MAKALAH MAKALAH
“
“TERAPI SINAR DAN SISTEM RUJUKAN BPJSTERAPI SINAR DAN SISTEM RUJUKAN BPJS””
DISUSUN OLEH DISUSUN OLEH KELOMPOK II KELOMPOK II KELAS B2 / SEMESTER I : KELAS B2 / SEMESTER I : ASA
ASA KIRANA KIRANA PUTRI PUTRI 173112540120173112540120035035 NURCAHAYA
NURCAHAYA SILABAN SILABAN 173112540120173112540120036036 YUNITA
YUNITA FLORENCA FLORENCA 173112540120173112540120158158 ELFI
ELFI YANTI YANTI VERA VERA 173112540120162173112540120162
FAKULTAS ILMU KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2017 2017
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Panyayang, Kami Kami panjatkan panjatkan puji puji syukur syukur atas kehatas kehadirat-Nya, yang adirat-Nya, yang telahtelah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang terapi sinar dan sistem rujukan BPJS.
makalah ilmiah tentang terapi sinar dan sistem rujukan BPJS.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dalam pembuatan Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dalam pembuatan makalah ini.Terlepas d
makalah ini.Terlepas dari semua itu, ari semua itu, kami kami menyadari sepenuhmenyadari sepenuhnya bahwa masihnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh ada kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami
Akhir kata kami berharap semoga makalah berharap semoga makalah ilmiah tentang terapi sinar danilmiah tentang terapi sinar dan sistem rujukan BPJS untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun sistem rujukan BPJS untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
inpirasi terhadap pembaca.
Jakarta, Oktober 2017 Jakarta, Oktober 2017
Penyusun Penyusun
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
KATA
KATA PENGANTAR PENGANTAR ... i... i DAFTAR
DAFTAR ISI ...ISI ... ... iiii BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A.
A. Latar Latar Belakang ...Belakang ... 1.... 1 B.
B. Rumusan Rumusan Masalah ...Masalah ... 3... 3 C.
C. Tujuan Tujuan ... ... 33 BAB II PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN A.
A. Terapi Terapi Sinar ...Sinar ... 4... 4 1.
1. Pengertian Pengertian ... ... 44 2.
2. Indikasi Indikasi ... .... 44 3.
3. Prinsip Prinsip Kerja Kerja Terapi Terapi Sinar Sinar ... 4... 4 4.
4. Alat Alat Terapi Terapi Sinar ...Sinar ... 5... 5 5.
5. Persiapan Persiapan Unit Unit Terapi Terapi Sinar ...Sinar ... 5... 5 6.
6. Langkah Pelaksanaan Langkah Pelaksanaan Terapi Terapi Sinar ...Sinar ... 5... 5 7.
7. Efek Efek Samping Samping Terapi Terapi Sinar ...Sinar ... ... 99 B.
B. System System Rujukan Rujukan BPJS BPJS ... 10... 10 1.
1. Pengertian ...Pengertian ... ... 1010 2.
2. Tingkatan / Jenjang Tingkatan / Jenjang Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan BPJS ... BPJS ... 1010 3.
3. Prosedur Prosedur Sistem Sistem Rujukan ...Rujukan ... 11.... 11 4.
4. Pelayanan Oleh Pelayanan Oleh Bidan dan Bidan dan Perawat ...Perawat ... ... 1212 5.
5. Rujukan Rujukan Parsial Parsial ... 13... 13 6.
6. Forum Komunikasi Antar Fasilitas Kesehatan Forum Komunikasi Antar Fasilitas Kesehatan ... .... 1313 BAB III PENUTUP
BAB III PENUTUP A.
A. KESIMPULAN KESIMPULAN ... ... 1414 B.
B. SARAN SARAN ... ... 1414 DAFTAR
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A.
A. LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG
Terapi sinar (Fototerapi) rumah sakit merupakan tindakan yang Terapi sinar (Fototerapi) rumah sakit merupakan tindakan yang efektif untuk mencegah kadar Total Bilirubin Serum (TSB) meningkat. efektif untuk mencegah kadar Total Bilirubin Serum (TSB) meningkat. Uji klinis telah divalidasi kemanjuran fototerapi dalam mengurangi Uji klinis telah divalidasi kemanjuran fototerapi dalam mengurangi hiperbilirubinemia tak terkonjugasi yang berlebihan, dan hiperbilirubinemia tak terkonjugasi yang berlebihan, dan implementasinya telah secara Drastis membatasi penggunaan transfusi implementasinya telah secara Drastis membatasi penggunaan transfusi tukar (Bhutani, 2011). Penelitian menunjukkan bahwa ketika fototerapi tukar (Bhutani, 2011). Penelitian menunjukkan bahwa ketika fototerapi belum
belum dilakukan, dilakukan, 36% 36% bayi bayi dengan dengan berat berat kelahiran kelahiran kurang kurang dari dari 15001500 gram memerlukan transfusi tukar (Newman,
gram memerlukan transfusi tukar (Newman, et alet al , 2009)., 2009).
Penelitian berbasis rumah sakit di USA menyimpulkan bahwa 5 Penelitian berbasis rumah sakit di USA menyimpulkan bahwa 5 s.d 40 bayi dari 1000 bayi kelahiran cukup bulan dan kurang bulan s.d 40 bayi dari 1000 bayi kelahiran cukup bulan dan kurang bulan memperoleh fototerapi sebelum dipulangkan dari perawatan (Maisels memperoleh fototerapi sebelum dipulangkan dari perawatan (Maisels , , etet al,
al, 2008). Ketika fototerapi telah digunakan, hanya 2 dari 833 bayi2008). Ketika fototerapi telah digunakan, hanya 2 dari 833 bayi (0,24%) yang menerima transfusi tukar. Pada bulan Januari 1988 dan (0,24%) yang menerima transfusi tukar. Pada bulan Januari 1988 dan Oktober 2007, tidak ada transfusi
Oktober 2007, tidak ada transfusi tukar yang dibutuhkan di NICU Rumahtukar yang dibutuhkan di NICU Rumah Sakit William Beaumont, Royal Oak, Michigan untuk 2425 bayi yang Sakit William Beaumont, Royal Oak, Michigan untuk 2425 bayi yang berat lahirnya kurang dari 1500 gram (Maisels,
berat lahirnya kurang dari 1500 gram (Maisels, et al et al , 2008)., 2008).
Dalam kurun waktu 20 tahun angka kematian bayi (AKB) telah Dalam kurun waktu 20 tahun angka kematian bayi (AKB) telah berhasil diturunkan secara tajam, namun AKB menurut Survei Demografi berhasil diturunkan secara tajam, namun AKB menurut Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 – – 2003 adalah 35 per 1000 KH. Angka 2003 adalah 35 per 1000 KH. Angka tersebut masih tinggi, dan saat ini mengalami penurunan cukup lambat. tersebut masih tinggi, dan saat ini mengalami penurunan cukup lambat. Jika dilihat dariumur saat bayi meninggal berdasarkan Survei Kesehatan Jika dilihat dariumur saat bayi meninggal berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 sekitar 57% kematian terjadi di masa Rumah Tangga (SKRT) 2001 sekitar 57% kematian terjadi di masa neonatal dengan penyebab utama kematian adalah asfiksia bayi baru lahir neonatal dengan penyebab utama kematian adalah asfiksia bayi baru lahir 27%, prematuritas dan berat badan lahir rendah (BBLR) 29%, masalah 27%, prematuritas dan berat badan lahir rendah (BBLR) 29%, masalah pemberian
pemberian makan makan 10%, 10%, tetanus tetanus neonatorum neonatorum 10%, 10%, masalah masalah hematologihematologi 6%, infeksi 5%, dan lainnya 13%. Kematian neonatus yang disebabkan 6%, infeksi 5%, dan lainnya 13%. Kematian neonatus yang disebabkan karena masalah hematologi adalah ikterus dan defisiensi vitamin K karena masalah hematologi adalah ikterus dan defisiensi vitamin K
(Kemenkes,2011). (Kemenkes,2011).
