency tersebut penulis dapat mengambil pengertian bahwa delinquency dapat diukur melalui norma, nilai dan kebudayaan maupun adat istiadat yang berlaku di masyarakat. Perilaku
yang tercela secara sosial di atas yang dimaksud oleh penulis adalah
perbuatan yang dilakukan oleh para siswa yang melanggar aturan yang
berlaku di sekolah atau melanggar tata tertib sekolah. Contoh tingkah laku
tersebut adalah mencuri, mabuk-mabukan, membuat kerusuhan, berkata-
kata kotor, suka bermusuhan, membolos, perkelahian, dan lain sebagainya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis dapat merumuskan
permasalahan-permasalahan pokok sebagai berikut:
1. Bagaimana delinquency siswa SMA Islam Sudirman Pakis Magelang
tahun 2007?
2. Bagaimana usaha bimbingan dan konseling di SMA Islam Sudirman Pakis
Magelang tahun 2007?
5 C.P.Chaplin, Dictionary O f Psikologi diteijemahkan oleh Dr. Kartini Kartono, dalam bukunya Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta, Rajawali, 1989, him. 128
E. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan
dan memperoleh suatu gambaran yang jelas dari proses penelitian ini, maka
penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitaif menrut Bogdan dan Taylor adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data diskriprif berupa kata-kata tertulis atau
tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 Dalam
penelitian ini, pnulis hanya mencari gambaran dan data yang bersifat
diskriptif yang berada di SMA Islam Sudirman.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang penulis teliti adalah di SMA Islam
Sudirman Pakis Magelang tepatnya terletak di jalan Jendaral Sudirman No
17 Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang tepatnya berada di sebelah
selatan jalur jalan raya Magelang-salatiga.
3. Subyek dan Informan Penelitian.
Subyek penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah SMA Islam
Sudirman Magelang, baik siswa maupun pamongnya.
Dalam menentukan subyek siswa penulis menggunakan metode
sampling. Metode sampling tersebut adalah sampel bertujuan atau
pamong yang lain untuk mengungkap data mengenai sistem dan
mekanisme keija bimbingan dan konseling di SMA Islam Sudirman.
b. Metode Dokumentasi
Menurut Irwan (2000; 10), studi dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen
dapat berupa catatan pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan keija,
notulen keija, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto dan
lain-lain.9 Sejarah berdirinya SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.
delinquency siswa, catatan penanganan kasus yang ada, dan tata tertib atau peraturan sekolah.
5. Metode Analisis Data
Metode ini digunakan untuk memberi interpretasi terhadap data
yang diperoleh dari hasil penelitian.
Dalam analisis data ini pada dasamya bersifat diskriptif kualitatif
atau non statistik. Dalam mencari kesimpulan penulis menggunakan
metode berfikir deduktif dan induktif.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam sistem penulisan skripsi ini penulis mencantumkan lima bab
dengan pokok tiap-tiap bab sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini merupakan kerangka dasar penulisan yang
menjadi kendali terhadap jalannya penelitian dan penulisan yang
meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, pokok
permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, sistematika
pembahasan.
Bab II : Landasan Teori
Sebelum tujuan untuk mengadakan penelitian, penulis
memerlukan adanya landasan teori yang dapat digunakan sebagai
bahan acuan dalam melakukan penelitian.
Landasan teori ini meliputi:
Pengertian bimbingan dan konseling, prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling, asas-asas bimbingan dan konseling,
tujuan bimbingan dan konseling, metode dan teknik bimbingan
dan konseling, pengertian delinquency dan faktor-faktomya, bentuk-bentuk delinquency, dan pengertian masa remaja dan ciri- ciri perkembangannya serta peran bimbingan dan konseling
dalam menanggulangi delnquency.
Bab III : Laporan Hasil Penelitian
Bab ini berisi tentang seluruh hasil penelitian yang
meliputi gambaran umum seperti, sejarah berdirinya, keadaan
guru dan murid SMA Islam Sudirman Pakis Magelang, serta
gambaran struktur organisasi SMA Islam Sudirman Pakis
Magelang, dan fasilitas yang ada.
Setelah mendapat gambaran umum tentang SMA Islam
Bab IV
Bab V
pembahasan bagaimana usaha bimbingan dan konseling dalam
menanggulangi delinquency di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.
: Analisis Data
Bab ini berisi tentang analisis terhadap usaha bimbingan
konseling dalam menanggulangi delinquency di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang. Dengan analisis ini kita dapat melihat
sejauh mana keberhasilan usaha bimbingan dan konseling dalam
menanggulangi delinquency di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.
: Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
BIMBINGAN DAN KONSELING, DELINQUENCYDAN REMAJA
A. BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan
sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya
dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada
akhimya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat1
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari Bahasa Latin,
yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “nlenerima,, atau ’’memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-
Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti menyerahkan” atau “menyampaikan”.
Konseling adalah suatu proses yang teijadi dalam hubungan tatap
muka antara seorang individu yang terganggu oleh karena masalah-
masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekeija yang
profesional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu
orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis
k e s u lita n p rib a d i1 2
1 Priyatno, Ermananti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, Rineka Cipta, 1999, him. 94
2 Ibid., him. 100
Melihat pengertian tersebut diatas, penulis dapat mengambil
pengertian adanya dua kategori orang yang dibantu dalam bimbingan dan
konseling, yakni yang belum mempunyai masalah dan yang sudah
mempunyai masalah.
Jadi yang demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan
konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang
yang ahli (disebut konselor) kepada seorang atau beberapa individu yang
sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) agar dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Adapun dasar
bimbingan dan konseling adalah salah satu firman Allah SWT dalam Q.S.
