• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI PENSKALAAN RESPON KUESIONER MOTIVASI BELAJAR (SUATU STUDI UJICOBA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SERIRIT) Oleh I Gusti Ngurah Puger 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI PENSKALAAN RESPON KUESIONER MOTIVASI BELAJAR (SUATU STUDI UJICOBA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SERIRIT) Oleh I Gusti Ngurah Puger 1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

UJI PENSKALAAN RESPON KUESIONER MOTIVASI BELAJAR

(SUATU STUDI UJICOBA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SERIRIT) Oleh I Gusti Ngurah Puger1

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan kuesioner motivasi belajar sebagai instrumen penelitian bila dikaji dari penskalaan responnya. Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluasi. Responden penelitian ini berjumlah 200 siswa yang pemi-lihannya menggunakan purposif sampling. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, digunakan instrumen berupa kuesioner motivasi belajar. Analisis data menggunakan formula Edwards. Hasil analisis data dengan menggunakan formula Edwards menunjukkan: 1) sebanyak 32 butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar (yakni butir nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, dan 40) ter-masuk kategori diterima. Artinya, ke-32 butir yang terter-masuk kate-gori diterima dapat digunakan sebagai instrumen penelitian variabel motivasi belajar, dan 2) sebanyak 4 butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar (yakni butir nomor 13, 28, 29, dan 34) termasuk kategori ditolak. Artinya, ke-4 butir yang termasuk kategori ditolak harus dibuang atau tidak boleh digunakan sebagai instrumen pene-litian variabel motivasi belajar. Berdasarkan temuan dalam peneliti-an ini dapat disimpulkpeneliti-an bahwa dari 36 butir kuesioner ypeneliti-ang disebar-kan kepada responden, ternyata hanya 32 butir yang diterima dalam uji penskalaan respon, yakni butir nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, dan 40; dan empat butir dalam kategori ditolak, yakni butir nomor: 13, 28, 29, dan 34.

Kata kunci: Penskalaan, respon, dan motivasi. I. Pendahuluan

Bilamana kita berbicara tentang tes, maka terlebih dahulu harus diketahui mengenai ‘apa yang disebut dengan tes?’ Berbagai definisi tentang tes telah dikemukakan oleh ahli-ahli dalam bidang evaluasi pendidikan. Salah satu definisi tes yang dikemukakan oleh Cronbach menyatakan bahwa sebuah tes merupakan prosedur sistematis untuk mengamati perilaku seseorang dan menjelaskan perilaku tersebut dengan alat skala numerik atau sistem kategori (Fernandes, 1984).

1

I Gusti Ngurah Puger adalah staf edukatif pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unipas Singaraja.

(2)

Frase prosedur sistematis menunjukkan bahwa sebuah tes dikonstruksi, dikelola, diskor, dan dijelaskan menurut aturan-aturan yang telah ditentukan. Istilah perilaku menya-takan bahwa sebuah tes mengukur respon-respon seseorang yang dibuat untuk item-item tes. Tes tidaklah mengukur seseorang secara langsung tetapi lebih disukai tes yang bersang-kutan menduga karakteristik seseorang dari respon-responnya untuk item-item tes. Kita tidak mengamati semua perilaku tetapi hanya sebuah sampel perilaku. Sebuah tes berisi hanya sebuah sampel dari semua item yang mungkin. Hasil dari tes dijelaskan dengan alat skala pengukuran.

Tes-tes psikologi yang telah digunakan oleh para ahli sudah sangat beragam jenis-nya, oleh karena itu para ‘educational researcher’ telah memiliki banyak pilihan instrumen berupa tes psikologi bila ingin melakukan penelitian dalam bidang kajian psikologi. Karena begitu banyaknya tes-tes yang beredar dalam bidang pendidikan, perlu dilakukan suatu pembatasan mengenai penggolongan tes. Bahkan Fernandes menyatakan bahwa tes mungkin diklasifikasikan dalam banyak cara. Kita dapat membagi tes ke dalam dua kelas yang besar, yaitu: 1) tes yang mengukur tampilan maksimum dan 2) tes yang mengukur tampilan khusus. Semua tes inteligensi, bakat, dan prestasi belajar mengukur tampilan maksimum. Subjek dianjurkan untuk memperoleh skor terbaik yang mampu dia peroleh. Tes-tes tampilan khusus bukan digunakan untuk menginvestigasi mengenai apa yang se-seorang dapat kerjakan tetapi apa yang dia alami. Pada tes tampilan khusus kita tertarik pada respon kebiasaan. Tes kepribadian, inventarisasi minat, dan skala sikap semuanya ter-masuk kelas tampilan khusus. Pada tes tampilan maksimum, terdapat jawaban benar dan salah untuk setiap item, tetapi tidak ada jawaban benar dalam tes tampilan khusus (Fernandes, 1984).

