• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SISWA KELAS X SMK TARUNA BHAKTI MALANG TAHUN AJARAN 2008/2009. Oleh: Rovimiyanti SMK Taruna Bhakti Malang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SISWA KELAS X SMK TARUNA BHAKTI MALANG TAHUN AJARAN 2008/2009. Oleh: Rovimiyanti SMK Taruna Bhakti Malang."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|524

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SISWA KELAS X SMK TARUNA BHAKTI MALANG TAHUN AJARAN 2008/2009

Oleh: Rovimiyanti

SMK Taruna Bhakti Malang Abstrak

Penelitian ini merupakan hasil penelaahan deskriptif analisis tentang kemampuan menulis paragraf. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi kemampuan menulis siswa kurang maksimal, khusnya dalam menggunakan syarat-syarat paragraf dan pengembangan paragraf, sehingga menyebabkan siswa kurang maksimal dalam menggunakan bahasa tulis yang baik.

Permasalahan tersebut adalah bagaimana kemampuan menggunaan kesatuan ide, kepaduan konsep kohesi, menggunakan pengembangan dalam menulis paragraf siswa kelas X SMK Tharuna Bhakti Malang.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMK Taruna Bhalti Malang dengan subjek penelitian siswa kelas X SMK Taruna Bhakti Malang sebanyak 19 siswa dan Guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Data penelitian ini berupa hasil karangan siswa dalam keterampilan menulis paragraf. Data tersebut diperoleh dengan teknik dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah teknik distribusi frekuensi tingkat kesalahan menulis siswa dan interpretasi data sekunder. Dari hasil penelitian diketahui bahwa presentase kemampuan siswa dalam menulis paragraf adalah Siswa kelas X SMK Taruna Bhakti Malang tahun pelajaran 2008/2009 siswa tidak mampu menggunakan kesatuan ide yang memenuhi kriteria yaitu 57,89%. Siswa tidak mampu menggunakan kepaduan dilihat dari konsep kohesi yang memenuhi kriteria yaitu 52,63%. Siswa tidak mampu menggunakan pengembangan yang memenuhi kriteria yaitu 26,31%.

Kata kunci:Kemampuan Menulis, Paragraf. PENDAHULUAN

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dengan siswa. Dalam proses tersebut guru memberikan bimbingan dan menyediakan berbagai kesempatan yang

dapat mendorong siswa belajar dan untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran ditandai oleh tingkat

penguasaan kemampuan dan pembentukan kepribadian. Oleh karena itu, proses

pembelajaran melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang perlu dilakukan oleh

(2)

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|525

siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan agar siswa terampil

berkomunikasi. Siswa dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, bukan dituntut lebih banyak menguasai atau menghafalkan pengetahuan tentang bahasa melainkan terampil berbahasa. Ketrampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu menyimak (listening skills), berbicara (speaking skills), membaca (reading skills,) dan menulis (writing skills). Menyimak merupakan ketrampilan yang secara fungsional “menerima” sesuatu. Sesuatu yang dimaksud adalah rangkaian atau “kode” yang dibuat seorang pembicara melalui proses “koding” ataupun diterima seorang pendengar melalaui proses “decoding” (Wirasno dan Arief, 2001:5).

Pembelajaran bahasa perlu terus-menerus diadakan upaya-upaya

penyempurnaan strategi maupun metode, selain agar lebih mudah untuk

menguasainya, juga untuk menambah ketertarikan dalam mempelajarinya. Tujuan pembelajaran bahasa adalah membimbing anak didik agar mampu memfungsikan bahasa indonesia dalam komunikasi dengan segala aspeknya (Semi, 1990: 96). Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang kompleks, tanpa ada bahasa komunikasi akan berhenti dengan sendirinya. Dengan adanya perkembangan bahasa maka akan berpengaruh pada perkembangan teknologi yang berdampak positif pada dunia

pendidikan, hal ini terbukti dengan munculnya beberapa model pembelajaran baru yang memberi warna baru dalam dunia pendidikan.

Pada hakikatnya menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan suatu

kegiatan produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis akan selalu berhubungan dengan keterampilan yang memanfaatkan struktur bahasa.

Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara tiba-tiba, melainkan melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Keterampilan menulis harus diperhatikan penuh oleh penulis baik dari tata bahasa maupun ejaannya (Tarigan,1986: 22). Setiap proses pembelajaran selalu melibatkan aktivitas menulis, sedangkan menulis sendiri bukanlah sekedar menggabungkan huruf-huruf untuk dijadikan sebuah bacaan. Tetapi ada hal yang lebih penting, yaitu lebih memahami lagi bagaimana diksi dan gaya bahasa yang digunakan dalam paragraf, sehingga informasi yang didapat sesuai dengan topik atau tema dalam paragraf.

Menulis merupakan suatu

representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Menulis juga merupakan kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang

dipahami oleh seseorang, sehingga lambang-lambang grafik tersebut dapat dibaca dan dipahami. Menulis dipandang sebagai salah satu aspek penting dalam proses komunikasi (Tarigan, 1986: 19).

Salah satu standar kompetensi yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran menulis adalah siswa mampu

mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan dalam berbagai macam tulisan. Kemampuan

(3)

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|526

mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan haruslah dimiliki oleh setiap siswa. Karena kemampuan ini dapat mempengaruhi proses belajar mengajar (Departemen Pendidikan Nasional, 2006: 8). Kemampuan menulis meliputi berbagai aspek kemampuan yang saling terkait dan perlu dikuasai untuk menghasilkan suatu karangan (susunan atau cara menyajikan isi karangan), penggunaan kata bahasa (pola-pola kalimat), gaya (pilihan struktur dan kosa kata untuk memeberi warna atau nada terhadap karangan), dan mekanik penulisan. Aspek-aspek ini diperlukan sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap suatu karangan.

Namun, pembelajaran menulis sering menjadi kendala siswa dalam proses belajar. Dalam hal ini dikarenakan siswa masih kurang optimal dalam praktik dan berlatih menulis, karena menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif, maka haruslah terampil dalam memanfaatkan struktur bahasa dan kosa kata. Dengan demikian, Tarigan (1986: 4) menyatakan bahwa keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui pelatihan dan praktik yang banyak dan teratur.

Kegiatan menulis tidak dapat dilakukan begitu saja, tanpa perencanaan agar tulisan dapat terstruktur dan mudah dipahami oleh pembaca. Dengan menulis, siswa mampu mengembangkan sebuah ide atau gagasan dalam berkarya, berkreasi, berimajinasi, dan mampu menyusun beberapa karangan sesuai dengan tujuan penulisan, yaitu berupa karangan deskripsi, eksposisi, argumentasi dan lain-lain. Selain itu menulis, semakin memperjelas kepekaan

terhadap kesalahan-kesalahan ejaan, struktur maupun tentang pemilihan kosa kata. Hal ini disebabkan karena gagasan perlu

dikomunikasikan dengan jelas, tepat, dan teratur. Menurut Erne (1988:7) menulis memang suatu bentuk berpikir, tetapi ia adalah berpikir untuk penanggap tertentu dan untuk situasi tertentu pula. Akan tetapi, banyak orang yang beranggapann menulis adalah suatu keterampilan yang kurang menarik dan kurang diminati karena mereka tidak mempunyai tujuan yang jelas ketika hendak menulis. Sering pula dianggap bahwa menulis itu hal yang kurang menyenangkan dan cenderung

membosankan. Selain itu, menulis dianggap juga sebagai hal yang sulit.

Salah satu materi dalam aspek menulis, khususnya dalam kemampuan berbahasa, adalah keterampilan menulis paragraf. Berdasarkan hasil studi

pendahuluan, diketahui bahwa pembelajaran menulis paragraf yang dilakukan belum cukup membantu siswa untuk menguasai kompetensi menulis paragraf. Berdasarkan uraian di atas, sama halnya dengan

pembelajaran menulis yang terjadi di SMK Taruna Bhakti Malang.

Setelah peneliti mengadakan observasi proses pembelajaran di kelas, metode yang digunakan guru kurang optimal. Kesulitan-kesulitan tersebut mencakup kesulitan dalam hal mencari inspirasi, menentukan ide, gagasan,

menentukan bahan, serta kurang memenuhi persyaratan dalam penulisan paragraf, persyaratan itu ialah kesatuan, kohesi, dan koherensi. Terkait dengan kemampuan menulis, telah dilakukan beberapa

(4)

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|527

berjudul “Kemampuan Menyusun Paragraf Siswa Kelas IX SMP Negeri 5 Pasuruan oleh Sunarsih – Tahun 2007” yang mengemukakan masalah terhadap

penyusunan paragraf. Semua penelitian di atas, berbeda dengan penelitian ini. Perbedaan itu dapat dilihat dari segi kemampuan menulisnya. Kemampuan menulis itu diarahkan untuk menulis paragraf dengan tepat dan sesuai dengan syarat-syarat dan pengembangan paragraf. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul

“Kemampuan Menulis Paragraf Siswa Kelas X SMK Taruna Bhakti Malang Tahun Ajaran 2008/2009”.