Al-Ahzab: 33, 21
fl ojZ»\ 4jjl ^50 ijtT J j j
2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
a. Asas kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak
boleh disampaikan kepada orang lain, lebih-lebih keterangan yang
tidak layak diketahui orang lain. Jika asas ini benar-benar
dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi bimbingan akan
mendapat kepercayaan dari semua pihak.
b. Asas kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling hams berlangsung atas dasar
kesukarelaan, baik dari pihak si terbimbing atau klien, maupun dari
pihak konselor. Klien diharapkan secara sukarela tanpa ragu-ragu
ataupun merasa terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya.
c. Asas keterbukaan
Keterbukaan di sini ditinjau dari dua arah. Dari pihak klien
diharapkan mau membuka diri sehingga apa yang ada pada dirinya
dapat diketahui konselor, dan kedua mau membuka diri dalam arti mau
menerima saran-saran dan masukan lainnya dari pihak luar. Dari pihak
konselor, keterbukaan terwujud dengan kesediaan konselor menjawab
pertanyaan-pertanyaan klien.
d. Asas kekinian
Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah
memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya tidak
seimbang serasi dan terpadi justru akan menimbulkan masalah.
i. Asas kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama,
norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu, maupun kebiasaan
sehari-hari.
j. Asaskeahlian
Usaha bimbingan konseling perlu dilakukan asas keahlian
secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik
dan alat yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat
latihan secukupnya, sehingga dengan itu akan dapat dicapai
keberhasilan usaha pemberian layanan.
k. Asas alih tangan
Dal am pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alih
tangan jika konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya
untuk membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum
dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat
mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli.
l. Asas tut wuri handayani
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling
tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan
bimbingan dan konselingpun hendaknya dirasakan adanya dan
manfaatnya.3
3. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling dalam melangkah dan bergerak
mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut ada yang bersifat
umum dan ada yang bersifat khusus. Adapun rumusan tujuan Bimbingan
dan Konseling adalah:
a. Tujuan umum
Membantu individu memperkembangkan diri secara optimal
sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya
(seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar
belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status
sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
Dalam kaitan ini, bimbingan dan konseling membantu individu
untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki
berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, peyesuaian, dan
ketrampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan
lingkungannya.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran
tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan
permasalahan yang dialami oleh ndividu yang bersangkutan, sesuai
dengan kompleksitas permasalahannya itu.
Masalah-masalah individu bermacam-macam ragam jenis,
intensitas, dan sangkut pautnya, serta masing-masing bersifat unik.
Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-
masing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling
untuk seorang individu berbeda dari tujuan bimbingan dan konseling
untuk individu lainnya. 4
4. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Haditono (1967) dalam bukunya mengemukakan 12 prinsip
bimbingan sebagai berikut:
a. Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang
dewasa, dan orang-orang yang sudah tua.
b. Tiap aspek dari pada kepribadian seseorang menentukan tingkah laku
orang itu. Dengan demikian bimbingan yang bertujuan untuk
memajukan individu itu dalam semua aspek-aspek tersebut.
c. Usaha-usaha bimbingan dalam prinsipnya harus menyeluruh kesemua
orang karena semua orang mempunyai berbagai masalah yang butuh
pertolongan.
d. Berhubungan dengan prinsip kedua, maka semua guru di sekolah
seharusnya menjadi pembimbing karena semua murid juga
membutuhkan bimbingan.
e. Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah bimbingan sehingga alat-
alat dan teknik mengajar juga sebaiknya mengundang suatu dasar
pandangan bimbingan.
f. Dalam memberikan suatu bimbingan hams diingat bahwa semua orang
meskipun sama dalam kebanyakan sifat-sifatnya namun tetap
mempunyai perbedaan-perbedaan individual dan perbedaan-perbedaan
individual inilah yang hams kita perhatikan.
g. Supaya bimbingan dapat berhasil dengan baik dibutuhkan pengertian
yang mendalam mengenai orang yang dibimbing. Maka dari itu perlu
diadakan program evaluasi (penilaian) dan penelitian individual.
Keduanya memerlukan sekumpulan catatan (cumulative records) mengenai kemajuan dan keadaan anak yang dibimbing tadi. Dengan
berbagai macam tes yang sudah distandardisasi atau alat-alat evaluasi
lain dapat diperoleh data, misalnya mengenai kemampuan orang tadi,
misalnya mengenai kecerdasannya, keuletannya, dan sebagainya. Juga
data-data mengenai prestasi, perhatian, serta sifat-sifat pribadinya.
Data-data ini dikumpulkan dan harus dicatat secara teliti.
h. Haruslah diingat bahwa pergolakan-pergolakan sosial, ekonomi dan
politik dapat menyebabkan timbulnya tingkah laku yang sukar atau
dibutuhkan keija sama yang baik antara pembimbing dengan badan-
badan atau yayasan-yayasan yang ada di masyarakat yang mempunyai
hubungan dengan usaha bimbingan tadi.
i. Bagi anak-anak haruslah ingat bahwa sikap orang tua dan suasana
rum ah sangat mempengaruhi tingkah laku mereka. Sehubungan
dengan itu kadang-kadang untuk beberapa kesukaran sangat
dibutuhkan pengertian, kesediaan, dan keija sama yang baik dengan
para orang tua. Bahwa tanpa bantuan dan pengertian orang tua, usaha
bimbingan kadang-kadang bisa menjumpai jalan buntu yang hampir
tidak dapat dicari jalan keluamya.
j. Fungsi dari pada bimbingan ialah menolong orang supaya berani dan
dapat memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukaran
yang dialaminya, yang hasilnya dapat berupa kemajuan dari pada
keseluruhan pribadi orang yang bersangkutan.
k. Usaha bimbingan harus bersifat lincah {flexible) sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat serta kebutuhan individual.
l. Akhimya yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa berhasil atau
tidaknya sesuatu bimbingan sebagian besar tergantung kepada orang
yang minta tolong itu sendiri, pada kesediaan dan kesanggupan dan
proses-proses yang terjadi dalam diri orang itu sendiri. 5
5. Metode dan Teknik Bimbingan dan Konseling
Metode lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah
sehingga diperoleh hasil memuaskan, sementara teknik merupakan
penerapan metode tersebut dalam praktek. Dalam pembicaraan ini kita
akan melihat bimbingan dan konseling sebagai proses komunikasi. Oleh
karenanya, berbeda sedikit dari bahasan-bahasan dalam berbagai buku
tentang bimbingan dan konseling, metode bimbingan dan konseling Islami
ini akan diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi tersebut.
