• Tidak ada hasil yang ditemukan

POKOK BAHASAN IV V PENAMPILAN EKSTERIOR TERNAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POKOK BAHASAN IV V PENAMPILAN EKSTERIOR TERNAK"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

POKOK BAHASAN IV – V

PENAMPILAN EKSTERIOR TERNAK

Penampilan eksterior ternak sering dikenal dengan istilah performan ternak atau keadaan luar ternak yang dapat teramati oleh mata kita. Bentuk tubuh dan bagian-bagian seekor ternak berkorelasi terhadap kualitas, umur, tipe dan kemampuan produksinya.

Bentuk tubuh dan bagian-bagian tubuh sapi potong jelas berbeda dengan tipe sapi perah. Secara umum sapi potong struktur perdagingannya kompak, tubuh tampak pendek, kepala pendek, sedangkan tipe sapi perah memiliki tubuh ramping, kepala panjang, kaki panjang, struktur perdagingannya tidak kompak tapi tidak kurus. Kemampuan produksi sapi potong adalah efisien dalam menghasilkan daging, sedangkan sapi perah sangat efisien dalam menghasilkan susu.

Meskipun berdasarkan bentuk tubuh dan bagian-bagiannnya dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan produksi namun pada prakteknya susah dilakukan karena produktivitas ternak dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu pakan, manajemen, kualitas bibit, penanggulangan penyakit, kapasitas pemeliharaan, pengalaman beternak, iklim/cuaca dan sistem sanitasi.

Bentuk tubuh maupun bagian-bagian tubuh juga dapat membedakan antara ternak muda dan dewasa. Ternak muda bentuk tubuhnya nampak lebih pendek dan relatif lebih tinggi dari pada ternak dewasa, kaki belakang pada ternak muda lebih tinggi daripada kaki depan, dada sempit dan tidak dalam.

PENILAIAN TERNAK

Penilaian seekor tenak dibutuhkan jika kita hendak membeli ternak baik untuk tujuan bakalan, pembibitan, kontes ternak dan sebagainya. Penilaian ternak ini berdasarkan atas penampilan eksteriornya yaitu bentuk tubuh, bagian-bagian tubuh, cara berjalan, bentuk muka dan sebagainya. Oleh karena penilaian ternak ini merupakan faktor yang ikut menentukan keberhasilan usaha peternakan, maka kita

(2)

diharapkan mampu melakukan tindakan pemilihan ternak yang baik dan berkualitas atas dasar penampilan luarnya.

Sebelum melakukan penilaian, terlebih dahulu dibuat signalement yaitu catatan yang memuat sifat-sifat ternak yang akan dinilai, termasuk didalamnya adalah catatan ras/bangsa, jenis kelamin, umur, tinggi gumba, tinggi badan, warna bulu, tanda spesifik lainnya seperti cap bakar, patah tanduk dll.

JUDGING

Judging berasal dari kata judge yang berarti menilai atau mempertimbangkan. Judging pada ternak dalam arti luas adalah usaha yang dilakukan untuk menilai tingkatan ternak yang memiliki karakteristik penting untuk tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit adalah referensi untuk pemberian penghargaan tertentu dalam suatu kontes. Kadang-kadang judging dilakukan untuk melakukan penggolongan-penggolongan ternak berdasarkan kelasnya masing-masing.

Judging pada ruminansia memiliki prosedur yang berlainan dibandingkan judging yang dilakukan pada bangsa ternak yang lain. Secara garis besar judging pada ruminansia dilakukan melalui dua prosedur yang telah baku, yaitu:

 Inspeksi (pengamatan secara visual)  Palpasi (perabaan)

Inspeksi

Inspeksi yaitu observasi yang dilakukan terhadap ternak yang sedang diamati, pada kisaran jarak pandang 2-5 meter dari ternak yang diamati. Inspeksi dilakukan melalui tiga arah, antara lain:

 Arah Depan, dari arah depan diperhatikan lebar dan kepadatan tubuh, kedalaman dan kepadatan dada, lebar dan kepadatan brisket, kelebaran jarak antara kedua belah kaki depan, posisi ketegakan kepala, besar dan kepadatan lingkar dada, serta tingkat kelandaian dasar dada.

(3)

 Arah Belakang, dari arah belakang perlu diperhatikan lebar dan kepadatan tubuh, lebar daerah sakral, bentuk tulang rusuk yang menyerupai tong, perkembangan perdagingan pada bagian kaki belakang, kekuatan, kekokohan, dan keringanan kaki, bentuk kaki, serta kekuatan pinggang.

