• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN FIQIH MATERI ZAKAT BERWAWASAN INTEGRATIF INKLUSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN FIQIH MATERI ZAKAT BERWAWASAN INTEGRATIF INKLUSIF"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN FIQIH MATERI ZAKAT

BERWAWASAN INTEGRATIF INKLUSIF

Siti Athiroh

Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Agama Islam IAIN Purwokerto Yeti Dwi Herti

Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Agama Islam IAIN Purwokerto Faiz Adittian

Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Agama Islam IAIN Purwokerto

Abstract: There are so many problems that arise in teaching and learning activities, such as the limited ability of teachers and supporting components of the learning process. One way to solve this problem is to use the right learning approach. This needs to be done to facilitate the occurrence of the teaching and learning process. One of them is by using an integrated integra approach. The current process of learning activities must be able to be integrated between one scientific discipline and another. Included in this is the learning of jurisprudence material. Jurisprudence, which is part of the Islamic Education family, must be well conveyed. Therefore, an integrative inclusive approach can be a way out to solve problems that arise so that the purpose of learning fiqh material for zakat can be achieved well.

Key Words: Zakat Learning, Learning Approach, Integrative Inclusive.

Abstrak: Banyak sekali permasalahan yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya saja keterbatasan kemampuan guru dan komponen penunjang proses pembelajaran. Salah satu cara untuk memecahkan masalah tersebut yaitu menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat. Hal ini perlu dilakukan untuk mempermudah terjadinya proses belajar mengajar. Salah satunya yaitu dengan menggunakan pendekatan integraif inklusif. Proses kegiatan pembelajaran saat ini haruslah mampu terintegrasi antara satu disipli keilmuan dengan disiplin ilmu yang lainnya. Termasuk di dalamnya adalah pembelajaran fiqih materi zakat. Fiqih yang merupakan bagian dari rumpun Pendidikan Agama Islam, harus bisa disampaikan dengan baik. Oleh sebab itu, pendekatan inklusif integratif bisa menjadi jalan keluar guna memecahkan permasalahan yang timbul agar tujuan pembelajaran fiqih materi zakat bisa tercapai dengan baik.

Kata Kunci: pembelajaran fiqih materi zakat, pendekatan pembelajaran, integratif inklusif. PENDAHULUAN

Pendidikan menjadi satu yang terpenting dalam kehidupan kita. Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh sekelompok manusia atas sekelompok manusia lain. Tujuan dari hal tersebut yaitu untuk membebaskan manusia yang lain itu dari ketidaktahuan dan keterbatasan manusia. Hal ini sudah dikonsep dengan begitu baik dalam diri peserta didik. Akan tetapi, dalam realitasnya belum berjalan sesuai yang direncanakan.

Banyak permasalahan yang menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang telah di-rumuskan. Salah satu faktor yang mempengaruhi terhalangnya pencapaian tujuan tersebut yaitu keterbatasan dan ketidakmampuan guru dalam mengkonsep pembelajaran. Permasalahan ini muncul diakibat kemampuan guru yang hanya menerapkan proses belajar mengajar yang masih didominasi dengan pendekatan satu arah. Ke-banyakan guru menggunakan pendekatan terse-but karena keterbatasan sumber daya manusia

(2)

dan pra-sarana yang menunjang keberlancaran pendidikan.

Untuk mengatasi permasalahan ini, salah satu caranya yaitu dengan melakukan gaya belajar yang membuat peserta didik menjadi aktif sesuai dengan kondisi mereka. Hal ini dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Dalam proses ini, banyak pendekatan yang bisa kita gunakan. Perlu kita cermati pula bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi peserta didik. Oleh karena itu, dalam pemilihan model pembelajaran haruslah memperhatikan kondisi peserta didik, sifat materi, bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi pendidik itu sendiri.

Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan oleh pendidik yaitu menggunakan pendekatan integratif inklusif. Pembelajaran ini menekankan kepada siswa atau lebih berpusat kepada siswa. Misalnya dalam menyampaikan materi pendidikan agama Islam yang notabene berhubungan dengan hal keimanan yang bersifat abstrak. Untuk mengatasi permasalahan itu, perlu adanya pendekatan yang sesuai agar bisa mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Berangkat dari permasalahan tersebut, menarik untuk penulis kaji mengenai pembelajaran dengan berwawasan integratif inklusif dalam pembelajaran fiqih khususnya pada materi zakat.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah terse-but, maka rumusan masalah dalam penuliskan ini lebih menekankan pada bagaimana konsep pembelajaran fiqih materi zakat berwawasan integratif inklusif?

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengkaji dan menelaah pembelajaran fiqih materi zakat berwawasan integratif inklu-sif..

Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah memberi sumbangsih dan kontribusi pemikiran tentang konsep pembelajaran fiqih materi zakat berwawasan integratif inklusif, yang bisa ditindaklanjuti oleh peneliti lain untuk penelitian lebih lanjut.

LANDASAN TEORI

Pengertian Pembelajaran Berwawasan Integratif Inklusif

Dalam memahami makna integratif ini, pe-nulis membagi dalam dua pandangan. Pertama, dari sudut pandang istilah pendidikan dan umum yang mengartikan integrasi sebagai suatu proses menjadikan satu (penyatuan). Kedua, integrasi dalam istilah psikologi yang diartikan sebagai sebuah proses penyatuan serangkaian peristiwa atau sistem-sistem yang berbeda menjadi suatu kebulatan yang sifatnya utuh atau sebuah upaya guna menghimpun suatu hubungan yang berarti atau relasi-relasi tertentu atau menunjuk pada adanya proses pengkoordinasian. Sedangkan secara umum integrasi diartikan sebagai penyatuan secara terencana dari bagian-bagian yang berbeda-beda menjadi satu kesatuan yang serasi (Mutma’inah, 2017: 435).

Sedangkan menurut pendapat Assegaf, bah-wa yang dimaksud dengan pendekatan integratif di sini yaitu pendekatan yang ditujukan kepada keterpaduan kebenaran dengan adanya bukti-bukti yang ditemukan di alam semesta. Pendek-atan integratif di sini bukan berarti antara berbagai ilmu tersebut dilebur menjadi satu bentuk ilmu yang identik, melainkan karakter, corak, dan hakikat antara ilmu tersebut terpadu dalam kesatuan dimensi material spiritual, akal-wahyu, ilmu umum, dan ilmu agama. Sedangkan bila dilihat dari interkoneksitasnya yaitu adanya keterkaitan satu pengetahuan dengan pengeta-huan yang lain akibat adanya hubungan yang saling mempengaruhi. Sehingga pendekatan pembelajaran ini bisa mencakup berbagai lingkup ilmu pengetahuan.

Sedangkan pendekatan pendidikan inklusif yaitu sebuah pendekatan pendidikan yang diberikan untuk semua orang tanpa kecuali. Secara teoritis pendidikan inklusif adalah proses pendidikan yang memungkinkan semua anak berkesempatan untuk berpartisipasi secara penuh dalam kegiatan kelas reguler, tanpa memandang kelainan, ras, atau karakteristik lainnya. Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusif di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas fondasi yang lebih mendasar lagi, yang disebut Bhineka Tunggal Ika. Filsafat ini sebagai wujud pengakuan kebinekaan manusia, baik kebinekaan vertikal maupun horizontal, yang mengemban misi tunggal sebagai umat Tuhan di bumi. Kebinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan kecerdasan,

(3)

kekua-Jurnal El-Hamra

(Kependidikan dan Kemasyarakatan)

Vol. 4. No. 1 Februari 2019 – ISSN 2528-3650 http://ejournal.el-hamra.id/index.php/jkk

tan fisik, kemampuan finansial, kepangkatan, kemampuan pengendalian diri, dan sebagainya. Sedangkan kebinekaan horizontal diwarnai dengan perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, tempat tinggal, daerah, afiliasi politik, dan sebagainya. Adanya berbagai keberagaman namun dengan kesamaan misi yang diemban, sehingga menjadi kewajiban untuk membangun kebersamaan dan interaksi dilandasi dengan saling membutuhkan (Rahim, 2016: 69).