KERANGKA TEORI

Keterampilan berbahasa terdiri dari empat komponen yaitu, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis (Nida dkk dalam Tarigan 1986: 1).

Keterampilan-keterampilan tersebut saling berhubungan erat. Setiap keterampilan itu erat

berhubungan dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.

Tarigan (1986: 3) mengemukakan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam

kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil dalam memanfaatkan struktur bahasa dan kosa kata. Keterampilan tidak dating dengan sendirinya, melainkan dengan latihan-latihan yang teratur. Hal ini

dikemukakan (Dujanto, 1988:9), semua orang berhak untuk mempunyai

keterampilan menulis. Menulis tidak hanya ditujukan pada orang-orang yang

mempunyai bakat menulis sejak lahir. Orang yang tidak memiliki bakat menulis asalkan mau dating sungguh-sungguh

mempelajarinya akan mempunyai

keterampilan menulis. Keterampilan menulis merupakan suatu proses perkembangan melaui banyak latihan. Untuk mendapatkan keterampilan menulis tidak cukup dengan menghafalkan definisi, istilah-istilah yang terdapat dalam bidang karang-mengarang. Keterampilan menulis tumbuh dengan latihan-latihan (Sujanto, 1988:60).

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dalam waktu yang bersamaan. Menulis bias disebut sebagai kegiatan produktif dan ekspresif (Tarigan, 1982 :3-4). Nurkhasanah dan Widodo (1993:7) menyebutkan bahwa menulis merupakan usaha untuk menuangkan ide, pikiran, perasaan, dan kemauan dengan wahana tulis. Sejalan dengan pendapat itu, Nurkhasanah dan Widodo (1993:1) mengemukakan bahwa proses menulis itu bersifat kompleks, dalam arti melibatkan berbagai pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan mengolah ide, dan

menalarkannya agar apa yang disampaikan oleh penulis dapat tersampaikan sesuai apa yang diinginkan penulis. Sukada (2005:7) menyatakan bahwa menulis merupakan proses berbahasa bersifat aktif produktif dengan menggunakan bahasa yang efektif agar dapat dipahami oleh pembaca. Selain itu, menulis merupakan suatu keterampilan

(5)

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|528

untuk menguasai perlu dipelajari melalui latihan-latihan. Dengan demikian, kamahiran akan akan terbentuk apabila seseorang terbiasa dalam proses menulis secara kesinambungan. Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama, atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan (Akhadiah, 1998:144).

Paragraf juga dikatakan karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, penulis membedakan di suatu karangan mulai dan berakhir. Penulis akan kepayahan membaca secara terus menerus sampai selesai. Seorang akan susah menulis mengkonsentrasikan pikiran dari suatu gagasan ke gagasan lain, sehingga penulis dengan adanya paragraf dapat berhenti sebentar dan dapat memusatkan pikiran tentang gagasan yang terkandung dalam paragraf.

Dalam pengembangan paragraf, penulis harus menyajikan dan

mengorganisasikan gagasan menjadi suatu paragraf yang memenuhi persyaratan. Persyaratan itu ialah kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.

1. Kesatuan

Tiap paragraf hanya

mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah

mengembangkan topik tersebut, dan

paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. Semua kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang mendapatkan kesulitan dalam memelihara kesatuan ini (Akhadiah, 1998: 148).

Setiap kalimat baik harus jelas memperhatikan kesatuan gagasa, mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada gagasan kepada gagasan yang lain yang tidak ada hubungan, atau menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali. Bila dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan disatukan, maka akan rusak kesatuan pikiran lain (Keraf, 1994: 38)

Agar paragraf menjadi baik, Anda harus memperhatikan persyaratan. Persyaratan paragraf yang baik yaitu adanya kepaduan, kesatuan, dan kelengkapan. Untuk mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus Anda tempuh adalah

kemampuan merangkai kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu.