 Arah Samping, dari arah samping perlu diperhatikan kedalaman tubuh, kepadatan perdagingan, kekuatan dan kelurusan punggung, kondisi dan posisi kaki, bentuk leher dan kepala. Untuk ruminansia yang diarahkan pada tipe pedaging dan bakalan, lebih diperhatikan kepadatan perdagingan, sehingga tidak banyak mengandung perlemakan, sedangkan yang memenuhi persyaratan permintaan internasional, antara lain kaki yang pendek dengan pertulangan yang kecil berbentuk huruf U (U shape), tulang rusuk cembung dan berkembang dengan baik, perdagingan padat dengan kandungan lemak di bawah kulit yang rendah. Palpasi (Perabaan)

Judging pada domba dengan perabaan mutlak diperlukan, karena bila hanya mengandalkan inspeksi tidak akan dicapai hasil yang optimum. Seperti diketahui bahwa seluruh permukaan tubuh domba ditutupi secara rapat oleh bulu, sehingga bila hanya mengandalkan inspeksi, penilaian sering terkecoh oleh ketebalan bulu yang menutupi tubuh domba. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil judging secara maksimum, palpasi harus dilakukan secara cermat.

Palpasi biasanya dilakukan dengan menggunakan kedua permukaan tangan sepanjang punggung domba, mulai dari punggung bagian belakang dekat pangkal ekor sampai ke daerah bahu. Jarak kedua tangan sebaiknya antara 3 – 7 cm, jempol digunakan untuk menekan sambil merasakan ketebalan urat daging di daerah punggung (eye muscles) dan jari-jari yang lain untuk merasakan ketebalan perdagingan di sekitar pangkal rusuk sekaligus merasakan kelengkungan tulang rusuk.

Palpasi hendaknya dilakukan dengan penekanan yang menggunakan jari-jari tangan dengan gerakan maju-mundur ke arah muka dan belakang, sehingga kekuatan dan kelurusan garis punggung dapat dirasakan secermat mungkin.

(4)

Gambar 1. Prosedur Palpasi untuk merasakan perdagingan dan perlemakan pada domba Daerah utama untuk merasakan perdagingan dan perlemakan dengan palpasi adalah :

1. Daerah seputar pangkal ekor (A)

2. Daerah seputar spinous processes sepanjang tulang punggung dan seputar eye muscles, serta ujung-ujung tranverse processes di daerah lumbar (B)

3. Seputar spinous processes di daerah bahu (C) 4. Seputar breast bone atau daerah sternum (D)

Ke empat daerah tersebut di atas, biasanya dipakai sebagai patokan dalam menentukan kualitas karkas pada domba-domba muda (easter lambs) yang sesuai dengan standar dari MLC (Meat and Livestock Commision).

PENENTUAN UMUR

1. PERGIGIAN (MOUTHING)

Penentuan umur berdasarkan perkembangan gigi pada ruminansia sampai saat ini masih tetap diperlukan, walaupun hasil estimasi tersebut tidak seakurat penentuan

(5)

umur yang didasarkan pada catatan produksi. Namun demikian, karena peternakan yang menerapkan recording secara cermat dan teratur masih jarang, maka untuk memperoleh informasi mengenai perkiraan umur, tetap masih harus mengandalkan perkembangan gigi pada ternak yang diamatinya.

Konsekuensi dari hal tersebut di atas, bila kita ingin mengetahui perkiraan umur ruminansia untuk keperluan tertentu, misalnya : keperluan penelitian, pemilihan bibit, seleksi, aqiqah, kurban dan lain-lain, keakhlian dalam menaksir umur ternak mutlak untuk dikuasai, agar tidak salah pilih atau terkecoh oleh ulah pedagang. Hal ini dapat diatasi dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan gigi ternak.

Sepanjang hidupnya ruminansia memiliki dua set gigi seri, yaitu: 1. Gigi temporer (gigi susu).

2. Gigi permanen (gigi tetap).

Gambar 2. Bentuk gigi seri temporer dan permanen ternak Ruminansia

Gigi temporer biasanya telah ada pada awal kehidupan ruminansia (saat lahir), kadang-kadang ditemui satu atau dua buah gigi seri saat lahir atau tidak terdapat gigi sama sekali. Sedangkan gigi permanen baru akan ditemukan setelah umur tertentu. Gigi permanen baru akan tumbuh beberapa saat setelah gigi temporer tanggal.

Secara alami bila gigi temporer tanggal, akan segera diganti oleh gigi permanen, namun tanggalnya gigi permanen tidak akan diganti oleh gigi baru, kecuali untuk hal-hal khusus dan keadaan demikian sangat jarang terjadi. Sehingga setiap tanggalnya gigi

(6)

senantiasa akan selalu membawa suatu informasi yang dapat dijadikan patokan untuk mengetahui perkembangan umur dari setiap individu ternak yang bersangkutan. Walaupun bukan merupakan suatu tolok ukur yang akurat, hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggalnya gigi tersebut memiliki korelasi yang positif dengan umur ternak, sehingga dengan mengamati pertumbuhan dan perkembangan gigi seekor ternak, akan dapat diperkirakan beberapa tahun atau beberapa bulan umur ternak tersebut.

