• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. KESIAPAN MERAWAT DIRI 1. Pengertian Kesiapan - STUDI DESKRIPSI KUALITATIF TENTANG KESIAPAN MERAWAT DIRI PADA REMAJA TUNAGANDA RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) MUTIARA HATI LAREN - BUMIAYU KABUPATEN BREBES - repository perpustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. KESIAPAN MERAWAT DIRI 1. Pengertian Kesiapan - STUDI DESKRIPSI KUALITATIF TENTANG KESIAPAN MERAWAT DIRI PADA REMAJA TUNAGANDA RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) MUTIARA HATI LAREN - BUMIAYU KABUPATEN BREBES - repository perpustaka"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KESIAPAN MERAWAT DIRI

1. Pengertian Kesiapan

Menurut Yusnawati (2007), kesiapan merupakan suatu kondisi dimana seseorang telah mencapai pada tahapan tertentu atau dikonotasikan dengan kematangan fisik, psikologis, spiritual dan skill. Menurut Slameto (2010), kesiapan adalah keseluruhan kondisi yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada kecenderungan untuk memberi respon.

Menurut Dalyono (2005) kesiapan adalah kemampuan yang cukup, baik fisik dan mental. Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan suatu kegiatan. Hamalik (2008) juga berpendapat bahwa kesiapan adalah tingkatan atau keadaaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional”.

(2)

2. Faktor-faktor Kesiapan

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan, menurut Darsono (2000) faktor kesiapan meliputi:

a. Kondisi fisik yang tidak kondusif

Misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk melakukan proses merawat diri.

b. Kondisi psikologis yang kurang baik

Misalnya gelisah, tertekan, dan lain sebagainya. Merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran suatu tugas tertentu.

Menurut Djamarah (2002) faktor- faktor kesiapan meliputi: a. Kesiapan fisik, misalnya tubuh tidak sakit.

b. Kesiapan psikis, misalnya ada hasrat untuk merawat diri, memiliki

pandangan positif, dan ada motivasi intrinsik.

c. Kesiapan Materiil, misalnya memiliki alat bantu yang dapat menunjang proses pelaksanaan tugas.

Menurut Soemanto (1998) faktor yang membentuk kesiapan, meliputi:

a. Perlengkapan dan pertumbuhan fisiologi; ini menyangkut pertumbuhan terhadap kelengkapan pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual.

(3)

3. Prinsip-prinsip Kesiapan

Slameto (2010) juga mengungkapkan tentang prinsip-prinsip readiness atau kesiapan yaitu:

a. semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi).

b. kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman.

c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap

kesiapan.

d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode

tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan. Menurut Soemanto (1998) prinsip bagi perkembangan readiness meliputi:

a. Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness.

b. Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis

individu.

c. Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi- fungsi kepribadian individu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah.

d. Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk

(4)

4. Aspek-aspek Kesiapan

Menurut Slameto (dalam Iin dan Wijayanti, 2014) kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/ jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi mencakup setidak-tidaknya 3 aspek, yaitu :

a. Kondisi fisik, mental dan emosional b. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan

c. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah

dipelajari.

(5)

5. Merawat Diri

Merawat diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Hidayat, 2009). Menurut Orem dalam penelitian Ramawati (2011), perawatan diri adalah suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraanya sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit.

Merawat diri mencakup aktivitas yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari, biasanya dinamakan aktivitas kehidupan sehari-hari, namun merawat diri lebih luas dari pada aktivitas kehidupan sehari- hari. Merawat diri dipelajari sepanjang waktu dan menjadi kebiasaan sepanjang kehidupan. (Carpenito, 2000).

Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa merawat diri adalah kegiatan yang dilakukan individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan dasarnya guna mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis yang mencakup aktivitas kehidupan sehari- hari.

6. Area perawatan diri

Menurut Carpenito (2000), area-area perawatan diri terdiri dari: a. Perawatan diri makan

(6)

b. Perawatan diri mandi/higiene

Perawatan diri mandi/hygiene merupakan perawatan diri yang berkaitan dengan mandi/aktivitas kebersihan untuk diri sendiri seperti membersihkan organ-organ seks pada saat mandi, gosok gigi dan lain- lain.

c. Perawatan diri berpakaian/berdandan

Perawatan diri berpakaian merupakan perawatan diri yang berkaitan dengan aktivitas berpakaian, seperti: memakai dan membedakan baju, mana untuk laki- laki dan mana untuk perempuan, memakai dan membedakan aksesoris, mana untuk laki- laki dan mana untuk perempuan.

d. Perawatan diri toileting

Perawatan diri toileting merupakan perawatan diri yang berkaitan dengan aktivitas BAB/BAK, seperti: membersihkan alat kelamin/organ-organ seks sesudah BAB/BAK.

e. Perawatan diri instrumental

Perawatan diri instrumental merupakan perawatan diri yang berkaitan dengan penggunaan alat-alat.

