• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ananti Wahyu Ajeng Praptiwi BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Ananti Wahyu Ajeng Praptiwi BAB II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Semangat Kerja

1. Pengertian Semangat Kerja

Semangat kerja menurut Bentley dan Rempel (Majorsy, 2007)

adalah ketertarikan profesional dan antusiasme yang ditunjukkan

seseorang yang mengarah pada prestasi individual serta tujuan kelompok

dalam situasi kerja yang ada. Menurut Nitisemito perusahaan atau instansi

akan mendapat banyak keuntungan bila setiap individu yang bekerja

didalamnya memiliki semangat atau kegairahan kerja yang tinggi.

Semangat kerja yang tinggi biasanya akan dapat dilihat dari kesediaan

individu untuk bekerja dengan sepenuh hati.

Semangat kerja yang baik menurut Moekijat (Majorsy, 2007) dapat

dihubungkan dengan motif dan hasil kerja yang baik. Sedangkan semangat

kerja yang rendah biasanya dihubungkan dengan kekecewaan,

keengganan, kekurangan akan dorongan serta hasil kerja yang kurang

baik. Sebab turunnya semangat kerja banyak sekali di antaranya bisa jadi

karena upah yang terlalu rendah, insentif yang kurang terarah, serta

lingkungan kerja yang buruk. Turunnya semangat kerja yang dimiliki

seseorang akan berdampak pada keterlibatannya terhadap pekerjaan dan

organisasinya. Semangat kerja yang rendah diasumsikan dapat

(2)

Hasibuan (Halimah, 2014) Semangat kerja adalah keinginan dan

kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta

berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Muchinsky

(Triadityo, 2012) mengatakan bahwa semangat kerja adalah kondisi

seseorang yang menunjang dirinya melakukan pekerjaan lebih cepat dan

lebih baik. Suasana kerja pada umumnya menjadi faktor penentu yang

dapat membangkitkan semangat kerja karyawan. Misalnya saja,

terciptanya suasana kekeluargaan diantara sesama rekan kerja, dan juga

suasana ruang kerja yang kondusif. Hal tersebut dapat memberikan reaksi

positif bagi karyawan untuk membangkitkan semangat dan kegairahan

kerja.

Dari beberapa devinisi diatas maka dapat di simpulkan semangat

kerja adalah sikap individu atau kelompok kerja karyawan yang

menunjukan kesungguhannya dalam melaksakan sebuah bentuk usaha

sehingga mendorong karyawannya untuk bekerja secara giat dan

bertanggungjawab untuk mencapai hasil usaha yang dituju, didalam

sebuah perusahaan hasil usaha semangat kerja karyawan biasanya diukur

dengan gaji yang cukup, mendapatkan perhatiannya dari atasan,

penempatan jabatan yang sesuai dengan kemampuannya, lingkungan yang

kondusif dan nyaman, serta pemberian insentif/ berupa reward, semangat

kerja yang tinggi dapat dilihat dengan kehadiran karyawan si suatu

(3)

2. Aspek-aspek Semangat Kerja

Aspek-Aspek Semangat Kerja Menurut Maier (Majorsy, 2008), ada

empat aspek semangat kerja, yaitu:

a. Kegairahan atau antusiasme, secara tidak langsung berhubungan

dengan motivasi yang tinggi. Kegairahan juga dapat meperkirakan

bahwa motivasi ada pada tugas itu sendiri, karena kegembiraan berarti

ada minat yang akan mendorong individu untuk berupaya lebih keras

dalam bekerja. Karyawan yang memiliki kegairahan dalam bekerja

berarti karyawan tersebut memiliki dorongan untuk melakukan

pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

b. Kualitas untuk bertahan, merupakan suatu keadaan yang

menggambarkan situasi kelompok yang tidak kehilangan arah tujuan

ketika menghadapi kesulitan, berarti ada ketekunan, penuh keyakinan

dan saling memberi semangat antar karyawan. Menurut Alport

(Majorsy, 2008), orang yang memiliki semangat kerja yang tinggi

tidak akan mudah putus asa dalam menghadapai berbagai kesukaran

yang muncul dalam pekerjaannya, berarti orang tersebut memiliki

energy dan kepercayaan untuk memandang masa depan dengan baik,

hal tersebut dapat meningkatkan kualitas seseorang untuk bertahan.

