• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS OTAK (BRAN BASED LEARNING) BERBANTUAN MEDIA TEKA-TEKI SILANG TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA

KELAS V SD GUGUS I GUSTI NGURAH JELANTIK Pt. K Laksmi1, I Wyn. Sujana2, I.B. Gd. Suryaabadi3

1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: Komandari.laksmi@yahoo.com1, Wayan_sujana59@yahoo.com2, Suryaabadi31@yahoo.co.id3.

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis otak ( brain based learning ) berbantuan media teka-teki silang dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Jumlah keseluruhan populasi adalah di SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik adalah 403 siswa, sedangkan jumlah sampel adalah 73 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan observasi. Selanjutnya data yang didapatkan dianalisis dengan teknik analisis uji-t. Dari hasil analisis uji-t diperoleh thit = 7,825 sedangkan ttab = 2,000 dan M1 = 78,23 sedangkan M2 = 71,97. Berarti dalam penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaraan berbasis otak ( brain based learning ) berbantuan media teka-teki silang dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik. Selain itu dilihat dari rata-ratanya bahwa nilai hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis otak ( brain based learning ) berbantuan media teka-teki silang lebih baik dari pada hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini berarti terdapat pengaruh penerapan pembelajaran berbasis otak ( brain based learning ) berbantuan media teka-teki silang terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014.

Kata kunci : BBL, Teka-teki Silang, Hasil Belajar IPS Abstract

The purpose of this research was to determine the significant differences between the social sciences learning achievement of student’s who learned through the brain -based learning asissted by crossword puzzle media than the students who learned with conventional learning method at the fifth grade of elementary school gugus I Gusti Ngurah Jelantik. This research was a quasi-experimental study ( quasi experiment ) with Nonequivalent Control Group Design . The total number of population is 403 students, while the sample size only 73 students . The samples were taken with a random sampling technique. The data was collected by testing and observation method. Furthermore, the data obtained were analyzed by t-test analysis technique. From the results of t-test analysis was obtained thit = 7.825 while ttab = 2.000 and M1 = M2 = 78.23 while 71.97. Means that this research shows that there are differences in learning achievement between students who learned social sciences through brain -based learning asissted by crossword puzzle media than the students who learned conventional learning at the fifth grade elementary school gugus I Gusti Ngurah Jelantik. In addition to the views of the average value of social studies that students who learned through the brain -based learning brain -based learning asissted by crossword puzzles media is better than the IPS learning achievement of the student’s who learned through conventional learning method. This means that there is an influence of the application of brain -based learning ( brain -based learning ) assisted by crossword puzzle media on student’s social sciences learning achievement of the fifth grade elementary school gugus I Ngurah Jelantik Denpasar, Academic Year 2013/2014. . .

(2)

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENDAHULUAN

Pendidikan IPS diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan berbaur dengan masyarakat di sekitarnya. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami pentingnya bermasyarakat. Pada tingkat satuan pendidikan di sekolah dasar, sesuai kurikulum siswa diajarkan sejumlah mata pelajaran, yang salah satu di antaranya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial. Mata pelajaran IPS di sekolah dasar bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya , (2) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiry, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social , (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global Kurikulum (2007).

Penggunaan pendekatan konvensional berimplikasi pada kurang bermaknanya proses pembelajaran IPS di SD, karena dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran (Sanjaya, 2011:261). Namun, kecenderungan pembelajaran IPS saat ini masih berpusat pada guru dengan bercerita atau berceramah. Siswa kurang terlihat aktif dalam proses pembelajaran, akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi rendah dan akhirnya berdampak pada hasil belajar yang kurang optimal. Untuk itu diperlukan strategi dalam proses pembelajaran agar nantinya siswa dilibatkan secara aktif untuk

berpikir, berinteraksi, berbuat, mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya , sehingga proses pembelajaran berpusat pada siswa.

Untuk mengatasi masalah tersebut akan dilakukan penelitian sebagai solusi untuk memecahkan permasalahan. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, perlu diadakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang minat siswa untuk lebih antusias berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini model pembelajaran berbasis otak ( brain based learning ) diharapkan tepat dalam melaksanakan pembelajaran siswa agar hasil belajar dapat tercapai optimal pada mata pelajaran IPS sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65.

