• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pengembangan produk industri kecil menengah (IKM) makanan melalui pendekatan kebijakan pemerintah di Kota Pangkalpinang - Repository Universitas Bangka Belitung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Strategi pengembangan produk industri kecil menengah (IKM) makanan melalui pendekatan kebijakan pemerintah di Kota Pangkalpinang - Repository Universitas Bangka Belitung"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2. Perhitungan capaian Renstra DISPERINDAGKOP & UMKM Kota

Pangkalpinang

No Indikator Kerja Penilaian Kondisi Saat Ini Nilai Nilai maksi

mum

Persentase (%)

1 2 3 4 5

1 Berkembangnya industri

kecil dan menengah 0 1 0 3 1 19 25 76

2 Berkembangnya

sentra-sentra industri potensial 0 2 2 1 0 14 25 56

3 Meningkatnya kemampuan

teknologi industri 1 0 2 1 1 16 25 64

4 Terbangunnya kompetensi

industri 1 1 2 1 0 13 25 52

5 Terbangunnya kawasan

industri

0 3 1 1 0 13 25 52

Jumlah 75 125 300

Rata-rata 15 25 60

Keterangan :

< 5

= sangat kurang baik

6 – 10

= kurang baik

11 – 15

= cukup baik

16 – 20

= baik

21 – 25

= sangat baik

Nilai =Bobot x Rating

Indikator Kerja :

1. Berkembangnya industri kecil dan menengah

Nilai

= 1x2 + 3x4 + 1x5

= 19

2. Berkembangnya sentra-sentra industri potensial

Nilai

= 2x1 + 2x3 + 1x4

= 14

3. Meningkatnya kemampuan teknologi industri

Nilai

= 1x1 + 2x3 + 1x4 + 1x5

= 16

4. Terbangunnya kompetensi industri

Nilai

= 1x1 + 1x2 + 2x3 + 1x4

= 13

5. Terbangunnya kawasan industri

Nilai

= 3x2 + 1x3 + 1x4

(3)

Lampiran 3. Penentuan Kekuatan Dan Kelemahan Faktor Strategis Internal Dalam

Pengembangan Produk IKM Makanan Dari 5 Responden

No

Faktor Startegis Internal

Jumlah Hasil

(+) (-)

1 Sektor Unggulan 5 0 S

2 Tersedia Dana APBD 4 1 S

3 Kebijakan Pemerintah 4 1

4 Program Dan Kegiatan Yang Jelas

Dan Terarah 3 2 S

5 Tesedinya Sumberdaya Aparatur Yang Cukup Secara Kuantitas

3 2 S

6 Rendahnya Etos Kerja Aparatur 2 3 W

7 Pemanfaatan Sumberdaya Belum Optimal

1 4 W

8 Terbatasnya Teknologi Produksi 2 3 W

9 Penerapan Hasil Pelatihan Belum

Optimal 1 4 W

10 Keterbatasan Modal Usaha 1 4 W

(4)

Lampiran 4. Penentuan Bobot Faktor Strategis Internal Dalam Pengembangan

Produk IKM Makanan Dari 5 Responden

Faktor Strategis Internal Jumlah N

Rata-rata

Nilai Bobot

1 2 3

Sektor Unggulan 0 0 5 5 15 3,00 0,115

Tersedia Dana APBD 0 2 3 5 13 2,60 0,098

Kebijakan Pemerintah 0 1 4 5 14 2,80 0,106

Program Dan Kegiatan

Yang Jelas Dan Terarah 0 3 2 5 12 2,40 0,091

Tesedinya Sumberdaya Aparatur Yang Cukup Secara Kuantitas

0 2 3 5 13 2,60 0,098

Rendahnya Etos Kerja

Aparatur 0 2 3 5 13 2,60 0,098

Pemanfaatan Sumberdaya

Belum Optimal 0 3 2 5 12 2,40 0,091

Terbatasnya Teknologi

Produksi 0 3 2 5 12 2,40 0,091

Penerapan Hasil Pelatihan Belum Optimal

0 1 4 5 14 2,80 0,106

Keterbatasan Modal Usaha 0 1 4 5 14 2,80 0,106

(5)

Lampiran 5. Hasil perhitungan peringkat/rating faktor kekuatan dari 5 responden

Faktor Strategis Internal Jumlah N Nilai Nilai

Akhir

1 2 3 4

Sektor Unggulan 0 0 1 4 5 19 3,80 4

Tersedia Dana APBD 0 0 2 3 5 18 3,60 4

Kebijakan Pemerintah 0 0 1 4 5 19 3,80 4

Program Dan Kegiatan Yang Jelas Dan

Terarah 0 0 3 2 5 17 3,40 3

Tesedinya Sumberdaya Aparatur Yang

(6)

Lampiran 6. Hasil perhitungan peringkat/rating faktor kelemahan dari 5 responden

Faktor Strategis Internal Jumlah N Nilai Nilai

Akhir

1 2 3 4

Rendahnya Etos Kerja Aparatur 2 3 0 0 5 8 1,60 2

Pemanfaatan Sumberdaya Belum Optimal 3 2 0 0 5 7 1,40 1

Terbatasnya Teknologi Produksi 2 3 0 0 5 8 1,60 2

Penerapan Hasil Pelatihan Belum Optimal 4 1 0 0 5 6 1,20 1

(7)

Lampiran 7. Hasil perhitungan evaluasi faktor internal pengembangan produk

IKM makanan di Kota Pangkalpinang

Faktor Strategis Internal Bobot Peringkat Total Skor

A. Kekuatan

Sektor Unggulan 0,115 4 0,460

Tersedia Dana APBD 0,098 4 0,392

Kebijakan Pemerintah 0,106 4 0,424

Program Dan Kegiatan Yang Jelas Dan Terarah 0,091 3 0,273 Tesedinya Sumberdaya Aparatur Yang Cukup Secara

Kuantitas 0,098 3 0,294

Jumlah 0,508 1,843

B. Kelemahan

Rendahnya Etos Kerja Aparatur 0,098 2 0,196

Pemanfaatan Sumberdaya Belum Optimal 0,091 1 0,091

Terbatasnya Teknologi Produksi 0,091 2 0,182

Penerapan Hasil Pelatihan Belum Optimal 0,106 1 0,106

Keterbatasan Modal Usaha 0,106 1 0,106

Jumlah 0,492 0,681

(8)

Lampiran 8. Penentuan peluang dan ancaman Faktor Strategis eksternal Dalam

Pengembangan Produk IKM Makanan Dari 5 Responden

No Faktor Startegis Eksternal Jumlah Hasil

(+) (-)

1 Letak Geografis Yang Strategis 4 1 O

2 Ketersediaan Lembaga Kredit 5 0 O

3 Kemajuan TIK Yang Pesat 3 2 O

4 Tuntutan Legalitas Produk 4 1 O

5 Keterbatasan Bahan Baku 2 3 T

6 Tingginya Tingkat Inflasi 2 3 T

7 Perdagangan Pasar Bebas 2 3 T

8 Rendahnya Pengetahuan Pelaku

Usaha Dalam Memasarkan Produk 2 3 T

9 Anggran Daerah Yang Terbatas 4 1 T

10 Meningkatnya Tingkat Urbanisasi 2 3 T

(9)

Lampiran 9. Penentuan Bobot Faktor Strategis eksternal Dalam Pengembangan

Produk IKM Makanan Dari 5 Responden

Faktor Strategis Eksternal

Jumlah N Rata-rata Nilai Bobot

1 2 3

Letak Geografis

Yang Strategis 0 1 4 5 14 2,80 0,114

Ketersediaan

Lembaga Kredit 0 2 3 5 13 2,60 0,105

Kemajuan TIK Yang

Pesat 1 2 2 5 11 2,20 0,089

Tuntutan Legalitas

Produk 0 3 2 5 12 2,40 0,098

Keterbatasan Bahan

Baku 0 3 2 5 12 2,40 0,098

Tingginya Tingkat

Inflasi 1 1 3 5 12 2,40 0,098

Perdagangan Pasar

Bebas 0 3 2 5 12 2,40 0,098

Rendahnya

Pengetahuan Pelaku Usaha Dalam Memasarkan Produk

0 2 3 5 13 2,60 0,105

Anggran Daerah

Yang Terbatas 0 1 4 5 14 2,80 0,114

Meningkatnya

Tingkat Urbanisasi 1 3 1 5 10 2,00 0,081

(10)

Lampiran 10. Hasil perhitungan peringkat/rating faktor peluang dari 5 responden

Faktor Strategis Eksternal Jumlah N Nilai Nilai

Akhir

1 2 3 4

Letak Geografis Yang Strategis 0 0 1 4 5 19 3,80 4

Ketersediaan Lembaga Kredit 0 1 2 3 5 18 3,60 4

Kemajuan TIK Yang Pesat 1 3 1 0 5 10 2,00 2

(11)

Lampiran 11 Hasil perhitungan peringkat/rating faktor ancaman dari 5 responden

Faktor Strategis Eksernal Jumlah N Nilai Nilai

Akhir

1 2 3 4

Keterbatasan Bahan Baku 0 0 2 3 5 18 3,60 4

Tingginya Tingkat Inflasi 1 0 3 1 5 14 2,80 3

Perdagangan Pasar Bebas 1 3 1 0 5 10 2,00 2

Rendahnya Pengetahuan Pelaku

Usaha Dalam Memasarkan Produk 0 1 3 1 5 15 3,00 3

Anggran Daerah Yang Terbatas 0 0 3 2 5 17 3,40 3

(12)

Lampiran 12. Hasil perhitungan evaluasi faktor eksternal pengembanagn produk

IKM makanan di Kota Pangkalpinang

Faktor Strategis Eksternal Bobot Peringkat Total Skor A. Peluang

Letak Geografis Yang Strategis 0,114 4 0,456

Ketersediaan Lembaga Kredit 0,105 4 0,420

Kemajuan TIK Yang Pesat 0,089 2 0,178

Tuntutan Legalitas Produk 0,098 3 0,294

Jumlah 0,406 1,348

B. Ancaman

Keterbatasan Bahan Baku 0,098 4 0,392

Tingginya Tingkat Inflasi 0,098 3 0,294

Perdagangan Pasar Bebas 0,098 2 0,196

Rendahnya Pengetahuan Pelaku Usaha Dalam

Memasarkan Produk 0,105 3 0,315

Anggran Daerah Yang Terbatas 0,114 3 0,342

Meningkatnya Tingkat Urbanisasi 0,081 2 0,162

Jumlah 0,594 1,701

(13)

Lampiran 13. Hasil perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) alternatif strategi 1

(Penentuan Kawasan Sentra IKM Makanan) dari 5 responden

No Faktor Strategis Jumlah N Nilai Nilai

Akhir

1 2 3 4

Kekuatan

1 Sektor Unggulan 0 3 2 0 5 12 2,4 2

2 Tersedia Dana APBD 0 1 4 0 5 14 2,8 3

3 Kebijakan Pemerintah 0 2 2 1 5 14 2,8 3

4 Tersedianya Pasar 1 2 2 0 5 11 2,2 2

5 Tersedianya Apatur yang

Cukup Secara Kuantitas 2 3 0 0 5 8 1,6 2

Kelemahan

1 Rendahnya Etos Kerja

Aparatur 2 2 1 0 5 9 1,8 2

2 Pemanfaatan Sumberdaya

Belum Optimal 0 2 2 1 5 14 2,8 3

3 Terbatasnya Teknologi Produksi

1 2 2 0 5 11 2,2 2

4 Implementasi Hasil

Pelatihan Belum Optimal 0 2 3 0 5 13 2,6 3

5 Anggaran Dana Daerah

Yang Terbatas 0 4 1 0 5 11 2,2 2

Peluang

1 Letak Geografis Yang

Strategis 0 0 1 4 5 19 3,8 4

2 Ketersediaan Lembaga Kredit

0 2 2 1 5 14 2,8 3

3 Kemajuan Teknologi Informatika dan

Komunikasi (TIK) Yang Pesat

1 3 1 0 5 10 2,0 2

4 Karakteristik Masyarakat Perkotaan

0 3 2 0 5 12 2,4 2

Ancaman

1 Keterbatasan Bahan Baku 1 3 1 0 5 10 2,0 2

2 Tingginya Tingkat Inflasi 1 2 2 0 5 11 2,2 2

3 Perdagangan Bebas 1 3 1 0 5 10 2,0 2

4 Rendahnya Pengetahuan Pelaku Usaha Dalam Memasarkan Produk

2 3 0 0 5 8 1,6 2

5 Keterbatasan modal usaha 2 3 0 0 5 8 1,6 2

6 Tuntutan Legalitas Produk 1 3 1 0 5 10 2,0 2

(14)

Lampiran 14. Hasil perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) alternatif strategi 2

(Inkubator Bisnis) dari 5 responden

No Faktor Strategis Jumlah N Nilai Nilai

Akhir

1 2 3 4

Kekuatan

1 Sektor Unggulan 0 0 2 3 5 18 3,6 4

2 Tersedia Dana APBD 0 0 1 4 5 19 3,8 4

3 Kebijakan Pemerintah 0 0 0 5 5 20 4,0 4

4 Tersedianya Pasar 0 0 3 2 5 17 3,4 3

5 Tersedianya Apatur yang Cukup Secara Kuantitas

0 0 0 5 5 20 4,0 4

Kelemahan

1 Rendahnya Etos Kerja

Aparatur 0 0 2 3 5 18 3,6 4

2 Pemanfaatan Sumberdaya

Belum Optimal 0 0 1 4 5 19 3,8 4

3 Terbatasnya Teknologi

Produksi 0 0 2 3 5 18 3,6 4

4 Implementasi Hasil Pelatihan Belum Optimal

0 0 0 5 5 20 4,0 4

5 Anggaran Dana Daerah

Yang Terbatas 0 0 1 4 5 19 3,8 4

Peluang

1 Letak Geografis Yang

Strategis 0 0 0 5 5 20 4,0 4

2 Ketersediaan Lembaga

Kredit 0 0 0 5 5 20 4,0 4

3 Kemajuan Teknologi Informatika dan

Komunikasi (TIK) Yang Pesat

0 0 2 3 5 18 3,6 4

4 Karakteristik Masyarakat

Perkotaan 0 0 0 5 5 20 4,0 4

Ancaman

1 Keterbatasan Bahan Baku 0 0 2 3 5 18 3,6 4

2 Tingginya Tingkat Inflasi 0 0 3 2 5 17 3,4 3

3 Perdagangan Bebas 0 0 1 4 5 19 3,8 4

4 Rendahnya Pengetahuan Pelaku Usaha Dalam Memasarkan Produk

0 0 0 5 5 20 4,0 4

5 Keterbatasan modal usaha 0 0 3 2 5 17 3,4 3

6 Tuntutan Legalitas Produk 0 0 0 5 5 20 4,0 4

(15)

Lampiran 15. Hasil perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) alternatif strategi 3

(Pembuatan Galeri UMKM) dari 5 responden

No Faktor Strategis Jumlah N Nilai Nilai

Akhir

1 2 3 4

Kekuatan

1 Sektor Unggulan 0 0 3 2 5 17 3,4 3

2 Tersedia Dana APBD 0 0 1 4 5 19 3,8 4

3 Kebijakan Pemerintah 0 0 2 3 5 18 3,6 4

4 Tersedianya Pasar 0 1 2 2 5 16 3,2 3

5 Tersedianya Apatur yang

Cukup Secara Kuantitas 0 2 1 2 5 15 3,0 3

Kelemahan

1 Rendahnya Etos Kerja

Aparatur 0 2 3 0 5 13 2,6 3

2 Pemanfaatan Sumberdaya

Belum Optimal 0 3 2 0 5 12 2,4 2

3 Terbatasnya Teknologi Produksi

0 4 1 0 5 11 2,2 2

4 Implementasi Hasil

Pelatihan Belum Optimal 0 2 3 0 5 13 2,6 3

5 Anggaran Dana Daerah

Yang Terbatas 0 1 4 0 5 14 2,8 3

Peluang

1 Letak Geografis Yang

Strategis 0 0 3 2 5 17 3,4 3

2 Ketersediaan Lembaga Kredit

0 0 1 4 5 19 3,8 4

3 Kemajuan Teknologi Informatika dan

Komunikasi (TIK) Yang Pesat

0 3 2 0 5 12 2,4 2

4 Karakteristik Masyarakat Perkotaan

0 0 1 4 5 19 3,8 4

Ancaman

1 Keterbatasan Bahan Baku 1 1 3 0 5 12 2,4 2

2 Tingginya Tingkat Inflasi 0 0 1 4 5 19 3,8 4

3 Perdagangan Bebas 0 0 1 4 5 19 3,8 4

4 Rendahnya Pengetahuan Pelaku Usaha Dalam Memasarkan Produk

0 0 0 5 5 20 4,0 4

5 Keterbatasan modal usaha 0 3 2 0 5 12 2,4 2

6 Tuntutan Legalitas Produk 0 2 3 0 5 13 2,6 3

(16)

Lampiran 16. Hasil perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) alternatif strategi 4

(Peningkatan Daya Saing Produk) dari 5 responden

No Faktor Strategis Jumlah N Nilai Nilai

Akhir

1 2 3 4

Kekuatan

1 Sektor Unggulan 0 2 3 0 5 13 2,6 3

2 Tersedia Dana APBD 0 3 2 0 5 12 2,4 2

3 Kebijakan Pemerintah 0 1 4 0 5 14 2,8 3

4 Tersedianya Pasar 0 0 2 3 5 18 3,6 3

5 Tersedianya Apatur yang

Cukup Secara Kuantitas 0 2 2 1 5 14 2,8 3

Kelemahan

1 Rendahnya Etos Kerja

Aparatur 0 3 2 0 5 12 2,4 2

2 Pemanfaatan Sumberdaya

Belum Optimal 0 3 2 0 5 12 2,4 2

3 Terbatasnya Teknologi Produksi

0 3 2 0 5 12 2,4 2

4 Implementasi Hasil

Pelatihan Belum Optimal 0 0 2 3 5 18 3,6 3

5 Anggaran Dana Daerah

Yang Terbatas 0 2 2 1 5 14 2,8 3

Peluang

1 Letak Geografis Yang

Strategis 0 2 2 1 5 14 2,8 3

2 Ketersediaan Lembaga Kredit

0 1 3 1 5 15 3,0 3

3 Kemajuan Teknologi Informatika dan

Komunikasi (TIK) Yang Pesat

0 0 3 2 5 17 3,4 3

4 Karakteristik Masyarakat Perkotaan

0 3 2 0 5 12 2,4 2

Ancaman

1 Keterbatasan Bahan Baku 0 4 1 0 5 11 2,2 2

2 Tingginya Tingkat Inflasi 0 2 3 0 5 13 2,6 3

3 Perdagangan Bebas 0 1 4 0 5 14 2,8 3

4 Rendahnya Pengetahuan Pelaku Usaha Dalam Memasarkan Produk

0 4 1 0 5 11 2,2 2

5 Keterbatasan modal usaha 0 2 3 0 5 13 2,6 3

6 Tuntutan Legalitas Produk 0 2 3 0 5 13 2,6 3

(17)

Lampiran 17. Hasil perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) alternatif strategi 5

(Menjalin Kemitraan Pemerintah Dengan Pihak Swasta dan

Instansi Riset Teknologi) dari 5 responden

No Faktor Strategis Jumlah N Nilai Nilai

Akhir

1 2 3 4

Kekuatan

1 Sektor Unggulan 2 1 2 0 5 10 2,0 2

2 Tersedia Dana APBD 0 2 2 1 5 14 2,8 3

3 Kebijakan Pemerintah 0 3 0 2 5 14 2,8 3

4 Tersedianya Pasar 2 2 1 0 5 9 1,8 2

5 Tersedianya Apatur yang Cukup Secara Kuantitas

1 3 1 0 5 10 2,0 2

Kelemahan

1 Rendahnya Etos Kerja

Aparatur 2 3 0 0 5 8 1,6 2

2 Pemanfaatan Sumberdaya

Belum Optimal 3 2 0 0 5 7 1,4 1

3 Terbatasnya Teknologi

Produksi 0 1 4 0 5 14 2,8 3

4 Implementasi Hasil Pelatihan Belum Optimal

3 1 1 0 5 8 1,6 2

5 Anggaran Dana Daerah

Yang Terbatas 3 2 0 0 5 7 1,4 1

Peluang

1 Letak Geografis Yang

Strategis 2 2 1 0 5 9 1,8 2

2 Ketersediaan Lembaga

Kredit 3 2 0 0 5 7 1,4 1

3 Kemajuan Teknologi Informatika dan

Komunikasi (TIK) Yang Pesat

0 2 3 0 5 13 2,6 3

4 Karakteristik Masyarakat

Perkotaan 0 2 2 1 5 14 2,8 3

Ancaman

1 Keterbatasan Bahan Baku 3 2 0 0 5 7 1,4 1

2 Tingginya Tingkat Inflasi 2 2 1 0 5 9 1,8 2

3 Perdagangan Bebas 4 1 0 0 5 6 1,2 1

4 Rendahnya Pengetahuan Pelaku Usaha Dalam Memasarkan Produk

3 1 1 0 5 8 1,6 2

5 Keterbatasan modal usaha 4 1 0 0 5 6 1,2 1

6 Tuntutan Legalitas Produk 4 1 0 0 5 6 1,2 1

(18)

Lampiran 18. Hasil perhitungan Nilai Daya Tarik (NDT) alternatif strategi 6

(Menciptakan Ekosistem Wirausaha) dari 5 responden

No Faktor Strategis Jumlah N Nilai Nilai

Akhir

1 2 3 4

Kekuatan

1 Sektor Unggulan 0 0 0 5 5 20 4,0 4

2 Tersedia Dana APBD 0 0 3 2 5 17 3,4 3

3 Kebijakan Pemerintah 0 0 2 3 5 18 3,6 4

4 Tersedianya Pasar 0 1 2 2 5 16 3,2 3

5 Tersedianya Apatur yang

Cukup Secara Kuantitas 0 1 2 2 5 16 3,2 3

Kelemahan

1 Rendahnya Etos Kerja

Aparatur 0 0 2 3 5 18 3,6 4

2 Pemanfaatan Sumberdaya

Belum Optimal 0 0 3 2 5 17 3,4 3

3 Terbatasnya Teknologi Produksi

0 0 0 5 5 20 4,0 4

4 Implementasi Hasil

Pelatihan Belum Optimal 0 0 1 4 5 19 3,8 4

5 Anggaran Dana Daerah

Yang Terbatas 0 0 3 2 5 17 3,4 3

Peluang

1 Letak Geografis Yang

Strategis 0 0 2 3 5 18 3,6 4

2 Ketersediaan Lembaga Kredit

0 0 1 4 5 19 3,8 4

3 Kemajuan Teknologi Informatika dan

Komunikasi (TIK) Yang Pesat

0 0 2 3 5 18 3,6 4

4 Karakteristik Masyarakat Perkotaan

0 0 2 3 5 18 3,6 4

Ancaman

1 Keterbatasan Bahan Baku 0 1 2 2 5 16 3,2 3

2 Tingginya Tingkat Inflasi 0 1 3 1 5 15 3,0 3

3 Perdagangan Bebas 0 2 2 1 5 14 2,8 3

4 Rendahnya Pengetahuan Pelaku Usaha Dalam Memasarkan Produk

0 0 2 3 5 18 3,6 4

5 Keterbatasan modal usaha 0 1 2 2 5 16 3,2 3

6 Tuntutan Legalitas Produk 0 2 1 2 5 15 3,0 3

(19)

No Faktor Strategis Bobot Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan

1 Sektor Unggulan 0,115 2 0,23 4 0,46 3 0,34 3 0,34 2 0,23 4 0,46

2 Tersedia Dana APBD 0,098 3 0,29 4 0,39 4 0,39 2 0,19 3 0,29 3 0,29

3 Kebijakan Pemerintah 0,106 3 0,31 4 0,42 4 0,42 3 0,31 3 0,31 4 0,42

4 Tersedianya Pasar 0,091 2 0,18 3 0,27 3 0,27 3 0,27 2 0,18 3 0,27

5 Tersedianya Apatur yang Cukup Secara

Kuantitas 0,098 2 0,19 4 0,39 3 0,29 3 0,29 2 0,19 3 0,29

Kelemahan

1 Rendahnya Etos Kerja Aparatur 0,098 2 0,19 4 0,39 3 0,29 2 0,19 2 0,19 4 0,39

2 Pemanfaatan Sumberdaya Belum Optimal

0,091 3 0,27 3 0,27 2 0,18 2 0,18 1 0,09 3 0,27

3 Terbatasnya Teknologi Produksi 0,091 2 0,18 4 0,36 2 0,18 2 0,18 2 0,18 4 0,36

4 Implementasi Hasil Pelatihan Belum

Optimal 0,106 3 0,31 4 0,42 3 0,31 3 0,31 2 0,21 4 0,42

5 Anggaran Dana Daerah Yang Terbatas 0,106 2 0,21 3 0,31 3 0,31 3 0,31 1 0,10 3 0,31

Peluang

1 Letak Geografis Yang Strategis 0,114 4 0,45 4 0,45 3 0,34 3 0,34 2 0,22 4 0,45

2 Ketersediaan Lembaga Kredit 0,105 3 0,31 4 0,42 4 0,42 3 0,31 1 0,10 4 0,42

3 Kemajuan Teknologi Informatika dan

Komunikasi (TIK) Yang Pesat 0,089 2 0,17 4 0,35 2 0,17 3 0,27 3 0,27 4 0,35

4 Karakteristik Masyarakat Perkotaan 0,098 2 0,19 4 0,39 4 0,39 2 0,19 3 0,29 4 0,39

Ancaman

1 Keterbatasan Bahan Baku 0,098 2 0,19 4 0,39 2 0,19 2 0,19 1 0,09 3 0,29

2 Tingginya Tingkat Inflasi 0,098 2 0,19 3 0,19 4 0,39 3 0,29 2 0,19 3 0,29

3 Perdagangan Bebas 0,098 2 0,19 4 0,39 4 0,39 3 0,29 1 0,09 3 0,29

4 Rendahnya Pengetahuan Pelaku Usaha

Dalam Memasarkan Produk 0,105 2 0,21 4 0,42 4 0,42 2 0,21 2 0,21 4 0,42

5 Keterbatasan modal usaha 0,114 2 0,22 3 0,34 2 0,22 3 0,34 1 0,11 3 0,34

6 Tuntutan Legalitas Produk 0,081 2 0,16 4 0,32 3 0,24 3 0,24 1 0,08 3 0,24

Total 4,64 7,34 6,15 5,24 3,62 6,96

(20)
(21)

Oktober 1994. Penulis merupakan anak ke empat dari lima

bersaudara dari pasangan Bapak Asri.S.Pd dan Ibu Aminah.

Penulis

menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 68

Pangkalpinang pada tahun 2006. Pendidikan menengah

pertama diselesaikan di MTs Plus Bahrul Ulum Sungai Liat

pada tahun 2009. Pendidikan menengah atas diselesaikan di MAN 1

Pangkalpinang pada tahun 2012.

Pada tahun 2012 penulis diterima di Universitas Bangka Belitung

melalui jalur SBMPTN di Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Perikanan dan

Biologi. Selama perkuliahan, penulis aktif di organisasi Himpunan Mahassiwa

Agribisnis (HIMAGRIS) FPPB-UBB periode 2014-2015 sebagai ketua. BEM

Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi periode 2014-2015 sebagai ketua divisi

keagamaan. Organisasi ekstra kampus di Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim

Indonesia (KAMMI) Daerah Bangka Belitung periode 2015-2017 sebagai

Sekretaris Jendral. Penulis pernah mendapatkan penghargaan juara PKM-W

(22)

Policy Approach In Pangkalpinang City

Ishar Damiri

1

, Yudi Sapta Pranoto

2

dan Endang Bidayani

3

Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung

ABSTRACT

This study aims to describe the achievement of target goals RENSTRA DISPERINDAGKOP & SMEs Pangkalpinang City and formulate an alternative strategy of IKM food product development in Pangkalpinang City. This research was conducted in August 2016 until May 2017 in Pangkalpinang City. The research method used in this research is survey method and sampling method using purposive sampling technique with the number of respondents as many as five people. Methods of data analysis using qualitative descriptive analysis and SWOT matrix analysis and QSPM method. The results of this study indicate the achievement of Strategic Plan DISPERINDAGKOP & UMKM Pangkalpinang Year 2013-2018, in its effort to develop IKM food products entered in the category quite well with the achievement of 60 percent. The alternative strategies formulated for the development of SME products in Pangkalpinang City based on priority scale are 1) Business incubator, 2) Creating entrepreneurial ecosystem, 3) Making of UMKM Gallery, 4) Increasing product competitiveness, 5) Determination of IKM food centers and 6) Government partnerships with private parties and technology research institutions.

Keywords: Development Strategy, IKM food, Government Policy

(23)

daerah. Dengan adanya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, mempunyai kewenangan yang luas dalam membangun potensi daerahnya. Diperlukan berbagai upaya yang lebih inovatif dan kreatif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerahnya.

Salah satu yang menjadi potensi ditiap daerah adalah keberadaan Industri Kecil Menengah (IKM). Berdasarkan dataDinas Perindustrian Perdagangan Koperasi & UMKM (DISPERINDAGKOP & UMKM) Kota Pangkalpinang Tahun 2014, IKM memiliki peran yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan daerah maupun masyarakat lokal. IKM mampu menyerap sebanyak 5.242 tenaga kerja dan menyumbangkan nilai investasi sebesar Rp. 73.087.129.000,-. Salah satunya adalah daerah perkotaan yang menempatkan IKM pada posisi yang strategis untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

IKM yang paling banyak diusahakan adalah industri yang bergerak di bidang makanan. Industri makanan setiap tahunnya mengalami kenaikan, pada Tahun 2007 jumlah industri makanan sebanyak 185 unit, meningkat pada tahun 2013 menjadi 563 unit atau terjadi kenaikan sebesar 204,32 persen. Untuk meningkatkan dan mengembangkan produk IKM makanan melalui DISPERINDAGKOP & UMKM Kota Pangkalpinang, maka dirumuskan rencana strategis (RENSTRA) sebagai landasan kerja.

RENSTRA dirumuskan berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh pemilik IKM. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua bidang industri DISPERINDAGKOP & UMKM Kota Pangkalpinang, permasalahan tersebut berkaitan dengan permodalan, pemasaran dan pengelolaan yang kurang professional. Adapun kebijakan bidang isndustri yang

produk berupa sertifikat halal dan P-IRT. Kebijakan tersebut dituangkan dalam RENSTRA DISPERINDAGKOP & UMKM Tahun 2013. Untuk mengetahui sejauh mana capaian RENSTRA tersebut maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi serta alternatif strategi pengembangnnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus 2016 sampai bulan mei 2017 di Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM (DISPERINDAGKOP & UMKM) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Pangkalpinang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Metode penarikan contoh pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling. Metode analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Tujuan penelitian pertama tentang mendeskripsikan hasil evaluasi kebijakan dari RENSTRA yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kota Pangkalpinang, digunakan metode analisis secara deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian kedua tentang merumuskan alternatif strategi pengembangan IKM di Kota Pangkalpinang, digunakan metode matriks

External factor evaluation (EFE) dan Internal factor evaluation (IFE), metode analisis SWOT, metode QSPM dan dibuat arsitektur strategiknya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(24)

1 Berkembangnya industri kecil dan menengah

0 1 0 3 1 19 25 76

2 Berkembangnya sentra-sentra industri potensial

0 2 2 1 0 14 25 56

3 Meningkatnya kemampuan teknologi industri

1 0 2 1 1 16 25 64

4 Terbangunnya kompetensi industri

1 1 2 1 0 13 25 52

5 Terbangunnya kawasan industri

0 3 1 1 0 13 25 52

Rata-rata 60

Sumber :Olahan Data Primer (2017)

Keterangan:

1 – 20 = sangat tidak baik 21 – 40 = tidak baik 41 – 60 = cukup baik 61 – 80 = baik 81 – 100 = sangat baik

Berdasarkan Tabel 1, tentang capaian Renstra DISPERINDAGKOP & UMKM Kota Pangkalpinang Tahun 2013 – 2018, dalam usahanya mengembangkan produk IKM makanan, rata-rata sebesar 60 persen atau termasuk dalam kategori cukup baik. Pada umumnya kendala yang dihadapi pemerintah adalah kesulitan dalam menjalin komunikasi dengan pihak IKM, keterbatasan dana dan tumpang tindih peraturan birokrasi. Pemerintah harus lebih banyak berbenah dan komitmen dengan program yang telah direncanakan dan disusun berdasarkan

kebutuhan masyarakat. Dengan komitmen para pemangku kebijakan disertai semangat masyarakat mengangkat potensi daerahnya, maka seluruh elemen di Kota Pangkalpinang optimis akan menjadi salah satu Kota berbasis industri yang tangguh dan pelopor terciptanya ekonomi kerakyatan.

Analisis Matriks SWOT

(25)

5. Tersedianya

sumberdayaaparatur yang cukup secara kuantitas

3. Terbatasnya teknologi produksi

4. Implementasi hasil pelatihan belum optimal 5. Anggaran daerah yang

terbatas

Peluang (O) Strategi S - O Strategi W - O

1. Letak geografis yang strategis 2. Ketersediaan lembaga kredit 3. Kemajuan TIK yang pesat 4. Karakteristik masyarakat

perkotaan

1) Penentuan kawasan sentra IKM makanan(S1, S3, O1) 2) Inkubator bisnis (S2, S5,

O2, O4)

5) Menjalin kemitraan pemerintah dengan pihak swasta dan instans iriset teknologi(W1, W3, W5, O3)

Ancaman (T) Strategi S - T Strategi W- T

1. Keterbatasan bahan baku 2. Tingginya tingkat inflasi 3. Perdagangan pasar bebas 4. Rendahnya pengetahuan

pelaku usaha dalam memasarkan produk 5. Keterbatasan modal usaha 6. Tuntutan legalitas produk

3) Pembuatan galery UMKM (S3, S4, T2,T3, T4)

4) Peningkatan daya saing produk(S2, S3, T3, T6)

6) Menciptakan ekosistem wirausaha ( W2, W4, T1, T5)

Gambar 1. Analisis SWOT Pengembangan Produk IKM makanan Kota Pangkalpinang

Tahap Keputusan Dan Rancangan Program Pengembangan Produk IKM Makanan Di Kota Pangkalpinang

Paradigma dalam pembangunan saat ini lebih mengedepankan proses parsisipatif dan terdesentralisasi, oleh karena itu dalam menyusun rancangan program alternatif strategi pengembangan produk IKM makanan

dalam pembangunan perlu dilakukan secara partisipatif dan aspiratif. Sehingga program yang tersusun sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungan daerah setempat. Selengkapnya strategi pengembangan produk IKM Kota Pangkalpinang berdasarkan skala proritas padaTabel 2.

