1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebagai jenjang paling dasar pada
pendidikan formal mempunyai peran besar bagi keberlangsungan proses
pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan undang-undang RI Nomor 20
Tahun 2003 pasal 17 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “Pendidikan dasar
merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah”. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Satuan
Pendidikan Dasar (Tahun 2007 Semester I & II) dijelaskan bahwa “Tujuan
Pendidikan Dasar adalah meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut”. Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa
siswa harus mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki ketrampilan
agar dapat menghadapi tuntutan zaman. Salah satu dalam mengembangkan
potensi pada siswa yaitu belajar matematika, karena matematika merupakan
ilmu yang universal yang mendasari teknologi modern dan memajukan daya
pikir manusia.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di SD. Susanto (2015
: 185) mengatakan matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan
kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja,
2
teknologi. Oleh karena itu, pendidikan matematika sangat diperlukan agar
siswa mampu bersaing atas dasar keunggulan kualitas, maka siswa harus
menguasai matematika sejak usia sekolah dasar. Namun, dalam kenyataannya
yang ada sekarang ini, penguasaan pada mata pelajaran matematika di SD
menjadi masalah bagi siswa yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam
memahami materi pelajaran matematika. Hal ini tidak luput dari peran guru
dalam proses pembelajaran di kelas. Apabila strategi dan model pembelajaran
yang digunakan oleh guru bersifat monoton maka siswa memandang
Matematika itu pelajaran yang sulit dan tidak menarik.
Berdasarkan peneliti melakukan pengamatan di MI Muhammadiyah
Pasirmuncang, ditemukan berbagai permasalahan yang terjadi yaitu prestasi
belajar siswa rendah pada mata pelajaran Matematika. Berdasarkan hasil
ulangan harian mata pelajaran Matematika materi geometri tahun ajaran
2015/2016 pada tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1 Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Matematika Materi Geometri Tahun Ajaran 2015/2016
sebagian siswa kelas IV MI Muhammdiyah Pasirmuncang belu Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Sebagian besar siswa kurang berminat mata
pelajaran Matematika karena mata pelajaran Matematika dirasa sulit. Siswa
3
menghitung dan menghafal sehingga siswa seringkali kurang bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran Matematika. Guru sudah mengupayakan
dalam menggunakan metode yang bervariasi agar siswa tidak merasa bosan
tetapi siswa masih kurang bersemangat. Siswa merasa bosan yang
berkelanjutan terhadap pembelajaran Matematika sehingga prestasi belajar
siswa rendah. Prestasi belajar siswa rendah sehingga mengakibatkan rasa
percaya diri juga rendah.
Berdasarkan peneliti saat melakukan wawancara kepada guru kelas IV
permasalahannya yaitu: 1) Siswa merasa malu dalam mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas, 2) Siswa malu bertanya dan mengajukan pendapat
pada guru saat guru mengajukan pertanyaan kepada siswa karena malu dan
takut salah. Indikator tersebut belum terlihat dari siswa kelas IV.
Rasa percaya diri yang dimiliki siswa sangat diperlukan pada saat
mengikuti proses pembelajaran. Siswa akan aktif bertanya dan berani
mempresentasikan hasil belajarnya di depan kelas jika siswa memiliki rasa
percaya diri. Rasa percaya diri yang rendah harus segera diatasi, karena jika
tidak siswa akan merasa bosan dan tidak ingin tahu, sehingga berdampak
rendahnya prestasi belajar pada mata pelajaran matematika.
Peneliti dan guru sepakat untuk berkolaborasi melakukan sebuah upaya
meningkatkan percaya diri dan prestasi siswa pada mata pelajaran matematika
materi geometri di MI Muhammadiyah Pasirmuncang dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif. Suprijono (2015: 73) mengatakan model
4
kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang
untuk membantu siswa menyelesaikan masalah.
Model pembelajaran kooperatif banyak jenisnya, salah satunya adalah
model pembelajaran Two Stay Two Stray. Lie (2008: 61) mengatakan teknik
belajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh
Kagan (1992) dan teknik ini bisa digunakan bersama dalam semua mata
pelajaran serta untuk semua tingkatan usia anak didik. Model pembelajaran
Two Stay Two Stray memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerjasama mendiskusikan permasalahan dalam kelompok berempat,
selanjutnya bekerjasama sebagai tamu dan tuan rumah untuk menyampaikan
informasi antar kelompok dan menunjukkan sikap percaya diri dalam belajar.
Melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray diharapkan siswa memiliki
percaya diri, saling mengahargai pendapat orang lain, dapat bertindak
mandiri, penuh tanggung jawab, saling mengeluarkan pendapat, dan memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan.
Penelitian ini akan dilakukan inovasi pembelajaran yang berbeda dari
model pembelajaran Two Stay Two Stray pada umumnya. Penerapan model
Two Stay Two Stray akan dilengkapi dengan menggunakan media kartu soal
5
dapat beperan aktif dan siswa dapat menyelesaikan permainan atau
menemukan jawaban dari pertanyaan kartu soal.
Berdasarkan uraian di atas peneliti akan melakukan penelitian dengan
menggunakan inovasi model kooperatif tipe Two Stay Two Stray berbantu
media kartu soal, diharapkan akan membuat suasana pembelajaran terasa
lebih menyenangkan dan mampu meningkatkan percaya diri siswa agar siswa
aktif dalam pembelajaran, dengan demikian model kooperatif tipe Two Stay
Two Stray berbantu media kartu soal dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam
meningkatkan percaya diri dan prestasi belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Apakah percaya diri dan prestasi
belajar menggunakan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray materi
geometri kelas IV MI Muhammadiyah Pasirmuncang dapat ditingkatkan ?”.
rumusan masalah tersebut dapat diuraikan menjadi pertanyaaan peneliti
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah percaya diri siswa pada materi geometri dengan
menggunakan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray berbantu media
kartu soal di kelas IV MI Muhammadiyah Pasrimuncang dapat
6
2. Bagaimanakah prestasi belajar siswa pada materi geometri menggunakan
model kooperatif tipe Two Stay Two Stray berbantu media kartu soal di
kelas IV MI Muhammadiyah Pasirmuncang dapat ditingkatkan ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan percaya diri siswa pada materi geometri dengan
menggunakan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray berbantu media
kartu soal di kelas IV MI Muhammadiyah Pasrimuncang.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi geometri
menggunakan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray berbantu media
kartu soal di kelas IV MI Muhammadiyah Pasrimuncang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoretis manfaat penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan
percaya diri dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika
materi geometri.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
7
2) Meningkatkan prestasi belajar matematika kelas IV pada materi
geometri.
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan profesionalisme guru dalam menentukan metode dan
model pembelajaran yang tepat sesuai karakteristik mata pelajaran
dan karakteristik siswa, sehingga hasil pembelajaran khususnya mata
pelajaran matematika dapat optimal.
2) Meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar matematika.
3) Guru memiliki variasi dalam mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Sebagai masukan bagi sekolah dalam upaya mengembangkan
penerapan model-model pembelajaran untuk meningkatkan mutu
pembelajaran di sekolah.
d. Bagi Peneliti
Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan membekali diri
sebagai calon guru yang memperoleh pengalaman penelitian secara
ilmiah agar kelak dapat dijadikan modal sebagai guru dalam mengajar.