Dari hasil observasi ditemukan beberapa penyebab permasalahan dalam kegiatan pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa penyebab permasalahan tersebut adalah kurangnya variasi guru dalam menerapkan model pembelajaran, pembelajaran masih didominasi oleh peran guru di mana guru sebagai sumber utama pengetahuan, masih ada paradigma bahwa pengetahuan yang dimiliki guru dapat dipindahkan begitu saja kepada siswa. Dengan asumsi bahwa guru lebih banyak menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah sehingga siswa cenderung sebagai pendengar yang pasif, hal ini dilakukan oleh guru karena mengejar target kurikulum untuk menghabiskan materi pembelajaran atau bahan ajar dalam kurun waktu tertentu. Selain itu, guru belum mampu mengaitkan antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa dan dalam proses pembelajaran guru belum memanfaatkan media untuk menunjang penjelasan materi yang diajarkan sehingga proses

(3)

pembelajaran belum mampu mencapai hasil yang optimal.

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis otak berbantuan media teka-teki silang dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014?”.

Dalam proses pembelajaran, cara belajar siswa sangat terkait dengan model pembelajaran yang diterapkan di kelas. Brain Based Learning (BBL) menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa. Tiga strategi utama yang dapat dikembangkan dalam implementasi brain based learning (Jansen 2011 ).

Pertama, menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa. Dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru memberikan soal-soal materi pelajaran yang memfasilitasi kemampuan berpikir siswa dari mulai tahap pengetahuan (knowledge) sampai tahap evaluasi menurut tahapan berpikir berdasarkan Taxonomy Bloom. Soal-soal pelajaran dikemas seatraktif dan semenarik mungkin misal, melalui teka-teki, simulasi, permainan, agar siswa dapat terbiasa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam konteks pemberdayaan potensi otak siswa.

Kedua, menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan, dengan menghindari situasi pembelajaran yang membuat siswa merasa tidak nyaman dan tidak senang terlibat di dalamnya. Dalam pembelajaran di luar kelas pada saat-saat tertentu, mengiringi kegiatan pembelajaran dengan musik yang

didesain secara tepat sesuai kebutuhan di kelas, lakukan kegiatan pembelajaran dengan diskusi kelompok yang diselingi dengan permainan-permainan menarik, dan upaya-upaya lainnya yang mengeliminasi rasa tidak nyaman pada diri siswa.

Ketiga, menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa (active learning). Siswa sebagai pelajar dirangsang melalui kegiatan pembelajaran untuk dapat membangun pengetahuan mereka melalui proses belajar aktif yang mereka lakukan sendiri. Menciptakan situasi pembelajaran yang memungkinkan seluruh anggota badan siswa beraktivitas secara optimal, misal mata siswa digunakan untuk membaca dan mengamati, tangan siswa bergerak untuk menulis, kaki siswa bergerak untuk mengikuti permainan dalam pembelajaran, mulut siswa aktif bertanya dan berdiskusi, dan aktivitas produktif anggota badan lainnya. Merujuk pada konsep konstruktivisme pendidikan, prestasi belajar siswa ditentukan oleh seberapa mampu mereka membangun pengetahuan dan pemahaman tentang suatu materi pelajaran berdasarkan pengalaman belajar yang mereka alami sendiri. Jensen (2011) berpendapat bahwa BBL adalah pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. Pendidikan berbasis otak juga merupakan cara berpikir tentang pembelajaran (learning). Itu merupakan cara berpikir tentang pekerjaan. Sesungguhnya, itu satu “formula” karena akan langsung berhadapan dengan prinsip pembelajaran berbasis otak. Walaupun pendekatan berbasis otak tidak memberikan satu resep yang harus siswa ikuti, guru mendorong siswa mempertimbangkan sifat dari otak dalam pengambilan keputusan. Hernowo (dalam Nurhadyani, 2011) berpendapat bahwa otak terdiri dari dua belahan, yaitu otak kiri dan otak kanan yang mempunyai fungsi berbeda. Otak kiri bekerja secara

(4)

kreatif sedangkan otak kanan yang bekerja sinergis. Dalam pembelajaran, hendaknya penggunaan otak kiri dan otak kanan diseimbangkan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Otak sebagai himpunan kesatuan yang terdiri dari lima sistem pembelajaran utama, yaitu emosional, sosial, kognitif, fisik, dan reflektif. Given (2007:37) menyatakan kelima sistem pembelajaran tersebut sangat berkaitan dengan kebutuhan psikologis dasar pikiran untuk menjadi sesuatu (to be), untuk menjadi bagian (to belong), untuk mengetahui (to know), untuk melakukan (to do), serta untuk menguji-coba dan eksplorasi (to experiment ).