c. Kekuatan untuk melawan frustasi, menggambarkan bagaimana orang

yang memiliki semangat kerja yang tinggi tidak memiliki sikap yang

(4)

d. Semangat kelompok, menggambar hubungan antara karyawan. Dengan

adanya semangat kelompok maka karyawan lebih berfikir sebagai

kami daripada saya; mereka akan saling tolong-menolong dan tidak

saling bersaing untuk menjatuhkan; keberhasilan pada seorang

karyawan dianggap sebagai keberhasilan kelompok. Semangat

kelompok merupakan aspek semangat kerja yang jelas

menggambarkan gejala kelompok dan merupakan salah satu

karakteristik dasar kelompok untuk bekerja sama dan bertanggung

jawab secara sosial.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan aspek-aspek semangat kerja

meliputi kegairahan atau antusiasme, kualitas untuk bertahan, kekuatan

untuk melawan frustasi, dan semangat kelompok.

3. Indikasi turunnya semangat kerja

Menurut Nitisemito, (1996) indikasi-indikasi tersebut antara lain

adalah sebagai berikut :

a. Rendahnya produktivitas kerja

Menurunnya produktivitas dapat terjadi karena kemalasan,

menunda pekerjaan, dan sebagainya. Bila terjadi penurunan

produktivitas, maka hal ini berarti indikasi dalam organisasi tersebut

telah terjadi penurunan semangat kerja.

b. Tingkat absensi yang naik atau tinggi

Pada umumnya, bila semangat kerja menurun, maka karyawan

(5)

yang diterimanya tidak dikenakan potongan saat mereka tidak masuk

bekerja. Dengan demikian dapat menimbulkan penggunaan waktu

luang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi, meski hanya

untuk sementara.

c. Tingkat perpindahan karyawan yang tinggi

Keluar masuk karyawan yang meningkat terutama disebabkan

karyawan mengalami ketidaksenangan atau ketidaknyamanan saat

mereka bekerja, sehingga mereka berniat bahkan memutuskan untuk

mencari tempat pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan alasan mencari

kenyamanan dalam bekerja.

d. Tingkat kerusakan yang meningkat

Meningkatnya tingkat kerusakan sebenarnya menunjukkan

bahwa perhatian dalam pekerjaan berkurang. Selain itu dapat juga

terjadi kecerobohan dalam pekerjaan dan sebagainya. Dengan naiknya

tingkat kerusakan merupakan indikasi yang cukup kuat bahwa

semangat kerja telah menurun.

e. Kegelisahan dimana-mana

Kegelisahan tersebut dapat berbentuk ketidaktenangan dalam

bekerja, keluh kesah serta hal-hal lain. Terusiknya kenyamanan

karyawan memungkinkan akan berlanjut pada perilaku yang dapat

(6)

f. Tuntutan yang sering terjadi

Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, di mana

pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan

tuntutan. Organisasi harus mewaspadai tuntutan secara massal dari

pihak karyawan.

g. Pemogokan

Pemogokan adalah wujud dari ketidakpuasan, kegelisahan dan

sebagainya. Jika hal ini terus berlanjut maka akan berunjung ada

munculnya tuntutan dan pemogokan.

Dari indikasi turunnya semangat kerja dapat disimpulkan yaitu

rendahnya produktifitas kerja, tingkat absensiyang naik atau tinggi,

tingkat perpindahan karyawan yang tinggi, tingkat kerusakan yang

meningkat, kegelisahan dimana-mana, tuntutan yang sering terjadi, dan

pemogokan.

