• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebaran Populasi Sista Globodera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyebaran Populasi Sista Globodera"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Penyebaran Populasi Sista Globodera sp. Berdasarkan

Penggunaan Lahan dan Kedalaman Tanah di Sentra

Penanaman Kentang Desa Karang Tengah,

Kacamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara,

Propinsi Jawa Tengah

Edi Suwardiwijaya

NPM: 41035003035016

(2)

POKOK PENYAMPAIAN

POKOK PENYAMPAIAN

I. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

(3)

Latar Belakang

Kentang (Solanum tuberosum L.) komoditas unggulan dengan

nilai ekonomis tinggi

Produksi masih rendah <11,5 ton/ha (potensi 20 - 30 ton/ha)

Muncul OPT baru Globodera sp. (Heteroderidae) ”golden cyst

nematode” (nematoda sista kuning, NSK)

Æ OPTK Kategori A2

Perlu tindakan darurat (tndakan karantina) Æ eradikasi/eliminasi

(tujuan akhir OPTK hilang)

Perlu penelitian potensi OPT baru (biologi, ekologi, resiko

ekonomi, pengamatan, peramalan, pengendalian)

Salah satu dasar tindakan karantina/pengendalian Æ

mengetahui penyebaran populasi sista (penggunaan lahan /

kedalaman tanah)

(4)

I. PENDAHULUAN

Identifikasi Masalah

Apakah penggunaan lahan

berpengaruh terhadap padat populasi

sista Globodera sp.?

Apakah terdapat perbedaan padat

populasi sista Globodera sp. pada

kedalaman tanah tertentu?

(5)

I. PENDAHULUAN

Maksud dan Tujuan Penelitian

Membandingkan padat populasi sista Globodera sp.

pada lahan pertanaman kentang, lahan olah bekas

penanaman kentang yang siap ditanami kentang

kembali dan lahan bekas penanaman kentang yang

sedang ditanami komoditi lain non-inang Globodera

sp.. (kubis).

Untuk mengetahui penyebaran dan perbedaan padat

populasi sista Globodera sp. berdasarkan interval

(6)

I. PENDAHULUAN

Kegunaan Penelitian

Bahan informasi dan masukan bagi petani,

petugas proteksi tanaman dan peneliti lain

dalam melakukan pengamatan/

pemantauan, peramalan dan pengambilan

keputusan pengendalian Globodera sp.

(7)

Kerangka Pemikiran

Maret 2003: awal NSK dilaporkan di Kota Batu, Malang, Jatim (varietas

Granola, luas 25% dari luas tanaman 800 ha)

Siklus hidup (telur, larva, dewasa) Æ 38 - 48 hari.

Daur hidup antara 5-7 minggu (lingkungan).

Produksi telur 200-500 butir.

Mampu hidup pada lingkungan tdk cocok, membentuk sista (tahan 10 th)

Introduksi Æ ”establish” (areal terinfeksi permanen) perlu waktu 7-8 th.

Pop. awal NSK yang menimbulkan kerugian adalah 31 sista hidup per

100 gram tanah

Sitosi AIBA survey NSK di Indonesia dengan contoh tanah pada

kedalaman 5 – 15 cm sebanyak 5 (lima) titik pada 1 (satu) lahan

Rotasi tanaman kentang varietas tahan atau tanaman lain yang bukan

inang NSK selama 3-4 tahun dapat menekan NSK sampai 98%

(8)

I. PENDAHULUAN

Hipotesis

1. Terdapat perbedaan padat populasi sista

pada panggunaan lahan.

2. Terdapat perbedaan padat popualsi sista

pada interval kedalaman tanah.

3. Terdapat interaksi padat populasi sista

antara penggunaan lahan dengan interval

kedalaman tanah.

