• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN HYPNOTEACHING DALAM PENGUATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK CALON GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA TAHUN 2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PELATIHAN HYPNOTEACHING DALAM PENGUATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK CALON GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA TAHUN 2018 - Test Repository"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

CALON GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 2018

Oleh:

Muhamad Sidik Afandi : 12010160025

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

(2)

ii

PELATIHAN

HYPNOTEACHING

DALAM PENGUATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK

CALON GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 2018

Oleh:

Muhamad Sidik Afandi : 12010160025

(3)
(4)
(5)

v

Terus Berusaha Menjadi Orang Baik, Sebaik-Baik Manusia Adalah Yang

(6)

vi

Persembahan

Tesis ini kupersembahkan untuk :

Ibu, Bapak dan Istri saya, Ibu Siti Juwariyah, Alm Bapak Muchlasin, dandek Umi Mahmudah. Semoga Allah senantiasa mengasihi dan mencintai dalam rahmat dan

(7)

vii

PELATIHAN

HYPNOTEACHING

DALAM PENGUATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK

CALON GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 2018

Implementasi pelatihan hypnoteaching dalam penguatan kompetensi pedagogik calon guru PAI IAIN Salatiga tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk menguatkan kompetensi pedagogik calon guru PAI. penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penelitian eksperimen. Dengan menanamkan langkah-langkah hypnoteaching pada calon guru PAI, adapun langkah-langkahnya adalah (1) niat dan motivasi dalam diri sendiri; (2) pacing atau menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain atau peserta didik; (3) leading atau mengarahkan peserta didik; (4) menggunakan kata-kata positif; (5) memberikan pujian; (6) modeling atau memberi teladan melalui ucapan dan perilaku, sehingga mampu menyentuh dimensi spiritual dan dimensi emosional peserta didik. Pelatihan hypnoteaching efektif menguatkan kompetensi calon guru PAI IAIN Salatiga dengan dibuktikannya hasil post tes setelah diadakan pelatihan kepada calon guru PAI menggunakan uji t test paired dengan tingkat koefisien t=39,310, sedangkan p=0,00<0,05. Dengan demikian, pelatihan hypnoteaching efektif menguatkan kompetensi pedagogik calon guru PAI IAIN Salatiga tahun 2018.

(8)

viii

ABSTRACT

HYPNOTEACHING TRAINING IN STRENGTHENING

PEDAGOGIC COMPETENCY OF ISLAMIC RELIGIOUS

EDUCATION TEACHERS (PAI) SALATIGA STATE

INSTITUTE OF ISLAMIC STUDIES (IAIN) 2018

Implementation of hypnoteaching training in strengthening pedagogic competency of IAIN Salatiga PAI teacher candidates in 2018. This study aims to strengthen pedagogical competence of PAI teacher candidates. This research was conducted with an experimental research approach. By inculcating hypnoteaching steps for prospective PAI teachers. Furthermore the steps are (1) self-intention and motivation ; (2) pacing or equating positions, gestures, language, and brain waves with other people or students; (3) leading or directing students; (4) using positive words; (5) giving appreciation; (6) modeling or giving an example through words and behavior, so as to be able to touch the spiritual and emotional dimension of students. Hypnoteaching training effectively strengthened the competency of IAIN PAI teacher candidates Salatiga by proving the results of the post-test after training for prospective PAI teachers using paired t test with a coefficient level t = 39,310, while p = 0,00 < 0,05. Thus, hypnoteaching training effectively strengthens the pedagogical competence of IAIN Salatiga Islamic Education teacher candidates in 2018.

(9)

ix

Alhamdulillahirobbil‟aalamiin. Washsholatu wassalaamu‟ala sayyidil anbiyai wal mursalin, wa‟alaa alihi wa shohbihi ajmain. Segala puji atas segala rahmat Alloh SWT penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul

PELATIHAN HYPNOTEACHING DALAM PENGUATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK CALON GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA TAHUN 2018”.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis mendapat bantuan, motivasi dari berbagai pihak. Dalam kesematanini saya mengucapkan Jazzakumulloh khoiron katsiro kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Prof. H. Zakiyuddin, M.Ag selaku direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Dr. Muna Erawati, M.Si. selaku pembimbing tesis yang telah membimbing dengan ikhlas sampai tesis selesai.

4. Semua Dosen program beasiswa pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah membimbing dan memberi kemudahan selama penulis mengikuti kuliah.

5. Teman-teman Progdi PAI kelas B Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

(10)

x

7. Kepada keluarga tercinta yang telah memotivasi dan memberikan dukungannya untuk senantiasa belajar dan belajar.

Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat untuk penulis dan juga semua pihak. Akhirnya penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis megharap saran dan masukan yang membangun.

Penulis

(11)

xi

BAB III GAMBARAN UMUM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA DA PELATIHAN HYPNOTEACHING A. FTIK PAI IAIN Salatiga ……….. 20

B. Materi Pelatihan Hypnoteaching ……… 21

BAB IV IMPLEMENTASI PELATIHAN HYPNOTEACHING DALAM PENGUATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK CALON GURU PAI IAIN SALATIGA TAHUN 2018 A. Hasil Implementasi Pelatihan Hypnoteaching Calon Guru PAI IAIN Salatiga Tahun 2018 ………. 22

B. Efektifitas Pelatihan Hypnoteaching dalam Penguatan Kompetensi Pedagogik Calon Guru PAI ………. 27

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………. 32

(12)

xii

Daftar Pustaka ……….. 34

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Dunia Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami banyak perubahan. Perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang universal. Sebagai contoh, perkembangan media elektronik yang begitu kencangnya, menjadikan semua lini dalam kehidupan masyarakat tidak terlepas dari media, lebih khusus socialmedia (sosmed). Perkembangan ini menjadikan dunia pendidikan dimudahkan dalam hal penggunaan media dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Media elektronik yang mendukung positif ini justru menjadi satu titik lemah proses pembelajaran. Secara efisiensi waktu memang lebih cepat, namun mengurangi intensitas interaksi guru dengan peserta didik. Guru dalam proses pembelajaran merupakan sumber ilmu siswa yang secara langsung menyampaikan apa yang menjadi pengetahuannya (kognitif), kemudian bagaimana ia bisa menerapkan ilmu tersebut dan kemudian mengaplikasikannya di dalam kehidupan bermasyarakat.

(14)

2 memasuki dunia pendidikan. Dalam hal ini, peneliti menemui beberapa permasalahan pada tiga tahun terahir saat beberapa peserta PPL dari IAIN Salatiga melaksanakan praktik kerja lapangan. Ada beberapa lembaga yang kemudian menanyakan tentang kompetensi pedagogik calon guru pada kemampuan berkomunikasi, pengembangan pembelajaran, penampilan atau kepercayaan diri, peserta PPL yang kurang begitu memuaskan. Keterampilan yang menjadi salah satu dasar seorang guru adalah keterampilan pedagogik, bagaimana ketermpilan ini menunjukan interaksi antara guru dan murid. Rasa malu menjadi beberapa kendala bagi peserta PPL dan beberapa kali menolak masuk untuk menggantikan guru PAI yang sedang mendapatkan tugas luar sekolah. Demikian juga dengan minimnya kepercayaan diri calon guru PAI ketika masuk kelas, dengan mengajak rekan PPL untuk menemani di dalam kelas.

Peneliti kemudian menawarkan sebuah metode yang belum banyak diterapkan di dalam dunia pendidikan. Metode pembelajaran

hypnoteaching, sebuah metode yang dalam proses pembelajaran menerapkan prinsip-prinsip hipnoterapi, dan dikombinasi dengan

(15)

Lapangan (PPL), ataupun saat menjadi pendidik yang sesungguhnya di masa yang akan datang, dan menjadi pembentuk generasi yang memiliki karakter yang baik, sebagaimana yang menjadi tujuan Pendidikan Nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Allah Swt berfirman di dalam Qur’an

Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan

(Q.S Al Mujadalah : 11)1.