Dengan implementasi Brain Based Learning (BBL) dalam pembelajaran IPS, siswa dilatih untuk mengembangkan kelima sistem pembelajaran alamiah otak, sehingga

mampu memaksimalkan

perkembangan otaknya selama pembelajaran, yang mengakibatkan peningkatan hasil belajar. Berdasarkan paparan tersebut, diyakini bahwa BBL mampu meningkatkan hasil belajar belajar IPS siswa. Untuk itu, perlu dirancang model pembelajaran berbasis otak.

Dari pemaparan permasalahan di atas, permasalahan yang dapat diselesaikan dengan model berbasis otak yaitu hasil belajar siswa. Hal ini didasari dari tahapan-tahapan pada pembelajaran dengan model berbasis otak. Dalam pembelajaran dengan model berbasis otak siswa dituntut untuk mampu aktif dalam pembelajaran dan pembelajaran tidak hanya bersumber dari guru sehingga tahapan-tahapan ini mampu memberikan suatu variasi pada pembelajaran. Disini siswa juga diarahkan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan aturan. Di sini siswa diarahkan untuk memikirkan kembali materi awal yang masih terkait dengan materi yang dibahas. Sehingga diyakini bahwa dengan penerapan model

pembelajaran BBL mampu mengatasi permasalahn yang terjadi di SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik.

Brain-based learning ( BBL ) merupakan pendekatan yang bermula dari penelitian neurophysiology tentang bagaimana otak bekerja, selanjutnya dibahas bahwa BBL merupakan pendidikan yang menggunakan sistem pembelajaran yang mengutamakan kemajuan otak. Lebih lanjut Astawan (2010:129) menyatakan bahwa BBL adalah model pengajaran yang mempertimbangkan bagaimana otak bekerja saat mengambil, mengolah, dan menginterpretasikan informasi yang telah diserap, serta bagaimana otak bekerja dalam mempertahankan pesan atau informasi yang didapat. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana sehingga terjadi lingkungan belajar kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif ( Asyhar, 2011:7 ). Hidayanti ( 2009 ) menyatakan Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan dimana kita harus mengisi ruang-ruang kosong ( berbentuk kotak putih ) dengan huruf-huruf yang membentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk yang diberikan. Petunjuknya bisa dibagi ke dalam kategori mendatar dan menurun tergantung arah kata yang harus diisi.

Mengisi teka-teki silang atau bisa lebih dikenal dengan sebutan TTS, memang sungguh menghasikan, sehingga juga berguna untuk membuat kosa kata popular, secara tidak langsung juga berguna untuk meningkatkan pengetahuan. Karakteristik teka-teki silang yang lebih mengedepankan perbedaan dan persamaan kata, sangat sesuai kalau seandainya dipergunakan sebagai sarana untuk latihan para siswa dikelas, sehingga latihan yang diberikan oleh guru tidak bersifat monoton hanya berupa

(5)

pertanyaan-pertanyaan baku saja, tetapi bisa juga berupa teka-teki silang yang tentu saja

akan mengasikan untuk dijawab oleh siswa.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik yaitu SD Dwijendra dan SDN 21 Dangin Puri. Desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design. Pretest digunakan untuk menyetarakan kelompok, yang dibandingkan hanya skor posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik dengan jumlah keseluruhan populasi yang ada di SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik adalah 403 siswa. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara yaitu random semple. Cara undian dilakukan dengan jalan membuat gulungan-gulungan kertas yang berisi nomor SD dari anggota populasi, dan kemudian melakukan undian sebanyak jumlah sampel penelitian yang dibutuhkan. Dalam penelitian yang diundi adalah kelas V yang ada di Gugus I Gusti Ngurah Jelantik.