(9)

TEMPAT PENELITIAN,

PEGUNUNGAN DIENG

WAKTU PENELITIAN

JULI – SEPTEMBER 2006

Posisi geografis :

07

o

12’41” LS

109

o

53’04,7” BT

Ketinggian 1.996 m dpl

Tanah Andosol

Kandungan organik:

8 – 30 persen,

pH 4,5 – 6,0

Daya ikat air tinggi

Desa Karang Tangah

Kecamatan Batur

Kab. Banjarnegara

Prop. Jawa Tengah

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

(10)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Bahan Dan Alat Penelitian

KEGIATAN LAPANG:

cangkul, sendok semen, penggaris ukuran 50 cm,

kantong plastik, karet gelang, spidol, kertas label, GPS,

KEGIATAN LABORATORIUM:

Automatic Sieve Shaker, mikroskop binokuler

hand counter, timbangan elektrik, nampan penampung

contoh, gelas plastik, cawan petri, corong, botol pencuci,

sendok, kuas kecil, jarum, pinset dan kertas saring

(11)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Metode Penelitian

Rancangan percobaan:

Rancangan penelitian eksperimental semu (bertujuan

untuk memperoleh informasi dari eksperimen yang

sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan

untuk mengontrol dan/atau memanipulasi semua variabel

yang relevan)

Rancangan percobaan 2 faktor (faktorial 3 x 4), ulangan 3

Disain split-plot (faktor utama), RAK (kedalaman tanah)

(12)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Sub-faktor:

Interval kedalaman tanah (b), yaitu:

b

1

= 0 – 10 cm,

b

2

= 10 – 20 cm,

b

3

= 20 – 30 cm,

b

4

= 30 – 40 cm

Rancangan percobaan :

(lanjutan)

Faktor Utama:

Perbedaan penggunaan lahan (a), yaitu:

a

1

=

Lahan kentang

yaitu lahan yang sedang ditanami kentang

umur 90 hst.

a

2

=

Lahan olah

yaitu lahan bekas tanaman kentang yang telah

diolah dan siap ditanami kentang kembali.

a

3

=

Lahan kubis

yaitu lahan bekas tanaman kentang yang

sedang ditanami komoditi lain non-inang Globodera sp.

(kubis,

Brassica oleracea

var. cavitata)

)

(13)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Ulangan

A1B4 A1B1 A1B3 A1B2 A1B4 A1B2 A1B1 A1B3 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4

I

II

III

(B) Interval

kedalamantanah

(A

1

)

Petak

A2B4 A2B2 A2B3 A2B1 A2B4 A2B3 A2B1 A2B2 A2B1 A2B2 A2B4 A2B3

(A

2

)

Petak Olah

Ulangan

I

II

III

A3B3 A3B2 A3B4 A3B1 A3B3 A3B2 A3B4 A3B1 A3B1 A3B3 A3B4 A3B2

(A

3

) Petak

Ulangan

I

II

III

Ulangan

A1B4 A1B1 A1B3 A1B2 A1B4 A1B2 A1B1 A1B3 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4

I

II

III

(B) Interval

kedalamantanah

(A

1

)

Petak

Ulangan

A1B4 A1B1 A1B3 A1B2 A1B4 A1B2 A1B1 A1B3 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4

I

II

III

A1B4 A1B1 A1B3 A1B2 A1B4 A1B2 A1B1 A1B3 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4

I

II

III

(B) Interval

kedalamantanah

(A

1

)

Petak Kentang

A2B4 A2B2 A2B3 A2B1 A2B4 A2B3 A2B1 A2B2 A2B1 A2B2 A2B4 A2B3

(A

2

)

Petak

Ulangan

I

II

III

A2B4 A2B2 A2B3 A2B1 A2B4 A2B3 A2B1 A2B2 A2B1 A2B2 A2B4 A2B3

(A

2

)

Petak

Ulangan

I

II

III

A3B3 A3B2 A3B4 A3B1 A3B3 A3B2 A3B4 A3B1 A3B1 A3B3 A3B4 A3B2

(A

3

) Petak Kubis

Ulangan

I

II

III

A3B3 A3B2 A3B4 A3B1 A3B3 A3B2 A3B4 A3B1 A3B1 A3B3 A3B4 A3B2

(A

3

) Petak

Ulangan

I

II

(14)

(Lahan yang sedang ditanami kentang Granola umur 90 hst.)