Sebagai manusia yang beriman hendaknya setiap manusia selalu bersemangat dalam menuntut ilmu, sebagaimana Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Percaya diri atas segala yang Allah Swt berikan kepadanya. Metode hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang belum banyak orang menggunakannya. Sebagai seorang calon guru PAI akan mudah dalam menyampaikan pembelajaran dengan metode ini.

1

(16)

4

B.

Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah implementasi pelatihan hypnoteaching dalam penguatan kompetensi pedagogik calon guru Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga tahun 2018?

2. Apakah pelatihan hypnoteaching efektif menguatkan kompetensi pedagogik calon guru Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga tahun 2018?

C.

Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pelatihan hypnoteaching terhadap penguatan kompetensi pedagogik calon guru PAI IAIN Salatiga tahun 2018.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat memperkaya kajian dalam bidang metode pembelajaran PAI.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran PAI dengan hypnoteaching.

D.

Kajian Pustaka

1.

Penelitian Terdahulu

(17)

belajar mahasiswa. Metode pembelajaran dengan hypnoteaching

berdampak positif terhadap hasil belajar dan motivasi belajar, dalam beberapa penelitian terhadap mahasiswa oleh Marganingsih2, dimana metode hypnoteaching dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah matematika ekonomi. Rachman3 dan Kasmaja4 menyampaikan bahwa metode hypnoteaching mempengaruhi motivasi belajar kelas VII pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam mata pelajaran PAI. Mansur5 menambahkan bahwa penerapan

hypnoteaching dalam pembelajaran PAI mampu meningkatkan mutu pembelajaran pada tingkat Sekolah Dasar (SD), dan La Ode6 memberikan gambaran positif tentang hasil dari penerapan metode hypnoteaching pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Berkenaan dengan kompetensi pedagogik, Putri Balqis7

2

Anna Marganingsih, “Penerapan Integrasi Metode Pembelajaran Hypnoteaching Dan Multiple Intelligence Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Matematika Ekonomi” STKIP Persada Khatulistiwa Sintang.Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2016:1-21.

3

Syaiful Sisi Rachman, judul Pengaruh Penerapan Metode Hypnoteaching Terhadap Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pai di Kelas VII-A dan VII-B SMP Mardi Sunu Surabaya Tahun 2016,Tesis UIN Surabaya, i.

4Kasmaja,Ds, “The Effectiveness Of The Implementation Of Hypnoteaching Method To Improve Motivation And Mathematics Learning Result Of Class Vii Students At SMP N 41 Bulukumba”, Vol 5, No 1 (2017)Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika.103-119

5

Muhammad Mansur,“Penerapan Hypnoteaching dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran PAI kelas iv dan v di SDIT Salsabila 2 Klaseman Tahun 2016”, Tesis, UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta,2016.i.

6

La Ode Muhammad Idrus Hamid, “Using Hypnoteaching Technique To Improve

The Students’ Vocabulary Mastery”, Vol 1, No 1,( March 2016), Journal Of English Education. 15-19

7

Putri Balqis,“kompetensi pedagogik guru dalam eningkatkan motivasi belajar siswa pada

smpn 3 ingin jaya kabupaten aceh besar” Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana

(18)

6 menyampaiakan, kompetensi pedagogik guru SMP dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dilakukan dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam menggunakan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran, berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, dan melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Kompetensi pedagogik menjadi salah satu kajian yang juga sering dikaji dalam penelitian pendidikan, James C. McCroskey8 kompetensi pedagogik harus mampu memberikan perbedaan pada unsur kognitif, afektif dan psikomotorik. Richard J. Shavelson9

mengkritisi cara pengajaran guru sepuluh tahun terahir yang memerlukan pengembangan di ranah pedagogik guru. David H Kahl10 lebih mengkritisi bagaimana penampilan dari seorang guru dalam pedagogik. José Luís Abrantes11 mengemukakan terkait efek dari

8 James C. McCroskey” Communication competence and performance: A research and

pedagogical perspective” Journal Communication Education, Volume 31, number 1,(18 may 2009), 1-7.

9

Richard J. Shavelson,”Research on Teachers’ Pedagogical Thoughts, Judgments,

Decisions, and Behavior” journals.sagepub, Volume: 51, number 4, (December 1981), 455-498. 10 David H Kahl, “Analyzing Masculinist Movements: Responding to Antifeminism through Critical Communication Pedagogy”, Journal Communication Teacher, Volume 29, Number 1, (December 2015), 21-26.

11

(19)

pedagogik dan interaksi terhadap performans guru. Kemudian Philip12 menyampaikan terkait dengan krisis keagamaan dalam kelas yang menjadikan disonansi kognifif siwa dalam pembelajaran agama.

Dari beberapa penelitian yang terdahulu dengan penelitian ini terdapat beberapa perbedaan sebagai berikut. Pertama, dari segi subjek yang diteliti, peneliti meneliti tentang kesiapan calon guru PAI dalam mempersiapkan performa mengajar. Kedua, partisipan penelitian dapat menjadi calon guru yang terampil mempraktikkan

hypnoteaching dalam pembelajaran PAI.

2.

Kerangka Teori

a) Hypnoteaching

Hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang dalam menyampaikan materi pelajaran, guru menggunakan teknik berkomunikasi yang sangat halus (persuasif) dan mampu menggerakkan hati (sugestif) dengan tujuan agar peserta didik mudah memahami materi pelajaran13. Hipnosis merupakan sebuah ilmu komunikasi fikiran bawah sadar yang bertujuan untuk

12

Philip L. Tite “On the Necessity of Crisis: A Reflection on Pedagogical Conflict and the Academic Study of Religion” Teaching Theologhy End Religion,Volume 6, number 2(April 2003)76-84.

13

Ibnu Hajar, Hypno Teaching: Memaksimalkan Hasil Proses Belajar-Mengajar dengan

(20)

8 mempengaruhi orang lain dengan cara merubah gelombang kesadarannya.14.

Langkah-langkah hypnoteaching meliputi: 1) niat dan motivasi dalam diri sendir15i; 2) pacing atau menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain atau peserta didik; 3) leading atau mengarahkan peserta didik; 4) menggunakan kata-kata positif; 5) memberikan pujian; 6) modeling atau memberi teladan melalui ucapan dan perilaku.16 Jika guru menerapkan hypnoteacing dalam kegiatan pembelajaran, maka suasana pembelajaran di kelas akan lebih kondusif, peserta didik merasa penting, aman dan nyaman sehingga tujuan pembelajaran lebih mudah tercapai. Calon guru pai juga memiliki hal yang menarik meliputi penampilan guru, sikap yang empatik, rasa simpati,penggunaan bahasa, peraga,

motivasi dan menguasai hati siswa17 b) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah teori mendidik yang mempersoalkan apa dan bagaimana mendidik sebaik-baiknya. Oleh sebab itu pedagogik dipandang sebagai suatu proses atau

14

Adi W. Gunawan, Hypnosis: The Art of Subconscious Communication, Meraih Sukses

dengan Kekuatan Pikiran, Jakarta: Pt. Gramedia Utama, 2007, h.66 15

Syifa Nursyamsiah, Efektivitas Model Pembelajaran hypnoteaching, Universitas

Pendidikan Indonesia : Bandung, 2014, h.43 16

Mansur HR, Menciptakan Pembelajaran Efektif Melalui Hypnoteaching,Media Pendidikan Lpmp Sulsel 2015,1.

17

Andri Hakim, Hypnosis in The Teaching: Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar,

(21)

aktifitas yang bertujuan agar tingkah laku manusia mengalami peubahan.

