• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Zhōng Jí Jiē Duàn Tài Guó Liύ Xué Shēng Hàn Yŭ Shēng Diào Xí De Piān Wù

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Zhōng Jí Jiē Duàn Tài Guó Liύ Xué Shēng Hàn Yŭ Shēng Diào Xí De Piān Wù"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

关园园 (Guān Yuán Yuán) dalam jurnal elektroniknya dengan judul “Chū Zhōng Jí Jiē Duàn Tài Guó Liύ Xué Shēng Hàn Yŭ Shēng Diào Xí De Piān Wù De Yán Jiū” (2012:4) menemukan bahwa meskipun siswa tingkat menengah memiliki level pelafalan yang lebih tinggi daripada siswa tingkat dasar, namun kesalahan pada pelafalan nada kedua dan ketiga kerap kali terjadi. Tingkat kesalahan pada nada ketiga dan kedua lebih tinggi daripada nada pertama dan keempat. Pada siswa tingkat dasar dan menengah qīng shēng adalah salah satu kesulitan yang sering ditemui.

Dibandingkan siswa di negara Republik Rakyat Cina (RRC), siswa di negara lain memiliki penguasaan pelafalan nada yang lebih sempit dan pelafalan nada yang lebih tidak stabil. Dari penelitian ini diketahui beberapa alasan kesalahan tersebut, kemudian pengajaran terhadap pelafalan nada diharapkan dapat dijelaskan lebih terperinci.

Tulisan 沈珍(Shén Zhēn) yang berjudul “Duì Wài Hàn Yŭ Zhōng De Shēng Diào Jiāo Xué” (1995:32) menyatakan bahwa pelafalan nada dalam pembelajaran Bahasa Mandarin merupakan bagian tersulit dan terpenting yang harus dipelajari, peneliti terdahulu juga menyimpulkan kesulitan-kesulitan yang terjadi pada siswa luar negri dalam mempelajari Bahasa Mandarin, mengerti akan penyebab kesulitan-kesulitan tersebut. Penyebab yang mempengaruhi kesulitan dalam mempelajari pelafalan nada dalam bahasa mandarin bagi siswa luar negri

(2)

adalah bahasa ibu. Bahasa ibu telah mempengaruhi pembelajaran pelafalan nada pada bahasa Mandarin. Ditengah bahasa yang ada di dunia ini, ada beberapa bahasa yang memiliki pelafalan nada dan ada beberapa yang tidak memiliki pelafalan nada. Perbedaan tersebut yang menjadi faktor utama kesulitan mempelajari pelafalan nada dalam bahasa Mandarin.

Menurut Sidriana Handayana (2007:3) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Kesalahan Pelafalan Dalam Bahasa Mandarin Pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara” menyatakan bahwa pada saat kita berkomunikasi dalam bahasa Mandarin, sebuah kata yang kita ucapkan bisa sedikitnya memiliki empat arti yang berbeda-beda dikarenakan jenis nadanya. Dalam bahasa Mandarin nada sangat penting dalam membedakan arti, jika salah mengucapkan nada dapat menyebabkan perbedaan arti dan kesalahpahaman.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengkaji tentang analisis kesalahan pelafalan nada dalam bahasa Mandarin yang sangat mendukung penulis untuk dapat melihat kesalahan-kesalahan yang muncul.

2.2 Konsep

Menurut Singarimbun dan Effendi (2011:33) pengertian konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya.

(3)

Berikut ini adalah konsep tentang analisis kesalahan, pelafalan, pelafalan nada yang akan dijelaskan secara singkat.

2.2.1 Analisis Kesalahan

Dikemukakan oleh Corder (1973:85) bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Si pembelajar bahasa belum menginternalisasikan kaidah bahasa (kedua) yang dipelajarinya. Dikatakan oleh Corder bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama mempunyai kemungkinan berbuat kesalahan berbahasa.

Sedangkan menurut Tarigan (1988: 179) Kesalahan berbahasa secara garis besarnya dapat dikategorikan dengan berdasarkan kategori linguistik, pertimbangan mengenai pentingnya dalam pengkomunikasian pesan-pesan, sumber, dan kemudahan koreksi.

Kesalahan berbahasa itu bisa terjadi disebabkan oleh kemampuan pemahaman siswa atau pembelajar bahasa. Artinya, siswa memang belum memahami sistem bahasa yang digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara sistematis. Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan oleh guru. Misalnya, melalui pengajaran remidial, pelatihan, praktik, dan sebagainya. Kadangkala sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang dipelajari. Bila tahap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang

(4)

dipelajari ternyata kurang, kesalahan akan sering terjadi. Kesalahan akan berkurang bila tahap pemahamannya semakin baik.

