• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN DESA PESISIR TANGGUH DI KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN DESA PESISIR TANGGUH DI KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

ABDULAH SAPEI NIM 6661090633

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

Kabupaten Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I: Oman Supriyadi, M.Si. Dosen Pembimbing II: Kandung Sapto Nugroho, M.Si

Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) merupakan satu bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan. Partisipasi masyarakat di Kawasan Pesisir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang pada program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan dan pemanfaatan masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) di 3 Desa Pesisir Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang 2012-2013. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori partisipasi dari Cohen dan Uphoff (Ulifah, 2003:23). Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara mendalam. Teknik analisis data penelitian menggunakan analisis data Prasetya Irawan. Hasil penelitian bahwa Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh masih rendah karena beberapa faktor, pekerjaan, pendidikan dan leadership. Terutama dalam perencanaan, pengawasan dan pemeliharaan, masyarakat masih kurang berperan serta didalamnya. Saran dalam penelitian yaitu Leadership dari seorang Kepala Desa harus bisa membangkitkan semangat keaktifan masyarakat dalam proses pembangunan dengan mengkoordinasikan serta mengoptimalkan kelembagaan desa, seperti Lembaga Pemberdayaan Desa (LPM), Karang Taruna, dan PKK. Masyarakat harus turut bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan dengan cara masyarakat menegur pelaksana kegiatan jika mendapati masalah pelaksanaan tidak berjalan sesuai rencana. Mengoptimalkan kelembagaan pada Kelompok Masyarakat Pesisir Pengadaan Air Bersih, guna pemanfaatannya bisa dikembangkan menjadi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Pembangunan, Program

(3)

Oman Supriyadi, M.Si. 2 Advisor : Kandung Sapto Nugroho, M.Si

The Coastal Village Development Program Is one part of the program independent national community empowerment maritime affairs and fisheries. The purpose of research to know The Community Participation In Coastal Village Development Program in the three coastal village Teluknaga Sub-District Of Tangerang Regency 2012-2014. A theory that used in research is the theory participation of Cohen and Uphoff (Ulifah, 2003:23). Research method used is qualitative by observation techniques and in-depth interviews. Data analysis technique the research uses of the data analysis Prasetya Irawan. The results of research that the Community Participation In Coastal Village Development Program is still low because a several factors including employment, education and leadership. Especially in monitoring and maintenance, the community have low participate inside of them. Advice in research that is leadership of a village head should be able to stimulate the spirit of liveliness the community in the development process by coordinating institutional and also improve the village, as The empowerment of the village, Youth groups and others. The community must also responsible for overseeing development activities. Supervision can be done by means of the community directly supervise the implementation of activities in the process that has been planned earlier .Reprove implementation if found the problem of implementation does not run according to plan that has been determined. Optimize institutional on kmp procurement of clean water , to its use can be developed into a business owned by village. Strengthen the role of the community overall , by making rules in the form of regulation village or the decision of the village head who set about community involvement in the development process

(4)
(5)
(6)
(7)

teman sejawat lama, jangan takut sengsara, jangan

takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan

setelah menderita.

(Maqolah Imam Syafi’i Rohi

mahullah)

YAKIN USAHA SAMPAI

(8)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahirobbil’alamin peneliti panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang melimpah sehingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bimbingan, bantuan, nasehat, saran, dan perhatian berbagai pihak. Pada kesempatan ini merupakan suatu kebanggaan bagi penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Kandung Sapto Nugroho, M.Si., Wakil Dekan I sekaligus Pembimbing II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas kebaikannya dan waktu yang telah diberikan kepada peneliti dalam memberikan arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.

(9)

ii

5. Gandung Ismanto, MM., Wakil Dekan Bidang III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atas kebaikannya dan waktu yang telah diberikan.

6. Rahmawati, S.Sos, M.Si., Plt. Ketua Prodi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Ipah Ema Jumiati, S.Sos, M.Si., Plt. Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Drs. H. Oman Supriadi, M.Si., Pembimbing I atas kebaikannya dan waktu yang telah diberikan kepada peneliti dalam memberikan arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Ayahanda dan Ibunda, atas cinta kasih yang tulus tak terhingga dan sekaligus merupakan motivator terbesar dalam menyelesaikan skripsi kepada peneliti.

10.Semua kakak beserta keponakan yang selalu memberi hiburan dan motivasi kepada peneliti. Terima kasih atas pengertian dan kasih sayang kalian.

11.Seluruh pegawai Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Tangerang. Terima kasih atas waktu, ilmu dan bimbingannya.

12.Para Kepala Desa dan Sekretaris Desa Kecamatan Teluknaga. Terima kasih atas waktu dan ilmunya.

(10)

iii

14.Keluarga Bapak Tanro dan Keluarga. Terima Kasih atas saran-saran dan kebaikan kalian.

15.Teman-teman satu kelas ANE B 2009, Komunitas J17 Arief, Tunggal, Anto, Rizki, Ikram, Ria, Septian, Adnan, Nasrullah, Jaya, Prila Adam, Mufrodi, Fauzi, Bagus, Monika, Zaqia, Imron, Nanda, Deni Firmansyah, Deni Dewo, Bewok, Dede F.H, Nining, Nurul, Dwi, Nendi, Tomi, Sagita, Adit, Johan, Rendi, Miftahul, Ari, Christyan, Fani dan teman-teman yang lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu namanya. Terima kasih atas semangat kekeluargaannya.

16.Kawan-kawan seperjuangan Kanda Ikmal, Sughron, Adi Fajar, Reni Banda, Hijriatul, Suandhi, Agryan, Kanda Uwok, Kanda Rahmat, Kanda Tomi, Kanda Messy dan Yunda Ova. Terima kasih telah berbagi pengetahuan.

17.Sahabat-sahabat peneliti Jagis, Jaka, Rahmat, Busaheri, Alvian, Uwes dan Ayudi. Terima kasih atas kebersamaannya.

18.Teman-teman Civil Society atas kebersamaan dan saling memotivator dalam mengerjakan skripsi ini.

19.Serta semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

(11)

iv

peneliti miliki. Oleh karena itu sebagai peneliti mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun guna untuk lebih baik lagi di masa depan.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Serang, Februari 2015 Peneliti

(12)

v

ABSTRAK ...

LEMBAR PERSETUJUAN ...

PERNYATAAN ORISINALITAS ...