Tahap pertama dilakukan dengan mengundi 6 SD I Gusti Ngurah Jelantik. Lalu pada tahap kedua, dari 2 kelas tersebut diundi lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, setelah diadakan pengundian didapatkan SD Dwijendra sebagai kelas eksperimen dan SDN 21 Dangin Puri sebagai kelas kontrol. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukannya pengacakan individu, kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga penelitian ini benar - benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan metode observasi. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data

tentang hasil belajar IPS adalah tes hasil belajar kognitif berupa tes objektif dan tes hasil belajar afektif berupa lembar observasi. Tes objektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif bentuk pilihan ganda dengan butir pertanyaan berjumlah 35 soal untuk mengukur hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan. Setiap soal disertai 4 alternatif jawaban (a, b, c, dan d) dan bila siswa menjawab dengan benar (jawaban dicocokkan dengan kunci jawaban) akan diberikan skor 1. Serta skor 0 untuk siswa yang menjawab soal dengan salah. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu tes akan di uji validitas, daya beda, indeks kesukaran, dan reliabilitasnya. Lembar observasi digunakan untuk mengukur perilaku siswa atau kegiatan proses pembelajaran. Observasi harus dilakukan pada saat proses kegiatan berlangsung. Dalam penelitian ini tes hasil belajar afektif siswa yang diukur melalui lembar observasi yaitu karakter disiplin, karakter komunikatif, dan karakter keberanian.

Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians. Jika dari hasil uji normalitas dan homogenitas varians diketahui bahwa sampel berdistribusi normal dan homogen maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Hipotesis statistiknya yaitu:

Ha : µA1 ≠ µA2

H0 : µA1 = µA2

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda mean (uji t). Uji signifikansinya adalah jika |thitung

|≤ t tabel, maka H0 diterima (gagal

ditolak) dan Ha ditolak, sebaliknya |thitung | t tabel, maka HO ditolak dan Ha

diterima. Pengujian ini dilakukan pada taraf signifikan 5% ( = 0,50) atau taraf

(6)

kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan db = (n1 + n2 -2). Adapun

rumus t-test yang digunakan adalah

sebagai sebagai berikut:

t hitung =

(Sugiyono, 2012:273)

Keterangan:

= nilai rata-rata post-test kelompok eksperimen = nilai rata-rata post-test kelompok kontrol

= simpangan baku kelompok eksperimen = simpangan baku kelompok kontrol

= banyak siswa kelompok eksperimen = banyak siswa kelompok control

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil setelah perhitungan diperoleh rata-rata nilai akhir dalam pembelajaran IPS dari penggabungan nilai post test dengan rubrik penilaian afektif siswa, untuk kelompok eksperimen melalui pembelajaran berbasis otak berbantuan media teka-teki silang adalah 78,23 dengan varian

sebesar 16,90 dan standar deviasi 4,11. Sedangkan rata-rata nilai akhir dalam pembelajaran IPS dari penggabungan nilai post test dengan rubrik penilaian afektif siswa, untuk kelompok kontrol melalui pembelajaran konvensional adalah 71,97 dengan varian sebesar 15,13 dan standar deviasi 3,88.

Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prsayarat. Uji prasyarat tersebut diantaranya uji normalitas dan uji homogenitas varians. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran frekuensi skor pada setiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas kelompok eksperimen, diperoleh harga Chi-kuadrat hitung (χ2

hitung) sebesar 3,45 kemudian harga

tersebut dibandingkan dengan harga Chi-kuadrat tabel (χ2

tabel ) sebesar

11,1. Ini menunjukkan bahwa χ2hit ≤

χ2

tab berarti data hasil belajar IPS

kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji normalitas kelompok kontrol, diperoleh harga

Chi-kuadrat hitung (χ2

hitung) sebesar 4,47

kemudian harga tersebut dibandingkan dengan harga Chi-kuadrat tabel (χ2

tabel )

sebesar 11,1. Ini menunjukkan bahwa χ2

hit ≤ χ2tab berarti data hasil belajar IPS

kelompok kontrol berdistribusi normal. Untuk menguji homogenitas varians antar kelompok dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang diperoleh uji-t benar-benar berasal dari perbedaan antar kelompok, bukan disebabkan oleh perbedaan di dalam kelompok. Dalam penelitian ini uji homogenitas varians dilakukan dengan uji Havley. Dari hasil analisis diperoleh Fhit sebesar 1,11 dan

Ftab sebesar 1,80. Ini menunjukkan Fhit

(7)

homogen. Berdasarkan hasil uji prasyarat dengan uji normalitas dan uji homogenitas varians disimpulkan bahwa data dari semua kelompok sampel berdistribusi normal dan homogen maka untuk menguji hipotesis dapat dilakukan.