Gigi seri permanen dapat dibedakan dengan melihat bentuk, ukuran, serta warnanya. Gigi seri temporer ukurannya lebih kecil, lebih sempit, dan berbentuk tirus atau merujung (conical), sedangkan gigi seri permanen memiliki ukuran yang lebih besar, lebih luas, dan agak datar. Dari segi warna, gigi permanen berwarna lebih tua dan terkesan lebih kompak. Kedua set gigi seri tersebut (gigi seri permanen dan temporer) terletak hanya pada rahang bawah, sedangkan pada bagian rahang atas merupakan suatu bantalan keras tulang rawan gigi (cartilagenuos dental pad ).

Salah satu fungsi cartilagenuos dental pad adalah untuk membantu ternak pada saat prehensi (merenggut rumput atau dedaunan), rumput atau dedauanan yang direnggut akan terjepit dengan kuat diantara gigi seri dengan cartilagenuos dental pad, sehingga ternak akan sangat efektif dalam merumput, artinya rumput di padang penggembalaan akan dapat direnggut sampai ke bagian bawah.

Kemampuan ruminansia khususnya domba dalam merenggut rumput sampai ke bagian bawah tidak dimiliki oleh ruminansia yang lainnya. Tidak heran bila di beberapa negara di benua Eropa bisa ditemui rental domba, yaitu tempat penyewaan domba yang dimanfaatkan untuk membersihkan gulma yang terdapat di halaman rumah atau untuk difungsikan sebagai pembabat rumput.

Satu set gigi seri temporer atau permanen dibangun oleh delapan buah gigi seri (incicors). Gigi seri pada ruminansia dibagi menjadi empat bagian, yaitu :

(7)

2. Gigi seri intermediate 3. Gigi seri lateral

4. Gigi seri corner (pojok).

Urutan pembagian gigi seri tersebut sejalan pula dengan ukuran gigi. Biasanya secara berurutan ukuran gigi seri dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah berturut-turut: gigi seri sentral, gigi seri intermediate, gigi seri lateral, dan gigi seri corner.

Perkembangan umur ternak ruminansia yang didasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan gigi serinya, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Perkembangan Umur Ruminansia Berdasarkan Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Seri.

No. Gigi seri Kondisi Umur

Domba/kambing Sapi 1 Sentral Telah ada 0 – 1 minggu -

2 Intermediate Telah ada 1 – 2 minggu - 3 Lateral Telah ada 2 – 3 minggu - 4 Corner Telah ada 3 – 4 minggu -

5 S,I, L, dan C Lengkap 1 tahun 1 tahun 6 Sentral Permanen 1 – 1,5 tahun 1 – 2 tahun 7 Intermediate Permanen 1,5 – 2 tahun 2 – 2,5 tahun 8 Lateral Permanen 2,5 – 3 tahun 3 – 3,5 tahun 9 Corner Permanen 3 – 4 tahun > 4 tahun

Kenyataan di lapangan, pada nomor 1 s.d. 4 sering tidak mengikuti pola tersebut. Sering ditemukan bahwa pada domba dan kambing yang baru dilahirkan, telah terdapat gigi seri sentral dan intermediate, bahkan secara insidental ditemukan gigi seri lateral, sehingga bila akan menentukan umur domba atau kambing di bawah umur satu bulan, estimator harus memiliki kecakapan yang tinggi dengan membedakan warna gigi seri

(8)

yang tumbuh. Hal ini dapat dikerjakan oleh orang-orang yang sangat berpengalaman dalam memperhatikan perkembangan umur pada domba atau kambing muda.

Perkiraan rentang (range) umur yang cukup besar terdapat pada domba muda di bawah satu tahun. Disini pun peran pengalaman sangat menentukan untuk memperkecil rentang umur. Dengan seringnya mengamati pertumbuhan gigi akan dapat dibedakan warna dan posisi gigi. Warna yang masih putih bening biasanya menunjukkan umur di bawah tiga bulan, warna putih-kompak menunjukkan umur 4 – 7 bulan, di atas tujuh bulan warna putih mulai memudar dan mengarah pada warna kekuning-kuningan. Sedangkan umur 10 – 12 bulan lebih ditunjukkan oleh kerenggangan jarak antar gigi seri. Namun demikian, jenis ransum turut mempengaruhi hal-hal tersebut di atas.