Tabel 2. Alternatif Strategi Pengembangan Produk IKM Kota Pangkalpinang

No Strategi TAS Rangking

1 Inkubator Bisnis 7,34 I

2 Menciptakan Ekosistem Wirausaha 6,96 II

3 Pembuatan Galery UMKM 6,15 III

4 Peningkatan Daya Saing Produk 5,24 IV

5 Penentuan Kawasan Sentra IKM Makanan 4,64 V

6 Menjalin Kemitraan Pemerintah Dengan Pihak Swasta dan Instansi Riset Teknologi

3,62 VI

Sumber : Olahan Data Primer (2017)

Alternatif strategi yang didapatkan dari matriks SWOT dianalisis menggunakan matriks QSPM untuk menetapkan strategi prioritas. Penentuan peringkat berpedoman

(26)

berikut :

1. Inkubator Bisnis

Pola inkubator bisnis merupakan strategi yang layak mendapat pertimbangan untuk diterapkan dalam pola pembinaan pelaku IKM. Inkubator bisnis adalah pola pembinaan dengan memberikan program pengkaderan yang didesign untuk mempercepat keberhasilan usaha melalui rangkaian program kegiatan yang berkesinambungan, yang didalamnya diasah tentang kemampuan mengakses sumberdaya pembiayaan usaha, menyusun perencanaan usaha, mengakses sumber produksi dan pemasaran, sampai dengan menganalisis ketercapaian usaha.

Prinsip kerja yang dipegang oleh penyelenggara inkubasi dengan ragam model yang digunakan, mengacu pada prinsip indoor dan outdoor, langsung, fleksibel, berkelanjutan dan profesional. Banyak negara yang telah menjalankan strategi inkubasi ini dan berhasil, diharapkan pemerintah pusat maupun daerah, dapat menerapkan pola yang sesuai dengan karakter dan sumberdaya lokal. Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh penyelenggara sistem inkubator bisnis adalah:

1. Pelatihan penumbuhan wirasusaha baru 2. Pembinaan kepada wirausaha pemula 3. Pengawasan dan pengontrolan berkala

kepada wirausaha senior

2. Menciptakan Ekosistem Wirausaha Kebijakan ini ditujukan untuk mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan dan meningkatkan kompetensi manajerial usaha. Kompetensi ini diutamakan untuk meningkatkan produktivitas dan membangun pelaku usaha yang berbasis pengetahuan dan teknologi, yang pada gilirannya dapat

a) Menyelenggarakan pendidikan kewirausahaan melalui pembangunan komunitas usaha. Dengan demikian, pendidikan kewirausahaan bukan semata fokus kepada pengenalan usaha secara mandiri dan menempatkan pihak lain sebagai pesaing, melainkan harus diarahkan sebagai usaha membangun kerjasama kelompok yang solid.

b) Mengkoordinasikan kelompok lingkungan strategis pendorong lingkungan wirausaha secara melembaga dengan visi yang sama. c) Menyelenggarakan sistem insentif bagi

wirausaha baru, terutama yang berkenaan dengan aspek pendaftaran atau izin usaha, lokasi usaha, akses pendanaan, perpajakan dan informasi pasar.

d) Melakasanakan program pembinaan dan insentif khusus bagi kelompok wirausaha IKM yang berorientasi ekspor, agribisnis atau agroindustri yang memanfaatkan sumberdaya lokal

e) Penyediaan sistem insentif dan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran standar mutu, kepemilikan HAKI dan pengelolaan lingkungan. f) Fasilitasi untuk pemberian kesempatan

mengikuti program inkubator bisnis, pemagangan dan pencangkokan manajemen usaha diluar negeri.

g) Membuka seluas-luasnya peluang masuknya semua kelompok dalam kegiatan usaha, termasuk wanita dan pemuda menjadi wirausaha tangguh yang memiliki semangat koperatif.

3. Pembuatan Galery UMKM

(27)

usaha. Tidak sebatas sebagai instrumen pemasaran dalam konteks kepentingan nasional. Dengan pembuatan galery UMKM juga dapat menjadi pendukung kebijakan stabilitas harga dan ketersediaan produk yang beredar di pasaran.

Upaya optimalisasi sebagai strategi sistem pemasaran, program pembuatan galery UMKM harus diawali dengan langkah-langka sebagai berikut :

a) sosialisasi yang intensif, menyeluruh dan terpadu kepada pemangku kepentingan yaitu pelaku usaha, perbankan dan kalangan pemerintahan sendiri.

b) Melakukan survey lokasi pembangunan

galery UMKM dengan

mempertimbangkan berbagai aspek, diantaranya dekat dengan pusat kota dan lokasinya strategis.

c) Setelah dilakukan kajian dan suvey maka masuk dalam tahap penganggaran dilanjutkan dengan tahap pembangunan.

4. Peningkatan Daya Saing Produk

Keunggulan kompetitif dan kreatif adalah kunci utama dalam upaya meningkatkan daya saing produk IKM. Daya saing juga menggambarkan kemampuan melakukan terobosan-terobosan dan juga berkaitan erat dengan daya saing daerah yang dapat mendukung komoditas produk IKM unggulan tertentu. Peningkatan daya saing produk sangat penting sebagai strategi memasuki pasar lokal maupun nasional.