2. Koherensi dan Kohesi Syarat yang kedua yaitu sebuah paragrap koherensi atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan

kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya loncatan pikiran yang membingungkan. Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan

(6)

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|529

memperhatikan. Unsur kebahasan yang digambarkan dengan:

a. repetisi atau pengulangan kata kunci, b. kata ganti,

c. kata transisi atau ungkapkan penghubung, dan

Dalam paragraf di atas kepaduan didapat dengan mengulang kata kunci yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah

paragraf. Kata kunci yang mula-mula timbul pada awal paragraf, kenudian diulang-ulang dalam kalimat berikutnya. Pengulangan ini berfungsi memelihara kepaduan semua kalimat.Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi dari sebuah paragraf, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu

penggunaan dalam bermacam-macam hubungan.

3. Kelengkapan

Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi tentang kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika dapat dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan. Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang saling menunjang dan hanya mengandung satu gagasan pokok dan jelaskan oleh beberapa gagasan penunjang. Jadi setiap paragraf akan mengandung kalimat topik dan kalimat-kalimat penunjang

(Akhadiah,:1998:152).

Inti pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat (gagasan utama) dapat dibedakan dari sebuah kata yang

dipentingnya. Gagasan utama kalimat tetap didukung oleh subyek, dan predikat, sedangkan unsur yang dipentingkan dapat

bergeser dari satu kata ke kata yang lain. Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur0unsur yang lain. Dalam lisan kita dapat mempergunakan tekanan-tekanan, gerak-gerik atau memberi tekanan pada sebuah kata. Dalam bahasa tulisan hal itu tidak mungkin dilakukan, akan tetapi masih terdapat beberapa cara yang tidak

dipergunakan untuk memberi penekanan itu, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan (Keraf, 1994: 41).

Kelengkapan paragraf

berhubungan dengan cara mengembangkan paragraf. Paragraf dapat dikembangkan dengan cara, pertentangan, perbandingan, analogi, contoh, sebab akibat, definisi, dan klasifikasi.

Pengembangan paragraf

mencangkup dua persoalan pertama yaitu pertama, kemampuan memperinci secara maksimal gagasan utama kedalam gagasan bawahan, kedua, kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan bahwa kedalam suatu urutan yang teratur. (Keraf, 2000:84). Gagasan utama dalam pengembangan paragraf akan menjadi jelas apabila diadakan perincian yang cermat. Gagasan utama biasanya didukung oleh kalimat topik, sedangkan gagasan bawah dapat didukung oleh beberapa kalimat atau lebih. Akan tetapi tidak semuanya bahwa gagasan bawahan terdapat dalam kalimat, ia akan berada pada kalimat topik yang sama halnya dengan gagasan utama, sehingga antara gagasan utama dan bawahan saling tekait untuk membentuk suatu paragraf yang utuh dengan menggunakan topik yang sudah ditentukan.

(7)

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|530

Untuk mengembangkan sebuah paragraf dari gagasan utama maupun gagasan bawah ada perincian untuk mengurutkan agar teratur. Hal ini

mengembangkannya dengan menggunakan metode pengembangan, dalam

menggunakan metodenya tergantung jenis paragraf apa yang akan ditulis oleh penulis. Dasar pengembangan paragraf dapat terjadi karena adanya hubungan alamiah, hubungan logis serta ilustrasi-ilustrasi. Di bawah ini beberapa metode pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan paragraf dengan utuh dan teratur:

a. Parbandingan dan Pertentangan Pada perkembangan paragraf selanjutnya dengan menggunakan metode perbandingan dan pertentangan.

Perbandingan dan pertentangan adalah suatu cara dimana pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, obyek atau gagasan yang bertolak dari segi-segi tertentu (Keraf, 2008:88).

Pengembangan paragraf dengan cara perbandingan biasanya menggunakan ungkapanseperti serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan, sejalan dengan, kan tetapi, sedangkan, dan sementara itu. Pengembangan paragraf dengan cara pertentangan biasanya

menggunakan ungkapan-ungkapan seperti berbeda dengan, bertentangan dengan, sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari (Akhadiah, 1988: 162).

b. Analogi

Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Biasanya, pengembangan

analogi dilakukan dengan bantuan kiasan. Kata–kata yang digunakan yaitu ibaratnya, seperti, dan bagaikan.