Untuk menganalisis bentuk-bentuk kesalahan penulis menggunakan teori bentuk kesalahan Tarigan (1988:148) yang berisi bentuk-bentuk kesalahan antara lain:

(1) penghilangan (omission)

Penghilangan adalah kesalahan-kesalahan yang bersifat “penghilangan” ini ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam ucapan yang baik dan benar.

(2) Penambahan (addition)

Penambahan adalah kebalikan dari penghilangan, yaitu kesalahan penambahan ini ditandai oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik dan benar.

(3) Salah formasi (misformation)

Kesalahan misformation ini ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah. Kalau dalam kesalahan penghilangan, unsur itu tidak ada atau tidak tersedia sama sekali, maka dalam kesalahan formasi ini sang pelajar menyediakan serta memberikan sesuatu, walaupun hal itu tidak benar sama sekali.

(4) Salah susun (misodering)

Salah susun ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem dalam suatu ucapan atau ujaran.

(5)

2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Kesalahan Berbahasa

Menurut Brown (1981 : 113), ada beberapa sumber kesalahan bahasa: “Kesalahan yang dibuat oleh para pembelajar dating dari beberapa sumber-sumber yang umum, sumber-sumber-sumber-sumber kesalahan tersebut adalah : Interlingual Transfer, Intralingual Transfer, konteks Pembelajaran dan Strategi komunikasi.”

1. Interlingual Transfer

Interlingual Transfer disebabkan oleh intregasi atau campur tangan dari bahasa pertama. Kesalahan ini biasanya terjadi pada tahap awal pembelajaran bahasa dimana para pelajar belum familiar dengan tata bahasa baru. Tata bahasa pertama adalah satu-satunya yang dimiliki para pembelajar sehingga tata bahasa terkadang digunakan untuk menyusun kalimat untuk bahasa kedua.

2. Intralingual Transfer

Intralingual Transfer disebabkan oleh bahasa target yang sedang dipelajari para pembelajar. Kesalahan ini biasanya juga terjadi pada tahap awal pembelajaran. Kesalahan ini menunjukkan para pembelajar mengalami perkembangan dalam proses pembelajarannya.

3. Context of Learning

Kesalahan ini diakibatkan oleh tidak adanya tutor dalam suatu proses pembelajaran. Jadi para pembelajar menafsirkan sendiri apa yang telah mereka pelajari sendiri. Hal ini berbahaya dan sering mengakibatkan salah penafsirann dan terjadinya kesalahankesalahan.

4. Communicative Strategy

Dalam menyampaikan gagasannya, terkadang para pembelajar menggunakan cara yang berbeda-beda. Cara-cara ini terkadang bisa diterima, tapi juga terkadang tidak bisa diterima oleh penerima pesan. Hal ini akan menyebabkan miskomunikasi.

(6)

2.2.3 Langkah-langkah Analisis Kesalahan

Menurut Tarigan (1995:71) langkah-langkah dari analisis kesalahan adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data yang berupa kesalahan yang dibuat oleh siswa. b. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi kesalahan, yaitu mengenali dan

memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggabungan kata, dan penyusunan kalimat.

c. Menyusun kesalahan berdasarkan frekuensinya.

d. Menjelaskan kesalahan yaitu menggambarkan letak kesalahan dan penyebab kesalahan.

e. Mengoreksi kesalahan.

f. Menyimpulkan hasil analisa data.

2.2.4 Pengertian Bahasa Pertama dan Kedua

Bahasa pertama merupakan bahasa ibu yang dimana bahasa tersebut telah dikuasai seseorang (sejak lahir). Burlaga dan Klein (1986;4) menyebutkan bahwa pemerolehan bahasa pertama sangat erat hubungannya dengan perkembangan kognitif dan sosial anak.

Bahasa kedua merupakan bahasa yang dipelajari oleh seorang anak setelah menerima dan mempelajari bahasa yang diajarkan oleh ibunya. Jika dapat dilihat, bahasa kedua adalah bahasa yang didapatkan dari lingkungan di luar rumah, seperti lingkungan sekolah, tempat bermain, dan lingkungan sosial.

