PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17809/A/LL/2013
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN
PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS
BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013
SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 12 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Dasar Tahun Anggaran 2013, perlu menetapkan Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikandan Kebudayaan tentang Petunjuk Pelaksanaan Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Dasar Tahun Anggaran 2013;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 228, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5361);
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270 Telepon No. 5711144 (Hunting)
2
6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4496); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4593);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4863);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaandan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23,
3
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157);
17. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
18. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012;
19. PeraturanPresidenNomor 54 Tahun 2012tentangRencana Kerja Pemerintah Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012Nomor 119);
20. Peraturan Presiden Nomor 84 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Provinsi Papua danProvinsi Papua Barat;
21. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 5/P Tahun 2012;
22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
23. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA); 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2009
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi Khusus (DAK) di Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2010;
25. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2013;
26. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
4
27. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.07/2012 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2013;
28. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 12 Tahun 2013 tentangPetunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Dasar Tahun Anggaran 2013;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN DASARTAHUN ANGGARAN 2013.
Pasal 1
Petunjuk Pelaksanaan Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Dasar Tahun Anggaran 2013 yang selanjutnya dalam Peraturan Sekretaris Jenderal ini disebut Juklak DAK Bidang Pendidikan Dasardan digunakan sebagai pedoman bagi daerah.
Pasal 2
Juklak DAK Bidang Pendidikan Dasar untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama sebagaimana tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Sekretaris Jenderal ini.
Pasal 3
Peraturan Sekretaris Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Lampiran I : Peraturan Sekjen 1
LAMPIRAN I
PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 17809/A/LL/2013
TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA
ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN
ANGGARAN 2013
PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013
I. UMUM
A. Sasaran sekolah dalam program Dana Alokasi Khusus
(DAK)Bidang Pendidikan Dasar tahun anggaran 2013 meliputi: Sekolah Dasar (SD)/Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB).
B. Target yang akan dicapai dalam program DAK Bidang
PendidikanDasar tahun anggaran 2013 untuk masing masing jenjang adalah sebagai berikut :
1. Jenjang SD/SDLB
a. tercapainya kebutuhan ruang kelas yang layak;
b. tersedianya ruang perpustakaan beserta perabotnya;
dan
c. tersedianya peralatan pendidikan yang memadai.
2. Jenjang SMP/SMPLB
a. tersedianya buku teks pelajaran sesuai kurikulum 2013
sehingga seluruh peserta didik kelas VII terpenuhi kebutuhan bukunya;
b. bertambahnya ruang belajar dalam kondisi layak
sebagai tempat terselenggaranya proses belajar
mengajar;
c. bertambahnya Ruang Kelas Baru (RKB) beserta
perabotnya; dan
d. bertambahnya sarana pendidikan penunjang
peningkatan mutu pendidikan.
C. Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan DAK Bidang Pendidikan Dasar
tahun anggaran 2013 meliputi:
1. efisien, berarti harus diusahakan dengan menggunakan dana
Lampiran I : Peraturan Sekjen 2
ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan;
2. efektif, berarti harus sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan;
3. transparan, berarti menjamin adanya keterbukaan yang
memungkinkan masyarakat dapat mengetahui dan
mendapatkan informasi mengenai pengelolaan DAK Bidang Pendidikan Dasar;
4. akuntabel, berarti pelaksanaan kegiatan dapat
dipertanggungjawabkan;
5. kepatutan, yaitu penjabaran program/kegiatan harus
dilaksanakan secara realistis dan proporsional;
6. manfaat, berarti pelaksanaan program/kegiatan yang sejalan
dengan prioritas nasional yang menjadi urusan daerah dalam
kerangka pelaksanaan desentralisasi dan secara riil
dirasakan manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat.
II. PENYALURAN DAN PENGGUNAAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR
A. Mekanisme Penyaluran DAK Bidang Pendidikan Dasar
Penyaluran DAK dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening
Kas Umum Daerah (Kabupaten/Kota) berpedoman pada
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.07/2012
PedomanUmumdanAlokasi Dana AlokasiKhususTahunAnggaran 2013.
Mekanisme dan tata cara mengenai penyaluran dana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
B. Penggunaan DAK Bidang Pendidikan Dasar
1. Jenjang SD/SDLB :
a. Rehabilitasi ruang kelas rusak sedang.
b. Pengadaan sarana prasarana peningkatan mutu
pendidikan terdiri atas:
1) pembangunan ruang perpustakaan beserta
perabotnya;
2) pengadaan sarana untuk peningkatan mutu
pendidikan meliputi:
a) peralatan pendidikan Matematika;
Lampiran I : Peraturan Sekjen 3
(IPA);
c) peralatan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS);
d) peralatan pendidikan Bahasa;
e) peralatan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan;dan/atau
f) peralatan pendidikan Seni Budaya dan
Keterampilan.
c. Alokasi biaya untuk masing-masing kegiatan/komponen
sebagai berikut:
1) Rehabilitasi ruang kelas rusak sedang
a) Jumlah ruang kelas yang direhabilitasi
disesuaikan dengan kebutuhan sekolah
berdasarkan hasil pemetaan sekolah oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota;
b) Besaran biaya rehabilitasi satu ruang kelas
rusak sedang dengan luas 64 m2 (enam puluh
empat meter persegi) dihitung dengan rumus:
Keterangan:
i. N = Jumlah biaya yang diperlukan satu
ruang kelas
ii. Y = Rp. 121.600.000,00 (seratus dua puluh satu juta enam ratus ribu rupiah) yaitu
satuan biaya pembangunan 1 RKB
SD/SDLB (64 m2) dengan IKK = 1,0000
sesuai dengan surat Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
nomor BU.0106-Dc./47 tanggal 21
Februari 2013, tentang Rekomendasi
Penetapan Harga Satuan Bangunan dan
Biaya Konstruksi Fisik untuk
Pembangunan dan Perawatan Sekolah di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2013.
iii. a = Persentase rata-rata tingkat kerusakan ruang kelas pada satu sekolah yang
dihitung berdasarkan analisis tingkat
kerusakan bangunan/ruang (lebih dari 30% dan paling banyak sebesar 45%).
c) Besaran biaya rehabilitasi ruang kelas rusak
Lampiran I : Peraturan Sekjen 4
sedang dengan luas kurang dari 64 m2, dihitung dengan rumus :
Keterangan:
i. N = Jumlah biaya yang diperlukan satu ruang kelas.
ii. Y = Rp. 121.600.000,00 (seratus dua puluh satu juta enam ratus ribu rupiah) yaitu
satuan biaya pembangunan 1 RKB
SD/SDLB (64 m2) dengan IKK = 1,0000
sesuai surat Direktur Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum nomor
BU.0106-Dc./47 tanggal 21 Februari 2013, tentang Rekomendasi Penetapan Harga Satuan Bangunan dan Biaya Konstruksi Fisik untuk Pembangunan dan Perawatan
Sekolah di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Tahun
Anggaran 2013.
iii. n = Luas Ruang Kelas + Luas Selasar.
iv. a = Persentase rata-rata tingkat kerusakan ruang kelas pada satu sekolah yang
dihitung berdasarkan analisis tingkat
kerusakan bangunan/ruang (lebih dari 30% dan paling banyak sebesar 45%).
v. IKK adalah indeks kemahalan konstruksi kabupaten/kota yang bersumber dari buku
kegiatan percepatan penyediaan data
statistik dalam rangka kebijakan dana perimbangan tahun 2012, Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012.
d) Sekolah harus memanfaatkan dana yang telah
diterima secara optimal. Bila seluruh
pekerjaan rehabilitasi ruang kelas yang
disepakati sudah selesai tetapi masih terdapat sisa dana maka sisa dana tersebut harus digunakan untuk merehabilitasi prasarana lain sesuai prioritas sekolah.