Kompetensi pedagogik sesuai dengan UU RI Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005 dan PP Nomor 19/2005 adalah merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan mengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.18 Tim Direktorat Profesi Pendidikan Ditjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan telah merumuskan secara substantif kompetensi pedagogik yang mencakup kemampuan terhadap peserta didik, yaitu a) penguasaan terhadap berbagai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, b) penguasaan terhadap berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, c) menguasai kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, d) memiliki keterampilan dalam melakukan kegiatan pengembangan yang mendidik, e) dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, f) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, g) mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, h) memiliki keterampilan dalam melakukan

18

(22)

10 penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, i) mampu memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, dan j) selalu melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

c) Pembelajaran PAI

1) Pengertian Pendidikan Agama Islam adalah suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia. Pendidikan Islam pada khususnya yang bersumberkan nilai-nilai islam juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan. Sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melandasinya adalah merupakan proses ihtiyar yang secara pedagogis kematangan yang mengutungkan19

2) Tujuan dan manfaat PAI a) Tujuan

tujuan pendidikan, tak dapat tidak mengajak kita bicara

tentang tujuan hidup manusia. Sebab pendidikan hanyalah

suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara

kelanjutan hidupnya (survival), baik sebagai individu

19

(23)

maupun sebagai masyarakat20. Tujuan pendidikan islam

adalah ubudiyah (beribadat) memberhambakan diri pada

Allah. Pendapat ini beralasan kepada firman Allah,

artinya: “tidaklah mereka disuruh, melainkan supaya

mereka menyembah Allah serta mengikhlaskan agama

kepadaNya”(Al-Bayyinah:5).

Tujuan pendidikan islam ialah menyiapkan anak-anak

supaya diwaktu dewasa kelak mereka cakap melakukan

pekerjaan dunia dan amalan akhirat sehingga tercipta

kebahagiaan bersama dunia-akhirat21.

b) Manfaat

Pendidikan agma islam dalam memberikan layanan pengetahuan dan pemahaman keislaman terhadap siswa memberikan materi yang tebagi menjadi lima ruang lingkup pembelajaran, yaitu Al-Qur’an dan Hadis, Keimanan, Akhlak,

20

Hasan Langugulung, Manusia dan Pendidikan suatu analisa psikologi dan pendidikan, Jakarta: PT Al Husna zikra, 1995.147.

21

Mahmud yunus, pendidikan dan pengajaran, Jakarta: Hidakarya Agung, 1978.10. 22

(24)

12 Fiqh, Sejarah Peradaban Islam23. Pendidik tentu memliki keharusan untuk menguasai semua ruang lingkup tersebut guna memberikan hak kepada peserta didik.

E.

Kerangka Pikir

Pendidikan agama islam menjadi salah satu mata pelajaran yang sangat strategis dalam menebar kebaikan kepada peserta didik. Calon guru PAI mestinya memahami betapa penting kehadirannya di dalam setiap pertemuan di dalam kelas. Peserta didik yang haus akan ilmu agama menjadi salah satu daya tarik bagi setiap calon guru agama islam untuk selalu mengembangkan diri. Kondisi siswa yang selalu berubah-ubah sering menjadikan guru tidak fokus dalam menyampaikan pembelajaran. Pergantian jam mata pelajaran juga menjadi faktor peserta didik sulit untuk dikondisikan. Guru yang tidak memiliki manajemen kelas yang baik biasanya akan bersikap diam hingga menunggu peserta didik diam, bahkan ada juga guru yang kemudian membentak pesrta didik untuk diam. Sehingga hal tersebut justru menjadikan peserta didik menjadi takut.

Pendidikan agama secara langsung memberikan pendidikan sikap spiritual dan juga kepribadian dalam begaul dengan orang lain (sosial). Guru kemudian harus bisa memberikan teladan yang baik bagi peserta didik, dalam hal ini sikap baik, ramah, teduh pandangannya, selalu menjadi penenang bagi peserta didiknya. Dalam ilmu psikologi muncul istilah hypnosis, yang memiliki arti seni berkomunikasi untuk

23

(25)

mempengaruhi sesorang, sehingga mengubah tingkat kesadarannya yang dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak dari beta menjadi alpha.24 Guru menjadi lebih mudah dalam mengkondisikan peserta didik dan mudah memberikan pembelajaran di dalam kelas. Dalam ilmu psikologi juga sering disebut Neuro Linguistic Programing25 (NLP) dimana seseorang guru memberikan sebuah treatment kepada peserta didik untu memprogram kembali siswa agar mudah untuk dikondisikan.

Hypnoteaching kemudian menawarkan satu dari berbagai macam metode pengajaran dalam membantu peserta didik untuk memudahkan mereka dalam menerima pelajaran. Metode akan sangat membantu guru dalam mengkondisikan peserta didik. Kompetensi pedagogik yang menjadi salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru akan sangat mudah dicapai apabila seorang guru/calon guru PAI dapat menguasai metode ini.

F.

Hipotesis

Pelatihan hypnoteaching efektif dapat menguatkan kompetensi pedagogik calon guru Pendidikan Agama Islam di IAIN Salatiga tahun 2018.

24

Ibnu Hajar, hypno teaching memaksimalkan hasil proses belajar mengajar dengan hipnoterapi, Diva Press Yogyakarta, 2011.34.

25

(26)

14

BAB II

METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif26, dengan pendekatan penelitian eksperimen. Penelitian ekpserimen merupakan salah satu bentuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap subjek penelitian.27

Kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh/ tindakan/ treatment pendidikan terhadap tingkah laku subjek atau menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain.28 Tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok. Penelitian eksperimen merupakan pendekatan penelitian yang cukup khas yaitu penelitian eksperimental menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain, dan menguji hipotetesis sebab akibat.29 Dengan demikian pendekatan ini sangat dimungkinkan untuk digunakan dalam penelitian ini.

26

John w, creswell, Research Design Qualitatve, Quantitative, And Mixed Methods Approaches, United States Of America, 2009, 145.

27

Moh Nazir, Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011,63

28

Deni Darmawan, 2013, MetodePenelitian Kuantitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya,

226

29

Nana Sukmadinata S, 2005. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja

(27)

Pendekatan penelitian eksperimen dilakukan untuk

mengetahui efektifitas pelatihan

hypnoteaching

dalam

penguatan kompetensi pedagogik calon guru PAI IAIN

Salatiga tahun 2018.

1.

Variable dan Operasionalisasinya

a) Variable X : Pelatihan Hypnoteachig.

Pelatihan metode hypnoteaching adalah pelatihan klasikal yang diberikan kepada subjek penelitian yaitu calon guru PAI untuk mengerjakan konsep/teori dan metode mengajar yang berorientasi pada langkah-langkah hypnoteaching berdasar panduan Modul Pelatihan Metode Hypnoteaching.

b) Variable Y : Kompetensi Pedagogik.

Kompetensi pedagogik30 adalah satu dari empat standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional membagi kompetensi pedagogik menjadi 10 aspek. Peneliti mengambil aspek ketujuh kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.31 Kompetensi pedagogik yang dimaksud peneliti adalah keterampilan dalam berkomunikasi guru dengan peserta didik dalam situasi

30

Muhammad Nasir, “Profesionalisme Guru Agama Islam”Jurnal Dinamika Ilmu Vol. 13. No. 2, Desember 2013,193

31

(28)

16 pembelajaran yang diungkap dengan instrumen Tes Performans Kompetensi Pedagogik pembelajaran PAI.

2. Variabel kontrol

1. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) semester lima calon guru PAI sebagai salah satu variabel kontrol untuk seleksi peserta pelatihan hypnoteaching.

b. Semester Enam, tingkat jenjang semseter enam menjadi salah satu syarat calon guru PAI mengikuti pelatihan hypnoteaching yang telah mengikuti mata kulian microteaching sebagai persiapan pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di semester tujuh.

3. Desain eksperimen : one grup Pretestpost testdesign

Penelitian melaui pelatihan metode hypnoteaching ini menggunakan pre test dan post tes, Y1 X Y2. Peneliti melakukan

tes performans calon guru PAI di IAIN Salatiga. Beberapa waktu setelah peserta diberikan pelatihan metode hypnoteaching berikut dan tatacara penggunaannya dalam pembelajaran. Tahap berikutnya adalah pengetesan kembali tes setelah terlaksananya pelatihan, tes dilakukan kembali kepada peserta pelatihan. Kemudian diadakan penilaian penampilan mengajar oleh penilai. 4. Subjek penelitian

(29)

berikut :

a. Perekrutan subjek penelitian.

1) Mengadakan pengumuman akan diadakannya pelatihan metode hypnoteaching.