Pengelompokannya menjadi : (a) metode komunikasi langsung atau
disingkat metode langsung, dan (b) metode komunikasi tidak langsung
atau metode tidak langsung.
1. Metode Langsung
Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode
di mana pembimbing melakukan komunikasi langsung (metode
komunikasi langsung) adalah metode dimana pembimbing melakukan
komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang
dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi:
a. Metode individual
Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara
individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan mempergunakan teknik :
1) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog
2) Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing
mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan di
rumah klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumah klien
dan lingkungannya;
3) Kunjungan dan observasi keija, yakni pembimbing / konseling
jabatan, melakukan percakapan individual sekaligus mengamati
keija klien dan lingkungannya.
b. Metode kelompok
Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dal am
kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik :
1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan
bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan / bersama
kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama;
2) Karya wisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan
secara langsung dengan mempergunakan ajang karya wisata
sebagai forumnya;
3) Sosiodrama, yakni bimbingan / konseling yang dilakukan
dengan cara bermain peran untuk memecahkan / mencegah
timbulnya masalah (psikologis):
4) Psikodrama, yakni bimbingan / konseling yang dilakukan
dengan cara bermain peran untuk memecahkan / mencegah
5) Group teaching, yakni pemberian bimbingan / konseling
memberikan materi bimbingan / konseling tertentu (ceramah,
kepada kelompok yang telah disiapkan.
2. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung)
adalah metode bimbingan / konseling yang dilakukan melalui media
komunikasi masa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun
kelompok, bahkan massal.
a. Metode individual
1) Melalui surat menyurat
2) Melalui telepon dsb
b. Metode kelompok / massal
1) Melalui papan bimbingan;
2) Melalui surat kabar / majalah;
3) Melalui brosur;
4) Melalui radio (media radio);
5) Melalui televisi
Metode dan teknik mana yang dipergunakan dalam
melaksanakan bimbingan atua konseling tergantung pada :
a. Masalah / problem yang sedang dihadapi / digarap;
b. Tujuan penggarapan masalah;
d. Kemampuan pembimbing / konselor mempergunakan metode /
teknik;
e. Sarana dan prasarana yang tersedia;
f. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar;
g. Organisasi dan administrasi layanan bimbingan dan konseling;
h. Biaya yang tersedia.6
B. DELINQUENCY
1. Pengertian Delinquency
Istilah baku perdana dalam konsep spikologis adalah juvenile delinquency yang secara etimologis dapat dijabarkan bahwa juvenile
berarti anak sedangkan delinquency berarti kejahatan. Dengan demikian, pengertian secara etimologis adalah kejahatan anak. Delinquency yang berarti penjahat anak atau anak jahat.
Dalam studi interdisiplin ilmu pengetahuan, juvenile delinquency
menjadi konsepsi yang hampir sangat sulit untuk dipahami dengan
gamblang Drs. B. Simanjuntak, SH memberi tinjauan secara sosio kultural
tentang arti juvenile delinquency. Suatu perbuatan itu disebut delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma
yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, atau suatu perbuatan yang
anti sosial dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif.7
6 Aunur Rahim Famih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam , Yogyakarta, UII Press, 2001, him. 4
Dr. Fuad Hasan memberikan pengertian bahwa Delinquency
adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang
bilamana dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak
kejahatan.
Perbuatan itu disebut delinquency jika perbuatan itu melanggar
norma hukum, kesusilaan, ketertiban umum yang dilakukan anak-anak (di
bawah umur 21 tahun).8
Perbuatan delinquency itu tidak selalu dikualifikasi sama pada lingkungan yang berlainan. Suatu perbuatan pada lingkungan tertentu
dikatakan delinquency tetapi pada lingkungan lain perbutan itu delinquency atau tidak, perlu diperhatikan norma lingkungan dimana anak
itu hidup tanpa mengabaikan norma-norma yang berlaku bagi semua
orang. Perbedaan kriteria didasarkan masyarakat.
Mencari pemecahan masalah kenakalan anak-anak di Indonesia
harus disesuaikan dengan norma masyarakat Indonesia, pada masa ini,
terdapat perbedaan corak masyarakat antar daerah. Antara masyarakat kota
dan masyarakat desa memiliki norma-norma sosial yang berbeda.
Dengan demikian sangatlah sukar untuk membuat suatu daftar
untuk menentukan macam-macam jenis tingkah laku deinquency yang
disepakati oleh semua orang. Atas dasar itu dikatakan delinquent apabila
perbuatan tersebut bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat
dimana ia hidup.
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat mengambil pengertian
bahwa delinquency adalah : tindakan atau perbuatan atau tingkah laku
anak remaja yang melanggar peraturan atau norma yang berlaku di suatu
masyarakat dan delinquent itu adalah perbuatan yang merugikan
masyarakat.
2. Faktor-faktor Delinquency
Dr. Zakiyah Daradjat menjelaskan sebagai berikut : Sesungguhnya
banyak sekali faktor-faktor yang mendorong anak-anak sampai kepada
kenakalan. Faktor-faktor pendidikan, lingkungan keluarga, ekonomi,
masyarakat, sosial politik dan sebagainya.
