1
Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan ( Studi Kasus di Pemerintahan Kota Tasikmalaya )
Krisna Dwipayana Hamara 103403192
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pengaruh dana perimbangan secara parsial terhadap kinerja keuangan di Pemerintah Kota Tasikmalaya, (2) Pengaruh pendapatan asli daerah secara parsial terhadap kinerja keuangan di Pemerintah Kota Tasikmalaya, (3) Pengaruh dana perimbangan dan pendapatan asli daerah secara simultan terhadap kinerja keuangan di Pemerintah Kota Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan mengunakan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dalam hal ini Dinas Pendapatan di Kota Tasikmalaya dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari peneltian kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Dana Perimbangan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan di Pemerintah Kota Tasikmalaya (2) Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan daerah di Pemerintah Kota Tasikmalaya (3) Dana Perimbangan dan pendapatan asli daerah secara simultan pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan di pemerintah Kota Tasikmalaya.
Kata kunci: Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah, Kinerja Keuangan
PENDAHULUAN
Dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah memberikan kesempatan untuk menyelenggarakan otonomi daerah dengan mengeluarkan UU No.12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang memberikan hak dan kewajiban kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kota Tasikmalaya merupakan salah satu kota yang telah menerapkan otonomi daerah dengan landasan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 dan prinsip-prinsip pemberian Otonomi Daerah dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yaitu Penyelengaraan Otonomi
Daerah yang kemudian digantikan oleh Undang-Undang Otonomi Daerah No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah telah ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Pasal 4 No.105 Tahun 2000 yang menegaskan bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan atas keadilan dan kepatuhan. Apabila pengelolaan keuangan daerah dilakukan dengan baik sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, maka tentunya akan meningkatkan kinerja pemerintah daerah itu sendiri.
Namun pada kenyataannya, berdasarkan hasil laporan keuangan Kota Tasikmalaya bahwa kinerja pengelolaan keuangan daerah Kota
2 Tasikmalaya masih kurang baik, sebagaimana yang dirilis oleh Menteri Dalam Negeri, mencerminkan lemahnya aparatur pemerintahan Kota Tasikmalaya dalam mekanisme pengelolaan keuangan daerah. Cerminan lemahnya keuangan daerah juga menjadi indikator besarnya potensi terjadinya korupsi dalam proses pengelolaannya.
Tidak hanya pengelolaan keuangan yang kurang baik, hingga saat ini Pemerintah Kota Tasikmalaya belum pernah mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI dalam aspek pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah, tentunya hal ini mencerminkan bahwa sistem manajamen pengelolaan keuangan Kota Tasikmalaya masih kurang baik.
Berdasarkan temuan bukti-bukti tersebut, jelas terlihat bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah masih kurang baik. Salah satu instrumen untuk menilai kinerja Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan daerah adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan disahkan.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tulang punggung pembiayaan daerah. Karena itu, kemampuan suatu daerah menggali PAD akan mempengaruhi perkembangan dan pembangunan daerah tersebut. Di samping itu semakin besar kontribusi PAD terhadap APBD, maka akan semakin kecil pula ketergantungan terhadap bantuan pemerintah pusat. Sumber keuangan yang berasal dari PAD lebih penting dibanding dengan sumber yang berasal dari luar PAD. Hal ini karena PAD dapat dipergunakan sesuai dengan kehendak dan inisiatif pemerintah daerah demi kelancaran penyelenggaraan urusan daerahnya.
Selain PAD, Dana Perimbangan juga merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang memiliki kontribusi besar terhadap sturktur APBD. Dalam UU No.33 Tahun 2004 disebutkan Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi, dengan memper-timbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
PAD dan Dana Perimbangan memiliki peranan yang besar sebagai sumber pembiayaan pembangunan dan pada akhirnya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Penurunan kegiatan ekonomi diberbagai daerah juga menyebabkan penurunan PAD daerah sehingga menghambat pelaksanaan kegiatan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat oleh pemerintah daerah secara otonom. Begitu juga sebaliknya peningkatan kegiatan ekonomi diberbagai daerah akan meningkatkan PAD daerah sehingga pelaksanaan kegiatan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat oleh pemerintah tidak terhambat.