Dari pengertian di atas, bisa disimpulkan bahwa pendidikan berwawasan integratif inklu-sif yaitu pendekatan pendidikan yang diberikan kepada semua orang tanpa mengenal perbedaan dengan cara memadukan berbagai keilmuan/ keterpaduan ilmu pengetahuan. Diharapkan melalui pendekatan integratif inklusif ini, akan menciptakan pembelajaran yang mempermudah guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan.

Mata Pelajaran Fiqih

Fiqih secara terminologi, pada mulanya diartikan sebagai pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh ajaran Agama, baik berupa akidah maupun amaliyah. Ini berarti fiqih sama dengan pengertian syari’ah islamiyah. Pada perkembangan selanjutnya, fiqih merupakan bagian dari syari’ah islamiyah, yaitu pengetahuan tentang hukum syari’ah islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat dan diambil dari dalil yang terperunci (Syafe’i, 2010: 18-19).

Secara definitif, fiqih juga diartikan sebagai hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili (Amrullah, 1985: 2). Dari kesimpulan tersebut, ilmu fiqih adalah kumpulan hukum syara yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf, baik perbuatan anggota badan maupun batin. Seperti hukum wajib, haram, mubah, sah dan tidak sahnya suatu perbuatan (Yusuf, dkk., 2005: 3).

Mata pelajaran fikih adalah salah satu bagian dari Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli

dan pinjam meminjam (Peraturan Menteri Agama RI, 2008: 1).

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, fiqih merupakan bagian rumpun mata pelajaran yang membahas tentang ketentuan-ketentuan hukum syariat Islam. Syariat tersebut diajarkan melalui mata pelajaran fiqih yang cakupannya sangat luas. Oleh sebab itulah, pada setiap jenjang pendidikan Islam, pembelajaran fiqih memiliki aspek penekanan dan tujuan yang berbeda-beda.

Mata pelajaran Fiqh di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari fiqh yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah/SMP (Permenag No. 2 Tahun 2008: 84). Peningkatan tersebut dila-kukan dengan cara mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian fiqh baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah usul fiqh serta menggali tujuan dan hikmahnya, sebagai persiapan untuk melan-jutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat. Secara substansial, mata pelajaran Fiqh memiliki kontribusi dalam mem-berikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwuju-dan keserasian keselarasan, perwuju-dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT.

Secara umum tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Dalam Permenag No. 2 tahun 2008, mata pelajaran Fiqh di Madrasah Aliyah bertujuan untuk:

a. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan tatacara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.

(4)

Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam adalah untuk menanamkan keimanan dan ketaq-waaan kepada Allah SWT serta membiasakan siswa berakhlak mulia. Hal tersebut sesuai dengan fungsi pendidikan agama seperti yang diungkapkan Darajat adalah untuk;

a. Menumbuhkan rasa keimanan yang kuat. b. Menanamkembangkan kebiasaan dalam

melakukan amal ibadah, amal saleh dan akhlak mulia.

c. Menumbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugerah Allah SWT.

Dengan demikian melalui pembelajaran agama Islam merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam me-ningkatkan pemahaman pengetahuan keagama-annya yakni meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT serta berakhlak mulia. Ruang lingkup mata pelajaran fiqh di Madrasah Aliyah meliputi (Permenag No. 2 Tahun 2008: 88-89): kajian tentang prinsip-prinsip ibadah dan syariat dalam Islam; hukum Islam dan perundang-undangan tentang zakat dan haji, hikmah dan cara pengelolaannya; hikmah kurban dan akikah; ketentuan hukum Islam tentang pengurusan jenazah; hukum Islam tentang kepemilikan; konsep perekonomian dalam Islam dan hikmahnya; hukum Islam tentang pelepasan dan perubahan harta beserta hikmahnya; hukum Islam tentang wakaalah dan sulhu beserta hikmahnya; hukum Islam tentang daman dan kafaalah beserta hikmahnya; riba, bank dan asuransi; ketentuan Islam tentang jinaayah, Huduud dan hikmahnya; ketentuan Islam tentang peradilan dan hikmahnya; hukum Islam tentang keluarga, waris; ketentuan Islam tentang siyaasah syariyah; sumber hukum Islam dan hukum taklifi; dasar-dasar istinbaath dalam fiqh Islam; kaidah-kaidah usul fiqih dan penerapannya.