Selain gigi seri ruminansia memiliki pula gigi geraham yang terdiri atas : 1. Gigi geraham muka (premolar)

2. Gigi geraham belakang (molar)

Berbeda dengan gigi geraham pada manusia, gigi geraham pada ruminansia memiliki permukaan yang tajam-tajam berbentuk kerucut, sedangkan pada geraham manusia permukaannya relatif datar, hal ini berhubungan dengan fungsi gigi geraham pada ruminansia, yaitu untuk mencabik-cabik hijauan yang telah direnggut, khususnya pada proses mastikasi (gerakan untuk memperkecil ukuran partikel pakan). Bila diperhatikan pada saat ternak mengunyah dapat terlihat bahwa pergerakan rahang terjadi secara horizontal dari kiri ke kanan atau sebaliknya, sedangkan pada manusia gerakan rahang bawah akan menekan rahang atas.

Ukuran gigi geraham belakang (molar) hampir dua kali lipat ukuran gigi geraham muka (premolar). Kedua set gigi geraham ini dapat pula dijadikan petunjuk dalam menentukan umur (Tabel 2).

(9)

Tabel 2. Perkiraan Umur Ruminansia Berdasarkan Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Geraham

No Gigi Kondisi Umur, bulan

1 Geraham dan gigi seri Lengkap 12-18

2 Premolar Baru tumbuh 6

3 Premolar 3 (P3) Tumbuh sempurna 6

4 Molar 1 (M1) Baru tumbuh 6-9

5 Molar 2 (M2) Tumbuh sempurna 9-12

6 Molar 3 (M3) Baru tumbuh 9-12

7 Molar 3 (M3) Tumbuh sempurna 12-18

Tabel 2 tersebut secara teoritis dapat dijadikan indikasi untuk menentukan ruminansia di bawah umur satu tahun, atau dapat digunakan pula untuk mengestimasi di atas umur 4 tahun, yaitu berdasarkan gesekan atau tingkat keausan gigi. Namun pada kenyataannya di lapangan akan sulit menentukan umur berdasarkan perkembangan gigi geraham, selain itu sering dipandang tidak praktis, apalagi bila dikaitkan dengan tingkat kesulitannya.

Penguasaan pengetahuan mengenai perkembangan gigi tersebut, akan membantu kita untuk tidak terkecoh dalam memilih ternak sesuai dengan umur yang diinginkan. Beberapa hal yang perlu diketahui dan diperhatikan dalam memilih bibit sehubungan dengan bentuk dan keadaan gigi, sehingga tidak baik dipilih sebagai bibit, yaitu :

 Ternak yang kehilangan satu atau lebih gigi permanen.

 Ternak yang kehilangan satu atau lebih gigi geraham, karena akan menyulitkan saat mengunyah pakan.

 Terdapat satu atau lebih gigi permanen yang patah.

 Salah letak dari rahang (Jaw malformation) yaitu terdapat penonjolan salah satu rahang, bila rahang bawah yang menonjol disebut overshot jaw dan bila rahang

(10)

atas yang menonjol disebut undershot jaw. Jumlah Gigi pada Ruminansia

Gigi yang sudah lengkap pada domba berjumlah 32 buah, terdiri atas:  Gigi seri (incicors) pada rahang bawah 8 buah  Gigi geraham:

- Premolar 12 buah

- Molar 12 buah ,

Jumlah 32 buah

Atau biasa ditulis dengan rumus :

M3 P3 C0 I0 I4 C0 P3 M3

M3 P3 C0 I4 I4 C0 P3 M3

Keterangan : I = Incicors (Gigi seri) C = Canini (Gigi taring)

P = Premolar (Gigi geraham muka) M = Molar (Gigi geraham belakang)

Rumus gigi tersebut menunjukkan jumlah gigi pada sisi kiri dan kanan, sedangkan bagian pembilang dari rumus menunjukkan jumlah gigi pada rahang atas dan penyebut menunjukkan jumlah gigi pada rahang bawah.

Untuk ternak kuda rumus gigi sebagai berikut :

M3 P3 C1 I3 I3 C1 P3 M3

(11)

Ternak Babi :

M3 P4 C1 I3 I3 C1 P4 M3

M3 P4 C1 I3 I3 C1 P4 M3

Pada pendugaan umur ternak, gigi yang digunakan adalah gigi seri (dentis incisivi) pada rahang bawah. Dalam hal ini pemberian nomor untuk tiap macam gigi sangat penting artinya, pemberian nomor dimulai dari bagian tengah, sehingga untuk gigi seri adalah sebagai berikut :

Kuda / Babi

I3 I2 I1 I1 I2 I3

I3 I2 I1 I1 I2 I3

Sapi, kerbau, kambing dan domba :

Kosong Kosong

I4 I3 I2 I1 I1 I2 I3 I4

Keterangan :