Tinjauan Pustaka
Pemerintah daerah pada saat ini sudah banyak yang berfikir dan bertindak untuk menyisihkan dananya tidak hanya untuk operasional semata tetapi juga untuk mulai menginvestasikan sejumlah dana guna kepentingan yang lebih jauh ke depannya.
Berdasarkan Perda Kota Tasikmalaya Nomor 17 tahun 2008 tentang investasi adalah Setiap usaha dalam menyertakan modal daerah pada suatu usaha bersama dengan pihak lain untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, deviden, royalty, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya dalam rangka pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004, dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan
3 mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dan antar pemerintah daerah pengembangan ekonomi lokal.
Abdul Halim (2002 : 64) mengatakan pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 tahun 2005 Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan sistem keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang- undangan selama satu periode anggaran.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Pemerintah Kota Tasikmalaya, Dinas Pendapatan Asli Daerah Kota Tasikmalaya dengan objek penelitiannya adalah Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan.
Visi dan Misi Kota Tasikmalaya
Visi Kota Tasikmalaya adalah dengan berlandaskan Iman dan Taqwa, Kota Tasikmalaya menjadi pusat perdagangan dan industri termaju di Priangan Timur tahun 2012.
Misi Kota Tasikmalaya adalah tugas yang diemban Pemerintah Kota Tasikmalaya meliputi :
1) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang beriman dan bertaqwa.
2) Meningkatkan kesadaran hukum dan menegakkan supremasi hukum. 3) Menumbuhkan kekuatan ekonomi
kota.
4) Mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kota.
5) Mengelola Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup secara berkelanjutan.
6) Mengoptimalkan dan membangun sarana dan prasarana kota.
Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Rencana Strategis Kota Tasikmalaya Tahun 2002-2007.
Teknik Analisis Data
1) Analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Linear Berganda analisis deskriptif yaitu menganalisis masalah dengan cara mendeskripsikannya melalui tabel, dengan menggunakan software SPSS dan analisis kuantitatif.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang digunakan adalah:
1) Secara Parsial
H01 : ρ = 0 Dana Perimbangan secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Keuangan.
Ha1 : ρ ≠ 0 Dana Perimbangan secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Keuangan.
H02 : ρ = 0 Pendapatan Asli Daerah secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Keuangan.
Ha2 : ρ ≠ 0 Pendapatan Asli Daerah secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Keuangan.
2) Secara Simultan
H03 : ρ = 0 Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah secara simultan tidak mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Keuangan.
Ha3 : ρ ≠ 0 Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah secara simultan mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Keuangan.
1. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 95% ( = 0,05) yang merupakan tingkat
4 signifikansi. Dimana metode pengujian yang digunakan adalah pengujian dua arah. 2. Uji signifikansi
a. Secara simultan menggunakan uji F b. Secara parsial menggunakan uji t 3. Kaidah keputusan
Kaidah yang digunakan adalah:
a. Penetapan tingkat signifikansi Terima H0 jika F hitung ≤ F tabel dan tolak H0 jika F hitung > F tabel b. Terima H0 jika –t 1 /2α ≤ tst ≤ t 1 /2α dan tolak H0 jika tst < - t 1 /2α atau tst > t 1 /2 4. Penarikan kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian seperti tahapan di atas maka akan dilakukan analisis secara kuantitatif. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan apakah hipotesis yang ditetapkan dapat diterima atau ditolak.
