• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 of 5 02/09/09 11:56

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1 of 5 02/09/09 11:56"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Home Galeri Foto Galeri Video klip

Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 24 TAHUN 2001

TENTANG

RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PELALAWAN, Menimbang :

bahwa Retribusi Daerah yang mengarah pada sistem Pemungutan Retribusi yang sederhana, adil, effektif dan efisien, maka dipandang perlu untuk menertibkan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

a.

bahwa Retribusi Izin Mendirikan Bangunan merupakan Retribusi Daerah yang cukup potensial sebagai sumber pembiayaan untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah;

b.

bahwa semakin bertambahnya jumlah bangunan maka perlu adanya usaha intensifikasi pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a , b, dan c perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

d.

Mengingat :

Indiche Contabilited Wet (ICW) stbl – 1925 Nomor 448, sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1986 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 53);

1.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25);

2.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Nomor 104 Tahun 1950, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);

3.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3507);

4.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1993 tentang Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Nomor 23 Tahun 1993); 5.

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685);

6.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

7.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

8.

Undang-undang Nomor 53 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, Dan Kota Batam (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan lembaran Negara Nomor 3902);

9.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Sengingi, Dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3968);

10.

Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 11.

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan di Bidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah (Lembaran Negara Nomor 25 Tahun 1987, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3353);

12.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3692);

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3721); 14.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan; 15.

Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70);

16.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 1988 tentang Petunjuk Pelaksanaannya;

17.

Peraturan Menteri PU Nomor 66/PRT/1993; 18.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

19.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 650-658 Tahun 1985 tentang Keterbukaan Rencana Kota untuk Umum; 20.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1992 tentang Rencana Tapak Tanah dan Tata Tertib Pengusahaan Kawasan Industri serta Prosedur Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Izin Undang-undang Gangguan (UUG) bagi Perusahaan yang berlokasi di Kawasan Industri;

21.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1992 tentang Cara Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) serta Izin Undang-undang Gangguan (UUG)/HO bagi Perusahaan yang berlokasi diluar Kawasan Industri;

22.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 1992 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan bagi Proyek-proyek PMA dan PMDN di Daerah;

23.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 07 Tahun 1993; 24.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah; 25.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemeriksaan dibidang Retribusi Daerah;

26.

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PELALAWAN MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN. BAB I

(2)

a. Bangunan Untuk Pabrik - Skala Besar - Skala Kecil Rp. 5. 000/M2 Rp. 2. 500/M2 b. Bangunan Usaha : 1. Permanen 2. Semi Permanen 3. Pri Permanen 4. Bangunan yang bertingkat ditambah 50 % dari lantai sebelumnya

Rp. 2. 000/M2 Rp. 1. 500/M2 Rp. 1. 000/M2

c. Bangunan Non Usaha : 1. Permanen

2. Semi Permanen

3. Bangunan yang bertingkat ditambah 50 % dari lantai sebelumnya

Rp. 1. 200/M2 Rp. 700/M2

d. Surat Keterangan Pengukuran Situasi : 1. Formulir Permohonan

2. Biaya Surat Keterangan / Retribusi pengukuran situasi bangunan dihitung berdasarkan luas lantai dalam kategori bertingkat dikalikan dengan induk kelas jalan dan induk lokasi ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah.

Rp. 2. 500/Exlp

e. Retribusi Pemetaan terhadap pelayanan yang diberikan adalah sebagai berikut : 1. Peta Dasar : - Skala 1 : 1. 000 - Skala 1 : 5. 000 - Skala 1 : 10. 000 - Skala 1 : 20. 000

2. Foto Udara Format standar (23 X 23 Cm) : - Skala 1 : 5. 000 - Skala 1 : 10. 0003. Mozaik Format 50 X 50 Cm : - Skala 1 : 10. 000 - Skala 1 : 20. 000 Rp. 3. 000/lembar Rp. 6. 000/lembar Rp. 7. 000/ lembar Rp. 10. 000/lembar Rp. 7. 000/ lembar Rp. 10. 000/lembar Rp. 150. 000/ lbr Rp. 300. 000/lbr

f. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Tangki, Cerobong Asap, Terowongan dan lain jenisnya dihitung 1,5 % dari anggaran biaya bangunan tersebut.