Memang terlalu banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kepribadian si anak. Disamping itu juga banyaknya contoh-
contoh dari kelakuan yang tidak baik yang mereka dapatkan dari orang
dewasa, dari film-film, cerita-cerita pendek, komik-komik yang bersifat
cabul, tidak mengindahkan nilai dan mutu tapi hanya memandang segi
komersialnya saja. Diantara faktor-faktor yang menonjol antara lain :
a. Kurangnya didikan agama.
b. Kurang pengertian orang tua tentang pendidikan.
c. Tidak stabilnya pengisian waktu.
d. Tidak stabilnya keadaan sosial, politik dan ekonomi.
e. Kemerosotan moral dan mental orang dewasa.
f. Banyaknya film dan buku-buku bacaan yang tidak baik.
h. Perhatian masyarakat terhadap pendidikan anak-anak.9
Pendapat lain mengakatan bahwa Crime (kejahatan) dan
delinquency disebabkan karena kurangnya pendidikan, kurang rekreasi,
kelenjar tidak sempuma, mengabaikan pendidikan keagamaan, emosi tidak
stabil, frustasi, rasa tidak puas, perceraian, kekurangan cinta, kemiskinan,
alkohol, narkotik, orang tua kurang cukup mengawasi, mau uang dengan
cara mudah, kondisi moral dan sosial yang menyedihkan, kerusakan
syaraf, sakit rokhani dan sebagainya.10
. Simanjuntak mengemukakan 2 faktor delinquency, antara lain :
1. Faktor Intern
Yang dimaksud dengan faktor intern ialah faktor yang
datangnya dari dal am tubuh manusia itu sendiri, tanpa pengaruh
lingkungan sekitar.
2. Faktor ekstern (extragenic / faktor lingkungan) a. Lingkungan keluarga
1) Disharmoni keluarga dan broken home.
2) Sikap perlindungan yang berlebihan orang tua dalam mengasuh
dan mendidik anak-anaknya.
3) Pendidikan anak terlantar.
b. Lingkungan sosio budaya :
1) Lingkungan sekolah (kondisi persekolahan, sistem pengajaran
sekolah yang tidak menguntungkan anak).
9Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental, Jakarta, Gunung Agung, Cetakan ke 16, 1990, hal. 113-120
2) Media komunikasi massa. (pengaruh film, pengaruh bacaan).
3) Konflik kebudayaan.
3. Bentuk-bentuk delinquency
Untuk mengetahui bentuk-bentuk delinquency, kita dapat memperhatikan uraian-uraian sebagai berikut.
Kenakalan remaja dapat kita golongkan dalam dua kelompok
besar, sesuai dengan kaitannya dengan norma hukum, yakni:
a. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam
undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan
pelanggaran hukum.
b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai
dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan
perbuatan melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa.
1). Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam
undang-undang, diantaranya adalah:
a) . Membolos sekolah dan berkeliaran mengganggu keamanan
masyarakat sekitamya.
b) . Melakukan perbuatan tidak sopan terhadpa guru dan orang tua.
c) Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan menggunakan bahasa
yang tidak sopan.
d) . Ngebut, yaitu mengendarai mobil atau motor di tengah keramaian
2). Kenakalan yang berisfat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai
dengan undang-undang.
a) . Tindakan-tindakan anti sosial : perbuatan yang merugikan milik
orang lain.
b) . Pencurian.
c) . Peredaran foto-foto, cerita-cerita, dan film-film cabul.
d) . Kecanduan bahan narkotika, (obat bius, drugs) yang erat
bergandengan dengan tindak kejahatan.11
C. REMAJA
1. Pengertian Remaja
Orang Barat menyebut remaja dengan istilah “puber”, adapula
yang menyebutkan adolesensi. Keduanya merupakan transisi diri masa
anak-anak menjadi dewasa. Sedangkan di negara kita ada yang
menggunakan istilah “akil balig”, “pubertas”, dan yang paling banyak
menyebutkan remaja.
Bila ditinjau dari segi perkembangan biologis, yang dimaksud
remaja ialah mereka yang berusia 12 sampai dengan 21 tahun. Usia 12
tahun merupakan awal purbertas bagi seorang gadis, yang disebut remaja
kalau mendapat menstruasi (datang bulan) pertama. Sedangkan usia 13
tahun merupakan awal pubertas bagi seorang pemuda ketika ia mengalami
masa mimpi yang pertama.11 12
11 Kartini Kartono, Bimbingan Bagi Anak dan Remaja Yang Bermasalah, Jakarta, Rajawali Pers, 1991, him. 115
Singgih masih sulit menentukan batas umur tersebut, menuju ke
masa dewasa atau merupakan perpanjangan dari masa kanak-kanak
sebelum mencapai masa dewasa.Karenany a dalam masa ini seakan-akan
remaja berpijak antara dua kutub, yaitu kutub masa dewasa. yang masih
akan dimasuki
Dengan keadaan pada masyarakat sekitamya, sebab pribadinya belum
terbentuk secara stabil dan matang. Atau berada dalam masa pertentangan,
masa puber, “Seturm und drang” dengan ciri-ciri sering dan mulai timbul
sikap untuk menentang dan melawan terutama dengan orang-orang yang
dekat, misalnya orang tua, guru dan sebagainya.
2. Ciri-ciri perkembangan remaja
Adapun ciri remaja diantaranya adalah :
a. Fisik
Perkembangan fisik dalam periode masa remaja meliputi segi
pertambahan tinggi dan berat badan. Untuk remaja pria dimulai sekitar
umur 10,5 sampai 16 tahun. Sedangkan remaja putri percepatan
pertumbuhan sudah mulai antara umur 7,5 tahun dan 11,5 tahun.
Selain mengalami percepatan pertumbuhan tinggi badan dan berat
badan, remaja juga mengalami proses kematangan seksual.
Karekateristik kelamin primer:
1. Pada remaja pria
a. Pengeluaran sperma
Mereka mulai bertanya-tanya tentang keadilan, kebenaran, arti hidup,
ragu-ragu akan adanya Tuhan, dan sebagainya.
d. Emosional
Emosional remaja berada dalam situasi “sturm und drang” sebab belum stabil dan mencapai kematangan pribadi secara dewasa.
Perasaan belum mapan ini sering membawa mereka ke dalam
kegelisahan, yan satu pihak ingin mencari pengalaman atua melakukan
segala keinginan yang ada, tetapi di lain pihak terbentur akan
ketidakmampuan untuk melakukannya
Selain itu remaja mengehendaki adanya pengakuan sosial, dia tidak
mau diperlakukan seperti anak kecil yang dapat diperintah untuk
melakukan apa saja.
Dalam keadaan emosi yang belum stabil ini celaan atau kritikan dari
lingkungannya seringkali ditanggapi secara sungguh-sungguh dan
sering ditafsirkan sebagai ejekan atua meremehkannya.