Milik H. Yunianto

Varietas Granola

Umur 90 hst

Luas 5.000 m

2

(digunakan 1.200 m

2

)

Jarak tanam 25 x 25 cm (2 baris dalam 1 guludan)

Lebar guludan 40 cm, tinggi 35 cm,

Antar guludan 70 cm, lebar parit 35 cm

Ditanami kentang sejak tahun 1985

Gejala serangan NSK sejak tahun 2004

Asal bibit kentang pertama dari Jerman

Bibit 800 kg per 5.000 m2 (1,6 ton per hektar)

Tanaman kentang terserang busuk hawar daun, Phytophthora infestans

(27,7%), layu bakteri, Pseudomonas solanacearum (43,7%), dan NSK,

(15)

Milik H. Cipto

Luas 2.000 m

2

(digunakan 1.200 m

2

)

Bekas pertanaman kentang varietas Granola

Sejak tahun 1987 ditanami kentang

Sejak tahun 2004 kentang telah terserang NSK

Produksi kentang musim tanam lalu 3 ton per

2.000 m

2

(15 ton per ha)

(Lahan bekas penanaman kentang yang telah diolah dan siap ditanami

kentang kembali)

(16)

Garapan Mahfud, sebelumnya Salno

Lahan sedang ditanami komoditi lain bukan inang Globodera

sp. (kubis, Brassica oleracea var. Cavitata)

Varietas kubis Green Coronet, baru selesai dipanen

Hasil panen kubis 4,5 ton (12,5 ton per hektar ) dari luas lahan

3.600 m

2

Lahan ditanami kentang sejak tahun 1982

Musim lalu tanam kentang varietas Granola

Terserang NSK sejak tahun 2003

Percobaan seluas 1.200 m2 dari 3.600 m

2

(Lahan bekas penanaman kentang yang sedang ditanami komoditi lain

no-inang Globodera sp. (kubis, Brassica oleracea var. cavitata, varietas

(17)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

10 M 10 M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 10 M 10 M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Metode pengambilan

contoh

Ukuran petak 500 m

2

Contoh tanah sebanyak

10 titik per petak

Volume contoh tanah per

titik 100 gram

Pola pengambilan contoh

tanah, tipe C (Shurtleff

and Averre, 2000)

(18)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

(19)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Metode analisis data

Sesuai dengan rancangan

percobaan yang digunakan

yaitu metode analisis

faktorial 3 x 4 untuk disain

split- plot

(20)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Informasi Pendukung

Monografi Desa Karang Tengah

Luas wilayah 488.811 hektar (kentang 331 ha dan kubis 10 ha dari

data panen tahun 2005,

Ketinggian antara 1500 – 2100 meter dpl

Tanah Andosol (berwarna kelabu, sangat berpori, sangat gembur

dengan struktur remah, tergolong kaya/subur, sifat fisiknya cukup

baik, potensi tinggi terutama di daerah datar, sedangkan di daerah

berlereng curam rawan erosi, pusat tanaman hortikultura, tanaman

perkebunan teh, kina, kopi, tembakau, dan palawija (Bakosurtanal,

1998/1999; Puslitanak, 2000), kandungan organik 8 – 30%, pH 4,5 – 6,0

dengan daya pengikat air tinggi (Tan, 1965 dalam Hadisoeganda,

(21)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tipe Iklim dan Curah Hujan

Informasi Pendukung

(lanjutan)

0 100 200 300 400 500 600 J F M A M J J A S O N D Bulan CH ( m m ) Rata-rata 1999-2005 Rata-rata 30 tahun

Tipe Hujan Boerema No. 28

Tipe Hujan Boerema No. 28

Tipe Iklim Oldeman tipe B1

curah hujan sebulan ≥ 200 mm

selama 8 bulan (Oktober – Mei) dan <

100 mm (Agustus)

Pada ketinggian 2.000 m dpl suhu

antara 12,2

o

- 18,9

o

C dan pada

ketinggian 1.000 m antara 17,5

o

25,1

o

C.

Kelembaban Oktober 80% dan

maksimum Februari mencapai 94%

(Hadisoeganda, 2006)

(22)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Informasi Pendukung

(lanjutan)

Penyebaran Pertanaman Kentang di Kab. Banjarnegara

Kab. Banjarnegara: 20 kecamatan, luas wilayah

106.970.997 ha. Pertanaman kentang menyebar

di 3 kecamatan Kecamatan Batur (3.642 ha),

Pejawaran (1.828 ha dan Wanayasa (254 ha)

Tahun 2005 produksi kentang 1.011.738 ton dari

luas panen 5.724 ha.

(23)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Informasi Pendukung

(lanjutan)

Perkembangan dan Penyebaran Serangan Globodera sp.

Tahun 2003 pertama kali dilaporkan di Kecamatan Batur (23 ha),

menyebar di 5 desa yaitu (Karangtengah, Sumberejo, Bakal,

Pekasiran, dan Batur).

Tahun 2004 serangan menyebar ke 2 desa lain di Kecamatan

Batur (Kepakisan dan Pesurenan) dan 2 desa di Kecamatan

Pejawaran ( Condongcampur dan Sidengok), luas serangan 21

ha.

Tahun 2005 luas serangan 47 ha dan jumlah desa bertambah di

Kecamatan Batur (Dieng Kulon) dan 2 desa di Kecamatan

(24)

Rata-rata Padat Populasi Sista Globodera sp. Berdasarkan Petak Contoh

Penggunaan Lahan dan Interval Kedalaman Tanah Dalam Tiga Ulangan

Ulangan (r)

Penggu-naan lahan

(A)

Interval

Kedalaman tanah

(B)

I

II

III

0–10 cm (B

1

)

234,4

307,0

254,4

795,8

265,3

10-20 cm (B

2

)

235,4

324,0

116,4

675,8

225,3

20-30 cm (B

3

)

162,2

288,0

112,0

562,2

187,4

30-40 cm (B

4

)

91,8

114,4

99,2

305,4

101,8

0–10 cm (B

1

)

118,2

91,0

128,2

337,4

112,5

10-20 cm (B

2

)

264,6

297,4

294,8

856,8

285,6

20-30 cm (B

3

)

285,4

242,6

196,2

724,2

241,4

30-40 cm (B

4

)

170,0

76,2

25,0

271,2

90,4

0–10 cm (B

1

)

348,2

640,8

480,8

1.469,8

489,9

10-20 cm (B

2

)

699,6

801,6

803,2

2.304,4

768,1

20-30 cm (B

3

)

747,8

853,4

760,8

2.362,0

787,3

30-40 cm (B

4

)

668,6

1.082,2

964,0

2.714,8

904,9

Jumlah

4.026,2

5.118,6

4.235,0

13.379,8

4.459,9

Rata-rata

335,5

426,6 352,9 1.115,0 371,7

Lahan

Kubis (A

3

)

Lahan Olah

(A

2

)

Lahan

Kentang

(A

1

)

Jumlah

Rata-rata

(25)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai F-tabel

Sumber Variansi

db

Jumlah

Kuadrat

Rerata

Kuadrat

Nilai

F-hitung

0,05

0,01

Blok/

Ulangan (u)

2

56.046,78

28.023,39

-

-

-Penggunaan

lahan (a)

2

2.411.115,82

1.205.557,91

59.42

6,94

18,00

Galat a (ga)

4

81.154,52

20.288,63

-

-

-Kedalaman

tanah (b)

3

98.616,95

32.872,32

8,75

3,16

5,09

Interaksi (ab)

6

305.867,84

50.977,97

13,57

3,66

4,01

Galat b (gb)

18

67.598,25

3.755,46

-

-

-Total (t)

35

3.020.400,15

86.297,15

-

-

(26)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

0 100 200 300 400 500 600 700 800

Lahan Kentang Lahan Olah Lahan Kubis

Petak contoh R a ta -r at a po p. si st a

a

b

b

0 100 200 300 400 500 600 700 800

Lahan Kentang Lahan Olah Lahan Kubis

Petak contoh R a ta -r at a po p. si st a

a

b

b

Perbedaan

Padat Populasi

Sista Globodera

sp. Pada Petak

Contoh

Penggunaan

Lahan Yang

Berbeda

(Duncan’s)

(27)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

250 270 290 310 330 350 370 390 410 430 450 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm Interval kedalaman R at a-rat a P op. si st a

a

a

ab

b

250 270 290 310 330 350 370 390 410 430 450 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm Interval kedalaman R at a-rat a P op. si st a

a

a

ab

b

Perbedaan Padat

Populasi Sista

Globodera sp.

Pada Interval

Kedalaman

Tanah Yang

Berbeda

(Duncan’s)

(28)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

0 200 400 600 800 1,000 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm

Interval kedalaman tanah

R a ta -r a ta pa da t po pu la s i s is ta pe r 1 0 0 gr a m c o nt o h ta n a h Lahan Kentang Lahan Olah Lahan Kubis

Linear (Lahan Kentang) Poly. (Lahan Olah) Log. (Lahan Kubis)

B A C A AB B A AB B A AB B a ab b b a a a a a a a a 0 200 400 600 800 1,000 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm

Interval kedalaman tanah

R a ta -r a ta pa da t po pu la s i s is ta pe r 1 0 0 gr a m c o nt o h ta n a h Lahan Kentang Lahan Olah Lahan Kubis

Linear (Lahan Kentang) Poly. (Lahan Olah) Log. (Lahan Kubis)

B A C A AB B A AB B A AB B a ab b b a a a a a a a a

Penyebaran Padat Populasi Sista Globodera sp.

Berdasarkan Interval Kedalaman Tanah Pada Petak Contoh

(29)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan :

1. Sista Globodera sp. ditemukan pada seluruh contoh tanah, baik

pada setiap petak contoh maupun interval kedalaman tanah.

2. Berdasarkan penggunaan lahan, pop. sista tertinggi terdapat

pada lahan kubis yaitu lahan bekas penanaman kentang yang

sedang ditanami kubis, lalu lahan kentang yaitu yang sedang

ditanami kentang umur 90 hst dan lahan olah yaitu lahan bekas

penanaman kentang yang telah diolah dan siap ditanami

kentang kembali.

3. Berdasarkan interval kedalaman, pop. sista tertinggi terdapat

pada kedalaman 120 cm dan 230 cm, lalu 340 cm dan

0-10 cm.

(30)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:

(lanjutan)

Pada lahan kentang yaitu lahan yang sedang ditanami kentang

umur 90 hst.,

pop. tertinggi terdapat pada kedalaman 0-10 cm,

semakin dalam populasi semakin menurun mengikuti model linier

negatif

Pada lahan olah yaitu yaitu lahan bekas penanaman kentang

yang telah diolah dan siap ditanami kentang kembali,

pop. tertinggi

pada kedalaman 10-30 cm diikuti populasi pada kedalaman 0-10 cm

dan 30-40 cm mengikuti model polinomial

Lahan kubis yaitu lahan bekas penanaman kentang yang sedang

ditanami kubis :

Pop. terendah pada kedalaman 0-10 cm, dan

semakin dalam s.d. 40 cm pop. semakin tinggi mengikuli model

logaritmik positif

4. Pengaruh interval kedalaman tanah terhadap padat populasi sista

pada setiap penggunaan lahan adalah sebagai berikut:

(31)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Saran :

1. Pengambilan contoh tanah dalam pengamatan sista

Globodera

sp. secara umum pada berbagai jenis

penggunaan lahan dapat dilakukan pada interval kedalaman

tanah 10 – 30 cm

2. Jika pengamatan sista Globodera dilakukan berdasarkan

penggunaan lahan maka

(a) pada lahan yang sedang

ditanami kentang umur 90 hst contoh tanah sebaiknya

diambil dari interval kedalaman 0 - 10 cm,

(b) pada lahan olah

yaitu lahan bekas tanaman kentang yang telah diolah dan

siap ditanami kentang kembali dari kedalaman 10 - 30 cm,

dan

(c) pada lahan kubis yaitu lahan bekas tanaman kentang

yang sedang ditanami kubis dari kedalaman 20 - 40 cm.

(32)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Saran

(lanjutan)

:

3. Pop. sista Globodera sp. ditemukan sampai kedalaman 40

cm, maka pengendalian yang efektif perlu menggunakan

teknologi yang mampu menembus sampai kedalaman

tersebut.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih dalam mengenai

penyebaran horisontal dan vertikal sista Globodera sp. di

lokasi atau pada penggunaan lahan yang berbeda.

(33)

VI. DAFTAR PUSTAKA

AIBA, Satosi, 2003. Control of Potato Cyst Nematode. National Agricultural Research Center, JAPAN. Makalah Seminar Sehari Penaggulangan Nematoda Globodera sp. Pada Tanaman Kentang. Jakarta, 3 April 2003.

Anonim, 2003. PENGENALAN DAN PENGENDALIAN NEMATODA SISTA KUNING Globodera rostochiensis Wollienweber.

Direktorat Perlindungan Hortikultura. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura dan JAPAN INTERNATIONAL COORPORATION AGENCY. Edisi Revisi.

Duriat, A.S., Thomas Agoes Sutiarso, Laksminiwati Prabaningrum dan Rakhmat Sutarya, 1994. PENERAPAN

PENGENDALIAN HAMA-PENYAKIT TERPADU PADA BUDIDAYA KENTANG. Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Gomez, K.A. and Gomez K., 1976. Statistical procedures for agricultural research with emphasis on rice. THE INTERNATIONAL RICE RESEARCH INSTITUTE. LOS BANOS, LAGUNA, PHILIPPINESS.

Hamzah, A., 2003. PROGRAM TINDAKAN DARURAT PENYEBARAN OPT KARANTINA, Globodera rostochiensis

(Wolienweber) Mulvey & Stone. Makalah Seminar Sehari Penaggulangan Nematoda Globodera sp. Pada Tanaman Kentang. Jakarta, 3 April 2003.

Mulyadi, Bambang Tahayu TP, B. Triman, Siwi Indarti, 2003. IDENTIFIKASI DAN BIOEKOLOGI Globodera rostochiensis. Handout Seminar Sehari Penaggulangan Nematoda Globodera sp. Pada Tanaman Kentang. Jakarta, 3 April 2003. Subijanto, 1985. CONSTRAINTS ON AND OPPORTUNITIES IN THE PRODUCTION OF VEGETABLES IN INDONESIA.

Central Research Institute for Horticulture, Pasarminggu, Jakarta. Dalam PRODUCTION OF VEGETABLES IN THE TROPICS AND SUB-TROPICS. Proceeding of the 23th Internaional Symposium on Tropical Agriculture Research. Tsu, Japan, September 20-22, 1989. Tropical Agriculture Research Series (TARC) No. 23, March 1990. p. 37.

Soeganda, A.W.W., 2003. PENGENDALIAN TERPADU NEMATODA SISTA EMAS (GOLDEN CYST NEMATODE Globodera rostochiensis) PADA TANAMAN KENTANG. Makalah Seminar Sehari Penaggulangan Nematoda Globodera sp. Pada Tanaman Kentang. Jakarta, 3 April 2003.

(34)
(35)

1.

Infestasi Globodera sp. pada lahan kubis lebih awal dibandingkan pada lahan kentang dan

lahan olah. Hasil wawancara dg petani dan petugas, pada lahan kubis mulai menampakan

gejala serangan NSK sejak tahun 2003, sedangkan pada lahan kentang dan olah sejak tahun

2004.

2.

Penanaman kentang pada lahan kubis lebih awal dibandingkan pada lahan kentang dan lahan

olah sehingga frekuensi penanaman kentang lebih banyak. Hasil wawancara dengan petani,

lahan kubis mulai ditanami kentang sejak tahun 1982, sedangkan lahan kentang 1985 dan

lahan olah 1987.

3.

Padat populasi sista dorman pada lahan kubis relatif tidak berubah (tetap dari sisa akhir

penanaman kentang musim sebelumnya) karena tidak ada penetasan. Sedangkan pada lahan

kentang dan lahan olah karena masih ada rangsangan eksudat akar kentang maka populasi

sista banyak yang menetas sehingga populasi sista rendah

Southey (1974) dalam Patrik et.al. dalam Marks and Brodie (1998) menerangkan bahwa penyebaran

horisontal sista pada areal yang telah terinfeksi mengikuti awal infestasi sista pada satu atau

beberapa titik di lahan, selanjutnya sedikit demi sedikit akan menyebar dan membentuk “foci”

sekunder. Menurut Hadisoeganda (2006) populasi larva dan sista mempunyai prevalensi rendah dan

densitas yang sangat bervariasi. Makin sering frekuensi suatu lahan ditanaman kentang

menyebabkan makin banyak dan berkesinambungan persediaan makanan sehingga prevalensi dan

densitas sista NSK di dalam tanah makin banyak

(36)

Mengapa pop. Sista pada lahan kentang tertinggi pada kedalaman

0 – 10 cm dan terus menurun pada interval yang lebih dalam?

