• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

I Ketut Trimawan

1

, Ign. I Wayan Suwatra

2

, I Gede Margunayasa

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: iketut_trimawan@yahoo.com

1

, suwatra

_

pgsd@yahoo.co.id

2

,

pakgun_pgsd@yahoo.com

3 Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran dengan implementasi model pembelajaran quantum teaching

pada mata pelajaran IPA siswa Kelas V SD Negeri 1 Cempaga, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, serta refleksi. Subjek penelitian adalah siswa Kelas V SD Negeri 1 Cempaga Tahun Pelajaran 2013/2014, sebanyak 30 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar IPS siswa. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif-kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penerapan model pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA Kelas V SD Negeri 1 Cempaga, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Pada siklus I presentase hasil belajar siswa adalah 66,67% berada pada katagori baik. Namun presentase siklus I ternyata kurang dari kriteria keberhasilan penelitian yaitu 85%, sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. Ternyata terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus II menjadi 86,67% berada pada katagori sangat baik. Jadi, simpulan dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran quantum teaching pada siswa Kelas V SD Negeri 1 Cempaga, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014.

Kata kunci: quantum teaching, pembelajaran IPA, hasil belajar IPA

Abstract

This present study aimed to improve the student learning outcomes after the implementation of quantum teaching in teaching science in five grade of SD N 1 Cempaga in Cluster I Banjar, Buleleng district the academic year 2013/2014. This study is a classroom action research was conducted in two cycles. The subjects were students of five grade of SD N 1 Cempaga in the academic Year 2013/2014, there are 30 students. The data collection in this study was conducted using of tests. Test used to collect Data were analyzed using descriptive-quantitative analysis method.The results showed that, The implementation of quantum teachinglearning can improve student learning outcomes in science teaching Five Grade SD Negeri 1 Cempaga Buleleng in the academic Year 2013/2014. Presentase student learning outcomes an increase in cycle I to 66.67% in the category of well, but the result less than 85%, so continue to cycle II. That was an improvement in cycle II to 86.67% at the very good category. The conclusion of this study there is an improvement student learning outcomes in learning science with the implementation of quantum teachinglearning to student five grade of SD N 1 Cempaga in Cluster I Banjar, Buleleng district the academic year 2013/2014

(2)

PENDAHULUAN

Mengenyam pendidikan adalah hak setiap warga negara Indonesia tanpa terkecuali. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (1) yang berbunyi, “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Pernyataan tersebut menunjukkan arti pentingnya pendidikan dalam kehidupan. Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan kehidupan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya (baik sebagai pribadi maupun warga masyarakat). Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi manusia yang berkompetensi dan mampu berkompetisi, manusia harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memanfaatkan potensi sumber daya alam. Agar dapat memanfaatkan sumber daya alam secara tepat guna, maka harus didukung dengan kemampuan dan keterampilan.

Sumber daya alam yang ada dapat dikaji secara mendalam melalui pembelajaran IPA di lingkungan pendidikan. Menurut Leo Sutrisno, dkk (2007) mengatakan bahwa IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct)

pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses yaitu usaha manusia memahami alam semesta, prosedur yaitu pengamatan yang tepat dan prosedurnya tepat, dan produk yaitu kesimpulannya betul.

Suatu proses pembelajaran IPA akan berhasil dengan baik jika hubungan harmonis antara pembelajar dengan pebelajar dapat tercipta. Pembelajaran IPA hendaknya bersifat I2M3 yakni pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi (Permen 41 tahun 2007). Hal tersebut akan terjadi apabila pembelajaran IPA sesuai dengan bakat, minat, dan lingkungan siswa serta menantang (tim

penyusun, 2010). Seorang ahli pembelajaran IPA John S. Richardson (dalam tim penyusun, 2010) dari Universitas Ohio menyarankan tujuh prinsip itu adalah : (1) prinsip keterlibatan siswa secara aktif, (2) prinsip belajar berkesinambungan, (3) prinsip motivasi, (4) prinsip multi saluran, (5) prinsip penemuan, (6) prinsip totalitas, dan (7) perbedaan individual.

Prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Akan tetapi, kenyataan yang ada di lapangan sangat berbeda. Hasil belajar siswa sangat rendah jika dilihat dari KKM yang telah ditentukan oleh sekolah, sebagai contoh di SD Negeri 1 Cempaga. Untuk melihat hasil belajar pada SD Negeri 1 Cempaga, dilakukan observasi pada tanggal 22 Juli 2013 dengan guru bidang studi IPA kelas V SD Negeri 1 Cempaga yaitu Bapak I Komang Budiartawan, S.Pd, ada beberapa masalah yang ditemui selama pembelajaran yaitu: (1) kurangnya keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat pada saat guru memberi pertanyaan, (2) masih banyak siswa yang bermain pada saat guru menjelaskan di depan kelas, (3) pembelajaran didominasi oleh guru sehingga siswa menjadi pasif, (4) dalam penyampaian materi, guru menggunakan metode ceramah sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa ada interaksi. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran yang digunakan oleh guru tersebut kurang inovatif sehingga hasil yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA menjadi rendah.

Dari hasil observasi dan pencatatan dokumen yang dilakukan narasumber, maka diketahui bahwa hasil belajar pada mata pelajaran IPA yang dicapai oleh siswa kelas V SD Negeri 1 Cempaga tergolong rendah, 71% siswa kelas V SD Negeri 1 Cempaga memperoleh nilai pelajaran IPA di bawah KKM dengan nilai rata-rata 55. Sedangkan KKM yang ditentukan adalah 62.

Dengan kondisi pembelajaran yang masih rendah seperti hasil observasi yang dilakukan, maka akan dicoba melakukan

(3)

penelitian dengan menerapkan model

quantum teaching dalam pembelajaran IPA untuk siswa kelas V. Model ini ini dipilih karena melalui model quantum teaching, siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.

Menurut Bobbi DePorter (2005) menyatakan, model quantum teaching

memiliki 6 tahap dalam pembelajaran yang dikenal dengan istilah TANDUR yaitu: (1) tumbuhkan, yaitu menumbuhkan minat siswa dalam kegiatan belajar, (2) alami, yaitu mendatangkan pengalaman umum

siswa dengan menginformasikan

pengetahuan mereka, (3) namai, yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan suatu konsep dengan

pengetahuan yang dimiliki, (4)

demontrasikan, yaitu siswa diberi

kesempatan untuk menyampaikan

pengetahuan mereka dalam proses pembelajaran, (5) ulangi, yaitu siswa diberi

kesempatan bertanya tentang

pembelajaran yang belum dimengerti, kemudian membuat sebuah kesimpulan, (6) rayakan, yaitu memberikan sebuah penghargaan atau motivasi kepada siswa terhadap hasil belajar yang mereka peroleh. Dari keenam tahapan ini, diharapkan

nantinya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

Begitu juga jika dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Komang Sadiani (2009) dengan menerapkan model

quantum teaching hasil belajar siswa menjadi meningkat, dimana pada siklus I rata-rata hasil belajarnya adalah 58 dan pada siklus II meningkat menjadi 68. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Nyoman Ayu Manik setelah menerapkan model quantum teaching, hasil belajar siswa menjadi meningkat dari rata-rata 59 pada siklus I meningkat menjadi 62 pada siklus II.

Hal ini menjadi salah satu motivasi untuk menerapkan model quantum teaching, sehingga hasil belajar yang diharapkan pada mata pelajaran IPA di SD Negeri 1 Cempaga menjadi lebih bagus.

Sehubungan dengan hal tersebut, dilakukan penelitian menerapkan model

quantum teaching untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Cempaga Tahun Pelajaran 2013/2014.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantive, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan Hopkins (dalam Rochiati Wiriaatmadja, 2009:11).