2) Pembangunan ruang perpustakaan beserta
perabotnya
a) Jumlah ruang perpustakaan yang dibangun
disesuaikan dengan kebutuhan sekolah
ber-dasarkan hasil pemetaan oleh Dinas
Lampiran I : Peraturan Sekjen 5
Pendidikan Kabupaten/Kota. Kegiatan
pembangunan ruang perpustakaan
menggunakan standar bangunan dengan
konstruksi bangunan tahan gempa;
b) Besaran biaya pembangunan satu unit ruang
perpustakaan (60,8 m2) beserta perabotnya
dihitung dengan rumus:
Keterangan:
i. Standar luas ruang perpustakaan SD
berikut selasar = 60,8 m2, dengan rincian:
Standar luas lahan minimal 72 m2 (9x8)
dengan luas ruang perpustakaan 60,8 m2
yang terdiri atas luas ruang perpustakaan (7x8) m2 ditambah selasar (2x2,4) m2.
ii. N = Jumlah biaya yang diperlukan untuk pembangunan satu ruang perpustakaan. iii. Z = Rp. 115.520.000 (seratus lima belas
juta lima ratus dua puluh ribu rupiah)
yaitu harga satuan bangunan ruang
perpustakaan dengan IKK = 1,0000
dikalikan standar luas bangunan
perpustakaan berikut selasar sesuai
dengan surat Direktur Jenderal Cipta
Karya Kementerian Pekerjaan Umum
nomor BU.0106-Dc./47 tanggal 21
Februari 2013, tentang Rekomendasi
Penetapan Harga Satuan Bangunan dan
Biaya Konstruksi Fisik untuk
Pembangunan dan Perawatan Sekolah di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2013.
iv. IKK adalah indeks kemahalan konstruksi kabupaten/kota yang bersumber dari buku
kegiatan percepatan penyediaan data
statistik dalam rangka kebijakan dana perimbangan tahun 2012, Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012.
v. Rp.13.000.000,00 adalah satuan biaya
pengadaan perabot untuk satu ruang perpustakaan.
c) Sekolah harus memanfaatkan dana yang telah
diterima secara optimal. Bila seluruh
Lampiran I : Peraturan Sekjen 6
pekerjaan pembangunan ruang perpustakaan yang disepakati sudah selesai tetapi masih terdapat sisa dana maka sisa dana tersebut
harus digunakan untuk merehabilitasi/
membangun prasarana lain sesuai prioritas sekolah.
3) Pengadaan Peralatan Pendidikan
Tabel 1.AlokasiBiaya Peralatan Pendidikan Jenjang SD/SDLB
No Kegiatan/Komponen Satuan Alokasi Biaya
1 Peralatan Pendidikan
Matematika
Paket Rp. 9.795.600,-2 Peralatan Pendidikan IPA Paket Rp. 8.300.000,-3 Peralatan Pendidikan IPS Paket Rp.
6.000.000,-4 Peralatan Pendidikan
Bahasa Paket Rp.
10.550.000,-5 Peralatan Pendidikan
Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
Paket Rp.
13.800.000,-6 Peralatan Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan
Paket Rp.
3.500.000,-a) alokasi dana pengadaan peralatan pendidikan
yang ditetapkan merupakan besaran patokan biaya tertinggi yang menjadi dasar acuan bagi pelaksana DAK Bidang Pendidikan Dasar dalam penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
b) pelaksanaan pengadaan peralatan pendidikan
dapat dipilih dari daftar peralatan
sebagaimana dimaksud pada huruf II.B.1.b.2) sesuai kebutuhan sekolah berdasarkan hasil
pemetaan yang dilakukan oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.
d. Proporsi penggunaan meliputi biaya rehabilitasi ruang
kelas dan sarana peningkatan mutu pendidikan dengan rentang proporsi antara 35% sampai dengan 65% sesuai
dengan prioritas kebutuhan pemerintah
kabupaten/kota.
2. Jenjang SMP/SMPLB :
Lampiran I : Peraturan Sekjen 7
pelajaran sesuaikurikulum 2013 sehingga kebutuhan seluruh peserta didik kelas VII terpenuhi kebutuhan bukunya.
b. Apabila masih tersisa alokasi dana maka dapat
digunakan untuk peningkatan prasarana pendidikan dan pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan dengan rentang proporsi antara 35% sampai dengan 65% untuk mencapai 100% sesuai dengan kebutuhan kabupaten/kota:
1) Peningkatan prasarana pendidikan diprioritaskan
untuk rehabilitasi ruang belajar dengan tingkat
kerusakan minimal rusak sedang beserta
perabotnya, pembangunan ruang RKB beserta perabotnya;
2) Bila butir 1) sudah terpenuhi maka sisa dana bisa
digunakan untuk pembangunan ruang
perpustakaan beserta perabotnya, dan
pembangunan ruang belajar lain (RBL) yaitu ruang laboratorium IPA dan/atau ruang laboratorium bahasa beserta perabotnya; dan
3) Jumlah sebagaimana dimaksud pada butir 1) dan
2) tidak boleh lebih dari 65 % dan juga tidak boleh kurang dari 35 % dari proporsi sisa dana alokasi DAK SMP setelah dikurangi untuk pembiayaan pada point II.B.2.a diatas.
4) Peningkatan mutu pendidikan berupa pengadaan
alat pendidikan diprioritaskan untuk peralatan IPS dan peralatan matematika;
5) Bila seluruh sekolah telah memiliki peralatan IPS
dan Matematika maka sisa dana dapat
dipergunakan untuk pengadaan peralatan
laboratorium IPA, peralatan laboratorium Bahasa, dan peralatan olah raga.
6) Jumlahsebagaimana dimaksud pada butir 4) dan 5)
tidak boleh lebih dari 65 % dan juga tidak boleh kurang dari 35 % dari proporsi sisa dana alokasi DAK SMP setelah dikurangi untuk pembiayaan pada point II.B.2.a diatas.
c. Alokasi biaya untuk masing-masing kegiatan/komponen
Lampiran I : Peraturan Sekjen 8
Tabel 2.Alokasi biaya masing-masing kegiatan/komponen
Jenjang SMP/SMPLB
No Kegiatan/Komponen Satuan Alokasi Biaya
1 Rehabilitasi Ruang Belajar Paket Rp.
45.000.000,-2 Ruang Kelas Baru Ruang Rp. 120.000.000,-*)
3 Ruang Perpustakaan Ruang Rp. 210.000.000,-*)
4 Ruang Laboratorium IPA Ruang Rp. 235.000.000,-*)
5 Ruang Laboratorium Bahasa Ruang Rp. 235.000.000,-*)
6 Peralatan Laboratorium IPA Paket Rp.
50.000.000,-7 Peralatan Laboratorium Bahasa Paket Rp.
125.000.000,-8 Peralatan IPS Paket Rp.
9.000.000,-9 Peralatan Olah Raga Paket Rp.
20.000.000,-10 Peralatan Matematika Paket Rp.
6.000.000,-*) Biaya satuan rata rata nasional untuk satu lantai dengan IKK = 1,0.
Untuk pembangunan lebih dari satu lantai maka biaya satuan diatur sebagai berikut:
1) Jika belum ada sama sekali (langsung dibangun 2 lantai) maka harga satuan yang dipakai adalah harga satuan pada tabel 2 di atas ditambah 10% per ruang;
2) Jika sudah ada bangunan lantai dasar yang sudah siap untuk ditingkatkan menjadi dua lantai, maka harga satuan yang dipakai untuk pembanguan lantai kedua harga satuan pada tabel 2 di atas; dan
3) Jika sudah ada bangunan lantai dasar tetapi belum siap untuk ditingkatkan untuk menjadi dua lantai, maka harga satuan yang dipakai untuk pembangunan lantai ke dua adalah harga satuan pada tabel 2 di atas ditambah 20 % Alokasi dana pengadaan peralatan pendidikan yang ditetapkan merupakan besaran patokan biaya tertinggi yang menjadi dasar acuan bagi pelaksana DAK Bidang Pendidikan Dasar dalam penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
C. Pelaksanaan
1. Penggandaan dan distribusi Buku Teks Pelajaran sesuai
kurikulum 2013 menggunakan mekanisme pemilihan
penyedia barang/jasa sesuai Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012.
2. Rehabilitasi ruang kelas rusak sedang untuk jenjang
SD/SDLB, rehabilitasi ruang belajar dengan tingkat
Lampiran I : Peraturan Sekjen 9
SMP/SMPLB, pembangunan RKB beserta perabotnya,
pembangunan ruang perpustakaan beserta perabotnya, atau pembangunan ruang belajar lainnya beserta perabotnya
menggunakan mekanisme Swakelola oleh kelompok
masyarakat di lingkungan sekolah sesuai Pasal 3, Pasal 26, Pasal 28, dan Pasal 31 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 dengan
melibatkan partisipasi masyarakat yang diberi nama Panitia
Pembangunan Sekolah (P2S) sesuai dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah.
3. Pengadaan peralatan pendidikan menggunakan mekanisme
pemilihan penyedia barang/jasa sesuai Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012.
4. Mekanisme pemilihan penyedia barang/jasa bagi
Kabupaten/Kota yang berada di wilayah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat mengacu pada Peraturan Presiden
Nomor 84 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengadaan
Barang/Jasa Dalam Rangka Percepatan Pembangunan
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
III. PERENCANAAN TEKNIS
Mekanisme pengalokasian DAK Bidang Pendidikan Dasar Tahun Anggaran 2013 dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
A. Direktorat Pembinaan SD dan Direktorat Pembinaan SMP,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan sosialisasi DAK Bidang Pendidikan
Tahun Anggaran 2013 kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dan Provinsi;
B. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan pemetaan kondisi
sarana dan prasarana sekolah;
C. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan seleksi terhadap
sekolah calon penerima DAK berdasarkan hasil pemetaan sarana dan prasarana sekolah;
D. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan verifikasi terhadap
sekolah calon penerima DAK;
E. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menetapkan sasaran
Lampiran I : Peraturan Sekjen 10
F. Kepala Daerah Kabupaten/Kota menetapkan sekolah-sekolah
penerima DAK dengan Surat Keputusan atas usulan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
IV. KRITERIA SEKOLAH PENERIMA DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR
A. Jenjang SD/SDLB
1. Kriteria Umum:
a. diprioritaskan bagi sekolah yang memiliki ruang kelas
rusak sedang dan berlokasi di daerah miskin, terpencil, tertinggal dan terbelakang, serta daerah perbatasan dengan negara lain;
b. belum memiliki sarana dan/atau prasarana pendidikan
yang memadai; dan
c. mempunyai potensi berkembang dan mempunyai
jumlah siswa stabil atau meningkat.