Kecenderungan paling awal pada bayi cukup bulan akhir - akhir Kecenderungan paling awal pada bayi cukup bulan akhir - akhir ini semakin meningkat karena alasan medis, sosial, dan ekonomi. ini semakin meningkat karena alasan medis, sosial, dan ekonomi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pulang awal meningkatkan Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pulang awal meningkatkan resiko rawat inap ulang, dan penyebab tersering rawat inap ulang selama resiko rawat inap ulang, dan penyebab tersering rawat inap ulang selama periode
periode neonatal neonatal awal awal adalah adalah hiperbilirubinemia hiperbilirubinemia (Triasih, (Triasih, 2003). 2003). PadaPada awal era 90an, diperkenalkan program pemberian ASI eksklusif dan awal era 90an, diperkenalkan program pemberian ASI eksklusif dan rumah sakit sayang bayi. Seiring dengan mulai diterapkannya praktik rumah sakit sayang bayi. Seiring dengan mulai diterapkannya praktik sedini mungkin dan ASI eksklusif, frekuensi kejadian ikterik neonatorum sedini mungkin dan ASI eksklusif, frekuensi kejadian ikterik neonatorum semakin sering ditemui (Uhudiah, 2003).
semakin sering ditemui (Uhudiah, 2003).
Sekitar 60% bayi yang lahir normal menjadi ikterik pada minggu Sekitar 60% bayi yang lahir normal menjadi ikterik pada minggu pertama
pertama kelahiran. kelahiran. Hiperbilirubinemia Hiperbilirubinemia ((indirect indirect ) yang tak terkonjugasi) yang tak terkonjugasi terjadi sebagai hasil dari pembentukan bilirubin yang berlebihan karena terjadi sebagai hasil dari pembentukan bilirubin yang berlebihan karena hati neonatus belum dapat membersihkan bilirubin cukup cepat dalam hati neonatus belum dapat membersihkan bilirubin cukup cepat dalam darah. Walaupun sebagian besar bayi lahir dengan ikterik normal, tapi darah. Walaupun sebagian besar bayi lahir dengan ikterik normal, tapi mereka butuh monitoring karena bilirubin memiliki potensi meracuni mereka butuh monitoring karena bilirubin memiliki potensi meracuni sistem saraf pusat (Maisels,
sistem saraf pusat (Maisels, et al et al , 2008)., 2008).
Bilirubin serum dapat naik ke tingkat berbahaya yang Bilirubin serum dapat naik ke tingkat berbahaya yang menimbulkan ancaman langsung dari kerusakan otak. Akut ensefalopati menimbulkan ancaman langsung dari kerusakan otak. Akut ensefalopati bilirubin
bilirubin gangguan gangguan yang yang mungkin mungkin jarang jarang terjadi, terjadi, namun namun sering sering dapatdapat berkembang
berkembang menjadi menjadi kernikterus kernikterus yaitu yaitu suatu suatu kondisi kondisi yang yang dapatdapat melumpuhkan dan menimbulkan kerusakan kronis yang ditandai oleh melumpuhkan dan menimbulkan kerusakan kronis yang ditandai oleh tetrad klinis cerebral palsy choreoathetoid, kehilangan pendengaran saraf tetrad klinis cerebral palsy choreoathetoid, kehilangan pendengaran saraf pusat,
pusat, saraf saraf penglihatan penglihatan vertikal, vertikal, dan dan hypoplasia hypoplasia enamel enamel gigi gigi sebagaisebagai hasilnya keracunan bilirubin (Wathcko,
hasilnya keracunan bilirubin (Wathcko, et al et al ,2006).,2006).
Faktor resiko terjadinya hiperbilirubinemia pada Bayi Baru Lahir Faktor resiko terjadinya hiperbilirubinemia pada Bayi Baru Lahir Cukup (BBLC) yang secara statistik bermakna adalah keterlambatan Cukup (BBLC) yang secara statistik bermakna adalah keterlambatan pemberian
pemberian ASI, ASI, efektifitas efektifitas menetek menetek dan dan asfiksia asfiksia neonatorum neonatorum menit menit ke-1ke-1 (Lasmani, 2000). Peningkatan yang lebih besar dan lebih berkepanjangan (Lasmani, 2000). Peningkatan yang lebih besar dan lebih berkepanjangan di tingkat bilirubin dapat disebabkan oleh gangguan hemolitik di tingkat bilirubin dapat disebabkan oleh gangguan hemolitik (Inkompatibilitas ABO atau faktor Rh),
kekurangan, atau trauma kelahiran. Secara klinis hiperbilirubinemia kekurangan, atau trauma kelahiran. Secara klinis hiperbilirubinemia relevan juga terlihat di antara pemberian ASI bayi baru lahir cukup bulan relevan juga terlihat di antara pemberian ASI bayi baru lahir cukup bulan atau prematur (Grohmanna,
atau prematur (Grohmanna, et al,et al, 2006).2006).