(7)

2.2.5 Aspek-aspek dalam Mempelajari Bahasa Kedua

Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika memutuskan untuk mempelajari bahasa kedua:

1. Kemampuan bahasa.

Biasanya apabila seseorang memutuskan untuk mempelajari bahasa kedua secara formal, ia akan melalui tes kemampuan bahasa yang dilakukan oleh lembaga kursus bahasa untuk menilai kecakapan/bakat bahasa yang dimiliki oleh orang tersebut. Tes ini terbukti cukup efektif untuk memprediksi siswa-siswa mana yang akan sukses di dalam pembelajaran bahasa kedua. Meskipun demikian masih terdapat perbedaan pendapat mengenai kemampuan itu sendiri. Apakah kemampuan bahasa itu merupakan suatu kesatuan konsep, suatu properti organik di dalam otak manusia atau suatu komplek faktor termasuk di dalamnya motivasi dan lingkungan.

2. Usia.

Sebagian besar masyarakat umum masih meyakini bahwa untuk belajar bahasa kedua akan lebih baik dilakukan ketika masih anak-anak. Belajar bahasa kedua ketika telah dewasa akan terasa lebih sulit. Tetapi penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai hal ini gagal untuk membuktikan kebenaran keyakinan masyarakat umum tersebut.

Mereka yang mulai belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tetap dapat mencapai tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai hal ini hanya mampu menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tidak mampu merubah aksen

(8)

mereka seperti aksennya penutur asli, aksen orang dewasa adalah aksen bahasa pertama yang sulit untuk dirubah.

Hal menarik yang dapat diambil dan penelitian-penelitian tersebut adalah jika program pembelajaran bahasa kedua yang diberikan berupa pembelajaran bahasa kedua dengan terjun langsung di lingkungan penutur asli, orang dewasa cenderung lebih cepat memperoleh bahasa kedua dibandingkan dengan anak-anak, hal ini dikarenakan otak orang dewasa berfungsi lebih sempuma dibandingkan dengan otak anak-anak dan orang dewasa memiliki lebih banyak pengalaman berbahasa dibandingkan dengan anak-anak.

3. Strategi yang digunakan.

Penggunaan strategi yang efektif sangat penting agar pembelajaran bahasa kedua dapat berhasil. Secara umum strategi pemerolehan bahasa kedua dibagi menjadi dua, yaitu strategi belajar dan strategi berkomunikasi.

Strategi belajar adalah strategi yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa kedua, seperti penggunaan kamus atau penggunaan TV kabel untuk menangkap siaran-siaran TV yang menggunakan bahasa kedua. Sedangkan strategi berkomunikasi adalah strategi yang digunakan oleh siswa kelas bahasa kedua dan penutur asli untuk dapat saling memahami ketika terjadi kebuntuan di dalam berkomunikasi di antara mereka karena kurangnya akses terhadap bahasa yang benar, misalnya dengan menggunakan mimik dan gerakan tangan.

4. Motivasi.

Secara sederhana motivasi dapat diartikan sebagai mengapa seseorang memutuskan untuk melakukan sesuatu, berapa lama ia rela melakukan aktivitas tersebut dan sejauh mana usaha yang dilakukannya. Penelitian-penelitian yang

(9)

telah dilakukan mengenai motivasi menunjukkan bahwa motivasi terkait erat dengan tingkat keberhasilan seseorang di dalam pembelajaran bahasa kedua. Pelajar yang memiliki motivasi yang kuat akan sukses dan kesuksesan yang diperolehnya itu akan semakin meningkatkan motivasinya. Motivasi bukanlah sesuatu yang bersifat tetap, tetapi sangat dipengaruhi oleh umpan balik dan ling-kungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah teknik instruksi yang digunakan oleh guru.

2.2.6 Bahasa Mandarin

Bahasa Mandarin adalah bahasa resmi negara Republik Rakyat Cina (RRC) yang sekarang menjadi bahasa internasional kedua di dunia. Sebagian masyarakat Tionghoa menganggap bahasa Mandarin sebagai bahasa ibu. Standar bahasa Mandarin menggangap logat yang digunakan para tetinggi di sebelah utara China selama ratusan tahun sebagai dasar pembentukannya. Lafal standarnya adalah lafal Beijing.

2.2.7 Pelafalan Nada

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa. Berbicara tentang pelafalan nada tentu saja tidak luput dari ilmu fonologi. Ilmu fonologi merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang berhubungan pelafalan dan nada dalam berbicara.