Kuda / Babi : I 1 : gigi seri dalam I2 : gigi seri tengah I3 : gigi seri luar Sapi, kerbau, kambing dan domba :

I 1 : gigi seri dalam

I2 : gigi seri tengah dalam I3 : gigi seri tengah luar I4 : gigi seri luar

(12)

Penentuan umur berdasarkan perubahan dan pertumbuhan gigi seri untuk berbagai jenis ternak adalah sebagai berikut :

Kuda

Umur (th) Kondisi perubahan gigi 1 Gigi seri sulung lengkap (6 buah tiap rahang) 2,5 Gigi seri sulung dalam (I1) ganti gigi seri tetap 3,5 Gigi seri sulung tengah (I2) ganti gigi seri tetap

4,5 Gigi seri sulung tengah luar (I3) ganti gigi seri tetap, gigi taring mulai tumbuh

5 – 5,5 Semua gigi seri tetap sudah terasah 6 Lubang mahkota I2 penuh/rata 7 Lubang mahkota I3 penuh/rata 8 Lubang mahkota I4 penuh/rata 9 Bidang pergesekan I1 agak bundar

10 Bidang pergesekan I1 bundar, bidang pergesekan I2 agak bundar 11 Bidang pergesekan I2 bundar, bidang pergesekan I3 agak bundar 15 Bidang pergesekan semua gigi seri tetap bulat mendekati segitiga Sapi

Umur Kondisi perubahan gigi

1 bulan Semua gigi seri sulung sudah tumbuh 3 bulan Gigi seri sulung mulai terasah

1 tahun Semua gigi seri sulung sudah terasah 1,5 – 2 th I1 berganti dengan gigi seri tetap 2 – 2,5 th I2 berganti dengan gigi seri tetap 3 – 3,5 th I3 berganti dengan gigi seri tetap 4 th I4 berganti dengan gigi seri tetap 5 th Semua gigi seri tetap sudah terasah

7 – 8 th Tepi bagian dalam gigi seri (bidang lidah) tetap sudah terasah hampir mendekati gusi bagian dalam

(13)

Kerbau

Umur (th) Kondisi perubahan gigi 1 Gigi seri sulung mulai terasah

2 Semua Gigi seri sulung terasah 2,5 I1 berganti dengan gigi seri tetap 3,5 I2 berganti dengan gigi seri tetap 4,5 I3 berganti dengan gigi seri tetap 5 – 6 I4 berganti dengan gigi seri tetap

8 Bidang pergesekan semua gigi seri tetap berbentuk hampir segi empat

Kambing dan Domba

Umur (th) Kondisi perubahan gigi 0,5 I1 dan I2 sudah terasah

1 Semua gigi seri sulung sudah terasah 1 – 1,5 I1 berganti dengan gigi seri tetap 1,5 – 2 I2 berganti dengan gigi seri tetap 2 ¼ – 2,5 I3 berganti dengan gigi seri tetap 3 – 4 I4 berganti dengan gigi seri tetap

5 Semua gigi seri tetap sudah terasah

Selain dengan melihat pergantian gigi, pendugaan umur ternak juga dapat dilihat dari cincin tanduk., khusus untuk ternak betina yang sudah pernah beranak. Untuk ternak jantan maupun dara/belum pernah beranak cara ini tidak dapat dilakukan.

Menaksir umur domba

Menaksir usia domba merupakan salah satu pengetahuan yang harus dikuasai oleh petani-peternak. Besar kecilnya tubuh domba tidak dapat dijadikan patokan. Karena bisa saja domba yang sudah tua tetap kecil badannya karena pemeliharaan yang buruk atau karena penyakit sehingga kelihatan domba muda (Murtidjo, 1993).

(14)

Menurut Mathius, dkk. (1989) pada ternak domba ada beberapa cara untuk memperkirakan umur antara lain :

1. Dengan mencatat tanggal lahir.

Dengan mencatat tanggal lahir maka umur ternak yang bersangkutan dapat diketahui oleh karena itu sebaiknya peternak mencatat tanggal lahir ternaknya pada buku cerpen atau pada dinding kandang untuk mengetahui ternak yang mana yang dicatat tanggal lahirnya ternak yang bersangkutan diberi tanda.

2. Dengan melihat keadaan gigi seri.

Ternak ruminansia termasuk domba tidak mempunyai gigi taring. Gigi seripun hanya terdapat pada rahang bawah. Sedangkan rahang atas hanyalah berupa bantalan tenunan pengikat yang kuat. Gigi geraham terdapat pada kedua rahang. Jumlah gigi seri ada 4 pasang (8 buah) geraham depan 12 buah dan geraham belakang ada 12 buah. Jadi jumlah gigi domba yang lengkap ada 32 buah.