Sistem rujukan merupakan suatu upaya kesehatan yaitu suatu Sistem rujukan merupakan suatu upaya kesehatan yaitu suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara vertikal maupun horiontal terjadinya penyerahan tanggung jawab secara vertikal maupun horiontal kepada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih kompeten, terjangkau kepada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih kompeten, terjangkau dan rasional.BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan rasional.BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)merupakan
Kesehatan)merupakan Badan Badan Hukum Hukum PublikPublik yang bertanggung jawabyang bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan memiliki tugas untuk langsung kepada Presiden dan memiliki tugas untuk menyelenggarakan
menyelenggarakan jaminan jaminan Kesehatan Kesehatan NasionalNasional bagi bagi seluruhseluruh rakyat
rakyat Indonesia, Indonesia, terutama untuk terutama untuk Pegawai Pegawai Negeri Negeri Sipil,Sipil, Penerima Penerima Pensiun PNS dan
Pensiun PNS dan TNI TNI/POLRI,/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.
keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.
Sistem rujukan BPJS dapat membantu penanganan bayi yang Sistem rujukan BPJS dapat membantu penanganan bayi yang memerlukan tindakan terapi sinar. Dengan sistem rujukan dapat memerlukan tindakan terapi sinar. Dengan sistem rujukan dapat mengurangi AKB akibat insiden ikterus. Oleh karena itu, penulis akan mengurangi AKB akibat insiden ikterus. Oleh karena itu, penulis akan membahas mengenai terapi sinar dan sistem rujukan BPJS.
membahas mengenai terapi sinar dan sistem rujukan BPJS.
B.
B. RUMUSAN MASALAHRUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah Terapi Sinar dan Sistem dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah Terapi Sinar dan Sistem Rujukan BPJS itu ?”
Rujukan BPJS itu ?”
C.
C. TUJUANTUJUAN 1.
1. Untuk mengetahui pengertian terapi sinarUntuk mengetahui pengertian terapi sinar 2.
2. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan terapi sinarUntuk mengetahui prosedur pelaksanaan terapi sinar 3.
3. Untuk mengetahui pengertian system rujukan BPJSUntuk mengetahui pengertian system rujukan BPJS 4.
BAB II BAB II PEMBAHASAN PEMBAHASAN
A.
A. TERAPI SINARTERAPI SINAR
1.
1. PengertianPengertian
Terapi sinar adalah terapi menggunakan sinar untuk Terapi sinar adalah terapi menggunakan sinar untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan hiperbilirubinemia jinak hingga moderat. Fototerapi dapat hiperbilirubinemia jinak hingga moderat. Fototerapi dapat menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin indirect yang mudah menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin indirect yang mudah larut di dalam plasma dan lebih mudah di ekskresi oleh hati ke larut di dalam plasma dan lebih mudah di ekskresi oleh hati ke dalam saluran empedu. Meningkatnya foto bilirubin dalam empedu dalam saluran empedu. Meningkatnya foto bilirubin dalam empedu menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus sehingga peristaltic usus meningkat dan bilirubin akan lebih usus sehingga peristaltic usus meningkat dan bilirubin akan lebih cepat meninggalkan usus.
cepat meninggalkan usus.
2.
2. IndikasiIndikasi
Penggunaan terapi sinar sesuai anjuran dokter biasanya Penggunaan terapi sinar sesuai anjuran dokter biasanya diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin indirect lebih dari diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin indirect lebih dari 10mg % sebelum tranfusi tukar, atau sesudah transfuse tukar.
10mg % sebelum tranfusi tukar, atau sesudah transfuse tukar.
3.
3. Prinsip Kerja Terapi SinarPrinsip Kerja Terapi Sinar Terapi sinar
Terapi sinar dapat memecah dapat memecah bilirubin menjadi bilirubin menjadi dipirol yangdipirol yang tidak toksis dan di ekskresikan dari tubuh melalui urine dan feses. tidak toksis dan di ekskresikan dari tubuh melalui urine dan feses. Cahaya yang dihasilkan oleh terapi sinar menyebabkan reaksi Cahaya yang dihasilkan oleh terapi sinar menyebabkan reaksi fotokimia dalam kulit (fotoisomerisasi) yang mengubah bilirubin fotokimia dalam kulit (fotoisomerisasi) yang mengubah bilirubin tak terkonjugasi ke dalam fotobilirubin dan kemudian di eksresi di tak terkonjugasi ke dalam fotobilirubin dan kemudian di eksresi di dalam hati kemudian ke empedu, produk akhir reaksi adalah dalam hati kemudian ke empedu, produk akhir reaksi adalah reversible dan di ekresikan ke dalam empedu tanpa perlu reversible dan di ekresikan ke dalam empedu tanpa perlu konjugasi. Energy sinar dari foto terapi mengubah senyawa konjugasi. Energy sinar dari foto terapi mengubah senyawa 4Z-15Z bilirubin menjadi senyawa bentuk 4Z-15E bilirubin yang 15Z bilirubin menjadi senyawa bentuk 4Z-15E bilirubin yang merupakan bentuk isomernya yang mudah larut dalam air.
4.
4. Alat Terapi SinarAlat Terapi Sinar
Bagian- bagian alat terapi sinar : Bagian- bagian alat terapi sinar :
a.
a. Kabel penghubung alat dengan sumber listrikKabel penghubung alat dengan sumber listrik b.
b. Pengatur jarak lampu dengan bayiPengatur jarak lampu dengan bayi c.
c. Tombol power on/off untuk menghidupkan atauTombol power on/off untuk menghidupkan atau mematikan lampu fototerapi
mematikan lampu fototerapi d.
d. Hourmeter (petunjuk berapa jam fototerapi yang sudahHourmeter (petunjuk berapa jam fototerapi yang sudah dipakai).
dipakai). 5.
5. Persiapan Unit Terapi SinarPersiapan Unit Terapi Sinar a.
a. Pastikan bahwa tutup plastik atau pelindung berada padaPastikan bahwa tutup plastik atau pelindung berada pada posisinya.
posisinya. Hal Hal ini ini mencegah mencegah cedera cedera pada pada bayi bayi jika jika lampulampu pecah
pecah dan dan membantu membantu menapis menapis sinar sinar ultraviolet ultraviolet yangyang berbahaya.
berbahaya. b.
b. Hangkatkan ruangan tempat unit diletakkan, bila perlu,Hangkatkan ruangan tempat unit diletakkan, bila perlu, sehingga suhu dibawah sinar adalah 28
sehingga suhu dibawah sinar adalah 28ooC sampai 30C sampai 30ooC.C. c.
c. Nyalakan Nyalakan unit, unit, dan dan pastikan pastikan bahwa bahwa semua semua tabungtabung fluoresen bekerja
fluoresen bekerja d.
d. Ganti tabung fluoresen yang terbakar atau yang berkedip-Ganti tabung fluoresen yang terbakar atau yang berkedip-kedip
kedip e.
e. Catat tanggal tabung diganti dan ukur durasi totalCatat tanggal tabung diganti dan ukur durasi total penggunaan tabung
penggunaan tabung tersebut.tersebut. f.
f. Ganti tabung setiap 2000 jam penggunaan atau seteGanti tabung setiap 2000 jam penggunaan atau setelah tigalah tiga bulan,
bulan, mana mana saja saja yang yang terlebih terlebih dahulu, dahulu, walaupun walaupun tabungtabung masih bekerja.
masih bekerja. g.
g. Gunakan seprai putih pada pelbet, tempat tidur bayi, atauGunakan seprai putih pada pelbet, tempat tidur bayi, atau inkubator, dan letakkan tirai putih disekitar tempat area inkubator, dan letakkan tirai putih disekitar tempat area tempat unit diletakkan untuk memantulkan sinar sebanyak tempat unit diletakkan untuk memantulkan sinar sebanyak mungkinkembali ke bayi.
mungkinkembali ke bayi.
6.
6. Prosedur PelaksanaanProsedur Pelaksanaan a.
Jika berat badan bayi 2 kg atau lebih, letakkan bayiJika berat badan bayi 2 kg atau lebih, letakkan bayi
telanjangpada pelbet atau tempat tidur.Letakkan telanjangpada pelbet atau tempat tidur.Letakkan atau jaga bayi kecil dalam inkubator.
atau jaga bayi kecil dalam inkubator.
Perhatikan adannya bilier atau obstruksi usus.Perhatikan adannya bilier atau obstruksi usus.