Anggaran Biaya Bangunan X 1,5 %

g. Retribusi Izin Merubah Bangunan/Perubahan Tata Bentuk pada Suatu Sisi Bangunan, dihitung berdasarkan luas bidang / sisi bangunan yang diubah dikalikan dengan Rp.

2000,-Luas Bidang / Sisi Bangunan yang diubah X Rp. 2.

000,-h. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Pagar dihitung berdasarkan luas bidang pagar dikalikan dengan tarif Retribusi IMB pagar ditetapkan sebagai berikut :

1. Permanen Mewah 2. Permanen

Rp. 300/M2 Rp. 250/M2 i. Retribusi Balik Nama IMB sebesar 5 % dari Retribusi IMB yang

bersangkutan. Retribusi IMB X 5 %

j. Retribusi Pelayanan Surat Izin Bekerja Perencanaan (SIBP) : 1. SIBP Baru : - Perencanaan Golongan A - Perencanaan Golongan B - Perencanaan Golongan C - Perencanaan Golongan D 2. Perpanjangan SIBP ;

Setiap Perpanjangan SIBP dihitung Retribusi sebesar 50 % dari biaya masing-masing Golongan

Rp. 500. Rp. 400. Rp. 300. Rp. 200.

000,-Biaya Golongan (A/B/C/D) X 50 %

Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

Daerah adalah Kabupaten Pelalawan. 1.

Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Pelalawan. 2.

Kepala Daerah adalah Bupati Pelalawan. 3.

Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Pelalawan. 4.

Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pelalawan. 5.

Jalan adalah semua jalan yang terbuka untuk lalu lintas umum, gang, jalan orang, dan jalan kenderaan, lapangan dan pertamanan, termasuk pula pinggir-pinggir jalan, lereng-lereng, trotoar, saluran dan peralatan-peralatan semacam itu, diukur antara garis-garis sempadan pagar, selanjutnya tiap-tiap jalur tanah, yang menurut rencana perluasan kota diperuntukkan buat jalan, dengan membuat sesuatu jalan dimaksudkan pula memperlebar sesuatu jalan, baik yang dibuat Pemerintah Daerah maupun swasta.

6.

Bangunan adalah sebuah atau sekelompok bangunan yang akan didirikan atau telah didirikan yang dipergunakan untuk tempat usaha atau tempat tinggal serta jenis atau bagian yang bersangkutan dengan bangunan itu yang bersifat permanen, semi permanen maupun darurat di atas tanah atau perairan.

7.

Mendirikan bangunan adalah usaha / pekerjaan untuk membuat atau mendirikan bangunan. 8.

Merubah bangunan adalah usaha / pekerjaan untuk merubah bentuk dasar dan sifat banguan semula induk maupun bangunan turunan.

9.

Memperbaiki bangunan adalah usaha / pekerjaan untuk memperbaiki bangunan yang telah ada dengan tidak merubah induk maupun bangunan turunan.

10.

Membongkar bangunan adalah usaha / pekerjaan untuk membongkar atau menghilangkan / meniadakan bangunan. 11.

Harga bangunan adalah harga bahan bangunan ditambah dengan biaya / upah pekerjaan yang merupakan kesatuan harga dari bangunan / borongan pekerjaan.

12.

Uang Retribusi adalah sejumlah pembayaran sebagai biaya untuk bimbingan dan pembinaan atas bangunan selama dan atau sampai bangunan siap didirikan.

13.

Izin Mendirikan Bangunan, merubah, memperbaiki, dan merobohkan bangunan adalah persetujuan resmi dari Kepala Daerah untuk memulai / mengakhiri pekerjaan mendirikan, merubah, memperbaiki atau merobohkan bangunan yang selanjutnya disebut IMB.

14.

Surat Izin Bekerja Perencana Bangunan adalah surat izin yang diberikan kepada perencana / seseorang yang bertugas mengerjakan perencanaan bangunan di bidang planologi/arsitektur dan atau konstruksi dan atau instalasi di Wilayah Kabupaten Pelalawan.