2) Mendata calon peserta pelatihan yang mendaftarkan diri. 3) Menyeleksi secara administratif calon peserta pelatihan. 4) Memberikan pengumuman bagi calon peserta yang lolos

tahap administrasi. 5) Mengisi informedconsent

b. Peserta pelatihan yang memenuhi syarat

1) Lolos administrasi dengan nilai IPK akhir 3.25 2) Regristasi dan daftar ulang peserta pelatihan.

3) Mempersiapakan materi untuk ditampilkan saat

microteaching.

4) Melaksanakan pre test berupa microteaching dengan instrumen penilaian.

c. Proses pelatihan metode hypnoteaching.

1) Peserta hadir tepat waktu dan mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir pelatihan.

2) Peserta menerima modul pelatihan hypnoteaching

(terlampir)

(30)

18 d. Pengambilan hasil akhir penelitian

1) Peserta melaksanakan post testmicroteaching. 2) Menilai penampilan peserta pelatihan.

3) Menghitung perbedaan hasil dari pre test dan post test

dengan instrumen penilaian. 6. Metode Pengambilan Data

a) Pengabilan Data 1. Tes

Data diambil melalui alat tes. Tes yang digunakan untuk mengukur kompetensi pedagogik bersifat tes performans.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yang dijadikan data adalah data hasil IPK subjek penelitian terakhir, daftar hadir, foto pelaksanaan tes.

b) Instrumen Tes

Tes yang digunakan untuk mengukur kompetensi pedagogik adalah tes performance kompetensi pedagogik. Indikator kompetensi pedagogik mengadopsi dari aspek kompetensi pedagogik yang dikemukakan dalam UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

c) Uji validitas dan Reliabilitas Instrumen

(31)

d) Uji Asumsi

Uji asumsi , menggunakan beberapa parameter sebagai berikut: 1) Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman subjek penelitian tentang kemampuan berkomunikasi dalam pembelajaran secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

2) Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data antara X dan Y bersifat homogen atau tidak. Membandingkan antara sebelum dan sesudah dilaksanakannya pelatihan. 7. Teknik Analisis Data

Efektifitas pelatihan hypnoteaching dianalisis menggunakan design one grup pre test dan post test dengan uji T. apabila data terditribusi normal, maka dilakukan uji paired T test. Jika data tidak normal maka dilakukan uji will coxon dengan SPSS for windows 10.

(32)

20

BAB III

GAMBARAN UMUM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM IAIN SALATIGA DAN PELATIHAN

HYPNOTEACHING

A. FAKULTAS TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN SALATIGA

1. Visi dan Misi Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga a) Visi : “Menjadi program studicentre of excellence dalam bidang

pendidikan, penelitian, dan pengembangan Pendidikan Islam

berbasis reseachpada tahun 2025.” 32

b) Misi :

a. Menyelenggarakan pendidikan centre of excellence (unggul) yang

dirancang untuk menghasilkan lulusan profesional dengan

mengembangkan nilai, etika dan moral akademis yang siap

menjadi pendidik agama Islam di sekolah.

b. Mempersiapkan lulusan yang berkualitas yang memiliki

kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, keluasan ilmu dan

kematangan profesional dalam menjalankan tugas sebagai tenaga

pendidik agama Islam.

c. Mengembangkan paradigma baru dalam menciptakan iklim

akademis religius dalam pengelolaan pendidikan dan

pengembangan kompetensi sebagai pendidik agama Islam.

2. Dosen dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga

32

(33)

dosen luar biasa berjumlah 60 orang. Masing masing dosen mengajar beberapa mata kuliah.

b) Calon guru PAI/Mahasiswa PAI semester enam aktif berjumlah 364 dengan tahun angkatan 2015. Calon guru PAI memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Semakin berkembangnya teknologi secara tidak langsung memberikan kemudahan bagi calon guru PAI untuk mengembangkan pembelajaran, namun dalam penggunaan teknologi belum semua calon guru pai dapat menggunakan secara maksimal dan ragu dalam penerapan dalam pembelajaran. Masing-masing mahasiswa memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Penguasaan terhadap metode pembelajaran juga banyak yang belum menguasai secara penuh, sehingga komunikasi kepada

audience/peserta didik kurang dapat dipahami. Calon guru PAI perlu meningkatkan gaya bahasa dalam penyampaian materi agar apa yang seharusnya disampaikan dalam pembelajaran dapat tersampaikan kepada peserta didik dengan lebih baik.

B. Materi Pelatihan Hypnoteaching

Materi hypnoteaching diberikan kepada peserta pelatihan dengan model seminar dan kemudian dipraktikan setelah seminar selesai dilaksanakan. Inti terpenting dalam pelatihan hypnoteaching adalah bagaimana calon guru PAI dapat menyampaikan materi dapat menyentuh dimensi rasa/emosional dan dimensi spiritual peserta didik di setiap pembelajaran PAI.(Modul

(34)

22

BAB IV

IMPLEMENTASI PELATIHAN HYPNOTEACHING

DALAM PENGUATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK

CALON GURU PAI IAIN SALATIGA TAHUN 2018

A.

Hasil Implementasi Pelatihan

Hypnoteaching

Calon Guru PAI

IAIN Salatiga Tahun 2018.

Peserta pelatihan diambil secara random dengan membuka pendaftaran bagi calon guru PAI dari Fakultas Tarbiyah Progdi PAI. Langkah yang diambil untuk peserta pelatihan adalah sebagai berikut :

a) Pendaftaran Peserta pelatihan metode hypnoteaching

Pendaftaran dilaksanakan selama satu bulan sebelum teknikal meeting dilaksanakan. Pendaftar awal berjumlah 42 orang. Sebagaimana menjadi tujuan awal, pelatihan ini ditujukan khusus kepada calon guru PAI dan tidak menerima selain dari jurusan PAI. Meskipun demikian ada beberapa mahasiswa dari jurusan lain hendak mengikuti pelatihan ini untuk menambah jam terbang mereka dalam mempersiapkan pelaksanaan praktik kerja lapangan atau PPL. Namun untuk menjaga data agar tetap fokus hanya menerima dari jurusan PAI.

b) Pelaksanaan tecnikalmeeting peserta pelatihan

(35)

c) Pelaksanaan PreTest

Pelaksanaan pre test dilaksanakan dalam 2 ruang yang berbeda, dengan total peserta 33 peserta, dibagi menjadi 2 masing masing dengan penguji yang berbeda. Penguji berlatar belakang Magister PAI Pascasarjana IAIN Salatiga tahun 2017.

Pelaksanaan pretest dilakukan peserta dengan kelas microteaching, untuk mengambil data awal untuk penghitungan kompetensi pedagogik calon guru PAI di IAIN Salatiga. Peserta mempraktikkan pengajaran/pembelajaran di depan kelas dengan audiens peserta yang lain beserta dengan penguji. Praktik mengajar selama 10-15 menit dengan materi yang sudah dipersiapkan dibuktikan dengan RPP. RPP dinilai terlebih dahulu oleh penguji. Materi pembelajaran tetap dalam rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam baik tingkat sekolah Menengah Pertama atau Akhir.

Proses microteaching peserta pelatihan ditemukan banyak hal yang menjadi perhatian penguji terhadap performance peserta. Beberapa peserta masih gugup dalam pelaksanaan microteaching. Di sisi lain, beberapa perserta dapat mengubah suasana kelas menjadi menyenangkan, namun beberapa materi menjadi hilang karena audience

(36)

24 besar dalam mentransfer ilmu, untuk itu penguasaan kelas sangat diperlukan bagi calon guru PAI.

Kekurangan dan kelebihan peserta dalam menampilkan

microteaching menjadi bahan evaluasi para penguji dan peneliti, untuk menghilangkan rasa gugup dan canggung peserta pelatihan dalam pelaksanaan microteaching peneliti menggunakan pelatihan

hypnoteaching untuk menambah metode pembelajaran dalam proses pembelajaran PAI. Pelatihan ini ditujukan selain untuk menambahkan metode pembelajaran juga untuk menghilangkan rasa gugup pada peserta/calon guru PAI IAIN Salatiga. Pelatihan juga bertujuan meningkatkan salah satu kompetensi pedagogik peserta/calon guru PAI, yaitu gaya komunikasi/performance/penampilan peserta/calon guru pai dalam mengelola kelas dan penyampaian pembelajaran kepada peserta didik.

d) Pelaksanaan Pelatihan Hypnoteaching.