Menurut Roger Lass (1984:65) Fonologi adalah suatu sub-disiplin ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang ”bunyi bahasa”. Lebih spesifik

(10)

lagi fonologi murni membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur linguitik; berbeda dengan fonetik yang berupa kajian yang agak lebih netral terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik dan unsur unsur fisiologikal, anatomikal, neurogikal, dan psikologikal nabusia yang membuat bunyi bunyi itu. Fonologi adalah ”Linguistik” alam pengertian bahwa sintaksis, morfologi dan sampai tingkat tertentu, semantik juga linguistik; sedangkan fonetik berangsur angsur berubah dalam berbagai hal menuju neurologi, psikologi, akustik dan sebagainya.

Sedangkan menurut Chaer (1994:102) Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studi fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Fonetik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.

Fonemik lebih tepat untuk mengkaji pelafalan nada dalam bahasa mandarin karena nada di dalam bahasa Mandarin berfungsi sebagai pembeda makna antara satu kata dengan kata yang lain.

Membahas tentang pelafalan nada tentunya tidak lepas dari pembahasan pelafalan pinyin dalam bahasa Mandarin. Pinyin merupakan aksara Mandarin yang ditulis kedalam huruf alfabet. Pinyin sangat membantu pembelajar asing dalam mempelajari bahasa Mandarin. Bentuk penulisan pinyin paling sedikit terdiri dari satu suku kata, dan dalam Bahasa Mandarin, biasanya terdiri dari

(11)

inisial atau huruf konsonan(声母 Shēngmŭ), final atau vokal (韵母 yùnmŭ), dan juga Nada (声调 Shēngdiào). Nada dalam bahasa Mandarin diletakkan di atas huruf vokal.

Huruf konsonan terdiri dari 21 huruf, sebagai berikut :

Tabel 2.1 Huruf Konsonan Huruf vokal terdiri dari 40, yaitu

Tabel 2.2 Huruf vokal

Dalam bahasa Mandarin pelafalan nada terbagi atas 4 yaitu nada pertama, nada kedua, nada ketiga dan nada keempat. Keempat nada dalam satu kata memiliki makna yang berbeda. Keempat nada dapat dijelaskan sebagai berikut : Huruf konsonan b p m f d t n l Lafal indonesia po pho mo fo de the ne le

Huruf konsonan g k h j q x

Lafal indonesia ke khe he ci chi xi

Huruf konsonan z c s zh ch sh r

Lafal indonesia ce cheu se ceur cheur sheur re

Huruf vokal a o e u ü e er i -i -i

Lafal indonesia A o e wu yiu ê er Yi sì shì

Huruf vokal ai ei ao ou ia ie ua uo üe

Lafal indonesia Ai ei ao ou ya ye wa wo yue

Huruf vokal io iao iou uai uei Lafal indonesia yo yao you wai wei

Huruf vokal an ian uan üan en in uen ün Lafal indonesia an yan yuan yiuan en Yin yen Yuin Huruf vokal ang iang uang eng i(e)ng ueng ong iong Lafal indonesia ang yang wang weng ying weng ong yiong

(12)

1. Nada pertama disebut juga nada datar dengan lambang “ - ” di atas huruf

pinyin atau huruf bacanya. Dibaca dengan nada datar dan panjang.

2. Nada kedua disebut juga nada naik dengan lambang “ / ” di atas huruf pinyin atau huruf bacanya. Dibaca dengan nada naik dan agak tinggi dibandingkan nada datar.

3. Nada ketiga disebut juga nada melengkung dengan lambang “ v ” di atas huruf pinyin atau huruf bacanya. Dibaca dengan nada naik kemudian menurun atau mendayu.

4. Nada keempat disebut juga nada menurun dengan lambang “ \ ” di atas huruf pinyin atau huruf bacanya. Dibaca dengan nada menurun dan tegas. Dalam bahasa Mandarin ada juga nada ringan, nada ringan ini dibacakan secara ringan dan pendek. Penulisan tanda nada ringan tidak diberikan tanda apapun pada pinyin atau huruf bacanya.

Berikut adalah contoh perbedaan makna dari keempat nada dalam satu kata 1. 衣 dibaca yī (nada datar), memiliki makna busana atau pakaian. 2. 姨dibaca yí (nada naik), memiliki makna bibi.

3. 椅dibaca yǐ (nada melengkung), memiliki makna kursi. 4. 易dibaca yì (nada menurun), memiliki makna mudah.

Kesalahan pelafalan nada tesebut dapat menyebabkan kesalahan penyampain makna serta maksud yang ingin disampaikan si pembicara kepada pendengar.

2.3 Landasan Teori

Dalam penelitian ini, landasan teori yang digunakan adalah teori analisis kesalahan berbahasa.

(13)

Crystal (dalam Pateda,1989:32) mengatakan bahwa analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa yang sedang belajar bahasa kedua atau bahasa asing dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik.