Bila lingkungan, terutama keluarga, orang tua dan sekolah
mengabaikan keadaan emosi remaja, misalnya anak-anak yang ada
tidak disukai karena tampangnya yang urakan, atau anak yang kurang
cerdas, sehingga melihat dengan sebelah mata, biasanya remaja
tersebut menunjuk kepada tindakan delinquency, sebab emosinya
mengalami kerusakan (distrub).13
D. Peran Bimbingan dan Konseling dalam Menanggulangi Delinquency
Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling
bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan
mampu merencanakan masa depannya. Dalam hubimgan ini bimbingan dan
konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar
masing-masing dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi
yang utuh dan mandiri.
Dalam hal ini peran bimbingan dan konseling dalam menanggulangi
delinquency adalah sebagai pemahaman, pencegahan dan pengentasan.
Maksud peran, bimbingan dan konseling sebagai pemahaman adalah
yang akan menghasilkan pemahaman sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai
dengan kepentingan pengembangan peserta didik. Dalam hal ini meliputi
pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama oleh peserta didik.
Dalam hal ini meliputi pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama
oleh peserta didik sendidi, orang tua, guru pada umumnya, guru pembimbing
dan lingkungan peserta didik termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan
sekolah. Kemudian peran bimbingan dan konseling sebagai pencegahan
adalah yang akan menghasilkan tercegahnya peserta didik dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu,
menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan. Adapun kegiatan yang dapat
menanggulangi delinquency antara lain program orientasi dan program kegiatan kelompok. Adapun yang terakhir adalah peran bimbingan dan
konseling akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai
permasalahan yang dialami oleh peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya
maupun bentuknya.
Dalam rangka itu, secara umum dapat dilihat peranan pelayanan
bimbingan dan konseling dalam menanggulangi delinquency yakni sesuai dengan urgensi dan kedudukannya, maka ia berperan sebagai penunjang
kegiatan pencegahan dan pengentasan lainnya dalam mencapai tujuan
pendidikan tanpa adanya tindak delinquency yang dilakukan oleh peserta
GAMBARAN UMUM SMA ISLAM SUDIRMAN PARIS MAGELANG
A. LETAK GEOGRAFIS
SMA Islam Sudirman Pakis Magelang terletak di Jl. Jenderal Sudirman
No. 17 Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah tepatnya
berada di sebelah Selatan jalur jalan raya Magelang-Salatiga.1
Untuk lebih mempeijelas tentang letak geografis SMA Islam Sudirman
Pakis Magelang, penulis merasa perlu untuk menyajikan denah lokasi SMA
Islam Sudirman Pakis Magelang berikut in i:
DENAH LOKASI
Latar belakang didirikannya SMA Islam Sudirman Pakis Magelang adalah
inofasi dari masyarakat setempatyang menghendaki didirikannya lembaga
pendidikan di Kecamatan Pakis. Karena keadaan ekonomi masyarakat pada
waktu itu masih di bawah rata-rata, sehingga banyak lulusan SMP yang tidak
bisa melanjutkan sekolah dikarenakan kurangnya biaya dan jauhnya jarak yang
harus ditempuh serta sulitnya transportasi pada waktu itu, maka tokoh
masyarakat sektiar mengadakan musyawarah yang akhimya memutuskan bahwa
di Kecamatan Pakis hendaknya didirikan sekolah lanjutan tingkat atas untuk
membantu masyarakat yang berkeinginan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang
selanjutnya.
Kemudian pada tahun 1980 berdirilah Sekolah Menengah Atas Pemda Pakis
yang diketuai oleh Bapak Kyai Mansur dengan status masih terdapaftar. Tetapi
pada tahun 1982 sekolah menengah Pemda Pakis berubah menjadi SMA Islam
Sudirman Pakis. Walaupun sudah 2 tahun sekolah ini didirikan, namun
pelaksanaan ujian negara waktu itu masih menggabung pada SMA Negeri Tidar
Magelang. Tetapi mulai tahun 1986 sampai dengan sekarang sudah bisa
mengadakan ujian secara mandiri.
Atas kegigihan dan keijasama semua pihak yang terkait, maka statusnya
dinaikkan menjadi diakui.2
B. SEJARAH BERDIRINYA SMA ISLAM SUDIRMAN PAKIS MAGELANG
1. Keadaan Guru
C. KEADAAN GURU DAN MURID SMA ISLAM SUDIRMAN PARIS
MAGELANG TAHUN 2007
Untuk mengetahui keadaan guru di SMA Islam Sudirman Pakis,
Magelang penulis sajikan tabel sebagai berikut.
NO NAMA MENGAJAR MATA PELAJARAN
1 M. Afifiidin, M.Si Sosiologi
2 Iwan Eko Suharyanto, SH PPKN, Penjaskes
3 Siti Fatimah, S.Pd Bahasa Indonesia
4 Sunario Matematika
5 Gatot Abadi Matematika
6 Dian Sonya P, S.Pd Bahasa Inggris
7 Esti Purwanti, S.Pd Bahasa Inggris
8 Suryadi Fisika, Ketrampilan Teknik
9 Isti Rochayani, S.Pt Biologi
10 Dwi Rasmono, S.Si Kimia
11 Sudi Prastyaningsih, SE Ekonomi
12 Sri Winarti, SE Ketrampilan, Boga
13 Zaenal Afifudin, S.Si Fisika 14 Nanang Seotrisno, SH Geografi 15 Dwi Putri Ana D, S.Kom TIK
16 Murtasilah, S.Pd Sejarah
17 Saepudin, S.Pdi Agama
Memperhatikan tabel tersebut di atas, kita mendapat gambaran bahwa
keadaan guru di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang adalah disamping
memenuhi tuntutan pengajaran dengan masing-masing mengajar sesuai
dengan keahliannya juga lengkap dengan adnaya tenaga guru ketrampilan
maupun guru praktikum
2. Keadaan Murid
Jumlah murid yang belajar di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang
tahun demi tahun ajaran keadaannya cukup stabil, dengan terisinya kapasitas
daya tampung yang cukup yakni 6 kelas. Jumlah murid keseluruhan pada
tahun ajaran 2006-2007 beijumlah 158 siswa.
