• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar - PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)KELAS V SD NEGERI 2 LESMANA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar - PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)KELAS V SD NEGERI 2 LESMANA - repository perpustakaan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses pendidikan yang sangat penting dalam pendidikan. Tidak jarang hasil akhir dari suatu pendidikan ditentukan keberhasilan proses belajar itu sendiri. Belajar dapat diartikan perubahan pada dirinya yang tidak tahu menjadi tahu, merubah perilaku seseorang yang ingin menjadi lebih baik. Belajar terdapat tujuan-tujuan yang harus dicapai setelah proses pembelajaran berlangsung.

Belajar dalam arti luas adalah semua persentuhan pribadi dengan lingkungan yang menimbulkan perubahan perilaku (Puwanto, 2014: 47). Belajar di sini dilakukan dengan berinteraksi dengan lingkungan di sekitar kita. Jika lingkungan kita memberikan lingkungan yang baik maka perilaku kita akan baik namun jika lingkungan kita kurang baik maka kita dapat terbawa kedalam lingkungan yang kurang baik pula.

(2)

dengan lingkungannya Hal ini diperkuat dengan psikologi yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2010: 2). Perubahan-perubahan yang terjadi akan terlihat nyata dalam penerapan tingkah laku pada kehidupan yang akan mendatang.

Teori belajar yang mendukung hasil belajar siswa yaitu teori belajar kontruktivisme yang berarti kotruktivisme dalam belajar sebagai sebuah pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun (mengkonstruk) sedikit demi sedikit makna terhadap apa yang dipelajarinya dengan membangun hubungan secara internal atau keterkaitan antara ide-ide dengan fakta-fakta Tambari (1997 dalam Royer, 2007) dalam Baharuddin (2015: 164). Oleh karena itu, guru dapat mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran agar terlihat pengalaman-pengalaman mereka dalam pembelajaran yang pernah dilakukan. Guru berperan penting dalam pembelajaran untuk menciptakan suasana yang dapat mengajak siswa untuk berperan aktif, sehingga model kooperatif tipe NHT berkaitan dengan teori kontruktivisme untuk mengajak siswa berperan aktif dalam berkelompok.

(3)

untuk merubah tingkah laku secara keseluruhan dan terus menerus sesuai dengan lingkungan. Harapan setelah belajar kita tidak hanya dapat menerapkan pada diri kita saja namun dapat kita terapkan dikehidupan sehari-hari yang membuat kehidupan kita akan menjadi lebih baik.

b. Hasil Belajar

Proses belajar mengajar di dalam kelas terdapat tujuan yang harus dicapai untuk mengukur kemampuan siswa menerima materi yang telah disampaikan oleh guru yaitu berupa hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2012: 22). Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung pada tujuan pendidikan (Purwanto, 2014: 46). Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari evaluasi pembelajaran yang dilakukan diakhir pembelajaran untuk mengetahui kemapuan siswa apakah sudah mencapai tujuan yang diinginkan atau belum.

(4)

merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2010: 3-4).

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan siswa menerima pengalaman belajar dan mengikuti proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Hasil belajar dapat dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomor. Hasil belajar merupakan sebuah usaha untuk melihat pemahaman yang didapat selama proses belajar mengajar terjadi.

Klasifikasi hasil belajar terdiri dari tiga ranah, yaitu:

1) Ranah Kognitif menurut Bloom (dalam Anurrahman, 2009: 49) terdiri dari 6 aspek, yaitu :

a. Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap sari dan makna hal-hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan

dalam bagian-bagiansehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat

tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

(5)

2) Ranah Afektif menurut Bloom (dalam Anurrahman, 2009: 50) terdiri dari beberapa aspek yang mendasari ranah afektif, yaitu: a. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu

dan kesediaan memperhatikan hal terseBut.

b. Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatiakan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. c. Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup penerimaan,

terhadap suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.

d. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebgaia pedoman dan pegangan hidup.

e. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai, dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

Ranah afektif dalam penelitian ini akan diambil datanya melalui observasi penilaian hasil belajar ranah afektif pada saat pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh obsever. Hal ini dilihat pada kemampuan siswa dalam meneladani para pahlawan, menghargai para pahlawan, merasa bangga menjadi generasi penerus bangsa, bersedia memperlajari biografi tokoh proklamasi, bersedia melanjutkan perjuangan tokoh proklamasi.