Materi Zakat dalam Pembelajaran Fiqih Secara bahasa zakat berarti tumbuh dan bertambah. Jika diucapkan zaka al-zar’ artinya adalah tanaman itu tumbuh dan berkembang (Al-Zuhayly, 2008: 82). Menurut terminologi syariat (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya

dengan persyaratan tertentu pula (Hafidhhuddin, 2002: 7).

Atau bisa diartikan bahwa zakat adalah ibadat yang bertalian dengan harta benda. Zakat itu wajib bagi orang yang mampu, dari kekayaannya yang berlebihan dari kepentingan dirinya dan kepentingan orang yang jadi tanggungannya (Syaltut, 1986: 94). Kaitan antara makna bahasa dan istilah ini berkaitan erat sekali, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh dan berkembang. Dalam penggunaannya, selain untuk kekayaan, tumbuh dan suci disifatkan untuk jiwa orang yang menunaikan zakat. Maksudnya, zakat itu akan mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahalanya. Sedangkan dalam istilah ekonomi, zakat merupakan tindakan pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak punya (Ridwan dan Mas’ud, 2005: 42).

Adapun orang yang berhak menerima zakat yaitu fakir miskin, amil, muallaf, orang yang berhutang, ibnu sabil, riqab, dan sabilillah. Adapun zakat itu ada dua yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat fitrah disyariatkan pada bulan Sya’ban. Zakat fitrah berfungsi sebagai penyempurna kekurangan yang terjadi dalam berpuasa. Adapun syarat wajib zakat fitrah antara lain; Islam, merdeka, menemukan waktu akhir bulan ramadhan dan waktu awal bulan Syawal, mempunyai kelebiha harta.

Kadar zakat fitrah yang wajib dikeluarkan masing masing jiwa yaitu satu sha’, atau 3 liter atau 2,4 kg (dibulatkan jadi 2,5 kg) beras atau makanan pokok lainnya. Sedangkan zakat Maal yaitu zakat yang dikeluarkan untuk membersihkan harta benda. Adapun harta yang wajib dizakati ada enam macam yaitu: binatang ternak (unta, sapi, kerbau, dan kambing), perhiasan (emas dan perak), tanaman (pertanian dan perkebunan), harta niaga (perdagangan), profesi, zakat hasil eksploitasi dan investasi (P2M Stain Purwokerto, 2013: 71-73).

PEMBAHASAN

Pembelajaran Fiqih Materi Zakat Berwawasan Integratif Inklusif

Bila melihat dari Undang-Undang Sisdiknas maupun isi kurikulum PAI yang telah dibuat oleh Kemendikbud, maka dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mata pelajaran PAI merupakan mata pelajaran yang sangat urgen

(5)

Jurnal El-Hamra

(Kependidikan dan Kemasyarakatan)

Vol. 4. No. 1 Februari 2019 – ISSN 2528-3650 http://ejournal.el-hamra.id/index.php/jkk

untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yakni bangsa yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. PAI diharapkan memberikan kontribusi bagi terbentuknya manusia Indonesia beriman, bertakwa, cerdas dan terampil agar dapat hidup di masyarakat, bangsa dan negara.

Merespon berbagai hal tentang mata pelajaran PAI tersebut, dapat diidentifikasi bahwa rendahnya kualitas PAI di sekolah karena beberapa faktor. Pertama, faktor materi PAI itu sendiri yang lebih banyak berorientasi pada

tafakuh fidin sehingga cenderung bersifat

indoktrinasi tidak seperti materi pelajaran lainnya yang langsung bersentuhan dengan dunia kerja. Kedua, metode pembelajaran PAI cenderung didominasi ceramah dan hafalan.

Ketiga, PAI merupakan salah satu materi

pelajaran yang lebih dekat dengan kehidupan di keluarga dan masyarakat (Sunhaji, 2014: 335-336).