2. Kriteria Khusus
a. Rehabilitasi ruang kelas:
1) memiliki ruang kelas rusak sedang (lebih dari 30%
dan paling banyak sebesar 45%, sesuai dengan pasal 18 ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara) ; dan
2) berlokasi di lahan sendiri (milik pemerintah untuk
sekolah negeri, milik yayasan untuk sekolah swasta) yang dibuktikan dengan bukti kepemilikan berupa sertifikat atau surat kepemilikan lain yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.
b. Pembangunan ruang perpustakaan beserta perabotnya:
1) memiliki luas lahan yang cukup untuk membangun
ruang perpustakaan seluas minimal 60,8
m2dan/atau ;
2) jika tidak memiliki lahan yang cukup maka ruang
perpustakaan dapat dibangun bertingkat dengan
ketentuan konstruksi lantai 1 (satu) telah
memenuhi persyaratan untuk bangunan bertingkat yang tidak lebih dari 2 (dua) lantai.
c. Pengadaan peralatan pendidikan
1) memiliki ruang perpustakaan atau sedang
menerima bantuan pembangunan ruang perpus-takaan DAK Bidang Pendidikan TA 2013; dan
Lampiran I : Peraturan Sekjen 11
2) belummemiliki sarana peralatan pendidikan yang
memadai.
B. Jenjang SMP/SMPLB :
1. Kriteria Umum:
a. diprioritaskan bagi sekolah yang berlokasi di daerah
miskin, terpencil, tertinggal dan terbelakang, serta daerah perbatasan dengan negara lain;
b. Sekolah mempunyai jumlah siswa yang cenderung stabil
atau meningkat; dan
c. bagi sekolah swasta memiliki status minimal
terakreditasi.
2. Kriteria Khusus Sekolah penerima DAK untuk Rehabilitasi
Ruang belajar:
a. Sekolah mempunyai potensi berkembang dan dalam tiga
tahun terakhir mempunyai kecenderungan jumlah siswa stabil atau meningkat, kecuali untuk sekolah yang
mengalami kerusakan akibat bencana alam dan
kebakaran;
b. Sekolah dibangun di atas lahan milik sendiri (milik
Pemerintah atau Pemerintah Daerah untuk sekolah negeri dan/atau milik yayasan (untuk sekolah swasta) yang dibuktikan dengan bukti kepemilikan berupa sertifikat atau surat kepemilikan lain yang disahkan oleh pejabat yang berwenang; dan
c. kondisi fisik ruang belajar dengan tingkat kerusakan
lebih besar dari 30%.
d. besarnya alokasi rehabilitasi ruang belajar untuk
tiap-tiap sekolah dapat berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya sesuai kebutuhan berdasarkan hasil pendataan.
e. jumlah paket rehabilitasi ruang belajar yang diterima
sekolah dihitung dengan rumus:
jumlah biaya rehabilitasi untuk seluruh ruang Jumlah Paket =
Alokasi biaya per paket
f. Sekolah harus memanfaatkan dana yang telah diterima
secara optimal. Bila seluruh pekerjaan rehabilitasi ruang belajar yang disepakati sudah selesai tetapi masih terdapat sisa dana maka sisa dana tersebut harus
Lampiran I : Peraturan Sekjen 12
digunakan untuk merehabilitasi prasarana lain sesuai prioritas sekolah.
3. Kriteria Khusus bagi penerima Pembangunan RKB berikut
perabotannya:
a. sekolah mempunyai potensi berkembang (dalam tiga
tahun terakhir mempunyai jumlah siswa stabil atau meningkat);
b. sekolah memiliki rasio kelas : siswa rata-rata lebih besar dari 1:32;
c. memiliki lahan yang luasnya cukup untuk membangun
ruang/gedung RKB dengan ukuran 9 m x 9 m; dan
d. bagi sekolah yang memiliki lahan terbatas, RKB dapat
dibangun bertingkat dengan ketentuan konstruksi
bangunan lantai satu memenuhi persyaratan untuk bangunan bertingkat yang tidak lebih dari 2 lantai.
4. Kriteria Khusus bagi penerima Pembangunan Ruang
Perpustakaan berikut perabotnya:
a. belum memiliki ruang perpustakaan atau sudah
memiliki ruang perpustakaan yang belum standar;
b. memiliki lahan sendiri (milik Pemerintah atau
Pemerintah Daerah untuk sekolah negeri; milik yayasan untuk sekolah swasta) yang cukup untuk membangun ruang perpustakaan;
c. kepemilikan lahan dibuktikan dengan sertifikat atau
surat kepemilikan lain yang disahkan oleh pejabat yang berwenang;
d. pembangunan ruang perpustakaan yang dapat
dilaksanakan adalah berukuran 9 m x 15 m dengan rincian sebagaimana tercantum dalam spesifikasi teknis pada lampiran peraturan ini; dan
e. jika sekolah tidak memiliki lahan yang cukup, maka
ruang perpustakaan dapat dibangun bertingkat dengan ketentuan konstruksi bangunan lantai satu memenuhi persyaratan untuk bangunan bertingkat yang tidak lebih dari 2 lantai.
5. Kriteria Khusus Sekolah Penerima DAK untuk Pembangunan
Ruang Belajar Lainnya (RBL) berikut perabotnya.
a. belum memiliki ruang belajar lainnya yang sesuai
dengan bantuan yang akan diberikan;
b. memiliki luas lahan yang cukup untuk membangun
Lampiran I : Peraturan Sekjen 13
1) Ruang laboratorium IPA dengan ukuran minimal 10
m x 15 m.
2) Ruang laboratorium bahasa dengan ukuran
minimal 10 m x 15 m
c. jika sekolah tidak memiliki lahan yang cukup, maka
ruang dapat dibangun bertingkat dengan ketentuan konstruksi bangunan lantai satu telah memenuhi persyaratan untuk bangunan bertingkat yang tidak lebih dari 2 lantai; dan
d. lahan milik sendiri (milik Pemerintah atau Pemerintah
Daerah untuk sekolah negeri, milik yayasan untuk sekolah swasta) dibuktikan dengan bukti kepemilikan berupa sertifikat atau surat kepemilikan lain yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.
6. Kriteria Khusus Sekolah penerima DAK untuk Pengadaan
Peralatan Peningkatan Mutu Pendidikan:
a. alat Laboratorium IPA, yaitu diperuntukkan bagi sekolah
yang membutuhkan dan belum mempunyai alat
tersebut atau jumlah alat yang dimiliki kurang dari kebutuhan, serta sekolah tersebut mempunyai Ruang Laboratorium IPA;
b. alat Laboratorium Bahasa, yaitu diperuntukkan bagi
sekolah yang membutuhkan dan belum mempunyai peralatan tersebut, serta sekolah tersebut mempunyai ruang untuk digunakan sebagai Laboratorium Bahasa;
c. peralatan IPS, yaitu diperuntukkan untuk sekolah yang
membutuhkan dan belum mempunyai peralatan IPS atau jumlah peralatan yang dimiliki kurang dari kebutuhan;
d. peralatan Matematika, yaitu diperuntukkan untuk
sekolah yang membutuhkan dan belum mempunyai peralatan matematika atau jumlah peralatan yang dimiliki kurang dari kebutuhan; dan
e. peralatan Olah Raga, yaitu diperuntukkan untuk
sekolah yang membutuhkan dan belum mempunyai peralatan olah raga atau jumlah peralatan yang dimiliki kurang dari kebutuhan.
V. PELAYANAN INFORMASI DAN PENGADUAN MASYARAKAT
Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Penanganan Pengaduan
Lampiran I : Peraturan Sekjen 14
mengatur alur informasi pengaduan/temuan masalah agar dapat diterima oleh pihak yang tepat, memastikan bahwa pengelola program akan menindaklanjuti setiap pengaduan yang masuk, memastikan setiap progres penanganan akan didokumentasikan secara jelas, menyediakan bentuk informasi dan data base yang mudah dipahami dan dimengerti.