Ada beberapa bentuk kajian terhadap analisis kesalahan berbahasa dari kategori linguistik (Tarigan,1988:196) yaitu:

a. Fonologi, yang mencakup ucapan bagi bahasa lisan dan ejaan bagi bahasa tulis.

b. Morfologi, yang mencakup prefiks, infiks, sufiks, konfiks, simulfiks, perulangankkata

c. Sintaksis, yang mencakup frasa, klausa, kalimat. d. Leksikon atau pilihan kata.

Dalam tulisan ini, penulis akan menganalisis kesalahan pada level fonologi.

Menurut Corder (1981:88) membagi kesalahan berbahasa menjadi dua jenis kesalahan yakni mistake and error. Berikut penjelasan tentang kedua jenis kesalahan:

1. Mistake, yaitu penyimpangan yang disebabakan oleh faktor-faktor

performance seperti keterbatasan ingatan, mengeja dalam lafal, tekanan emosional dan sebagainya. Kesalahan seperti ini mudah diperbaiki jika pembelajar bahasa diingatkan mengenai kesalahan yang dilakukan.

2. Error, yaitu penyimpangan yang sistematis dan konsisten dan menjadi

(14)

Penulis juga menggunakan teori Praat yang di mana penulis akan mengukur kesalahan pelafalan nada. Praat yang dalam Bahasa Belanda berarti ‘suara’ merupakan sebuah freeware yang diciptakan oleh Paul Boersma & David Weenink dari Phonetic Sciences Department University of Amsterdam (www.praat.org). Dengan slogannya ‘doing phonetics with computer’, Praat merupakan perangkat lunak untuk melakukan analisis dan rekonstruksi suara secara fleksibel. Praat dapat digunakan untuk melakukan banyak hal, mulai dari analisis spektrogram hingga rekonstruksi (add, cut, dll) suara itu sendiri. Perangkat lunak (software) Praat dapat digunakan dalam analisis akustik yang terdiri atas dua kegiatan, yaitu segmentasi ujaran dan sintesis ujaran. Tahap segmentasi ujaran meliputi edit data bunyi (edit sound) dan segmentasi. Tahap sintesis ujaran meliputi pembuatan salin-serupa (close-copy), perancangan hipotesis, modifikasi, dan perekaman bunyi hasil sintesis. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam penelitian akustik adalah penamaan data.

Penulis mengaplikasikan Praat pada tahap segmentasi ujaran yang meliputi edit data bunyi dan segmentasi.

Analisis kesalahan berdasarkan Crystal dalam Pateda dapat diaplikasikan untuk penelitian tentang kesalahan pelafalan nada, yakni mengidentifikasi jenis kesalahan yang dilakukan , mengklasifikasikan jenis kesalahan dan menginterpretasikan hasil analisis tersebut. Dari ketiga tahapan yang dilakukan inilah penulis menyimpulkan jenis kesalahan dan faktor kesalahan dalam pelafalan nada pada kata bahasa Mandarin.

Gambar

Tabel 2.1 Huruf Konsonan  Huruf vokal terdiri dari 40, yaitu

Referensi

Dokumen terkait

Seperti pada tahun 1994, Jayalath dan kawan-kawan melakukan penelitian untuk mengolah air permukaan di kota anuradhapura, Srilangka, dengan menggunakan Roughing Filter aliran

(6) Kompensasi dalam bentuk pengiriman tenaga kesehatan dan penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dan huruf c dapat bekerja sama

Notaris dalam melaksanakan tugas jabatannya sangat dipengaruhi oleh keberadaan klien atau masyarakat yang menggunakan jasanya. Pengaruh tersebut dalam artian bahwa

1 Meskipun pemilu tahun 2004 selanjutnya telah memberikan peluang untuk meningkatkan partisipasi maupun representasi perempuan dalam aktifitas politik, hal ini setidaknya

Pyramid disimpan sebagai suatu file baru berekstensi .rrd (Reduced Resolution Dataset).. Karena sistem koordinat peta yang akan kita registrasi koordinatnya adalah

Kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif antara lain: aktivitas guru berupa kemampuan interpersonal untuk menunjukkan empati dan penghargaan kepada peserta didik,

Sebagai tenaga kesehatan yang terdepan, maka perawat harus bisa menerapkan fungsi dan perannya sebagai pemberi pelayanan keperawatan, manajer, pendidik, change agent ,

Next, untuk menampilkannya di browser, kita akan membuat view baru yang disimpan di resources\views\, silahkan buat folder baru dengan nama blog dalam folder