4. Indikator semangat kerja

Menurut Nitisemito, (1996) dalam bukunya menyatakan bahwa

indikator-indikator meningkatnya semangat kerja adalah:

a. Naiknya produksi perusahaan

Karyawan yang semangat kerjanya tinggi cenderung

melaksanakan tugas-tugas sesuai waktu, tidak menunda pekerjaan

dengan sengaja, serta mempercepat pekerjaan, dan sebagainya. Hal ini

akan meningkatkan produksi. Meskipun produksi bertambah tetapi

dapat juga tingkatnya rendah. Oleh karena itu harus dibuat standar

(7)

b. Tingkat absensi yang rendah

Tingkat absensi yang rendah juga merupakan salah satu

indikasi meningkatnya semangat kerja. Karena nampak bahwa

prosentase absen seluruh karyawan rendah.

c. Tingkat perpindahan karyawanyang menurun

Tingkat keluar masuk karyawan yang menurun merupakan

indikasi meningkatnya semangat kerja. Hal ini dapat disebabkan oleh

kesenangan mereka bekerja pada perusahaan tersebut. Tingkat keluar

masuk karyawan yang tinggi dapat mengganggu jalan perusahaan.

d. Tidak terjadi atau berkurangnya kegelisahan

Semangat kerja para karyawan akan meningkat apabila mereka

tidak gelisah. Kegelisahan dapat dilihat melalui bentuk keluhan,

ketidaktenangan bekerja, dan hal-hal lainnya.

Dari kesimpulan indikator semangat kerja adalah naiknya produksi

perusahaan, tingkat absensi yang rendah, tingkat perpindahan karyawan

yang menurun, dan tidak terjadi atau berkurangnya kegelisahan.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan menurut

Zainun(Asnawi, 1999) adalah:

1) Hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan, terutama

pimpinan yang sehari-hari langsung berhubungan dan berhadapan

(8)

2) Kepuasan kerja terhadap tugas yang diembannya.

3) Adanya suasana atau iklim kerja yang bersahabat dengan

anggota-anggota lainnya.

4) Mempunyai perasaan bermanfaat bagi tercapainya tujuan

organisasi perusahaan.

5) Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan material yang

memadai sebagai imbalan yang dirasakan adil terhadap jerih payah

yang diberikan kepada organisasi.

6) Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian, serta perlindungan

terhadap segala sesuatu yang dapat membahayakan dirinya dan

karir dalam pekerjaannya.

b. Suradinata, (Asnawi, 1999) mengatakan bahwa ada beberapa faktor

yang berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan yaitu:

1) Tidak merasa tertekan karena pekerjaan yang diberikan, bahkan

mereka mencintai pekerjaannya.

2) Hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahannya,

khususnya yang setiap hari berhubungan langsung.

3) Kepuasan ekonomi dan material.

4) Kepuasan terhadap pekerjaan dan tugasnya sehari-hari.

5) Ketenangan mental karena ada jaminan hukum dan kesehatan

selama bekerja.

6) Rasa kemanfaatan bagi organisasi. Berdasarkan uraian tersebut,

dapat dinyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi

semangat kerja karyawan, salah satunya adalah hubungan atasan

(9)

B. Budaya Organisasi

1. Pengertian Budaya Organisasi

Menurut Barney (Satyawati & Suartana, 2014), budaya organisasi

merupakan satu set kompleks keyakinan, asumsi, nilai dan simbol-simbol

yang digunakan dalam menentukan jalan dimana organisasi melakukan

bisnis. Menurut Soedjono (2005), budaya organisasi dapat menjadi sebuah

instrumen keunggulan yang kompetitif dan utama, bila budaya organisasi

dapat mendukung strategi dari sebuah organisasi, dan bila budaya

organisasi mampu menjawab serta mengatasi tantangan lingkungan secara

tepat dan cepat.

Moeljono (2005) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah

sistem nilai-nilai yang diyakini semua anggota organisasi dan yang

dipelajari, diterapkan serta dikembangkan secara berkesinambungan,

berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan berperilaku

dalam organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Pengertiannya, bahwa budaya perusahaan adalah nilai yang menentukan

arah perilaku dari anggota didalam organisasi. Jika value tadi menjadi

shared value, maka terbentuk sebuah kesamaan persepsi akan perilaku

yang sesuai dengan karakter organisasi. Dengan demikian, budaya

organisasi memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan. David

(2004) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah pola tingkah laku

yang dikembangkan oleh suatu organisasi yang dipelajarinya ketika

(10)

terbukti cukup baik untuk disahkan dan diajarkan kepada anggota baru

sebagai cara untuk menyadari berpikir dan merasa. Menurut Sule dan

Saefullah (Lina, 2014) budaya organisasi merupakan nilai-nilai dan norma

yang dianut dan dijalankan oleh sebuah organisasi terkait dengan

lingkungan di mana organisasi tersebut menjalankan kegiatannya.