Informasi, pertanyaan, atau pengaduan dapat disampaikan secara langsung, atau melalui SMS, telepon, surat atau email. Berikut adalah media yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi terhadap program baik yangbersifat masukan/saran, pertanyaan, maupun keluhan, adalah: A. Tingkat Pusat 1. Telepon PIH : 177 Dit. PSD : 021-5725632, 5725643 Dit. PSMP : 021-5725980 2. Faksimil Dit. PSD : 021-5725638, 5725643 Dit. PSMP : 021-5725980 3. Email : Dit. PSD : dakditpsd@yahoo.com Dit. PSMP : dak.smp@kemdikbud.go.id B. Tingkat Provinsi
Kantor Dinas Pendidikan Provinsi
C. Tingkat Kabupaten/Kota
Lampiran II : Pearturan Sekjen 1 LAMPIRAN II
PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 17809/A/LL/2013
TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA
ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN
ANGGARAN 2013
SPESIFIKASI TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN DASAR JENJANG SD/SDLB
BAB I
SPESIFIKASI TEKNIS
REHABILITASI RUANG KELAS RUSAK SEDANG I. PENGELOLAAN DANA
Sebagai bentuk pertanggungjawaban dan akuntabilitas pengelolaan dana, sekolah penerima DAK berkewajiban membuat laporan, baik pada saat penerimaan dana bantuan, realisasi pemanfaatan dana, dan perkembangan pelaksanaan serta hasil rehabilitasi ruang kelas. Laporan tersebut disampaikan ke Bupati/Walikota u.p Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Pada prinsipnya kegiatan pengelolaan dana mencakup pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang sehingga memudahkan proses pelaporan dan pengawasan penggunaan dana. Adapun pengelolan dana antara lain meliputi:
A. Pembukuan
1. Setiap transaksi harus didukung dengan bukti yang sah.
2. Bukti pengeluaran uang dalam sejumlah tertentu harus dibubuhi materai yang cukup, sesuai dengan ketentuan tentang bea materai.
3. Dalam bukti pengeluaran harus jelas uraian mengenai
barang/jasa yang dibayar, tanggal, dan nomor bukti.
4. Realisasi pengadaan barang, dan Jasa yang diterima tidak boleh lebih kecil dari uang yang yang dikeluarkan.
5. Seluruh penerimaan dan pengeluaran uang agar
dicatat/dibukukan dalam buku penerimaan dan pengeluaran.
6. Semua transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran
dibukukan/dicatat sesuai urutan kejadiannya.
7. Setiap akhir bulan, buku tersebut ditutup, dihitung saldonya, dicocokkan dengan saldo fisik uang yang ada, baik di kas atau di bank.
Lampiran II : Pearturan Sekjen 2 8. Buku harian ditulis, penulisan rapih, lengkap dan bersih.
9. Memenuhi semua ketentuan dalam pengelolaan keuangan
termasuk di dalamnya peraturan pajak yang berlaku.
Tata cara pengelolaan keuangan panitia pembangunan secara garis
besar meliputi: pembukuan keuangan, pengelompokan jenis
pengeluaran, cara pengisian buku kas umum, rekapitulasi
pengeluaran, laporan keuangan dan pengarsipan dokumen
keuangan.
B. Dokumen Pendukung Pembukuan
a. Kuitansi/tanda bukti pembayaran/nota/bon asli dari pihak yang menerima pembayaran.
b. Bukti transaksi keuangan lainnya. C. Saldo Pembukuan
Dana yang belum dibutuhkan harus tetap disimpan di Bank, tidak boleh dipindahkan pada rekening lain atau disimpan lain. Jumlah saldo pembukuan setiap harinya tidak lebih dari Rp. 5 juta.
II. STANDAR DAN SPESIFIKASI TEKNIS REHABILITASI RUANG KELAS RUSAK SEDANG
Ruang kelas adalah fasilitas umum yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, bangunan tersebut harus memenuhi standar kenyamanan dan kekuatan yang dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA. Untuk memenuhi standar kenyamanan dan keamanan sebagaimana diatur dalam Permendiknas tersebut, maka proses rehabilitasi ruang kelas harus memenuhi standar dan spesifikasi yang ditetapkan.
A. Standar rehabilitasi ruang kelas
1. Ukuran ruangan menyesuaikan dengan ukuran ruang kelas yang akan direhabilitasi.
2. Tinggi plafon ruangan minimal 3.50 meter dari lantai.
3. Kemiringan atap menyesuaikan dengan jenis penutup atap yang digunakan.
B. Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan
Sambil menunggu cairnya dana, sekolah segera melakukan
persiapkan pelaksanaan rehabilitasi, antara lain:
1. Mempelajari petunjuk teknis secara lebih seksama dan
menyiapkan format-format administrasi, keuangan dan teknis pelaksanaan serta pelaporan;
Lampiran II : Pearturan Sekjen 3 a. Papan informasi ukuran minimal 80 x 120 cm.
b. Papan Informasi dipasang/ditempatkan disekitar lokasi
pekerjaan, mudah dilihat oleh masyarakat/pihak yang
berkepentingan dan tidak terkena/tertimpa air hujan,serta tidak rusak selama pelaksanaan.
3. Papan Informasi paling tidak memuat hal-hal sbb: a. Lokasi pembangunan pada peta site plansekolah,
b. Informasi tentang jenis program, besar dana dan sumber dana, c. Informasi tentang progres pelaksanaan rehabilitasi,
d. Bagan organisasi Panitia dilengkapi dengan nama-nama
anggotanya,
e. Gambar kerja dan rencana biayanya,
f. Jadwal pelaksanaan pekerjaan dan rencana kerja.
4. Mengecek harga bahan, alat bantu kerja dan pemilihan tenaga kerja yang terdiri atas, mandor, tukang dan pekerja.
5. Membuat rencana keselamatan lingkungan saat pekerjaan
dilaksanakan
Dana yang diperlukan untuk pembiayaan kegiatan persiapan harus disediakan oleh sekolah dan tidak boleh dibebankan kepada DAK yang diterima oleh sekolah. Pelaksanaan pekerjaan harus segera dimulai setelah dana DAK dari pemerintah diterima oleh sekolah. C. PelaksanaanPekerjaan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh sekolah pada saat pelaksanaan pekerjaan antara lain:
1. Mencairkan dana sesuai dengan kebutuhan rehabilitasi dan jadual kerja yang telah dibuat;
2. Melaksanakan pembangunan sesuai dengan dokumen teknis yang telah disusun;
3. Mencatat pengeluaran dan pemasukan dicatat dalam Buku Kas Umum (BKU) pembangunan sekolah dengan rapi, dilengkapi bukti-bukti transaksi yang disusun runtut sesuai tanggal kejadiannya, dan mudah diakses/diperiksa oleh pihak-pihak terkait dengan pelaksanaan program;
4. Membuat laporan bulanan pelaksanaan pekerjaan secara disiplin dan tertib sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya (laporan dibuat rangkap dua, rangkap pertama untuk dikirimkan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan yang lain untuk diarsipkan);
5. Membuat dan mengirimkan laporan pertanggunjawaban
pelaksanaan pekerjaan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota antara lain :
Lampiran II : Pearturan Sekjen 4 a. Realisasi kemajuan pekerjaan;
b. Catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan. 6. Sekolah wajib membuat dokumentasi progres selama masa
pelaksanaan pekerjaan, berupa foto-foto kegiatan pembangunan, minimal :
a. Foto kondisi sebelum pembangunan dimulai (0%);
b. Foto pada saat pelaksanaan pembangunan mencapai progres fisik 25%, 50%, dan 75%;
c. Foto kondisi akhir setelah pembangunan selesai dikerjakan (100%).
III. PERSYARATAN TEKNIS REHABILITASI RUANG KELAS RUSAK SEDANG Rehabilitasi ruang kelas mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA, Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Dasar yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2004, dan Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa, dilengkapi dengan, Metode dan Cara Perbaikan Konstruksi yang dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya.
Bangunan sekolah adalah salah satu fasilitas umum yang harus memiliki tingkat keamanan yang tinggi dan memiliki usia pemakaian mínimum 20 tahun. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, dalam pelaksanaan rehabilitasi ruang kelas harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
A. Acuan pedoman pekerjaan dan pemakaian bahan
Peraturan teknis bangunan yang digunakan dalam rehabilitasi ruang kelas adalah peraturan-peraturan tersebut dibawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya:
1. Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA.
2. Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 541/C.C3/Kep/MN/2004, tanggal 30 Desember 2004, tentang Pembakuan Tipe Sekolah Menengah Pertama.
3. Tatacara Perencanaan Bangunan Gedung Sekolah Menengah Umum SNI 03-1730-2002.
4. Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002
5. Tatacara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002
Lampiran II : Pearturan Sekjen 5 7. Tatacara-perencanaan ketahan gempa untuk bangunan gedung,
SNI 03-1726-2003
8. Tatacara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, SNI-03-1727-1989
9. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-2000. 10. Peraturan Plumbing Indonesia (PPI).
