• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGGULANGI DELINQUENCY DI SMA ISLAM SUDIRMAN MAGELANG 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGGULANGI DELINQUENCY DI SMA ISLAM SUDIRMAN MAGELANG 2007"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM MENANGGULANGI DELINQUENCY

DI SMA ISLAM SUDIRMAN MAGELANG 2007

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

ANI FAHMAWATI

11103043

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)

S A L A T I G A

Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298)523433. 323706

P E N G E S A H A N

Skripsi Saudara: Ani Fahmawati dengan Nomor Induk Mahasiswa 111 03 008

yang berjudul: USAHA BIMB1NGAN DAN KONSELING DALAM

MENANGGULANGI DELINQUENCY DI SMA ISLAM SUDIRMAN

PARIS MAGELANG TAHUN 2007 telah dimunaqasyahkan pada Sidang Panitia Ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pada hari: Rabu, 19 Maret 2008 yang bertepatan dengan tanggal 11 Rabi'ul Awal 1429 H dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam 11 mu Tarbiyah

19Maret 2008 M. S a la tig a

,---11 Rabi'ul Awal 1429 H.

(3)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

S A L A T I G A

Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan

bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau

pemah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila dikemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

orang lain di luar refrensi yang penulis cantumkan, maka penulis sanggup

mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang

munaqasyah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 19 Maret 2008

Penulis

(4)

S A L A T I G A

Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

Dra. Djami'atul Islamiyah, M.Ag Dosen STAIN Salatiga

Jl. Stadion NO. 03 Salatiga

Salatiga, 14 Maret 2008

Assalam u’alaikum Wr. Wb

Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Ani Fahmawati

NIM : 111 03 043

Jurusan/Progdi: Tarbiyah/PAI

Judul : Usaha Bimbingan Dan Konseling Dalam

Menanggulangi Delinquency Di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang Tahun 2007

Bersama ini mohon agar naskah skripsi saudara tersebut di atas agar dapat segera di munaqosyahkan.

Demikian harap menjadikan perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

(5)

5 j Z l & \ J j L j

“Sesungguhnya telah ada pada din Rasulullah itu suri tauladan yang baik

bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Alloh dan

kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q. S. A1 Ahzab

: 21)

4 )1

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang

(6)

Skripsi ini penulis persembahkan teruntuk :

1. Ayah dan Ibu tercinta yang dengan segala pengorbanan dan kasih

sayangnya selalu mendampingiku hingga detik ini.

2. Kakak-kakakku tersayang yang terns memberiku motivasi, Mba Tatik

Wihdatul Musyrifah, Mas Subhan dan Mba Erma Suryani

3. Keponakan-keponakanku yang imut (Rifqi, Lutfi, Salma, Izzul, Vira,

Naila).

4. Seseorang yang selalu memberiku motivasi meskipun dari jauh

5. Temen-temen kost di jangkungan (Evi, Santi dan lain-lain)

6. Temen-temen di gedung putih, spesial for Davied terima kasih untuk

semangat dan bantuannya

(7)

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan sekripsi ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa

dilimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, beserta

seluruh keluarga, sahabat, yang telah memberi petunjuk serta bimbingan

melalui aj aran-aj arannya.

Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur, penulisan skripsi dengan

judul “USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM

MENANGGULANGI DELINQUENCY DI SMA ISLAM SUDIRMAN

PAKIS MAGELANG TAHIJN 2007” telah selesai. Skripsi ini merupakan

salah satu syarat guna memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam pada

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Kami haturkan terima

kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu

terwujudnya skripsi ini.

Penulis yakin, skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada pertolongan

dari Allah Swt dan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi.

Maka, dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan terima kasih

kepada:

1. Ketua STAIN Salatiga, Drs. Imam Sutomo, M.Ag.

2. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Drs. Sa’adi, M.Ag

(8)

ilmu, waktu, tenaga dan bimbingan yang telah diberikan kepada

penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

5. Segenap Dosen STAIN Salatiga yang telah memberi motivasi

sehingga skripsi ini dapat selesai.

Penulis yakin, skripsi ini masih jauh dari kesempumaan dan terdapat

banyak kesalahan serta kekurangan. Maka kritik dan saran yang membangun

sangat kami harapkan dari siapa saja. Besar harapan kami, skripsi ini bisa

bermanfaat kepada pihak-pihak terkait secara khusus, dan bagi semua

pembaca secara umum. AMIN.

Salatiga, 26 Maret 2008

Penulis

(9)

HALAMAN JUDUL... i

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 6

E. Metode Penelitian... 6

F. Sistematika Penulisan... 9

BAB II : LANDASAN TEORI A. Bimbingan dan Konseling...12

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling... 12

2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling...14

3. Tujuan Bimbingan dan Konseling...17

4. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling...18

5. Metode dan Teknik Bimbingan dan Konseling... 21

B. Delinquency... 24

1. Pengertian Delinquency... 24

2. Faktor-faktor Delinquency... 26

(10)

2. Ciri-ciri Perkembangan Remaja... 28

D. Peran Bimbingan Konseling dalam Menanggulangi Delinquency... 33

BAB III: LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA Islam Sudirman... 35

1. Letak Geografis... 35

2. Sejarah Berdirinya SMA Islam Sudirman... 36

3. Keadaan Guru dan Murid SMA Islam Sudirman... 37

4. Struktur Organisasi... 38

5. Fasilitas... 44

6. Denah... 46

BAB IV : ANALISIS A. Keadaan Delinquency Di SMA Islm Sedirman... 47

1. Faktor-faktor Delinquency...47

2. Bentuk-bentuk Delinquency...50

B. Tujuan Usaha Bimbingan Dan Konseling Di SMA Islam Sudirman... 52

1. Tujuan Umum... 52

2. Tujuan Khusus... 52

C. Pelaksanaan Usaha Bimbingan Dan Konseling... 53

1. Perencanaan...53

2. Tenaga Pelaksana... 53

3. Fasilitas... 54

4. Metode...54

D. Analisis Hasil Penelitian... 55

1. Tabulasi Hasil Angket Terhadap Siswa SMA Islam Sudirman... 59

(11)

A. Kesimpulan... 65

B. Saran... 66

C. Penutup... 67

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan pada umumnya mengalami berbagai rintangan

dan hambatan dalam perjalanannya menuju keberhasilan yang telah dicita-

citakan walaupun berbeda bentuk dan kasus yang dihadapi.

Rintangan dan hambatan yang dihadapi sal ah satunya adalah adanya

delinquency yang melanda sebagian para siswa, seperti kasus perkelahian

antar pelajar, membolos, minum-minuman keras, merokok disekolah,

melanggar amanat, sifat meremehkan guru dan lain sebagainya. Perilaku

tersebut menunjukkan keadaan yang menyimpang dari nilai-nilai yang

dikehendaki oleh dunia pendidikan pada umumnya.

Sekolah adalah merupakan lembaga yang memiliki wewenang untuk

mempertahankan sistem nilai yang sedianya diberikan kepada peserta

didiknya, pemegang amanat masyarakat untuk membina anak-anaknya agar

menjadi generasi yang mampu menjalani kehidupan yang baik dan benar.

Ditinjau dari segi psikologi, peserta didik adalah pribadi yang sedang

berkembang menuju kedewasaan. Untuk mencapai perkembangan yang baik

dan optimal hams ada asuhan yang baik dan terarah yang bisa menjangkau

segi psikologis yang bersifat pribadi. Oleh karena itu diperlukan bimbingan

dan konseling untuk memberikan asuhan terhadap proses perkembangan

pribadi peserta didik tersebut.1 * 1

(13)

Oleh karena itu, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, adalah

merupakan wadah yang bisa menampung masalah-masalah dan membantu

para siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya pada masa-masa

transisi itu. Sekaligus mengarahkan para peserta didik mencapai tahap

perkembangan yang optimal baik secara akademis, psikologis maupun sosial.