Robbins dan Judge (Chaterina & Intan, 2012) mengartikan budaya

organisasi sebagai sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para

anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya.

Robbins dan Judge (Chaterina & Intan, 2012) budaya organisasi mewakili

sebuah persepsi yang sama dari para anggota organisasi. Oleh karena itu,

diharapkan bahwa individu-individu yang memiliki latar belakang berbeda

atau berada pada tingkatan yang tidak sama dalam organisasi dapat

memahami budaya organisasi dengan pengertian yang serupa. Hofstede

(Koesmono, 2005) menyatakan bahwa budaya merupakan berbagai

interaksi dari ciri-ciri kebiasaan yang mempengaruhi kelompok-kelompok

orang dalam lingkungannya. Agar budaya organisasi dapat berfungsi

secara optimal, maka budaya organisasi harus diciptakan, dipertahankan,

dan diperkuat serta diperkenalkan kepada karyawan melalui proses

sosialisasi Nurtjahjani dan Masreviastuti (Chaterina & Intan, 2012)

Robert P. Vecchio (Wibowo, 2010) memberikan definisi budaya

organisasi sebagai nilai-nilai dan norma-norma bersama yang terdapat

(11)

Definisi ini menganjurkan bahwa budaya organisasi menyangkut

keyakinan dan perasaan bersama, keteraturan dalam perilaku dan proses

historis untuk meneruskan nilai-nilai dan norma-norma.

Mengingat budaya organisasi merupakan suatu kespakatan bersama

para anggota dalam suatu organisasi atau perusahaan sehingga

mempermudah lahirnya kesepakatan yang lebih luas untuk kepentingan

perorangan. Keutamaan budaya organisasi merupakan pengendali dan arah

dalam membentuk sikap dan perilaku manusia yang melibatkan diri dalam

suatu kegiatan organisasi. Secara individu maupun kelompok seseorang

tidak akan terlepas dengan budaya organisasi dan pada umumnya mereka

akan dipengaruhi oleh keaneka ragaman sumber-sumber daya yang ada

sebagai stimulus seseorang bertindak.

Budaya Organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan

bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau

yang ada pada bagian-bagian organisasi. Merupakan suatu mental

programming dari organisasi, yang merupakan pencerminan dari „modal‟

kepribadian organisasi. Modal kepribadian organisasi adalah derajat

homogenitas dan kekuatan dari orientasi kepribadian khusus dalam suatu

organisasi.

Dari beberapa definisi diatas maka dapat di simpulkan yaitu

budaya organisasi adalah suatu nilai-nilai yang ada di dalam organisasi

kelompok/perusahaan yang dijadikanacuan untuk mencapai suatu tujuan

(12)

2. Aspek-aspek Budaya Organisasi

a) Aspek Budaya Organisasi menurut Miller,(1992) :

1. Aspek Tujuan yaitu seberapa jauh karyawan memahami tujuan

yang hendak dicapai perusahaan.

2. Aspek Konsensus yaitu seberapa jauh perusahaan memberikan

kesempatan kepada karyawan untuk turut serta dalam proses

pengambilan keputusan.

3. Aspek Keunggulan yaitu seberapa besar kemampuan perusahaan

menumbuhkan sikap untuk selalu menjadi yang terbaik dan

berprestasi lebih baik dari apa yang telah dilakukan sebelumnya.

4. Aspek Kesatuan yaitu sikap yang dilakukan perusahaan terhadap

karyawannya. Dalam hal ini perusahaan bersikap adil dan tidak

memihak pada kelompok tertentu dalam perusahaan.

5. Aspek Prestasi yaitu sejauh mana sikap perusahaan terhadap

prestasi karyawannya.

6. Aspek Empirik yaitu sejauh mana perusahaan mau menggunakan

bukti-bukti empirikdalam pengambilan keputusan.

7. Aspek Keakraban yaitu gambaran kondisi pergaulan sosial dalam

perusahaan dan antar karyawan perusahaan.

8. Aspek Integritas yaitu sejauh mana anggota organisasi mau bekerja

sama dengan sungguh-sungguh dalam mencapai tujuan

(13)

Berdasarkan uraian tersebut dapat di simpulkan aspek-aspek

budaya organisasi antara lain aspek tujuan, aspek konsensus, aspek

keunggulan, aspek kesatuan, aspek prestasi, aspek empirik, aspek

keakraban, dan aspek integritas

b) Dimensi Budaya Organisasi

Erly (Marliani, 2015) menyebutkan banyak dimensi yang

membedakan budaya perusahaan dan domensi ini mempengaruhi

perilaku yang mengakibatkan kekeliruan pemahaman,

ketidaksepakatan, bahkan konflik. Gibson (Marliani, 2015)

menyebutkan tujuh dimensi budaya, yaitu hubungan manusia dengan

alam, individualisme versus kolektivisme, orientasi waktu, orientasi

aktivitas, informalitas, bahasa, dan kepercayaan.

3. Ciri-ciri Budaya Organisasi

Budaya yang dapat diamati ialah pola-pola perilaku yang

merupakan manifestasi atau ungkapan-ungkapan dari asumsi-asumsi dasar

nilai-nilai . O‟Reilly, Chatman, dan Caldwell (Ashar 2012) menemukenali

ciri-ciri budaya organisasi sebagai berikut

1. Inovasi dan pengambilan resiko, mencari peluang baru mengambil

resiko, bereksperimen, dan tidak merasa terhambat oleh kebijakan dan

praktek-praktek formal.

2. Stabilitas dan keamanan. menghargai hal-hal yang predictability (dapat

diduga sebelumnya), keamanan, dan penggunaan dari aturan-aturan

(14)

3. Penghargaan kepada orang, memperhatikan toleransi, keadilan dan

penghargaan terhadap orang lain.

4. Orientasi hasil. Memiliki perhatian dan harapan yang tinggi terhadap

hasil, capaian dan tindakan.

5. Orientasi tim dan kolaborasi, bekerja bersama secara terkoordinasi dan

berkolaborasi.

6. Keagresifan dan persaingan, mengambil tindakan-tindakan tegas di

pasar-pasar dalam menghadapi para pesain

Berdasarkan ciri-ciri budaya organisasi dapat disimpulkan yaitu

inovasi dan pengambilan resiko, stabilitas dan keamanan, penghargaan

kepada orang memperhatikan toleransi, orientasi hasi, orientasi tim dan

kolaborasi, keagresifan dan persaingan

Robbins (Wibowo, 2010) mengemukakan adanya tujuh

karakteristik budaya organisasi, namun dengan perincian sedikit berbeda,

apabila dibandingkan dengan pendapat Jerald Greenberg dan Robert A.

Baron (Wibowo, 2010)

1. Inovasi dan pengambilan resiko, suatu tingkatan dimana pekerja

didorong untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko.

2. Perhatian pada hal detail, dimana pekerja diharapkan menunjukan

ketepatan, analisis, dan perhatian pada hal detail.

3. Orientasi pada manfaat, dimana manajemen memfokus pada hasil atau

manfaat daripada sekedar pada teknik dan proses yang dipergunakan

untuk mendapatkan manfaat tersebut.

4. Orientasi pada orang, dimana keputusan manajemen

(15)

5. Orientasi pada tim, dimana aktifitas kerja diorganisasikan berdasar tim

dari pada individual.

6. Agresifitas, dimana orang cenderung lebih agresif dan kompetitif dari

pada easygoing.

7. Stabilitas, dimana aktifitas organisasional menekan pada menjaga

status quo sebagai lawan dari perkembangan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disebutkan karakteristik budaya

organisasi adalah sebagai berikut inovasi dan pengabilan resiko, perhatian

pada hal detail, orientasi pada manfaat, orientasi pada orang, orientasi pada

tim, agresifitas, dan stabilitas.

4. Faktor-faktor Budaya Organisasi

Menurut Victor (Sopiah, 2008), menyebutkan bahwa dalam proses

pembentukan budaya organisasi dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain:

a. Kebijakan perusahaan

Kebijakan peruahaan ini ditunjang oleh filosofi perusahaan

yaitu serangkaian nilai-nilai yang menjelaskan bagaimana hubungan

perusahaan dengan pelanggan, bagaimana karyawan berhubungan satu

sama lain, sikap, perilaku, gaya pakai, dan lain-lain serta apa yang bisa

mempengaruhi semangat karyawan dan ketrampilan serta pengetahuan

(16)

b. Gaya Perusahaan

Gaya perusahaan ini ditunjangg oleh profil karyawan,

pengembangan sumber daya manusia dan masyarakat perusahaan

(corporate community) atau bagaimana penampilan perusahaan

tersebut dilingkungan perusahaan.

c. Jati diri perusahaan

Jati diri perusahaan ini ditunjang oleh citra perusahaan, kredo

(semboyan) perusahaan, dan proyeksi perusahaan atau apa yang

ditonjolkan perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor dari

budaya organisasi antara lain kebijakan perusahaan, gaya perusahaan, dan

jati diri perusahaan.

5. Sumber-sumber Budaya Organisasi

Menurut Tosi, Rizzo, Carrol (Marliani, 2015) budaya organisasi

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :

a. Pengaruh umum dari luar yang luas: mencangkup faktor-faktor yang

tidak dapat dikendalikan oleh organisasi.

b. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat: keyakinan dan nilai

yang dominan dari masyarakat luas, misalnya kesopan santunan dan

(17)

Berdasarkan pendapat diatas disumpulkan bahwa sumber-sumber

budaya organisasi adalah pengaruh umum dari luar yang luas dan

pengaruh nilai-nilai yang ada di masyarakat.

6. Fungsi Budaya Organisasi

Menurut Marliani, (2015) Fungsi dari Budaya Organisasi antara

lain :

a. Menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang

lain

b. Membawa rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi

c. Mempermudah timbulnya komitmen pada suatu suatu yang lebih luas

dari pada kepentingan diri individu seseorang

d. Perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi tersebut

dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh

karyawan mekanisme pembuat makna dan kendali yang memadu dan

membentui sikpa serta perilaku karyawan.

Berdaarkan fungsi budaya organisasi dapat disimpulan menciptakan

pembedaam yang jelas, membawa identitas bagi anggota organisasi,

mempermudah timbulnya komitmen, dan perekat sosial.

7. 5 Nilai Budaya Organisasi

Budaya Perusahaan PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi

(DAOP) 5 Purwokerto adalah :

a. Integritas

Kami insan PT. KAI (Persero) bertindak konsisten sesuai

(18)

Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan

kebijakan dan etika tersebut dan bertindak secara konsisten walaupun

sulit untuk melakukannya.

b. Profesional

Kami insan PT. KAI (Persero) memiliki kemampuan dan

penguasaan dalam bidang pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan,

mampu menguasai untuk menggunakan, mengembangkan,

membagikan pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan kepada orang

lain.

c. Keselamatan

Kami insan PT. KAI (Persero) memiliki sifat tanpa kompromi

dan konsisten dalam menjalankan ataumenciptakan sistem atau proses

kerja yang mempunyai potensi resiko yang rendah terhadap terjadinya

kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari kemungkinan terjadinya

kerugian.

d. Inovasi

Kami insan PT. KAI (Persero) selalu menumbuh kembangkan

gagasan baru, melakukan tindakan perbaikan yang berkelanjutan dan

menciptakan lingkungan kondusif untuk berkreasi sehingga

memberikan nilai tambah bagi stakeholder.

e. Pelayanan Prima

Kami insan PT. KAI (Persero) akan memberikan pelayanan

yang terbaik yang sesuai dengan standar mutu yang memuaskan dan

(19)

A unsur pokok: Ability (Kemampuan), Attitude (Sikap), Appearance

(Penampilan), Attention (Perhatian), Action (Tindakan), dan

Accountability (Tanggung jawab).

C. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Semangat Kerja

Menurut Robbins, (2003) budaya memiliki sejumlah fungsi dalam

organisasi. Pertama, budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas;

artinya, budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan

yang lain. Kedua budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota

orga-nisasi. Ketiga, budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu

yang lebih luas daripada kepentingan diri pribadi seseorang. Keempat, budaya

itu me-ningkatkan kemantapan sistem sosial. Menurut Moekidjat (2001)

semangat kerja adalah kemampuan sekelompok orang untuk bekerja sama

dengan giat di dalam mencapai tujuan bersama

.

Ada 3 kesimpuan berdasarkan penelitian Jauhari, (2015) yaitu:

1. Variabel budaya organisasi berarti ber-pengaruh terhadap semangat kerja

pegawai pada Bagian Umum Sekre-tariat Daerah Kabupaten Boyolali

2. Berdasarkan analisis koefisien deter-minasi diketahui bahwa varebel

budaya organisasi mempunyai pengaruh 63,9 persen sedangkan 36,1

persen dipengaruhi oleh variabel yang lain.

3. Budaya organisasi merupakan variabel yang berpengaruh terhadap

semangat kerja pegawai, maka hal-hal yang ber-kaitan dengan

(20)

Wulandari dkk, simpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil analisis

penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : Terdapat pengaruh

yang sigifikan lingkungan kerja fisik terhadap semangat kerja, terdapat

pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap semangat kerja,

terdapat pengaruh yang signifikan lingkungan kerja fisik dan budaya

organisasi terhadap semangat kerja karyawan KJKS Kospin Syariah

Karanganyar.

Dari beberapa pendapat dan hasil peneitian yang telah dipaparkan

dapat di simpulkan bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap

terhadap peningkatan semangat kerja karyawan.

D. Kerangka Berfikir

Siswanto (Novianingsih, 2013) yang mengatakan bahwa semangat

kerja adalah keadaan psikologis seseorang yang menimbulkan kesenangan

yang mendorong seseorang untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam

mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Moeljono (2005)

menyatakan bahwa budaya organisasi adalah sistem nilai-nilai yang diyakini

semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan serta dikembangkan

secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat

dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan

(21)

Budaya Organisasi

Bahwa diprediksikan antara budaya organisasi dengan semangat kerja

kerja mempunyai pengaruh yang signifikan, yaitu dengan terbentuknya

budaya organisasi adalah sistem sebaran di dalam sebuah perusahaan yang

dianut oleh setiap karyawan untuk mencapai tujuan yang dimana 5 nilai

budaya organisasi di PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi (DAOP) 5

Purwokerto yaitu integritas, profesional, keselamatan, inovasi, pelayanan

prima bila di yakini bisa meningkatkan semangat kerja pada setiap

individunya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka apabila budaya organisasi baik,

maka semangat kerja tinggi

(22)

E. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang sifatnya masih lemah, harus

dibuktikan kebenarannya. Hipotesis itu sendiri harus konsisten dengan teori

yang telah penulis paparkan diatas, maka dalam penelitian ini penulis

mengajukan hipotesis sebagai berikut ada Pengaruh Budaya Organisasi

Terhadap Semangat Kerja Pada Karyawan Bagian Kantor PT Kereta Api

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari studi kelayakan investasi teknologi informasi ini adalah untuk mengetahui manfaat (tangible atau intangible) yang dihasilkan dari penggunaan investasi

Unlike most Muslim scholars who believe that the process of transmission of h}adi>ths in the first century was mainly oral, Fuat Sezgin, like Nabia Abbott, advocate the view

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dimensi struktur kepemilikan yaitu konsentrasi kepemilikan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional terhadap

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh dosis radiasi yang diterima pada pemeriksaan CT-Scan dengan nilai CTDI di udara dan nilai CTDI pada

Dalam penelitian Wan-Tien Tsai diperoleh bahwa efektivitas fumigasi menggunakan Sulfuryl Fluoride dan Methyl Bromideuntuk membunuh serangga hama gudang pada stadium

dengan metode long face menggunakan (persamaan 4,5,6,7,9 dan 10), menentukan solusi yang tepat untuk meningkatkan LPT Kapal Keruk 21 Singkep 1 pada unit

Laju pertumbuhan relatif tertinggi tanaman seledri pada 40-50 dihasilkan oleh pemberian konsentrasi IAA 1,0 ppm (A1) yaitu 0,0310 g/hari dan tidak berbeda nyata dengan