Tentang keadaan murid di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang akan
lebih rinci diketahui melalui tabel yang menggambarkan keadaan siswa
berdasarkan kelas dan jurusan.
Keadaan Siswa SMU Islam Sudirman Pakis Magelang Tahun 2006-2007
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Total
X A 11 14 25
X B 13 15 28
XIIPA 10 12 22
XI IPS 19 11 30
XII IPA 13 16 26
XII IPS 13 9 27
D. STRUKTUR ORGANISASI SMA ISLAM SUDIRMAN PAKIS
MAGELANG TAHUN 2007
Dilihat dari struktur organisasi SMA Islam Sudirman Pakis Magelang
terdiri dari Kepala Sekolah, Kepala Tata Usaha, Wakil Kepala Sekolah Urusan
Kesiswaan, Wakil Sekolah Urusan Kurikulum, Wakil Kepala Sekolah Urusan
Sarana dan Prasarana, Wakil Kepala Sekolah Urusan Keijasama dengan
Masyarakat, BP, Guru-guru dan Siswa.4
BAGAN STRUKTUR DAN ORGANISASI SEKOLAH SMA ISLAM SUDIRMAN PARIS MAGELANG TAHUN 2007
Struktur organisasi tersebut di atas adalah merupakan sistem personalia
yang telah ditentukan tugas dna tanggung jawab masing-masing dal am rangka
mengelola proses kegiatan pendidikan di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.
Tugas dan tanggung jawab masing-masing personalia tersebut adalah sebagai
1. Tugas Kepala Sekolah
Kepala Sekolah berfungsi dan bertugas sebagai educator, manager,
administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator.
a. Kepala Sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan pendidikan
sekolah termasuk di dalamnya adalah penanggung jawab pelaksanaan
administrasi sekolah.
b. Kepala sekolah mempunyai tugas merencanakan, mengorganisasikan,
mengawasi dan mengevaluasikan seluruh kegiatan pendidikan di sekolah
yang meliputi aspek edukatif dan administrative. Aspek edukatif meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sedangkan
aspek administrative meliputi pengaturan :
1) Administrasi belajar mengajar
2) Administrasi perkantoran
3) Administrasi siswa
4) Administrasi ketenagaan
5) Administrasi perlengkapan
6) Administrasi keuangan
7) Administrasi perpustakaan
8) Administrasi laboratorium
9) Administrasi BK
10) Administrasi Hum as
c. Agar tugas dan fungsi Kepala Sekolah beijalan dengan baik dan dapat
mencapai sasaran perlu adanya jadwak keija Kepala Sekolah yang
mencakup:
1) Kegiatan Harian
2) Kegiatan Mingguan
3) Kegiatan Bulanan
4) Kegiatan Semesteran
5) Kegiatan Awal Tahun Pelajaran
6) Kegiatan Akhir Tahun Pelajaran
2. Wakil Kepala Sekolah
Tugas Wakil Kepala Sekolah adalah membantu dalam urusan-urusan tugas
Kepala Sekolah dan dalam hal tertentu mewakili Kepala Sekolah baik ke
dalam maupun ke luar, bila Kepala Sekolah berhalangan.
a. Wakasek Urusan Kurikulum
Ruang lingkupnya adalah pengurusan kegaitan proses belajar mengajar
baik kurikuler, ekstrakurikuler, maupun kegiatan pengembangan
kemampuan guru melalui MGMP atau latihan keija serta pelaksanaan
penilaian kegiatan sekolah.
b. Wakasek Urusan Kesiswaan
Ruang lingkup tugasnya mencakup :
1) Pembinaan OSIS
2) Pengarahan dan pengendalian siswa dalam rangka menegakkan
3) Pembinaan dan pelaksanaan koordinasi keamanan, kebersihan,
ketertiban, keindahan, kekeluargaan dan kerindangan.
4) Menyusun program kegiatan ekstrakurikuler.
5) Pengabdian masyarakat
c. Wakasek Urusan Sarana Prasarana
Ruang lingkup tugasnya mencakup :
1) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana
2) Mengkoorinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana
3) Menginventarisasikan sarana prasarana sekolah
4) Mengelola pembiayaan alat-alat pembelajaran
d. Wakasek Urusan Hum as
Ruang lingkup tugasnya mencakup :
1) Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua
siswa sesuai dengan pendelegasian Kepala Sekolah.
2) Membina hubungan sekolah dengan Komite Sekolah
3) Membantu mewujudkan keijasama dengan lembaga-lembaga yang
berhubungan dengan usaha dan kemajuan sekolah.
e. Tugas Guru BP/BK
1) Menyusun program BP/BK
2) Mengkoordinir pelaksanaan program BP/BK
3. Wali Kelas
Wali kelas dijabat oleh seorang guru, tugasnya membantu Kepala Sekolah
dalam kegiatan:
a. Mengelola kelas baik teknis administratif maupun teknis edukatif.
b. Memberikan bahan masukan kepada guru pembimbing tentang siswa
yang ada di bawah asuhannya.
4. Guru Pembimbing
Membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan antara lain :
a. Menyusun program pelaksanaan bimbingan dan konseling.
b. Melakukan koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi siswa tentang kesulitan belajar.
c. Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi
dalam kegiatan belajar.
d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh
gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan keija yang sesuai.
e. Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling.
f. Menyusun statistik hasil penilaian BK.
g. Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar.
h. Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut BK.
5. Guru Mata Pelajaran
Selaku tenaga edukatif bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tugas yang diberikan.
6. Guru Piket
Penanggung jawab keamanan dan ketertiban pada hari bertugas dan
melaksanakan tugas sebagai berikut:
a. Mengelola kelas yang kososng dengan memberikan / mencarikan tugas-
tugas untuk siswa.
b. Mencatat peristiwa yang teijadi juga kehadiran guru dan siswa pada buku
piket.