c. Contoh-contoh

Sebuah gagasan terlalu bersifat umum, atau generalisasi-generalisasi memerlukan iliustrasi-ilustrasi yang konkrit dalam paragraf, sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Ilustrasi terhadap gagasan-gagasan atau pendapat yang umum akan sering dipergunakan contoh-contoh yang konkrit untuk mengambil tempat dalam paragraf. Kata seperti,misalnya,contohnya, dan lain – lain adalah ungkapan – ungkapan dalam pengembangan dalam

mengembangkan paragraf dengan contoh (Akhadiah, 1988: 163).

d. Sebab-akibat

Perkembangan sebuah

paragraf dapat menggunakan metode sebab-akibat, hal ini dilakukan untuk mengetahui agar pembaca dapat memahami apa penyebab permasalahan yang ada dalam paragraf. Dalam hal ini sebab bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat merupakan perincian pengembangan. Akan tetapi tidak harus demikian dalam

mengembangkan paragraf, bisa saja dibalik tergantung bagaimana konteks yang ditulis. Yaitusebabdijadikan gagasan utama dan akibat dijadikan sebagai penjelas terjadinya sebab itu. . Ungkapan yang digunakan yaitu padahal,akibatnya,oleh karena itu, dan

karena (Akhadiah, 1988: 163). e. Umum-khusus

Umum-khusus merupakan

metode atau cara yang paling umum untuk mengembangkan gagasan-gagasan dalam paragraf secara utuh dan teratur. Hal utama yang dilakukan gagasan utamanya pada

(8)

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|531

awal paragraf, serta khususnya atau

perincian-perincian terdapat dalam kalimat-kalimat berikutnya (Akhadiah, 1988: 161).

f. Klasifikasi

Klasifikasi merupakan

metode dengan menggunakan sebuah proses untuk mengelompokkan barang-barang yang danggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu. Dengan demikian metode ini menganalisis paragraf menjadi dua arah, yang pertama yaitu mempersatukan satuan-satuan kedalam satu kelompok dan yang kedua yaitu memisahkan kesatuan

kesamaan-kesamaan yang lain. Kata–kata atau ungkapan yang lazim digunakan yaitu dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan

mengklasifikasikan(Akhadiah, 1988: 164). g. Definisi luas

Yang dimaksud definisi luas yaitu usaha pengarang untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal. Cara untuk memasukkan definisi luas dalam sebuah paragraf yaitu dengan menyatukan prinsip kesatuan ide, perpaduan (kohesi) dan mengembangkan yang baik untuk tidak dilanggar begitu saja. Adalah, yaitu,ialah,merupakan adalah kata-kata yang digunakkan dalam mengembangkan paragraph dengan cara definisi.

h. Klimaks dan Antiklimaks

Gagasan utama mula-mula

diperinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau kepentingannya (Akhadiah, 1988: 160).

i. Secara Alamiah

Dalam teknik ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada objek atau kejadian yang dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua macam urutan: a) urutan ruang (spasial) yang membawa pembaca dari titik ke titik

berikutnya dengan berdekatan dalam sebuah ruang, misalnya gambar dari depan ke belakang, dari luar ke dalam, dari atas ke bawah, dari ke kanan ke kiri, dan

sebagainya. b) urutan waktu (urutan krinologis)yang menggambarkan urutan peristiwa, perbuatan atau tindakan. (Akhdiah, 1988: 160)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian merupakan gambaran hasil penelitian yang diperoleh dari kegiatan analisis data. Dalam penelitian ini hasil yang diperoleh adalah kemampuan menulis paragraf siswa kelas X SMK Taruna Bhakti Malang tahun ajaran 2009/2010. Data hasil ini memaparkan masing-masing aspek yang diteliti yaitu kemempuan

menulis paragraf dilihat dari penggunaan (1) kesatuan ide, (2) kepaduan konsep kohesi, (3) pengembangan.

1. Kemampuan Menggunaan Kesatuan Ide dalam Menulis Paragraf Siswa Kelas X SMK Taruan Bhakti Malang.

Dari hasil analisis pada tabel 1 dapat disimpulkan bahwa tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah

mengembangkan topik tersebut, dan

paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. Semua kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang

(9)

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|532

mendapatkan kesulitan dalam memelihara kesatuan ini (Akhadiah, 1998: 148).

Setiap kalimat baik harus jelas memperhatikan kesatuan gagasa, mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada gagasan kepada gagasan yang lain yang tidak ada hubungan, atau menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali. Bila dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan disatukan, maka akan rusak kesatuan pikiran lain (Keraf, 1994: 38).