Di dalam Al-Qur’anpun telah disebutkan dal am Surat Al-Ashr yang

merupakan pokok pikiran tentang bimbingan dan konseling.

ijL\;

oiOlT *3]

0

0]

0^**$$

jy

*.aJ L

1

b

1JJJ

11

’’Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan mengeijakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran”.

Sebagaimana sekolah menengah yang lain, yang notabenenya para

siswa berada pada usia remaja. SMU Islam Sudirman Magelang juga tidak

lepas dari adanya fenomena delinquency..

Delinquency tersebut tentunya perlu penanggulangan secara intensif supaya delinquent itu menyadari akan dirinya dan selanjutnya menuju arah

kehidupan yang lebih baik.

Faktor-faktor yang melatar belakangi delinquency para siswa diantaranya, karena tidak suka dengan cara mengajar guru, bisa juga faktor

kesepian dari orang lain, atau karena faktor latar belakang keluarga yang tidak

lengkap itu merupakan hambatan yang harus dicari upaya penanggulangannya

(14)

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bagian dari kegiatan

pendidikan di SMA Islam Sudirman Magelang. Bimbingan adalah proses

pemberian bantuan yang terarah, kontinu dan sistematis kepada setiap

individu agar ia dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.

Bimbingan dan konseling pada prakteknya berusaha menanggulangi

kasus yang timbul dikalangan siswa, namun disisi lain bimbingan dan

konseling mengandung adanya proses penanaman nilai-nilai Islami terhadap

siswa yang bersangkutan. Dengan adanya permasalahan di atas, maka penulis

mengambil judul "USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM

MENANGGULANGI DELINQUENCY DI SMA ISLAM SUDIRMAN

PAKIS MAGELANG TAHUN 2007"

B. Penegasan Istilah

Agar dalam menafsirkan judul di atas tidak teijadi kesalah fahaman,

maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul

tersebut.

1. Bimbingan dan Konseling

Bimbingan adalah pemberian bantuan kepada individu dalam

memecahkan masalah yang dihadapi agar tercapai pemahaman diri,

penerimaan diri, realisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya

dalam mencapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri yang

lebih baik dengan lingkungannya.2

(15)

Selain itu bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang

terns menerus dan sistematis terhadap klien dal am memecahkan

masalahnya yang dihadapi, agar tercapai kemampuan untuk memahami

dirinya, menerima dirinya dan kemampuan merealisasikan dirinya sesuai

dengan potensinya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan

keluarga, sekolah, maupun masyarakat.3

Bimbingan yang dimaksud adalah bantuan bersifat psikologi

sehingga individu atau kelompok yang bersangkutan mampu membuat

pilihan-pilihan terbaiknya dalam menghadapi kehidupan ini.

Konseling berasal dari bahasa Inggris "to Counsel" atau memberi saran dan nasehat (Hornby, 1958 : 246)

Konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu

yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah

lakunya.4

Dengan demikian pengertian usaha bimbingan dan konseling

adalah kegiatan pemberian bantuan bersifat psikologis dengan cara

wawancara antara konselor dengan siswa (seseorang atau sekelompok

orang) untuk memecahkan masalah yang dihadapi agar orang tersebut

dapat menentukan pilihan yang terbaik bagi dirinya dalam menghadapi

kehidupan ini.

3 Keetut Sukardi, Dewa, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar D i Sekolah, Surabaya, Usaha Nasional, 1983, him. 67

(16)

2. Delinquency

Delinquency : pelanggaran, kesalahan atau kejahatan yang relatif minor, khususnya dilakukan oleh anak-anak muda yang belum dewasa.3

Delinquency : perilaku remaja yang secara sosial tercela.5 6 Dari definisi mengenai delinquency tersebut penulis dapat mengambil pengertian bahwa delinquency dapat diukur melalui norma, nilai dan kebudayaan maupun adat istiadat yang berlaku di masyarakat. Perilaku

yang tercela secara sosial di atas yang dimaksud oleh penulis adalah

perbuatan yang dilakukan oleh para siswa yang melanggar aturan yang

berlaku di sekolah atau melanggar tata tertib sekolah. Contoh tingkah laku

tersebut adalah mencuri, mabuk-mabukan, membuat kerusuhan, berkata-

kata kotor, suka bermusuhan, membolos, perkelahian, dan lain sebagainya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis dapat merumuskan

permasalahan-permasalahan pokok sebagai berikut:

1. Bagaimana delinquency siswa SMA Islam Sudirman Pakis Magelang

tahun 2007?

2. Bagaimana usaha bimbingan dan konseling di SMA Islam Sudirman Pakis

Magelang tahun 2007?

5 C.P.Chaplin, Dictionary O f Psikologi diteijemahkan oleh Dr. Kartini Kartono, dalam bukunya Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta, Rajawali, 1989, him. 128

(17)

E. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan

dan memperoleh suatu gambaran yang jelas dari proses penelitian ini, maka

penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian

kualitatif. Penelitian kualitaif menrut Bogdan dan Taylor adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data diskriprif berupa kata-kata tertulis atau

tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 Dalam

penelitian ini, pnulis hanya mencari gambaran dan data yang bersifat

diskriptif yang berada di SMA Islam Sudirman.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis teliti adalah di SMA Islam

Sudirman Pakis Magelang tepatnya terletak di jalan Jendaral Sudirman No

17 Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang tepatnya berada di sebelah

selatan jalur jalan raya Magelang-salatiga.

3. Subyek dan Informan Penelitian.

Subyek penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah SMA Islam

Sudirman Magelang, baik siswa maupun pamongnya.

Dalam menentukan subyek siswa penulis menggunakan metode

sampling. Metode sampling tersebut adalah sampel bertujuan atau

(18)

pamong yang lain untuk mengungkap data mengenai sistem dan

mekanisme keija bimbingan dan konseling di SMA Islam Sudirman.

b. Metode Dokumentasi

Menurut Irwan (2000; 10), studi dokumentasi merupakan teknik

pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen

dapat berupa catatan pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan keija,

notulen keija, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto dan

lain-lain.9 Sejarah berdirinya SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.

delinquency siswa, catatan penanganan kasus yang ada, dan tata tertib atau peraturan sekolah.

5. Metode Analisis Data

Metode ini digunakan untuk memberi interpretasi terhadap data

yang diperoleh dari hasil penelitian.

Dalam analisis data ini pada dasamya bersifat diskriptif kualitatif

atau non statistik. Dalam mencari kesimpulan penulis menggunakan

metode berfikir deduktif dan induktif.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam sistem penulisan skripsi ini penulis mencantumkan lima bab

dengan pokok tiap-tiap bab sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini merupakan kerangka dasar penulisan yang

menjadi kendali terhadap jalannya penelitian dan penulisan yang

(19)

meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, pokok

permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, sistematika

pembahasan.

Bab II : Landasan Teori

Sebelum tujuan untuk mengadakan penelitian, penulis

memerlukan adanya landasan teori yang dapat digunakan sebagai

bahan acuan dalam melakukan penelitian.

Landasan teori ini meliputi:

Pengertian bimbingan dan konseling, prinsip-prinsip

bimbingan dan konseling, asas-asas bimbingan dan konseling,

tujuan bimbingan dan konseling, metode dan teknik bimbingan

dan konseling, pengertian delinquency dan faktor-faktomya, bentuk-bentuk delinquency, dan pengertian masa remaja dan ciri- ciri perkembangannya serta peran bimbingan dan konseling

dalam menanggulangi delnquency.

Bab III : Laporan Hasil Penelitian

Bab ini berisi tentang seluruh hasil penelitian yang

meliputi gambaran umum seperti, sejarah berdirinya, keadaan

guru dan murid SMA Islam Sudirman Pakis Magelang, serta

gambaran struktur organisasi SMA Islam Sudirman Pakis

Magelang, dan fasilitas yang ada.

Setelah mendapat gambaran umum tentang SMA Islam

(20)

Bab IV

Bab V

pembahasan bagaimana usaha bimbingan dan konseling dalam

menanggulangi delinquency di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.

: Analisis Data

Bab ini berisi tentang analisis terhadap usaha bimbingan

konseling dalam menanggulangi delinquency di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang. Dengan analisis ini kita dapat melihat

sejauh mana keberhasilan usaha bimbingan dan konseling dalam

menanggulangi delinquency di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.

: Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

(21)

BIMBINGAN DAN KONSELING, DELINQUENCYDAN REMAJA

A. BIMBINGAN DAN KONSELING

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan

sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya

dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada

akhimya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat1

Secara etimologis, istilah konseling berasal dari Bahasa Latin,

yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “nlenerima,, atau ’’memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-

Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti menyerahkan” atau “menyampaikan”.

Konseling adalah suatu proses yang teijadi dalam hubungan tatap

muka antara seorang individu yang terganggu oleh karena masalah-

masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekeija yang

profesional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu

orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis

k e s u lita n p rib a d i1 2

1 Priyatno, Ermananti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, Rineka Cipta, 1999, him. 94

2 Ibid., him. 100

(22)

Melihat pengertian tersebut diatas, penulis dapat mengambil

pengertian adanya dua kategori orang yang dibantu dalam bimbingan dan

konseling, yakni yang belum mempunyai masalah dan yang sudah

mempunyai masalah.

Jadi yang demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan

konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang

yang ahli (disebut konselor) kepada seorang atau beberapa individu yang

sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) agar dapat

mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat

dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Adapun dasar

bimbingan dan konseling adalah salah satu firman Allah SWT dalam Q.S.

Al-Ahzab: 33, 21

fl ojZ»\ 4jjl ^50 ijtT J j j

(23)

2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling

a. Asas kerahasiaan

Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak

boleh disampaikan kepada orang lain, lebih-lebih keterangan yang

tidak layak diketahui orang lain. Jika asas ini benar-benar

dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi bimbingan akan

mendapat kepercayaan dari semua pihak.

b. Asas kesukarelaan

Proses bimbingan dan konseling hams berlangsung atas dasar

kesukarelaan, baik dari pihak si terbimbing atau klien, maupun dari

pihak konselor. Klien diharapkan secara sukarela tanpa ragu-ragu

ataupun merasa terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapinya.

c. Asas keterbukaan

Keterbukaan di sini ditinjau dari dua arah. Dari pihak klien

diharapkan mau membuka diri sehingga apa yang ada pada dirinya

dapat diketahui konselor, dan kedua mau membuka diri dalam arti mau

menerima saran-saran dan masukan lainnya dari pihak luar. Dari pihak

konselor, keterbukaan terwujud dengan kesediaan konselor menjawab

pertanyaan-pertanyaan klien.

d. Asas kekinian

Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah

(24)

memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya tidak

seimbang serasi dan terpadi justru akan menimbulkan masalah.

i. Asas kenormatifan

Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan

dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama,

norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu, maupun kebiasaan

sehari-hari.

j. Asaskeahlian

Usaha bimbingan konseling perlu dilakukan asas keahlian

secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik

dan alat yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat

latihan secukupnya, sehingga dengan itu akan dapat dicapai

keberhasilan usaha pemberian layanan.

k. Asas alih tangan

Dal am pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alih

tangan jika konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya

untuk membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum

dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat

mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli.

l. Asas tut wuri handayani

Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling

tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan

(25)

bimbingan dan konselingpun hendaknya dirasakan adanya dan

manfaatnya.3

3. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan Konseling dalam melangkah dan bergerak

mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut ada yang bersifat

umum dan ada yang bersifat khusus. Adapun rumusan tujuan Bimbingan

dan Konseling adalah:

a. Tujuan umum

Membantu individu memperkembangkan diri secara optimal

sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya

(seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar

belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status

sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.

Dalam kaitan ini, bimbingan dan konseling membantu individu

untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki

berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, peyesuaian, dan

ketrampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan

lingkungannya.

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran

tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan

(26)

permasalahan yang dialami oleh ndividu yang bersangkutan, sesuai

dengan kompleksitas permasalahannya itu.

Masalah-masalah individu bermacam-macam ragam jenis,

intensitas, dan sangkut pautnya, serta masing-masing bersifat unik.

Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-

masing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling

untuk seorang individu berbeda dari tujuan bimbingan dan konseling

untuk individu lainnya. 4

4. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Haditono (1967) dalam bukunya mengemukakan 12 prinsip

bimbingan sebagai berikut:

a. Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang

dewasa, dan orang-orang yang sudah tua.

b. Tiap aspek dari pada kepribadian seseorang menentukan tingkah laku

orang itu. Dengan demikian bimbingan yang bertujuan untuk

memajukan individu itu dalam semua aspek-aspek tersebut.

c. Usaha-usaha bimbingan dalam prinsipnya harus menyeluruh kesemua

orang karena semua orang mempunyai berbagai masalah yang butuh

pertolongan.

(27)

d. Berhubungan dengan prinsip kedua, maka semua guru di sekolah

seharusnya menjadi pembimbing karena semua murid juga

membutuhkan bimbingan.

e. Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah bimbingan sehingga alat-

alat dan teknik mengajar juga sebaiknya mengundang suatu dasar

pandangan bimbingan.

f. Dalam memberikan suatu bimbingan hams diingat bahwa semua orang

meskipun sama dalam kebanyakan sifat-sifatnya namun tetap

mempunyai perbedaan-perbedaan individual dan perbedaan-perbedaan

individual inilah yang hams kita perhatikan.

g. Supaya bimbingan dapat berhasil dengan baik dibutuhkan pengertian

yang mendalam mengenai orang yang dibimbing. Maka dari itu perlu

diadakan program evaluasi (penilaian) dan penelitian individual.

Keduanya memerlukan sekumpulan catatan (cumulative records) mengenai kemajuan dan keadaan anak yang dibimbing tadi. Dengan

berbagai macam tes yang sudah distandardisasi atau alat-alat evaluasi

lain dapat diperoleh data, misalnya mengenai kemampuan orang tadi,

misalnya mengenai kecerdasannya, keuletannya, dan sebagainya. Juga

data-data mengenai prestasi, perhatian, serta sifat-sifat pribadinya.

Data-data ini dikumpulkan dan harus dicatat secara teliti.

h. Haruslah diingat bahwa pergolakan-pergolakan sosial, ekonomi dan

politik dapat menyebabkan timbulnya tingkah laku yang sukar atau

(28)

dibutuhkan keija sama yang baik antara pembimbing dengan badan-

badan atau yayasan-yayasan yang ada di masyarakat yang mempunyai

hubungan dengan usaha bimbingan tadi.

i. Bagi anak-anak haruslah ingat bahwa sikap orang tua dan suasana

rum ah sangat mempengaruhi tingkah laku mereka. Sehubungan

dengan itu kadang-kadang untuk beberapa kesukaran sangat

dibutuhkan pengertian, kesediaan, dan keija sama yang baik dengan

para orang tua. Bahwa tanpa bantuan dan pengertian orang tua, usaha

bimbingan kadang-kadang bisa menjumpai jalan buntu yang hampir

tidak dapat dicari jalan keluamya.

j. Fungsi dari pada bimbingan ialah menolong orang supaya berani dan

dapat memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukaran

yang dialaminya, yang hasilnya dapat berupa kemajuan dari pada

keseluruhan pribadi orang yang bersangkutan.

k. Usaha bimbingan harus bersifat lincah {flexible) sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat serta kebutuhan individual.

l. Akhimya yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa berhasil atau

tidaknya sesuatu bimbingan sebagian besar tergantung kepada orang

yang minta tolong itu sendiri, pada kesediaan dan kesanggupan dan

proses-proses yang terjadi dalam diri orang itu sendiri. 5

(29)

5. Metode dan Teknik Bimbingan dan Konseling

Metode lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah

sehingga diperoleh hasil memuaskan, sementara teknik merupakan

penerapan metode tersebut dalam praktek. Dalam pembicaraan ini kita

akan melihat bimbingan dan konseling sebagai proses komunikasi. Oleh

karenanya, berbeda sedikit dari bahasan-bahasan dalam berbagai buku

tentang bimbingan dan konseling, metode bimbingan dan konseling Islami

ini akan diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi tersebut.

Pengelompokannya menjadi : (a) metode komunikasi langsung atau

disingkat metode langsung, dan (b) metode komunikasi tidak langsung

atau metode tidak langsung.

1. Metode Langsung

Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode

di mana pembimbing melakukan komunikasi langsung (metode

komunikasi langsung) adalah metode dimana pembimbing melakukan

komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang

dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi:

a. Metode individual

Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara

individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat

dilakukan dengan mempergunakan teknik :

1) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog

(30)

2) Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing

mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan di

rumah klien sekaligus untuk mengamati keadaan rumah klien

dan lingkungannya;

3) Kunjungan dan observasi keija, yakni pembimbing / konseling

jabatan, melakukan percakapan individual sekaligus mengamati

keija klien dan lingkungannya.

b. Metode kelompok

Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dal am

kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik :

1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan

bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan / bersama

kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama;

2) Karya wisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan

secara langsung dengan mempergunakan ajang karya wisata

sebagai forumnya;

3) Sosiodrama, yakni bimbingan / konseling yang dilakukan

dengan cara bermain peran untuk memecahkan / mencegah

timbulnya masalah (psikologis):

4) Psikodrama, yakni bimbingan / konseling yang dilakukan

dengan cara bermain peran untuk memecahkan / mencegah

(31)

5) Group teaching, yakni pemberian bimbingan / konseling

memberikan materi bimbingan / konseling tertentu (ceramah,

kepada kelompok yang telah disiapkan.

2. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung)

adalah metode bimbingan / konseling yang dilakukan melalui media

komunikasi masa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun

kelompok, bahkan massal.

a. Metode individual

1) Melalui surat menyurat

2) Melalui telepon dsb

b. Metode kelompok / massal

1) Melalui papan bimbingan;

2) Melalui surat kabar / majalah;

3) Melalui brosur;

4) Melalui radio (media radio);

5) Melalui televisi

Metode dan teknik mana yang dipergunakan dalam

melaksanakan bimbingan atua konseling tergantung pada :

a. Masalah / problem yang sedang dihadapi / digarap;

b. Tujuan penggarapan masalah;

(32)

d. Kemampuan pembimbing / konselor mempergunakan metode /

teknik;

e. Sarana dan prasarana yang tersedia;

f. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar;

g. Organisasi dan administrasi layanan bimbingan dan konseling;

h. Biaya yang tersedia.6

B. DELINQUENCY

1. Pengertian Delinquency

Istilah baku perdana dalam konsep spikologis adalah juvenile delinquency yang secara etimologis dapat dijabarkan bahwa juvenile

berarti anak sedangkan delinquency berarti kejahatan. Dengan demikian, pengertian secara etimologis adalah kejahatan anak. Delinquency yang berarti penjahat anak atau anak jahat.

Dalam studi interdisiplin ilmu pengetahuan, juvenile delinquency

menjadi konsepsi yang hampir sangat sulit untuk dipahami dengan

gamblang Drs. B. Simanjuntak, SH memberi tinjauan secara sosio kultural

tentang arti juvenile delinquency. Suatu perbuatan itu disebut delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma

yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, atau suatu perbuatan yang

anti sosial dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif.7

6 Aunur Rahim Famih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam , Yogyakarta, UII Press, 2001, him. 4

(33)

Dr. Fuad Hasan memberikan pengertian bahwa Delinquency

adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang

bilamana dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak

kejahatan.

Perbuatan itu disebut delinquency jika perbuatan itu melanggar

norma hukum, kesusilaan, ketertiban umum yang dilakukan anak-anak (di

bawah umur 21 tahun).8

Perbuatan delinquency itu tidak selalu dikualifikasi sama pada lingkungan yang berlainan. Suatu perbuatan pada lingkungan tertentu

dikatakan delinquency tetapi pada lingkungan lain perbutan itu delinquency atau tidak, perlu diperhatikan norma lingkungan dimana anak

itu hidup tanpa mengabaikan norma-norma yang berlaku bagi semua

orang. Perbedaan kriteria didasarkan masyarakat.

Mencari pemecahan masalah kenakalan anak-anak di Indonesia

harus disesuaikan dengan norma masyarakat Indonesia, pada masa ini,

terdapat perbedaan corak masyarakat antar daerah. Antara masyarakat kota

dan masyarakat desa memiliki norma-norma sosial yang berbeda.

Dengan demikian sangatlah sukar untuk membuat suatu daftar

untuk menentukan macam-macam jenis tingkah laku deinquency yang

disepakati oleh semua orang. Atas dasar itu dikatakan delinquent apabila

perbuatan tersebut bertentangan dengan norma yang ada dalam masyarakat

dimana ia hidup.

(34)

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat mengambil pengertian

bahwa delinquency adalah : tindakan atau perbuatan atau tingkah laku

anak remaja yang melanggar peraturan atau norma yang berlaku di suatu

masyarakat dan delinquent itu adalah perbuatan yang merugikan

masyarakat.

2. Faktor-faktor Delinquency

Dr. Zakiyah Daradjat menjelaskan sebagai berikut : Sesungguhnya

banyak sekali faktor-faktor yang mendorong anak-anak sampai kepada

kenakalan. Faktor-faktor pendidikan, lingkungan keluarga, ekonomi,

masyarakat, sosial politik dan sebagainya.

Memang terlalu banyak faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan kepribadian si anak. Disamping itu juga banyaknya contoh-

contoh dari kelakuan yang tidak baik yang mereka dapatkan dari orang

dewasa, dari film-film, cerita-cerita pendek, komik-komik yang bersifat

cabul, tidak mengindahkan nilai dan mutu tapi hanya memandang segi

komersialnya saja. Diantara faktor-faktor yang menonjol antara lain :

a. Kurangnya didikan agama.

b. Kurang pengertian orang tua tentang pendidikan.

c. Tidak stabilnya pengisian waktu.

d. Tidak stabilnya keadaan sosial, politik dan ekonomi.

e. Kemerosotan moral dan mental orang dewasa.

f. Banyaknya film dan buku-buku bacaan yang tidak baik.

(35)

h. Perhatian masyarakat terhadap pendidikan anak-anak.9

Pendapat lain mengakatan bahwa Crime (kejahatan) dan

delinquency disebabkan karena kurangnya pendidikan, kurang rekreasi,

kelenjar tidak sempuma, mengabaikan pendidikan keagamaan, emosi tidak

stabil, frustasi, rasa tidak puas, perceraian, kekurangan cinta, kemiskinan,

alkohol, narkotik, orang tua kurang cukup mengawasi, mau uang dengan

cara mudah, kondisi moral dan sosial yang menyedihkan, kerusakan

syaraf, sakit rokhani dan sebagainya.10

. Simanjuntak mengemukakan 2 faktor delinquency, antara lain :

1. Faktor Intern

Yang dimaksud dengan faktor intern ialah faktor yang

datangnya dari dal am tubuh manusia itu sendiri, tanpa pengaruh

lingkungan sekitar.

2. Faktor ekstern (extragenic / faktor lingkungan) a. Lingkungan keluarga

1) Disharmoni keluarga dan broken home.

2) Sikap perlindungan yang berlebihan orang tua dalam mengasuh

dan mendidik anak-anaknya.

3) Pendidikan anak terlantar.

b. Lingkungan sosio budaya :

1) Lingkungan sekolah (kondisi persekolahan, sistem pengajaran

sekolah yang tidak menguntungkan anak).

9Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental, Jakarta, Gunung Agung, Cetakan ke 16, 1990, hal. 113-120

(36)

2) Media komunikasi massa. (pengaruh film, pengaruh bacaan).

3) Konflik kebudayaan.

3. Bentuk-bentuk delinquency

Untuk mengetahui bentuk-bentuk delinquency, kita dapat memperhatikan uraian-uraian sebagai berikut.

Kenakalan remaja dapat kita golongkan dalam dua kelompok

besar, sesuai dengan kaitannya dengan norma hukum, yakni:

a. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam

undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan

pelanggaran hukum.

b. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai

dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan

perbuatan melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa.

1). Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur dalam

undang-undang, diantaranya adalah:

a) . Membolos sekolah dan berkeliaran mengganggu keamanan

masyarakat sekitamya.

b) . Melakukan perbuatan tidak sopan terhadpa guru dan orang tua.

c) Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan menggunakan bahasa

yang tidak sopan.

d) . Ngebut, yaitu mengendarai mobil atau motor di tengah keramaian

(37)

2). Kenakalan yang berisfat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai

dengan undang-undang.

a) . Tindakan-tindakan anti sosial : perbuatan yang merugikan milik

orang lain.

b) . Pencurian.

c) . Peredaran foto-foto, cerita-cerita, dan film-film cabul.

d) . Kecanduan bahan narkotika, (obat bius, drugs) yang erat

bergandengan dengan tindak kejahatan.11

C. REMAJA

1. Pengertian Remaja

Orang Barat menyebut remaja dengan istilah “puber”, adapula

yang menyebutkan adolesensi. Keduanya merupakan transisi diri masa

anak-anak menjadi dewasa. Sedangkan di negara kita ada yang

menggunakan istilah “akil balig”, “pubertas”, dan yang paling banyak

menyebutkan remaja.

Bila ditinjau dari segi perkembangan biologis, yang dimaksud

remaja ialah mereka yang berusia 12 sampai dengan 21 tahun. Usia 12

tahun merupakan awal purbertas bagi seorang gadis, yang disebut remaja

kalau mendapat menstruasi (datang bulan) pertama. Sedangkan usia 13

tahun merupakan awal pubertas bagi seorang pemuda ketika ia mengalami

masa mimpi yang pertama.11 12

11 Kartini Kartono, Bimbingan Bagi Anak dan Remaja Yang Bermasalah, Jakarta, Rajawali Pers, 1991, him. 115

(38)

Singgih masih sulit menentukan batas umur tersebut, menuju ke

masa dewasa atau merupakan perpanjangan dari masa kanak-kanak

sebelum mencapai masa dewasa.Karenany a dalam masa ini seakan-akan

remaja berpijak antara dua kutub, yaitu kutub masa dewasa. yang masih

akan dimasuki

Dengan keadaan pada masyarakat sekitamya, sebab pribadinya belum

terbentuk secara stabil dan matang. Atau berada dalam masa pertentangan,

masa puber, “Seturm und drang” dengan ciri-ciri sering dan mulai timbul

sikap untuk menentang dan melawan terutama dengan orang-orang yang

dekat, misalnya orang tua, guru dan sebagainya.

2. Ciri-ciri perkembangan remaja

Adapun ciri remaja diantaranya adalah :

a. Fisik

Perkembangan fisik dalam periode masa remaja meliputi segi

pertambahan tinggi dan berat badan. Untuk remaja pria dimulai sekitar

umur 10,5 sampai 16 tahun. Sedangkan remaja putri percepatan

pertumbuhan sudah mulai antara umur 7,5 tahun dan 11,5 tahun.

Selain mengalami percepatan pertumbuhan tinggi badan dan berat

badan, remaja juga mengalami proses kematangan seksual.

Karekateristik kelamin primer:

1. Pada remaja pria

a. Pengeluaran sperma

(39)

Mereka mulai bertanya-tanya tentang keadilan, kebenaran, arti hidup,

ragu-ragu akan adanya Tuhan, dan sebagainya.

d. Emosional

Emosional remaja berada dalam situasi “sturm und drang” sebab belum stabil dan mencapai kematangan pribadi secara dewasa.

Perasaan belum mapan ini sering membawa mereka ke dalam

kegelisahan, yan satu pihak ingin mencari pengalaman atua melakukan

segala keinginan yang ada, tetapi di lain pihak terbentur akan

ketidakmampuan untuk melakukannya

Selain itu remaja mengehendaki adanya pengakuan sosial, dia tidak

mau diperlakukan seperti anak kecil yang dapat diperintah untuk

melakukan apa saja.

Dalam keadaan emosi yang belum stabil ini celaan atau kritikan dari

lingkungannya seringkali ditanggapi secara sungguh-sungguh dan

sering ditafsirkan sebagai ejekan atua meremehkannya.

Bila lingkungan, terutama keluarga, orang tua dan sekolah

mengabaikan keadaan emosi remaja, misalnya anak-anak yang ada

tidak disukai karena tampangnya yang urakan, atau anak yang kurang

cerdas, sehingga melihat dengan sebelah mata, biasanya remaja

tersebut menunjuk kepada tindakan delinquency, sebab emosinya

mengalami kerusakan (distrub).13

(40)

D. Peran Bimbingan dan Konseling dalam Menanggulangi Delinquency

Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling

bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan

mampu merencanakan masa depannya. Dalam hubimgan ini bimbingan dan

konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar

masing-masing dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi

yang utuh dan mandiri.

Dalam hal ini peran bimbingan dan konseling dalam menanggulangi

delinquency adalah sebagai pemahaman, pencegahan dan pengentasan.

Maksud peran, bimbingan dan konseling sebagai pemahaman adalah

yang akan menghasilkan pemahaman sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai

dengan kepentingan pengembangan peserta didik. Dalam hal ini meliputi

pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama oleh peserta didik.

Dalam hal ini meliputi pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama

oleh peserta didik sendidi, orang tua, guru pada umumnya, guru pembimbing

dan lingkungan peserta didik termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan

sekolah. Kemudian peran bimbingan dan konseling sebagai pencegahan

adalah yang akan menghasilkan tercegahnya peserta didik dari berbagai

permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu,

menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan. Adapun kegiatan yang dapat

menanggulangi delinquency antara lain program orientasi dan program kegiatan kelompok. Adapun yang terakhir adalah peran bimbingan dan

(41)

konseling akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai

permasalahan yang dialami oleh peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya

maupun bentuknya.

Dalam rangka itu, secara umum dapat dilihat peranan pelayanan

bimbingan dan konseling dalam menanggulangi delinquency yakni sesuai dengan urgensi dan kedudukannya, maka ia berperan sebagai penunjang

kegiatan pencegahan dan pengentasan lainnya dalam mencapai tujuan

pendidikan tanpa adanya tindak delinquency yang dilakukan oleh peserta

(42)

GAMBARAN UMUM SMA ISLAM SUDIRMAN PARIS MAGELANG

A. LETAK GEOGRAFIS

SMA Islam Sudirman Pakis Magelang terletak di Jl. Jenderal Sudirman

No. 17 Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah tepatnya

berada di sebelah Selatan jalur jalan raya Magelang-Salatiga.1

Untuk lebih mempeijelas tentang letak geografis SMA Islam Sudirman

Pakis Magelang, penulis merasa perlu untuk menyajikan denah lokasi SMA

Islam Sudirman Pakis Magelang berikut in i:

DENAH LOKASI

(43)

Latar belakang didirikannya SMA Islam Sudirman Pakis Magelang adalah

inofasi dari masyarakat setempatyang menghendaki didirikannya lembaga

pendidikan di Kecamatan Pakis. Karena keadaan ekonomi masyarakat pada

waktu itu masih di bawah rata-rata, sehingga banyak lulusan SMP yang tidak

bisa melanjutkan sekolah dikarenakan kurangnya biaya dan jauhnya jarak yang

harus ditempuh serta sulitnya transportasi pada waktu itu, maka tokoh

masyarakat sektiar mengadakan musyawarah yang akhimya memutuskan bahwa

di Kecamatan Pakis hendaknya didirikan sekolah lanjutan tingkat atas untuk

membantu masyarakat yang berkeinginan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang

selanjutnya.

Kemudian pada tahun 1980 berdirilah Sekolah Menengah Atas Pemda Pakis

yang diketuai oleh Bapak Kyai Mansur dengan status masih terdapaftar. Tetapi

pada tahun 1982 sekolah menengah Pemda Pakis berubah menjadi SMA Islam

Sudirman Pakis. Walaupun sudah 2 tahun sekolah ini didirikan, namun

pelaksanaan ujian negara waktu itu masih menggabung pada SMA Negeri Tidar

Magelang. Tetapi mulai tahun 1986 sampai dengan sekarang sudah bisa

mengadakan ujian secara mandiri.

Atas kegigihan dan keijasama semua pihak yang terkait, maka statusnya

dinaikkan menjadi diakui.2

B. SEJARAH BERDIRINYA SMA ISLAM SUDIRMAN PAKIS MAGELANG

(44)

1. Keadaan Guru

C. KEADAAN GURU DAN MURID SMA ISLAM SUDIRMAN PARIS

MAGELANG TAHUN 2007

Untuk mengetahui keadaan guru di SMA Islam Sudirman Pakis,

Magelang penulis sajikan tabel sebagai berikut.

NO NAMA MENGAJAR MATA PELAJARAN

1 M. Afifiidin, M.Si Sosiologi

2 Iwan Eko Suharyanto, SH PPKN, Penjaskes

3 Siti Fatimah, S.Pd Bahasa Indonesia

4 Sunario Matematika

5 Gatot Abadi Matematika

6 Dian Sonya P, S.Pd Bahasa Inggris

7 Esti Purwanti, S.Pd Bahasa Inggris

8 Suryadi Fisika, Ketrampilan Teknik

9 Isti Rochayani, S.Pt Biologi

10 Dwi Rasmono, S.Si Kimia

11 Sudi Prastyaningsih, SE Ekonomi

12 Sri Winarti, SE Ketrampilan, Boga

13 Zaenal Afifudin, S.Si Fisika 14 Nanang Seotrisno, SH Geografi 15 Dwi Putri Ana D, S.Kom TIK

16 Murtasilah, S.Pd Sejarah

17 Saepudin, S.Pdi Agama

Memperhatikan tabel tersebut di atas, kita mendapat gambaran bahwa

keadaan guru di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang adalah disamping

memenuhi tuntutan pengajaran dengan masing-masing mengajar sesuai

dengan keahliannya juga lengkap dengan adnaya tenaga guru ketrampilan

maupun guru praktikum

(45)

2. Keadaan Murid

Jumlah murid yang belajar di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang

tahun demi tahun ajaran keadaannya cukup stabil, dengan terisinya kapasitas

daya tampung yang cukup yakni 6 kelas. Jumlah murid keseluruhan pada

tahun ajaran 2006-2007 beijumlah 158 siswa.

Tentang keadaan murid di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang akan

lebih rinci diketahui melalui tabel yang menggambarkan keadaan siswa

berdasarkan kelas dan jurusan.

Keadaan Siswa SMU Islam Sudirman Pakis Magelang Tahun 2006-2007

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Total

X A 11 14 25

X B 13 15 28

XIIPA 10 12 22

XI IPS 19 11 30

XII IPA 13 16 26

XII IPS 13 9 27

D. STRUKTUR ORGANISASI SMA ISLAM SUDIRMAN PAKIS

MAGELANG TAHUN 2007

Dilihat dari struktur organisasi SMA Islam Sudirman Pakis Magelang

terdiri dari Kepala Sekolah, Kepala Tata Usaha, Wakil Kepala Sekolah Urusan

Kesiswaan, Wakil Sekolah Urusan Kurikulum, Wakil Kepala Sekolah Urusan

Sarana dan Prasarana, Wakil Kepala Sekolah Urusan Keijasama dengan

Masyarakat, BP, Guru-guru dan Siswa.4

(46)

BAGAN STRUKTUR DAN ORGANISASI SEKOLAH SMA ISLAM SUDIRMAN PARIS MAGELANG TAHUN 2007

Struktur organisasi tersebut di atas adalah merupakan sistem personalia

yang telah ditentukan tugas dna tanggung jawab masing-masing dal am rangka

mengelola proses kegiatan pendidikan di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.

Tugas dan tanggung jawab masing-masing personalia tersebut adalah sebagai

(47)

1. Tugas Kepala Sekolah

Kepala Sekolah berfungsi dan bertugas sebagai educator, manager,

administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator.

a. Kepala Sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan pendidikan

sekolah termasuk di dalamnya adalah penanggung jawab pelaksanaan

administrasi sekolah.

b. Kepala sekolah mempunyai tugas merencanakan, mengorganisasikan,

mengawasi dan mengevaluasikan seluruh kegiatan pendidikan di sekolah

yang meliputi aspek edukatif dan administrative. Aspek edukatif meliputi

hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sedangkan

aspek administrative meliputi pengaturan :

1) Administrasi belajar mengajar

2) Administrasi perkantoran

3) Administrasi siswa

4) Administrasi ketenagaan

5) Administrasi perlengkapan

6) Administrasi keuangan

7) Administrasi perpustakaan

8) Administrasi laboratorium

9) Administrasi BK

10) Administrasi Hum as

(48)

c. Agar tugas dan fungsi Kepala Sekolah beijalan dengan baik dan dapat

mencapai sasaran perlu adanya jadwak keija Kepala Sekolah yang

mencakup:

1) Kegiatan Harian

2) Kegiatan Mingguan

3) Kegiatan Bulanan

4) Kegiatan Semesteran

5) Kegiatan Awal Tahun Pelajaran

6) Kegiatan Akhir Tahun Pelajaran

2. Wakil Kepala Sekolah

Tugas Wakil Kepala Sekolah adalah membantu dalam urusan-urusan tugas

Kepala Sekolah dan dalam hal tertentu mewakili Kepala Sekolah baik ke

dalam maupun ke luar, bila Kepala Sekolah berhalangan.

a. Wakasek Urusan Kurikulum

Ruang lingkupnya adalah pengurusan kegaitan proses belajar mengajar

baik kurikuler, ekstrakurikuler, maupun kegiatan pengembangan

kemampuan guru melalui MGMP atau latihan keija serta pelaksanaan

penilaian kegiatan sekolah.

b. Wakasek Urusan Kesiswaan

Ruang lingkup tugasnya mencakup :

1) Pembinaan OSIS

2) Pengarahan dan pengendalian siswa dalam rangka menegakkan

(49)

3) Pembinaan dan pelaksanaan koordinasi keamanan, kebersihan,

ketertiban, keindahan, kekeluargaan dan kerindangan.

4) Menyusun program kegiatan ekstrakurikuler.

5) Pengabdian masyarakat

c. Wakasek Urusan Sarana Prasarana

Ruang lingkup tugasnya mencakup :

1) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana

2) Mengkoorinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana

3) Menginventarisasikan sarana prasarana sekolah

4) Mengelola pembiayaan alat-alat pembelajaran

d. Wakasek Urusan Hum as

Ruang lingkup tugasnya mencakup :

1) Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua

siswa sesuai dengan pendelegasian Kepala Sekolah.

2) Membina hubungan sekolah dengan Komite Sekolah

3) Membantu mewujudkan keijasama dengan lembaga-lembaga yang

berhubungan dengan usaha dan kemajuan sekolah.

e. Tugas Guru BP/BK

1) Menyusun program BP/BK

2) Mengkoordinir pelaksanaan program BP/BK

(50)

3. Wali Kelas

Wali kelas dijabat oleh seorang guru, tugasnya membantu Kepala Sekolah

dalam kegiatan:

a. Mengelola kelas baik teknis administratif maupun teknis edukatif.

b. Memberikan bahan masukan kepada guru pembimbing tentang siswa

yang ada di bawah asuhannya.

4. Guru Pembimbing

Membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan antara lain :

a. Menyusun program pelaksanaan bimbingan dan konseling.

b. Melakukan koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi

masalah-masalah yang dihadapi siswa tentang kesulitan belajar.

c. Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi

dalam kegiatan belajar.

d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh

gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan keija yang sesuai.

e. Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling.

f. Menyusun statistik hasil penilaian BK.

g. Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar.

h. Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut BK.

5. Guru Mata Pelajaran

Selaku tenaga edukatif bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar sesuai dengan tugas yang diberikan.

(51)

6. Guru Piket

Penanggung jawab keamanan dan ketertiban pada hari bertugas dan

melaksanakan tugas sebagai berikut:

a. Mengelola kelas yang kososng dengan memberikan / mencarikan tugas-

tugas untuk siswa.

b. Mencatat peristiwa yang teijadi juga kehadiran guru dan siswa pada buku

piket.

7. TataUsaha

Kepala Tata Usaha

Selaku penanggung jawab sekaligus pelaksana utama seluruh kegiatan yang

berkaitan dengan urusan ketatausahaan yang meliputi:

a. Penyusunan program tata usaha sekolah.

b. Pengurusan kepegawaian

c. Pembinaan dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah.

d. Penyusunan perlengkapan sekolah.

e. Penyusunan dan penyajian data / statistik sekolah

f. Penyusunan laporan kegiatan tata usaha sekolah.5

E. FASILITAS YANG ADA DI SMA ISLAM SUDIRMAN PARIS

MAGELANG

Keberadaan fasilitas pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap

berhasil atau tidaknya program pendidikan.

(52)

Keadaan fasilitas pendidikan di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang, menurut

pengamatan dan data tentang sarana dan prasarana yang penulis lihat, memberi

gambaran bahwa fasilitas yang ada di SMA Islam Sudirman Magelang lengkap

dan sangat mendukung terhadpa kelancaran proses pendidikan dan pengajaran di

SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.

Untuk menggambarkan keadaan fasilitas yang ada di SMA Islam

Sudirman Pakis Magelang, secara umum penulis akan menyebutkan faslitas-

fasilitas berikut in i:

Sarana belajar, perpusatakaan, perkantoran, laboratorium, koomputer dan biologi,

lapangan olahraga, koprasi, UKS, musholla, kantin, semuanya itu keadaannya

lengkap dan permanen.

Di bawah ini penulis berikan gambaran tentang denah dan tata ruang

SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.6

(53)

USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM

MENANGGULANGI DELINQUENCYDI SMA ISLAM SUDIRMAN

PARIS MAGELANG

A. KEADAAN DELINQUENCY DI SMA ISLAM SUDIRMAN PARIS

MAGELANG

1. Faktor-Faktor Delinquency

Dalam pembahasan mengenai delinquency di SMA Islam Sudirman pakis Magelang ini, berdasarkan penelitian yang penulis

lakukan dengan menggunakan metode angket, observasi, wawancara, dan

dokumentasi kita dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan

adanya delinquency.

Faktor-faktor delinquency yang ada, penulis klasifikasikan ke dalam faktor-faktor internal dan ekstemal. 1

a. Faktor internal

Faktor internal adalah hal-hal yang bersumber dari diri siswa

itu sendiri yang membawa akibat siswa tersebut berbuat

delinquency. Adapun faktor tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut in i:

(54)

DAFTAR FAKTOR DELINQUENCYINTERNAL

No. Faktor

Frekuensi

Kelas X Kelas XI Kelas XII

2006/2007 2006/2007 2006/2007

1. Dibenci gum 1

2. Kecewa karena tidak sesuai jumsan 1

3. Pacaran 1 4 1

4. Nilai selalu rendah 5 2 3

Jumlah 9 6 4

b. Faktor ekstemal

Faktor ekstemal adalah hal-hal yang bersumber dari luar diri

siswa yang mengakibatkan siswa tersebut terdorong untuk berbuat

delinquency. Faktor ekstemal ini dapat diklasifikasikan ke dalam faktor yang bersumber dari keluarga dan faktor yang bersumber dari

masyarakat

1) Faktor yang bersumber dari keluarga

Keluarga merupakan wadah yang pertama-tama dan

merupakan dasar yang fundamentil bagi perkembangan dan

pertumbuhan anak. Kebiasaan dan way o f life orang tua memberikan wama dasar terhadpa pembentukan kepribadian anak.

(55)

2) Faktor yang bersumber dari masyarakat

Adapun faktor delinquency di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang yang bersumber dari keluarga adalah hal-hal yang dapat

dilihat dalam tabel berikut in i:

DAFTAR FAKTOR DELINQUENCY

YANG BERASAL DARI KELUARGA 2

No. Faktor

Frekuensi

Kelas X Kelas XI Kelas XII

2006/2007 2006/2007 2006/2007

1. Kurang perhatian 1 1 2

2. Orang tua bercerai 1

3. Ibu tin 1

4. Keluarga melarang

untuk pacaran 3 1

Jumlah 5 3 2

2. Faktor yang bersumber dari masyarakat

Lingkungan tempat anak berpijak sebagai makhluk sosial ialah

masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri

dari masyarakatnya. Ini sesuai dengan pendapat Gabril Tarde seorang

sosiolog dan kriminolog Perancis, "bahwa semua saling hllbungan SOSial

{social interaction) itu berkisar pada proses contoh mencontoh, dalam sosial. Dengan demikian lingkungan buruk akan cenderung berbuat pada

(56)

Dari proses tersebut ada yang bisa memanfaatkan dengan baik dan

ada pula yang kurang beruntung sehingga teijerumus kedalam pola

pergaulan yang buruk dan menyengsarakan.

Berdasarkan paparan hal-hal tersebut diatas, di SMA Islam

Sudirman Pakis Magelang ada sebagian siswa yang terkena pengaruh

buruk pergaulan, baik antar sesama pelajar, maupun dengan masyarakat

luas, sehingga mereka terdorong untuk berbuat delinquency.