Bila dilihat dari sisi dinamisasi pengetahuan dan cara berpikir manusia, pembelajaran PAI mengalami tiga fase, pertama, fase keagamaan, yakni karena keterbatasan pengetahuannya, manusia mengembalikan penafsiran semua geja-la yang terjadi kepada Tuhan. Kedua, fase metafisik, yakni manusia menafsirkan gejala atau fenomena yang ada dengan mengembalikan pada prinsip-prinsip yang merupakan sumber awal-nya. Ketiga, fase ilmiah, yakni manusia menaf-sirkan fenomena yang ada berdasar pengamatan yang teliti, dan berbagai eksperimen hingga diperoleh hukum alam pasti yang mengatur fenomena tersebut (Shihab, 2007: 39-40).

Pada tataran praktis, kadangkala masih ditemukan hambatan ketika pendekatan saintifik diterapkan secara bedampingan dengan pende-katan normatif dalam menjelaskan sebuah pengetahuan (termasuk persoalan fikih ibadah dan muamalah). Sebab kedua pendekatan tersebut memiliki metode berfikir yang berbeda. Pendekatan saintifik, dengan basis filsafat mengedepankan logika empirisme, sehingga sesuatu yang dikatakan benar adalah sesuatu yang dapat diukur berdasarkan rasio dan dapat dibuktikan secara empiris. Sebaliknya, pendekatan normatif yang berbasis kepada ajaran agama menyatakan bahwa yang benar adalah sesuatu yang secara normatif memang dikatakan benar oleh ajaran agama.

Oleh sebab itulah, proses pembelajaran zakat dalam kegiatan belajar mengajar perlu

dilakukan secara gradual sehingga pembela-jarannya tersistematis. Rincian pembelajaran materi zakat yang berwawasan integratif inklusif bisa dikemas dalam beberapa tahapan:

Integratif Inklusif Tingkat Filosofis

Dalam tahapan integratif inklusif tingkkat filosofis, pembelajaran haruslah direncanakan dan dikemas dengan baik. Salah satu pertim-bangannya yaitu berdasarkan pertimbangan aspek filosofis. Yang dimaksud tingkat filosofis dalam tahapan ini adalah memberikan keber-maknaan secara filosofis dari perilaku ibadah zakat dalam tatanan kehidupan kita. Tujuannya adalah agar materi zakat bisa diintegrasikan secara sains, sosial, kesehatan dll dalam pem-belajaran materi zakat. Oleh sebab itulah, seorang guru harus benar-benar mempertim-bangkan cara dalam menyampaikan materi zakat ini secara filosofis. Misalnya penyampaian materi zakat yang mempertimbangkan setiap kajian harus diberi nilai fundamental. Yaitu hubungan mataeri zakat dengan disiplin keilmuan lainnya serta nilai-nilai humanistik yang terkandung di dalam zakat.

Memberikan wawasan tentang materi zakat merupakan kewajiban bagi seorang guru. Begitu pula bagi peserta didik muslim, wajib mengetahui kewajiban berzakat dan aspek lainnya dalam materi zakat. Sehingga akan sulit untuk menyampaiakan materi zakat karena berhubungan dengan praktek dalam kehiduan bermasyarakat. Oleh sebab itulah perlu adanya perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru sebelum memulai pembelajaran.

Di samping memberi pengetahuan tentang makna fundamental dari berzakat yang tentunya bersumber/berpanduang dalam Al-Quran, maka perlu juga diberi wawasan filosofis dari berzakat. Di antara aspek filosofis dari zakat misalnya yaitu: membangun hubungan antar manusia, alam, dan Tuhan sebagai ajaran dalam Islam. Secara garis besar bahwa pembelajaran materi zakat harus ditanamkan eksistensi zakat yang tidak berdiri sendiri, melainkan berkembang bersama disiplin keilmuan yang lainnya seperti falsafah, sosiolgi, psikologi, dan lain sebagainya. Integratif Inklusif Tingkat Metode

Metode dalam penyampaian pembelajaran merupakan hal yang penting agar terciptanya pembelajaran yang bermutu. Untuk menyampai-kan materi zakat, diperlumenyampai-kan metode sebagai

(6)

sebuah cara dalam pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan materi pembelajaran materi zakat. Misalkan dalam pembelajaran tentang zakat, metodologi dan pendekatan yang digunakan adalah pengalaman empiris para siswa selama studi dengan jalan mengamati kegiatan lembaga zakat/ panitia zakat di tempat tinggalnya. Dengan mengguna-kan metode pembelajaran ini, amengguna-kan menciptamengguna-kan suasana belajar yang menuntut siswa untuk lebih aktif. Bisa berupa diskusi kelompok atau tanya jawab. Sehingga peserta didik dengan sendirinya akan saling bertanya dan berpendapat sesuai pengetahuan mereka tentang zakat, khususnya di dalam kehidupan mereka sendiri di tengah masyarakat.