Gigi seri yang tumbuh pada umur muda disebut gigi seri susu. Gigi susu ini kecil dan agak tajam serta tumbuhnya agak renggang satu sama lain. Gigi seri susu ini sifatnya hanya sementara. Karena pada suatu saat akan tanggal (rontok) dan digantikan dengan gigi seri tetap.

Pergantian gigi seri susu dan gigi seri tetap ini yang digunakan untuk menaksir umur ternak. Sedangkan pada ternak tua ditaksir berdasarkan keausan gigi seri ini, berhubungan dengan kondisi pakan. Ternak yang dilepas/diangon, gigi serinya relatif lebih cepat tanggal atau aus dari pada tenrak yang dikandangkan.

Menentukan umur ternak domba kurang dari 1 tahun jumlah gigi seri tetap belum ada. Namun memiliki gigi susu. Sepasang gigi tetap (sebanyak 2 buah) umur ternak domba kurang lebih 1 sampai dengan 2 tahun. Dua pasang gigi tetap (4 buah gigi tetap) menandakan umur tersebut 2-3 tahun. Juga pasang gigi tetap (6 buah) berumur 3-4 tahun. Jika ternak memiliki empat pasan ggigi tetap (8 buah)

(15)

harus berumur 4-5 tahun. Tetapi jika gigi tetap aus dan mulai lepas maka ternak tersebut berumur diatas 5 tahun.

MENAFSIR BERAT BADAN TERNAK

Penafsiran berat badan sangat penting dilakukan oleh para pemilik ternak untuk mengetahui bobot tubuh ternak. Cara ini merupakan cara lain untuk mengetahui berat badan ternak selain penimbangan berat badan. Apabila setiap kali harus selalu dilakukan penimbangan, hal ini dirasa kurang praktis di samping timbangan itu jumlahnya terbatas.

Rumus penentuan berat badan sapi berdasar ukuran tubuh bertolak dari anggapan bahwa tubuh ternak sapi berupa tong. Oleh karena itu, ukuran tubuh yang digunakan untuk menduga bobot tubuh biasanya adalah panjang badan dan lingkar dada. Rumus yang telah dikenal adalah rumus Schoorl yang mengemukakan pendugaan bobot ternak sapi berdasarkan lingkar dada sebagai berikut :

Bobot badan (kg) = (lingkar dada (cm) + 22)2

100

Rumus lain diturunkan oleh Scheiffer yang telah menggunakan lingkar dada dan panjang badan dalam pendugaannya. Rumus itu sebagai berikut :

Bobot badan (lbs) = Lingkar dada (inchi)2 x Panjang badan (inchi) 300

Rumus lain yang dapat digunakan adalah rumus modifikasi : Bobot badan (kg) = Panjang badan (cm) x {Lingkar dada (cm)}2

10840

Selain itu penafsiran berat badan dapat pula dilakukan dengan pengamatan visual yaitu memperkirakan berat badan ternak yang diamati. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan DWT (Daily Cow Weighting Tape) yaitu dengan melingkarkan DWT pada sternum 3 – 4 dan angka yang ditunjuk pada pita ukur itu menunjukkan berat badan ternak. Cara penafsiran yang merupakan cara

(16)

untuk mengetahui berat badan ternak adalah penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan ternak / neraca. Besar atau kecil, stationer atau portabel, timbangan merupakan bagian yang sangat diperlukan dalam tehnik-tehnik pengukuran, (Blakely and Bade, 1998).

Metode visual adalah suatu metode yang digunakan untuk menafsir berat badan dengan melihat, mengamati keadaan sapi dengan baik, kemudian kita menafsir berat sapi tersebut. Metode ini perlu kejelian dan latihan yang banyak supaya taksirannya hampIr mendekati benar. Dan juga metode ini banyak dipakai oleh para pedagang hewan (Buffran,1986).

Ukuran-Ukuran Untuk Hewan Ternak I. Ukuran-Ukuran Tinggi

a. Tinggi pundak : yaitu jarak titik tertinggi pundak sampai ketanah

b. Tinggi punggung : yaitu jarak dari tajuk ruas punggung terakhir sampai tanah atau garis tegak lurus di belakang rusuk terakhir.

c. Tinggi kelakang : yaitu jarak titik tertinggi kelakang sampai ke tanah, titik ini terletak sedikit kebelakang permulaan tulang kelakang dan agak jauh di belakng garis yang menghubungkan sudut tulang pangkal paha.

d. Tinggi pangkal ekor : yaitu jarak dari titik di mana ekor meninggalkan badan sampai ke tanah.