Pelatihan metode hypnoteaching dilaksanakan untuk memberikan pengalaman baru kepada calon guru PAI agar dalam penguasaan kompetensi pedagogik, dalam hal ini kepada cara penyampaian, komunikasi, gaya bahasa, gaya tubuh, pandangan mata, dan pengambilan perhatian peserta didik menjadi lebih maksimal. Berbagai macam metode memang sudah diterima oleh semua calon guru PAI. Pemateri pelatihan, Drs, H. Ahmad Sultoni,M.Pd. M.Ch. dari IAIN Salatiga/direktur Biro Konsultasi Psikologi Tazkia IAIN Salatiga. Mengemukaan “Penggunaan

(37)

kepada peserta didik namun lebih menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didik. Rosulullah Saw mengajarkan bagaimana dalam memberikan pembelajaran kepada para sahabat menggunakan bahasa yang santun dengan lisan, gaya bahasa tubuh, tatapan mata, mimik muka, dan bahkan secara tersembunyi beliau mendoakan setiap sahabatnya ketika bermunajat kepada Allah Swt.”

Hal ini perlu juga dikuasai oleh setiap pendidik dalam memahamkan Pendidikan Agama Islam kepada peserta didik. Agar tersampaikan apa yang diajarkan Rosulullah Saw kepada peserta didik dengan perantara guru Pendidikan Agama Islam.

Pemateri menyampaikan, “hypnoteaching pada Pendidikan

Agama Islam bisa memiliki makna lebih khusus, karena tidak hanya menyampaikan terkait dengan materi saja, namun juga terkait dengan jiwa, dan rasa kepada Allah Swt. Dengan demikian perlu digarisbawahi metode ini bisa juga disebut dengan hypno spiritual teaching. Mengajarkan pendidikan agama Islam dengan lebih banyak menanamkan pendidikan spiritual, menyampaikan dengan hikmah dan ayat-ayat baik dari firman-Nya yang berupa Al-Qur’an atau pun ayat yang berupa penciptaan alam semesta.”

(38)

26 pembelajaran PAI dengan menyertkan penanaman karakter yang lebih mendalam kepada peserta didik.

Pelaksanaan pelatihan dilaksanakan di ruang rapat utama FTIK IAIN Salatiga menggunakan media untuk menunjang pemahaman peserta pelatihan dalam penerapan hypnoteaching dalam proses pembelajaran. Langkah apa saja yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Seorang guru pai dalam pembelajaran dapat mengambil perhatian dari peserta didik dengan memperhatikan peserta didik terlebih dahulu, sehingga guru dapat memberikan langkah yang tepat dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Calon guru PAI selain dituntut untuk menguasai kondisi kelas juga dapat menguasai materi dengan baik, menggunakan contoh-contoh yang tepat dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik. Calon guru PAI dapat membekali peserta didik tidak hanya dari segi materi saja, namun juga dapat menjadi teladan atau contoh nyata yang hadir di tengah-tengah peserta didik.

e) Pelaksanaan post test

Pelaksanaan post test bagi peserta pelatihan atau calon guru PAI IAIN Salatiga dilakukan satu minggu setelah proses pelatihan hypnoteaching

(39)

dapat memahami dan menikmati materi pembelajaran dengan tenang dan nyaman. Calon guru PAI menjadi lebih kreatif dalam mengemas pembelajaran serta rasa canggung atau gugup mulai berkurang dan hilang dari sebelum diadakan pelatihan hypnoteaching. Terjadi peningkatan yang signifikan pada hasil postest setelah dilakukan pelatihan.

B.

Efektifitas

Pelatihan

Hypnoteaching

dalam

Penguatan

Kompetensi Pedagogik Calon Guru PAI

Pelatihan hypnoteaching yang diberikan kepada calon guru PAI di IAIN Salatiga menggunakan beberapa indikator dasar dalam pengujian kompetensi pedagogik dengan teknik pensekoran dengan range 1-5. Adapun dasar-dasar penilaian pedagogik yang diujikan adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan pembuka

a. Apersepsi dengan bahasa yang santun.

b. Pengkondisian peserta didik menggunakan NLP (Neuro Linguistic Programming)

2. Kegiatan Inti

a. Menyampaikan bahan materi sesuai Kompetensi Dasar.

b. Menggunakan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran. c. Menggunakan alat bantu/peraga yang sesuai dengan materi

pembelajaran.

d. Penggunaan bahasa/ungkapan yang positif dalam proses pembelajaran untuk menyentuh empati peserta didik.

(40)

28 f. Aktif berkomunikasi dengan peserta didik dengan baik.

3. Kegiatan penutup

a. Memberikan simpulan materi pembelajaran dengan menyampaikan hikmah yang terkandung di dalam materi dengan relaksasi.

b. Melakukan tindak lanjut untuk pertemuan selanjutnya dengan bahasa yang santun.

c. Menutup pembelajaran dengan kalimat yang membangun dan positif.

Hypnoteaching yang dimaksudkan lebih khusus kepada cara penyampaian materi oleh calon guru pai agar dapat menyentuh dimensi kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual peserta didik. Penyampaian materi selalu berlaku tematik dan dapat berkaitan dengan apa saja yang berkaitan dengan mata pelajaran yang lain bahkan bisa mencapai kebudayaan yang terjadi di masyarakat.

Pensekoran dalam masing-masing indikator memiliki nilai paling rendah dengan score 1 dan nilai paling tinggi dengan score 5. Indikator penilaian yang sudah melalui tahapan validasi para ahli dalam hal pengajaran dan design pembelajaran, beserta ahli dalam bidang psikologi lebih khusus pada bidang hypnoterapi. Penggunaan hypnoterapi yang dikombinasi dengan pengajaran dalam pembelajaran menjadikan calon guru PAI memiliki semangat yang lebih baik dari sebelum dilakukan pelatihan.

(41)

Case Processing Summary

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Tabel 2. Realibility Statistik Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,840 11

Berdasarkan hasil pengujian realibilitas di atas, diketahui bahwa Cronbach Alpha adalah sebesar 0,840. Jadi angka tersebut lebih besar dari nilai minimal Cronbach Alpha 0,6, karena itu dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel pelayanan dapat dikatakan reliabel atau handal. Seperti yang diungkapkan oleh Hepta Bungsu Agung Jayawardana dan Djukri33. Uji Normalitas data Pre Dan Post Tes Pelatihan hypnoteaching Calon Guru PAI IAIN sesuai dengan tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3 Uji Normalitas pre dan post test

Tests of Normality

Hepta Bungsu Agung Jayawardana, Pengembangan Model Pembelajaran

(42)

30 Karena nilai Sig. untuk kelas eksperimen pre test = 0,65 > 0,05 maka Ho diterima, dan kelas post-test = 0,162 < 0,05 maka Ho diterima, dengan

demikian dapat disimpulkan kelas pre-test normal dan kelas post-test normal. Uji Homogenitas Nilai Pre Test pelatihan hypnoteaching calon guru PAI IAIN Salatiga sesuai dengan tabel 4.

Tabel 4 Uji Homogenitas pre test

Test of Homogeneity of Variances

Karena nilai Sig. 0,416 > 0,05 maka Ho diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan data nilai pre-test berasal dari populasi yang homogen. Selanjutnya, karena nilai pre-test berdistribusi normal dan homogen, maka uji kesamaan rata-rata dan nilai pre-test menggunakan uji statistik parametik Independent t-sample. Uji T Paired pelatihan hypnoteaching

(43)

5

Karena nilai koefisien t=39,310 dengan taraf signifikasi p=0,00<0,05.Dengan demikian, ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dengan sesudah diberikan pelatihan hypnoteaching calon guru PAI IAIN Salatiga tahun 2108.

Hasil penelitian pengaruh metode hypnoteaching (x) terhadap peningkatan kompetensi pedagogik (y) calon Guru PAI IAIN Salatiga memiliki berbedaan yang signifikan, dengan tingkat koefisien t=39,310, sedangkan p=0,00<0,05.Sehingga pelatihan hypnoteaching efektif menguatkan kompetensi pedagogik dalam komunikasi secara efektif, empati, dan santun dengan pesertadidik dapat dimiliki oleh peserta pelatihan hypnoteaching. Hal ini juga dilakukan oleh Devi Risma34 terkait dengan hasil penelitian eksperimennya.

34

Devi Risma, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan,

(44)

32

BAB

V

PENUTUP

1)

Kesimpulan

Implementasi pelatihan hypnoteaching dalam penguatan kompetensi pedagogik calon guru PAI IAIN Salatiga tahun 2018 dengan menanamkan langkah-langkah hypnoteaching sebagai berikut (1) niat dan motivasi dalam diri sendiri; (2) pacing atau menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain atau peserta didik; (3) leading atau mengarahkan peserta didik; (4) menggunakan kata-kata positif; (5) memberikan pujian; (6) modeling

atau memberi teladan melalui ucapan dan perilaku, sehingga mampu menyentuh dimensi spiritual dan dimensi emosional peserta didik.

Pelatihan hypnoteaching efektif dapat menguatkan kompetensi pedagogik calon guru PAI IAIN Salatiga. Hal tersebut sesuai dengan uji

paired t test diperoleh hasil t hitung 39,310, sedangkan p=0,00<0,05.

2)

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terkait dengan pelatihan

hypnoteaching terhadap kompetensi pedagogik calon guru PAI di IAIN Salatiga perlu adanya saran yang membangun untuk kemajuan pendidikan di indonesia, adapun saran-saran ini ditujukan kepada: 1. Pendidik/Guru

(45)

masa depan peserta didik. Guru PAI menjadi contoh paling depan dalam membawa moral bangsa dan negara, untuk itu, sebagai calon guru pai harus senantiasa percaya diri, memahami kondisi dan situasi yang ada disekitarnya dan juga menjadi pembimbing peserta didik yang mampu membawa kepada kebaikan.

3. Peserta didik

(46)

34

Daftar Pustaka

Abrantes, José Luís., “Pedagogical affect, student interest, and learning performance”, Journal of Business Research, 60,(2007), 960-964.

Al Qur’an Surat Al Mujadalah ayat 11, Bandung: Syamil Quran, ,2010.

Anonim, “Visi dan Misi Jurusan PAI FTIK IAIN Salatiga”, http://pai.tarbiyah.iainsalatiga.ac.id/, 4 Juli 2018 pukul.10.45.

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam , Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Balqis, Putri,“Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Peningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada SMPN 3 Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar” Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 2,(2014), 25-38.

Creswell, John w, , Research Design Qualitatve, Quantitative, And Mixed Methods Approaches, United States Of America, 2009, 145.

Croskey, James C. Mc,” Communication competence and performance: A research and pedagogical perspective” JournalCommunicationEducation, 31,(2009), 1-7.

Darmawan, Deni. MetodePenelitian Kuantitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013.

Ds, Kasmaja “The Effectiveness Of The Implementation Of Hypnoteaching Method To Improve Motivation And Mathematics Learning Result Of Class Vii Students At Smpn 41 Bulukumba”,5,(2017) Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika, 103-119.

Ghoni, M. Djunaidi, dkk, Petunjuk Praktis Penelitian Pendidikan,Malang: UIN-Malang Press, 2009.

Gunawan, Adi W., Hypnosis: The Art of Subconscious Communication, Meraih Sukses dengan Kekuatan Pikiran, Jakarta: Pt. Gramedia Utama, 2007. Hajar, Ibnu, hypno teaching memaksimalkan hasil proses belajar mengajar

dengan hipnoterapi, Yogyakarta: Diva Press, 2011.

Hakim Andri, Hypnosis in The Teaching: Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar, Jakarta:Visi Media, 2011.

Hamid, La Ode Muhammad Idrus, “Using Hypnoteaching Technique To Improve The Students’ Vocabulary Mastery”, 1,(2016), Journal Of English Education, 15-19.

Hayes, Phillip and Jenny Rogers, NLP for the quantum Change terjemahan Teguh Wahyu Utomo. Yogyakarta:Baca!,2008.

Jayawardana ,Hepta Bungsu Agung, Pengembangan Model Pembelajaran Hypnoteaching Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA/MA, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1,( 2015),i.

Kahl, David H, “Analyzing Masculinist Movements: Responding to Antifeminism through Critical Communication Pedagogy”, Journal Communication Teacher, 29,(2015), 21-26.

Kemendikbud, Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta. 2016. Kementrian Agama RI, Alquran dan Terjemahnya dilengkapi dengan Asbabun

Nuzul dan Hadis Shahih, Syamil Quran,2007.

(47)

Mansur, Menciptakan Pembelajaran Efektif Melalui Hypnoteaching,Media Pendidikan Lpmp Sulsel 2015,1.

Mansur, Muhammad, “Penerapan Hypnoteaching dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di SDIT Salsabila 2 Klaseman Tahun 2016”, Tesis, UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta,2016.

Marganingsih, Anna, “Penerapan Integrasi Metode Pembelajaran

Hypnoteaching Dan Multiple Intelligence Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Matematika Ekonomi di STKIP Persada Khatulistiwa Sintang”, (Jalan Pertamina Sengkuang), Jurnal Pendidikan Ekonomi (2016):1-21.

Nazir Moh , Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Nursyamsiah, Syifa, Efektivitas Model Pembelajaran hypnoteaching, Universitas Pendidikan Indonesia : Bandung, 2014

Permendiknas No 16 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Jakarta. 2017.

Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2002.

Rachman, Syaiful Sisi, “Pengaruh Penerapan Metode Hypnoteaching Terhadap Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pai di Kelas VII-A dan VII-B SMP Mardi Sunu Surabaya Tahun 2016”, Tesis UIN Surabaya, 2016. Risma, Devi, “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan”,

ejournal.unri.ac.id, Educhild: Jurnal Pendidikan Sosial Dan Budaya, 1,(2012), 86-97.

Shavelson , Richard J. ”Research on Teachers’ Pedagogical Thoughts, Judgments, Decisions, and Behavior” JournalsSagepub, 51, (1981), 455-498.

Sukmadinata, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Thoha, M. Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001.

Tite, Philip L. “On the Necessity of Crisis: A Reflection on Pedagogical Conflict and the Academic Study of Religion” Teaching Theologhy End Religion,62(April 2003)76-84.

Undang Undang RI No 23 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yunus, Mahmud, pendidikan dan pengajaran, Jakarta: Hidakarya Agung,

(48)
(49)
(50)

38

(51)
(52)

40

(53)

MATERI

1. Metode hypnoteaching dalam pembelajaran35

A. Pengertian Metode Pembelajaran Hypnoteaching

Secara harfiah hypnoteaching berasal dari kata hypnosis dan

teaching. Hypnoteaching adalah metode pembelajaran dengan jalan aktivasi dan optimalisasi kekuatan fikiran bawah sadar siswa menjadi lebih cerdas. Sugesti yang diberikan, diharapkan siswa sadar bahwa sesungguhnya mereka memiliki potensi luar biasa yang selama ini

35

Miftakhurozaq, Metode Hypnoteaching dan Implementasinya dalam Pembelajaran PAI,

(54)

42 belum pernah mereka optimalkan dalam pembelajaran. Hypnoteaching

merupakan perpaduan dari konsep aktivitas belajar mengajar dengan ilmu hipnosis.36

Ibnu Hajar menambahkan bahwa metode hypnoteaching

merupakan gabungan dari lima metode belajar mengajar, yaitu

quantum learning, accelerated learning, power teaching, neuro

linguistic programming (NLP) dan hipnosis. Metode ini menekankan pada komunikasi fikiran bawah sadar siswa, baik yang dilakukan dengan berbagai cara seperti sugesti dan imajinasi. Kemampuan sugesti terngiang dalam otak, mempu mengantarkan seseorang pada apa yang difikirkan.37 Metode Hypnoteaching mengaktifkan inner motivation dan mempersuasi siswa untuk nyaman dan betah dalam belajar. Sugesti yang diberikan guru membuat siswa termotivasi untuk terus menikmati belajarnya. Dari berbagai pendapat mengenai pengertian hypnoteaching, dapat disimpulkan metode hypnoteaching

adalah metode pembelajaran dengan jalan aktivasi dan optimalisasi kekuatan fikiran bawah sadar siswa agar menjadi lebih cerdas, dengan mengedepankan prinsip bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar melalui penggunaan bahasa-bahasa persuasif fikiran bawah sadar.

36

Ibnu Hajar, Hypno Teaching: Memaksimalkan Hasil Proses Belajar-Mengajar dengan

Hipnoterapi, Yogyakarta: Diva Press, 2011, h.75

(55)

Hypnoteaching merupakan istilah baru yang seringkali menjadi objek pembicaraan. Hypnoteaching sendiri berarti suatu upaya menurunkan frekwensi gelombang otak sehingga peserta didik menjadi rileks dan lebih sugestif dalam menangkap nilai-nilai positif dari sebuah proses pembelajaran, sehingga hipnosis dalam pembelajaran bukanlah hipnosis sebagaimana yang dipahami pada beberapa tayangan acara televisi seperti Uya Kuya, Romy Rafael dan sejenisnya, namun hipnosis dalam pembelajaran hanya diarahkan untuk menciptakan situasi kondusif dalam proses pembelajaran.

Hypnoteaching ini merupakan bagian dari ilmu hipnosis yang dikembangkan dalam dunia pendidikan, untuk memahami bagaimana implementasi hypnoteaching dalam proses pembelajaran maka dibutuhkan pemahaman yang komprehensif terkait pemahaman dasar tentang hipnosis. Hipnosis merupakan suatu keahlian untuk memasukan pesan dari seseorang ke dalam diri orang lain, dimana penerima pesan akan tergerak untuk melakukan perintah dari yang memberi pesan.38 Penerapan hipnoteaching dalam pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari pemahaman seorang guru pada dasar-dasar pengetahuan hipnosis, di bawah ini akan diuraikan apa dan bagaimana sebenarnya hipnosis tersebut :

1. Definisi dan Sejarah singkat Perkembangan Hipnosis

Istilah Hipnosis berasal dari kata hypnosis yang merupakan kata dasar dari hypnos yang artinya “dewa tidur” dalam legenda Yunani. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagaimana yang dikemukakan Willy Wong & Andri Hakim, hipnosis adalah keadaan seperti tidur karena sugesti, yang pada taraf permulaan orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan sugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali. Sementara itu

38

(56)

44 makna kata hipnotis adalah membuat atau menyebabkan seseorang berada dalam keadaan hipnosis; berkenaan dengan hipnosis.39

Hipnosis merupakan suatu keahlian untuk memasukan pesan dari seseorang ke dalam diri orang lain, yang mengakibatkan si penerima pesan akan tergerak untuk melakukan perintah dari yang memberi pesan. Hipnotis biasanya disebabkan oleh prosedur yang dikenal sebagai induksi hipnotis yang umumnya terdiri atas rangkaian panjang instruksi awal dan sugesti. Sugesti ini dapat disamPAIkan oleh seorang hypnotist di hadapan subjek atau mungkin dilakukan sendiri oleh subjek. Hipnosis dapat diformulasikan sebuah ilmu komunikasi fikiran bawah sadar yang bertujuan untuk mempengaruhi komunikan dengan cara merubah gelombang kesadarannya.

Sejarah hipnosis diawali dari hipnosis tradisional, tidak diketahui secara pasti mengenai kapan pertama kali hipnosis muncul karena hipnosis ada sebelum sejarah tercatat. Zaman dahulu hipnosis dipraktikkan dalam ritual agama atau ritual penyembuhan, saat itu bangsa Eropa tidak memperhatikannya bahkan pada abad pertengahan hipnosis dianggap sebagai sihir dan ilmu yang menggunakan bantuan makhluk halus serta identik dengan kerahasiaan yang bersifat takhayul.40

2 Hipnosis

Hipnosis mulai berkembang memasuki era magnetisme dan mesmerisme, yaitu istilah yang diambil dari nama seorang dokter asal Austria yaitu Franz Anton Mesmer (1734-1815). Mesmer kemudian dianggap orang pertama yang meletakkan dasar-dasar hipnotime modern. Dia mengklaim bahwa dirinya memiliki kekuatan magnetis yang mampu melepaskan sumbatan dan memperlancar aliran cairan dalam tubuh dan menyembuhkan penyakit manusia. Teorinya ini dianggap ilmiah karena bertepatan dengan penemuan listrik dan perkembangan astronomi pada masa itu. Ia diyakini sebagai dokter

39

Willy Wong & Andri Hakim, “Dahsyatnya Hipnosis”, Jakarta: Visimedia, 2010, h.23

(57)

James Braid seorang dokter dari Inggris dianggap sebagai bapak hipnosis modern dimana pada abad ke 19 menyimpulkan bahwa hipnosis bersifat psikologis. Pada tahun 1958, American Medical Association mengesahkan penggunaan hipnosis dalam dunia kedokteran. Selanjutnya The British Medical Association dan Italian Medical Association for the Study of Hypnosis juga dibentuk dan menjadi salah satu ilmu yang resmi dipelajari dan diakui dalam dunia kedokteran.42

g.3 kondisi alam fikir manusia

Hipnosis modern kemudian berkembang pesat pada abad 20 dengan munculnya tokoh-tokoh seperti Milton H Erikson, seorang psikiater Amerika Serikat yang mengkhususkan diri pada medical hipnosis dan family therapy. Erickson mengubah paradigma hipnoterapi dari pola autoritarian (otoriter) menjadi pola kerjasama antara hipnoterapis dan klien. Ia menyatakan bahwa dalam suatu proses hipnotis yang paling berperan adalah pikiran klien itu sendiri, selain itu ia juga menyatakan bahwa hipnosis adalah suatu kondisi wajar bagi orang tersebut. Dengan kata lain, metode ini tidak bisa digunakan untuk membuat orang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keyakinan dan norma yang dianut orang tersebut. Ada juga tokoh lain seperti Dave Elman dan Ormond McGill

41 Ibnu Hajar, Hypno Teaching… h. 19

42

(58)

46 1967) yang menulis buku Exploration in Hypnosis and Hipnoterapy. Ia mengembangkan teknik induksi cepat yang sangat berguna untuk dokter dan dokter gigi. Kariernya melonjak setelah ia melakukan pertunjukan hipnotis yang disaksikan oleh banyak dokter.43

2. Gelombang Otak Manusia

Di samping aktivasi sistem saraf, proses hipnosis dapat dijelaskan secara ilmiah berdasarkan pola gelombang otak pada manusia. Jaringan otak manusia menghasilkan gelombang listrik berfruktuasi yang disebut sebagai gelombang otak (brainwave). Gelombang otak ini terdiri atas empat jenis yaitu gelombang beta, alpha, theta, dan delta. Dalam satu waktu, otak manusia terkadang mampu menghasilkan berbagai gelombang otak secara bersamaan. Selanjutnya dari keempat gelombang otak tersebut pasti akan ada jenis gelombang otak yang dominan, inilah yang kemudian yang memperlihatkan aktivitas pikiran seseorang ketika itu. Untuk mengetahui kondisi gelombang otak seseorang tentu tidak bisa dilakukan secara kasat mata, namun harus dilakukan dengan menggunakan detektor yang disebut dengan Electro Encephalograph (EEG).44

g.4 Electro Encephalograph (EEG)

g.5 Kondisi Gelombang Otak Manusia

43Ibnu Hajar, Hypno Teaching… h. 30

(59)

a. Gelombang Beta

Gelombang beta adalah gelombang otak yang dominan saat kondisi terjaga dan menjalani aktivitas sehari-hari yang menuntut logika atau analisis tinggi misalnya berolahraga, berdebat dan sebagainya. Dalam frekuaensi ini kerja otak cendrung memicu munculnya rasa cemas, khawatir, stres, dan marah. Apabila diukur dengan alat pengukur gelombang otak, gelombang otak berputar sebanyak 14-24 putaran perdetik, sehingga dalam kondisi otak ketika itu tidak mudah menerima saran atau sugesti dari orang lain karena jumlah fokus cukup banyak dan sulit untuk diarahkan. Otak dalam kondisi beta sangat logis, analitis non sugestif dengan jumlah fokus 5-9 fokus. Dalam waktu yang bersamaan fokus bisa tertuju pada banyak objek, contoh ketika berada di sebuah ruangan pandangan bisa terfokus pada 5-9 objek, baik lemari, kursi, meja dan sebagainya.45

b. Gelombang Alpha

Gelombang Alpha menggambarkan posisi khusyuk, rileks, mediatif, dan nyaman. Gelombang alpha mengindikasikan bahwa seseorang berada dalam light trance (kondisi hipnotis ringan) Gelombang Alpha merupakan gelombang yang timbul saat pikiran sadar mulai pasif, sebaliknya pikiran bawah sadar mulai aktif. Pada kondisi alpha, stres pikiran pikiran akan lebih rileks dan gelombang

(60)

48 otak akan berputar 7-14 putaran per detik. Gelombang alpha adalah kondisi dimana seluruh proses hipnotis dan sugesti mulai dilakukan.46

c. Gelombang Theta

Pada kondisi theta kesadaran manusia lebih mengarah ke dalam dirinya sendiri misalnya ketika merasakan kantuk yang mendalam, pada kondisi ini pikiran bawah sadar sudah benar-benar aktif. Gelombang theta berada pada frekuensi yang rendah. Seseorang akan berada pada kondisi ini ketika ia sangat khusyuk dan merasakan keheningan yang mendalam (deep meditation), serta mampu mendengar nurani bawah sadarnya.47 Kondisi theta bisa juga disebut kondisi setengah tidur (mediatif) dan kondisi gelombang otak seperti ini bukan kondisi hipnotis yang diperuntukan dalam proses pembelajaran di kelas.

d. Gelombang Delta

Kondisi delta merupakan frekwensi terendah, gelombang ini terdeteksi saat tertidur pulas dan tidak bisa menerima sugesti apapun. Seseorang yang memasuki kondisi ini tidak bisa diberikan sugesti-sugesti hipnosis. Seseorang yang sedang dihipnosis bukan dalam kondisi delta, karena ia bukan mengalami kondisi tidur fisik, melainkan keadaan rileks disertai perhatian yang sangat fokus.48

B. Unsur-Unsur Metode Pembelajaran Hypnoteaching

Andi Hakim menerangkan unsur-unsur Metode hypnoteaching meliputi penampilan guru, sikap yang empatik, rasa simpati,penggunaan bahasa, peraga, motivasi dan menguasai hati siswa49, yang dijabarkan di bawah ini :

1. Penampilan Guru

Guru hendaknya berpakaian rapi. Penampilan yang baik akan melahirkan rasa percaya diri yang tinggi serta memiliki daya magnet yang kuat bagi siswa. Tingkat kepercayaan diri seseorang, tingkat kepositifan pikiran dan juga tingkat sosial kemasyarakatan dapat

46 Ibnu Hajar, Hypno Teaching… h. 51

47 Ibnu Hajar, Hypno Teaching… h. 51

48 Ibnu Hajar, Hypno Teaching… h. 53

49

Andri Hakim, Hypnosis in The Teaching: Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar,

(61)

2. Sikap Empatik

Sebagai seorang pendidik, bukan sekadar pengajar, seorang guru harus mempunyai rasa empati kepada para siswa. Ketika didapati ada atau bahkan banyak siswa yang bermasalah, suka membuat ulah di sekolah, suka mencari perhatian teman dan guru dengan jalan berbicara atau bertingkah laku aneh dan berbagai tindakan yang kurang baik, suka mengganggu teman serta berbagai tindakan destruktif lainnya, maka guru tidak akan begitu saja menyematkan gelar siswa nakal di pundak siswa tersebut. Guru terlebih dahulu menyelidiki apa latar belakang yang menyebabkan tindakan siswa itu dengan menggali dan mengumpulkan berbagai informasi yang ada. 3. Rasa Simpati

Bila guru mempunyai rasa simpati kepada siswa niscaya siswa pun akan menaruh simpati kepada gurunya. Bila guru memperlakukan siswa dengan baik walaupun siswa tersebut nakal niscaya siswa akan enggan dan hormat kepada guru yang juga menghormatinya. Siswa akan berusaha mengerti dan menuruti apa kata sang guru karena guru juga mengerti dirinya.

4. Penggunaan Bahasa

Guru yang baik hendaknya memiliki kosa kata dan bahasa yang baik dan enak didengar telinga, bisa menahan emosi diri, tidak mudah terpancing amarah, suka menghargai karya, potensi dan kemampuan siswa.

5. Peraga

(62)

50 6. Motivasi Siswa

Watak dan tabiat dasar kerjapikiran adalah imajinasi dan fantasi. Cerita dan kisah merupakan kajian imajinasi. Disaat guru melihat siswa banyak mengalami masalah, tidak memiliki motivasi belajar dan berbagai problematika kehidupan maka guru dapat menasehati dan membimbing siswa tanpa menggurui.

C. Prinsip Dalam Pelaksanaan Hypnoteaching

Proses pembelajaran dengan menggunakan hipnosis tentunya berbeda dengan proses pembelajaran pada umumnya, sehingga terdapat beberapa hal yang harus dibedakan dalam pelaksanaannya. Hal ini dilakukan supaya pelaksanaan pembelajaran dengan

hypnoteaching bisa berjalan dengan efektif, efisien, dan mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal. Ibnu Hajar menyebutkan tujuh langkah yang perlu dilakukan oleh guru supaya tujuan pembelajaran dapat tercaPAI dengan baik50, ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kebutuhan siswa merupakan tahap awal sebelum dilaksakan proses pembelajaran, yaitu menentukan bentuk pembelajaran apa yang menarik untuk siswa, sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

2. Merencanakan pembelajaran dengan mengaitkan media hipnotis, seperti suara, gambar,tulisan, gerak, dan symbol-simbol.

3. Memulai mengajar sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

4. Melakukan afirmasi (menyatakan sesuatu yang positif tentang diri sendiri) sebagai bahan untuk memunculkan gagasan dari siswa. Contohnya, guru dengan bangga mengatakan kepada siswa bahwa: saya adalah pribadi yang haus akan ilmu dan saya adalah pribadi yang terus dan akan terus belajar dengan siapapun, kapanpun, dan dimanapun dengan penuh semangat.

50

Ibnu Hajar, Hypno Teaching: Memaksimalkan Hasil Proses Belajar-Mengajar dengan

Gambar

Tabel 3 Uji Normalitas pre dan post test
Tabel 4 Uji Homogenitas pre test

Referensi

Dokumen terkait

Yang paling terlihat jelas disini adalah aktifitas manusia yang secara langsung menghancurkan terumbu karang, seperti misalnya pembangunan lapangan terbang dan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Akhir yang telah Saya buat dengan judul “APLIKASI SENSOR TPA81 SEBAGAI PENGUKUR SUHU RUANGAN PADA ROBOT BERKAKI PEMADAM API” adalah

Sumber: Kotler (1997) Rangsangan pemasaran Produk Harga Tempat Promosi Rangsangan lain Ekonomi Teknologi Politik Budaya Karakteristik pembeli Budaya Sosial Pribadi Psikologis

Untuk mempermudah ketika mengimplementasi jaringan yang diperlukan dalam perancangan load balancer yang tepat dan efisien, supaya semua bagian dapat bekerja secara maksimal,

Latar Belakang: Harga diri tidak terbentuk dari lahir, tetapi dipelajari dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan

Performa akurasi pengenalan wajah dengan variasi jumlah data training menunjukkan hasil yang baik pada semua database wajah, seperti ditunjukkan pada tabel 1. Akurasi

return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Apakah pengumuman right issue berpengaruh signifikan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi yaitu untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari Jakabaring Sportcity sebagai salah satu destinasi wisata