Selain hal di atas, bisa juga melalui pene-rapan pola pembelajaran materi zakat dengan pola berpikir induktif maupun deduktif. Sebagai contoh, ketika seorang pendidik menerapkan pendekatan deduktif, bisa memulainya dari mengarahkan siswa mencari kebenaran mengenai zakat dalam Islam. Kemudian dari hal tersebut akan didapatkan fenomena-fenomena mengenai zakat yang bermunculan di dalam masyarakat. Sedangkan pola berpikir induktif bisa dimulai dari pencarian kebenaran yang ada dalam masyarakat mengenai materi zakat. Setelah itu, para siswa akan menyimpulkan berbagai kasus-kasus tentang zakat, maka akan bisa ditarik kesimpulan dari hubungan zakat dengan norma-norma yang ada di dalam Islam. Integratif Inklusif Tingkat Materi

Integratif inklusif tingkat materi merupakan suatu proses bagaimana seorang guru meng-integrasikan pembelajaran dengan menggunakan nilai-nilai kebenaran universal umumnya dengan kajian keislaman khsususnya ke dalam sains-sosial seperti fisika, kimia, biologi, sosiologi, hukum, politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Dengan cara ini, penyampaian materi zakat tidak hanya berfokus pada nilai-nilai keislaman saja. Akan tetapi, dalam pembelajaran, materi zakat dipertemukan dengan ilmu-ilmu umum dengan jalan memadukannya secara epistimologi dan aksiologi. Misalnya penyam-paian materi zakat melalui berbagai disiplin ilmu misalnya:

a. Integrasi materi zakat dengan ekonomi Pada sisi ekonomi, bisa berangkat dari kegiatan zakat yang merupakan tindakan amaliah yang berhubungan dengan harta. Dari perbuatan memberi ini, zakat mempunyai peran

yang besar dalam kehidupan. Zakat menjadi ibadah yang secara langsung dan erat kaitannya dengan ekonomi, di mana jika kita membahas tentang ekonomi tentulah kita membahas tentang harta. Dari sinilah kita bisa memulai mengaitkan materi zakat dengan ilmu ekonomi.

Selain itu, zakat juga mampu mendorong pemilik modal mengelola hartanya. Misalnya dalam praktek zakat mal yang dikenakan pada harta diam yang dimiliki seseorang setelah satu tahun, harta yang produktif tidak dikenakan zakat. Jadi, jika seseorang menginvestasikan hartanya, maka ia tidak dikenakan kewajiban zakat mal.

Dari berzakat pula, bisa meningkatkan sese-orang memiliki etika bisnis yang baik. Maksud-nya adalah ketika seseorang memiliki usaha dan penghasilan yang mewajibkan berzakat, maka pemenuhan zakat dikenakan pada harta yang diperoleh tersebut. Zakat memang menjadi pembersih harta, tetapi tidak membersihkan harta yang diperoleh secara batil. Maka hal ini akan mendorong pelaku usaha agar memperhatikan etika bisnis.

Dengan berzakat, menjadi sebuah cara untuk meratakan pendapatan, bagi pengelolaan zakat yang baik dan alokasi yang tepat sasaran akan mengakibatkan pemerataan pendapatan. Hal inilah yang dapat memecahkan permasalahan utama bangsa Indonesia (kemiskinan). Kemiskinan di Indonesia tidak terjadi karena sumber pangan yang kurang, tetapi distribusi bahan makanan itu yang tidak merata, sehingga banyak orang yang tidak memiliki kemudahan akses yang sama terhadap bahan pangan tersebut. Dengan zakat, distribusi pendapatan itu akan lebih merata dan tiap orang akan memiliki akses lebih terhadap distribusi pendapatan. b. Integrasi materi zakat dengan sosial

Memulai materi zakat untuk mengaitkannya dengan dimensi sosial bisa diawali dari manfaat zakat yang sebagai cara menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran, dan kelapangan dada kepada pribadi pembayar zakat. Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya. Dengan menzakatkan harta akan menjadikan kaum muslim memiliki sikap lapang dada dan ikhlas. Sebab sudah pasti ia kan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat pengorbanannya di masyarakat.

Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam, dan rasa dongkol yang ada dalam dada

(7)

Jurnal El-Hamra

(Kependidikan dan Kemasyarakatan)

Vol. 4. No. 1 Februari 2019 – ISSN 2528-3650 http://ejournal.el-hamra.id/index.php/jkk

fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin. Sebuah negara akan mampu menampilkan wajah damai apabila hubungan antara si kaya dengan si miskin tak saling bermuka masam. Dengan begitu, dua kelompok itu akan saling mengisi satu sama lain, tanpa menunjukkan benih kebencian. Sebaliknya, mereka menyuburkan kasih sayang dan sikap saling membutuhkan. Di sinilah peran zakat bisa dikaitkan dengan aspek sosial.

c. Integrasi materi zakat dengan psikologi dan kesehatan

Sebagai ibadah, zakat tidak hanya berkontribusi pada kemakmuran umat Islam karena menyentuh langsung perekonomian umat, tetapi juga bermanfaat bagi keselamatan dan kesejahteraan jiwa pemberinya. Manfaat psikologis yang bisa kita rasakan dengan berzakat, seperti mengingatkan diri kepada Allah, Sang Maha Pemberi Rezeki, menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela, seperti serakah, kikir, dan sombong.

Zakat mensucikan diri kita dari penyakit-penyakit yang mengotori hati kita. Zakat mengajarkan kita untuk tidak cinta dunia, serakah dan kikir. Zakat melembutkan hati kita untuk peka pada sesama yang membutuhkan uluran tangan dan membuat kita bersyukur atas apa yang Allah Berikan sebagai rezeki. Mereka yang menerima zakat kita pun merasa bahagia, mereka besyukur pula dan senantiasa mendoakan kita. Sebagian harta kita yang menjadi hak mereka sudah kita berikan, ini tentu memberikan keselamatan bagi jiwa dan dan kesehatan kita.

Integratif Inklusif Tingkat Strategi

Jika tingkat materi menunjukan pada bahan yang disedianya akan disampaikan dalam proses pembelajaran, maka tingkat strategi merupakan tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran. Pembelajaran dengan model

active learning dengan turunan berbagai macam

metode, teknik, dan taktik pembelajaran adalah

perlu dipilih dan dipraktekkan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Jika guru menghadapi keterbatasan dan kelemanahan dalam pelaksanaannya, maka dapat dibentuk

team teaching dengan guru lintas bidang

keilmuan, agar terjadi pembelajaran integratif. Semakin banyak disiplin keilmuan yang diintegrasikan dalam suatu pembelajaran, semakin membutuhkan strategi pembelajaran yang bervariasi serta melibatkan banyak guru untuk mengajar bidang ilmu yang dikaji.

Integratif Inklusif Tingkat Evaluasi

Tingkat evaluasi dilakukan setelah seluruh proses pembelajaran materi fiqih selesai dilakukan. Ini bertujuan agar kita mengetahui seberapa besar keberhasialan dan kegagalan, keunggulan dan kelemahan, serta bagian mana yang perlu diperbaiki. Tingkat evaluasi tidak bisa diabaikan kerena proses pembelajaran tidak dapat diketahui hasilnya tanpa evaluasi. Evaluasi pendidikan secara singkat dimaknai sebagai kegiatan menilai yang terjadi dalam proses pendidikan. Misalnya dalam penyampaian materi zakat, pada akhirnya perlu dievaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan dari rencana pembelajaran yang telah dibuat.