3) Ranah Psikomotor menurut Simpson (dalam anurrahman, 2009: 52) terdiri dari tujuh perilaku atau kemampuan motorik, yaitu : a. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan

(mendeskdripsikan) sesuatu secara khusus dan menyadari adanya perbedaan antara sesuatu terseBut.

b. Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam suatu keadaan di mana akan terjadi suatu gerapan atau rangkaian gerakan.

c. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau garakan peniruan.

d. Gerakan terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.

(6)

f. Peyesuaian pola gerak, yang mencakup kemampuan mengdakan perubahan dan penyesuaian pola gerak gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.

g. Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola-pola gerak gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri.

Ranah psikomotor dalam penelitian ini akan diambil datanya melalui observasi penilaian hasil belajar ranah psikomotor pada saat pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh obsever. Hal ini dilihat pada kemampuan siswa dalam mendengarkan pembacaan teks proklamasi, menirukan/membacakan teks poklamasi, pemenggalan suku kata dalam pembacaan teks proklamasi, intonasi dalam pembacaan teks proklamasi, ketepataan dalam pengucapan kata.

2. Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar (IPS SD)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengertahuan Sosial atau yang biasa disingkat IPS merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial. IPS membahas tentang hubungan manusia dengan lingkungan karena siswa akan tumbuh dan berkembang di lingkungan yang akan mereka tinggali maka siswa hendaknya diperkenalkan dengan IPS. IPS merupakan bekal untuk siswa sebagai mahluk sosial yang tidak bisa menjalani kehidupannya sendiri. Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial karena manusia membutuhkan mahluk hidup dan mahluk mati lainnya sehingga manusia tidak bisa hidup sendiri.

(7)

dan ilmu humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada siswa, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Kajian IPS ini mencakup berbagai kehidupan yang beraspek mejemuk baik hubungan sosial, ekonomi, psikologi, Budaya, sejarah, maupun politik, semuanya dipelajari dalam ilmu sosial (Susanto, 2013: 137).

Adanya perbedaan definisi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitude and value) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik (Sapriya, 2014: 12). IPS mengajarkan kepada siswa untuk menjadi warga negara yang baik karena didalam pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat yang hidup sebagai mahluk sosial. IPS diharapkan dapat memberikan bekal kepada siswa untuk menghadapi sosial yang ada di sekitar lingkungannya.

(8)

membentuk manusia menjadi mahluk sosial yang mampu memecahkan masalah pribadi atau masalah sosialnya. IPS dipersiapkan untuk membentuk siswa sebagai mahluk sosial yang siap untuk menghadapi kenyataan yang ada dikehidupannya. Mempersiapkan manusia menjadi warga negara yang baik dan mengerti tentang ilmu sosial.

b. Materi Pembelajaran IPS SD

(9)

Peneliti dan guru berdiskusi mengenai materi yang akan dipelajari selama dua siklus. Peneliti dan guru menyepakati untuk mengambil KD 2.3 menghargai jasa dan peran tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerderkaan Indonesia dengan materi proklamasi kemerdekaan Indonesia. Penggunaan KD 2.3 untuk penelitian dikarenakan disesuakan dengan promes yang telah ada, disesuaikan dengan waktu penelitian, dan disesuakan dengan masalah.

Penelitian tindakan kelas ini mengambil pembelajaran IPS kelas V semester 2 yang terdapat pada silabus sebagai, berikut:

Tabel 2.1 Silabus IPS kelas V semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peran tokoh perjuangan dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia.