(7)

7. Dampak kurang pe rawatan diri

Menurut Wartonah (2006) dampak yang bisa timbul adalah: a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya perawatan diri perorangan dengan baik.

b. Psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan perawatan diri adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

8. Faktor-faktor yang me mpengaruhi perawatan diri

Menurut Hidayat (2008), pemenuhan perawatan diri di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri.

Sedangkan Perry dan Potter (2005) menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan perawatan diri, yaitu :

a. Citra tubuh

(8)

adanya pembedahan atau penyakit fisik maka harus membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan perawatan diri.

b. Praktik sosial

Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang berhubungan dapat mempengaruhi praktik perawatan diri. Selama masa kremaja-kremaja, kremaja-kremaja mendapatkan praktik perawatan diri dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan diri.

c. Status sosio-ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang dilakukan. Apakah dapat menyediakan bahan-bahan yang penting (alat-alat yang membantu dalam memelihara perawatan diri dalam lingkungan rumah).

d. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik perawatan diri. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidak cukup, harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri.

e. Kebudayaan

(9)

f. Pilihan pribadi

Kebebasan individu untuk memilih waktu untuk perawatan diri, memilih produk yang ingin digunakan, dan memilih bagaimana cara melakukan perawatan diri.

g. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang sehingga perlu bantuan untuk melakukan perawatan diri.

9. Seksual

Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin. Seksualitas menyangk ut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, psikologis dan kultural. Seksual dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual. Sedangkan seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis (dalam penelitian Ari Lestari).

(10)

a. Seks dalam arti sempit yang berarti kelamin, adapun yang termasuk kelamin yaitu:

1) Alat kelamin

2) Anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan laki- laki dan perempuan. Misalnya pertumbuhan payudara pada perempuan dan pertumbuhan kumis pada laki- laki.

3) Kelenjar-kelenjar dan hormon- hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat-alat kelamin.

4) Hubungan kelamin

5) Proses pembuahan, kehamilan dan melahirkan.

b. Seks dalam arti luas berarti hal yang terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain:

1) Perbedaan tingkah laku 2) Perbedaan atribut

3) Perbedaan peran dan pekerjaan

4) Hubungan pria dan wanita: tata krama, pegaulan, perkawinan,

percintaan dan lain- lain.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud seksual disini yaitu organ-organ seks dan atribut-atribut seks.

10.Kesiapan Merawat Diri

(11)

tentang perawatan diri yang diperlukan saat menstruasi (Proverawati, dalam Afifah dan Hastuti, 2016).

Berdasarkan kajian teori diatas, kesiapan merawat diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi yang dimiliki oleh seseorang dalam mempersiapkan diri baik secara fisik, mental dan emosional untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dasar dirinya sendiri guna mempertahankan kesehatan yang mencakup aktivitas kehidupan sehari- hari berkaitan dengan hal- hal mengenai seksual.

B. REMAJA TUNA GANDA

1. Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992).

Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi a tau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.

(12)

memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. (Rumini dan Sundari, 2004).

Sedangkan menurut Darajat (1990) remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini, anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Hal senada diungkapkan oleh Santrock bahwa remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Santrock, 2003)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, remaja adalah masa peralihan antara anak dan dewasa, yang masa ini terjadi antara rentang usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

2. Pengertian Tunaganda

(13)

mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti inteligensi, gerak, bahasa, atau hubungan-pribadi masyarakat (Delphie, 2006).

Menurut DNIKS dan BP3K (dalam Mangunsong, 1998) tunaganda merupakan anak yang menderita dua atau lebih kelainan dalam segi jasmani, keindraan, sosial dan emosi sehingga untuk mencapai perkembangan kemampuan yang optimal diperlukan pelayanan khusus dalalm pendidikan, medis dan sebagainya. Anak tuna ganda membutuhkan dukungan besar pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal mandiri, bekerja, dan pemenuhan diri (Hallahan dan Kaufmann, 2006).

Dari berbagai definisi yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa anak tunaganda merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus yang menderita lebih dari satu ketunaan dalam segi jasmani, keindraan, mental, sosial, dan emosi. Penelitian ini mengkhususkan ketunaan utamanya adalah tunagrahita dan kombinasinya adalah tunadaksa.

3. Klasifikasi Tunaganda

Menurut DNIKS dan BP3K (dalam Mangunsong, 1998), anak tunaganda dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(14)

Misalnya tunagrahita ringan kombinasinya dengan tunadaksa ringan.

b. Anak tunaganda sedang

Misalnya tunagrahita sedang kombinasinya dengan tunadaksa sedang.

c. Anak tunaganda berat

Misalnya tunagrahita berat kombinasinya dengan tunadaksa berat.