7. TataUsaha
Kepala Tata Usaha
Selaku penanggung jawab sekaligus pelaksana utama seluruh kegiatan yang
berkaitan dengan urusan ketatausahaan yang meliputi:
a. Penyusunan program tata usaha sekolah.
b. Pengurusan kepegawaian
c. Pembinaan dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah.
d. Penyusunan perlengkapan sekolah.
e. Penyusunan dan penyajian data / statistik sekolah
f. Penyusunan laporan kegiatan tata usaha sekolah.5
E. FASILITAS YANG ADA DI SMA ISLAM SUDIRMAN PARIS
MAGELANG
Keberadaan fasilitas pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap
berhasil atau tidaknya program pendidikan.
Keadaan fasilitas pendidikan di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang, menurut
pengamatan dan data tentang sarana dan prasarana yang penulis lihat, memberi
gambaran bahwa fasilitas yang ada di SMA Islam Sudirman Magelang lengkap
dan sangat mendukung terhadpa kelancaran proses pendidikan dan pengajaran di
SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.
Untuk menggambarkan keadaan fasilitas yang ada di SMA Islam
Sudirman Pakis Magelang, secara umum penulis akan menyebutkan faslitas-
fasilitas berikut in i:
Sarana belajar, perpusatakaan, perkantoran, laboratorium, koomputer dan biologi,
lapangan olahraga, koprasi, UKS, musholla, kantin, semuanya itu keadaannya
lengkap dan permanen.
Di bawah ini penulis berikan gambaran tentang denah dan tata ruang
SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.6
USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
MENANGGULANGI DELINQUENCYDI SMA ISLAM SUDIRMAN
PARIS MAGELANG
A. KEADAAN DELINQUENCY DI SMA ISLAM SUDIRMAN PARIS
MAGELANG
1. Faktor-Faktor Delinquency
Dalam pembahasan mengenai delinquency di SMA Islam Sudirman pakis Magelang ini, berdasarkan penelitian yang penulis
lakukan dengan menggunakan metode angket, observasi, wawancara, dan
dokumentasi kita dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
adanya delinquency.
Faktor-faktor delinquency yang ada, penulis klasifikasikan ke dalam faktor-faktor internal dan ekstemal. 1
a. Faktor internal
Faktor internal adalah hal-hal yang bersumber dari diri siswa
itu sendiri yang membawa akibat siswa tersebut berbuat
delinquency. Adapun faktor tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut in i:
DAFTAR FAKTOR DELINQUENCYINTERNAL
No. Faktor
Frekuensi
Kelas X Kelas XI Kelas XII
2006/2007 2006/2007 2006/2007
1. Dibenci gum 1
2. Kecewa karena tidak sesuai jumsan 1
3. Pacaran 1 4 1
4. Nilai selalu rendah 5 2 3
Jumlah 9 6 4
b. Faktor ekstemal
Faktor ekstemal adalah hal-hal yang bersumber dari luar diri
siswa yang mengakibatkan siswa tersebut terdorong untuk berbuat
delinquency. Faktor ekstemal ini dapat diklasifikasikan ke dalam faktor yang bersumber dari keluarga dan faktor yang bersumber dari
masyarakat
1) Faktor yang bersumber dari keluarga
Keluarga merupakan wadah yang pertama-tama dan
merupakan dasar yang fundamentil bagi perkembangan dan
pertumbuhan anak. Kebiasaan dan way o f life orang tua memberikan wama dasar terhadpa pembentukan kepribadian anak.
2) Faktor yang bersumber dari masyarakat
Adapun faktor delinquency di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang yang bersumber dari keluarga adalah hal-hal yang dapat
dilihat dalam tabel berikut in i:
DAFTAR FAKTOR DELINQUENCY
YANG BERASAL DARI KELUARGA 2
No. Faktor
Frekuensi
Kelas X Kelas XI Kelas XII
2006/2007 2006/2007 2006/2007
1. Kurang perhatian 1 1 2
2. Orang tua bercerai 1
3. Ibu tin 1
4. Keluarga melarang
untuk pacaran 3 1
Jumlah 5 3 2
2. Faktor yang bersumber dari masyarakat
Lingkungan tempat anak berpijak sebagai makhluk sosial ialah
masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri
dari masyarakatnya. Ini sesuai dengan pendapat Gabril Tarde seorang
sosiolog dan kriminolog Perancis, "bahwa semua saling hllbungan SOSial
{social interaction) itu berkisar pada proses contoh mencontoh, dalam sosial. Dengan demikian lingkungan buruk akan cenderung berbuat pada
Dari proses tersebut ada yang bisa memanfaatkan dengan baik dan
ada pula yang kurang beruntung sehingga teijerumus kedalam pola
pergaulan yang buruk dan menyengsarakan.
Berdasarkan paparan hal-hal tersebut diatas, di SMA Islam
Sudirman Pakis Magelang ada sebagian siswa yang terkena pengaruh
buruk pergaulan, baik antar sesama pelajar, maupun dengan masyarakat
luas, sehingga mereka terdorong untuk berbuat delinquency.
Adapun faktor-faktor delinquency tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini. 2
DAFTAR FAKTOR DELINQUENCYDARI MASYARAKAT
No. Faktor
Frekuensi
Keias X Keias XI Keias XII
2006/2007 2006/2007 2006/2007
1. Salah paham dalam
bergaul 2
2. Rebutan pacar 1
3. Membalas dari sekolah lainserangan 4
4. Benci guru 1 3 1
Jumlah 3 3 6
2. Bentuk-Bentuk Delinquency
Adapun bentuk-bentuk delinquency siswa SMA Islam Sudirman Pakis Magelang adalah sebagai berikut2 :
No. Bentuk
Frekuensi
Kelas X Kelas XI Kelas XII
2006/2007 2006/2007 2006/2007
1. Terlambat masuk kelas 3 6 5
2. Rambut gondrong 1 3 2
3. Ramai di kelas 3 4 2
4. Merokok di sekolah 1 2 1
5. Tidak menghormati
guru 1 1 1
6. Pakaian tidak rapi 2 4 3
7. Memakai kalung (siswa laki-laki) 1
8. Tidak pulang ke
rumah/kabur 1
9. Tidak masuk sekolah
tanpa keterangan 7 4 4
10. Membolos 4 3 1
B. TUJUAN USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA ISLAM
SUDIRMAN PAKIS MAGELANG
Usaha Bimbingan dan Konseling di SMA Islam Sudirman Pakis
Magelang memiliki tujuan yang hendak dicapai. Dalam pencapaian tujuan
tersebut telah dimmuskan adanya tujuan yang bersifat umum dan ada yang
bersifat khusus.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum diselenggarakannya kegiatan Bimbingan dan
Konseling di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang adalah untuk
membantu anak / siswa agar tumbuh dan berkembang jiwanya menjadi
pribadi muslim.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMA Islam
Sudirman Pakis Magelang adalah sebagai berikut:
a. Mencegah agar siswa terhindar dari perbuatan buruk.
