• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BINTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BINTAN"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL

KESEHATAN

KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BINTAN

Jl. Raya Tanjungpinang—Tanjung Uban KM. 42 Bandar Seri Bentan Telp. 0771-8080038 Fax. 0771-8080039

(2)

TIM PENYUSUN

Pengarah

MUHAMMAD ROEM

(Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan)

Pembina

dr. UNTUNG SISWANTO

(Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan)

Ketua

PUTRI RAHMAWATI, MKM (Kasubbag.Penyusunan Program)

Sekretaris

ADINA DESTARINA, SKM (Staf Penyusunan Program)

PenanggungjawabKabupaten: Tim Editor:

Erwanzory, SKM (Kabid. Pelayanan Kesehatan); Dra. Dwi Meiry Bintanningsih (Kabid. Promosi Kesehatan); Ekandra Indra Sandri, SKM, M.Kes (Kabid. Kesehatan Keluarga);

drg. Horas JPSihite, M.Kes (Kabid. P2PL) Pengumpul Data Kabupaten:

Martatina, SST; Nini Handayani, SKM; Desi Veronika, SST; Sri Sulistiningari, SKM; Erice Eka Putri, SST; Gatot Yunanto, SKM; Zalfa Gusni Fitri, SKM; Norma, SST; Yulisnawati, SKM; Murni, SKM;

Achmad Samsuri; Ermy Syafaria; Rijalul Fikri, S.Kep; Hesti Fatmawati; Tatang Suheri

(3)

Tim PenyusunPuskesmas:

1. Puskesmas Kijang Ketua : dr. H. Royhan C Siregar Anggota : 1. Ngadiman

2. Fathiah Anggia Murni

2. Puskesmas Kelong Ketua : dr. Kurniawan

Anggota : 1. Elviyani, AMK 2. Yuliana, AMKL 3. Puskesmas Mantang Ketua : dr. Leo Andreas

Anggota : 1. Abdul Kamal, SKM 2. Nely Yasmi

4. Puskesmas Toapaya Ketua : Syafriman, SKM

Anggota : 1. Yani Lisandari, AMK 2. Rapi’ah, AMK

5. Puskesmas Kawal Ketua : dr. Bambang Utoyo

Anggota : 1. Murnilawati, S.Kep 2. Asnovita Kurniati, SKM 6. Puskesmas Teluk Bintan Ketua : dr. Yosei Susanti

Anggota : 1. Fitri Yanti

2. Utami Puspita Devi 7. Puskesmas Teluk Sebong Ketua : Anusirwan, MPH

Anggota : 1. Said Rahadian, SKM 2. Evi Sriwati Purba, SKM 8. Puskesmas Sri Bintan Ketua : Burhanuddin, SKM

Anggota : 1. Eva Andriyani, AMKG 2. Okvitri W, AMD 9. Puskesmas Berakit Ketua : dr. Rahmad Hamid

Anggota : 1. Afandi, SKM 2. Zulyadi, S.Kep 10. Puskesmas Teluk Sasah Ketua : dr. Yevina, M.Si

Anggota : 1. Losmen Sebayang 2. Prayitno

11. Puskesmas Tanjung Uban Ketua : drg. Euis Herawati Anggota : 1. Sjaprianto, SST

2. Poppy Desiaryani, SKM 12. Puskesmas Tambelan Ketua : Firman Arifianto, SKM

Anggota : 1. Yuliansisti, S.Kep 2. Husaini

13. Puskesmas Sei. Lekop Ketua : dr. Fera Kartika Anggota : 1. Deskasary, SKM

2. Endang Puji Rianti 14. Puskesmas Kuala Sempang Ketua : dr. Marina Cilvani Sinaga

Anggota : 1. Daniel Sihombing 2. Keri Osman

Kontributor Lintas Sektor

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya jualah sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014 ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014 ini merupakan suatu gambaran atau informasi kinerja dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, terutama dalam hal upaya pelaksanaan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Bintan tahun 2014 sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan untuk menuju Indonesia Sehat Tahun 2025.

Sebagai salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten Bintan, maka Profil Kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2014 ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada para pembaca mengenai kondisi dan situasi kesehatan di wilayah Kabupaten Bintan pada tahun 2014, dimana penyajian data dan informasi yang dimuat didalamnya dilengkapi dengan analisis deskriptif yang diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk merencanakan dan menyusun program kesehatan yang akan datang,disamping sebagai media penyajian data dan informasi profil ini juga merupakan sarana evaluasi pencapaian program dan kinerja tahun 2014.

(6)

Kondisi kesehatan yang dimuat dalam profil ini disusun berdasarkan Laporan Tahunan masing-masing bidang di lingkungan Dinas Kesehatan, Profil Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pondok Bersalin Desa (Polindes), Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Bappeda, Dinas Pendidikan serta instansi terkait lainnya. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran formulir keseluruh sumber data, kemudian dilakukan cleaning data, editing dan pengolahan, pemutakhiran data serta analisis data, mekanisme ini dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat dan valid. Formulir data yang digunakan merupakan lampiran data isian profil kesehatan sebanyak 81 tabel. Formulir/tabel yang digunakan bisa dikembangkan sesuai dengan spesifik daerah tanpa mengurangi formulir/tabel yang ditentukan dari Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan profil ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, namun demikian saran serta apresiasi perlu diberikan kepada Tim Penyusun yang telah bekerja keras untuk menyelesaikan penyusunan profil ini, untuk itu kami mengaharapkan saran dan kritik yang membangun guna perbaikan dimasa datang. Selanjutnya kami ucapkan terima kasih atas partisipasi, kerjasama dan kesediaan dari seluruh sumber yang telah memberikan informasi data sehingga tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014 ini.

(7)
(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... TIM PENYUSUN... PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR TABEL... Halaman i ii iv v viii x xvii xviii BAB I PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang... 1.2. Tujuan... 1.3. Sistematika Penulisan... 1 1 2 3

II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BINTAN... 2.1. Sejarah Singkat... 2.2. Geografis... 2.3. Demografis... 2.4. Indeks Kesehatan... 5 5 7 8 11

III SITUASI DERAJAT KESEHATAN... 3.1. Program Kesehatan... 3.2. Angka Kematian... 3.3. Angka Kesakitan... 12 12 26 30

(9)

IV

V

VI

SITUASI UPAYA KESEHATAN... 4.1. Pelayanan Kesehatan... 4.2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan... 4.3. Perilaku Hidup Masyarakat... 4.4. Keadaan Lingkungan...

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN... 5.1. Sarana Kesehatan... 5.2. Tenaga Kesehatan... 5.3. Pembiayaan Kesehatan... KESIMPULAN... 44 44 58 61 62 67 67 72 74 76

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Resume profil kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014 Tabel 1 Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk,

jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 3 Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang Melek Huruf dan Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 4 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 5 Jumlah Kematian Neonatal, Bayi dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 6 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 7 Kasus Baru TB BTA+, Seluruh Kasus TB, Kasus TB pada Anak dan Case Notification Rate (CNR) Per 100.000 Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 8 Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 9 Angka Kesembuhan dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ Serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 10 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

(11)

Tabel 11 Jumlah Kasus HIV, AIDS dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 12 Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Bintan Tahun 2014 Tabel 13 Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 14 Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 15 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 16 Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2014

Tabel 17 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From Treatment/RTF) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 18 Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 19 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 20 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 21 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 22 Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

(12)

Tabel 23 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 24 Pengukuran Tekanan Darah Penduduk ≥18 Tahun Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 25 Pemeriksaaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 26 Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan Metode IVA dan Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 27 Jumlah Penderita dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) Kabupaten Bintan Tahun 2014 Tabel 28 Kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa/Kelurahan Yang

Ditangani <24 Jam Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 29 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 30 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 20142

Tabel 31 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 32 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 dan Fe3 Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 33 Jumlah dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

(13)

Tabel 34 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 35 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 36 Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 37 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 38 Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 39 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 40 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 41 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 42 Cakupan Imunisasi Hepatitis B <7 Hari dan BCG Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 43 Cakupan Imunisasi DPT-HB3/DPT-HB-Hib3, Polio, Campak dan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 44 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

(14)

Tabel 45 Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 46 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 47 Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 48 Cakupan Kasus Balita Gizi Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 50 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 51 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak SD Dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 52 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 53 Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jenis Jaminan dan Jenis Kelamin Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 54 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Kunjungan Gangguan Jiwa Di Sarana Pelayanan Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 55 Angka Kematian Pasien Di Rumah Sakit Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 56 Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit Kabupaten Bintan Tahun 2014

(15)

Tabel 57 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (Ber-PHBS) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 58 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamayan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 59 Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 60 Persentase Kualitas Air Minum Di Penyelenggara Air Minum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 61 Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 62 Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 63 Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Menurutu Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 64 Tempat Pengelolaan Makan (TPM) Menurut Status Higiene Sanitasi Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 65 Tempat Pengelolaan Makanan Dibina Dan diuji Petik Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 66 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 67 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 68 Persentase Saran Kesehatan (Rumah Sakit) Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (GADAR) Level I Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 69 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Bintan Tahun 2014

(16)

Tabel 70 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurt Kecamatan Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 71 Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 72 Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 73 Jumlah Tenaga Keperawatan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 74 Jumlah Tenaga Kefarmasian Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 75 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Dan Kesehatan Lingkungan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 76 Jumlah Tenaga Gizi Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 77 Jumlah Tenaga Keterapian Fisik Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 78 Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 79 Jumlah Tenaga Kesehatan Lain Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014

Tabel 80 Jumlah Tenaga Non Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014

(17)

DAFTAR GRAFIK

Hal. Grafik 1. Angka Kematian Ibu (AKI) per 1.000 kelahiran hidup di

Kabupaten Bintan Tahun 2014 29

Grafik 2. Case Detection Rate (CDR) BTA+ di Kabupaten Bintan

Tahun 2014 30

Grafik 3. Case Notofication Rate (CNR) Seluruh Kasus TB di

Kabupaten Bintan Tahun 2014 31

Grafik 4. Proporsi Kasus TB Anak di Kabupaten Bintan Tahun

2014 32

Grafik 5. Persentase Kunjungan Ibu Hamil K-1 di Kabupaten

Bintan Tahun 2014 45

Grafik 6. Persentase Kunjungan Ibu Hamil K-4 di Kabupaten

Bintan Tahun 2014 46

Grafik 7. Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2014 47 Grafik 8. Persentase pelayanan kesehatan ibu nifas di Kabupaten

Bintan Tahun 2014 47

Grafik 9. Persentase peserta KB baru dan KB aktif di Kabupaten

Bintan Tahun 2014 50

Grafik 10. Jumlah kunjungan pasien rawat inap dan rawat jalan di

Kabupaten Bintan Tahun 2014 59

Grafik11. Jumlah jenis penyakit terbanyak di Kabupaten Bintan

Tahun 2014 60

Grafik 12. Persentase posyandu purnama dan mandiri di

Kabupaten Bintan Tahun 2014 70

Grafik 13. Pembiayaan kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun

2014 74

Grafik 14. Persentase Anggaran Kesehatan Menurut APBD

(18)

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 1. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan menurut

kecamatan di Kabupaten Bintan Tahun 2014 9 Tabel 2. Jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk di

Kabupaten Bintan Tahun 2014 10

Tabel 3. Jumlah perkembangan angka harapan hidup dan indeks kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2012 s/d Tahun 2014

11

Tabel 4. Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Bintan Tahun 2014 67 Tabel 5. Jumlah dan kondisi puskesmas se-Kabupaten Bintan

Tahun 2014 67

Tabel 6. Jumlah dan kondisi puskesmas pembantu se-Kabupaten

Bintan Tahun 2014 68

Tabel 7. Jumlah dan kondisi polindes/poskesdes se-Kabupaten

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, untuk mencapai tujuan tersebut penyelenggaraan pembangunan kesehatan haruslah dilaksanakan dengan perencanaan program pembangunan kesehatan yang baik sesuai dengan kebutuhan, terarah, menyeluruh dan berkesinambungan oleh segenap bangsa Indonesia baik oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota, maupun oleh sektor swasta dan masyarakat.

Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan kesehatan nasional tersebut, salah satu upaya yang dikembangkan adalah Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan bagian fungsional dari Sistem Kesehatan yang dibangun dan himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehatan.

Kegiatan pengembangan SIKNAS yang dilaksanakan diantaranya adalah pengemasan data dan informasi kesehatan dalam bentuk penyusunan buku Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014 memuat dan menggambarkan berbagai data dan informasi kesehatan yang meliputi pencapaian sasaran pembangunan kesehatan, derajat kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan. Disamping itu Profil Kesehatan Kabupaten Bintan menyajikan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan, seperti data kependudukan, data sosial ekonomi, data lingkungan dan geografi serta data lainnya yang dianggap perlu.

Profil kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2014 juga merupakan salah satu sarana evaluasi terhadap keberhasilan dan kinerja serta permasalahan dan kendala yang dihadapi sepanjang tahun 2014. Hasil evaluasi akan sangat bermanfaat untuk perbaikan perencanaan pembangunan kesehatan dimasa

(20)

datang. Seluruh data disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi serta dilengkapi dengan analisis deskriptif.

Dengan tersedianya data-data dan informasi yang akurat dan valid dalam Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014 ini diharapkan dapat bermanfaat, tidak hanya sebagai media evaluasi pencapaian pembangunan kesehatan Tahun 2014, tetapi juga menjadi sumber utama sebagai dasar dalam sistem perencanaan dan penyusunan program pembangunan bidang kesehatan yaitu pengambilan keputusan dan pembangunan kebijakan kesehatan dimasa akan datang.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penyusunan Profil Kesehatan ini adalah untuk mengetahui gambaran yang menyeluruh mengenai kondisi daerah dan status kesehatan masyarakat, pencapaian dan kinerja pembangunan kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2014.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran umum sejarah singkat, keadaan lingkungan fisik, geografi, sosial ekonomi, pendidikan, dan demografi di Kabupaten Bintan Tahun 2014.

2. Diketahuinya Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Kesehatan serta program-program dan target-target tahunan pembangunan kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014.

3. Diketahuinya hasil pencapaian pembangunan kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014.

4. Diketahuinya kinerja pembangunan kesehatan, sumber daya pembangunan kesehatan dan permasalahan pembangunan kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2014.

(21)

1.3. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014 ini disajikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab I menjelaskan secara singkat latar belakang, manfaat dan tujuan penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2014 dan sistematika penyajiannya.

BAB II GAMBARAN UMUM

Bab II menyajikan gambaran umum Kabupaten Bintan, yang meliputi letak geografis, administratif dan informasi demografi, keadaan pendidikan serta keadaan lingkungan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat.

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab III menguraikan indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat di Kabupaten Bintan Tahun 2014.

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

Bab IV menyajikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat dan pelayanan kefarmasian. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan, serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang dilaksanakan oleh Kabupaten Bintan Tahun 2014.

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab V menggambarkan secara umum tentang sumber daya yang ada di Kabupaten Bintan Tahun 2014, meliputi sarana prasarana kesehatan, sumber daya tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan.

(22)

BAB VI KESIMPULAN

Bab VI menggambarkan secara umum hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari hasil pencapaian pembangunan kesehatan, kinerja pembangunan kesehatan, serta saran-saran berupa rekomendasi dalam upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada. Dalam bab ini juga menjabarkan hal-hal yang belum tercapai atau masih kurang dalam rangka upaya menuju Kabupaten Bintan Sehat.

LAMPIRAN

Pada lampiran profil kesehatan tahun 2014 ini dilampirkan tabel profil kesehatan sebanyak 81 tabel dan beberapa tabel tambahan.

(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BINTAN

2.1. Sejarah Singkat

Kabupaten Bintan sebelumnya merupakan Kabupaten Kepulauan Riau. Kabupaten Bintan telah dikenal beberapa abad yang silam tidak hanya di nusantara tetapi juga di manca-negara. Wilayahnya mempunyai ciri khas terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan, karena itulah julukan Kepulauan “Segantang Lada” sangat tepat untuk menggambarkan betapa banyaknya pulau yang ada di daerah ini. Pada kurun waktu 1722-1911, terdapat dua Kerajaan Melayu yang berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaannya di Daik dan Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan.

Jauh sebelum ditandatanganinya Treaty of London, kedua Kerajaan Melayu tersebut dilebur menjadi satu sehingga menjadi semakin kuat. Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir.

Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah keresidenan yang dibagi menjadi dua Afdelling yaitu: Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau–Lingga, Indragiri Hilir dan Kateman yang berkedudukan di Tanjungpinang dan sebagai penguasa ditunjuk seorang Residen. Afdelling Indragiri yang berkedudukan di Rengat dan diperintah oleh Asisten Residen (dibawah) perintah Residen.

Pada 1940 Keresidenan ini dijadikan Residente Riau dengan dicantumkan Afdelling Bengkalis (Sumatera Timur) dan sebelum Tahun 1945–1949 berdasarkan Besluit Gubernur General Hindia Belanda tanggal 17 Juli 1947 Nomor : 9 dibentuk daerah Zelf Bestur (daerah Riau). Berdasarkan surat Keputusan delegasi Republik Indonesia, Provinsi Sumatera Tengah tanggal 18 Mei 1950 Nomor : 9/Depart. menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi

(24)

status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat kewedanan sebagai berikut :

1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan

(termasuk Kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur sekarang).

2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur dan

Moro.

3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep dan

Senayang.

4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan,

Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.

Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Nomor : 26/K/1965 dengan mempedomani Instruksi Gubernur Riau tanggal 10 Februari 1964 Nomor : 524/A/1964 dan Instruksi Nomor : 16/V/1964 dan Surat Keputusan Gubernur Riau tanggal 9 Agustus 1964 Nomor : UP/247/5/1965, tanggal 15 Nopember 1965 Nomor : UP/256/5/1965 menetapkan terhitung mulai 1 Januari 1966 semua daerah Administratif kewedanaan dalam Kabupaten Kepulauan Riau dihapuskan. Pada Tahun 1983, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 31 Tahun 1983, telah dibentuk Kota Administratif Tanjungpinang yang membawahi 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpinang Barat dan Kecamatan Tanjungpinang Timur, dan pada Tahun yang sama sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 34 Tahun 1983 telah pula dibentuk Kotamadya Batam. Dengan adanya pengembangan wilayah tersebut, maka Batam tidak lagi menjadi bagian Kabupaten Kepulauan Riau.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor : 53 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor : 13 Tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari : Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna. Wilayah Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 Kecamatan, yaitu : Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan Utara, Bintan Timur, Tambelan, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur. Kecamatan

(25)

Teluk Bintan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Galang. Sebagian wilayah Galang dicakup oleh Kota Batam. Kecamatan Teluk Bintan terdiri dari 5 desa yaitu Pangkil, Pengujan, Penaga, Tembeling dan Bintan Buyu. Kemudian dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 2001, Kota Administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang statusnya sama dengan Kabupaten.

Sejalan dengan perubahan administrasi wilayah pada akhir Tahun 2003, maka dilakukan pemekaran Kecamatan yaitu Kecamatan Bintan Utara menjadi Kecamatan Teluk Sebong dan Bintan Utara. Kecamatan Lingga menjadi Kecamatan Lingga Utara dan Lingga. Pada akhir Tahun 2003 dibentuk Kabupaten Lingga sesuai dengan Undang-Undang Nomor : 31/2003, maka dengan demikian wilayah Kabupaten Bintan meliputi 6 Kecamatan yaitu Bintan Utara, Bintan Timur, Teluk Bintan, Gunung Kijang, Teluk Sebong dan Tambelan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor : 12 Tahun 2007 telah dibentuk 4 Kecamatan baru sehingga saat ini Kabupaten Bintan memiliki 10 Kecamatan, yaitu Kecamatan Tuapaya hasil pemekaran dari Kecamatan Gunung Kijang, Kecamatan Bintan Pesisir dan Mantang adalah pemekaran dari Kecamatan Bintan Timur, Kecamatan Sri Kuala Lobam adalah hasil pemekaran Kecamatan Bintan Utara.

2.2. Geografis

Kabupaten Bintan secara geografis terletak antara 0˚06’17”-1˚34’52” Lintang Utara dan 104˚12’47” Bujur Timur di Sebelah Barat -108˚02’27´Bujur Timur di Sebelah Timur. Luas wilayah Kabupaten Bintan seluruhnya mencapai 87.717,84 Km2, luas daratannya hanya 1,50% atau sebesar 1.319,51 Km2 saja

dan luas lautnya 86.398,33 Km2 atau 98,50%. Kecamatan terluas daratannya adalah Kecamatan Gunung Kijang dengan luas 503,12 Km2 dan Kecamatan

terkecil adalah Tambelan yaitu 169,42 Km2. Kabupaten Bintan saat ini terdiri dari

240 buah pulau besar dan kecil. Hanya 49 buah diantaranya yang sudah dihuni, sedangkan sisanya walaupun belum berpenghuni sebagian sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, khususnya usaha perkebunan. Dilihat dari topografinya,

(26)

pulau-pulau di Kabupaten Bintan sangat bervariasi. Umumnya dibentuk oleh perbukitan rendah membundar yang dikelilingi oleh daerah rawa-rawa. Wilayah Kabupaten Bintan merupakan bagian dari paparan kontinental yang terkenal dengan nama Paparan kontinental yang dibebut Paparan Sunda. Sedangkan batas wilayah Kabupaten Bintan adalah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Natuna, Kabupaten Anambas dan Malaysia;

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lingga; 3) Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat;

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Batam dan Kota Tanjungpinang. Morfologi pulau Bintan tidak memiliki perbedaan ketinggian yang menyolok yaitu antara 0-350 meter dari muka laut. Penonjolan puncak-puncak bukit antara lain Gunung Bintan 348 meter, Gunung Bintan Kecil 196 meter. Bukit-bukit lainnya merupakan bukit-bukit dengan ketinggian dibawah 100 meter. Bukit-bukit tersebut merupakan daerah hulu-hulu sungai yang sebagian besar mengalir kearah Utara dan Selatan dengan pola sub paralel, sedangkan pola anak-anak sungainya berpola sub radial. Sungai-sungai itu umumnya pendek-pendek, dangkal dan tidak lebar. Pada umumnya wilayah Kabupaten Bintan beriklim tropis. Selama periode Tahun 2010 temperatur rata terendah 21,2 derajat celcius dan tertinggi rata-rata 34,2 derajat celcius dengan kelembaban udara sekitar 84%.