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan

dalam

mem-proklamasikan

kemerdekaan Indonesia.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

(10)

Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat (Slavin, 2008: 4) pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Kelas kooperatif mengajarkan kepada siswa untuk saling membantu dalam satu tim. Bekerjasama dituntut dalam kelas kooperatif ini karena dengan kelas kooperatif siswa tidak hanya mengandalkan satu teman saja dalam satu tim tapi mengajarkan untuk semua siswa bekerjasama dalam tim.

(11)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang saling bertukar pendapat dan berdiskusi untuk menemukan suatu hasil di dalam kelompok masing-masing dan setiap anggota dapat melengkapi anggota yang lain. Kelompok ini terdiri dari siswa perempuan maupun laki-laki yang memilik prestasi yang tinggi, sedang dan rendah. Kelompok tidak memandang perbedaan satu sama lain karena di dalam kelompok kooperatif ini siswa dituntut untuk saling bekerja sama.

Tujuan dari pembelajaran cooperative learning ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk negara, mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial semakin kompleks (Isjoni, 2014: 75), sehingga membutuhkan keterampilan dalam bekerjasama dan berkolaborasi untuk mengatasi masalah-masalah sosial yang ada.

4. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

(12)

kelompoknya. Kelompok ini tidak ada pemisahan antara siswa yang memiliki kecerdasar lebih atau yang memiliki kecerdasan kurang.

NHT merupakan model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide. Selain itu, NHT juga mendorong siswa untuk saling bekerjasama dalam kelompok. Hal ini diperkuat dengan pendapat (Slavin, 2008: 256) yang menyatakan bahwa NHT merupakan variasi dari salah satu diskusi kelompok. NHT mengajak siswa untuk saling membantu dalam berdiskusi, mengajak siswa untuk saling melengkapi didalam kelompok sehingga tidak ada siswa yang merasa dikucilkan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran yang telah dipelajari.

(13)

dengan kelompoknya karena guru akan memanggil secara acak untuk maju ke depan.

Pendapat di atas maka dapat disimpulkan model pembelajaran tipe NHT juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang tingkat kesulitannya disesuaikan dengan siswa, materi dan jenjang sekolah. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga menuntut kerjasama yang baik antara anggota kelompok, metode ini juga menekankan pada kegiatan-kegiatan pembinaan kerjasama tim sebelum siswa mulai bekerja sama dan melakukan diskusi dalam kelompok tentang seberapa besar mereka berhasil bekerja sama.

NHT sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Adapun ciri khas dari NHT adalah guru hanya menunjuk seseorang yang mewakili kelompoknya Susanto (2014: 229). Guru menunjuk siswa tersebut secara acak, guru tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Kelompok ini tidak saling ketergantungan antara siswa satu dengan siswa lainnya, menyerap informasi yang diberikan untuk kelompok lain, dan keterampilan sosial. Siswa diminta untuk ikut berdiskusi supaya mereka paham apa yang didiskusikan bersama dalam kelompok dan ketika guru memanggil nomor secara acak siswa siap dalam menjawab.

(14)

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi b. Memperbaiki kehadiran

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar d. Perilaku mengganggu menjadi kecil

e. Konflik antar pribadi berkurang f. Pemahaman yang lebih medalam

g. Meningkatkan kebaikan Budi, kepekaan dan toleransi h. Hasil belajar lebih tinggi

Tabel 2.2 Sintak NHT Menurut Kagan

Fase-fase Perilaku Guru Perilaku Siswa

(15)

Fase-fase Perilaku Guru Perilaku Siswa

Guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab

pertanyaan tersebut.

Siswa yang nomornya disebutkan guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan.