Dari perolehan hasil analisis data skor kemampuan menggunakan kesatuan ide dalam menulis paragraf diperoleh gambaran sebagai berikut. Bahwa jumlah kesalahan tidak mampu (0) dalam menggunakan kesatuan ide sebanyak 3 siswa, kurang mampu (1) dalam menggunakan kesatuan ide sebanyak 5 siswa,mampu (2) dalam menggunakan kesatuan ide sebanyak 11 siswa.

Dari hasil analisis contoh karangan siswa di atas dapat diketahui bahwa siswa tidak mampu dalam menggunakan kesatuan ide. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil karangan menunjukkan terdapat dua ide yang menunjukkan kehilangan dan kesalahan yang dilakukan manusia. Karangan tersebut dikatakan tidak mampu karena terdapat dua ide dalam satu

karangan, hal ini yang membuat paragraf tersebut tidak sempurna, sehingga pembaca mengalami kesulitan dalam memahami isi karangan tersebut. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa siswa tersebut tidak mampu menulis karangan.

Berdasarkan hasil analisis

data menulis paragraf siswa kelas X SMK Taruna Bhakti Malang dapat diperoleh gambaran sebagai berikut. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 19 siswa, siswa yang tidak mampu menggunakan kesatuan ide (0) sebanyak 3 siswa (15,8%). Siswa yang kurang mampu menggunakan kesatuan ide (1) sebanyak 5 siswa (26,31%), siswa yang mampu menggunakan (2) sebanyak 11 siswa (57,89%). Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, maka dapat

diketahui bahwa siswa kelas X SMK Taruna Bhakti Malang tidak mampu menggunakan kesatuan ide dalam menulis paragraf . 2. Kemampuan Dilihat dari Kepaduan Konsep Kohesi dalam Menulis Paragraf Siswa Kelas X SMK Taruan Bhakti Malang.

Syarat yang kedua yaitu sebuah paragrap koherensi atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya loncatan pikiran yang

membingungkan. Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan. Unsur kebahasan yang digambarkan dengan: repetisi atau pengulangan kata kunci, kata ganti, dan kata transisi atau ungkapkan penghubung.

Dalam paragraf kepaduan didapat dengan mengulang kata kunci yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah

paragraf. Kata kunci yang mula-mula timbul pada awal paragraf, kenudian diulang-ulang

(10)

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|533

dalam kalimat berikutnya. Pengulangan ini berfungsi memelihara kepaduan semua kalimat.

Dari perolehan hasil analisis data skor kemampuan dilihat dari kepaduan konsep kohesi dalam menulis paragraf diperoleh gambaran sebagai berikut. Bahwa jumlah kesalahan tidak mampu (0) dalam kemampuan dilihat dari kepaduan konsep kohesi sebanyak 1 siswa, kurang mampu (1) dalam kemampuan dilihat dari kepaduan konsep kohesi sebanyak 8 siswa, mampu (2) dalam kemampuan dilihat dari kepaduan konsep kohesi sebanyak 10 siswa.

Dari hasil karangan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menulis karangan dilihat dari kepaduan konsep kohesi, dalam penggunan kata ganti siswa lebih sering menggunakan kata ganti salah satunya yaitu –Nya dalam menulis paragraf, hal ini dapat dilihat dari kata-kata berikut ini: sehari-harinya, ibunya, memandikannya, bajunya, dan pempersnya. Dalam

penggunaan repetisi (pengulangan kata) dari karangan siswa diatas menggunakan

pengulangan kata kelompok. Sedangkan dalam penggunaan transisi dari karangan siswa di atas menggunakan kata walaupun, oleh sebab itu. Karena dalam suatu karangan ketiga syarat tersebut harus terpenuhi untuk membangun suatu karangan agar tetap padu.

Berdasarkan hasil analisis

data menulis paragraf siswa kelas X SMK Taruna Bhakti Malang dapat diperoleh gambaran sebagai berikut. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 19 siswa, siswa yang tidak mampu dilihat dari kepaduan konsep kohesi (0) sebanyak 1 siswa (5,27%) . Siswa yang kurang mampu dilihat dari kepaduan konsep kohesi (1)

sebanyak 8 siswa (42,10%), siswa yang mampu dilihat dari kepaduan konsep kohesi (2) sebanyak 10 siswa (52,63%).

Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, maka dapat diketahui bahwa siswa kelas X SMK Taruna Bhakti Malang tidak mampu menggunakan kepaduan dalam menulis paragraf .

3. Kemampuan Menggunakan

Pengembangan dalam Menulis Paragraf Siswa Kelas X SMK Taruna Bhakti Malang.

Pengembangan paragraf adalah rincian pikiran pokok ke dalam pikiran-pikiran penjelas dan pengurutannya secara teratur jadi sebuah paragraf kurang

sempurna apabila pikiran pokok belum diuraikan atau dirinci secara jelas dalam bentuk kalimat penjelas. Untuk

mengembangkan sebuah paragraf dari gagasan utama maupun gagasan bawah ada perincian untuk mengurutkan agar teratur. Hal ini mengembangkannya dengan menggunakan metode pengembangan, dalam menggunakan metodenya tergantung jenis paragraf apa yang akan ditulis oleh penulis. Dasar pengembangan paragraf dapat terjadi karena adanya hubungan alamiah, hubungan logis serta ilustrasi-ilustrasi. Beberapa metode pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan paragraf dengan utuh dan teratur meliputi 4 aspek yaitu perbandingan dan pertentangan, analogi, sebab-akibat dan definisi luas.

Dari perolehan hasil analisis data skor kemampuan menggunakan

pengembangan dalam menulis paragraf diperoleh gambaran sebagai berikut. Bahwa jumlah kesalahan tidak mampu (0) dalam kemampuan menggunakan pengembangan

(11)

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|534

sebanyak 4 siswa, kurang mampu (1) dalam kemampuan menggunakan pengembangan sebanyak 10 siswa, mampu (2) dalam kemampuan menggunakan pengembangan sebanyak 5 siswa.

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa siswa sering

mengunakan pengembangan perbandingan, sebab-akibat, analogi dan definisi luas. Hal ini dapat dilihat dari pengembangan perbandingan siswa menggunakan kata tetapi, dalam pengembangan sebab-akibat siswa menggunakan kata karena,

penggunaan analogi siswa menggunakan kata seperti, sedangkan dalam

pengembangan definisi luas siswa menggunakan kata yaitu. Dengan menggunakan metode pengembangan karangan tersebut akan terbentuk dengan utuh dan salung berkaitan antara paragraf satu dengan yang lain.

Berdasarkan hasil analisis

data menulis paragraf siswa kelas X SMK Taruna Bhakti Malang dapat diperoleh gambaran sebagai berikut. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 19 siswa, siswa yang tidak mampu dalam

menggunakan pengembangan (0) sebanyak 4 siswa (5,27%) . Siswa yang kurang mampu menggunakan pengembangan (1) sebanyak 10 siswa (52,63%), siswa yang mampu menggunakan pengembangan (2) sebanyak 5 siswa (26,31%). Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, maka dapat

diketahui bahwa siswa kelas X SMK Taruna Bhakti Malang tidak mampu menggunakan pengembangan dalam menulis paragraf . PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Siswa kelas X SMK Taruna Bhakti Malang tahun pelajaran 2009/2010 siswa tidak mampu menggunakan kesatuan ide dalam keterampilan menulis paragraf. Hal ini dapat

dibuktikan dari salah satu contoh hasil analisis karangan siswa terdapat dua ide yang menunjukkan kehilangan dan kesalahan yang dilakukan manusia. Karangan tersebut dikatakan tidak mampu karena terdapat dua ide dalam satu karangan, hal ini yang membuat paragraf tersebut tidak sempurna, sehingga pembaca mengalami kesulitan dalam memahami isi karangan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang memenuhi kriteria dalam kesatuan keterampilan menulis paragraf dengan prosentase 57,89% dari semua siswa populasi sebanyak 11 siswa.

b. Siswa kelas X SMK Taruna Bhakti

Malang tahun pelajaran 2009/2010 siswa tidak mampu menggunakan kepaduan dilihat dari konsep kohesi dalam keterampilan menulis paragraf. Dalam penggunan kata ganti siswa lebih sering menggunakan kata ganti salah satunya yaitu –Nya dalam menulis paragraf. Hal ini dapat dilihat dari kata-kata berikut ini: sehari-harinya, ibunya, memandikannya, bajunya, dan

pempersnya. Dalam penggunaan repetisi (pengulangan kata) dari karangan siswa diatas menggunakan pengulangan kata kelompok. Sedangkan dalam penggunaan transisi dari