4. Ciri-ciri Anak Tunaganda

Anak tunaganda seringkali disertai dengan keterbatasan yang sangat berat ataupun memiliki kombinasi yang sangat kompleks dari berbagai keterbatasan tersebut. Mereka memiliki beberapa kelemahan yang sangat berat diantaranya dalam hal fungsi otak, perkembangan motorik, bicara dan bahasa, tingkah laku penyesuaian diri, funsi penglihatan dan juga pendengaran (Heward & Orlansky, 1988).

(15)

besar mereka mempunyai keterbatasan dalam mobilitas fisik. Mereka tidak mampu berjalan ataupun duduk sendiri dan mereka bergerak lamban.

Secara mental, anak tunaganda sering sekali mengalami gangguan dalam kemampuan intelektual, kehidupan emosi dan sosialnya, antara lain adalah gangguan emosional, hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian, toleransi yang rendah terhadap kekecewaan, berpusat pada diri sendiri, depresi dan cemas (Mangunsong dkk, 1998). Anak tunaganda juga memiliki beberapa masalah tingkah laku seperti amarah yang meledak- ledak dan agresivitas terhadap orang lain (Hallahan dan Kuffman, 2006). Menurut Heward dan Orlansky (1988), seringkali anak tunaganda memiliki tingkah laku yang aneh dan tidak bertujuan seperti menstimulasi atau melukai diri. Mereka juga memiliki keterampilan yang kurang dalam menolong diri sendiri dan mengurus kebutuhan dasar seperti makan, berpakaian, mengontrol bua ng air besar dan buang air kecil, dan kebersihan diri.

(16)

bicara, bila ada komunikasi beberapa anak tunaganda mungkin tidak dapat memberikan respon. Selain itu, anak tunaganda juga jarang menampilkan perilaku dan interaksi yang sifatnya konstruktif. Sangat sulit untuk menimbulkan perhatian pada anak tunaga nda atau untuk menimbulkan respon-respon yang dapat di observasi.

C. KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 1. Kerangka berpikir

Remaja tunaganda sama seperti remaja normal lainnya yang mengalami siklus perkembangan dalam hidupnya. Pada perkembangan tertentu seperti kognitif, emosi, sosial dan kepribadian remaja tunagrahita memang terdapat perbedaan dengan remaja normal karena keterbatasannya,

Remaja Tunaganda Ringan

Kesiapan Mengalami Keterbatasan

Intelektual

(17)

namun perkembangan seksual mereka sama dengan remaja normal yang memiliki dorongan kebutuhan seksual. Remaja tunaganda ringan juga mengalami perkembangan organ-organ seksual.

Karena keterbatasan intelektual dan keterbatasan fisik, munculah permasalahan-permasalahan tentang perawatan diri. Perawatan diri sangat penting bagi remaja tunaganda, karena perawatan diri sebagai cara guna mempertahankan kebersihan dan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis.

Dalam melakukan perawatan diri, remaja tunaganda ringan harus memiliki kesiapan yang baik. Seperti yang di kemukakan Proverawati (dalam Afifah dan Hastuti, 2016) kesiapan mental sangat diperlukan sebelum menarche karena perasaan cemas dan takut akan muncul, selain itu juga pengetahuan tentang perawatan diri yang diperlukan saat menstruasi.

Menurut Dalyono (2005) kesiapan adalah kemampuan yang cukup, baik fisik dan mental. Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan suatu kegiatan.

Gambar

Gambar 1. Kerangka berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan segala rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

Bangun daun garis lanset, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi kasar, daging seperti kertas, warna hijau, permukaan berbulu halus. Bunga bulir, terdapat sekam, putik

Pengujian hipotesis 3 ada pengaruh positif pembagian kerja dan tingkat upah karyawan terhadap efektivitas kerja karyawan bagian produksi didukung oleh nilai uji

Variabel Komponen Genetik, t hitung 1.727 > t tabel1.6802, dengan demikian Ho ditolak, dan dapat disimpulkan ada pengaruh variabel Komponen Genetik terhadap

Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh siswa baik fisik maupun mental/non fisik dalam proses

Merek digunakan sebagai alat untuk membedakan barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan dari barang dan/atau jasa produksi perusahaan lain yang

Jual beli merupakan sesuatu yang diperbolehkan (QS 2: 275), dengan catatan selama dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Dalil di atas

Persyaratan untuk mendapatkan bantuan berupa pinjaman telah diatur dalam Keputusan Direksi PT Industri Kereta Api (Persero) Nomor : 07/SK/INKA/2012, khususnya