II. Ukuran-Ukuran Panjang

a. Panjang badan : Jarak lurus dari garis tegak lurus diadakan teoritis dari sikum (boeng) sampai benjol;an tulang tapis.

b. Panjang kelakang : Jarak antara muka pangkal paha sampai benjolan tulang tapis

III. Ukuran-Ukuran Lebar a. Lebar dada :

(17)

i. Lebar dada muka ialah jarak antara kedua benjolan siku luar.

ii. Lebar dada rusuk ialah jarak antara rusuk kiri-kanan diukur di belakang tulang belikat.

b. Lebar pangkal paha : Jarak antara sisi luar sudut pangkal paha. c. Lebar tulang tapis : Jarak antara sisi luar benjolan tulang tapis. IV. Ukuran-Ukuran Dalam

Dalam dada : Jarak antara titik tertingi pundak dan tulang dada, diukur di belakang siku.

V. Ukuran-Ukuran Lingkar

a. Lingkar dada : diukur melingkar dada dibelakang siku.

b. Lingkar pipa : yakni diukur dengan pita ukur di tengah-tengah tulang pipa dari kaki kiri.

VI. Ukuran-Ukuran Kepala

a. Panjang kepala : Jarak dari puncak kepala sampai ke daging gigi seri. b. Lebar dahi

· Lebar dahi atas adalah jarak panggkal tanduk atas.

· Lebar dahi bawah adalah jarak antara kedua lingkungan tulang mata. PENGUKURAN DATA VITAL TERNAK

Ternak dibuat dalam posisi paralelogram yaitu posisi ternak berdiri tegak lurus pada suatu bidang datar dengan keempat kaki membentuk empat persegi panjang. Kemudian diukur lingkar dada, lebar dada, dalam dada, lebar pinggul, tinggi pinggul, tinggi gumba, panjang badan

1. Lingkar dada. Diukur dengan cara melingkarkan pita ukur pada sternum 3-4 letaknya di belakang kaki depan.

(18)

2. Dalam dada. Dalam dada diukur dengan mistar ukur pada titik tertinggi gumba sampai titik terendah gumba.

3. Lebar dada. Lebar dada diukur dengan mistar ukur antara iga kanan dan kiri tepat pada tulang sternum 3-4.

4. Tinggi gumba. Tinggi gumba diukur dengan mistar ukur secara vertikal dari bidang datar sampai titik tertinggi dari gumba.

5. Tinggi pinggul. Tinggi pinggul diukur dengan mistar ukur secara vertikal dari bidang datar sampai titik tertinggi pinggul (titik pertengahan tuber coxae).

6. Panjang badan. Panjang badan absolut diukur dengan mistar ukur dari sendi bahu (scapula humeralis) sampai tonjolan tulang duduk (tuber os ischii).

Penafsiran Umur

Penafsiran umur dilakukan dengan melihat pertumbuhan, pergantian, dan perkembangan serta keterasahan gigi seri permanen. Pada sapi betina dengan melihat jumlah cincin tanduk yang terbentuk, kemudian dengan memasukkan tangan melalui diastema, lalu dipegang lidahnya dan ditarik keluar, gigi perlu diraba untuk mengetahui keterasahannya. Hal ini dilakukan secepat mungkin dan jangan sampai melukai lidah sapi.

Cara melihat gigi seri pada sapi, moncong dipegang kedua tangan, kemudian rahang bawah ditarik sehingga kelihatan giginya.

(19)

Tips Cepat Menghitung Berat Ternak

( http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/03/21/tips-cepat-menghitung-berat-ternak/)

sapi Limousin

Pada ternak besar untuk menghitung bobot kerbau atau sapi tentu sulit bukan? Kalau unggas cukup diikat kakinya lalu ditimbang beres, bukan?

Kalau di perusahaan besar, bobot sapi dan kerbau biasa ditimbang dengan timbangan ternak. Timbangan ternak cukup berat dan harganya pun mahal. Di pasar hewan, timbangan ternak ini tak dijumpai. Jual beli sapi, kerbau dan domba lebih banyak dengan cara “beuli bogoh” sehingga berat ternak acapkali diabaikan. Namun ternyata cukup dengan seutas tali, bobot ternak, berikut karkas (potongan daging tulang) dan bahkan dagingnya bisa ditentukan.

Bila dicermati, penampang tubuh kerbau, sapi dan domba menyerupai bentuk geometris berupa tabung. Untuk mencari volume tabung harus diketahui luas alas dan tinggi. Dalam hal ini, lingkar dada hewan dapat diasumsikan sebagai luas alas bangun lingkaran dan panjang badan sebagai tinggi.

(20)

Lingkar dada diperoleh dengan melingkarkan seutas tali di belakang gumba melalui belakang belikat. Sementara panjang badan diukur dari bahu hingga penonjolan tulang duduk. Dengan memperhatikan volume organ kepala, kaki, ekor, dan massa jenis daging atau jeroan bakal diperoleh pendekatan untuk memperoleh berat hewan sebenarnya.