Dari hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung = 7,825 dan untuk taraf

signifikan 5% dengan db= (n1 + n2) – 2

= 71 diperoleh ttabel =2,000. Dengan

demikian harga thitung lebih besar dari

ttabel yaitu 7,825 > 2,000 sehingga h0

ditolak dan ha diterima. Ini berarti

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis otak berbantuan media teka-teki silang dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Data hasil uji-t dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis

Sampel Varians n dk thitung ttabel Simpulan

Kelompok eksperimen

Kelompok kontrol 71 7,825 2,000 Ha=diterima

16,90 38

15,13 35

Hasil analisis data menunjukkan bahwa kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis otak berbantuan media teka-teki silang memiliki nilai hasil belajar IPS rata-rata sebesar 78,23 sedangkan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata sebesar 71,97. Jadi dari hasil analisis data uji-t menunjukkan bahwa nilai hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis otak bnerbantuan media teka-teki silang lebih baik dari pada hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini berarti terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis otak berbantuan media teka-teki silang siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014

Berdasarkan hasil analisis data telah terbukti terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis otak berbantuan media teka-teki silang dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran IPS, pembelajaran berbasis otak berbantuan media teka-teki silang secara keseluruhan lebih baik dibandingkan pembelajaran

konvensional karena proses pembelajaran konvensional menuntut siswa untuk menunjukkan kemampuan menghafal dan menguasai potongan-potongan informasi sebagai prasyarat untuk mempelajari keterampilan - keterampilan yang lebih kompleks. Sedangkan pembelajaran berbasis otak berbantuan media teka-teki silang lebih menekankan keterlibatan aktivitas siswa dalam menemukan pengalaman belajar dengan mengalami sendiri untuk dapat menerapkan pengetahuan. Pembelajaran berbasis otak berbantuan media teka-teki silang dan pembelajaran konvensional yang diterapkan dalam penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh terhadap hasil belajar IPS. Adanya pengaruh dapat dilihat dari nilai akhir hasil belajar IPS siswa. Berdasarkan uji hipotesis yang ditunjukkan tabel 1 terlihat thitung 7,825 >ttabel 2,000. Secara

statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis otak berbantuan media teka-teki silang dan pembelajaran konvensional pada materi kerajaan Hindhu, Budha dan Islam terdapat perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar siswa pada taraf signifikansi 5%.

(8)

Dalam pembelajaran IPS pembelajaran berbasis otak berbantuan media teka-teki silang secara keseluruhan lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa pembelajaran berbasis otak merupakan pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. Pendidikan berbasis-otak juga merupakan cara berpikir tentang pembelajaran (learning). Itu merupakan cara berpikir tentang pekerjaan. Sesungguhnya, itu satu “formula” karena akan langsung berhadapan dengan prinsip pembelajaran berbasis otak. Walaupun pendekatan berbasis otak tidak memberikan satu resep yang harus siswa ikuti, guru mendorong siswa mempertimbangkan sifat dari otak dalam pengambilan keputusan. Dengan menggunakan apa yang kita ketahui tentang otak, kita dapat mengambil keputusan lebih baik dan menjangkau lebih banyak pembelajaran. Sederhananya, ini pembelajaran dengan memerhatikan otak. Siswa mampu secara bebas menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah – masalah yang belum pernah dihadapi, serta memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap belajarnya seiring dengan peningkatan pengalaman dan pengetahuan mereka.

Pembelajaran IPS dengan pembelajaran berbasis otak memiliki kelebihan yaitu memberi suatu pemikiran baru tentang bagian otak manusia bekerja, memperhatikan kerja alamiah otak si pelajar dalam proses pembelajaran, menciptakan iklim pembelajaran dimana pembelajar dihormati dan didukung.

Hal tersebut didukung oleh beberapa penelitian seperti penelitian Antari ( 2012 ) mengenai penggunaan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Otak ( Brain Based Learning ) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V Semester I SD N 1 Getakan

Banjarangkan Klungkung Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dari peningkatan persentase rata-rata hasil belajar yang mengalami peningkatan hasil belajar mencapai 70%. Dan penelitian yang dilakukan oleh Paramita ( 2012 ) mengenai Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Otak (Brain Based Learning) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kinerja Ilmiah SAINS Siswa Kelas V Sd Negeri 5 Tejakula. Hal ini terbukti dari peningkatan persentase rata-rata hasil belajar yang mengalami peningkatan hasil belajar mencapai 90%.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh thit = 7,825 sedangkan ttab =

2,000 dan M1 = 78,23 sedangkan M2 =

71,97. Berarti dalam penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaraan berbasis otak berbantuan media teka-teki silang dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik Denpasar Utara. Selain itu dilihat dari rata-ratanya bahwa nilai hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis otak berbantuan media teka-teki silang lebih baik dari pada hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini berarti terdapat pengaruh pembelajaran berbasis otak ( brain based learning ) berbantuan media teka-teki silang terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014.