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Batasan Masalah ... 12

1.4 Rumusan Masalah ... 12

1.5 Tujuan Penelitian ... 12

1.6 Manfaat Penelitian ... 13

1.7 Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA BERPIKIR 2.1 Pengertian Partisipasi ... 17

(13)

vi

2.6 Konsep Pembangunan ... 31

2.7 Program PDPT ... 33

2.8 Penelitian Terdahulu ... 34

2.9 Kerangka Berpikir ... 36

2.10 Asumsi Dasar Penelitian ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 39

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ... 41

3.3 Lokasi Penelitian ... 41

3.4 Variable Penelitian ... 42

3.4.1 Definisi Konseptual ... 42

3.4.2 Definisi Operasional ... 42

3.5Instrumen Penelitian ... 43

3.6Informan Penelitian ... 46

3.7Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.7.1 Sumber Data Primer ... 48

3.7.2 Sumber Data Sekunder ... 52

3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 54

3.9 Pengujian Keabsahan Data ... 56

3.9.1 Validitas ... 56

(14)

vii

4.1 Deskripsi Objek Penelitian... 60

4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Teluknaga ... 60

4.1.2 Gambaran Umum Desa Pesisir Kecamatan Teluknaga ... 61

4.1.2.1 Letak Geografis dan Administrasi Desa...61

4.1.2.2 Kependudukan...68

4.1.2.3 Mata Pencaharian... 69

4.1.2.4 Pendidikan... 70

4.1.2.5 Sosial Budaya... 71

4.2Deskripsi Data ... 73

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ... 73

4.2.2 Informan Penelitian ... 76

4.3Deskripsi Hasil Penelitian ... 78

4.3.1Perencanaan ... 78

4.3.2Pelaksanaan... 85

4.3.3Pengawasan ... 92

4.3.4Pemanfaatan dan Pemeliharaan ... 97

BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan ... 106

5.2Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ...

(15)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1Jumlah KMP (Kelompok Masyarakat Pesisir) dalam Program PDPT di

Kec. Teluknaga ... 7

Tabel 3.1 Informan Penelitian... 47

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara... 51

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 59

Tabel 4.1 Letak Geografis Desa Klaster Prioritas ... 62

Tabel 4.2 Jarak Tempuh Masing-Masing Desa dari Pusat Pemerintahan Desa dengan Pemerintah di atasnya ... 64

Tabel 4.3 Luas Desa pada Desa Klaster Prioritas ... 65

Tabel 4.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 68

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok ... 70

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 71

Tabel 4.7 Kondisi Sosial Kependudukan ... 72

Tabel 4.8 Keterangan Informan ... .76

(16)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir ... 37

Gambar 3.1Proses Analisis Data ... 55

Gambar 4.1 Peta Citra Desa Tanjung Burung, Desa Tanjung Pasir dan Desa Muara... 63

Gambar 4.2 Letak Geografis dan Batas administrasi wilayah perencanaan Desa Pesisir Terpadu dan Mandiri ... 64

Gambar 4.3 Persentase Luas Wilayah Klaster ... 65

Gambar 4.4 Desa Muara, BPS 2010 ... 66

Gambar 4.5 Desa Tanjung Pasir, BPS 2010 ... 67

Gambar 4.6 Desa Tanjung Burung, BPS 2010 ... 68

(17)

x Lampiran Surat Ijin Penelitian

Lampiran Transkip Data dan Koding

Lampiran Peraturan Direktur Lenderal Kelautan, Pesisir, Dan Pulau-Pulau Kecil Nomor Per.04/Kp3k/2012 Tentang Pedoman Teknis Pengembangan Desa

Lampiran Keputusan Bupati Tangerang Nomor: 523/Kep.276-Huk/2012 Tentang Penetapan Lokasi Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (Pdpt)

Lampiran Hasil Skoring Hanlon PDPT Teluknaga Tangerang Lampiran Member Check

(18)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Melalui Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah membuka peluang yang begitu besar bagi masyarakat untuk ikut andil atau berpatisipasi aktif dalam pembangunan. Adanya Undang-undang tersebut pembangunan daerah di Indonesia lebih mendapatkan angin segar, pasalnya dalam Undang-undang tersebut, setiap daerah mendapatkan keluasan dalam mengelola daerahnya masing-masing. Dalam pasal 10 ayat 2 Undang-undang nomor 32 tahun 2004 yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah menyatakan pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi lebih diarahkan kepada kemandirian daerah.

(19)

Indonesia merupakan negara kepulauan (Archipelagic State) terbesar di dunia dengan ± 17.500 pulau, 81.000 km garis pantai (terpanjang kedua setelah Kanada), dan sekitar 70% (5,8 juta km2) wilayahnya termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) berupa laut. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdapat 17.504 pulau yang bernama dan belum bernama (http://id.wikipedia.org/2012/12/28). Ini artinya Indonesia merupakan negara yang memliki banyak kawasan pesisir. Menjadi negara kepulauan tentunya Indonesia memiliki potensi kelautan yang begitu besar. Seperti diketahui, banyak potensi yang dimiliki dari kelautan diantaranya penangkapan ikan, tambak ikan, mangrove dan pemanfaatan tanaman laut dan masih banyak lainnya. Masyarakat dapat memperoleh manfaat dari aspek kelautan, khususnya bagi para nelayan.

Nelayan merupakan sebuah kelompok yang sangat erat kaitannya dengan aspek kelautan. Kelompok ini sangat menggantungkan kehidupannya kepada aspek kelautan, banyak aktivitas yang dilakukannya, seperti penangkapan ikan, membuat tambak ikan sebagai tempat untuk usaha perikanan dengan jenis tawar, distribusi (menjadikan kelautan sebagai aktivitas transportasi) dan lain sebagainya.

(20)

Desa Pesisir di Indonesia dihadapkan pada empat persoalan pokok, yakni:

1. tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir; pada tahun 2010 kemiskinan di desa-desa pesisir mencapai angka 7,8 juta jiwa (BPS, 2010); 2. tingginya kerusakan sumber daya pesisir;

3. rendahnya kemandirian organisasi sosial desa dan lunturnya nilai-nilai budaya lokal; dan

4. minim dan rendahnya kualitas infrastruktur desa dan kesehatan lingkungan pemukiman. (Peraturan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, Dan Pulau-Pulau Kecil Nomor Per.04/Kp3k/2012 Tentang Pedoman Teknis Pengembangan Desa Pesisir Tangguh Tahun 2012)

Berlandaskan permasalahan diatas Kementerian Kelautan dan Perikanan meginisiasi suatu kegiatan yang mampu memberikan daya dorong bagi kemajuan desa-desa pesisir di Indonesia. Pengembangan Desa Pesisir Tangguh yang selanjutnya disingkat PDPT adalah bagian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri KP (Kelautan dan Perikanan) melalui bantuan pengembangan manusia, sumberdaya, infrastruktur/lingkungan, usaha, dan siaga bencana dan perubahan iklim.

Adapun Tujuan dari Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana dan perubahan iklim di desa pesisir dan pulau-pulau kecil;

2. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup di desa pesisir dan pulau-pulau kecil;

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif di desa pesisir dan pulau-pulau kecil; dan

(21)

Program PDPT dilaksanakan di 16 kawasan pesisir kabupaten/kota yang ada di Indonesia, yang dibagi menjadi 4 (empat) regional.