Hasil dan Pembahasan Tabel 1
Investasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah
Tahun Dana Perimbangan PAD Kinerja Keuangan 2006 416.473.868.657 52.424.364.986,09 110,463415% 2007 437.215.022.307 63.674.850.261,75 113,534988% 2008 487.061.977.383 63.849.140.718,00 108,801514% 2009 536.381.538.872 78.470.802.125,00 133,717416% 2010 516.698.597.052 103.256.955.070,00 108,221431% 2011 574.424.542.326 105.315.555.171,17 100,398298% 2012 683.658.331.251 148.483.453.226,63 107,710807% 2013 753.409.645.245 172.544.946.144,44 101,436696%
Untuk melihat perkembangan dana perimbangan, pendapatan asli daerah dan kinerja keuangan dari tahun 2006 sampai dengan 2013 dapat dijelaskan dengan menggunakan tabel 1 sehingga dapat dilihat tingkat kenaikan dan penurunan investasi, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan asli daerah.
1. Dana Perimbangan di Pemerintah Kota Tasikmalaya cukup besar. Pemberian Dana Perimbangan yang terjadi peningkatan
cukup tajam pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp 1.092.337.889 dari tahun sebelumnya pada tahun 2012. Namun pada tahun 2010 pemberian dana perimbangan mengalami penurunan, ini dikarenakan dana PAD yang ada meningkat, dan PAD bisa memberikan kontribusi yang besar untuk membiayai program pemerintah. Ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005, bahwa semakin besar PAD maka Dana Perimbangan yang akan diberikan relatif kecil, dan sebaliknya apabila Pendapatan Asli Daerah (PAD) kecil
5 maka Dana Perimbangan yang akan diberikan relatif besar.
2. PAD pada Pemerintahan Kota Tasikmalaya dari tahun 2006 sampai dengan 2013 senantiasa mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan yang cukup tajam yaitu sebesar Rp 192.953.847.000,00 bila dibandingkan tahun 2009.
3. besaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintahan Kota Tasikmalaya dari tahun 2006 sampai dengan 2013 senantiasa mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan penerimaan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) yang cukup tajam yaitu sebesar Rp 192.953.847.000,00 bila dibandingkan tahun 2009. Pada pegukuran kinerja keuangan pada Pemerintah Kota Tasikmalaya dengan menggunakan analisis rasio upaya fiskal yang sudah dijelaskan sebelumnya, kinerja keuangan Pemerintah Kota Tasikmalaya senantiasa mengalami fluktuasi peningkatan penurunan persentase pengukuran kinerja keuangan. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 24,916 % apabila dibandingkan dengan tahun 2008.
Regression
Descriptive Statistics Mean
Std.
Deviation N Kinerja Keuangan 1.1000E2 10.25392 8 Dana Perimbangan 26.5000 .53452 8 Pendapatan Asli Daerah 24.6250 .51755 8 Correlations Kinerja Keuangan Dana Perimbangan Pendapatan Asli Daerah Pearson Correlation Kinerja Keuangan 1.000 -.026 .592 Dana Perimbangan -.026 1.000 .775 Pendapatan Asli Daerah .592 .775 1.000
Sig. (1-tailed) Kinerja Keuangan . .476 .061
Dana Perimbangan .476 . .012 Pendapatan Asli Daerah .061 .012 . N Kinerja Keuangan 8 8 8 Dana Perimbangan 8 8 8 Pendapatan Asli Daerah 8 8 8
6 Variables Entered/Removedb Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangana . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan
Model Summary Mod el R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .969a .938 .914 3.01386 .938 38.014 2 5 .001 a. Predictors: (Constant), Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan
ANOVAb Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 690.583 2 345.292 38.014 .001a
Residual 45.417 5 9.083
Total 736.000 7
a. Predictors: (Constant), Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standard ized Coefficie nts t Sig. Correlations Collinearity Statistics B Std. Error Beta Zero-order Partia l Part Tolera nce VIF 1 (Constant) -20.833 58.854 -.354 .738
7 Dana Perimbangan -23.250 3.370 -1.212 -6.900 .001 -.026 -.951 -.767 .400 2.500 Pendapatan Asli Daerah 30.333 3.480 1.531 8.716 .000 .592 .969 .968 .400 2.500 a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan Collinearity Diagnosticsa Model Dimen sion Eigenvalue Condition Index Variance Proportions (Constant) Dana Perimbangan Pendapatan Asli Daerah 1 1 3.000 1.000 .00 .00 .00 2 .000 116.759 .99 .08 .14 3 8.332E-5 189.737 .01 .92 .86
a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui dan dapat dihitung dengan menggunakkan SPSS
versi.18 untuk mencari pengaruh Dana Perimbangan terhadap Kinerja Keuangan. Setelah hasil penelitian diperoleh, kemudian dianalisis untuk mengukur tingkat pengaruhnya .
Hasil dari pengolahan data dan analisis yang dapat dilihat pada lampiran menunjukan bahwa bahwa nilai koefisien kolerasi sebesar -0,951 yang berarti bahwa dana perimbangan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kota Tasikmalaya. Sedangkan nilai koefisien determinasi adalah sebesar -0,904 (-0,9512) menunjukan bahwa besarnya pengaruh dana perimbangan terhadap kinerja keuangan adalah sebesar -90,4%. Artinya -90,4% variabilitas variabel dana perimbangan dipengaruhi secara parsial oleh kinerja keuangan.
Sedangkan untuk menguji signifikasi dana perimbangan terhadap kinerja keuangan, maka dapat digunakan uji t dimana berdasarkan program SPSS yang terdapat dalam tabel
coefficients, diperoleh nilai thitung sebesar -6,900 kemudian thitung ini dibandingkan dengan ttabel pada degree of freedom (df) n-2 = 6 dan = 0,05 diperoleh nilai ttabel sebesar 2,447. Ternyata thitung lebih kecil dari ttabel (-6,900 < 2,447) atau dengan
melihat tingkat signifikan pada kolom sig. diperoleh 0,001 nilai tersebut kurang dari nilai (0,05). Dikarenakan thitung > ttabel dan tingkat signifiaknsi lebih kecil dari 0,05 maka kaidah keputusannya adalah hipotesis nol (Ho) ditolak atau Ha (hipotesis alternatif) diterima. Artinya dana perimbangan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
Sedangkan untuk menguji pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan, nilai secara parsial untuk variabel X2 (Pendapatan Asli Daerah) terhadap Y (Kinerja Keuangan) adalah sebesar 0,969. Ini berarti antara pendapatan asli daerah dengan kinerja keuangan mempunyai hubungan sebesar 96,9% dengan kategori kuat (Sugiyono, 2004:216). Sedangkan nilai koefisien determinasi adalah 0,939 (0.9692), menunjukan bahwa besarnya pengaruh pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan adalah sebesar 93,9%. Artinya variabilitas variabel pendapatan asli daerah dipengaruhi secara parsial oleh kinerja keuangan.
Untuk pengujian secara parsial antara Pendapatan Asli Daerah (X2) terhadap kinerja keuangan (Y) dapat dilihat dari perhitungan SPSS untuk analisis jalur. Dengan kriteria penolakan Ho, jika thitung > ttabel, diperoleh thitung
8 sebesar 8,716 dengan mengambil taraf signifikansi sebesar 5 % maka nilai ttabel 2,447. Sehingga thitung > ttabel, maka tolak Ho atau dengan kata lain bahwa Pendapatan Asli Daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan.
Untuk melihat pengaruh dana perimbangan dan pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan dapat dilihat dari indikator-indikator yang mempengaruhinya. Hasil peritungan regresi ganda diperoleh hasil sebagai berikut:
Y = -20,833 - 23,250 (X1) + 30,333 (X2)
Dari hasil diatas maka dapat dijelaskan konstanta sebesar -20,833 bahwa dana perimbangan dan pendapatan asli daerah sama dengan nol atau dianggap konstan maka kinerja keuangan oemerintah sebesar -20,833. Koefisien regresi (β1) sebesar -23,250 menunjukan bahwa setiap penerimaan dana perimbangan sebesar 1% maka akan diikuti oleh penurunan kinerja sebesar 23,250%. Dan koefisien regresi (β2) sebesar 30,333 menunjukan bahwa setiap penerimaan pendapatan asli daerah sebesar 1% maka akan diikuti oleh kenaikan kinerja keuangan pemerintah sebesar 30,333%.
Dari hasil perhitungan SPSS, diperoleh data mengenai R (Koefisien Kolerasi) dan R
Square/ R2 (Koefisien Determinasi). Nilai R menunjukan besarnya hubungan atau kolerasi antara dana perimbangan dan pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan sebesar 0,969. Ini berarti antara dana perimbangan dan pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan sebesar 96,9% dengan kategori kuat (Sugiyono, 2004:216). Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2) menunjukan besarnya pengaruh antara dana perimbangan dan pendapatan asli daerah terhadap kinerja keuangan, yaitu sebesar 0,939 atau 93,9%. Artinya 93,9% variabilitas variabel kinerja keuangan dipengaruhi secara simultan oleh variabel bebas yang dalam hal ini dana perimbangan dan pendapatan asli daerah. Pengaruh variabel lainnya (faktor residu) terhadap kinerja keuangan selain dana perimbangan dan pendapatan asli daerah adalah sebesar 6,1%.
Berdasarkan hasil penelitian, kecilnya faktor lain (faktor residu) yang mempengaruhi kinerja keuangan pada Pemerintahan Kota
Tasikmalaya dapat diartikan bahwa dana perimbangan dan pendapatan asli daerah merupakan faktor yang mempengaruhi peningkatan atau penurunan kinerja keuangan pada Pemerintahan Kota Tasikmalaya.
Untuk menguji hipotesis, maka dilakukan pengolahan atas data hasil penelitian. Dengan kriteria penolakan Ho, jika Fhitung > Ftabel, di peroleh nilai Fhitung sebesar 38,014. Dengan mengambil taraf signifikan sebesar 5 %, maka dari tabel distribusi F- Snedecor diperoleh F ;k ; (n-k-1) = 8 -2-1 adalah sebesar 5,41 atau cukup melihat sig F yaitu 38,018 yang artinya dengan lebih kecil dari 5 %, Artinya dana perimbangan dan pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Pemerintah Kota Tasikmalaya mengenai pokok Pembahasan “Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan”. maka diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dana Perimbangan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan di Pemerintah Kota Tasikmalaya hal ini disebabkan Dana perimbangan yang meliputi dana bagi hasil pajak dan bukan pajak serta DAU, dan DAK merupakan dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah Kota Tasikmalaya dengan tujuan untuk membiayai kelebihan belanja daerah. Apabila realisasi belanja daerah tinggi daripada pendapatan daerah maka akan terjadi defisit. Oleh karena itu untuk menutup kekurangan belanja daerah maka pemerintah pusat mentransfer dana dalam bentuk dana perimbangan kepada pemerintah Kota Tasikmalaya. Semakin besar transfer dana perimbangan yang diterima dari pemerintah pusat akan memperlihatkan semakin kuat pemerintah Kota Tasikmalaya pusat untuk memenuhi kebutuhan daerahnya. Sehingga akan membuat kinerja keuangan pemerintah Kota Tasikmalaya menurun.
9 2. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan daerah di Pemerintah Kota Tasikmalaya. Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Tasikmalaya mempunyai nilai positif yang dapat meningkatkan Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Tasikmalaya, artinya keseluruhan komponen Pendapatan Asli Daerah mempengaruhi Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Tasikmalaya sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi daerah yang sangat dituntut bahwa pembelanjaan setiap daerah dapat membiayai sendiri melalui penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Sejak diberlakukannya otonomi daerah, Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Tasikmalaya sangat gigih menggali kekayaan penerimaan asli daerah melalui intesifikasi dan eksentifikasi.
3. Dana Perimbangan dan pendapatan asli daerah secara simultan pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan di pemerintah Kota Tasikmalaya, dengan demikian semakin besarnya dana perimbangan dan pendapatan asli daerah mampu memberikan peningkatan yang cukup besar terhadap kinerja keuangan. Perkembangan realisasi dana perimbangan dan pendapatan asli daerah yang terus mengalami peningkatan karena sebagian besar realisasi penerimaan pajak daerah mencapai target yang telah ditetapkan dan sistem pengelolaan komponen PAD sudah berjalan secara optimal akan mampu meningkatkan kinerja keuangan daerah Pemerintah Kota Tasikmalaya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan
yang
telah
dilakukan
berdasarkan data-data yang diperoleh dari
Dinas
Pendapatan
Daerah
Kota
Tasikmalaya, BKPD Kota Tasikmalaya
mengenai Pengaruh Dana Perimbangan dan
Pendapatan Asli Daerah Tehadap Kinerja
Keuangan daerah tahun 2006-2013, maka
dapat dibuat simpulan sebagai berikut :
4.
Dana Perimbangan di Kota Tasikmalaya
terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH),
Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana
Alokasi
Khusus
(DAK).
Dana
Perimbangan di Kota Tasikmalayaa
setiap
tahun
meningkat,
hal
ini
dikarenakan
Pemerintah
Kota
Tasikmalaya memerlukan banyak dana
untuk
menjalankan
program
pemerintahan.
Di
samping
itu,
pendapatan
asli
daerah
Kota
Tasikmalaya belum bisa memenuhi
pembiayaan terhadap belanja daerah.
Sehingga Dana Perimbangan menjadi
dana utama dalam membiayai belanja
daerah. Pendapatan Asli Daerah di Kota
Tasikmalaya terdiri dari pajak daerah,
retribusi daerah, laba usaha daerah, dan
lain-lain PAD yang sah, PAD di Kota
Tasikmalaya
setiap
tahun
terjadi
peningkatan. Hal ini terjadi dikarenakan
oleh
beberapa
faktor,
diantaranya
Pemerintah yang terus menggali potensi
pajak daerah dan retribusi daerah
(Intensifikasi) dan juga ekstensifikasi.
Yang menyebabkan adanya peningkatan
yang terjadi pada PAD di Kota
Tasikmalaya. Pada pengukuran kinerja
keuangan
pada
Pemerintah
Kota
Tasikmalaya dengan menggunakan salah
satu alat ukur dengan melakukan analisis
rasio keuangan terhadap APBD yang
telah ditetapkan dan dilaksanakan, yaitu
dengan menggunakan rasio efektivitas
dengan mengetahui Total Pendapatan
Asli Daerah dibandingkan total anggaran
Pendapatan
Asli
Daerah,
kinerja
keuangan Pemerintah Kota Tasikmalaya
senantiasa
mengalami
fluktuasi
peningkatan dan penurunan persentase
kinerja keuangan dikarenakan selisih
perbandingan
antara
anggaran
pendapatan asli daerah dan realisasi
10
Tasikmalaya setiap tahunnya mengalami
kenaikan dan penurunan.
5.
Dana
Perimbangan
berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan di
Pemerintah Kota Tasikmalaya hal ini
disebabkan Dana perimbangan yang
meliputi dana bagi hasil pajak dan bukan
pajak serta DAU, dan DAK merupakan
dana transfer dari pemerintah pusat
kepada pemerintah Kota Tasikmalaya
dengan
tujuan
untuk
membiayai
kelebihan
belanja
daerah.
Apabila
realisasi belanja daerah tinggi daripada
pendapatan daerah maka akan terjadi
defisit. Oleh karena itu untuk menutup
kekurangan
belanja
daerah
maka
pemerintah pusat mentransfer dana
dalam bentuk dana perimbangan kepada
pemerintah Kota Tasikmalaya. Semakin
besar transfer dana perimbangan yang
diterima dari pemerintah pusat akan
memperlihatkan
semakin
kuat
pemerintah Kota Tasikmalaya pusat
untuk memenuhi kebutuhan daerahnya.
Sehingga
akan
membuat
kinerja
keuangan pemerintah Kota Tasikmalaya
menurun.
6.
Pendapatan Asli Daerah berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan
daerah di Pemerintah Kota Tasikmalaya.
Pendapatan Asli Daerah Pemerintah
Kota Tasikmalaya mempunyai nilai
positif yang dapat meningkatkan Kinerja
Keuangan
Pemerintah
Kota
Tasikmalaya,
artinya
keseluruhan
komponen Pendapatan Asli Daerah
mempengaruhi
Kinerja
Keuangan
Pemerintah Kota Tasikmalaya sesuai
dengan prinsip-prinsip otonomi daerah
yang
sangat
dituntut
bahwa
pembelanjaan
setiap
daerah
dapat
membiayai sendiri melalui penerimaan
Pendapatan
Asli
Daerah.
Sejak
diberlakukannya
otonomi
daerah,
Pendapatan Asli Daerah Pemerintah
Kota Tasikmalaya sangat gigih menggali
kekayaan penerimaan asli daerah melalui
intesifikasi dan eksentifikasi.
7.
Dana Perimbangan dan pendapatan asli
daerah
secara
simultan
pengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan di
pemerintah Kota Tasikmalaya, dengan
demikian
semakin
besarnya
dana
perimbangan dan pendapatan asli daerah
mampu memberikan peningkatan yang
cukup besar terhadap kinerja keuangan.
Perkembangan
realisasi
dana
perimbangan dan pendapatan asli daerah
yang terus mengalami peningkatan
karena
sebagian
besar
realisasi
penerimaan pajak daerah mencapai
target yang telah ditetapkan dan sistem
pengelolaan komponen PAD sudah
berjalan secara optimal akan mampu
meningkatkan kinerja keuangan daerah
Pemerintah Kota Tasikmalaya.
Saran
Berdasarkan simpulan yang telah
diuraikan diatas, maka penulis mencoba
memberikan saran-saran yang diharapkan
dapat bermanfaat bagi kemajuan Pemerintah
Kota Tasikmalaya di masa yang akan
datang,
dalam
upaya
meningkatkan
pelayanan publik. Adapun saran antara lain :
1.
Saran
Bagi
Pemerintah
Kota
Tasikmalaya
Dari penerimaan pajak yang dilakukan
oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota
Tasikmalaya secara rata-rata telah efektif
dan efisien namun pemerintah harus
mampu terus meningkatkan penerimaan
pajak. Meningkatkan segi sarana dan
prasarana pendukung bagi kegiatan
ekonomi yang menjadi objek pajak
sebagai bentuk balas jasa atas tidak
langsung yang diberikan atas pajak yang
dibayarkan.
Pemerintah
daerah
diharapkan lebih menggali lebih banyak
sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
11
baik
secara
intensifikasi
maupun
ekstensifikasi agar mampu meningkatkan
kualitas
pelayanan
publik.
Upaya
peningkatan potensi penerimaan pajak di
Kota Tasikmalaya antara lain dengan
penyempurnaan
data base
wajib pajak
dan retribusi daerah Kota Tasikmalaya,
memperluas basis penerimaan pajak
daerah dengan meningkatkan penggalian
potensi baru sumber-sumber pajak baru,
pengkajian
penyempurnaan
dan
penyesuaian tarif pajak atau retribusi
daerah, salah satunya pendapatan daerah
yang bersumber dari PBB dan BPHTB,
dengan strategi menilai kembali Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP) yang sudah
tidak sesuai dengan keadaan sekarang.
Sehubungan dengan penjelasan di atas
Pemerintah Kota Tasikmalaya harus
berupaya mengurangi ketergantungan
daerah terhadap Pemerintah Pusat agar
otonomi
murni
dapat
diperoleh
Pemerintah Kota Tasikmalaya.
2.
Bagi peneliti selanjutnya
Untuk
peneliti
lain
yang
ingin
melakukan
penelitian
dengan
menggunakan
variabel
yang
sama,
disarankan agar mengunakan variabel
yang berbeda dan jangan mengunakan
variabel dana perimbangan lebih baik
mengunakan
variabel
yang
lebih
berhubungan dengan pendapatan asli
daerah dan berpengaruh terhadap kinerja
keuangan
agar
mendapatkan
hasil
penelitian yang lebih baik. Agar hasil
penelitian selanjutnya dapat menjadi
salah
satu
bahan
referensi
untuk
penelitian lebih lanjut yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. 2002. Akuntansi Dan
Pengendalian Keuangan Daerah.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
_____________ 2002. Manajemen Keuangan
Daerah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Anzar, Muhammad Karya Satya. 2008. Analisa Kinerja Keuangan pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Sebelum dan Setelah
Otonomi Daerah. Tesis Pascasarjana
Universitas Sumatera
Azzumar, Mochamad Rizky. 2011. Pengaruh Dana Perimbangan, Investasi Swata, Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Desentralisasi Fiskal
Tahun 2005-2009. Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Dipenogoro. Semarang.
Bastian, I. 2001. Akuntansi Sektor Publik di
Indonesia. Yogyakarta: BPFE. 2006.
Akuntansi Sektor Publik. Jakarta:
Erlangga.
Fitriyanti, Ismi Rizky dan Pratolo, Suryo. 2009.
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan
Belanja Pembangunan Terhadap Rasio
Kemandirian dan Pertumbuhan
Ekonomi. Penelitian keuangan akuntansi
sektor publik II Badan Litbang Departemen dalam Negeri, Bidakara, 2-3 Juni 2009.
Florida, A., 2007. Analisis Pengaruh
Pendapatan Asli Darah (PAD)
Terhadap
Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi
Sumatera Utara. Tesis. Akuntansi,
Fakultas Ekonomi Sumatera Utara, Medan. ( http://repository.usu.ac.id/ handle/123456 789/4027, diakses tanggal 10 Maret 2014).
Handra, Hefrizal dan Maryati, Sri. 2009. Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Bukan Pajak Pemerintah Propinsi
Sumatra Barat. Konferensi Penelitian Keuangan Sektor Publik II Badan Litbang DepartemenDalam Negeri. Halim, A., 2007. Akuntansi Sektor Publik. Edisi
12 3. Penerbit Salemba Empat.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen
Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi.
Mohammad Nazir. 2005. Metode Penelitian.
Jakarta : Ghalia Indonesia
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi Ketiga
Jakarta. Salemba Empat.
_______. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga.
Cetakan Ketiga. Jakarta. Salemba
Empat.
Nasution. 2010. Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara.
Skripsi Universitas Syiah Kuala.
Pemerintah Kota Tasikmalaya Dinas Pendapatan. (2011). Profil Dinas Pendapatan
Kota Tasikmalaya. Tasikmalaya: Dinas
Pendapatan kota Tasikmalaya.
Peraturan Pemerintah No. 24. 2005. Standar
Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Pustaka
Yudistisia.
Rahim, S., 2008. Analisis Strategi Pengelolaan Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten Takalar.
Isjd.pdii.lipi.go.id/admin/ jurnal/3206701711.pdf
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang RI
No. 33 Tahun 2004 TentangPerimbangan
Keuangan antara pemerintah Pusat
dengan Pemerintah Daerah
Republik Indonesia. 2000. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam
Otonomi. Bandung: Ghali Indonesia.
Sugiyono. 2011 . Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: CV. Alfabeta.
________. 2003 . Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: CV. Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah. Departemen Dalam negeri Republik Indonesia,
Jakarta 2004.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004. Tentang Pendapatan
Asli Daerah. Departemen Dalam negeri Republik Indonesia, Jakarta 2004.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004. Tentang Dana
Perimbangan. Departemen Dalam
negeri Republik Indonesia, Jakarta 2004.