• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Jenis Makanan pada Anak Sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Jenis Makanan pada Anak Sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016

Perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Jenis Makanan pada Anak Sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali

1)

Ika Pujiati, 2) Yeti Nurhayati, 3) Erlina Windyastuti 1) Mahasiswa SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 3) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Makanan Anak Sekolah Dasar dapat berasal dari makanan yang disediakan di rumah, makanan yang ada di sekolah dan makanan jajanan. Makanan anak di sekolah dapat berasal dari makanan jajanan di kantin atau pedagang kaki lima, makanan bekal yang dibawa dari rumah, dan makanan yang disediakan oleh sekolah melalui penyelenggaraan makanan katering. Konsumsi makanan berperan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak sehingga berpengaruh besar terhadap status gizi untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi ditinjau dari jenis makanan pada anak sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Komparatif. Penelitian dilakukan di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. Pemilihan sampel menggunakan stratified random sampling. Besar sampel berjumlah 92 siswa. Tehnik pengumpulan data menggunakan lembar observasi.

Status gizi mayoritas kategori kurus 69,6% dan jenis makanan katering 50 % di SDIT 1 Arofah, jenis makanan jajan 50% di MIN Boyolali. Hasil perhitungan dengan uji Mann Withney diketahui bahwa nilai p-value 0,95 > 0,05.

Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada perbedaan status gizi ditinjau dari jenis makanan pada anak sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. Penelitian ini dapat memberikan informasi untuk mengetahui dan mempertimbangkan pentingnya jenis makanan dengan status gizi anak sekolah dasar.

(2)

2 STUDY PROGRAM OF NURSING STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016

The difference status of nutrition viewed from types of foods on school children in SDIT Arofah and MIN Boyolali

1)

Ika Pujiati, 2) Yeti Nurhayati, 3) Erlina Windyastuti

1) Student in Nursing study STIKES Kusuma Husada Surakarta

2) Lecturer of Study Program of Nursing STIKES Kusuma Husada Surakarta 3) Lecturer of Study Program of Nursing STIKES Kusuma Husada Surakarta

Food of elementary school children can be from food which is served in the house, school or snacks from the seller. Children Food in the school can be from canteen or street food seller, and food which is brought from the house, or food which is provided by the school through catering partner. Consuming food is important for the growth of physical and intellectual. This research is to know the difference status of nutrition viewed from types of foods on school children in SDIT Arofah and MIN Boyolali .

Research Method used was descriptive comparative. The research was done in SDIT 1 Arofah and MIN Boyolali. Sampling employed was stratified random sampling. The number of sampling was 92 students. Collecting data technique employed was observation.

Nutrition status of majority students was thin 69.6% and catering 50% as the type in SDIT 1 Arofah, for MIN Boyolali for snack as the type of food 50%. Calculating result by Mann Withney test was known that p-value was 0.95>0.05. In conclusion, there was no differences status of nutrition viewed from types of foods on school children in SDIT Arofah and MIN Boyolali. This research informed us to know and consider the important of nutrition status on elementary school children.

(3)

3 PENDAHULUAN

Status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia karena sangat mempengaruhi kecerdasan, produktivitas, dan kreativitas. Dalam upaya peningkatan status gizi pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin pada usia anak sekolah. Pada usia ini, anak berada pada masa awal belajar yang nantinya dapat mempengaruhi proses belajar pada masa yang akan datang. Status gizi anak sekolah perlu diperhatikan untuk menunjang kondisi fisik otak yang merupakan syarat agar anak dapat mempunyai kecerdasan tinggi. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang faktor status gizi pada anak sekolah dasar (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Berdasarkan World Health

Organization (WHO) tahun 2010

memperkirakan bahwa 54% kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Prevalensi anak yang kurus pada anak usia 6-12 tahun sebesar 11,2%. Sedangkan prevalensi kegemukan pada anak usia 6-12 tahun masih tinggi yaitu sebesar 18,8%. Prevalensi anak yang pendek pada anak usia 6-12 tahun sebesar 30,7%. Secara nasional prevalensi status gizi anak usia 6-12 tahun di Indonesia berdasarkan TB/U yaitu sangat pendek sebesar 15,1% dan

pendek sebesar 20,5%. Sedangkan prevalensi status gizi berdasarkan IMT/U yaitu kurus sebesar 7,6% dan gemuk sebesar 9,2%. Sedangkan prevalensi status gizi anak usia 6-12 di Jawa Tengah terdiri dari 5,3% sangat kurus, 8% kurus, 75,8% normal dan 10,9% gemuk (Riskesdas, 2010).

Anak usia 6-12 tahun lebih banyak aktivitasnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga anak perlu energi lebih banyak. Pertumbuhan anak lambat tetapi pasti, sesuai dengan banyaknya makanan yang dikonsumsi anak. Maka dari itu sebaiknya anak diberikan makanan pagi sebelum ke sekolah, agar anak dapat berkonsentrasi pada pelajaran dengan baik dan berprestasi (Soetjiningsih, 2012).

Jenis makanan anak sekolah dapat berasal dari makanan yang disediakan di rumah, makanan yang ada di sekolah dan makanan jajanan. Makanan anak di sekolah dapat berasal dari makanan jajanan di kantin atau pedagang kaki lima, makanan bekal yang dibawa dari rumah, dan makanan yang disediakan oleh sekolah melalui penyelenggaraan makanan katering. Masing-masing makanan tersebut memiliki ketersediaan energi dan zat gizi yang berbeda-beda. Konsumsi makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak sehingga konsumsi

(4)

4 makanan berpengaruh besar terhadap

status gizi anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit (Marmi & Kukuh, 2012).

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 6 Januari 2016 prevalensi status gizi anak usia 6-12 tahun di Kelurahan Siswodipuran terdiri dari 8% sangat kurus, 13,9% kurus, 50,3% normal, 17,8% gemuk (UPTD Puskesma Boyolali 1). Penelitian dilakukan di dua SD/MI yaitu di SDIT Arofah 1 Boyolali dan di Madrasah Ibtidaiah Negeri Boyolali. Sedangkan berdasarkan pengamatan dan wawancara terhadap kepala sekolah dan beberapa guru di SDIT 1 Arofah Boyolali jenis makanan berasal dari makanan yang disediakan oleh sekolah melalui penyelenggaraan makanan katering, sedangkan di MIN Boyolali jenis makanan anak sekolah berasal dari makanan jajanan di kantin atau pedagang kaki lima. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Jenis Makanan pada Anak Sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali ”. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui perbedaan antara status gizi ditinjau dari jenis makanan pada anak sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali.

Tujuan khusus :

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin. 2. Mengetahui jenis makanan pada anak

sekolah dasar di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali.

3. Mengetahui tentang status gizi pada anak sekolah dasar di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali.

4. Menganalisa perbedaan antara status gizi ditinjau dari jenis makanan pada anak sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2016 di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif

Komparatif. Sedangkan Penelitian

komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SDIT 1 Arofah Boyolali dan Madrasah Iptidayah Negri Boyolali. Dengan jumlah populasi SDIT 1 Arofah

(5)

5 Boyolali 388 siswa dan Madrasah

Iptidayah Negri Boyolali 800 siswa. Jadi total siswa SDIT 1 Arofah Boyolali dan Madrasah Iptidayah Negri Boyolali adalah 1.188 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling tehnik ini digunakan bila populasi anggotanya tidak homogen dan berstrata secara proporsioanal. Sampel pada penelitian ini berjumlah 92 siswa.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Dalam pengisian lembar observasi akan diisi oleh peneliti langsung. Lembar observasi status gizi dengan menggunakan indeks masa tubuh (IMT) bersifat terbuka. Lembar observasi yang diisi oleh peneliti terdiri dari umur, jenis kelamin, kelas, tinggi badan, berat badan, IMT, dan jenis makanan katering atau jajan.

Analisis univariat pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden yang meliputi umur, distribusi dan presentase variabel jenis makanan dan status gizi dengan IMT.

Analisa yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan status gizi ditinjau dari jenis makanan pada anak sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah mann

withney. Uji mann withney digunakan

untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal. Interpretasi apabila nilai p < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima artinya ada perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Jenis Makanan pada Anak Sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. dan apabila nilai p ≥ 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak artinya tidak ada perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Jenis Makanan pada Anak Sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden Tabel 1 Karakteristik Responden Menurut Umur ( n = 92 ) Klasifikasi Frekuensi (orang) Presentase (%) 10 tahun 11 tahun 13 68 14,1 73,9 12 tahun 11 12,0 Total 92 100

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 92 responden diketahui bahwa 13 responden berusia 10 tahun (14,1%), 68 responden berusia 11 tahun (73,9%), dan 11 responden berusia 12 tahun (12,0%). Menurut Adriani dan Wirjatmadi (2012) anak sekolah merupakan anak yang berada pada usia sekolah yaitu antara 6-12 tahun. Selain batasan umur, anak usia sekolah juga dikenal sebagai periode

(6)

6 usia pertengahan dan usia masa sekolah.

Hal ini menunjukan periode anak usia sekolah mulai masuk ke lingkungan sekolah (Hockenberry & Wilson, 2009). Pengertian ini didukung pula Potter dan Perry (2009) yang menyatakan bahwa periode usia sekolah dimulai saat anak memasuki sekolah dasar dengan usia enam tahun. Pada usia 12 tahun, anak mengalami pubertas dan menandakan akhir dari masa usia sekolah. WHO dalam Kurniasih dkk (2010), pubertas terjadi pada masa remaja (10-19 tahun). Kesimpulan dapat ditarik bahwa anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun, mulai memasuki kehidupan sekolah dan berakhir menjelang pubertas.

2. Analisa Univariat

Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) ( n = 92 )

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 92 responden diketahui bahwa sebagian

besar status gizi anak adalah kategori kurus sebesar 64 responden (69,6%), kategori normal 21 responden (22,8%), kategori gemuk 5 responden (5,4%) dan kategori obese 2 responden (2,2%). Menurut Sulistiyoningsih (2012) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengunaan zat-zat gizi. Keadaan gizi disebut juga keadaan fisiologis akibat tersedianya zat gizi dalam sel-sel tubuh. Ketersediaan zat gizi bisa bersifat lebih, kurang, buruk atau seimbang (Indra dan Wulandari, 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah produk pangan (jumlah dan jenis makanan), pembagian makanan atau pangan, akseptabilitas (daya terima) menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap makanan yang terkait dengan cara memilih dan menyajikan makanan (Cakrawati dan Mustika, 2012).

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Makanan

Tabel 3 Karakteristik Responden Ber dasa rkan Jeni s Makanan ( n = 92 )

IMT Frekuensi Prosentase (%) Kurus 64 69,6 Normal 21 22,8 Gemuk 5 5,4 Obese 2 2,2 Jumlah 92 100

(7)

7 Berdasarkan hasil penelitian terhadap

92 responden diketahui bahwa 46 responden jenis makanannya adalah katering (50,0%) dan 46 responden jenis makanannya adalah jajan (50,0%). Menurut Yulianti dan Santoso (2005) makanan Anak Sekolah Dasar dapat berasal dari makanan yang disediakan di rumah, makanan yang ada di sekolah dan makanan jajanan. Makanan anak di sekolah dapat berasal dari makanan jajanan di kantin atau pedagang kaki lima, makanan bekal yang dibawa dari rumah, dan makanan yang disediakan oleh sekolah melalui penyelenggaraan makanan katering. Masing-masing makanan tersebut memiliki ketersediaan energi dan zat gizi yang berbeda-beda. Menurut Wirakusumah et. al (2006), tujuan umum penyelenggaraan makananan di sekolah adalah memperbaiki status gizi anak yang pergi ke sekolah tanpa sarapan dan tanpa membawa bekal, meningkatkan kehadiran, memperbaiki prestasi belajar, dan mendukung pendidikan gizi di sekolah. Untuk mencapai tujuan

tersebut, Mukrie (2005) menyebutkan institusi dituntut untuk dapat menyediakan makanan yang baik, memberikan pelayanan yang cepat dan menyenangkan, menyediakan menu seimbang dan bervariasi dengan harga layak dan sesuai dengan pelayanan yang diberikan, serta memiliki standar kebersihan yang baik.

Menurut Irianto, K (2007) makanan jajanan adalah makanan yang banyak ditemukan dipinggir jalan yang dijajakan dalam berbagai bentuk, warna, rasa serta ukuran sehingga menarik minat dan perhatian orang untuk membelinya. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan dan dikonsumsi tanpa persiapan atau pengolahan lebih lanjut (Judarwanto, 2007).

Jajanan kaki lima adalah makanan yang murah, mudah, menarik dan bervariasi. Sebagian besar anak-anak sekolah lebih terpapar pada makanan jajanan kaki lima dan mempunyai kemampuan untuk membeli makanan jajanan tersebut. Jajanan tersebut banyak dijumpai di lingkungan sekolah dan sering dikonsumsi oleh anak-anak Jenis Makanan Frekuensi Prosentase (%) Katering 46 50 Jajan 46 50 jumlah 92 100

(8)

8 sekolah. Anak-anak seringkali tertarik

dengan jajanan sekolah karena warnanya yang menarik perhatian, rasanya yang menggugah selera, dan harganya yang terjangkau (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

3. Analisa Bivariat

Tabel 4 Hasil Uji Bivariat dengan Mann Withney

Hasil perhitungan dengan uji Mann

Withney diketahui bahwa nilai mann

withney (z-hitung) sebesar 0,06 dengan nilai asymp sig (p-value) sebesar 0,95. Dengan menggunakan taraf signifikan (α) sebesar 0,05, ternyata nilai Sig > 0,05, sehingga Ho diterima. Dengan demikian tidak ada perbedaan status gizi ditinjau dari jenis makanan pada murid SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. Faktor-faktor status gizi anak sekolah dasar tidak hanya dari jenis makanan. Seprianti dkk (2015) dalam penelitianya menyatakan bahwa secara garis besar ada tiga faktor utama yang dapat menyebabkan masalah gizi, yaitu faktor penjamu, agens, dan lingkungan. Faktor penjamu meliputi faktor genetik, umur, jenis kelamin, kelompok etnik, keadaan fisiologis, keadaan imunologis,

kebutuhan zat gizi, dan kebiasaan seseorang. Faktor agens meliputi faktor gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam, fisiologi, genetik, psikis, kekuatan fisik, dan biologis atau parasit. Sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik, biologis, sosial, ekonomi, dan budaya. Masalah gizi dapat dilihat dari ketidakseimbangan anatara faktor penjamu, agens, dan lingkungan.

Penyelenggaraan makanan di sekolah biasanya melibatkan katering. Dalam pelaksanaannya proses penyelenggaraan makanan ini memerlukan prinsip-prinsip manajemen agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Makanan yang disajikan dalam penyelenggaraan makan harus dapat menyumbangkan energi 1/3 dari total kebutuhan energi anak (Mahan & Stump 2004).

Kantin atau warung sekolah merupakan salah satu tempat jajan anak sekolah selain penjual jajanan di luar sekolah. Kantin sekolah mempunyai peranan penting dalam mewujudkan pesan-pesan kesehatan dan dapat menentukan perilaku makan siswa sehari-hari melalui penyediaan pangan jajanan di sekolah. Kantin sekolah dapat menyediakan makanan sebagai pengganti makan pagi dan makan siang di rumah serta cemilan dan minuman yang sehat, aman dan bergizi. Keberadaan kantin sekolah memberikan

Z U Sig

(p-value) Status

Gizi

(9)

9 peranan penting karena mampu

menyediakan kurang lebih seperempat konsumsi makanan keluarga karena keberadan peserta didik di sekolah yang cukup lama. Kantin sekolah sehat yang memenuhi standar kesehatan telah ditetapkan sebagai salah satu indikator sekolah sehat (Nuraida, et al. 2009). Dalam satu segi, jajan mempunyai aspek positif dan dalam segi lainya jajan juga bisa bermakna negatif. Rentang waktu antara makan pagi dan makan siang adalah relatif panjang, oleh karena itu anak-anak memerlukan asupan gizi tambahan di antara waktu makan tersebut. Makanan jajanan seringkali lebih banyak mengandung unsur karbohidrat dan hanya sedikit mengandung protein, vitamin, mineral. Akibat ketidaklengkapan gizi dalam makanan jajanan, maka pada dasarnya makanan jajanan tidak dapat mengganti sarapan pagi atau makan siang. Anak-anak yang banyak mengkonsumsi makanan jajanan perutnya akan merasa kenyang karena padatnya kalori yang masuk ke dalam tubuhnya. Sementara gizi seperti protein, vitamin, dan mineral masih sangat kurang (Khomsan 2005). SIMPULAN

1. Usia anak di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali mayoritas responden berusia 11 tahun yaitu sebanyak 68 anak (73,9%), dan mayoritas

berjenis kelaMIN perempuan sebanyak 54 anak (58,7%).

2. Berdasarkan jenis makanan di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali terdapat 46 responden (50%0 dengan jenis makanan katering dan jajan 46 responden (50%).

3. Sebagian besar status gizi dengan menghitung IMT di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali adalah dengan kategori kurus sebanyak 64 anak (69,6%) dan didapatkan juga anak dengan kategori obese sebanya 2 anak (2,2%).

4. Tidak terdapat perbedaan status gizi ditinjau dari jenis makanan pada murid SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali dengan p-value 0,950 > 0,05.

SARAN

1. Bagi Masyarakat

Masyarakat hendaknya

meningkatkan pemahamanya tentang jenis makanan yang mempengaruhi status gizi melalui media cetak maupun elektronik sehingga dapat membantu mengetahui tentang jenis makanan apa yang baik untuk status gizi anak sekolah dasar.

2. Bagi Sekolah Dasar

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada sekolah dasar untuk mengetahui dan mempertimbangkan

(10)

10 pentingnya jenis makanan dengan

status gizi anak sekolah dasar. 3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dan literatur kepustakaan yang dapat memperkaya pengetahuan tentang jenis makanan dan status gizi serta untuk keperluan referensi bagi peserta didik khususnya dalam bidang penelitian. 4. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan jenis makanan dan status gizi pada anak sekolah dasar dengan memperhatikan rekomendasi dari peneliti ini.

5. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pemahamn bagi peneliti tentang jenis makanan dan status gizi pada anak sekolah dasar sehingga dapat mengembangkan penelitian serta dapat mempromosikan hal-hal tentang jenis makanan dan status gizi yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M dan Wirjatmadi, B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana.

. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana.

Cakrawati D & Mustika NH. 2012. Bahan Pangan, Gizi dan

Kesehatan. Bandung :

Alfabeta.

Irianto K. 2014. Ilmu Kesehatan Anak. Bandung : Alfabeta.

Khomsan A. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kurniasih dkk. 2010. Sehat dan Bugar

Berkat Gizi Seimbang. Jakarta

: Gramedia.

Mahan LK, Stump SE. 2004. Krause’s

Food, Nutrition, & Diet

Therapy 11th Edition. USA : Elsevier.

Mukrie, N. A., dkk. 2005. Manajemen

Pelayanan Gizi Institusi.

Jakarta: Dasar Depkes RI. Nuraida et al. 2009. Pedoman menuju

kantin sehat. Bogor: Seafast Center.

Potter, P & Perry, A. (2005). Buku Ajar

Fundamental Keperawatan.

Jakarta : EGC.

Sugiyono. (2006). Statistika Untuk

Penelitian. Bandung :

Alfabeta.

. (2015). Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung :

Alfabeta.

Soetjiningsih., 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

(11)

11 Wirakusumah E dan Pranadji DK. 2006.

Pendidikan Gizi (Proses

Belajar Mengajar [Diktat]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Yulianti, L, & H. Santoso. 2005.

Manajemen Gizi Institusi.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Proyek Peningkatan Pendidikan dan Kejuruan Non Teknik II.

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa diharapkan mengetahui beberapa jenis musik di Indonesia (terutama keroncong dan angklung), memiliki keterampilan bermain angklung dengan lagu-lagu yang sederhana,

Kesimpulan: Setelah dilakukan intervensi fisioterapi dengan menggunakan modalitas berupa Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan terapi latihan pada

Laporan kasus ini mendapatkan hasil yang baik pada 1 kasus neurektomi nasalis posterior disertai septoplasti dengan follow up 1 tahun, dengan perbaikan skor VAS pada gejala

mengenai pengaruh daya hambat ekstrak daun serai pada berbagai konsentrasi terhadap. viabilitas (kemungkinan untuk dapat hidup dari suatu individu) Streptococcus

The stronger of all of those is SFTMIME, which delivers the same functionalities as the App-V client console (handling virtual applications, packages, publishing servers,

Baca petikan di bawah dan pilih jawapan yang betul.

Ada Berita Acara Serah Terima Lembar Jawaban Ujian Nasional (LJUN) dari kepala sekolah/madrasah penyelenggara UN kepada Penyelenggara UN Tingkat

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih jauh tentang Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Garut terutama mengenai kontribusinya