(12)

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|535

kata walaupun, oleh sebab itu. Karena dalam suatu karangan ketiga syarat tersebut harus terpenuhi untuk

membangun suatu karangan agar tetap padu. Dari hasil analisis karangan siswa dapat disimpulkan bahwa yang memenuhi dalam menggunakan kepaduan paragraf dalam keterampilan menulis dengan prosentase 52,63% dari semua siswa populasi sebanyak 10 siswa.

c. Siswa kelas X SMK Taruna

Bhakti Malang tahun pelajaran 2009/2010 siswa tidak mampu menggunakan pengembangan dalam keterampilan menulis paragraf. Siswa sering mengunakan pengembangan perbandingan, sebab-akibat, analogi dan definisi luas. Hal ini dapat dilihat dari pengembangan perbandingan, siswa menggunakan kata tetapi. Dalam pengembangan sebab-akibat siswa menggunakan kata karena. Penggunaan analogi siswa menggunakan kata seperti. Sedangkan dalam pengembangan definisi luas siswa menggunakan kata yaitu. Dengan menggunakan metode pengembangan karangan tersebut akan terbentuk dengan utuh dan salung berkaitan antara paragraf satu dengan yang lain. Dari hasil analisis karangan siswa dapat disimpulkan bahwa, yang memenuhi kriteria dalam kesatuan keterampilan menulis paragraf

dengan prosentase 26,31% dari semua siswa populasi sebanyak 5 siswa.

SARAN-SARAN

Bertolak dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dikemukakan beberapa saran kepada berbagai pihak yang terkait dengan pemanfaatan hasil penelitian ini, yakni:

a. Saran kepada Guru bidang studi Bahasa Indonesia

Penelitian ini diharapkan agar Guru bidang studi Bahasa Indonesia dapat menggunakan metode dengan tepat dalam pembelajaran menulis, misalnya

menggunakan media pembelajaran dengan benar.

b. Saran kepada siswa

Menulis merupakan suatu yang sangat penting dengan menulis siswa menjadi cerdas, oleh karena itu siswa hendaknya selalu berlatih dengan tekun dalam pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan menulis. Sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih baik.

c. Saran kepada peneliti berikutnya.

Penelitian ini hanya

dilaksanakan pada siswa kelas X SMK Taruna Bhakti Malang. Oleh sebab itu, disarankan kepada peneliti berikutnya untuk mengadakan penelitian sejenis dengan subjek, dan materi yang lain. Dengan demikan dapat memperluas pengalaman dan menambah wawasan.

(13)

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|536

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiyah, Sabarti. Dkk. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Erne, F. A. 1988. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti

Finosa, Lamuddin. 2001. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Harsiati,Titik. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda.

Keraf, Gorys. 1994. Argumentasi dan Narasi. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Semi, M. Atar. 1990. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.

Sujanto, I. CH. 1988. Keterampilan Berbahasa: Membaca, Menulis, Berbicara untuk Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jayapura: FKIP.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran kosakata. Bandung: angkasa www. http// wordpress. com. 2008. Diakses tanggal 13 Januari 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian signifikan simultan (uji statistik F) menunjukkan bahwa faktor kepemilikan institusional, struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan secara

Dari Tabel 2 diketahui bahwa kepuasan tinggal penghuni rumah susun di Kota Surakarta yang memiliki kriteria puas yaitu fasilitas lingkungan (4.2), jarak ke pelayanan pemerintahan

Pelaksanaan praktik mengajar ini tidak lepas dari peranan guru pembimbing. Guru pembimbing dari sekolah banyak memberi masukan, saran dan kritik bagi praktikan

Dewasa ini sungguh masih relevan bahwa persekutuan antar umat sangat diperlukan demi mempererat hubungan satu dengan lainnya. Suatu komunitas terbentuk karena adanya persekutuan

Grafik 3.10 Persen Pasir Terhadap Kadar Total Agregat yang Dianjurkan (Untuk ukuran butir maksimum 10 mm)

Dari hasil FGD pada persyaratan penetapan, proses penetapan dan masih ditemukan permasalahan yang cukup dominan yang dapat berpengaruh pada pencairan DPM yang tepat waktu,

[r]

Mubarok Kamil Group, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana perhitungan pendapatan dan biaya kontruksi type 36 pada PT?. Mubarok