15.

Izin Lokasi adalah persetujuan dari Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk untuk itu dalam mengarahkan lokasi, menentukan peruntukkan dan fungsi serta penggunaan tanah atau bangunan yang akan didirikan.

16.

Badan adalah Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah, dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, firma, kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga dan bentuk usaha tetap. 17.

Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungutan atau pemotongan retribusi tertentu.

18.

Garis Sempadan Muka Bangunan adalah garis yang mengatur jarak bangunan yang menghadap jalan, baik muka bangunan maupun samping bangunan (untuk persiil pokok) dengan batas pinggir jalan (Patok Daerah Milik Jalan). 19.

Garis Sempadan Belakang Bangunan adalah garis yang mengatur batas bangunan bagian belakang dengan batas persil bagian belakang.

20.

Garis Sempadan Samping (kanan dan kiri) bangunan adalah garis yang mengatur batas bangunan bagian belakang dengan batas persil bagian samping (kanan dan kiri).

21.

Garis Sempadan Pagar bangunan adalah garis yang mengatur batas pagar bangunan dengan batas pinggir jalan (Patok Daerah Milik Jalan), besarnya garis sempadan pagar bangunan ditetapkan 1 (satu) meter.

22.

Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

23.

Surat keterangan adalah surat yang diterbitkan oleh Dinas Pekerjaan Umum mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan tugas pelayanan Dinas Pekerjaan Umum.

24.

Surat Setoran Retribusi Daerah, selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terhutang ke Kas Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

25.

Surat Ketetapan Retribusi Daerah, selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang.

26.

Surat Ketetapan Retribusi Daerah lebih bayar, selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi lebih besar daripada retribusi yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang. 27.

Surat Tagihan Retribusi Daerah selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

28.

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan peraturan perundang-undangan retribusi.

29.

Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

30.

BAB II PERIZINAN

Pasal 2

Setiap orang pribadi atau badan yang akan mendirikan bangunan harus mendapat izin Kepala Daerah. 1.

Tata cara pengajuan persyaratan izin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini ditetapkan oleh Kepala Daerah. 2.

BAB III

NAMA, OBYEK, DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 3

Dengan nama Retribusi Izin Mendirikan Banguan dipungut retribusi atas setiap pemberian Izin Mendirikan Banguan. Pasal 4

Obyek retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah setiap pemberian izin untuk mendirikan bangunan, menambah luas, dan meningkatkan bangunan.

Pasal 5

Subyek Retribusi IMB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin mendirikan bangunan. BAB IV

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 6

Golongan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan termasuk Jenis Retribusi perizinan tertentu. BAB V

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 7

Cara mengukur tingkat penggunaan jasa retribusi adalah : Luas bangunan yang didirikan;

a.

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 10 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut di Kabupaten Pelalawan.

BAB IX TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 11 Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan. 1.

Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. 2.

Hasil pungutan Retribusi sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (2) disetorkan ke Kas Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BAB X SANKSI ADMINISTRASI Pasal 12 Dalam hal wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 % ( dua persen ) tiap bulan keterlambatan dari Retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. 3.

BAB XI TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 13 Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus. 1.

Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang disamakan.

2.

Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran Retribusi diatur dengan Keputusan Kepala Daerah. 3.

BAB XII

TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 14

Pengeluaran Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 ( tujuh ) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

1.

Dalam jangka waktu 7 ( tujuh ) hari setelah tanggal Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis, wajib Retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang.

2.

Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk. Pasal 15 Bentuk-bentuk formulir yang digunakan untuk pelaksanaan penagihan Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah.

3.

BAB XIII KADALUARSA

Pasal 16

Penagihan Retribusi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi.

1.

Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini tertangguh apabila : Diterbitkan Surat Teguran atau;

a.

Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. b.

2.

BAB XIV

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 17

Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi. 1.

Pemberian pengurangan atau keringanan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan wajib Retribusi, antara lain, dapat diberikan kepada pengusaha kecuali untuk mengangsur.