Keterpaduan pengalaman belajar merupa-kan konsekuensi logis dari keterpaduan materi dan keterpaduan penyajian yang dilakukan guru. Hasil belajar siswa harus terbentuk dalam suatu akumulasi total. Hasil belajar bukan hanya ditandai oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap secara sempit, melainkan harus menyang-kut fungsi dan manfaat dari pengalaman belajar. Artinya siswa harus dapat memanfaatkan pengalaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

PENUTUP

Melalui pembelajaran yang berwawasan integratif inklusif, maka pembelajaran fiqih materi zakat yang bersifat normatif sesuai pendekatan agama, maka bisa dikemas secara saintifik dengan menggunakan lima cara yang telah dijelaskan di atas. Tujuan dari pem-belajaran akan mudah dicapai, manakala seorang guru bisa mengemas pembelajaran dengan menggunakan kreatifitasnya. Mulai dari perenca-naan tujuan pembelajaran hingga evaluasi, mengukur seberapa besar tujuan dari peren-canaan yang telah dibuat. Melalui pembelajaran berwawasan intergratif inklusif ini pula yang

(8)

akan memberikan wawasan kepada para siswa dalam memahami materi yang sifatnya dogmatis/atau abtrak (misalnya tentang keima-nan dan ibadah), akan disampaikan secara ilmiah. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah menangkap materi dan memiliki pengalaman belajar yang diharapkan akan dilaksanakan/diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Zuhayly, Wahbah. 2008. Zakat Kajian Berbagai

Mazhab. Bandung: Rosdakarya.

Amrullah, Abdul Karim. 1985. Pengantar Ushul

Fiqih, (Jakarta: Pustaka Panjimas.

Hafidhhuddin, Didin. 2002. Zakat Dalam

Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema

Insani.

Mutma’inah, Siti. 2017. “Pendekatan Integratif: Tinjauan Paradigmatif Dan Implementatif Dalam Pembelajaran Fikih Di Madrasah Ibtidaiyah”, dalam jurnal Elementary, Vol. 5 / No. 2 / Juli-Desember 2017.

P2M Stain Purwokerto. 2013. Modul Pengetahuan

dan Pengalaman Ibadah (PPI), Yogyakarta:

Pustaka Ilmu.

Rahim, Abdul. 2016. “Pendidikan Inklusif Sebagai Strategi Dalam Mewujudkan Pendidikan Untuk Semua”, dalam jurnal Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 3, Nomor 1, September 2016.

Ridwan, Muhammad dan Mas’ud. 2005. Zakat

dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta: UII Press.

Shihab, M. Quraish. 2007. Mu’jizat al-Qur’an

Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib. Bandung:

Mizan.

Sunhaji. 2014. “Model Pembelajaran Integratif Pendidikan Agama Islam Dengan Sains”,

Insania, Vol. 19, No. 2, Juli - Desember 2014.

Syafe’i, Rahmat. 2010. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia.

Syaltut, Mahmud. 1986. Islam Aqidah dan

Syariah. Jakarta: Pustaka Amani.

Thoifah, I’anatut. 2014. “Efektivitas Pembelajaran Tematik pada Materi Pendidikan Agama Islam (PAI) di MI Hidayatul Islam Mentoro Tuban”. Jurnal

Madrasah Vol. 7, No. 1, Juli-Desember 2014.

Yusuf, Muhammad dkk. 2005. Fiqih dan Ushul

Fiqih. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan umroh juga merupakan agenda rutinan didalam Yayasan Jam‟iyah Sholawat Ibrohimiyah. Kegiatan ini dibuka secara umum untuk diikuti semua masyarakat, tidak hanya jamaah

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat diketahui bahwa setelah dilakukan analisis maka sangat perlu dikembangkan

Budi Pekerti pada SMP Negeri 3 Pati dan SMP Negeri 1 Juwana. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan sekolah dalam rangka. implementasi kurikulum 2013 mata pelajaran PAI dan

Berdasarkan hasil diatas maka disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh posi- tifterhadap kebijakan dividen.Sedangkan investment opportunity set tidak berpengaruh

menghargai Anda, mempercayai Anda, menyayangi Anda, merasa memiliki kewajiban membeli dari Anda (karena Anda begitu baik dan suka menolong, dia berhutang budi dengan Anda. Dia

RISIKO PASAR: RISIKO YANG DIALAMI OLEH PERUSAHAAN KARENA KEGAGALAN.. PERUSAHAN DI DALAM MEMASARKAN

Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan