• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Agus Riyanto BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Agus Riyanto BAB I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semua benda, wilayah atau daerah yang ada di sekeliling kita pasti memiliki nama, baik benda mati, benda hidup, tempat, atau nama daerah tempat tinggal kita. Nama tersebut sebagai pertanda untuk mengenalkan diri atau daerahnya kepada orang lain. Dengan adanya nama yang diberikan untuk benda atau suatu daerah maka diharapkan masyarakat akan lebih mudah mengenal benda atau daerah tersebut. Tidak heran jika di dunia ini muncul beraneka ragam nama-nama yang diberikan oleh manusia untuk nama tempat tinggal yang mereka tempati.Salah satunya yang kita tahu adalah nama-nama dusun yang ada di sekitar kita.

Nama itulah yang biasanya dapat membedakan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Istilah nama sering juga diartikan sebagai kata sebutan yang biasanya dijadikan identitas seseorang untuk menyebut barang atau suatu daerah, inisial atau sebutan untuk menyebut barang atau daerah agar berbeda dengan barang atau daerah lain. Nama tempat harus di miliki oleh suatu daerah, baik nama tempat tinggal (rumah) daerah tempat tinggal dari yang tersempit (dusun) hingga daerah tempat tinggal yang bersipat luas (provinsi). Tujuannya agar lebih mempermudah petugas pemerintahan untuk mendata penduduk (sensus) berdasarkan daerah tempat tinggal yang mereka tempati.

(2)

tempat, barang, binatang, serta nama untuk memanggil orang.Nama itu sendiri lahir dari hasil pemikiran manusia akibat dari banyaknya benda hidup, benda mati, ataupun daerah tempat tinggal yang di tempati, sehingga muncullah sebuah nama yang kemudian diterima oleh masyarakat dan masyarakat menyepakati nama tersebut untuk nama benda itu. Salah satu contoh dari hasil pemikiran manusia yang memberikan nama pada sebuah nama tempat tinggal yakni nama dusun. Pada awalnya suatu daerah tersebut belum memiliki nama untuk daerah yang mereka tempati masih hutan belantara, namun setelah orang menuangkan hasil pemikiran atau gagasannya melalui suatu jalan musyawarah maka muncullah sebuah nama untuk daerah yang mereka tempati, dan ada yang memberikan nama daerah itu berdasarkan sejarah atau fenomena yang ada di sekitarnya.

(3)

bermakna referensial, sedangkan kalau kata-kata itu tidak mempunyai referen, maka kata-kata itu disebut kata bermakna nonreferensial (Chaer,1995:63). Contohnya kata yang bermakna referensial yaitu kata meja dan kursi, kedua kata itu mempunyai referen yaitu sejenis perabotan rumah tangga yang memiliki empat kaki sebagai penopang papan besar untuk meletakan barang seperti gelas, piring diatasnya yang disebut „meja‟ dan „kursi‟ sejenis perabotan rumah tangga yang biasanya berpasangan dengan meja, terbuat dari kayu memiliki empat kaki dan biasanya digunakan untuk duduk, kemudian kata cantik dan kata kenyang merupakan kata nonreferensial karena tidak mempunyai referen, kata „cantik‟ bersifat relatif antara orang yang satu dengan orang yang lainnya, dan kata „kenyang‟ juga bersifat relatif

tidak sama ukuran makan antara orang satu dengan orang yang lainnya, bisa saja orang (1) makan satu piring nasi sudah bisa mengatakan kenyang, tetapi orang (2) belum tentu makan satu piring nasi mengatakan kenyang, sehingga kata „cantik‟ dan

kata „kenyang‟ tidak bisa menjadi tolak ukur dan tidak nampak wujudnya atau

(nonreferensial). Jadi kata „cantik‟dan kata „kenyang‟termasuk kedalam makna nonreferensial.

(4)

dusun tersebut, dan disitu peneliti juga melihat sepertinya ada keunikan bahasa yang dipakai pada nama dusun Makam Dawa. Seperti dugaan peneliti pada nama Dusun Makam Dawa itu memakai dua asal bahasa yang berbeda, sepertinya dari bahasa Indonesia dan dari bahasa Jawa. Menurut peneliti nama-nama dusun itu sangat unik dan dapat dianalisis menggunakan kajian semantik.

Disaat peneliti hendak pulang kerumah dari kantor Kecamatan Tonjong selesai membuat KTP, tanggal 3 februari 2015. Di tengah-tengah jalan peneliti melihat batu bertuliskan Batas Dusun Dhukuh Tengah, tepatnya di Kelurahan Kalijurang. Melihat fenomena itu peneliti berasumsi lagi bahwa nama Dusun Dhukuh Tengah itu termasuk nama dusun yang masuk kedalam makna referensial karena kemungkinan kata dhukuh itu mempunyai arti perdukuhan, dan kata tengah itu kemungkinan diambil karena letak tempat tinggal penduduk yang ada ditengah dan di apit oleh dusun sebelahnya, selain itu peneliti juga melihat lagi ada keunikan bahasa yang dipakai pada nama Dusun Dhukuh Tengah, seperti dugaan peneliti pada nama Dusun Dhukuh Tengah itu memakai dua asal bahasa yang berbeda, sepertinya nama Dususn Dhukuh Tengah diambil dari bahasa Jawa dan dari bahasa Indonesia. Sehingga menurut peneliti nama dusun itu sangat unik dan dapat dianalisis menggunakan kajian semantik.