2.3. Demografi

Penduduk Kabupaten Bintan Tahun 2014 berjumlah sebesar 140.267 jiwa terdiri dari 39.097 rumah tangga. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 72.503 jiwa (51,66%) dan penduduk perempuan sebesar 67.764 jiwa (48,31%). Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan (sex ratio) sebesar 107. Artinya setiap 100 perempuan berbanding dengan 107 laki-laki. Kecamatan yang terpadat penduduknya terdapat di Kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah penduduk tertinggi 40.684 jiwa (29%) sedangkan yang terendah terdapat di Kecamatan Tambelan sebanyak 4.142 jiwa (2,95%).

(27)

Tabel 1. : Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Menurut Kecamatan di Kabupaten Bintan Tahun 2014

Kecamatan Puskesmas Penduduk Sex

Ratio

Laki-laki Perempuan Jumlah

Bintan Timur Kijang 15.058 14.037 29.095 107,3

Sei. Lekop 5.944 5.645 11.589 105,3

Bintan Pesisir Kelong 4.135 3.710 7.845 111,5

Mantang Mantang 2.228 1.958 4.186 113,8

Toapaya Toapaya 5.448 4.938 10.386 110,3

Gunung Kijang Kawal 6.087 5.430 11.517 112,1

Teluk Sebong Teluk Sebong 4.520 4.129 8.649 109,5

Sri Bintan 3.127 2.944 6.071 106,2

Berakit 1.471 1.322 2.793 111,3

Teluk Bintan Teluk Bintan 2.552 2.317 4.869 110,1

Seri Kuala Lobam Kuala Sempang 3.126 2.875 6.001 108,7

Teluk Sasah 6.046 6.145 12.191 98,4

Bintan Utara Tanjung Uban 10.634 10.299 20.933 103,3

Tambelan Tambelan 2.127 2.015 4.142 105,6

JUMLAH KABUPATEN 72.503 67.764 140.267 107,0

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Bintan, Tahun 2014

Kebijakan pembangunan di segala bidang senantiasa ditujukan bagi kepentingan masyarakat umum/penduduk. Oleh karena itu data kependudukan berdasarkan kelompok usia merupakan salah satu data dasar yang memegang peranan sangat penting dalam menentukan kelompok sasaran dan penerima manfaat kebijakan pembangunan. Salah satu penggunaan data penduduk berdasarkan kelompok umur adalah untuk menghitung jumlah angkatan kerja,

(28)

rasio ketergantungan (dependency ratio) produktivitas penduduk, tingkat fertilitas melalui pendekatan rasio ibu dan anak (Child Woman Ratio), dll.

Dependency ratio menyatakan rasio perbandingan antara kelompok penduduk usia tidak produktif (usia 0-14 Tahun dan 65 Tahun ke atas) terhadap kelompok penduduk usia produktif (usia 15-64 Tahun). Rasio ini menyatakan seberapa berat beban tanggungan yang harus dipikul oleh jumlah penduduk usia produktif. Dependency Ratio penduduk Bintan pada Tahun 2014 mencapai 49. Hal ini berarti pada Tahun 2014, untuk setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Bintan menanggung sekitar 49 penduduk usia belum/tidak produktif.

Kabupaten Bintan dengan luas + 87.717,84 Km2 terbagi kedalam 10

Kecamatan, dari 10 Kecamatan tersebut wilayah Kabupaten Bintan pada Tahun 2013 memiliki kepadatan penduduk sebesar 82,38 jiwa/km2 dengan jumlah

penduduk sebesar 160.331 jiwa. Pada Tahun 2014 menurun menjadi 72,07 jiwa/km2 dengan jumlah penduduk sebesar 140.267 jiwa. Kepadatan penduduk

tersebut disebabkan karena banyaknya perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lainnya seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan perumahan dan adanya penetapan kawasan Free Trade Zone (FTZ) serta adanya pembangunan lain baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah maupun pihak swasta di Kabupaten Bintan yang tentunya akan turut mempengaruhi migrasi penduduk.

Tahun Jumlah Rumah Tangga Jumlah Penduduk

2012 49.365 158.805

2013 49.394 160.331

2014 39.097 140.267

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Bintan, Tahun 2014

Tabel 2. : Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk di Kabupaten Bintan Tahun 2012 – Tahun 2014

(29)

2.4. Indeks Kesehatan

Pencapaian Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Bintan dewasa ini masih belum begitu menggembirakan, walaupun terdapat peningkatan yang cukup signifikan, tetapi belum mampu mencerminkan bahwa kualitas kesehatan masyarakat Kabupaten Bintan dapat dikatakan cukup baik. Perkembangan positif ini sangat mempengaruhi angka Indeks Kesehatan Kabupaten Bintan. Menurut data BPS Kabupaten Bintan capaian AHH Kabupaten Bintan Tahun 2012, AHH mencapai 69,80 dengan Indeks Kesehatan sebesar 74,67, Tahun 2013 AHH telah mencapai 69,85 dengan indeks kesehatan sebesar 74,75 dan di Tahun 2014 AHH Kabupaten Bintan mencapai 69,98 dan indeks kesehatan sebesar sebesar 75,00. Dari data ini tampaknya pemerintah terus berupaya secara komprehensif melalui koordinasi lintas sektoral agar perbaikan derajat kesehatan yang ditunjukkan dengan makin meningkatnya AHH dan IK. Dilain pihak Pemerintah Kabupaten Bintan juga melakukan upaya-upaya di bidang kesehatan untuk menekan Angka Kematian Bayi maupun Angka Kematian Ibu saat melahirkan setiap tahunnya dengan memberikan pelayanan optimal kepada masyarakt dengan harapan pencapaian target MDG’s dapat terwujud di masa mendatang.

Tabel 3. : Perkembangan Angka Harapan Hidup dan Indeks Kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2012 s/d Tahun 2014

Tahun Angka Harapan Hidup Indeks Kesehatan

2012 69,80 74,67

2013 69,85 74,75

2014 69,98 75,00

Sumber : BPS Kabupaten Kabupaten Bintan, Tahun 2014

Pencapaian Indeks Kesehatan Kabupaten Bintan dari Tahun 2012-2013 menunjukkan peningkatan capaian Indeks Kesehatan yang cenderung meningkat. Sehingga kontribusi IK cukup berperan terhadap pembentukan IPM yang meningkat pula. Walaupun pencapaian IK pada Tahun 2014 belum memenuhi target sesuai yang diharapkan.

(30)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

3.1. Program Kesehatan

Sektor kesehatan termasuk prioritas utama dalam proses pembangunan di Kabupaten Bintan. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap upaya pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Pembangunan Kesehatan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan pembangunan ekonomi serta berperan penting terhadap penanggulangan kemiskinan sehingga dikatakan pembangunan kesehatan adalah suatu investasi bagi pembangunan masyarakat di Kabupaten Bintan.

Untuk mendukung terwujudnya “Indonesia Sehat 2025“, maka penerapan pembangunan berwawasan kesehatan melalui pendekatan Kabupaten / Kota Sehat akan memberi dampak luas bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat baik diperkotaan maupun dipedesaan/kelurahan.