Adapun faktor-faktor delinquency tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini. 2

DAFTAR FAKTOR DELINQUENCYDARI MASYARAKAT

No. Faktor

Frekuensi

Keias X Keias XI Keias XII

2006/2007 2006/2007 2006/2007

1. Salah paham dalam

bergaul 2

2. Rebutan pacar 1

3. Membalas dari sekolah lainserangan 4

4. Benci guru 1 3 1

Jumlah 3 3 6

2. Bentuk-Bentuk Delinquency

Adapun bentuk-bentuk delinquency siswa SMA Islam Sudirman Pakis Magelang adalah sebagai berikut2 :

(57)

No. Bentuk

Frekuensi

Kelas X Kelas XI Kelas XII

2006/2007 2006/2007 2006/2007

1. Terlambat masuk kelas 3 6 5

2. Rambut gondrong 1 3 2

3. Ramai di kelas 3 4 2

4. Merokok di sekolah 1 2 1

5. Tidak menghormati

guru 1 1 1

6. Pakaian tidak rapi 2 4 3

7. Memakai kalung (siswa laki-laki) 1

8. Tidak pulang ke

rumah/kabur 1

9. Tidak masuk sekolah

tanpa keterangan 7 4 4

10. Membolos 4 3 1

(58)

B. TUJUAN USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA ISLAM

SUDIRMAN PAKIS MAGELANG

Usaha Bimbingan dan Konseling di SMA Islam Sudirman Pakis

Magelang memiliki tujuan yang hendak dicapai. Dalam pencapaian tujuan

tersebut telah dimmuskan adanya tujuan yang bersifat umum dan ada yang

bersifat khusus.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum diselenggarakannya kegiatan Bimbingan dan

Konseling di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang adalah untuk

membantu anak / siswa agar tumbuh dan berkembang jiwanya menjadi

pribadi muslim.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMA Islam

Sudirman Pakis Magelang adalah sebagai berikut:

a. Mencegah agar siswa terhindar dari perbuatan buruk.

b. Meneliti tingkah laku perbuatan siswa. Hal-hal yang positif

dikembangkan, sedangkan hal-hal yang negatif berusaha untuk

dihilangkan.

c. Melengkapi kekurangan-kekurangan dan meneruskan hal-hal yang

positif agar hasil yang dicapai selalu positif.3

(59)

C. PELAKSANAAN USAHA BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA

ISLAM SUDIRMAN PARIS MAGELANG

Dalam membahas mengenai pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di

SMA Islam Sudirman Pakis Magelang, penulis mengklasifikasikan

pembahasan melalui perencanaan tenaga pelaksana, fasilitas yang ada, dan

metode.

1. Perencanaan

Setiap program apapun yang mapan tidak terlepas dari adanya

perencanaan yang baik dan mapan pula. Dengan adanya perencanaan

langkah-langkah kegiatan bisa terkontrol dan terkendali.

Adapun rencana kegiatan / keija Bimbingan dan Konseling di

SMA Islam Sudirman Pakis Magelang diantaranya : 4

a. Pemberian informasi

1) Tentang tata tertib sekolah

2) Tentang program SMA

3) Karyawisata

b. Penyuluhan

c. Pertemuan rutin

2. Tenaga Pelaksana

Membahas tentang tenaga pelaksana Bimbingan dan Konseling di

SMA Islam Sudirman Pakis Magelang, ada dua kategori tenaga pelaksana

bimbingan yakni tenaga pelaksana pokok dan tenaga pelaksana pembantu.

(60)

Tenaga pelaksana pokok yaitu Bapak Eko Suharyanto, SH., selaku guru

BP/BK di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang, sedangkan tenaga

pelaksana pembantu yakni wali kelas siswa masing-masing yang

bermasalah / melakukan delinquent.5 3. Fasilitas

Fasilitas Bimbingan dan Konseling di SMA Islam Sudirman Pakis

Magelang, menurut pendapat penulis adalah cukup memadai. Hal itu dapat

dibuktikan dengan tidak adanya hambatan yang berarti yang diakibatkan

oleh tidak adanya fasilitas untuk menunjang kegiatan Bimbingan dan

Konseling Islami di SMA Islam Sudirman Pakis Magelang.

Agar lebih jelasnya pembahasan mengenai fasilitas yang ada, kita

dapat memperhatikan hal-hal berikut in i:

a. Ruang keija

b. Daftar buku administrasi

c. Alat transportasi dan komunikasi. 6

4. Metode

Dalam menanggulangi kasus delinquency yang timbul di kalangan siswa, metode yang digunakan sifatnya kondisional sesuai dengan

permasalahan delinquency yang ada. Sebagai contoh dalam menanggulangi pelanggaran terhadap tata tertib sekolah yang berupa

rambut gondrong ; mula-mula diberi peringatan, lalu dimintai

kesanggupan potong sendiri, kalau kesanggupannya dilanggar, maka

(61)

tindakan BP selanjutnya adalah mencukur rambut siswa tersebut di ruang

keija BP. Begitu pula halnya dengan pelanggaran-pelanggaran yang lain

mengenai tata tertib sekolah ; tindakan BP adalah memberi peringatan

secara bertingkat mulai dari memberi peringatan lisan, peringatan tertulis /

kesanggupan berdasarkan pernyataan tertulis dan akhirnya barn diberi

peringatan yang lebih keras yang sifatnya mendidik.

Untuk menanggulangi kasus yang sifatnya pribadi seperti masalah

pacaran. Masalah dengan keluarga dan lainnya, metode yang digunakan

adalah siswa delinquent diberi pengertian tentang hal-hal yang baik dan buruk dari permasalahan yang sedang dihadapi, dengan demikian siswa

tersebut menyadari tentang kekeliruannya dan berusaha memperbaikinya.

Pembimbing / konselor berusaha mengarahkan yang terbaik.7

D. AN ALISA HASIL PENELITIAN

Setelah data yang dibutuhkan sudah terkumpul melalui beberapa

metode tersebut diatas, kemudian diseleksi dan disusun. Maka tahap

berikutnya adalah menganalisa data tersebut dengan menggunakan metode

analisis kualitatif. Adapun data yang bersifat kuantitatif diubah menjadi data

yang bersifat kualitatif dengan memberikan kriteria-kriteria tertentu pada data

yang akan dianalisis. Kriteria-kriteria tersebut seperti baik, cukup atau sedang,

kurang baik, dan lain-lain sehingga data yang dianalisis dengan metode

analisis kalitatif.

(62)

No. No. Induk Nama L/P

33. 1607 Lia Sabilatul Hidayah P

34. 1610 M. Turhamun L

35. 1613 M. Muid Aditya L

36. 1615 M. Sadali L

37. 1617 M. Sukron Rofik L

38. 1629 Nur Rokhim L

39. 1631 Roni Prasetyo L

40. 1634 Sholikhah Fitriyani P

41. 1637 Tri Eko Pumomo L

42. 1638 Siti Nur Fadhilah P

43. 1647 Yuni Kumiawati P

44. 1648 M. Amri L

45. 1649 M. Afifudin L

46. 1651 Supriyadi L

47. 1654 Umi Latifah P

48. 1655 Amin Taufik L

49. 1589 Ahmad Khudlori L

50. 1658 Ahmad Damanhuri L

51. 1660 Aspuri P

52. 1663 Eli Yasin L

Gambar

tabel berikut ini. 2

Referensi

Dokumen terkait

Siswa dapat membuatnya dalam bentuk tabel.(nilai yang ditanamkan: Toleransi, Disiplin , Demokratis, Rasa Ingin tahu, Semangat kebangsaan, Cinta Tanah Air , Cinta Damai,

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA.. DIREKTORAT JENDERAL MINERAL

Polda Lampung, Kapolda Lampung Irjen Pol Drs Sudjarno buka bersama di Pondok Pesantren Riyadhus Sholihun Kecamatan Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung..

Outsmarting someone or the establishment by retort, response, or comeback artinya mengalah kepintaraan seseorang dengan melontarkan pertanyaan atas

Dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa motivasi kerja dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan dengan kinerja guru, maka disarankan kepada:.. 5.2.1

Pada siklus II materi yang diberikan adalah volume bangun ruang sisi lengkung, yang diberikan selama 6 jam (dalam 3 kali pertemuan).. kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan

result of the research showed that the use of clue words game could improve the students‟ writing skill in the eighth graders in junior high school of SMP N 3

Beban kerja Guru untuk mendidik,. Beban kerja Guru untuk