2.

Pembebasan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain diberikan kepada wajib Retribusi yang ditimpa bencana alam, kerusuhan.

3.

Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi ditetapkan oleh Kepala Daerah. 4.

BAB XV

TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUARSA Pasal 18

Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluarsa dapat dihapus.

1.

Kepala Daerah menetapkan keputusan penghapusan piutang Retribusi Daerah yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud ayat (1).

2.

BAB XVI PENGAWASAN

Pasal 19

Pengawasan atas pelaksanaan ketentuan Peraturan Daerah ini secara fungsional dilaksanakan oleh Dinas/Instansi terkait dan apbila dipandang perlu Kepala Daerah dapat membentuk Tim. 1.

Untuk pengawasan atas pelaksanaan pekerjaan mendirikan, memperbaiki, menambah, merubah dan membongkar bangunan ditunjuk Kepala Dinas.

2.

BAB XVII INSTANSI PEMUNGUT

Pasal 20

Instansi pemungut Retribusi Izin Mendirikan Bangunan ini ditetapkan oleh Kepala Daerah. 1.

Uang perangsang atas pungutan Retribusi ini ditetapkan sebesar 5 % dari seluruh jumlah pungutan. 2.

XVIII P E N Y I D I K A N

Pasal 21

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melaksanakan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

1.

Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

a.

meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah;

b.

meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah;

c.

memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah;

d.

melakukan penggeledahan untuk mendapat bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen e.

2.

(3)

Jenis bangunan yang didirikan. b.

BAB VI

PRINSIP YANG DIANUT DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 8

Prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi adalah luas bangunan dan jenis bangunan yang didirikan.

BAB VII

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 9

Struktur dan besarnya tarif retribusi adalah :

Besarnya pengenaan Retribusi berdasarkan Luas Bangunan, Jenis Bangunan yang didirikan. 1.

Tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut : 2.

lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi;

f.

menyuruh berhenti, melarang seseorang meinggalkan dan memeriksa tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud huruf e;

g.

memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah dan retribusi; h.

memanggil orang untuk di dengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; i.

menghentikan penyidikan; j.

melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

k.

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

3.

BAB XIX KETENTUAN PIDANA

Pasal 22

Barang siapa yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini dapat diancam dengan Pidana Kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah), dengan tidak mengurangi kewajibannya untuk membayar Retribusi yang terhutang. (2) Tindak pidana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

1.

BAB XX KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 24 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pelalawan.

Disahkan di Pangkalan Kerinci pada tanggal 2 Juli 2001. BUPATI PELALAWAN, d.t.o. T. AZMUN JAAFAR

(4)
(5)

Referensi

Dokumen terkait

 Pribadi. Radio adalah medium yg paling dapat intim dengan khalayak sasarannya dibanding dengan media lainya. Keunggulan utama radio dibanding media cetak adalah adanya suara

Pembobotan KPI juga dilakukan pada perspektif konsumen, untuk indikator kinerja utama yang mendapat persentase atau bobot rata-rata tertinggi adalah persentase pelanggan

Berdasarkan Pasal 1 angka 14 Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang dimaksud dengan tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya

Untuk memperolehnya ter- dapat 2 metode yaitu metode pertama yang digunakan bila tersedia statistik cukup yang lengkap dan metode kedua yang digunakan bila tidak tersedia

Melalui pembelajaran yang berwawasan integratif inklusif, maka pembelajaran fiqih materi zakat yang bersifat normatif sesuai pendekatan agama, maka bisa dikemas

Sedangkan jenis kelamin, umur, riwayat asfiksia, jenis kuman, resistensi kuman terhadap gentamicin dan cefotaxim, lama perawatan dan ketidaksesuaian pemberian antibiotik dengan

Akan tetapi karena suatu pengaruh tertentu, perubahan gradual butiran yang terbalik (makin ke bawah semakin halus) dapat terbentuk pada suatu batuan sedimen dan

Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda independen (paired sample t-test). Oleh karena nilai Asymp.. 166 bahwa terdapat perbedaan rata-rata rata