11. Petunjuk Perencanaan Penanggulangan Longsoran SNI 03-1962-1990.
12. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja.
13. Peraturan dan ketentuan lain yang berlaku di wilayah Indonesia. B. Komponen Bangunan
1. Pekerjaan Pondasi
Jenis pondasi bermacam-macam tergantung dari kondisi tanah, beban, dan bahan dimana pondasi tersebut akan dibuat.
Jenis pondasi menurut konstruksi yang dapat digunakan: a. Pondasi Dangkal, antara lain fondasi setempat dan menerus b. Pondasi Dalam, antara lain fondasi sumuran, tiang panjang,
dan tiang bor
Jenis pondasi menurut bahan yang digunakan: a. Pondasi pasangan batu bata,
b. Fondasi pasangan batu kali, c. Fondasi beton bertulang, d. Fondasi dari bahan kayu,
e. Fondasi baja antara lain pipa baja, atau gabungan baja dengan beton (komposit)
2. Pekerjaan Struktur
Bagian-bagian bangunan/ruang yang akan dibangun yang merupakan pekerjaan struktur adalah sloof, kolom, balok dan balok ring harus dilaksanakan secara benar sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku. Jenis struktur yang digunakan disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.
Jenis struktur yang dapat digunakan:
a. Struktur beton bertulang (beton mutu K-175, setara dengan campuran 1 PC: 2 PS: 3KR sesuai SNI)
b. Struktur baja dengan tegangan tarik 1400 kg/cm2
c. Struktur baja ringan (sesuai dengan perhitungan struktur, spesifikasi bahan, dan jaminan dari pabrik pembuatnya)
Lampiran II : Pearturan Sekjen 6 d. Struktur kayu disesuaikan dengan SNI yang berlaku
e. Struktur beton untuk bangunan tidak bertingkat:
f. Sloof bangunan ukuran minimal 15/20 dengan tulangan 6 Ø 12
g. Sloof selasar ukuran minimal 15/20 dengan tulangan 4 Ø 12 h. Kolom praktis ukuran minimal 15/15 dengan tulangan 4 Ø 10 i. Kolom struktur ukuran minimal 20/25 dengan tulangan 6 Ø
12
j. Ring balk ukuran minimal 15/20 dengan tulangan 4 Ø 12 k. Balok latai (balok diatas kusen) ukuran minimal 12/15 dengan
tulangan 4 Ø 10
Struktur beton untuk bangunan bertingkat:
Ukuran dan jumlah tulangan untuk sloof, kolom, balok dan plat struktural harus dihitung kekuatannya berdasarkan beban yang bekerja dan mutu bahan yang digunakan, sehingga diperoleh kekuatan struktur yang aman.
Pedoman teknis bahan dan pekerjaan, digunakan peraturan (SNI) yang berlaku.
3. Pekerjaan Dinding
Bahan dinding yang digunakan menyesuaikan kondisi masing-masing daerah. Pada dasarnya apapun bahan material yang digunakan untuk pembuatan dinding, semaksimal mungkin harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna ruangan tersebut.
Apabila dinding bangunan terbuat dari papan kayu, maka hendaknya papan-papan kayu tersebut tersusun dengan rapi, rapat dan kuat sehingga dapat menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pemakai ruangan tersebut serta dapat mengurangi kebisingan atau gangguan suara sehingga aktivitas pada masing-masing ruangan tidak saling mengganggu.
Dinding pada umumnya terbuat dari bata, namun pada daerah-daerah tertentu dinding bangunan dapat dibuat dari bahan lain yang terdapat disekitar lokasi proyek, misalnya.
Jenis dinding yang dapat digunakan :
a. Pasangan batu bata atau batako (tebal minimal 13 cm, termasuk plesteran)
b. Papan kayu (minimal kayu kelas kuat 2, dengan tebal minimal 2 cm)
c. Ferosemen/dinding simpai, dengan tebal minimal 3 cm d. Dinding beton ringan (setara hebel, celcon blockdll)
Lampiran II : Pearturan Sekjen 7 e. Dinding komposit ex pabrik, disesuaikan dengan spesifikasi
bahan, perhitungan kekuatan, jaminan dari pabrik
pembuatnya
Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan, disesuaikan dengan peraturan (SNI) yang berlaku.
4. Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela
Luas total bukaan pintu dan jendela harus memperhatikan kecukupan pencahayaan dalam proses belajar mengajar. Minimal luas total pintu dan jendela yang harus disediakan adalah 20% dari luas total lantai dalam satu bangunan.
Pekerjaan kusen dan daun pintu/jendela merupakan bagian bangunan yang dipasang bersama-sama atau pararel dengan pemasangan dinding, namun demikian karena sifatnya yang peka terhadap gores dan air, maka dalam pemasangannya memerlukan alat-alat bantu dan alat-alat pelindung. Kusen pintu dan jendela
menggunakan bahan kayu, alumunium, baja, atau PVC.
Sedangkan untuk daun pintu dan jendela menggunakan rangka dan panel dari kayu, alumunium, baja, PVC, atau kaca.
Semua pekerjaan kayu yang dicat, harus dimeni dan diplamir terlebih dahulu. Pengecatan dilakukan dengan pelapisan lebih dari satu kali sehinga diperoleh hasil yang baik, rapi, halus dan rata.
Jenis kusen kayu yang digunakan:
Bahan kayu minimal kelas kuat 2 (ukuran jadi minimal 5,5/11
cm).
Jenis daun pintu bila digunakan kayu, maka:
Panel pintu kayu solid minimal kelas kuat 2 (tebal rangka
minimal 3,8 cm, tebal panel pengisi minimal 2,5 cm). Jenis daun jendela bila digunakan kayu, maka:
Bahan kayu minimal kelas kuat 2 (tebal rangka minimal 2,8
cm),
Kaca jendela :
Kaca polos tebal 5 mm.
Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan, diseuaikan dengan peraturan (SNI) yang berlaku.
5. Pekerjaan Kuda-kuda dan Rangka Atap
Pekerjaan Kuda-kuda dan rangka atap merupakan bagian rangka untuk menopang penutup atap. Bentuk atap dan bahan yang digunakan dapat menyesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah, antara lain rangka kayu, rangka baja, dan rangka baja ringan.
Lampiran II : Pearturan Sekjen 8 Jenis bahan untuk rangka atap dan kuda-kuda yang dapat digunakan:
a. Bahan kayu minimal kelas kuat 2, dilapisi bahan anti
rayap/residu,
b. Bahan baja bisa berupa profil siku atau pipa, dengan mutu baja minimal ST 37,
c. Baja ringan, atau bahan lain disesuaikan dengan spesifikasi,
perhitungan, dan jaminan dari pabrik pembuatnya.
Bahan listplang yang digunakan,bila digunakan kayu, maka harus merupakan jenis kelas kuat 2 (tebal minimal 2 cm). Bahan lain bisa digunakan dengan mempertimbangkan faktor ketahanan terhadap cuaca, kertersediaan bahan, dan harga pasar setempat. Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan, disesuaikan dengan peraturan (SNI) yang berlaku.
6. Pekerjaan Penutup Atap
Bahan penutup atap yang digunakan menyesuaikan kondisi masing-masing daerah. Penggunaan bahan penutup atap yang mengandung asbes tidak diperkenankan. Bahan penutup atap yang dapat dipakai:
Genteng (beton atau tanah liat), dipasang di atas reng
Genteng metal (bahan seng, zincalume, baja lapis seng, corrugated
metal sheet) dengan ketebalan minimal 0,28 mm dipasang di atas
rangka atap.
7. Pekerjaan Langit-Langit / Plafon
Plafon atau langit-langit adalah bidang penutup konstruksi atap, sehingga ruang akan terlihat rapih dan terasa lebih segar karena plafon juga berfungsi sebagai isolator radiasi panas matahari dari penutup atap. Ketinggian plafon minimum adalah 3,5 m agar memenuhi kecukupanpenghawaan bagi pengguna ruang yang bersangkutan dan disarankan untuk dicat dengan warna terang. Penggunaan bahan penutup plafon yang mengandung asbes tidak dipekenankan.
Bahan rangka plafonyang dapat dipakai: Kayu kelas kuat 3, ukuran 4/6 dan 6/10, Besi holow (tebal minimal 0,4 mm).
Bahan penutup plafon yang dapat dipakai : a. Tripleks (tebal minimal 4 mm),
b. Papan gipsum (tebal minimal 0,8 mm), c. Papan semen fiber (tebal minimal 4 mm).
Lampiran II : Pearturan Sekjen 9 Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan disesuaikan dengan peraturan (SNI) yang berlaku.
8. Pekerjaan Lantai
Bahan lantai yang digunakan menyesuaikan kondisi masing-masing daerah.