Adapun saran yang dapat disampaikan setelah melaksanakan dan memperoleh hasil dari penelitian yaitu.

Bagi guru, dengan menggunakan pembelajaran berbasis otak berbantuan media teka-teki silang dalam pembelajaran IPS yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

(9)

Bagi siswa, dengan mengikuti pembelajaran berbasis otak berbantuan media teka-teki silang dengan sungguh karena memberikan kesempatan siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya.

Bagi sekolah, dengan menerapkan pembelajaran yang inovatif salah satunya pembelajaran berbasis otak berbantuan media

teka-teki silang, akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Bagi peneliti, disarankan lebih mengembangkan pembelajaran berbasis otak berbantuan media teka-teki silang dengan materi-materi IPS yang lain sebagai alternatif dalam memecahkan permasalahan yang ditemukan dalam kegiatan pembelajar berbasis otak berbantuan media

teka-teki silang.

Daftar Rujukan

Antari, Sri, Ni Kadek. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Otak ( Brain Based Learning ) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V Semester I SD N 1 Getakan Banjarangkan Klungkung Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Undiksha Singaraja

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Astawan, I G. 2010. Model- model Pembelajaran Inovatif. Buku Ajar. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Undiksha.

Given,B.K. 2007. Brain based teaching (merangsang kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan otak emosional, sosial, kognitif, kinestesis, dan reflektif

Hidayati, Nia. 2009. “ Teka-teki Silang”. Tersedia pada http://niahidayati.net/manfaat- teka-teki-silang-sebagai- penambah-wawasan-dan-mengasah-kemampuan.hml (diakses tanggal 21 Januari2013).

Jensen, eric. 2011. Pemelajaran Berbasis-Otak. Jakarta: PT Indeks

Kurikulum. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum 2007

Nurhadyani, Dini. 2011. Penerapan Brain Based Learning dalam Pembelajaran Matematika untuk meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Koneksi Matematika siswa.

Tersedia pada

http://dinidinidini.wordpress.

com/category/all-about- education/brain-based-learning-hasil-penelitian-pribadi/.

(diakses tanggal 19 Januari 2013).

Paramita, Widia Desak Made. 2010.

Implementasi Model

Pembelajaran Berbasis Otak (Brain Based Learning) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kinerja Ilmiah SAINS Siswa Kelas V Sd Negeri 5 Tejakula. Program Kreatifitas Mahasiswa (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP UNDIKSHA

(10)

Sanjaya, Wina, 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitin Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R& D. Bandung.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Guru yang dengan sengaja melakukan perbuatan tindak pidana berupa perbuatan yang tidak menyenangkan kepada peserta didik pada saat dilaksanakan serangkaian kegiatan

 Guru memberikan sebuah narasi informasi secara menarik dengan konsep interaktif untuk menghubungkan materi tentang organ gerak pada hewan vertebrata dengan isi

Sedang untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilaksanakan guru dalam mening- katkan hasil belajar siswa materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan model

17 Menerapkan tata laksana perikanan yang bertang-gungjawab 80 18 Menerapkan penanganan dan penyimpanan hasil tangkap 80 19 Melakukan penangkapan ikan dengan berbagai alat 80 20

institusi hukum dan profesi hukum, Pembangunan yang komprehensif harus memperhatikan hak-hak azasi manusia, keduanya tidak dalam posisi yang berlawanan, dan dengan

Pada kajian ini kondisi rantai pasokan yang dianalisis terdiri dari berbagai hubungan kerjasama berbagai pihak dalam menjalankan berbagai macam produk pertanian

Pada tabel 4.2 tampak bahwa nilai rata-rata kelas hasil belajar peserta didik mata pelajaran matematika pada materi bangun ruang kubus adalah 78 dan nilai terendah adalah 60 dengan

Di antara kelompok-kelompok shifatiyah itu, ada yang memahami ayat-ayat tajassum dengan pengertian yang apa adanya dan disertai dengan paham tamtsil (perumpamaan)