Regional I:

1. Kabupaten Asahan

2. Kabupaten Pesisir Selatan 3. Kabupaten Kaur

4. Kabupaten Pontianak Regional II:

1. Kabupaten Kota Waringin Barat 2. Kabupaten Banjar

3. Kabupaten Pinrang

4. Kabupaten Parigi Moutong Regional III:

1. Kota Bau-Bau

2. Kabupaten Seram Bagian Barat 3. Kabupaten Teluk Wondama 4. Kabupaten Pacitan

Regional IV:

1. Kabupaten Kulon Progo 2. Kabupaten Kendal 3. Kabupaten Sukabumi 4. Kabupaten Tangerang

(22)

di Kecamatan Tigaraksa. Dari 29 Kecamatan tersebut, hanya 7 Kecamatan yang berada diwilayah pesisir, yaitu:

1. Kecamatan Kronjo, 2. Kecamatan Kemiri, 3. Kecamatan Mauk, 4. Kecamatan Pakuhaji, 5. Kecamatan Sukadiri, 6. Kecamatan Teluk Naga, 7. Kecamatan Kosambi.

Dari ketujuh kecamatan pesisir ini, hanya satu yang akan diambil sebagai lokus studi program PDPT Kabupaten Tangerang. Oleh karena itu dalam rangka penentuan Kecamatan terpilih ini digunakan metode HANLON, sebagai analisis skoring untuk memilih Kecamatan pesisir yang akan menjadi lokus studi program PDPT Kabupaten Tangerang.

Metode Hanlon merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah dengan menggunakan 4 kelompok kriteria, yakni:

a. Besarnya masalah (magnitude) b. Kegawatan masalah (emergency).

c. Kemudahan penanggulangan masalah (causability).

d. Faktor yang menentukan dapat tidaknya program dilaksanakan (PEARL factor).

PEARL factor sendiri terdiri atas variabel-variabel berikut ini, yaitu:

a. Kesesuaian (Approproatness = P),

b. Murah secara ekonomi (Economic Feasibility = E), c. Dapat diterima (Acceptability = A),

d. legalitas (Legality = L).

Uji setiap masalah dengan factor PEARL hanya 2 jawaban “Ya=1” “tidak =0”

(23)

formula untuk memperoleh hasil akhir. Makin tinggi nilainya, semakin penting masalah yang bersangkutan.

Kecamatan Teluknaga adalah kecamatan yang menjadi lokus program PDPT. Dan yang menjadi skala prioritas adalah 3 (tiga) desa yakni, Desa Tanjung Burung, Desa Tanjung Pasir, dan Desa Muara. Kawasan Pesisir Teluknaga merupakan daerah pesisir yang rawan bencana, diantaranya meluapnya kali Cisadane di Desa Tanjung Burung, banjir rob di Desa Muara dan Tanjung Pasir, selengkapnya mengenai hasil skoring HANLON akan disampaikan dalam Lampiran. Kemudian penentuan desa pesisir dengan skala prioritas ini disahkan dengan Keputusan Bupati Tangerang Nomor: 523/Kep.276-Huk/2012.

Program PDPT ditujukkan untuk masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Masyarakat Pesisir (KMP). KMP adalah kumpulan masyarakat terorganisir yang mendiami wilayah pesisir dan melakukan kegiatan usaha penunjang kelautan dan perikanan ataupun usaha lainnya serta terkait dengan pelestarian lingkungan.

(24)

Tabel 1.1

Jumlah KMP ( Kelompok Masyarakat Pesisir ) dalam Program PDPT di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

Desa pesisir PDPT

Jumlah KMP

Periode I Periode II

Tanjung Pasir 10 KMP 5 KMP

Tanjung Burung 10 KMP 9 KMP

Muara 10 KMP 6 KMP

Sumber : (Peneliti, 2013)

Dari keseluruhan KMP yang terdapat di 3 desa pesisir KMP melakukan pembangunan fisik dan non fisik dalam program PDPT ini. Pembangunan fisik yang dilakukan diantaranya, paving blok, spal, sanitasi air bersih dan MCK. Sedangkan pembangunan non fisik diantaranya melakukan meningkatkan keterampilan masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di wilayah pesisir, seperti kerajinan dan panganan yang berbahan hasil laut.

Dengan sudah berjalannya program PDPT tentunya ada permasalahan yang muncul meskipun pembangunan sudah terlaksana, berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di 3 Desa Pesisir Teluknaga (Tanjung Burung, Tanjung Pasir, Muara) diantaranya partisipasi masyarakat untuk berperan aktif dalam program masih jauh diharapkan, dilihat dari mulai proses perencanaan hingga pemanfaatan hasil pembangunan.

(25)

tentang pedoman teknis pengembangan desa pesisir tangguh tahun 2012. Peneliti mencermati masalah dari hasil observasi awal di lapangan tentang proses berjalannya kegiatan dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh. yang menjadi masalah diantaranya kurang terlaksananya fasilitasi peningkatan kapasitas masyarakat di desa pesisir. Di lapangan yang ditemui terkait peningkatan kapasitas masyarakat kurang dari penilaian keberhasilan dari apa yang menjadi target dari program PDPT ini. Kurang berfungsi secara efektifnya fungsi koordinasi dan kerja sama dalam kegiatan yang dilaksanakan diantara lembaga-lembaga yang ada di pemerintahan desa pesisir Kecamatan Teluknaga seperti Pemerintah Desa, BPD, PKK, Karang Taruna, KMP (Kelompok Masyarakat Pesisir) dan lembaga-lembaga lainnya. Padahal fokus dari kegiatan dari Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh ini adalah Bina manusia, Bina Usaha, Bina Sumber Daya, Bina Lingkungan dan Infrastruktur, dan Bina Siaga Bencana atau perubahan Iklim sangat tergantung oleh peran aktif kelembagaan desa sehingga penguatan kelembagaan sangat perlu di tingkatkan.

Menurut Hari, ketua karang taruna yang ada di Desa Tanjung Pasir, bahwasanya koordinasi dan kerjasama dalam hal kegiatan pembangunan kurang efektif. Terkait program PDPT Hari menambahkan bahwa kurang adanya komunikasi antara pemerintah desa dengan organisasi karang taruna. (Hasil wawancara pada tanggal 23 Oktober 2013. Pukul 16:24 WIB di desa Tanjung Pasir).

(26)

Burung, menyatakan bahwa komunikasi dalam pembangunan khususnya dalam program PDPT ini kurang efektif, yang dimana bisa di buktikan dengan kurang berhasilnya pencapaian dalam beberapa kegiatan yang di lakukan oleh KMP di Desa Tanjung Burung. Adanya pembiaran permasalahan tanah longsor di pinggir sungai Cisadane, komunikasi antara KMP dengan pemerintahan desa (Hasil wawancara pada tanggal 16 September 2013, pukul 15:30 WIB di kediamannya desa Tanjung Burung).