Oleh karena itu perlu adanya persamaan persepsi terhadap Pengertian “Kabupaten Sehat“, yaitu kesatuan wilayah administrasi pemerintah yang terdiri dari desa/kelurahan yang masyarakatnya secara terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat yang didukung oleh lingkungan, prasarana wilayah, akses pelayanan sosial, ekonomi dan kesehatan yang memadai, sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku sehat yang hidup di lingkungan yang aman, nyaman dan sehat. Guna mewujudkan “Kabupaten Sehat “ tersebut di Kabupaten Bintan , maka perlu adanya Visi, Misi dan Strategi pembangunan kesehatan.

3.1.1. Visi

Visi pembangunan kesehatan di Kabupaten Bintan sebagaimana telah ditetapkan dan dituangkan dalam rencana strategis Dinas Kesehatan Kabupaten

(31)

Bintan Tahun 2010 – 2015 adalah “Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Bermutu yang Merata Berkeadilan dan Berkualitas”. Harapan berdasarkan Visi tersebut dapat dijelaskan bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai pada jangka waktu lima tahun kedepan atau pada akhir tahun 2015 adalah terwujudnya pelayanan kesehatan bermutu yang merata diseluruh lapisan masyarakat yang setinggi-tingginya menuju Kabupaten Bintan Sehat.

3.1.2. Misi

Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut diatas, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, menetapkan misi sebagai berikut :

1. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan promotif/preventif dan kuratif/rehabilitatif yang merata, berkeadilan dan berkualitas.

2. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk membangun kemandirian dalam upaya kesehatan.

3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan Sumber Daya Kesehatan (tenaga, biaya, alat kesehatan, obat dan sarana prasarana).

4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik dan akuntabel.

5. Membangun kerjasama lintas sektoral untuk mendukung upaya-upaya kesehatan serta mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan.

6. Menciptakan Sistem Informasi Kesehatan yang tepat, cepat dan akurat serta berjenjang dan berkelanjutan.

3.1.3. Arah Kebijakan

Untuk mencapai dan mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan pada akhir Tahun 2015, maka peran Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilaksanakan berdasarkan kebijakan sebagai berikut :

(32)

1. Pengembangan dan Peningkatan Sumber Daya Kesehatan

Agar pembangunan kesehatan dapat terselenggara secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan sumber daya manusia/tenaga kesehatan yang bermutu, cukup jumlah dan jenisnya, serta tersebar secara adil dan merata sesuai kebutuhan dan tuntutan dan tantangan dimasa mendatang.

Guna menjamin ketersediaan sumber daya pembiayaan kesehatan, maka Dinas Kesehatan melakukan advokasi dan sosialisasi kepada stakeholder di tingkat Kabupaten, Provinsi maupun Pusat (Kemenkes) dalam rangka mendapatkan sumber dana dari APBN ataupun Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN). Untuk menjamin penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan daerah terpencil, maka penyediaan dana khusus dari anggaran pemerintah perlu tetap dialokasikan dalam APBD Kabupaten maupun APBD Provinsi dan APBN.

Untuk menjamin sumber daya obat-obatan dan perbekalan kesehatan, dilaksanakan penyediaan dan pendistribusian obat serta perbekalan kesehatan, sehingga akan tersedia obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat, serta terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat. Dinas Kesehatan menjamin ketersediaan obat sangat essensial di Puskesmas, karena menggunakan sistem buffer stock.

2. Pelaksanaan Upaya Kesehatan

Sesuai dengan paradigma, Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan harus memberikan pengutamaan pada pelayanan kesehatan masyarakat yang dipadukan secara serasi dan seimbang dengan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Disamping itu upaya kesehatan bagi penduduk miskin penanggulangan masalah gizi kurang dan buruk pada balita dan ibu hamil, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, promosi kesehatan dan pendaya-gunaan tenaga kesehatan perlu mendapatkan pengutamaan dan penanganan secara komprehensif.

(33)

3. Penggalangan Kemitraan Lintas Sektor

Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan dukungan dan kerjasama lintas sektor yang mantap. Demikian pula optimalisasi pembangunan berwawasan kesehatan yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, menuntut adanya penggalangan kemitraan lintas sektor dan segenap potensi daerah. Kerjasama lintas sektor perlu dilakukan sejak proses perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian, sampai pada pengawasan dan penilaiannya.

4. Pemberdayaan Masyarakat dan Swasta

Dalam era reformasi yang sedang berjalan pada dewasa ini, masyarakat termasuk swasta diharapkan berperan aktif dan berkontribusi secara nyata dalam pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mendorong masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan melalui pelaksanaan subsidi silang dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Sedangkan kemitraan dengan sektor swasta diarahkan pada pengembangan upaya kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan peran swasta dalam upaya kesehatan masyarakat.

5. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas

Pelaksanaan Program dan kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan akan efektif dan efisien bila upaya pengawasan internal secara terus menerus ditingkatkan intensitas dan kualitasnya melalui pemantapan system dan prosedur pengawasan melekat dari pimpinan kepada bawahan dan jajarannya secara berjenjang. Pelaksanaan pengawasan dilakukan secara komprehensif dan berbasis kinerja.

(34)

3.1.4. Strategi

Untuk mencapai dan mewujudkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan pada akhir Tahun 2015, dan sesuai dengan Misi yang telah ditetapkan, maka dalam periode 2010-2015 akan ditempuh beberapa alternatif strategi yang dikonsolidasikan menjadi 4 (empat) strategi yang saling kait mengait dan saling mendukung secara sinergis sebagai berikut :

1. Meningkatkan Alokasi Pembiayaan Pembangunan Kesehatan dan Keluarga Berencana melalui APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN serta PHLN. 2. Meningkatkan Jumlah, Jenis, Mutu dan Profesionalisme Sumber Daya Tenaga

Kesehatan.

3. Meningkatkan dan Memantapkan Peranan dan Fungsi Pelayanan serta Manajemen Kesehatan.

4. Memantapkan dan Merealisasikan Komitmen Bersama untuk Pembangunan Kesehatan umumnya, dan secara khusus Meningkatkan Upaya Pelayanan Kesehatan dan KB Bermutu yang Merata dan Terjangkau.

3.1.5. Program-program Pembangunan Kesehatan

Berdasarkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, maka disusunlah program-program Dinas Kesehatan untuk kurun waktu 2010-2015 yakni sebagai berikut :

1. Program Peningkatan Upaya Kesehatan Masyarakat

Tujuan program ini adalah meningkatkan jumlah, pemerataan, dan mutu pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya meliputi Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Bidan di Desa/Polindes. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan pengobatan dasar.

(35)

b. Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional/komplementer alternatif.

c. Peningkatan upaya kesehatan tenaga kerja.

d. Peningkatan upaya kesehatan bagi keluarga rawan (perkesmas). e. Peningkatan upaya kesehatan mata.

2. Program Peningkatan Gizi dan Kesehatan Keluarga

Tujuan program ini adalah mendukung upaya menurunkan angka kematian ibu melahirkan, angka kematian bayi dan balita serta meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak balita. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak (bayi).

b. Peningkatan pelayanan kesehatan balita dan anak prasekolah. c. Peningkatan pelayanan kesehatan remaja.

d. Peningkatan pelayanan kesehatan usia lanjut.

e. Peningkatan kemampuan tenaga pengelola dan pelaksana program gizi di Puskesmas dan jaringannya.

f. Penanggulangan masalah kurang gizi protein (KEP), anemia gizi besi, ganggguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat mikro lainnya.

g. Penanggulangan masalah gizi lebih. h. Peningkatan surveilans gizi.