Salah satu tes yang termasuk kategori tes tampilan khusus adalah kuesioner moti-vasi belajar. Motimoti-vasi merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan se-suatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong sese-orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses untuk

(3)

mencoba memengaruhi orang atau orang-orang yang dipimpinnya agar melakukan pekerja-an ypekerja-ang diinginkpekerja-an, sesuai dengpekerja-an tujupekerja-an tertentu ypekerja-ang ditetapkpekerja-annya lebih dahulu (Uno, 2010).

Oleh karena itu, motivasi tidak bisa dipisahkan dari aktivitas belajar siswa. Siswa tidak akan mempelajari sesuatu bila hal itu tidak menyentuh kebutuhannya. Kebutuhan dan motivasi adalah dua hal yang saling berhubungan. Sebab manusia hidup pada dasarnya tidak terlepas dari berbagai kebutuhan. Kebutuhan itulah nantinya mendorong manusia untuk senantiasa berbuat dan mencari sesuatu. Menurut Morgan, manusia hidup memiliki kebutuhan-kebutuhan, yakni kebutuhan untuk berbuat, untuk suatu aktivitas, untuk menye-nangkan orang lain, untuk mencapai hasil, dan untuk mengatasi kesulitan (Djamarah, 2002).

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor eks-trinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan bel-ajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

Secara mengkhusus, dimensi dan indikator motivasi berdasarkan teori motivasi yang dikemukakan oleh Good dan Brophy (1990), yaitu: 1) dimensi intrinsik dengan indi-katornya: dorongan untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, dorongan untuk men-cari tahu hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran, dan dorongan untuk belajar secara mandiri, dan 2) dimensi ekstrinsik dengan indikatornya dorongan untuk menghindari hu-kuman guru, dorongan untuk mendapatkan pujian dari guru, dorongan untuk menyenangi hati orang tua, dorongan untuk mendapatkan nilai yang bagus, dan dorongan untuk menda-patkan pengakuan dari teman-teman.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan be-berapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam ke-berhasilan seseorang dalam belajar (Uno, 2010).

Untuk mengukur respon motivasi belajar siswa, diperlukan instrumen yang lazim dikenal dengan kuesioner motivasi belajar. Kuesioner motivasi belajar tersebut sebelum di-gunakan sebagai instrumen penelitian yang permanen wajib dilakukan suatu analisis inter-nal dan eksterinter-nal (kalibrasi) terlebih dahulu. Ainter-nalisis interinter-nal suatu instrumen yang dimak-sudkan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pengujian validitas isi suatu instrumen dan penghitungan reliabilitas respon antar-penilai suatu instrumen, sedangkan analisis eksternal

(4)

suatu instrumen merupakan pelaksanaan pengujian validitas butir dan penghitungan reliabi-litas suatu intrumen.

Walaupun kuesioner motivasi belajar sudah memenuhi kalibrasi seperti tersebut di atas, seorang peneliti sering melupakan satu pengujian yang termasuk ke dalam analisis eksternal. Pengujian yang dimaksudkan adalah uji penskalaan respon. Setelah melalui uji penskalaan respon barulah seorang peneliti boleh menggunakan kuesioner motivasi belajar sebagai instrumen penelitian. Di lapangan seringkali dijumpai hal yang sebaliknya, yaitu setelah memenuhi persyaratan uji validitas isi dan validitas butir, serta penghitungan reli-abilitas respon antar-rater dan relireli-abilitas kuesioner, kuesioner motivasi belajar tersebut langsung digunakan sebagai instrumen penelitian. Bahkan yang paling naif adalah tanpa melalui analisis internal dan eksternal, kuesioner motivasi belajar yang sudah selesai dibuat langsung digunakan sebagai intrumen penelitian.

II. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluasi. Evaluasi adalah proses sistematik dari pengumpulan dan analisis data dalam urut-urutan untuk mengambil keputusan (Gay, 1987). Dalam penelitian ini dilakukan proses analisis eksternal tentang instrumen penelitian ‘kuesioner motivasi belajar’, berupa uji skala respon. Dari unit analisis skala respon akan dapat diambil suatu keputusan, mengenai kelayakan kuesioner motivasi belajar untuk digu-nakan sebagai instrumen penelitian.

Populasi penelitian ini adalah respon terhadap kuesioner motivasi belajar yang di-kembangkan oleh peneliti. Sedangkan cuplikannya adalah data respon 200 siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seririt terhadap kuesioner motivasi belajar yang berupa respon terhadap tiap butir kuesioner. Kuesioner ini dirancang untuk mengukur potensi motivasi belajar. Kuesioner motivasi belajar ini terdiri atas 36 butir dan disediakan waktu selama 50 menit untuk memberikan respon.

Penentuan subjek sebanyak 200 siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seririt dalam pe-nelitian ini menggunakan purposive sampling. Menurut Dantes (1991), purposive sampling

merupakan cara pengambilan sampel sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Anggota sampel yang diseleksi dari sub-sub kelompok dalam populasi yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Instrumen yang dibutuhkan untuk memperoleh data berupa respon kuesioner adalah kuesioner motivasi belajar yang dikembangkan oleh peneliti. Kuesioner tersebut pada awal-nya terdiri atas 40 butir. Setelah dilakukan pengujian validitas butir dan penghitungan reli-abilitas kuesioner, kuesioner motivasi belajar tinggal 36 butir. Ke-36 butir kuesioner

(5)

ter-sebut dalam ujicoba selanjutnya diberikan respon oleh 200 siswa dalam waktu 50 menit. Sebelum kuesioner ini disusun, terlebih dahulu dibuat tabel spesifikasi kuesioner motivasi belajar, yang memuat nama variabel, dimensi (aspek), indikator, dan nomor butir. Teori motivasi yang digunakan untuk menyusun kisi-kisis kuesioner motivasi belajar ini adalah teori motivasi yang dikemukakan oleh Good dan Brophy (1990).

Setelah data respon siswa terhadap ke-36 butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar selesai ditabulasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji penskalaan respon. Untuk melakukan uji penskalaan respon pada setiap butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar digunakan formula yang diperkenalkan oleh Edwards (1957). Untuk me-mudahkan penghitungan dengan formula Edwards, maka digunakan pola baris dan kolom. Pada baris 1 mewakili f (frekuensi), baris 2 mewakili p (proporsi), baris 3 mewakili cp (proporsi kumulatif), baris 4 mewakili midpoint cp (titik tengah proporsi kumulatif), baris 5 mewakili z (penyimpangan normal harga z), baris 6 mewakili zc (harga z terkoreksi), dan baris 7 mewakili pembulatan z. Sedangkan kolom 1 mewakili kategori respon SS, kolom 2 mewakili kategori respon S, kolom 3 mewakili kategori respon KS, kolom 4 mewakili kategori respon TS, dan kolom 5 mewakili kategori respon STS.

Dari hasil pembulatan z (baris 7) dapat diketahui apakah pernyataan tersebut meme-nuhi nilai 0, 1, 2, 3, dan 4 (untuk pernyataan yang bersifat negatif) dan nilai 4, 3, 2, 1, 0 (untuk pernyataan yang bersifat positif).

III. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bagian ini, secara berurut akan dibahas mengenai data penelitian, analisis data, pembahasan, dan keterbatasan penelitian.

1. Data Penelitian

Kuesioner motivasi belajar setelah dilakukan pengujian mengenai validitas butir dan menghitung reliabilitas kuesioner, selanjutnya didistribusikan kepada 200 responden. Res-ponden yang dimaksud adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seririt. Hasil penyebaran kuesioner motivasi belajar tersebut, setelah dilakukan penskoran akhirnya diperoleh skor butir kuesioner motivasi belajar. Skor butir kuesioner motivasi belajar ini digunakan se-bagai dasar untuk uji penskalaan respon. Dari hasil uji penskalaan respon butir kuesioner motivasi belajar akan diperoleh informasi mengenai layak tidaknya kuesioner tersebut digu-nakan sebagai instrumen penelitian.

(6)

2. Analisis Data

Untuk melakukan uji penskalaan respon setiap butir kuesioner motivasi belajar, di-gunakan formula yang dikemukakan oleh Edwards. Formula tersebut disusun dengan basis kolom dan baris. Pada kolom 1 mewakili respon SS, kolom 2 mewakili S, kolom 3 mewa-kili KS, kolom 4 mewamewa-kili TS, dan kolom 5 mewamewa-kili STS. Sedangkan pada baris 1 me-wakili f (frekuensi), baris 2 meme-wakili p (proporsi), baris 3 meme-wakili cp (proporsi komu-latif), baris 4 mewakili midpoint cp (titik-tengah proporsi komukomu-latif), baris 5 mewakili z (harga penyimpangan normal), baris 6 mewakili zc (harga z terkoreksi), dan baris 7 me-wakili pembulatan z (Edwards, 1957).

Hasil analisis data menunjukkan bahwa: 1) sebanyak 32 butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar (yakni butir nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, dan 40) termasuk kategori diterima. Artinya, ke-32 butir yang termasuk kategori diterima dapat digunakan sebagai instrumen penelitian variabel motivasi belajar, dan 2) sebanyak 4 butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar (yakni butir nomor 13, 28, 29, dan 34) termasuk kategori di-tolak. Artinya, ke-4 butir yang termasuk kategori ditolak harus dibuang atau tidak boleh digunakan sebagai instrumen penelitian variabel motivasi belajar.

3. Pembahasan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa: 1) sebanyak 32 butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar (yakni butir nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, dan 40) termasuk kategori diterima, dan 2) sebanyak 4 butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar (yakni butir nomor 13, 28, 29, dan 34) termasuk kategori ditolak.

Hal ini sangat berkaitan erat dengan hasil uji validitas isi, hasil penghitungan reli-abilitas respon antar-rater, hasil uji validitas butir yang menyusun kuesioner, hasil penghi-tungan reliabilitas kuesioner, dan kecerdasan reponden di dalam memberikan respon,

Validitas isi instrumen dalam penyusunannya didasarkan pada kisi-kisi yang telah dibuat. Untuk mengetahui hal ini, maka kuesioner motivasi belajar dimintakan penilaian kepada dua orang penilai (rater) yang kompeten dalam bidang motivasi belajar. Hasil peng-ujian validitas isi, diperoleh koefisien VI sebesar 0,98. Berdasarkan ketentuan, suatu instru-men bila meinstru-menuhi sekurang-kurangnya koefisien VI sebesar 0,90 baru bisa digunakan lebih lanjut dalam ujicoba. Oleh karena koefisien VI sebesar 0,98 maka kuesioner motivasi belajar ini sudah memenuhi syarat untuk digunakan dalam ujicoba lebih lanjut.

(7)

Kesesuaian antara butir-butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar dengan kisi-kisinya sangat berpengaruh terhadap respon yang diberikan oleh responden dalam uji-coba lebih lanjut. Dalam hal ini adalah ujiuji-coba untuk memperoleh respon siswa dengan tujuan melakukan uji penskalaan respon. Makin bagus hasil uji validitas isi kuesioner moti-vasi belajar, makin banyak butir kuesioner tersebut yang diterima dalam uji penskalaan respon.

Sebelum instrumen kuesioner motivasi belajar ini digunakan sebagai alat pengum-pul data, terlebih dahulu dinilai oleh dua orang penilai ahli (rater). Respon yang diperoleh dari penilaian ini, kemudian dicari reliabilitasnya. Tujuan penghitungan reliabilitas ini adalah untuk mengetahui keajegan respon di antara penilai. Hasil penghitungan reliabilitas respon antar-rater diperoleh koefisien r’’ sebesar 0,802. Berdasarkan ketentuan, reliabilitas instrumen yang memenuhi sekurang-kurangnya 0,70 dapat digunakan lebih lanjut di dalam menentukan validitas dan reliabilitas instrumen. Mengingat, hasil penghitungan reliabilitas respon antar-rater diperoleh koefisien r’’ sebesar 0,802, berarti kuesioner motivasi belajar tersebut dapat digunakan lebih lanjut dalam ujicoba.

Keajegan respon antar-rater sangat menentukan keajegan respon dari responden di dalam ujicoba suatu instrumen. Beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa dari hasil peng-hitungan reliabilitas respon antar-rater akan dapat diprediksikan respon yang diberikan oleh responden dalam ujicoba instrumen lebih lanjut. Oleh karena ujicoba kuesioner untuk me-nentukan uji penskalaan respon sangat bergantungan pada hasil analisis butir kuesioner dan penghitungan reliabilitas kuesioner motivasi belajar, dapat dikatakan bahwa hasil penghi-tungan reliabilitas respon antar-rater sangat berpengaruh terhadap uji penskalaan respon butir kuesioner.

Validitas butir kuesioner motivasi belajar dapat diuji dengan menghitung koefisien korelasi skor pada butir yang bersangkutan dengan skor total. Kuat lemahnya hubungan antara skor butir dengan skor total, tergantung dari besar kecilnya koefisien r yang di-peroleh dari penghitungan korelasi Product Moment tersebut. Makin besar koefisien r, berarti makin kuat hubungan di antara skor butir dan skor total, demikian juga sebaliknya.

Hasil pengujian validitas butir kuesioner motivasi belajar menunjukkan bahwa: 1) sebanyak 36 butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar (yakni nomor butir 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, dan 40) termasuk kategori valid, dan 2) sebanyak 4 butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar (yakni nomor butir 7, 10, 19, dan 30) termasuk kategori drop. Dari sini dapat dikatakan bahwa dalam uji-coba kuesioner di dalam melakukan uji penska-laan hanya digunakan 36 butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar. Hal ini

(8)

disebab-kan oleh butir kuesioner yang termasuk kategori drop harus dibuang. Hal ini menunjukdisebab-kan bahwa butir kuesioner motivasi belajar yang digunakan ujicoba lebih lanjut makin ber-kualitas.

Selain ditentukan oleh validitas butir, diterima atau ditolaknya suatu butir kuesioner dalam uji penskalaan juga ditentukan oleh koefisien reliabilitas kuesioner (r’’). Reliabilitas berhubungan kepada konsistensi skor yang diperoleh melalui beberapa orang jika diuji ulang dengan tes yang sama pada saat yang berbeda, atau dengan perbedaan sekelompok item-item yang setara, atau di bawah kondisi pengujian variabel yang lainnya. Reliabilitas merujuk pada ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.

Hasil penghitungan reliabilitas kuesioner motivasi belajar, diperoleh koefisien r’’ sebesar 0,856. Berdasarkan ketentuan, reliabilitas suatu instrumen sekurang-kurangnya harus memenuhi 0,70 untuk bisa digunakan lebih lanjut dalam ujicoba. Oleh karena nilai koefisien r” berada di atas 0,70, berarti kuesioner motivasi belajar ini dapat diujicobakan lebih lanjut untuk melakukan uji penskalaan respon butir kuesioner.

Kecerdasan responden di dalam menentukan sifat suatu pernyataan dari kuesioner motivas belajar sangat menentukan responnya. Responden yang cerdas akan mampu men-duga sifat suatu pernyataan yang menyusun kuesioner. Artinya, dapat menmen-duga apakah per-nyataan tersebut bersifat positif atau bersifat negatif. Jika responden merasa ragu dengan sifat suatu pernyataan, maka responden tersebut akan memberikan responnya di tengah-tengah (respon yang tidak memihak).

Ketepatan memberikan respon oleh responden sangat berpengaruh terhadap uji pen-skalaan respon. Hal ini disebabkan oleh ketepatan pemberian respon oleh responden akan besar kemungkinannya untuk memenuhi skala 0-1-2-3-4 (untuk pernyataan yang bersifat positif) dan memenuhi skala 4-3-2-1-0 (untuk pernyataan yang bersifat negatif).

4. Keterbatasan Penelitian

Walaupun penelitian ini sudah dilakukan sesuai dengan prosedur yang lazim dalam proses penelitian, sebagai hasil suatu penelitian tentu memiliki beberapa keterbatasan. Ada-pun keterbatasan dari penelitian ini adalah:

1. Kuesioner motivasi belajar yang dikembangkan pada awalnya hanya berjumlah 40 butir, karena peneliti sebelumnya tidak merancang untuk mengkalibrasi instrumen sampai pada uji penskalaan respon butir kuesioner. Namun hanya melakukan kalibrasi pada tingkat uji validitas isi, penghitungan reliabilitas respon antar-rater, uji validitas butir, dan

(9)

penghitung-an reliabilitas kuesioner. Untuk kalibrasi kuesioner motivasi belajar sampai pada uji pen-skalaan respon diharapkan untuk mengembangkan jumlah butir kuesioner menjadi seku-rang-kurangnya 50 butir.

2. Responden yang digunakan dalam penelitian ini hanya berasal dari siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seririt. Untuk memperoleh respon siswa yang lebih bervariasi diharapkan menggunakan responden yang berasal dari sekolah lain.

IV. Simpulan dan Saran

Berdasarkan atas hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: dari 36 butir kuesioner yang disebarkan kepada responden, ternyata hanya 32 butir yang diterima dalam uji penskalaan respon, yakni butir nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, dan 40; dan empat butir dalam kategori ditolak, yakni butir nomor: 13, 28, 29, dan 34.

Berpijak atas simpulan yang sudah dikemukakan, dapat diajukan saran sebagai berikut.

1. Dari 36 butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar yang diujicobakan dalam uji penskalaan respon, ternyata hanya 32 butir dalam kategori diterima dan empat butir dalam kategori ditolak. Oleh karena itu disarankan kepada pengembang instrumen untuk melaku-kan kalibrasi sampai pada tingkat uji penskalaan respon.

2. Di dalam memilih responden sebagai ujicoba instrumen, hendaknya dipilih responden yang memenuhi syarat tingkat intelektualitas bila dihubungkan dengan kemampuan mema-hami butir-butir yang menyusun kuesioner motivasi belajar.

Daftar Pustaka

Dantes, Nyoman. 1991. Teknik Sampling. Makalah Disajikan dalam Penataran Dosen-Dosen Muda Kopertis Wilayah VIII, pada Tanggal 23 Maret 1991.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Edwards, Allen L. 1957. Techniques of Attitude Scale Construction. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.

Fernandes, H.J.X. 1984. Testing and Measurement. Jakarta: National Educational Planning Evaluation and Curriculum Development.

Gay, L.R. 1987. Educational Research: Competencies for Analysis and Application. Third Edition. Columbus: Merrill Publishing Company.

(10)

Good, Thomas L. & Jere E. Brophy. 1990. Educational Psychology, A Realistic Approach. New York: Longman.

Uno, Hamzah B. 2010. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Alasan penggunaan FGD dalam penelitian ini adalah agar peneliti memperoleh pandangan kritis baik dari pelaku (pimpinan sekolah STP Trisakti) maupun dengan pihak

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara BPD Malut dengan BPD Sulut jika diukur

Dalam sistem tersebut terdapat 4 external entity yang memberikan input dan output pada sistem yaitu Responsibility center melakukan pencatatan administrasi yang meliputi

Sehubungan dengan proses Lelang Sederhana dalam rangka pekerjaan Pengadaan Magah Material Jalan Produksi pada kegiatan Penguatan Ekonomi Masyarakat di Lingkungan IHT dalam

Cara Cepat Membuat Kompos.. Jakarta:

This study entitled “ Forward and Backward Translation of Three Different Word Classes by Early-Sequential Sundanese-Indonesian Bilinguals ”investigated the performance of

Data yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada laporan tahunan BPS tahun 1996 sampai dengan 2005/2006. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah konsumsi