Kagan dalam (Susanto, 2014: 231)

Model pembelajaran NHT ini juga mengedepankan siswa untuk saling mencari jawaban dari masalah yang diberikan oleh guru, setiap anggota kelompok berpendapat tentang masalah yang diberikan oleh guru. Siswa diminta untuk saling bekerja sama dan saling memotivasi didalam kelompok sehingga jawaban dalam satu kelompok terlihat kompleks. Siswa mewakili kelompok untuk menyampaikan pendapat didepan kelas sehingga di akhir pembelajaran guru bersama siswa mencari kesimpulan dari jawaban-jawaban antar kelompok.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat diterapkan pada pembelajaran IPS disesuaikan dengan materi yang ada. Didalam pembelajaran kooperatif tipe NHT diminta untuk berkelompok untuk berdiskusi tentang pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

(16)

Tinangkung Utara Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun Ajaran 2013/2014.

(17)

ketuntasan 100% dengan hasil tuntas. Post tes siswa pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 85,87 dengan klasifikasi sangat baik.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Putu Murtita Sandtika dkk (2014) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar di Desa Alasangker.

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada kelas V Sekolah Dasar di Desa Alasangker, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini ditunjukkan oleh hitung 3,88 > ttabel 2,011 dan di dukung oleh perbedaan skor rat-rata yang diperoleh antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu 16,37 yang berada pada kategori sangat baik dan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu 12,81 yang berada pada kategori cukup oleh karena itu hipotesis alternatif diterima.

(18)

matematika di Sekolah Dasar di Desa Alasangker, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng pada tahun pelajaran 2013/2014 sedangkan penelitian yang dilalukan oleh peneliti dilaksanakan di kelas V dengan jumlah siswa 30 di SD Negeri 2 Lesmana Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas pada tahun ajaran 2015/2016 menggunakan penelitian tindakan kelas.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran sebaiknya dilaksanakan dengan hal yang menyenangkan dan bervariasi, karena siswa lebih menyukai terhadap hal-hal yang menarik dan menyenangkan. Metode dan mediapun sebaiknya disesuaikan dengan materi, kondisi siswa dan lingkungan. Metode dan media digunakan untuk meningkat hasil belajar siswa terhadap materi yang di sampaikan guru.

(19)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan, dirumuskan hipotesis tindakan yang dapat digunakan untuk menjawab atas rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya. Adapun hipotesis tindakan yang muncul yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPS aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada materi proklamasi kemerdekaan Indonesia kelas V SD Negeri 2 Lesmana Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas tahun ajaran 2015/2016.

Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan pembelajaran

menggunakan model kooperatif tipe NHT

Hasil belajar rendah

Tindakan Siklus I

Guru menerapkan pembelajaran

menggunakan model kooperatif tipe NHT Siklus II

Guru menerapkan pembelajaran

menggunakan model kooperatif tipe NHT

Kondisi akhir

Diduga dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Gambar

Tabel 2.1 Silabus IPS kelas V semester 2
Tabel 2.2 Sintak NHT Menurut Kagan
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR NMA MAHASISWA DAN TEMPAT PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN III PROGRAM DIPLOMA III REGULER SEMESTER VI JURUSAN KEBIDANAN.. POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Comments/justifications for changes: A new conceptual model and encoding for temporal concepts is developed as part of SWE Common instead of importing ISO 19108.. The reasons for

If there are multiple resources that are being provided because of a single RFI, then a has-a association could help to identify which RFIs are addressed by which

Dengan bahasa pemrograman yang akan penulis pergunakan untuk mendukung pengolahan data ini adalah bahasa Pemrograman Visual Basic 6.0 yang kemudian setelah data dimasukkan

 Past Future Perfect Continuous Tense (Waktu yang sudah sedang berlangsung pada waktu lampau).. (-) My boyfriend would not have been giving fower at this hour

PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK DAN CITRA MEREK TERHADAP NIAT BELI SEPATU NIKE DI SURABAYA.. Disusun

the profile after the students’ use proje ct- based learning method to improve students’ witing skills of procedure text to the Ninth grade students’ of MTs N Susukan in the

Analisis data yang digunakan adalah hubungan antara panjang usus dan panjang total tubuh ikan, serta jenis makanan yang ada dalam usus ikan untuk