(36)

3. Program Pengendalian Penyakit

Tujuan program ini adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malria, DBD, TB Paru, Diare, Polio, HIV/AIDS, Pneumonia, penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Sedangkan penyakit tidak menular dan degeneratif yang prioritas ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan sirkulasi darah diabetes mellitus dan penyakit-penyakit lainnya. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Peningkatan imunisasi.

b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria. c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD. d. Pencegahan dan pemberantasan penyaki filariasis. e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit TBC. f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit IMS/PMS. g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diare.

h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA/Pneumonia. i. Pencegahan dan pemberantasan penyakit kusta.

j. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah/KLB. k. Pencegahan dan pemberantasan penyakit degeneratif.

4. Program Penyehatan Lingkungan

Tujuan program ini adalah mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat melalui peningkatan dan pembinaan serta penggalangan kemitraan untuk menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

(37)

a. Pengawasan kualitas air dan lingkungan.

b. Peningkatan dan pemantapan penyelenggaraan akselerasi desa sehat. c. Peningkatan upaya pengawasan penyehatan makanan dan minuman. d. Peningkatan upaya penyehatan lingkungan.

e. Peningkatan pembinaan dan pengembangan klinik sanitasi.

f. Peningkatan pengawasan dan pengendalian dampak pencemaran.

5. Program Peningkatan Jangkauan Pelayanan Kesehatan

Tujuan program ini adalah meningkatkan mutu dan jumlah sarana dan prasarana kesehatan secara adil, merata dan terjangkau. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Peningkatan, pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.

b. Peningkatan manajemen pembangunan sarana dan prasarana kesehatan.

6. Program Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan Bagi Masyarakat Miskin Tujuan program ini adalah meningkatkan akses, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan perorangan dan rujukan bagi masyarakat miskin. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Pelayanan kesehatan dasar penduduk miskin.

b. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan bagi masyarakat miskin.

c. Pelayanan kesehatan penduduk miskin dan daerah terpencil di puskesmas dan jaringannya.

(38)

7. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan program ini adalah memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Peningkatan upaya promosi kesehatan dan pengembangan media promosi kesehatan.

b. Peningkatan dan pengembangan desa siaga. c. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).

8. Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Tujuan program ini adalah. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan. b. Peningkatan pelayanan kefarmasian.

9. Program Pengawasan dan Pembinaan Peredaran Sediaan Farmasi, Makanan dan Minuman

Tujuan program ini adalah melindungi masyarakat dari penyalahgunaan pemakaian sediaan farmasi dan alat-alat kesehatan, serta produk makanan dan minuman yang beredar di masyarakat, sarana kefarmasian, serta pelayanan kesehatan swasta lainnya. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Peningkatan pengetahuan dan wawasan bagi produsen/pengedar makanan dan minuman.

(39)

b. Peningkatan pengawasan peredaran dan pemakaian sediaan farmasi, obat-obatan, obta tradisonal, alat kesehatan serta makanan dan minuman.

10. Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Tenaga Kesehatan

Tujuan program ini adalah meningkatkan jumlah, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan

b. Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan melalui pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan yang bermutu/terstandarisasi dan sertifikasi.

c. Pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karir tenaga kesehatan dan PNS.

11. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan

Tujuan program ini adalah mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan guna mendukung penyelenggaraan sistem kesehatan daerah dan sistem kesehatan nasional. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi :

a. Penyusunan evaluasi MDGs dan kebijakan pembangunan kesehatan (SPM) bidang kesehatan.

b. Penyusunan perencanaan dan penganggaran pembangunan kesehatan. c. Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK).

(40)

3.1.6. Sasaran Pembangunan Kesehatan

1. Sasaran Program

Agar pembangunan kesehatan dapat diselenggarakan dengan berhasil-guna dan berdaya-berhasil-guna yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan sampai dengan akhir tahun 2015 adalah dengan prioritas pada kelompok sasarannya yaitu masyarakat/keluarga miskin, kelompok rentan (bayi, balita, ibu hamil, usila) dan masyarakat di daerah terpencil, dengan sasaran program sebagai berikut :

a. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat

b. Meningkatnya pengawasan dan pengendalian obat dan makanan

c. Meningkatnya kualitas lingkunga bersih dan pengedalian penyakit menular d. Tersedianya kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan bagi masyarakat e. Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan, komposisi sesuai

kebutuhan, terdistribusi secara adil dan merata, serta dimanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna. Rasio kebutuhan tenaga kesehatan Kabupaten Bintan adalah :

 Rasio Dokter Spesialis dengan Penduduk = 1:20.000

 Rasio Dokter dengan Penduduk = 1: 2.000

 Rasio Dokter Gigi dengan Penduduk = 1: 8.300

 Rasio Perawat dengan Penduduk = 1: 1.000

 Rasio Bidan dengan Penduduk = 1: 1.000

 Puskesmas yang memiliki tenaga dokter = 100%

f. Terjangkaunya akses pelayanan kesehatan di seluruh wilayah Kabupaten Bintan, dengan rasio sebagai berikut :

 Rasio Rumah Sakit dengan Penduduk = 1:80.000

(41)

 Rasio Puskesmas Pembantu dengan Penduduk = 1: 4.000

 Rasio Pondok Bersalin Desa dengan Penduduk = 1: 2.700

 Rasio Posyandu dengan Balita = 1: 100 g. Meningkatnya upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat h. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sistem informasi kesehatan.

2. Sasaran Pembangunan Kesehatan

Dengan sasaran-sasaran program yang akan dicapai Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan pada tahun 2015, dan kontribusi pelaku pembangunan kesehatan lainnya, diharapkan sasaran keluaran pembangunan kesehatan berikut ini dapat tercapai :

a. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat, antara lain:

 Meningkatnya umur harapan hidup dari 69,69 tahun menjadi 70,50 tahun;

 Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi dibawah 118 per 100.000 kelahiran hidup;

 Menurunnya angka kematian bayi dari 68 menjadi dibawah 24 per 1.000 kelahiran hidup;

 Menurunnya angka kematian neonatal dari 7 menjadi dibawah 1 per 1.000 kelahiran hidup;

 Menurunnya prevalensi anak balita yang pendek (stunting) dari 36,8 persen menjadi kurang dari 32 persen;

 Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih sebesar 95%;

 Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED sebesar 100%;

 Persentase Rumah Sakit (RS) yang melaksanakan PONEK sebesar 100%;

 Jumlah Puskesmas yang melaksanakan pelayanan gawat darurat (PONED) : 100%, jumlah Puskesmas Perawatan yang melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) : 100%, dan jumlah Puskesmas yang terakreditasi 100%.

(42)

 Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) sebesar 90%.

 Persentase ibu hamil yang mendapat tablet Fe : 95%.

 Persentase bayi yang mendapat ASI ekslusif : 80%.

 Balita yang mendapatkan Vitamin A : 100%.

 Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi kurang dari 5.0%.

 Balita gizi kurang dan gizi buruk yang ditangani : 100%.

 Ibu hamil KEK yang ditangani : 100%.

 Terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi Gakin secara cuma-cuma di Puskesmas dan Rumah Sakit kelas III sebesar 100%.

 Cakupan rawat inap : 1,5%.

 Cakupan rawat jalan : 15%.

 Meningkatnya cakupan pelayanan antenatal (K4) 90%, cakupan kunjungan neonatus (KN2) menjadi 90%, dan cakupan kunjungan bayi menjadi 90%.

b. Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular dan penyehatan lingkungan, dengan:

 Menurunnya prevalensi Tuberculosis BTA Positif dari 0,91 menjadi dibawah 0,91 per 1.000 penduduk;

 Angka kesakitan DBD dari 1,11 menjadi dibawah 1,11 per 1.000 penduduk.