Penelitian dilakukan dengan mengikuti model Stephen Kemmis dan Robbin McTaggart dari Deakin University Australia (dalam Agung, 2005:5) menyebutkan model ini terdiri atas empat komponen yaitu: rencana, tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi seperti yang tampak pada Gambar 1 berikut.

n n

Gambar 1 Model Penelitian Tindakan Modifikasi (Agung, 2005) Refleksi Siklus I Siklus II Pelaksana an Tindakan Observasi Rencana Tindakan Refleksi Pelaksana an Tindakan Observasi Rencana Tindaka n

(4)

Penelitian ini dirancang dalam 2 siklus yang dilaksanakan selama 1 bulan yaitu bulan Oktober-November Tahun pelajaran 2013/2014 dengan mengambil tempat di SD Negeri 1 Cempaga Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Setiap siklus dalam penelitian yang dilakukan melibatkan kegiatan yaitu: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) observasi dan evaluasi dan, (d) refleksi. Pada kegiatan perencanaan akan dilakukan beberapa kegiatan, yaitu: 1) Menyusun RPP sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan, 2) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran, 3) Menyusun LKS, 4) Menyamakan

persepsi dengan guru kelas mengenai penerapan model quantum teaching pada mata pelajaran IPA.

Pada tahap pelaksanaan tindakan, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Cempaga pada mata pelajaran IPA. Pada tahap obsevasi ini, observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan yaitu: mencatat hal-hal yang muncul diluar perencanaan melalui pengamatan dan wawancara dengan guru dan siswa. Sedangkan evaluasi dilakukan setelah berakhirnya pelaksanaan tindakan berupa pemberian tes berbentuk uraian untuk mengukur hasil belajar siswa pada akhir siklus. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang telah dilaksanakan, maka peneliti bersama guru melakukan refleksi terhadap hasil yang dicapai. Dari hasil refleksi, maka peneliti bersama guru merumuskan tindakan baru untuk menyempurnakan dari tindakan yang telah dilaksanakan, untuk dicobakan kembali pada waktu pelaksanaan tindakan di siklus 2 dan seterusnya.

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V SD Negeri 1 Cempaga yang berjumlah 30 orang yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Objek dalam penelitian adalah hasil belajar penerapan model quantum teaching pada mata pelajaran IPA.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V. Tes diberikan pada setiap akhir pertemuan pada masing-masinig siklus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes hasil belajar yang terdiri dari beberapa butir soal yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Tes yang digunakan adalah tes uraian. Untuk penskoran hasil tes menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci jawaban dan pedoman penskoran setiap butir soal.

Data dari hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya hasil belajar IPA. Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Hasil yang diperoleh siswa berupa skor yang telah ditetapkan dalam tata cara penskoran dan akan dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima (Agung, 2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, yaitu dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan terakhir untuk pelaksanaan tes hasil belajar IPA. Pokok bahasan yang dibahas adalah proses pernapasan pada manusia. Pada awal siklus I, siswa telah dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil. Banyaknya subjek dalam penelitian ini adalah 30 orang sehingga diperoleh 5 kelompok yang terdiri dari 6 orang siswa. Kelompok dibagi berdasarkan nomor absen siswa sehingga kelompok I terdiri dari siswa dengan nomor absen 1 sampai dengan 6. Kelompok II terdiri dari siswa dengan nomor urut 7 sampai dengan 12, dan seterusnya. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 03 Oktober 2013. Pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran atau 70 menit yaitu dari jam 2 sampai jam ke-3. 1 jam pelajaran di sekolah ini

(5)

berlangsung selama 35 menit. Pertemuan ini dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran IPA. Hasil belajar siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran diobservasi langsung oleh wali kelas V sesuai petunjuk peneliti dan lembar observasi yang telah disediakan.

Pertemuan ke-II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 07 Oktober 2013. Alokasi waktu pertemun ke-II ini selama 2 jam pelajaran sesuai dengan jadwal pelajaran IPA SD Negeri 1 Cempaga yang berlangsung dari jam ke-4 sampai jam ke-5. Total waktu yang digunakan adalah 70 menit. Pokok bahasan yang diberikan adalah Fungsi organ pernapasan pada manusia. Hasil belajar siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran diobservasi langsung oleh wali kelas V sesuai petunjuk peneliti dan lembar observasi yang telah disediakan.

Pertemuan ke-III dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10 Oktober 2013. Pertemuan ini digunakan untuk melakukan tes hasil belajar siklus I. Pertemuan ini dilakukan selama 24 menit. Hasil belajar siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran diobservasi langsung oleh wali kelas V sesuai petunjuk peneliti dan lembar observasi yang telah disediakan.

Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes. Tes terdiri dari 6 soal dengan penskoran tertentu (soal dan rubrik penskoran terlampir). Materi tes hasil belajar mengandung indikator pada pertemuan pertama dan kedua. Tes diberikan dengan membagikan lembar soal kepada masing-masing siswa untuk mengefisienkan penggunaan waktu. Waktu pengerjaan soal sebanyak 24 menit dengan asumsi pengerjaan tiap butir soal selama 4 menit. Guru memberikan keleluasaan siswa dalam penggunaan metode menjawab. Dengan menggunakan tes tersebut, maka data hasil belajar yang diperoleh memperlihatkan bahwa hasil belajar siswa secara individu sebagai berikut: 20 orang siswa nilainya di atas kriteria minimal ketuntasan (KKM), dikatakan tuntas secara individu, dan 10 orang siswa nilainya di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), dikatakan tidak tuntas secara individu. Berdasarkan analisis data hasil belajar penelitian tindakan kelas

pada pembelajaran IPA, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas pada siklus I, skor rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus I adalah 75,67%. Tingkat hasil belajar IPA siswa dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima. Tingkat hasil belajar IPA siswa berdasarkan analisis tergolong dalam kategori sedang tingkat penguasaan materi secara klasikal atau ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada pembelajaran IPA mencapai 66,67%. Jika dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) sekala lima berada pada rentangan 55% - 69% tergolong dalam katagori sedang. Melihat analisis data pada siklus I, rata-rata ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 66,67% termasuk dalam kategori sedang.

Berdasarkan hasil tersebut, maka perlu dilanjutkan pada pada kegiatan berikutnya untuk memproleh hasil yang lebih optimal dan terjadi peningkatan pada penelitian tindakan kelas pada siklus II, karena ada 10 siswa (33,33%) yang nilainya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM 62). Namun pelaksanaan tindakan kelas tersebut sudah menunjukkan adanya peningkatan setelah menggunakan model pembelajaran quantum teaching pada pembelajaran IPA. Kendala-kendala yang ditemui selama proses pembelajaran dengan implementasi model pembelajaran quantum teaching pada pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut. 1) Sebagian besar siswa masih belum mampu mengembangkan pembelajaran quantum teaching dalam mata pelajaran IPA. 2) Pembagian kelompok berdasarkan nomor absen menyebabkan pendistribusian siswa berdasarkan kemampuan tidak merata di setiap kelompok.

Pada tes hasil belajar siklus pertama, terdapat siswa yang mampu mendapat nilai sempurna di setiap kelompok namun penyebarannya tidak merata. Siswa yang kurang mampu menerima pelajaran juga menyebar secara tidak merata. Hal ini dapat dilihat pada kelompok 1 yang beranggotakan siswa dengan kode 001-006. Terdapat 1 orang siswa yang tidak mampu mencapai nilai sama atau di atas KKM pada kelompok ini. Kelompok ini memiliki 1 orang yang mampu mendapat

(6)

nilai sempurna dan 1 orang lagi yang mendapat nilai hampir sempurna. Kondisi ini sangat berbeda dengan kelompok 2 yang beranggotakan siswa dengan kode 007-012. Dalam kelompok ini terdapat 2 orang yang mendapat nilai dibawah KKM dan 1 orang siswa hanya mampu mendapat nilai sama dengan KKM. Kelompok 2 memiliki 3 orang siswa mampu meraih nilai sempurna. Hal yang sama juga terjadi pada kelompok-kelompok lain. 3) Sebagian besar siswa belum terbiasa menguraikan proses dalam mendapatkan hasil secara terstruktur walaupun sebagian besar sudah memperoleh hasil yang benar. Siswa belum banyak menuliskan hal yang diketahui dan ditanyakan dalam menyelesaikan masalah, berdasarkan kegiatan menumbuhkan, mengalami sampai merayakan hasil kegiatan tersebut dengan memberikan motivasi baik kepada teman kelompok maupun kepada kelompok lain. Padahal hal ini sangat mambantu dalam penyelesaian soal dan dapat menghindarkan kekeliruan dalam memasukkan unsur-unsur soal dalam menyelesaikan soal.

Berdasarkan temuan-temuan yang telah dipaparkan, peneliti memutuskan untuk melaksanakan siklus berikutnya karena masih terdapat kriteria keberhasilan yang masih belum terpenuhi yaitu ketuntasan belajar siswa yang belum mencapai 85%. Solusi yang akan diterapkan pada pembelajaran siklus II untuk menutupi kekurangan yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut. 1) Peneliti akan memberikan bimbingan kepada siswa. Bimbingan akan diberikan dengan lebih serius berdiskusi secara berkelompok. Hal ini dilakukan untuk bisa mengefisienkan waktu yang ada. Peneliti juga akan memberikan tanggung jawab kepada kelompok untuk membimbing anggota kelompok yang masih kurang memahami materi. Salah satu cara untuk memotivasi siswa yang mampu agar mau membantu dengan serius teman sekelompok yang tidak mampu adalah dengan cara mengadakan lomba kelompok. Nilai siswa pada saat mengerjakan tugas individu akan diakumulasikan bersama dengan nilai seluruh anggota kelompoknya. Kelompok yang mendapat nilai terbanyak akan memenangkan perlombaan dan akan

diberi hadiah sebagai perangsang siswa mengerjakan tugas dan membantu guru membimbing kelompoknya. 2) Upaya peneliti untuk mengatasi masalah penyebaran siswa berdasarkan kemampuan tidak merata di setiap kelompok adalah dengan mengubah sistem pembagian kelompok. Pada siklus berikutnya, pembentukan kelompok akan didasarkan pada hasil tes siklus pertama dengan pendistribusian anggota kelompok yang mampu dan tidak mampu secara lebih merata. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesenjangan yang terjadi antar kelompok. 3) Pemecahan dari permasalahan pada poin ketiga adalah dengan menuntun dan membimbing siswa dalam memecahkan masalah yang ada pada LKS menggunakan cara atau langkah yang lebih terstruktur.

Peneliti akan memberikan perhatian khusus kepada siswa-siswa yang mendapat nilai di bawah KKM pada tes hasil belajar siklus I. Perhatian yang mengkhusus juga akan diberikan kepada siswa yang hanya mampu memperoleh nilai sama dengan KKM yaitu sebanyak 3 orang. Peneliti akan mencoba memancing keberanian siswa mengungkapkan pendapat atau maslah yang dihadapi dalam pembelajaran pada saat pemberian tugas kelompok maupun saat konfirmasi dan saat kegiatan penutup dalam pembelajaran sehingga masalah siswa dapat dipecahkan bersama. Berdasarkan hasil analisis pada siklus I, maka akan dilanjutkan ke siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus II disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I, yaitu dengan melakukan beberapa tindakan perbaikan sebagaimana yang telah diuraikan pada refleksi siklus I. Siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan terakhir untuk pelaksanaan tes hasil belajar IPA. Pokok bahasan yang dipelajari pada siklus II adalah alat pernapasan pada hewan.

Tes hasil belajar siswa diberikan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes ini dilakukan pada hari Senin tanggal 14 Oktober 2013. Tes dilakukan selama 40 menit. Soal yang diberikan berupa soal uraian dengan kriteria penskoran tertentu (soal dan rubrik penilaian terlampir).

(7)

Pemberian skor pada tiap soal bergantung pada tingkat kesukaran soal.

Dari hasil analisis data hasil belajar yang diperoleh diketahui siswa secara individu sebagai berikut: 26 orang siswa nilainya di atas kriteria minimal ketuntasan (KKM), dikatakan tuntas secara individu, dan 4 orang siswa nilainya di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 3 orang kategori bawah dan 1 orang kategori rendah, dikatakan tidak tuntas secara individu. Hasil penelitian ini mengalami peningkatan berdasarkan penyempurnaan atau perbaikan dari siklus sebelumnya. Segala kekurangan yang terjadi pada pengambilan tindakan siklus I telah dicoba untuk diperbaiki. Hal yang positif yang terjadi pada siklus I juga diterapkan kembali pada siklus II sehingga dalam siklus II telah tampak adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa.

Adapun temuan-temuan selama pelaksanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut. 1) Secara umum proses pembelajaran telah berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat. 2) Kondisi pembelajaran tampak lebih kondusif. Siswa berperan aktif dalam pembelajaran baik secara indivudu maupun kelompok. Siswa juga sangat terlihat aktif pada kelompoknya. Hal ini merupakan dampak dari tanggung jawab yang diberikan peneliti kepada masing-masing kelompok untuk bisa memberdayakan kelompoknya. Terlihat pada saat pembelajaran berlangsung, siswa yang cepat menangkap pelajaran mau membantu siswa lain dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan dalam mencerna materi. Suasana belajarpun tampak terlihat sangat hidup dan menarik karena semua siswa tampak tekun berusaha dan berupaya memamhami materi yang dipelajari melalui diskusi kelompok maupun menanyakan langsung kepada guru atau dalam hal ini adalah peneliti. 3) Peneliti yang berperan sebagai guru tidak kewalahan lagi dalam membimbing kelompok dalam mengerjakan LKS karena siswa sudah terbiasa memecahkan persoalan bersama kelompoknya sebelum bertanya pada guru. 4) Sudah banyak siswa yang dapat menyimpulkan materi dengan arahan dari

LKS dan pertanyaan pancingan dari peneliti.

Skor rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus II adalah 79%. Tingkat hasil belajar IPA siswa dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima. Hasil konversi ke dalam acuan penilaian PAP skala lima adalah siswa secara klasikal berada pada kategaori cukup baik. Kategori ini sama dengan kategori hasil belajar siswa pada siklus satu. Terjadi peningkatan sebanyak 3,33% namun tidak mengubah kategori hasil belajar siswa pada penilaian menggunakan PAP skala lima.

Berdasarkan analisis data penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPA, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas pada siklus II, tingkat penguasaan materi secara klasikal atau ketuntasan belajar secara klasikal pada pembelajaran IPA mencapai 86, 67%. Jika dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) sekala lima berada pada rentangan 85% - 100% tergolong katagori sangat baik. Dengan tercapainya penelitian tindakan kelas tersebut maka penelitian dihentikan karena penelitian sudah memenuhi syarat ketuntasan secara klasikal yaitu 85% yang berlaku di SD Negeri 1 Cempaga.

Berdasarkan analisis data menunjukkan, bahwa ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 66,67% tergolong katagori sedang dan menjadi 86,67% pada siklus II yang mana tergolong dalam katagori sangat baik.

Data awal pada siswa Kelas V pada pembelajaran IPA di SD Negeri 1 cempaga menunjukkan hasil belajar siswa sebesar 39%. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal tergolong pada kategori sangat kurang dan secara klasikal belum mencapai standar tingkat ketuntasan belajar siswa yang ditentukan di SD Negeri 1 Cempaga. Hasil belajar siswa secara klasikal dikatakan tuntas apabila mencapai 85% atau berada pada katagori baik. Berdasarkan dari data awal tersebut, peneliti memberikan alternatif pemecahan masalah, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Quantum teaching pada

(8)

pembelajaran IPA siswa Kelas V SD Negeri 1 Cempaga.

Setelah dilaksanakan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran

quantum teaching pada siklus I, hasil analisis data ketuntasan belajar siswa secara klasikal menunjukkan terjadinya peningkatan sebesar 66,67%. Dilihat dari kriteria penilaian acuan patokan (PAP) sekala lima, ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I berada pada katagori sedang. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus I ketuntasan belajar siswa secara klasikal masih belum mencapai kriteria yang ditentukan. Akan tetapi, dengan melihat kekurangan-kekurangan dan merefleksi tindakan penelitian pada siklus I penelitian tindakan dilanjutkan pada siklus II. Dari analisis data ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II, menunjukkan terjadi peningkatan kembali menjadi 86,67%. Dilihat dari kriteria penilaian acuan patokan (PAP) sekala lima, ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus II berada pada katagori sangat baik. Peningkatan hasil belajar pada siswa dengan implementasi model pembelajaran

quantum teaching pada siswa Kelas V dalam pembelajaran IPA terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu di dalam proses pembelajaran siswa mengalami langsung yang sedang dipelajari, mulai dari menumbuhkan minat, menyelidiki langsung dimana mereka seolah-olah mengalami langsung materi pembelajaran, dengan menamai sesuatu, mengulangi, dan merayakan apa yang telah dilaksanakan.

Dengan belajar berdasarkan masalah nyata, siswa selalu diarahkan untuk berpikir kritis, menemukan konsep berdasarkan penemuannya sendiri, dan pembelajaran tidak bersifat abstrak, sehingga siswa lebih memahami isi pelajaran. Selain itu penerapan model quantum teaching

mampu membuat siswa memiliki dorongan untuk belajar. Pembelajaran quantum teaching membuat siswa benar-benar merasakan manfaat pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari karena pembelajaran

quantum teaching mengajak siswa mengeksplorasi dan mengalami secara langsung situasi belajar yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pada umumnya siswa terdorong untuk belajar

karena siswa merasakan manfaat dari pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Sumiati dan Asra (2009) bahwa seseorang akan terdorong melakukan suatu kegiatan walaupun sangat berat jika kegiatan itu memiliki manfaat bagi dirinya sendiri. Begitu pula dalam belajar, jika materi pembelajaran dirasakan berguna bagi dirinya maka akan timbul dorongan untuk terus melakukan kegiatan belajar. Keberhasilan ini juga didukung oleh penggunaan metode pembelajaran yang sesuai, disukai, dan dekat dengan objek penelitian

Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa sesuai dengan teori-teori yang ada, implementasi model pembelajaran quantum teaching

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA Kelas V SD Negeri 1 Cempaga, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Komang Sadiani (2009). Penelitian tersebut berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching) dengan Strategi Pembelajaran Tandur sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi Dasar Sains, Siswa Kelas V di SD Negeri 2 Selumbung”. Dalam penelitian tersebut diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran quantum teaching. Dengan aspek kognitif sebesar 58 pada siklus I meningkat menjadi 68 pada siklus II. Aspek afektif pada siklus I sebesar 9,4 meningkat menjadi 11,5 pada siklus II dan aspek psikomotor pada siklus I sebesar 10,5 meningkat menjadi 12,7 pada siklus II.

Penelitian Nyoman Ayu Manik (2010) dengan judul “Penerapan model pembelajaran Quantum teaching untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SD Negeri 2 Pemaron”. Penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa implementasi model pembelajaran quantum teaching

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata awal adalah 59 pada siklus I kemudian meningkat menjadi 62 pada siklus II.

(9)

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebagaimana disajikan dalam Bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.Penerapan model quantum teaching

dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa Kelas V di SD Negeri 1 Cempaga Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan data awal bahwa persentase hasil belajar siswa sebesar 66,67% pada siklus I yang berada pada kategori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 86,67% tergolong pada kategori sangat sangat baik.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, adapun beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain. Disarankan kepada siswa Kelas V SD Negeri 1 Cempaga, agar pada saat mengikuti pembelajaran IPA telah menyiapkan diri baik secara fisik maupun mental sehingga pembelajaran di kelas dapat berlangsung optimal dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA secara signifikan. Disarankan kepada guru pengajar IPA di SD untuk mengembangkan kembali penerapan model quantum teaching,

sehingga siswa SD dapat menghasilkan karya/produk yang kreatif. Serta, guru dapat melakukan penelitian serupa, sehingga kelemahan pada penelitian ini dapat disempurnakan kembali. Disarankan kepada kepala sekolah untuk menyediakan sarana dan prasarana yang lebih bagi guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA, sehingga proses pembelajaran lebih optimal. Disarankan kepada peneliti lainnya dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model

quantum teaching agar lebih meningkatkan kembali hasil belajar siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A. Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Depdiknas. 2004. Hasil Belajar. Tersedia pada http://www.pusat.ac.id /data_kbm.pdf (diakses tanggal 2 Januari 2012).

DePorter, Bobbi, dkk. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Teachimg di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa. Endrayani, Luh. 2010. Penerapan

Keterampilan Memberi Penguatan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 5 Semester II di Sekolah Dasar Negeri 5 Pemuteran Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, Undiksha Singaraja.

Hardiyanti, Meika. Wayan. 2006.

Penerapan Model Pembelajaran Quantum (quantum teaching) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika dan Sikap Siswa Kelas VII, SMP Negeri 3 Sawan. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan MIPA, Undiksha Singaraja.

Permendiknas.no 22. 2007. Standar

Nasional Pendidikan. Tersedia

Pada

Http://Html-Pdf- Convert.Com/Cari/Permendiknas-No-22-Tahun-2007.Html (diakses tanggal 2 Januari 2012 jam 10:30 WTA).

Sadiani, Komang. 2009. Implementasi Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching) Dengan Srategi Pembelajaran Tandur Sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi Dasar Sains, Siswa Kelas V Di Sekolah Dasar Negeri 2 Selumbung. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, Undiksha Singaraja.

Sumiati & Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Sutrisno, Leo. dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2007.

(10)

Tim Penyusun. 2010. Pendidikan Sains. Singaraja: Undiksha

Wiriaatmadja, Rochiati. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yunita, A.M. Nyoman. 2011. Penerapan

Model Pembelajaran Quantum teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Bagi Siswa Kelas V di SD Negeri 2 Pemaron. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, Undiksha Singaraja.

Gambar

Gambar  1  Model  Penelitian  Tindakan  Modifikasi (Agung, 2005) Refleksi Siklus I Siklus II Pelaksanaan Tindakan Observasi Rencana  Tindakan Refleksi Pelaksanaan Tindakan Observasi Rencana Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Domain ini berkaitan dengan implementasi solusi IT dan integrasinya dalam proses bisnis organisasi, juga meliputi perubahan dan perawatan yang dibutuhkan sistem

Terbukanya akses perempuan untuk masuk ke sektor publik, khusunya sebagai pegawai negeri sipil dalam birokrasi sangat menggembirakan bagi perempuan, karena hal itu

Berpikir Kreatif Siswa Dalam Penerapan Model Pembelajaran Berdasar Masalah Matematika (Student’s Creative Thinking In The Application Of Mathematical Problems Based

Dari pembahasan dalam bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa semigrup merupakan himpunan tak kosong yang didefinisikan dengan operasi biner ∗ yang memenuhi

Untuk itu, perlu dilakukan perbaikan dengan menggunakan metode CCPM ( Critical Chain Project Management ), dimana metode CCPM akan memperbaiki penambahan waktu

Dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi diperoleh informasi mengenai langkah kepala sekolah dalam menemukan gaya kepemimpinan yang paling tepat untuk

Dengan demikian, kualitas proses pembelajaran berbicara dengan menerapkan mo del pembelajaran Students Facilitator and Ex- plaining (SFE) dapat dikatakan cukup berhasil

Tabel 2 dan 3 menunjukkan selisih perbedaan rata-rata perubahan massa jenis pada tiap sampel dan pada penambahan pati ubi kayu dalam berbagai konsentrasi memiliki