Daya saing produk adalah tingkatan kemampuan produk untuk dijual atau kemampuan manajemen produksi pada suatu perusahaan dalam menghasilkan struktur biaya variabel rata-rata yang nilainya lebih rendah dari pada nilai produksi atau harga produk. Daya saing produk dapat dibagi menjadi dua, yaitu

yang sangat penting dalam membantu pelaku IKM meningkatkan daya saing produknya.

pemerintah harus mengambil langkah bijak dalam membantu meningkatkan daya saing produk IKM daerah, yaitu :

a) Sosialisasi tentang standarisasi produk, yang dinilai dari aspek sertifikasi halal, izin produksi, kemasan, harga dan rasa. b) Memberikan penghargaan kepada IKM

berprestasi untuk memotivasi mereka dalam mengembangkan usaha.

5. Penentuan Kawasan Sentra IKM Makanan

Strategi penentuan kawasan sentra IKM makanan ditentukan dengan melihat bahwa industri adalah sektor unggulan Kota Pangkalpinang, serta pemerintah dapat menggunakan wewenang dan kekuasaannya untuk menentukan kawasan khusus tersebut. Didukung dengan peluang letak geografis Kota Pangkalpinang yang strategis. Hal tersebut menuntut pemerintah daerah untuk menentukan kawasan khusus industri. Dalam menentukan daerah tersebut harus mempertimbangkan beberapa hal, seperti daerah yang mudah diakses, letak geografisnya strategis, jumlah pengusaha, basis tumbuh dan berkembangnya IKM, kearifan lokal masyarakatnya yang santun dan menunjukkan potensi daerah tersebut. Pemerintah harus mempunyai raod-map

pengembangan IKM makanan di Kota Pangkalpinang

Untuk melaksakan program ini ditempuh beberapa langkah straegis, yaitu :

(28)

usaha di satu kawasan yang menjadi sentra IKM makanan

6. Menjalin Kemitraan Pemerintah Dengan Pihak Swasta dan Instansi Riset Teknologi Pada prinsipnya, sektor swasta dapat memainkan peran penting dalam memproduksi, menyediakan barang dan jasa, pelayanan publik yang sebenarnya secara keseluruhan menjadi tugas, peran dan tanggung jawab pemerintah. Berbagai keterbatasan dari pemerintah dalam menyediakan fasilitas pelayanan publik, menimbulkan ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah. Disisi lain sektor swasta memiliki potensi yang bila dikembangkan, peluang yang diberikan pemerintah akan mampu membantu upaya pemerintah dalam meningkatkan pelayanan publik, yang juga telah diterapkan dinegara-negara maju.

Agar kerjasama yang dimaksud berjalan dengan baik maka diperlukan beberapa hal agar tidak ada satu pihak manapun, termasuk IKM yang dirugikan atas kerjasama tersebut. Ada beberpa hal yang disarankan sebagai berikut :

a) Melaksanakan reformasi hukum yang memadai untuk memungkinkan sektor swata beroperasi maksimal.

b) Mengembangkan dan menegakkan peraturan yang jelas dan transparan kepada investor swasta.

c) Memperluas kesempatan perusahaan swasta lokal untuk mengembangkan kemampuan pengelolaan manusia d) Menciptakan insentif dan jaminan untuk

melindungi pekerja setelah pihak swasta mengambil alih penyedia layanan.

1. Hasil capaian Renstra DISPERINDAGKOP & UMKM Kota Pangkalpinang Tahun 2013-2018, dalam usahanya mengembangkan produk IKM makanan masuk dalam kategori cukup baik dengan nilai capaian 60 persen. 2. Alternatif strategi yang dirumuskan

untuk pengembangan produk IKM makanan Kota Pangkalpinang berdasarkan skala prioritas adalah 1) Inkubator bisnis, 2) Menciptakan ekosistem wirausaha, 3) Pembuatan galery UMKM, 4) Peningkatan daya saing produk, 5) Penentuan daerah sentra IKM makanan dan 6) Menjalin kemitraan pemerintah dengan pihak swasta dan instansi riset teknologi.

Berdasarkan kesimpulan, saran yang dapat peneliti sampaikan sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan capaian Renstra,

pemerintah harus konsisten dan komitmen menjalankan program dan melakukan evaluasi tahunan untuk mengetahui sejauhmana capaian program.

(29)

Koperasi & UMKM Kota Pangkalpinang, 2014

Rangkuti Freddy. 1997.Analisis SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis. Reorientasi Konsep

Jakarta

Wilantara, RF. 2016. Strategi & Kebijakan

Pengembangan UMKM. Bandung : PT

Gambar

Tabel 1. Hasil capaian Renstra DISPERINDAGKOP & UMKM     Kota  Pangkalpinang (2013-2018).
Gambar 1. Analisis SWOT Pengembangan Produk IKM makanan Kota    Pangkalpinang

Referensi

Dokumen terkait

secara verbal dan begitu juga sebaliknya. Kajian multimodal terhadap tradisi tangis berru sijahe merupakan kajian. yang baru dan belum pernah dilakukan sebelumnya, walaupun

Agama Republik Indonesia Nomor 308 Tahun 1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Agama lslarn Negeri Pontianak perlu ditetapkan Statuta Sekolah Tinggi

(3) Dalam hal permohonan pengembalian kelebihan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disetujui oleh Pimpinan Instansi Pemerintah, kelebihan pembayaran diperhitungkan

Submitted to the English Education Department of Faculty of Language and Arts Education as a Partial Fulfillment of the Requirements for Sarjana

[r]

[r]

(2) Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala yang diangkat oleh Rektor, berada di bawah dan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, sisa lebih pembiayaan anggaran terhadap belanja modal dengan pendapatan asli daerah dan