 Menurunnya prevelansi kasus diare dari 28 menjadi dibawah 28 per 1.000 penduduk 2015;

 Menurunnya kasus malaria (Annual Paracite Index/API) dari 7 menjadi dibawah 1 per 1.000 penduduk tahun 2015;

 Menurunnya prevalensi kasus pneumonia dari 0,5 menjadi dibawah 0,5 per 1.000 penduduk.

 Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,5% menjadi dibawah 0,5%;

(43)

 Menurunnya penemuan kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) : < 2/100.000 anak usia kurang dari 15 tahun.

 Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari 80% menjadi 90%;

 Persentase Desa yang mencapai UCI dari 94% menjadi 100%;

 Persentase rumah sehat dari 55% menjadi 80%;

 Persentase penduduk yang menggunakan air bersih dari 85% menjadi 90%;

 Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat dari 60% menjadi diatas 85%;

 Meningkatnya persentase tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan dari 61% menjadi 80%;

 Meningkatnya persentase jumlah sarana air bersih yang diawasi menjadi 80%;

 Meningkatnya persentase jumlah institusi yang dibina menjadi 100%.

c. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk miskin.

 Meningkatnya anggaran kesehatan dari 5% menjadi 10%;

 Meningkatnya pembiayaan obat-obatan dan perbekalan kesehatan bagi masyarakat Kabupaten Bintan 1 U$ dolar menjadi 2 U$ dolar;

 Meningkatnya pembiayaan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin dari 9% menjadi 15% dari anggaran kesehatan;

 Meningkatnya pembiayaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Biaya Operasional Kesehatan (BOK) di UPT Puskesmas 6% menjadi 10% tahun 2015.

(44)

 Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat rumah tangga dari 65 persen menjadi 70 persen;

 Meningkatnya persentase Posyandu Purnama menjadi 80% dan Mandiri menjadi 40%;

 Meningkatnya prestase penjaringan anak sekolah dari 95% menjadi 100 %;

 Meningkatnya desa siaga aktif dari 32% menjadi 80%;

 Jumlah sekolah yang melaksanakan UKS : 100%.

e. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).

3.2. Angka Kematian

3.2.1. Angka Kematian Neonatal per 1.000 Kelahiran Hidup

Angka kematian neonatal adalah kematian bayi umur 1 sampai 29 hari per 1.000 kelahiran hidup. Setipa tahun di Kabupaten Bintan, angka kematian neonatal ini terus mengalami penurunan, yaitu 5,0 per 1.000 kelahiran hidup (16 kasus) pada Tahun 2014, 5,9 per 1.000 kelahiran hidup (18 kasus) pada Tahun 2013 dan 9,3 per 1.000 kelahiran hidup pada Tahun 2012. Angka ini dibawah target MDG’s yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup.

Bila ditelusuri dari penyebab kematian Neonatal dapat digambarkan sebagai berikut, BBLR sebanyak 2 kasus, Asfiksia 3 kasus, kelainan kongetinal 5 kasus dan sebab lain 6 kasus. Pada umumnya bayi tersebut sudah mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar serta sudah dirujuk ke pelayanan kesehata lanjutan.

Untuk menurunkan angka kematian neonatal tersebut berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, antara lain : (a) meningkatkan kompetensi bidan agar dapat melakukan pertolongan persalinan

(45)

yang berkualitas dan sesuai standar sehingga dapat mengurangi trauma lahir, melalui Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN); (b) Menyiapkan protap dalam penatalaksanaan bayi baru lahir; (c) Mengikutsertakan bidan dalam pelatihan Basic Obstetric Neonatal Life Support (BONELs) dan orientasi manajemen penatalaksanaan asfiksia.

3.2.2. Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup

Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Bintan Tahun 2014 sebesar 7,2 per 1.000 kelahiran hidup (23 kasus), bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya terjadi penurunan AKB yaitu 8,5 per 1.000 kelahiran hidup pada Tahun 2012 dan 7,5 per 1.000 kelahiran hidup pada Tahun 2013. Angka tersebut dibawah target RPJMD 2015 yaitu 13 per 1.000 kelahiran hidup.

Bila ditelusuri dari penyebab kematian bayi dapat digambarkan sebagai berikut BBLR 2 kasus, Asfiksia 3 kasus, kelainan kongenital 5 kasus dan lain lain sebanyak 13 kasus. Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut antara lain : (a) Memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi; (b) Memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya, agar tercipta kekebalan alami ditubuh bayi; (c) Memberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi usia 6-12 bulan.

3.2.3. Angka Kematian Anak Balita per 1.000 Kelahiran Hidup

Angka kematian anak balita adalah kematian anak umur 1 sampai dengan 5 tahun per 1.000 kelahiran hidup pada kurun waktu tertentu. Di Kabupaten Bintan angka kematian anak balita terus mengalami penurunan yaitu pada Tahun 2014 sebesar 1,3 per 1.000 kelahiran hidup (4 kasus), sedangkan pada Tahun 2013 sebesar 2,6 per 1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut dibawah

(46)

target RPJMD 2015 yaitu 13 per 1.000 kelahiran hidup dan MDGs 32 per 1.000 kelahiran hidup.

Dari 4 kasus kematian anak balita di Kabupaten Bintan terjadi di UPT puskesmas Tanjung Uban 2 orang, UPT Puskesmas Teluk Sasah 1 orang dan UPT Puskesmas Tambelan 1 orang. Bila ditelusuri dari penyebab kematian anak balita tersebut dapat digambarkan sebagai berikut BBLR 1 kasus, GGA 1 kasus, Enchepalitis 1 kasus dan kelainan jantung 1 kasus.

Masih terbatasnya jumlah tenaga ahli dan sarana penunjang untuk menangani anak balita yang beresiko, merupakan salah satu faktor yang menjadi masalah untuk menurunkan angka kematian anak balita. Upaya-upaya yang telah dilakukan adalah memantapkan pelaksanaan SDIDTK dan kelas ibu balita.

3.2.4. Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bintan tahun 2014 sebesar 126 per 100.000 Kelahiran Hidup (4 kasus), bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya terjadi penurunan AKI yaitu : 327 per 100.000 KH (2012) dan 164 per 100.000 KH (2013), angka tersebut masih dibawah target RPJMD 2015 yaitu < 200 per 100.000 KH, namun bila dibanding dengan target MDG’s 2015 (102/100.000 KH), AKI Kabupaten Bintan masih tinggi.

Target Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bintan berdasarkan RPJMD 2011-2015 yaitu <100 (kurang dari seratus) per 100.000 Kelahiran Hidup sedangkan target Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional (MDG’s 2015) yakni 102 per 100.000 Kelahiran Hidup, maka dilakukan revisi AKI di tahun 2013 menjadi <200 per 100.000 Kelahiran Hidup.

Dari 4 Kasus kematian Ibu di Kabupaten Bintan terjadi di UPTD Puskesmas Kelong 2 orang, UPTD Puskesmas Mantang 1 orang dan UPTD Puskesmas Tambelan 1 orang. Bila ditelusuri dari penyebab kematian ibu dapat digambarkan sebagai berikut : (a) Post SC dengan Hepatitis B, 1 kasus, (b)

(47)

Eklamsia 1 kasus, (c) Perdarahan 1 kasus dan (d) Syok cardiogenic 1 kasus. Sebagian besar ibu bersalin di rujuk ketempat pelayanan kesehatan lanjutan yaitu : Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) sebanyak 1 orang, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kijang 1 orang, Puskesmas 1 orang dan 1 orang Ibu hamil meninggal di rumah yang sebelumnya sudah mendapat pengobatan dari dokter spesialis kandungan.

Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu tersebut adalah : (a) Meningkatkan kompetensi bidan dengan mengikut sertakan bidan dalam pelatihan Basic Obstetric Neonatal Life Suport (BONELs), (b) Melakukan studi banding AKI nol di Kabupaten Takalar, (c) Memantapkan pelaksanaan kelas Ibu hamil, (d) Pemberian Makanan Tambahan berupa biscuit dan susu Ibu hamil, dan (d) Pemeriksaan golongan darah kepada Ibu hamil dan suami atau calon pendonor.

Grafik 1. : Angka Kematian Ibu di Kabupaten Bintan Tahun 2014

126 327 164 0 50 100 150 200 250 300 350 2012 2013 2014

Angka Kematian Ibu

Sumber : Seksi Kesehatan Ibu dan Anak, Tahun 2014

(48)

3.3. Angka Kesakitan

3.3.1. CNR Kasus Baru BTA+

Grafik 2. : Case Detection Rate (CDR) BTA+ di Kabupaten Bintan Tahun 2014

Sumber : Seksi Penanggulangan Penyakit, Tahun 2014

Berdasarkan grafik diatas, angka penemuan penderita Tuberculosis BTA Positif Baru / Case Detection Rate (CDR) di Kabupaten Bintan tahun 2014 mengalami peningkatan 4,8% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (tahun 2013) yaitu dari 54,6% menjadi 59,4%. Angka tersebut lebih tinggi dari target MDGs 2014 yaitu 54% namun masih dibawah target minimal nasional 70%.

Adapun penemuan penderita Tuberculosis BTA Positif Baru/ CDR berdasarkan insidens rate 160/100.000 penduduk secara berurutan dari yang tertinggi yaitu UPTD Puskesmas Kawal (74,8%), UPTD Puskesmas Kijang (64,3%), UPTD Puskesmas Teluk Bintan (60,8%), UPTD Tambelan (57,2%), UPTD Sei Lekop (55,5%), UPTD Teluk Sasah (55%), UPTD Puskesmas Toapaya (47%), UPTD Berakit (40,4%), UPTD Sri Bintan (37%), UPTD Tanjung Uban (26,3%), UPTD UPTD Teluk Sebung (12,4%), UPTD Kuala Sempang (10%)UPTD Puskesmas Kelong (7%), dan yang terendah yaitu UPTD Mantang (0%).

Untuk meningkatkan angka penemuan kasus Tuberculosis BTA Positif Baru, berbagai upaya telah di lakukan, diantaranya : melakukan penjaringan

57,8 54,3 59,4 50 52 54 56 58 60 2012 2013 2014 CDR

(49)

suspek TB baik di dalam maupun di luar gedung, Meningkatkan jejaring internal tiap unit pelayanan kesehatan maupun jejaring eksternal antara UPK dengan melibatkan petugas pustu, polindes, kader, PKK, tokoh masyarakat, klinik swasta maupun DPS yang ada di wilayah Kabupaten Bintan, melakukan survey kontak serumah terhadap setiap penderita TB BTA Postif, pengembangan Kemitraan dan jejaring internal maupun jejaring eksternal, khususnya ke Lapas, Rumah Sakit Tanjung Uban dan Rumah Sakit Bintan melalui penandatanganan MoU/Nota Kesefahaman tentang penerapan strategi DOTS di UPK tersebut, melakukan skrining TB pada setiap WBP baru, melakukan sosialiasi dan AKMS TB ke tingkat desa dengan melibatkan anggota TNI yang telah mendapatkan pelatihan sebagai kader TB, melakukan pemutaran film TB di desa.

3.3.2. CNR Seluruh Kasus TB

Grafik 3. : Case Notification Rate (CNR) Seluruh Kasus TB di Kabupaten Bintan Tahun 2014

Sumber : Seksi Penanggulangan Penyakit, Tahun 2014

Berdasarkan grafik diatas angka CNR untuk seluruh kasus TB yang ditemukan dan diobati diKabupaten Bintan pada tahun 2014 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang lalu. Dinama pada tahun

140 131 125 186 208 189 0 50 100 150 200 250 2012 2013 2014 CNR

(50)

2014 angka CNR seluruh kasus TB yaitu sebanyak 189 kasus sedangkan tahun 2013 sebanyak 208 kasus..

Untuk meningkatkan angka CNR dan menurunkan angka kematian, pada tahun 2014 berbagai upaya telah dilakukan diantaranya : Mendekatkan akses layanan pengobatan TB ke masyarakat dengan menempatkan OAT di unit pelayanan kesehatan yang dekat dengan domisili atau tempat tinggal pasien TB, Setiap pasien didampingi oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) dimana PMO tersebut dipilih sendiri oleh pasien dan disetujui oleh petugas kesehatan, skrining HIV pada setiap suspek TB dengan melihat factor resiko, serta melakukan skrining TB pada semua pasien HIV tanpa melihat factor resiko. Namun upaya yang telah dilakukan tersebut belum dapat meningkatkan penemuan kasus TB seluruh tipe. Hal ini disebabkan oleh penanganan pada setiap kasus TB yang ditemukan telah dilakukan dengan optimal, sehingga berdampak pada berkurangnya penularan penyakit TB di masyarakat. Selain itu juga kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya secara dini ke unit pelayanan kesehatan yang ada dikabupaten Bintan turut membantu mengurangi terjadinya penularan penyakit TB tersebut.

3.3.3. Proporsi Kasus TB Anak 0-14 Tahun

Grafik 4. : Proporsi Kasus TB Anak di Kabupaten Bintan Tahun 2014

Sumber : Seksi Penanggulangan Penyakit, Tahun 2014

10 4 4 5,4 1,9 2,1 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2012 2013 2014 % Kumulatif TB Anak (0-14 th)

Gambar

Tabel 1.  :  Jumlah  Penduduk  Laki-laki  dan  Perempuan  Menurut  Kecamatan  di Kabupaten Bintan Tahun 2014
Tabel 2.  :  Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk di Kabupaten Bintan  Tahun 2012 – Tahun 2014
Grafik 1.  :  Angka Kematian Ibu di Kabupaten Bintan Tahun 2014
Grafik 2.  :  Case Detection Rate (CDR) BTA+ di Kabupaten Bintan Tahun  2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo tahun 2014 (data 2013) ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mendukung sistem manajemen kesehatan yang lebih

Profil Kesehatan Kabupaten Bantaeng disusun sebagai sarana gambaran situasi kesehatan di Kabupaten Bantaeng yang dalam setiap penerbitannya, selalu

Profil Kesehatan Kabupaten ini pada intinya berisi berbagai data/informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Gianyar Tahun

Profil  Kesehatan  Kabupaten  Jombang  tahun  2013  adalah  gambaran  kinerja    pencapaian  visi  dan  misi  Dinas 

Sumber data Profil Kesehatan Kabupaten Tegal berasal dari Bidang, Seksi dan Pelaksana Program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, UPTD Puskesmas,

Salah satu keluaran dari penyelenggaraan system informasi kesehatan kabupaten adalah Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung, yang merupakan paket penyajian data/informasi

Profil Kesehatan Kota Langsa Tahun 2014 merupakan gambaran kondisi kesehatan di Wilayah Kota Langsa pada tahun 2014 yang meliputi indikator Gambaran Umum Kota Langsa, Derajat Kesehatan

Tujuan diterbitkannya profil kesehatan Kabupaten Aceh Timur Tahun 2014 ini adalah dalam rangka menyediakan sarana informasi untuk mengevaluasi pencapaian