NSK menyerang akar dan sista

terbentuk menempel pada akar

sehingga sista berkumpul pada

sekitar perakaran kentang (resosfir).

Jumlah sista berbanding lurus

dengan jumlah akar. Semakin

dalam akar kentang semakin sedikit

dan lebih menyebar, maka jumlah

sistapun akan semakin sedikit

dalam satuan contoh tanah.

Whitehead (1977) dalam Patrik et.al. dalam

Marks dan Brodie (1998) bahwa pada lahan

yang sedang ditanami kentang, padat populasi

NSK terbanyak terdapat di sekitar perakaran

(risosfer),

(37)

Mengapa pop. Sista pada lahan olah tertinggi pada kedalaman 10

– 30 cm (pertengahan interval), sedangkan pada kedalaman 0-10

dan 30-40 cm lebih sedikit?

Whitehead (1977) dalam Patrik et.al. dalam Marks dan Brodie

(1998) bahwa pada lahan yang sedang ditanami kentang, padat

populasi NSK terbanyak terdapat di sekitar perakaran (risosfer),

setelah panen populasi tertinggi akan masuk lebih dalam. Karena

selama panen, pengolahan tanah dan penanaman pada musim

berikutnya secara mekanik mengakibatkan sista akan tercampur

dengan partikel tanah dan sista masuk lebih dalam

(38)

Mengapa pop. Sista pada lahan kubis pada interval yang lebih

dalam jumlahnya semakin banyak?

Whitehead (1977) dalam Patrik et.al. dalam Marks dan Brodie (1998) selama

panen, pengolahan tanah dan penanaman pada musim berikutnya secara

mekanik mengakibatkan sista akan tercampur dengan partikel tanah dan

sista masuk lebih dalam

Whitehead (1977) dalam Patrik et.al. dalam Marks dan Brodie (1998)

menyatakan bahwa terdapat banyak variasi padat populasi NSK berdasarkan

kedalamam tanah. Nematoda sista kuning sering banyak ditemukan pada

kedalaman 20-40 cm, namum pada kedalaman lebih rendah dari 40 cm

jarang terjadi

• Akibat perlakuan budidaya kubis selama 1 musim (penyiangan, pemupukan,

penyiraman dll.) akan membawa sista masuk lebih dalam sampai pada

lapisan tanah yang padat.

• Pada kedalaman tanah >30 cm (sub-soil) sifat fisik tanah lebih padat (di

Gambar

Tabel Sidik Ragam

Referensi

Dokumen terkait

The correlation coefficient in forest areas usually is small as it is in the case of a WorldView-2 stereo model with base to height relation of 1:1.26 (in figure 6 shown with

1) surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) Kualifikasi Usaha Non Kecil dengan klasifikasi : Bangunan Gedung, yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah domisili

Desain terowongan head-race di- perlukan alternatif desain konstruksi yang berdasar pada mekanika teknik terowong-an yang kuat dari sisi besar momen, lintang dan normal yang

Hardjana =&gt; Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak- masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai, (8) Hebert

Dengan demikian, pada peningkatan lama perebusan, perubahan stabilitas ikatan, kadar dan struktur komponen serat pangan serta penurunan kadar senyawa penghambat dialisis (antara

Fleksibilitas yang mungkin disediakan oleh sambungan ataupun sendi di sistem struktural seperti sendi di dalam lengan yang memungkinkan gerakan atau lantai pertama dapat

SDM (komisioner) selalu ingin akuntabel. Pada saat pelaksanaan Pilkada 2010 Kabupaten Situbondo, yang ditandai bahwa komisioner sudah melaksanakan tugas berdasarkan pada

atas dapat dijabarkan sebagai berikut: Perancang/Desainer Komunikasi Visual ( S ), menyampaikan ide/gagasannya ( M ), melalui media gambar visual ( C ), kepada orang lain – team