Selanjutnya di Desa Muara, menurut Bapak Buang salah satu warga menuturkan bahwasanya dalam proses PDPT ini koordinasi kurang efektif, dikarenakan pada periode II program PDPT berjalan Desa Muara melaksanakan event pemilihan kepala desa dan itu mempengaruhi kurangnya keberhasilan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan karena adanya muatan politis di Desa Muara. (Hasil wawancara pada 01 Oktober 2013. Pukul 11:13 WIB di Kantor Desa Muara).

(27)

Pesisir Tangguh Tahun 2012, dijelaskan bahwa salah satu kriteria calon penerima dana bantuan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) PDPT adalah pengurus dan anggota bukan perangkat desa/kelurahan, PNS, TNI/POLRI, dan PPTK. Pada kenyataan dilapangan ditemukan bahwa KMP diketuai oleh beberapa perangkat desa seperti BPD, RT/RW, dan PKK.

Kemudian dalam pelaksanaan, menurut ibu Eliyah, ketua KMP ikan cue di Desa Tanjung Pasir, menuturkan tentang kurangnya peran aktif masyarakat dalam program PDPT masyarakat khususnya anggota yang ada di KMP-KMP yang ada di Desa Tanjung Pasir bahwasanya masyarakat disibukkan dengan aktivitas kegiatan masing-masing. (hasil wawancara pada tanggal 02 Oktober 2013 di Desa Tanjung Pasir). Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, secara umum pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh KMP di 3 desa pesisir kurang optimal, baik yang dilakukan pada periode I maupun periode II, bahkan beberapa kegiatan KMP tidak berjalan dengan baik, seperti KMP pembuatan sampah, pupuk, dan kerajinan tangan.

(28)

iuran yang dilakukan oleh kelompok untuk digunakan sebagai modal perawatan. (hasil wawancara dengan ibu Saadah pada 01 oktober 2013 di Desa Tanjung Pasir).

Berdasarkan permasalahan identifikasi masalah yang ada maka peneliti memiliki ketertarikan melakukan penelitian dengan judul “Partisipasi Masyarakat Kawasan Pesisir dalam Pembangunan Kawasan Pesisir di

Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah suatu proses untuk mengenal dan membuat asumsi-asumsi berdasarkan observasi maupun studi kepustakaan pada fokus dan lokus penelitian yang diarahkan pada upaya untuk mengidentifikasi ruang lingkup penelitian. Berdasarkan hasil studi kepustakaan peneliti mencoba untuk mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dalam bentuk pernyataan, yaitu sebagai berikut :

1. Lemahnya partisipasi masyarakat di kawasan pesisir kecamatan Teluknaga dalam program PDPT (Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh). 2. Kurang efektifnya dalam perencanaan pembentukan Kelompok

Masyarakat Pesisir (KMP) dalam program PDPT.

3. Masyarakat kurang mengawasi pelaksanaan program PDPT.

(29)

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan penelitian, peneliti akan membatasi ruang lingkup permasalahan, hal ini dikarenakan dengan adanya fokus penelitian maka akan memberikan batasan studi yang akan dilakukan. Karena, apabila penelitian dilakukan tanpa adanya batasan masalah peneliti akan terjebak dengan banyaknya data yang melimpah di lapangan. oleh karena itu, fokus penelitian sangat penting dalam peranannya dalam memandang dan mengarahkan.

Dalam penelitian ini peneliti hanya akan memfokuskan pada permasalahan terkait Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. Dengan rujukan salah satu tujuan dari program PDPT yakni, meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif di desa pesisir dan pulau-pulau kecil.

1.4 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang di ajukan adalah Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam Program Pengembangan Desa Pesisir di Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara Tangguh Kecamatan Teluknaga?

1.5 Tujuan Penelitian

(30)

dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara Kecamatan Teluknaga.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat secara teoritis dan praktis dalam penelitian ini, adalah:

1.6.1 Secara Teoritis

Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan sehingga dapat memperluas pengetahuan Ilmu Administrasi Negara, terutama kajian tentang Partisipasi Masyarakat dan Pembangunan Kawasan Pesisir.

Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun mahasiswa yang lainnya untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih mendalam terutama kajian tentang Partisipasi Masyarakat dan Pembangunan Kawasan Pesisir.

1.6.2 Secara Praktis

(31)

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari:

A. Latar Belakang masalah, yatu menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan di teliti dalam bentuk uraian secara deduktif.

B. Identifikasi Masalah, yaitu mengidentifikasi dikaitkan dengan tema/topic/judul dan fonomena yang akan diteliti.

C. Pembatasan Masalah, yaitu lebih difokuskan pada masalah-masalah yang akan di ajukan dalam rumusan masalah yang akan di teliti, dapat di ajukan dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan.

D. Perumusan Masalah, yaitu mendfinisikan permasalahan yang telah di tetapkan dalam bentuk definisi konsep dan definisi oprasional.

E. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah penelitian.

F. Manfaat Penelitian, yaitu menjelaskan mafaat teoritis dan praktis temuan penelitian

(32)

BAB II DESKRIPSI TEORI

Terdiri dari:

A. Deskripsi Teori, mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan dengan permasalahan dan variable penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang digunakan untuk merumuskan hipotesis. B. Kerangka Berfikir, menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai

kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian mencakup:

A. Metode penelitian, menjelaskan metode yang di gunakan dalam penelitian. B. Informan penelitian, menjelaskan wilayah generalisasi atau proposal penelitian, penetapan populasi, dengan teknik pengambilan informan penelitian.

C. Instrumen penelitian, menjelaskan tentang proses pentusunan dan jenis alat pengumpul data yang digunakan, proses pengumpulan data dan teknik penentuan instrumen.

(33)

BAB IV HASIL PENELITIAN

Terdiri dari

A. Deskripsi objek penelitian, menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi/sample.

B. Deskripsi data, menjelaskan hasil penelitian yang telah di olah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan.

C. Informan penelitian, menjelaskan mengenai siapa saja yang menjadi sumber informasi dalam penelitian

D. Deskripsi hasil penelitian, yaitu melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap analisis data.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan, menyimpulkan hasil penelitian yang di ungapkan secara singkat

(34)

17

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI PENELITIAN

2.1 Pengertian Partisipasi

Partisipasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan. Kemudian Partisipasi menurut Bhattachryya Ndraha dalam Wahyu MS (2005:224) adalah pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. Dilanjutkan menurut Mubyarto masih dalam Wahyu MS (2005:225) partisipasi adalah sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan dirinya sendiri.

Sedangkan Nelson dalam Tangkilisan (2005:323-324) menyebutkan terdapat dua macam partisipasi. Pertama Partisipasi Horizontal yaitu partisipasi di antara sesama warga atau anggota masyarakat, di mana masyarakat mempunyai kemampuan berprakarsa dalam menyelesaikan secara bersama suatu kegiatan pembangunan. Kedua Partisipasi Vertikal yaitu partisipasi antara masyarakat sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah, dalam hubungan dimana masyarakat berada pada posisi sebagai pengikut atau klien.

(35)

a. Proses pengambilan keputusan b. Menentukan kebutuhan

c. Menunjukkan tujuan dan prioritas.

Kemudian ilmuan Keith Davis dalam Hamidjojo (1988:13) mengemukakan: “Partisipasi yaitu sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan”.

Keith Davis dalam Hamidjojo (1988:14) melanjutkan bahwa ada tiga buah unsur penting yang dimaksud dan memerlukan perhatian khusus yaitu:

1. Bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari pada semata-mata hanya keterlibatan secara jasmaniah.

2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan untuk usaha mencapai tujuan kelompok.

3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab.

Keith Davis dalam Hamidjojo (1988:14) mengemukakan pula bahwa bentuk partisipasi adalah sebagai berikut:

1. Konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa. 2. Sumbangan spontan berupa uang dan barang.

3. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal dari sumbangan individu atau instansi yang berada di luar lingkungan tertentu. 4. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh

komuniti (biasanya diputuskan dalam rapat komuniti).

5. Sumbangan dalam bentuk kerja, yang biasanya dilakukan oleh tenaga ahli setempat.

6. Aksi massa.

(36)

Jenis-jenis partisipasi menurut Keith Davis dalam Hamidjojo (1988:15) : 1. Pikiran (psychological participation).

2. Tenaga (phsycal participation).

3. Pikiran dan tenaga (psychological and phsycal participation). 4. Keahlian (participation with skill).

5. Barang (material participation). 6. Uang (money participation).

Persyaratan untuk melaksanakan partisipasi secara efektif menurut Keith Davis dalam Hamidjojo (1988:15) adalah sebagai berikut:

a. Perlu waktu untuk berpartisipasi sebelum berlangsungnya suatu kegiatan. b. Subjek partisipasi perlu relevan dengan kepentinganmasyarakatnya.

c. Orang-orang yang berpartisipasi haruslah yang mempunyai kemampuan, seperti halnya kecerdasan penmgetahuan.

d. Orang yang berpartisipasi perlu berhubungan timbal balik dengan bahasanya sendiri yang bisa dimengerti untuk dapat bertukar pikiran. e. Tidak ada salah satu pihak yang merasa dirinya terganggu karena

partisipasi.

f. Biaya partisipasi tidak boleh melampaui nilai ekonomi atau sejenisnya. g. Partisipasi adalah memutuskan untuk melaksanakan kegiatan.

Katz dalam Tangkilisan (2005:321) mengemukakan partsisipasi sebagai berikut :

“ Partisipasi merupakan salah satu dari enam masukan yang dibutuhkan dari pembangunan nasional. Keenam masukan itu antara lain sumber daya manusia, keuangan , logistik, informasi, partisipasi, dan kekuasaan yang sah.”

(37)

Hamidjojo (1988:28) menyatakan bahwa:

“Partisipasi mengandung arti yang mendalam dan luas menyangkut sikap, persepsi individu atau masyarakat yang akan mempengaruhi keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, begitu pula yang bersangkutan. Disamping itu pula partisipasi berarti turut memikul beban pembangunan, menerima kembali hasil pembangunan dan bertanggung jawab terhadapnya dan terwujudnya kreativitas dan oto-aktivitas.”

Steele dalam Tangkilisan (2005:321) partisipasi adalah merupakan unsur kunci pembangunan, pengertian partisipasi bukan semata-mata melalui pemilihan umum saja, ia juga mengandung suatu sistem yang benar-benar menjamin terwujudnya hak sosial dan ekonomi, setelah hak-hak sipil dan politik serta pendidikan kewarganegaraan. Didalamnya harus ada budaya partisipasi (aculture of participation) dimana rakyat membutuhkan sejumlah kemampuan dan

sumberdaya untuk berperan.

Menurut Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia (1998:83-84), partisipasi meliputi:

1. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata

2. Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban yang dikehendaki.

3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat yang berfungsi membangkitkan tingkah laku yang dikehendaki secara berlanjut, misalnya partisipasi horizontal.

4. Proyek pembanguan desa yang dirancang secara sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat.

5. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

6. Peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan. Sedangkan Sanit menandaskan dalam Kaho (2007: 126):

(38)

terhadap masalah yang dihadapinya dan pencarian jawaban bagi masalah tersebut”.

Mikkelsen (1999:64-65) mengartikan partisipasi sebagai berikut:

1. Partisipasi adalah sebagai kontribusi serta rela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan

2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemampuan untuk menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan.

3. Partisipasi adalah proses yang aktif, mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu,

4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial.

5. Partisipasi adalah keterlibatan massyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyrakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan.

Berdasarkan pemaparan partisipasi diatas menurut para ahli, bahwa partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan dan pemeliharaan), ada beberapa jenis partisipasi diantaranya partrisipasi dalam pikiran, tenaga, barang dan uang.

2.2 Pengertian Masyarakat

(39)

“ Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan berkerja sama , sehingga mereka itu dapat mengorganiskan dirinya dan berfikir tentang dirinya dalam suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu”

Kemudian Robert M. Clver dalam Budiardjo (2008:46) mengatakan: “masyarkat adalah sustu sistem hubungan-hubungan yang ditata (society means a

system of ordered relatiion).Auguste Comte dalam Abdul Syani (1995:56).

“ Masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri”

Kemudian dengan adanya berbagai nilai dengan asas kesatuan sosial, maka manusia menjadi anggota dari beberapa kelompok, sedangkan ciri-ciri masyarakat menurut Soekanto dalam Abdul Syani (1995:47) adalah berikut:

1. Manusia yang hidup bersama. Didalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimumnya dua orang yang hidup bersama.

2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia umpamanya kursi, meja, dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa, dan mengerti, mereka juga punya keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.

4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu sama lainnya.”

(40)

keterikatan satu sama lain dengan satu asas kesatuan sosial atau terikat dengan suatu sistem hidup bersama.

2.3 Konsep Partisipasi Masyarakat

Adi (2008:27) partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif, solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Menurut Slamet (1994:8), berdasarkan pengertian partisipasi, maka partisipasi dalam pembangunan dapat dibagi menjadi lima jenis :

1. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut dan ikut menikmati hasilnya.

2. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya.

3. Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil pembangunan secara langsung.

4. Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input. 5. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menerima hasilnya.

Menurut Bintoro (1995:220) berhasilnya pencapaian tujuan-tujuan pembanguan memerlukan keterlibatan aktif dari masyarakat pada umumnya. Keterlibatan aktif ini juga disebut partisipasi, ada tiga aspek dalam partisipasi, yaitu:

(41)

dalam masyarakat. Paling sedikit suatu rencana harus peka terhadap kepentingan-kepentingan masyarakat. Sehingga dengan demikian mendapat dukungan dalam pelaksanaannya. Rencana pembangunan hendaknya dapat pula menimbulkan rasa solidaritas nasional dan solidaritas sosial.

Kedua, keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam

pelaksanaan kegiatan pembangunan. Hal ini dapat berupa sumbangan dalam mobilisasi sumber-sumber pembiayaan pembangunan, kegiatan produktif yang serasi, pengawasan sosial atas jalannya pembangunan dan lain-lain. Pada pokoknya arah kegiatan masyarakat yang mendukung peningkatan tabungan, dan investasi, dan dengan demikian pembentukan modal. Suatu sistem pemungutan pajak yang adil dan merata dapat lebih menggerakan kesediaan membayar pajak. Ini adalah bentuk partisipasi mutlak dalam bernegara, apalagi bila dalam pembangunan.

Ketiga, adalah keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan

(42)

Adapun bentuk-bentuk partisipasi masyarakat menurut Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia (1998:166-167), antara lain:

1. Tenaga dari kalangan masyarakat itu sendiri baik berupa jumlah tenaga, keahlian/keterampilan, manajerial, dan lain-lain.

2. Dana baik bersumber dari warga masyarakat pada umumnya maupun donatur yang berasal dari warga masyarakat.

3. Material yang berasal dari masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok.

4. Gotong royong dari warga masyarakat. 5. Moril/pemikiran dari warga masyarakat. 6. Dan lain-lain.

Menurut Nawakamal (2009:222-223), Beliau mengemukakan bahwa:

“Partisipasi dimaknai sebagai keikutsertaan masyarakat untuk memberikan dukungan pada pembangunan sebagaimana dikonsepsikan oleh penggiat pendampingnya dan di jalankan secara bersama-sama oleh komunitas.” Menurut Ndraha dalam Syarif Makmur (2008:156-157), mengatakan partisipasi sebagai:

“Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya kemampuan awal masyarakat untuk berkembang secara mandiri.Partisipasi masyarakat dan kemampuan masyarkat itu untuk berkembang secara mandiri ibarat dua sisi mata uang, tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dan perlu di bedakan. Masyarakat Desa yang mempunyai kemampuan berkembang secara mandiri bisa membangun dengan atau tanpa berpartisipasi vertikal dengan pihak lain.”

(43)

1. Perencanaan, Suatu rencana atau keputusan yang telah disiapkan oleh pemerintah dan masyarakat hanya mendapat kesempatan untuk mengatakan sutuju tidak akan membuat hasil yang diharapkan.

2. Pelaksanaan, Merupakan hubungan antara pelaksana dan pelaksanaannya. Masalah pelaksanaannya tidak cukup dipertimbangkan dalam menyusun rencana. Hal ini agar terdapat jaminan yang lebih besar dalam merealisasikan tujuan dan sasaran-sasaran rencana itu, oleh sebab itu rencana harus diupayakan semaksimal mungkin.

3. Pengawasan, Partisipasi dalam pengawasan merupakan aktifitas untuk menemukan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan terhadap aktifitas yang telah direncanakan dalam rangka menyesuaikan dengan kepentingan masyarakat maka pengawasan dalam partisipasi tidak cukup dilakukan dalam lembaga formal, tetapi oleh organisasi masyarakat, golongan kepentingan kelompok profesi bahkan anggota masyrakat untuk serta mengawasi.

4. Pemeliharaan dan pemanfaatan, Partisipasi dalam pemeliharaan dan pemanfaatan meliputi : menerima hasil pembangunan seolah-olah milik sendiri, menggunakan atau memanfaatkan setiap hasil pembangunan, menjadikan, atau mengusahakan suatu lapangan usaha, merawat secara rutin dan sistematis, mengatur kegunaan atau memanfaatkannya, mengusahakan dan mengamankannya serta mengembangkan. Partisipasi dalam pemeliharaan dan pemanfaatan berarti mendukung kearah pembangunan yang serasi dengan martabat manusia keadilan sosial dan memelihara alam sebagai lingkungan manusia untuk generasi yang akan datang.

Sedangakan Siti Irene Astuti D (2011: 61-63) membedakan patisipasi menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan. Dan Keempat, partisipasi dalam evaluasi.

(44)

menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.

Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.

Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam

pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan program.

Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini

berkaitan dengan pelaksanaan pogram yang sudah direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya.

Menurut Adisasmita (2006:34), menyatakan bahwa:

(45)

Bahwasannya partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan aktif masyarakat mulai dalam kegiatan perencanaan dan pengambilan keputusan hingga pemanfaatan dan pemeliharaan dalam hal pembangunan masyarakat itu sendiri. Partisipasi masyarakat menjadi peranan penting ketika dalam proses pengambilan keputusan dalam pembangunan menggunakan sistem bottom up. Karena memposisikan masyarakat menjadi pelaku utama dalam menjalankan proses pembangunan.

2.4 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

Menurut Slamet (1994: 142-143), faktor-faktor internal berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok di dalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan, lamanya tinggal.

(46)

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

3. Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

4. Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

5. Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

Menurut Sastropoetro (1988), ada lima unsur penting yang menentukan gagal dan berhasilnya partisipasi, yaitu:

1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif atau berhasil. 2. Perubahan sikap,pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh

pengertian yang menumbuhkan kesadaran.

3. Kesadaran yang didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan.

4. Kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa dipaksa orang lain.

(47)

2.5 Wilayah dan Masyarakat Pesisir

Nugraha dan Rochmin (2004:9) menjelaskan bahwa wilayah (region) adalah suatu area geografis yang memiliki ciri tertentu dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. Kemudian Beatley dalam Dahuri (2001:9) mendefinisikan wilayah pesisir mencakup daerah ke arah darat yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan kearah laut meliputi daerah paparan benua. Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu mendefinisikan wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut uang saling berinteraksi dimana kearah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan kearah darat batas administrasi kabupaten/kota.

Menurut Suprihayono (2007:14) wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin.

(48)

Aminah (2007:15) memberikan tipikal ekologi atau geografi, ekonomi dan sosial masyarakat pesisir sebagai berikut;

a. Secara ekologi masyarakat pesisir dihadapkan pada zona yang luas dengan luasan area yang dikelola relatif sempit; aspek laut yang menyebabkan produktivitas yang tinggi dalam suatu hari kegiatan pelayaran.

b. Secara sosial masyarakat pesisir memiliki akses yang amat terbatas akan pelayaran sosial seperti layanan kesehatan dan pendidikan, adanya intervensi orang luar untuk membentuk organisasi self-help yang memberdayakan masyarakat, keeratan hubungan dalam masyarakat yang cukup tinggi, dan ketidakbergantungan kepada hukum posistif.

c. Secara ekonomi, pendapatan masyarakat pesisir umumnya dibawah standar nasional, kesenjangan pendpatan karena perbedaan sumber daya, tipe armada dan alat tangkap.

2.6 Konsep Pembangunan

Pembangunan menurut etimologi berasal dari kata bangun, yang mengandung empat arti, bangun dalam arti sadar atau siuman. Kedua dalam arti bangkit atau berdiri. Ketiga, bangun dalam arti bentuk dan keempat, bangun dalam arti kata kerja; membuat, mendirikan, atau membina.

Pembangunan menurut Mardikanto (1993:1-4) dapat diartikan sebagai: a) Proses yang diupayakan secara sadar dan terencana;

b) Proses perubahan yang mencakup banyak aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat;

c) Proses perumbuhan ekonomi;

d) Proses atau upaya yang dilaksanakan untuk memperbaiki mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan seluruh warga masyarakat;

(49)

kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2004).

Siagian (2005) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Kemudian pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugraha dan Rochmin, 2004: 9).

Mikkelsen dalam Soetomo (2006), mengatakan bahwa pembangunan pada dasarnya merupakan proses perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan adalah perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku tersebut. Ada enam jenis tafsiran mengenai partisipasi masyarakat tersebut antara lain:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek atau program pembangunan tanpa ikut serta dalam pengambil keputusan. 2. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam

meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menangapi proyek-proyek atau program-program pembangunan.

3. Partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

(50)

5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan sendiri.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

Dari sekian pendapat para ahli tentang pembangunan diatas bisa disimpulkan bahwa makna pembangunan yakni segala upaya yang dilakukan secara terencana dan sadar untuk tujuan meningkatkan suatu keadaan. Pembangunan yang besifat continoue, artinya masyarakat melakukan pembangunan secara berkelanjutan, tanpa merasa puas akan keadaan yang sedang di rasakan.

2.7 Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT)

Pengembangan Desa Pesisir Tangguh yang selanjutnya disingkat PDPT adalah bagian PNPM Mandiri KP melalui bantuan pengembangan manusia, sumberdaya, infrastruktur/lingkungan, usaha, dan siaga bencana dan perubahan iklim.

Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh ini merupakan salah satu bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan yang terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Fokus pengembangan PDPT adalah pada 5 (lima) Bina yaitu sebagai berikut:

1. Bina Manusia, yaitu kegiatan yang mencakup peningkatan kualitas

(51)

kerja sama, memperbaiki budaya kerja, gotong royong, tanggung jawab, disiplin, dan hemat serta menghilangkan sifat negatif boros dan konsumtif;

2. Bina Usaha, yaitu kegiatan yang mencakup peningkatan keterampilan

usaha, perluasan mata pencaharian alternatif, pengelolaan bisnis skala kecil dan penguasaan teknologi. Selain itu, program ini meningkatkan dan mempermudah akses terhadap sumber daya, teknologi, modal, pasar, dan informasi pembangunan. Dengan dilaksanakannya program ini diharapkan terbangun kemitraan dengan pelaku usaha dan terbangunnya sistem insentif administrasi serta pendanaan secara formal dan informal;

3. Bina Sumber Daya, yaitu kegiatan yang menitikberatkan pada upaya

memperkuat kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya, revitalisasi hak ulayat dan hak masyarakat lokal, penerapan monitoring, controlling and surveillance dengan prinsip partisipasi masyarakat lokal, penerapan teknologi ramah lingkungan, mendorong pengembangan teknologi asli, merehabilitasi habitat, konservasi, dan memperkaya sumber daya;

4. Bina Lingkungan atau Infrastruktur, yaitu kegiatan yang mencakup

pembangunan infrastruktur, rehabilitasi vegetasi pantai dan pengendalian pencemaran melalui pendekatan perencanaan dan pembangunan secara spasial dalam rangka mendorong peningkatan peran masyarakat pesisir dalam penataan dan pengelolaan lingkungan sekitarnya;

5. Bina Siaga Bencana atau Perubahan Iklim, yaitu kegiatan yang

mencakup usaha-usaha pengurangan risiko bencana dan dampak perubahan iklim, rencana aksi desa dalam pengurangan risiko bencana, penyadaran masyarakat, gladi/latihan secara reguler, memudahkan akses data dan informasi bencana, pembangunan sarana dan prasarana penanggulangan bencana (antara lain jalur evakuasi, shelter, struktur pelindung terhadap bencana, fasilitas kesehatan, dan cadangan strategis desa) yang menekankan pada partisipasi dan keswadayaan dari kelompok-kelompok sosial yang terdapat pada masyarakat/komunitas pesisir.

2.8 Penelitian Terdahulu

(52)

persis tapi sangat membantu peneliti menemukan sumber-sumber pemecahan masalah penelitian ini. Berikut ini adalah hasil penelitian yang peneliti baca.

Penelitian pertama yakni dilakukan oleh M. Yunan Khoiron, Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang, tahun 2003, dengan judul Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Study Kasus Program Bantuan Pelaksanaan Pembangunan Partisipasi di Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo).Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif.. Hasil dalam penelitian ini menjelaskan bahwa Program bantuan pembangunan partisipatif dapat memacu partisipasi masyarakat secara langsung dalam kegiatan pembangunan di Desa/Kelurahan, sehingga menempatkan masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan. Dalam posiusi Pemerintah sebagai stimulator pembangunan, maka masyarakat akan berpartispasi aktif dalam suatu program pembangunan sesuai dengan tingkat kebutuhannya, sehingga program yang dilaksanakan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat sendiri. Adanya keterpaduan peran antara Pemerintah dan Lembaga Kemasyarakatan akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program pembangunan partisipasif. Peran aktif pemerintah dan Lembaga Kemasyarakan, serta masyarakat akan menentukan keberhasilan program bantuan pembangunan partisipatif.

(53)

Konservasi Laut Daerah KKLD Ujungnegoro Kabupaten Batang. Metode yang digunakan yakni survei dengan metode deskriptif yang bersifat studi kasus. Dalam hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi masyarakat dengan tingkat partisipasinya dalam pengelolaan KKLD dan hubungan antara persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat di daerah Ujungnegoro sangat kuat (hasil uji Koefisien Kontingensi sebesar 0,7 menunjukkan kategori hubungan yang kuat). Persepsi masyarakat yang baik akan mendorong tingginya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan KKLD di Ujungnegoro.

Melihat hasil analisis persepsi dan partisipasi masyarakat Ujungnegoro pada pengelolaan KKLD Ujungnegoro memperlihatkan bahwa masyarakat pada umumnya memiliki pandangan positif. Ini merupakan modal utama untuk mengajak masyarakat lebih berperan aktif dan perlu dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan program pengelolaan KKLD. Pemerintah hendaknya tidak hanya mendengarkan kepentingan penanam modal namun juga merangkul masyarakat untuk memberdayakan kemampuan mereka. Pelatihan ketrampilan, menghidupkan kembali kesenian dan menanamkan pentingnya keselarasan antara kepentingan manusia dengan kelestarian alam perlu diperhatikan.

2.9 Kerangka Berpikir

(54)

Masyarakat Pesisir Dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.

Kerangka berfikir menjelaskan bagaimana Partisipasi Masyarakat Pesisir Dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. (bisa dilihat di Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir).

Gambar 2.1

Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT)

Partisipasi Masyarakat Menurut Cohen dan Uphoff dalam Ulifah( 2003: 23 )

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Pengawasan

4. Pemeliharaan dan Pemanfaatan

Partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan kawasan pesisir masih rendah

1. Lemahnya partisipasi masyarakat di kawasan pesisir kecamatan Teluknaga dalam program PDPT (Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh).

2. Kurang efektifnya perencanaan pembentukan Kelompok Masyarakat Pesisir (KMP) dalam program PDPT.

3. Masyarakat kurang mengawasi pelaksanaan program PDPT.

4. Minimnya kesadaran dalam hal pemanfaatan dan pemeliharaan terhadap hasil program PDPT. (Peneliti, 2015).

(55)

2.10Asumsi Dasar

(56)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metodologi berhubungan dengan cara (metode). Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara (science of methods). Dalam arti umum dan awam, metodologi bisa digunakan dalam

konteks apa saja, misalnya: berpikir, metodologi penelitian atau metodologi pengajaran. Menurut Irawan (2005:42) metodologi adalah:

“totalitas cara untuk meneliti dan menemukan kebenaran. Disebut totalitas cara sebab metodologi tidak hanya mengacu pada metode penelitian tetapi juga paradigma, pola pikir, metode pengumpulan dan analisis data sampai dengan metode penafsiran temuan penelitian itu sendiri”.

Pada penelitian mengenai partisipasi masyarakat pesisir dalam program pengembangan desa pesisir tangguh di desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara kecamatan Teluknaga kabupaten Tangerang. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2006:4) jenis penelitian ini berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, dimana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.

(57)

manusia dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2006:5) menyatakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, Moleong (2006:6) mensintesiskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan yang secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

(58)

Menurut Bungin (2006:54) analisis kualitatif umumnya tidak digunakan untuk mencari data dalam arti frekuensi, tetapi digunakan untuk menganalisis makna dari data yang tampak dipermukaan itu. Dengan demikian, analisis kualitatif digunakan untuk memahami sebuah fakta, bukan untuk menjelaskan fakta tersebut.

Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya tidak dimanupulasi oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif, data yang dihasilkan berbentuk kata, kalimat untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang terjadi dengan mendeskripsikan hal-hal yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti dalam hal ini adalah partisipasi masyarakat pesisir dalam program pengembangan desa pesisir tangguh di desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara kecamatan Teluknaga kabupaten Tangerang.

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ini, penentuan fokus berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengalaman, dan referensi (Sugiyono, 2012:141). Peneliti akan membatasi ruang lingkup materi kajian penelitian yang akan dilakukan yakni Partisipasi Masyarakat Pesisir Dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh Di Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung Dan Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.

3.3 Lokasi Penelitian

(59)

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konseptual

Definisi konseptual digunakan untuk menegaskan konsep-konsep yang jelas, yang digunakan supaya tidak menjadi perbedaan penafsiran antara penulis dan pembaca. Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif, solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

2. Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT)

Sistem pembangunan satu wilayah administrasi yang mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang teencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam program dan kegiatan.

3.4.2 Definisi Operasional

(60)

menggunakan metode penelitian kualitiatif, maka dalam penjelasan definisi operasional ini akan dikemukakan fenomena-fenomena penelitian yang dikaitkan dengan konsep yang digunakan yaitu empat hal dalam proses partisipasi menurut Cohen dan Uphoff dalam pembangunan, yaitu: 1. Perencanaan, yakni mengamati keikutsertaan masyarakat pesisir

terhadap proses perencanaan dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh Di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. 2. Pelaksanaan, yakni mengamati keikutsertaan masyarakat pesisir

terhadap proses pelaksanaan dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh Di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. 3. Pengawasan, yakni mengamati keikutsertaan masyarakat pesisir

terhadap proses pengawasan dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh Di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. 4. Pemeliharaan dan Pemanfaatan, yakni meliputi sikap masyarakat

pesisir terhadap pemeliharaan dan pemanfaatan hasil dari Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh Di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.

3.5 Instrumen Penelitian

(61)

a. Pengamatan Berperanserta

Pengamatan berperanserta menceriterakan kepada peneliti apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan. Jadi pengamatan berperanserta pada dasarnya berarti mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara secermat mungkin sampa pada yang sekecil-kecilnya.

b. Manusia Sebagai Instrumen Penelitian

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus perencana, pelaksana pengumpulan data, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrument atau alat penelitian tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Namun, instrument penelitian dalam kualitatif dimaksudkan sebagai alat pengumpul data seperti tes pada penelitian kuantitatif. Ada tiga hal yang dibahas di sini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (1981:128-150) dalam Moleong (2006:168-173), yaitu mencakup cirri-ciri umum, kualitas yang diharapkan, dan kemungkinan peningkatan manusia sebagai instrument.

1. Ciri-ciri Umum Manusia Sebagai Instrumen

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 2.1 1. Lemahnya partisipasi masyarakat di kawasan pesisir kecamatan Teluknaga
Tabel 3.1 Informan Penelitian
Gambar 3.1: Proses  Analisis Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dibentuk suatu kelompok tani yang dikelola oleh masyarakat setempat untuk mengembangkan potensi wisata penanaman di Desa Muara dan mengatasi permasalahan

Dari hasil penelitian di lapangan setelah data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis, maka menghasilkan temuan penelitian yaitu peranan pemerintahan desa sudah terlaksana

Menurut Qodriatun (2013) Bencana alam geologi merupakan bencana yang terjadi di permukaan bumi, seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan gunung meletus.

Dari observasi awal yang dilakukan ada kecenderungan kehidupan sekarang ini perempuan di Desa Bolli sudah banyak yang berperan sebagai pekerja perkebunan tebu

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa yang diharapkan, tentunya diperlukan keterlibatan seluruh masyarakat sebagai pelaku pembangunan. Keikutsertaan masyarakat dalam hal

Hal ini berdasarkan hasil observasi penulis bahwa terdapat beberapa permasalahan yaitu kurang berjalannya pengelolaan tanaman kopi oleh kelompok tani, kurangnya informasi

Faktor lain yang memengaruhi partisipasi masyarakat di Destana Mulyodadi yaitu faktor tokoh kunci untuk menggerakkan masyarakat. Tokoh kunci seperti RT dan Dukuh

Kesimpulan Program yang sudah berjalan sejauh ini diKelurahan Kemboja adalah semenisasi beberapa jalan yang sudah rusak, tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Program