(5)

kedalam makna nonreferensial karena kemungkinan nama tanggeran diambil dari kata angger yang mungkin artinya kalau, kemungkinan karena penduduk di dusun itu berangger-angger saat melakukan sesuatu, sehingga menurut dugaan peneliti kata tanggeran itu tidak memiliki acuan berupa bendanya yang adapada nama dusun itu.Selain itu peneliti juga melihat ada keunikan bahasa yang dipakai pada nama Dusun Tanggeran, seperti dugaan peneliti kemungkinan pada nama Dusun Caruban menggunakan asal bahasa yang diambil dari bahasa Jawa. Menurut peneliti nama Dusun Tanggeran dapat dianalisis menggunakan kajian semantik.

Pada kesempatan yang lain juga, saat peneliti sedang mengantar ibunda kondangan ke rumah sodara di Kelurahan Pepedan tepatnya tanggal 20 februari 2015. Peneliti lagi-lagi melihat gapura yang terbuat dari bambu, yang bertuliskan Selamat Datang di Dusun Rejosari yang tertancap di pinggir jalan tepatnya di Kelurahan Pepedan, Kecamatan Tonjong. Melihat fenomena itu peneliti berasumsi bahwa nama Dusun Rejosari itu termasuk kedalam makna referensial karena kemungkinan nama Dusun Rejosari dulunya diambil karena penduduk di dusun itu adalah orang pertama yang tinggal (yang mengisi pertama kali dusun itu), selain itu lagi-lagi peneliti juga melihat ada keunikan bahasa yang dipakai pada nama Dusun Rejosari, sepertidugaan peneliti pada saat itu nama Dusun Rejosari diambil dari dua bahasa yang berbeda yaitu dari bahasa Indonesia dan dari bahasa Jawa. Sehingga menurut peneliti namaDusun Rejosari dapat dianalisis menggunakan kajian semantik.

(6)

membuktikan asumsi-asumsi yang ada didalam pikirannya tersebut sehingga peneliti kemudian mengangkat judul penelitian dengan judul Analisis Makna Referensial dan Makna nonreferensial pada Nama-Nama Dusun di Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes Tahun 2015. Pada peneliti ini peneliti mengambil sampel nama-nama dusun karena menurut peneliti nama-nama dusun yang ada di Kecamatan Tonjong banyak nama dusun yang memiliki referensi (acuan) berupa banda yang dipakai untuk menamai nama dusun tersebut meskipun ada juga nama dusun yang tidak memiliki acuan (nonreferensi) berupa benda yang ada pada dusun tersebut. Selanjutnya,peneliti juga melihat nama-nama dusun yang ada di Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes juga memiliki keunikan dari asal bahasa yang dipakai pada nama-nama dusun tersebut seperti ada yang diambil dari bahasa Indonesia, Jawa, Jawa Kuno dan gabungan dari bahasa-bahasa tersebut. Selain itu, nama dusun juga sudah lebih mengerucut dari pada peneliti mengambil sampel nama Kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes dan nama Kabupaten yang ada di Jawa Tengah. Pada penelitian ini peneliti menganalisis nama-nama dusun yang ada di Kecamatan Tonjong menggunakan kajian semantik yang ditinjau dari dua makna yaitu, makna referensial dan makna nonreferensial.Penelitian inibelum pernah dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Mahasiswa lainnya, sehingga penelitian ini perlu dilakukan.

B. Rumusan Masalah

(7)

1. Apa saja nama dusundi Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes yang termasuk makna referensial?

2. Apa saja nama dusundi Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes yang termasuk makna nonreferensial?

C. Tujuan Penelitian

Melihat rumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan penelitian, yaitu:

1. Mendeskripsikan nama dusun di Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes yang termasuk makna referensial.

2. Mendeskripsikan nama dusun di Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes yang termasuk makna nonreferensial.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat penulis ambil meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

(8)

2. Manfaat Praktis

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

Pekerjaan yang dilakukan penulis selama melakukan Kuliah Kerja Media antara lain membuat naskah panduan menjawab campaign iklan layanan masyarakat, membuat caption media

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh

Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin yang khusus disediakan dan atau diberikan

Kesimpulonnya bahwa persepsi dan perilaht sebagian besar responden di desa Kalirejo Kokap Kulonprogo terhadap malaria sudah baik tetapi sebagian besar responden belum

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

Berdasarkan pengamatan kemampuan berbahasa siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan dari pratindakan walaupun belum mencapai persentase KKM yang telah ditentukan.