Bahan penutup lantai yang dapat dipakai : a. Keramik ukuran 30x30 cm (KW 1),
b. Lantai teraso, dengan ketebalan lapisan minimal 1 cm, c. Papan kayu kelas kuat 2 (tebal minimal 2 cm).
Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan disesuaikan dengan peratran (SNI) yang berlaku.
9. Pekerjaan Penggantung dan Pengunci
Pekerjaan penggantung berupa engsel-engsel pintu dan jendela, sedangkan pengunci adalah grendel, pengunci untuk pintu, serta hak angin untuk jendela.
Semua bahan yang digunakan minimal harus memenuhi syarat kekuatan dan keawetan sehingga dapat menahan beban dan berfungsi dalam waktu cukup lama. Setiap daun jendela minimal dipasang 2 (dua) buah engsel dan untuk daun pintu dipasang 3 (tiga) buah engsel. Pada daun pintu dipasang pengunci lengkap dengan handelnya, sedangkan pada daun jendela dipasang grendel dan hak angin. Semua pekerjaan harus dilakukan dengan rapi sehingga pintu dan jendela dapat berfungsi dengan sempurna.
10. Pekerjaan Instalasi Listrik
Pada prinsipnya pemasangan instalasi listrik harus benar-benar memenuhi persyaratan teknis, dan semua bahan yang digunakan hendaknya berkualitas baik sehingga dapat berfungsi dengan baik dalam waktu cukup lama. Disamping itu perlu diperhatikan keamanan dan keselamatan bila terjadi genangan air atau banjir. Titik lampu, saklar, stop kontak harus dipasang dengan rapih, mudah dikontrol.Panel sikring ditempatkan pada tempat yang mudah terlihat dan dicapai.
Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan sesuai dengan peraturan (SNI) yang berlaku.
11. Pekerjaan Plumbing dan Drainasi
Pekerjaan plumbing dan drainasi disini dimaksudkan adalah seluruh pekerjaan pengadaan sumber air bersih, pemasangan pemipaannya dan air kotor dan wastafel, pemasangan kran-kran dan wastafel/zink termasuk dalam hal ini adalah penyaluran air
Lampiran II : Pearturan Sekjen 10 hujan secara sistematis sehingga tidak mengganggu kenyamanan pemakai atau merusak konstruksi bangunan.
Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan sesuai dengan peraturan (SNI) yang berlaku.
12. Pekerjaan Finishing dan Perapihan
Pekerjaan finishing meliputi pekerjaan antara lain: pengecatan dinding, pengecatan plafon, pengecatan pintu dan jendela, pengecatan listplang. Sedangkan pekerjaan perapihan pada dasarnya merupakan penyempurnaan atau perapihan pekerjaan yang telah selesai namun masih diperlukan penyempurnaan. Sebagai contoh, misalnya terdapat pintu yang tidak dapat dibuka/tutup dengan sempurna; jika terdapat cat yang masih kurang rata, plesteran retak-retak, dan sebagainya.
Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan sesuai dengan peraturan (SNI) yang berlaku.
IV. STANDAR CONTOH RANCANGAN TEKNIS PEMBANGUNAN RKB
Rancangan Teknis pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007. Untuk memperkirakan standar biaya bangunan gedung SD, maka dibuatlah rancangan teknis bangunan SD yang terdiri atas 3 (tiga) ruang kelas sehingga diperoleh rencana anggaran biaya (RAB) bangunan.
RAB yang dihitung ditetapkan sebagai pagu dana untuk menghitung biaya rehabilitasi ruang kelas rusak sedang di seluruh Indonesia.
Lampiran II : Pearturan Sekjen 17 BAB II
CONTOHSPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN
I. Pengelolaan Dana
Sebagai bentuk pertanggungjawaban dan akuntabilitas pengelolaan dana, sekolah penerima DAK berkewajiban membuat laporan, baik pada saat penerimaan dana bantuan, realisasi pemanfaatan dana,
dan perkembangan pelaksanaan serta hasil pembangunan
perpustakaan. Laporan tersebut disampaikan ke Bupati/Walikota u.p Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota.
Pada prinsipnya kegiatan pengelolaan dana mencakup pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang sehingga memudahkan proses pelaporan dan pengawasan penggunaan dana. Adapun pengelolan dana antara lain meliputi:
A. Pembukuan
a. Setiap transaksi harus didukung dengan bukti yang sah. b. Bukti pengeluaran uang dalam sejumlah tertentu harus
dibubuhi materai yang cukup, sesuai dengan ketentuan tentang bea materai.
c. Dalam bukti pengeluaran harus jelas uraian mengenai barang/jasa yang dibayar, tanggal, dan nomor bukti.
d. Realisasi pengadaan barang, dan Jasa yang diterima tidak boleh lebih kecil dari uang yang yang dikeluarkan.
e. Seluruh penerimaan dan pengeluaran uang agar
dicatat/dibukukan dalam buku penerimaan dan
pengeluaran.
f. Semua transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran
dibukukan/dicatat sesuai urutan kejadiannya.
g. Setiap akhir bulan, buku tersebut ditutup, dihitung
saldonya, dicocokkan dengan saldo fisik uang yang ada, baik di kas atau di bank.
h. Buku harian ditulis, penulisan rapih, lengkap dan bersih.
i. Memenuhi semua ketentuan dalam pengelolaan keuangan
termasuk di dalamnya peraturan pajak yang berlaku.
Tata cara pengelolaan keuangan panitia pembangunan secara garis besar meliputi: pembukuan keuangan, pengelompokan jenis pengeluaran, cara pengisian buku kas umum, rekapitulasi pengeluaran, laporan keuangan dan pengarsipan dokumen keuangan.
Lampiran II : Pearturan Sekjen 18
B. Dokumen Pendukung Pembukuan
a. Kuitansi/tanda bukti pembayaran/nota/bon asli dari pihak yang menerima pembayaran.
b. Bukti transaksi keuangan lainnya.
C. Saldo Pembukuan
Dana yang belum dibutuhkan harus tetap disimpan di Bank, tidak boleh dipindahkan pada rekening lain atau disimpan lain. Jumlah saldo pembukuan setiap harinya tidak lebih dari Rp. 5 juta.
II. STANDAR DAN SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR
Perpustakaan adalah fasilitas umum yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, bangunan tersebut harus memenuhi standar kenyamanan dan kekuatan yang dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA. Untuk memenuhi standar kenyamanan dan keamanan sebagaimana diatur dalam Permendiknas tersebut, maka dalam proses pembangunan ruang perpustakaan harus memenuhi standar dan spesifikasi yang ditetapkan.
A. Standar pembangunan perpustakaan.
1. Luas ruang minimal 56 m2 dengan lebar minimal 5 m. 2. Lebar teras 2.00 m, dengan lebar teritisan 1.00 m. 3. Tinggi plafon ruangan minimal 3.50 meter dari lantai.
4. Kemiringan atap menyesuaikan dengan jenis penutup atap yang digunakan.
5. Dapat dibangun secara berdiri sendiri, menempel pada
ruang/bangunan yang sudah ada (lama), atau dibangun di atas ruang/bangunan lantai 1 (struktur bangunan lantai satu sudah disiapkan untuk bangunan 2 lantai dengan menggunakan dana
selain DAK tahun anggaran 2013). B. Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan
Sambil menunggu cairnya dana, sekolah segera melakukan persiapan pelaksanaan rehabilitasi, antara lain:
1. Mempelajari petunjuk teknis secara lebih seksama dan
menyiapkan format-format administrasi, keuangan dan teknis pelaksanaan serta pelaporan;
2. Membuat papan informasi, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Papan informasi ukuran minimal 80 x 120 cm.
Lampiran II : Pearturan Sekjen 19
b. Papan Informasi dipasang/ditempatkan disekitar lokasi
pekerjaan, mudah dilihat oleh masyarakat/pihak yang
berkepentingan dan tidak terkena/tertimpa air hujan,serta tidak rusak selama pelaksanaan.
3. Papan Informasi paling tidak memuat hal-hal sbb: a. Lokasi pembangunan pada peta site plan sekolah,
b. Informasi tentang jenis program, besar dana dan sumber dana, c. Informasi tentang progres pelaksanaan rehabilitasi,
d. Bagan organisasi Panitia dilengkapi dengan nama-nama anggotanya,
e. Gambar kerja dan rencana biayanya,
f. Jadwal pelaksanaan pekerjaan dan rencana kerja.