b. Meneliti tingkah laku perbuatan siswa. Hal-hal yang positif
dikembangkan, sedangkan hal-hal yang negatif berusaha untuk
dihilangkan.
c. Melengkapi kekurangan-kekurangan dan meneruskan hal-hal yang
positif agar hasil yang dicapai selalu positif.3
C. PELAKSANAAN USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA
ISLAM SUDIRMAN PARIS MAGELANG
Dalam membahas mengenai pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di
SMA Islam Sudirman Pakis Magelang, penulis mengklasifikasikan
pembahasan melalui perencanaan tenaga pelaksana, fasilitas yang ada, dan
metode.
1. Perencanaan
Setiap program apapun yang mapan tidak terlepas dari adanya
perencanaan yang baik dan mapan pula. Dengan adanya perencanaan
langkah-langkah kegiatan bisa terkontrol dan terkendali.
Adapun rencana kegiatan / keija Bimbingan dan Konseling di
SMA Islam Sudirman Pakis Magelang diantaranya : 4
a. Pemberian informasi
1) Tentang tata tertib sekolah
2) Tentang program SMA
3) Karyawisata
b. Penyuluhan
c. Pertemuan rutin
2. Tenaga Pelaksana
Membahas tentang tenaga pelaksana Bimbingan dan Konseling di
SMA Islam Sudirman Pakis Magelang, ada dua kategori tenaga pelaksana
bimbingan yakni tenaga pelaksana pokok dan tenaga pelaksana pembantu.
Tenaga pelaksana pokok yaitu Bapak Eko Suharyanto, SH., selaku guru
BP/BK di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang, sedangkan tenaga
pelaksana pembantu yakni wali kelas siswa masing-masing yang
bermasalah / melakukan delinquent.5 3. Fasilitas
Fasilitas Bimbingan dan Konseling di SMA Islam Sudirman Pakis
Magelang, menurut pendapat penulis adalah cukup memadai. Hal itu dapat
dibuktikan dengan tidak adanya hambatan yang berarti yang diakibatkan
oleh tidak adanya fasilitas untuk menunjang kegiatan Bimbingan dan
Konseling Islami di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.
Agar lebih jelasnya pembahasan mengenai fasilitas yang ada, kita
dapat memperhatikan hal-hal berikut in i:
a. Ruang keija
b. Daftar buku administrasi
c. Alat transportasi dan komunikasi. 6
4. Metode
Dalam menanggulangi kasus delinquency yang timbul di kalangan siswa, metode yang digunakan sifatnya kondisional sesuai dengan
permasalahan delinquency yang ada. Sebagai contoh dalam menanggulangi pelanggaran terhadap tata tertib sekolah yang berupa
rambut gondrong ; mula-mula diberi peringatan, lalu dimintai
kesanggupan potong sendiri, kalau kesanggupannya dilanggar, maka
tindakan BP selanjutnya adalah mencukur rambut siswa tersebut di ruang
keija BP. Begitu pula halnya dengan pelanggaran-pelanggaran yang lain
mengenai tata tertib sekolah ; tindakan BP adalah memberi peringatan
secara bertingkat mulai dari memberi peringatan lisan, peringatan tertulis /
kesanggupan berdasarkan pernyataan tertulis dan akhirnya barn diberi
peringatan yang lebih keras yang sifatnya mendidik.
Untuk menanggulangi kasus yang sifatnya pribadi seperti masalah
pacaran. Masalah dengan keluarga dan lainnya, metode yang digunakan
adalah siswa delinquent diberi pengertian tentang hal-hal yang baik dan buruk dari permasalahan yang sedang dihadapi, dengan demikian siswa
tersebut menyadari tentang kekeliruannya dan berusaha memperbaikinya.
Pembimbing / konselor berusaha mengarahkan yang terbaik.7
D. AN ALISA HASIL PENELITIAN
Setelah data yang dibutuhkan sudah terkumpul melalui beberapa
metode tersebut diatas, kemudian diseleksi dan disusun. Maka tahap
berikutnya adalah menganalisa data tersebut dengan menggunakan metode
analisis kualitatif. Adapun data yang bersifat kuantitatif diubah menjadi data
yang bersifat kualitatif dengan memberikan kriteria-kriteria tertentu pada data
yang akan dianalisis. Kriteria-kriteria tersebut seperti baik, cukup atau sedang,
kurang baik, dan lain-lain sehingga data yang dianalisis dengan metode
analisis kalitatif.
No. No. Induk Nama L/P
33. 1607 Lia Sabilatul Hidayah P
34. 1610 M. Turhamun L
35. 1613 M. Muid Aditya L
36. 1615 M. Sadali L
37. 1617 M. Sukron Rofik L
38. 1629 Nur Rokhim L
39. 1631 Roni Prasetyo L
40. 1634 Sholikhah Fitriyani P
41. 1637 Tri Eko Pumomo L
42. 1638 Siti Nur Fadhilah P
43. 1647 Yuni Kumiawati P
44. 1648 M. Amri L
45. 1649 M. Afifudin L
46. 1651 Supriyadi L
47. 1654 Umi Latifah P
48. 1655 Amin Taufik L
49. 1589 Ahmad Khudlori L
50. 1658 Ahmad Damanhuri L
51. 1660 Aspuri P
52. 1663 Eli Yasin L