Melalui berbagai percobaan, para ahli akhirnya menemukan rumus untuk menghitung bobot ternak. Sebut saja, Schoorl menemukan rumus untuk mengetahui berat badan dengan cukup mengetahui satu komponen, yakni lingkar dada.

Rumus itu dinamai namanya sendiri rumus Schoorl yaitu

Bobot Badan (kg) = {lingkar dada (cm) + 22} dikuadratkan dibagi 100. Sementara Scheiffer mengadopsi rumus tabung dengan menampilkan formula, yakni Bobot Badan (lubels) = {lingkar dada (inchi) kuadrat x panjang badan} (inchi) dibagi 300.

Rumus ini disesuaikan oleh Lambourne dengan mengonversi ke dalam satuan yang cocok dengan kehidupan masyarakat kita, yakni

Bobot Badan (kg) = {lingkar dada (cm) kuadrat x panjang badan (cm)} dibagi 10840.

Sejumlah peneliti mencoba membuktikan keakuratan rumus-rumus itu diuji-cobakan terhadap beberapa kelompok sapi antara bobot taksir dan bobot timbangan. Hasilnya rumus Scheiffer dan Lambourne lebih mendekati berat real sapi sebenarnya dengan tingkat kesalahan di bawah 10 persen. Sedangkan rumus Schoorl tingkat kesalahannya mencapai 22,3 persen.

Perbedaan perhitungan berat pada mahluk hidup adalah wajar, karena bobot hewan sangat dipengaruhi situasi dan kondisi lingkungan, yakni gelisah (stress), habis makan, banyak minum atau baru buang feses. Hewan yang ditimbang sekalipun, akibat buruk perlakuan dan pengangkutan dapat menyebabkan susut tubuh 5-10%.

(21)

Dengan memperoleh angka taksiran bobot hidup, maka persentase karkas dan daging dapat segera diketahui. Karkas sapi berkisar 47-57 persen dari bobot hidupnya dan daging 75 persen dari karkas. Karkas adalah potongan daging tulang tanpa kepala, kaki, kulit dan jeroan. Untuk domba persentase karkasnya sekitar 45 persen dan dagingnya 75 persen dari karkas.

Kalkulasi ini sangat penting, bagi hewan kurban dapat memperkirakan jumlah daging dibandingkan jumlah mustahik (penerima daging kurban). Atau bagi pedagang juga dapat dijadikan perbandingan harga apakah hewan yang dibeli terlalu mahal atau tidak dibanding harga pasaran.

Umur ternak dapat diketahui berdasarkan susunan gigi geliginya dengan melihat susunan gigi seri (berada di rahang bawah). Bila gigi seri dewasa telah tumbuh (tampak besar dan kuat seperti kapak, gigi susu kecil-kecil seperti sisir jagung muda), maka hewan dipandang dewasa/cukup umur (musinnah). Pada domba dan kambing perubahan ini terjadi pada umur 1-1,5 tahun dan sapi 2-2,5 tahun. Hewan tua ditandai pergesekan gigi dan keausan gigi dewasa akibat pemakaian yang terlampau lama.

Gambar

Gambar 1. Prosedur Palpasi untuk merasakan perdagingan dan perlemakan pada domba  Daerah  utama  untuk  merasakan  perdagingan  dan  perlemakan  dengan  palpasi  adalah :
Tabel 1. Perkembangan Umur Ruminansia Berdasarkan Pertumbuhan dan Perkembangan    Gigi Seri
Tabel 2. Perkiraan Umur Ruminansia Berdasarkan Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi     Geraham

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan observasi proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan matematika realistik pada materi penjumlahan

Pada Intinya awal kegiatan pelatihan ini Bapak Kamim menyampaikan pesan kepada peserta pelatihan untuk lebih semangat kembali dalam melaksanakan seluruh kegiatan pelatihan

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa paritas atau frekuensi beranak tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap S/C, tidak berbedanya rataan S/C pada

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Hubungan antar panjang

Rancangan penelitian pada batako akan dibuat benda uji dengan perbandingan campuran 1Pc : 7Ps, dimana campuran ini akan diberi serbuk kaca sebagai bahan substitusi dengan

Aplikasi E-edukasi interaktif Biologi Berbasis Flash Animation, Mampu Memperkaya metode dan model Pembelajaran untuk siswa Sekolah Menengah Atas pada mata pelajaran Biologi

Hal ini menunjukkan bahwa auditor switching yang dilakukan oleh perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi

pembelajaran Saintifik yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. c) Pengalaman belajar akan memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan sikap pengetahuan,