4. Mengecek harga bahan, alat bantu kerja dan pemilihan tenaga kerja yang terdiri atas, mandor, tukang dan pekerja.
5. Membuat rencana keselamatan lingkungan saat pekerjaan dilaksanakan
Dana yang diperlukan untuk pembiayaan kegiatan persiapan harus disediakan oleh sekolah dan tidak boleh dibebankan kepada DAK yang diterima oleh sekolah. Pelaksanaan pekerjaan harus segera dimulai setelah dana DAK dari pemerintah diterima oleh sekolah. C. Pelaksanaan Pekerjaan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh sekolah pada saat pelaksanaan pekerjaan antara lain:
1. Mencairkan dana sesuai dengan kebutuhan rehabilitasi dan jadual kerja yang telah dibuat;
2. Melaksanakan pembangunan sesuai dengan dokumen teknis yang telah disusun;
3. Mencatat pengeluaran dan pemasukan dicatat dalam Buku Kas Umum (BKU) pembangunan sekolah dengan rapi, dilengkapi bukti-bukti transaksi yang disusun runtut sesuai tanggal kejadiannya, dan mudah diakses/diperiksa oleh pihak-pihak terkait dengan pelaksanaan program;
4. Membuat laporan bulanan pelaksanaan pekerjaan secara disiplin dan tertib sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya (laporan dibuat rangkap dua, rangkap pertama untuk dikirimkan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan yang lain untuk diarsipkan);
5. Membuat dan mengirimkan laporan pertanggunjawaban
pelaksanaan pekerjaan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota antara lain :
Lampiran II : Pearturan Sekjen 20 b. Catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan. 6. Sekolah wajib membuat dokumentasi progres selama masa
pelaksanaan pekerjaan, berupa foto-foto kegiatan pembangunan, minimal :
a. Foto kondisi sebelum pembangunan dimulai (0%);
b. Foto pada saat pelaksanaan pembangunan mencapai progres fisik 25%, 50%, dan 75%;
c. Foto kondisi akhir setelah pembangunan selesai dikerjakan (100%).
III. PERSYARATAN TEKNIS PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN
Pembangunan perpustakaan mengacu pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA, Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Dasar yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2004, dan Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa, dilengkapi dengan, Metode dan Cara Perbaikan Konstruksi yang dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya.
Bangunan sekolah adalah salah satu fasilitas umum yang harus memiliki tingkat keamanan yang tinggi dan memiliki usia pemakaian
mínimum 20 tahun. Untuk memenuhi persyaratan tersebut,
pelaksanaan pembangunan perpustakaan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
A. Acuan pedoman pekerjaan dan pemakaian bahan
Peraturan teknis bangunan yang digunakan dalam pembangunan perpustakaan adalah peraturan-peraturan tersebut dibawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya:
1. Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA.
2. Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 541/C.C3/Kep/MN/2004, tanggal 30 Desember 2004, tentang Pembakuan Tipe Sekolah Menengah Pertama.
3. Tatacara Perencanaan Bangunan Gedung Sekolah Menengah Umum SNI 03-1730-2002.
4. Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002
5. Tatacara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002
Lampiran II : Pearturan Sekjen 21 7. Tatacara-perencanaan ketahan gempa untuk bangunan gedung,
SNI 03-1726-2003
8. Tatacara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, SNI-03-1727-1989
9. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-2000. 10. Peraturan Plumbing Indonesia (PPI).
11. Petunjuk Perencanaan Penanggulangan Longsoran SNI 03-1962-1990.
12. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja.
13. Peraturan dan ketentuan lain yang berlaku di wilayah Indonesia. B. Komponen Bangunan
1. Pekerjaan Pondasi
Jenis pondasi bermacam-macam tergantung dari kondisi tanah, beban, dan bahan dimana pondasi tersebut akan dibuat.
Jenis pondasi menurut konstruksi yang dapat digunakan: a. Pondasi Dangkal, antara lain fondasi setempat dan menerus
b. Pondasi Dalam, antara lain fondasi sumuran, tiang panjang,
dan tiang bor
Jenis pondasi menurut bahan yang digunakan: a. Pondasi pasangan batu bata,
b. Fondasi pasangan batu kali, c. Fondasi beton bertulang, d. Fondasi dari bahan kayu,
e. Fondasi baja antara lain pipa baja, atau gabungan baja dengan beton (komposit)
2. Pekerjaan Struktur
Bagian-bagian bangunan/ruang yang akan dibangun yang merupakan pekerjaan struktur adalah sloof, kolom, balok dan balok ring harus dilaksanakan secara benar sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku. Jenis struktur yang digunakan disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.
Jenis struktur yang dapat digunakan:
a. Struktur beton bertulang (beton mutu K-175, setara dengan campuran 1 PC: 2 PS: 3KR sesuai SNI)
b. Struktur baja dengan tegangan tarik 1400 kg/cm2
c. Struktur baja ringan (sesuai dengan perhitungan struktur, spesifikasi bahan, dan jaminan dari pabrik pembuatnya)
Lampiran II : Pearturan Sekjen 22 d. Struktur kayu disesuaikan dengan SNI yang berlaku
e. Struktur beton untuk bangunan tidak bertingkat:
f. Sloof bangunan ukuran minimal 15/20 dengan tulangan 6 Ø 12
g. Sloof selasar ukuran minimal 15/20 dengan tulangan 4 Ø 12 h. Kolom praktis ukuran minimal 15/15 dengan tulangan 4 Ø 10 i. Kolom struktur ukuran minimal 20/25 dengan tulangan 6 Ø
12
j. Ring balk ukuran minimal 15/20 dengan tulangan 4 Ø 12 k. Balok latai (balok diatas kusen) ukuran minimal 12/15
dengan tulangan 4 Ø 10
Struktur beton untuk bangunan bertingkat:
Ukuran dan jumlah tulangan untuk sloof, kolom, balok dan plat struktural harus dihitung kekuatannya berdasarkan beban yang bekerja dan mutu bahan yang digunakan, sehingga diperoleh kekuatan struktur yang aman.
Pedoman teknis bahan dan pekerjaan, digunakan peraturan (SNI) yang berlaku.
3. Pekerjaan Dinding
Bahan dinding yang digunakan menyesuaikan kondisi masing-masing daerah. Pada dasarnya apapun bahan material yang digunakan untuk pembuatan dinding, semaksimal mungkin harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna ruangan tersebut.
Apabila dinding bangunan terbuat dari papan kayu, maka hendaknya papan-papan kayu tersebut tersusun dengan rapi, rapat dan kuat sehingga dapat menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pemakai ruangan tersebut serta dapat mengurangi kebisingan atau gangguan suara sehingga aktivitas pada masing-masing ruangan tidak saling mengganggu.
Dinding pada umumnya terbuat dari bata, namun pada daerah-daerah tertentu dinding bangunan dapat dibuat dari bahan lain yang terdapat disekitar lokasi proyek, misalnya.
Jenis dinding yang dapat digunakan :
a. Pasangan batu bata atau batako (tebal minimal 13 cm, termasuk plesteran)
b. Papan kayu (minimal kayu kelas kuat 2, dengan tebal minimal 2 cm)
c. Ferosemen/dinding simpai, dengan tebal minimal 3 cm d. Dinding beton ringan (setara hebel, celcon blockdll)
Lampiran II : Pearturan Sekjen 23 e. Dinding komposit ex pabrik, disesuaikan dengan spesifikasi
bahan, perhitungan kekuatan, jaminan dari pabrik
pembuatnya
Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan, disesuaikan dengan peraturan (SNI) yang berlaku.
4. Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela
Luas total bukaan pintu dan jendela harus memperhatikan kecukupan pencahayaan dalam proses belajar mengajar. Minimal luas total pintu dan jendela yang harus disediakan adalah 20% dari luas total lantai dalam satu bangunan.
Pekerjaan kusen dan daun pintu/jendela merupakan bagian bangunan yang dipasang bersama-sama atau pararel dengan pemasangan dinding, namun demikian karena sifatnya yang peka terhadap gores dan air, maka dalam pemasangannya memerlukan alat-alat bantu dan alat-alat pelindung. Kusen pintu dan jendela
menggunakan bahan kayu, alumunium, baja, atau PVC.
Sedangkan untuk daun pintu dan jendela menggunakan rangka dan panel dari kayu, alumunium, baja, PVC, atau kaca.
Semua pekerjaan kayu yang dicat, harus dimeni dan diplamir terlebih dahulu. Pengecatan dilakukan dengan pelapisan lebih dari satu kali sehinga diperoleh hasil yang baik, rapi, halus dan rata.
Jenis kusen kayu yang digunakan:
Bahan kayu minimal kelas kuat 2 (ukuran jadi minimal 5,5/11
cm).
Jenis daun pintu bila digunakan kayu, maka:
Panel pintu kayu solid minimal kelas kuat 2 (tebal rangka
minimal 3,8 cm, tebal panel pengisi minimal 2,5 cm). Jenis daun jendela bila digunakan kayu, maka:
Bahan kayu minimal kelas kuat 2 (tebal rangka minimal 2,8
cm),
Kaca jendela :
Kaca polos tebal 5 mm.
Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan, diseuaikan dengan peraturan (SNI) yang berlaku.
5. Pekerjaan Kuda-kuda dan Rangka Atap
Pekerjaan Kuda-kuda dan rangka atap merupakan bagian rangka untuk menopang penutup atap. Bentuk atap dan bahan yang digunakan dapat menyesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah, antara lain rangka kayu, rangka baja, dan rangka baja ringan.
Lampiran II : Pearturan Sekjen 24 Jenis bahan untuk rangka atap dan kuda-kuda yang dapat digunakan:
a. Bahan kayu minimal kelas kuat 2, dilapisi bahan anti
rayap/residu,
b. Bahan baja bisa berupa profil siku atau pipa, dengan mutu baja minimal ST 37,
c. Baja ringan, atau bahan lain disesuaikan dengan spesifikasi,
perhitungan, dan jaminan dari pabrik pembuatnya.
Bahan listplang yang digunakan,bila digunakan kayu, maka harus merupakan jenis kelas kuat 2 (tebal minimal 2 cm). Bahan lain bisa digunakan dengan mempertimbangkan faktor ketahanan terhadap cuaca, kertersediaan bahan, dan harga pasar setempat. Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan, disesuaikan dengan peraturan (SNI) yang berlaku.
6. Pekerjaan Penutup Atap
Bahan penutup atap yang digunakan menyesuaikan kondisi masing-masing daerah. Penggunaan bahan penutup atap yang mengandung asbes tidak diperkenankan. Bahan penutup atap yang dapat dipakai:
Genteng (beton atau tanah liat), dipasang di atas reng
Genteng metal (bahan seng, zincalume, baja lapis seng, corrugated
metal sheet) dengan ketebalan minimal 0,28 mm dipasang di atas
rangka atap.
7. Pekerjaan Langit-Langit / Plafon
Plafon atau langit-langit adalah bidang penutup konstruksi atap, sehingga ruang akan terlihat rapih dan terasa lebih segar karena plafon juga berfungsi sebagai isolator radiasi panas matahari dari penutup atap. Ketinggian plafon minimum adalah 3,5 m agar memenuhi kecukupanpenghawaan bagi pengguna ruang yang bersangkutan dan disarankan untuk dicat dengan warna terang. Penggunaan bahan penutup plafon yang mengandung asbes tidak dipekenankan.
Bahan rangka plafonyang dapat dipakai: Kayu kelas kuat 3, ukuran 4/6 dan 6/10, Besi holow (tebal minimal 0,4 mm).
Bahan penutup plafon yang dapat dipakai : a. Tripleks (tebal minimal 4 mm),
b. Papan gipsum (tebal minimal 0,8 mm), c. Papan semen fiber (tebal minimal 4 mm).
Lampiran II : Pearturan Sekjen 25 Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan disesuaikan dengan peraturan (SNI) yang berlaku.
8. Pekerjaan Lantai
Bahan lantai yang digunakan menyesuaikan kondisi masing-masing daerah.
Bahan penutup lantai yang dapat dipakai : a. Keramik ukuran 30x30 cm (KW 1),
b. Lantai teraso, dengan ketebalan lapisan minimal 1 cm, c. Papan kayu kelas kuat 2 (tebal minimal 2 cm).
Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan disesuaikan dengan peratran (SNI) yang berlaku.
9. Pekerjaan Penggantung dan Pengunci
Pekerjaan penggantung berupa engsel-engsel pintu dan jendela, sedangkan pengunci adalah grendel, pengunci untuk pintu, serta hak angin untuk jendela.
Semua bahan yang digunakan minimal harus memenuhi syarat kekuatan dan keawetan sehingga dapat menahan beban dan berfungsi dalam waktu cukup lama. Setiap daun jendela minimal dipasang 2 (dua) buah engsel dan untuk daun pintu dipasang 3 (tiga) buah engsel. Pada daun pintu dipasang pengunci lengkap dengan handelnya, sedangkan pada daun jendela dipasang grendel dan hak angin. Semua pekerjaan harus dilakukan dengan rapi sehingga pintu dan jendela dapat berfungsi dengan sempurna.
10. Pekerjaan Instalasi Listrik
Pada prinsipnya pemasangan instalasi listrik harus benar-benar memenuhi persyaratan teknis, dan semua bahan yang digunakan hendaknya berkualitas baik sehingga dapat berfungsi dengan baik dalam waktu cukup lama. Disamping itu perlu diperhatikan keamanan dan keselamatan bila terjadi genangan air atau banjir. Titik lampu, saklar, stop kontak harus dipasang dengan rapih, mudah dikontrol.Panel sikring ditempatkan pada tempat yang mudah terlihat dan dicapai.
Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan sesuai dengan peraturan (SNI) yang berlaku.
11. Pekerjaan Plumbing dan Drainasi
Pekerjaan plumbing dan drainasi disini dimaksudkan adalah seluruh pekerjaan pengadaan sumber air bersih, pemasangan pemipaannya dan air kotor dan wastafel, pemasangan kran-kran dan wastafel/zink termasuk dalam hal ini adalah penyaluran air
Lampiran II : Pearturan Sekjen 26 hujan secara sistematis sehingga tidak mengganggu kenyamanan pemakai atau merusak konstruksi bangunan.
Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan sesuai dengan peraturan (SNI) yang berlaku.
12. Pekerjaan Finishing dan Perapihan
Pekerjaan finishing meliputi pekerjaan antara lain: pengecatan dinding, pengecatan plafon, pengecatan pintu dan jendela, pengecatan listplang. Sedangkan pekerjaan perapihan pada dasarnya merupakan penyempurnaan atau perapihan pekerjaan yang telah selesai namun masih diperlukan penyempurnaan. Sebagai contoh, misalnya terdapat pintu yang tidak dapat dibuka/tutup dengan sempurna; jika terdapat cat yang masih kurang rata, plesteran retak-retak, dan sebagainya.
Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan sesuai dengan peraturan (SNI) yang berlaku.
V. STANDAR DAN SPESIFIKASI TEKNIS PERABOT RUANG
PERPUSTAKAAN
A. Standar Perabot Ruang Perpustakaan
Persyaratan perabot ruang perpustakaan harus memenuhi
Standarisasi Perabot Sekolah Dasar Tahun 2005, meliputi: 1. Kualitas
2. Keamanan penggunaan
3. Kenyamanan dalam penggunaan
4. Kemudahan dalam pemakaian
5. Kemudahan dalam pemeliharaan
6. Kemudahan dalam perbaikan
Untuk memenuhi persyaratan kenyamanan dan kemudahan dalam penggunaan serta kemudahan dalam pemeliharaan, maka ukuran standar ditentukan sebagai berikut:
1. Ukuran standar perabot perpustakaan
NO JENIS PERABOT P (cm) L (cm) T (cm) KET 1 Rak buku 120 a = 35 b = 45 180
2 Meja baca siswa 53 35 26
3 Meja ½ biro 120 70 75
4 Meja komputer 120 70 75
5 Meja pengolahan 120 70 75
6 Kursi kerja 45 40 43
Lampiran II : Pearturan Sekjen 27 B. Spesifikasi Teknis Perabot Perpustakaan
1. Spesifikasi teknis perabot perpustakaan a. Rak buku
1) Bahan menggunakan papan tebal 2 cm atau multiplek tebal 18 mm. untuk merapikan bagian tepi, dapat ditutup dengan vinil atau vinir jati dengan menggunakan lem kayu.
2) Sambungan menggunakan paku skrup yang diperkuat dengan lem kayu
3) Finishing menggunakan cat atau politur dengan warna yang serasi
b. Meja baca siswa
1) Bahan untuk rangka menggunakan kayu atau rotan dengan
daun meja dari papan atau multiplek tebal 18 mm.
2) Sambungan menggunakan konstruksi lubang dan pen yang diperkuat dengan pasak dan lem kayu
3) Finishing menggunakan cat/politur dengan warna yang serasi
c. Meja ½ biro
1) Bahan menggunakan papan kayu tebal 20 mm atau multiplek tebal 18 mm.
2) Sambungan menggunakan dengan paku atau sekrup yang diperkuat dengan lem kayu
3) Finishing menggunakan cat/politur dengan warna yang serasi
d. Meja komputer
1) Bahan menggunakan papan kayu tebal 20 mm atau multiplek tebal 18 mm.
2) Sambungan menggunakan konstruksi dengan paku atau sekrup yang diperkuat dengan lem kayu.
3) Finishing menggunakan politur dengan warna yang serasi e. Kursi kerja
1) Bahan untuk rangka menggunakan kayu atau rotan dengan dudukan dan sandaran dari papan kayu kelas II dengan tebal 18 mm atau rotan.
2) Sambungan menggunakan konstruksi lubang dan pen yang diperkuat dengan pasak dan lem kayu. Sedangkan untuk rangka berbahan rotan menggunakan sambungan yang sesuai.