Rencana fototerapi dikontraindikasikan pada Rencana fototerapi dikontraindikasikan pada kondisi ini karena fotoisomer bilirubin yang kondisi ini karena fotoisomer bilirubin yang diproduksi dalam kulit dan jaringan subkutan diproduksi dalam kulit dan jaringan subkutan dengan pemajanan pada terapi sinar tidak dapat dengan pemajanan pada terapi sinar tidak dapat diekskresikan.
diekskresikan.
Ukur kuantitas fotoenergi bola lampu fluorensenUkur kuantitas fotoenergi bola lampu fluorensen
(sinar putih atau biru) dengan menggunakan (sinar putih atau biru) dengan menggunakan fotometer. Intensitas sinar menembus permukaan fotometer. Intensitas sinar menembus permukaan kulit dari spectrum biru menentukan seberapa kulit dari spectrum biru menentukan seberapa dekat bayi ditempatkan terhadap sinar. Sinar biru dekat bayi ditempatkan terhadap sinar. Sinar biru khusus dipertimbangkan lebih efektif daripada khusus dipertimbangkan lebih efektif daripada sinar putih dalam meningkatkan pemecahan sinar putih dalam meningkatkan pemecahan bilirubin.
bilirubin.
Letakkan bayi di bawah sinar sesuai dengan yangLetakkan bayi di bawah sinar sesuai dengan yang
di indikasikan. di indikasikan.
Tutupi mata bayi dengan potongan kain, pastikanTutupi mata bayi dengan potongan kain, pastikan
bahwa
bahwa potongan potongan kain kain tersebut tersebut tidak tidak menutupimenutupi hidung bayi.
hidung bayi. Inspeksi Inspeksi mata mata setiap setiap 2 2 jam jam untukuntuk pemberian makan. Sering
pemberian makan. Sering pantau posisi. Mencegahpantau posisi. Mencegah kemungkinan kerusakan retina dan konjungtiva kemungkinan kerusakan retina dan konjungtiva dari sinar intensitas tinggi. Pemasangan yang tidak dari sinar intensitas tinggi. Pemasangan yang tidak tepat dapat menyebabkan iritasi, abrasi kornea dan tepat dapat menyebabkan iritasi, abrasi kornea dan konjungtivitis, dan penurunan pernapasan oleh konjungtivitis, dan penurunan pernapasan oleh obstruksi pasase nasal.
obstruksi pasase nasal.
Tutup testis dan penis bayi pria. MencegahTutup testis dan penis bayi pria. Mencegah
kemungkinan kerusakan penis dari panas kemungkinan kerusakan penis dari panas
memungkinkan pemajanan seimbang dari memungkinkan pemajanan seimbang dari permukaan
permukaan kulit kulit terhadap terhadap sinar sinar fluoresen,fluoresen, mencegah pemajanan berlebihan dari bagian tubuh mencegah pemajanan berlebihan dari bagian tubuh individu dan membatasi area tertekan.
individu dan membatasi area tertekan. b.
b. Pastikan bayi diberi makanPastikan bayi diberi makan
Dorong ibu menyusui sesuai kebutuhan tetapiDorong ibu menyusui sesuai kebutuhan tetapi
minimal setiap 2 jam : minimal setiap 2 jam :
Selama pemberian makan, pindahkan bayiSelama pemberian makan, pindahkan bayi dari unit fototerapi dan lepaskan kain dari unit fototerapi dan lepaskan kain penutup mata.
penutup mata.
Memberikan suplemen atau mengganti ASIMemberikan suplemen atau mengganti ASI dengan jenis makanan atau cairan lain tidak dengan jenis makanan atau cairan lain tidak diperlukan (mis: pengganti ASI,air, air diperlukan (mis: pengganti ASI,air, air gula,dsb)
gula,dsb)
Jika bayi mendapkan cairan IV atau perasaan ASI,Jika bayi mendapkan cairan IV atau perasaan ASI,
tingkatkan volume cairan dan/atau susu sebanyak tingkatkan volume cairan dan/atau susu sebanyak 10% volume harian total perhari selama bayi 10% volume harian total perhari selama bayi dibawah sinar fototerapi
dibawah sinar fototerapi
Jika bayi mendapkan cairan IV atau diberi makanJika bayi mendapkan cairan IV atau diberi makan
melalui slang lambung, jangan memindahkan bayi melalui slang lambung, jangan memindahkan bayi dari sinar fototerapi.
dari sinar fototerapi. c.
c. Perhatikan bahwa feses bayiwarna dan frekuensiPerhatikan bahwa feses bayiwarna dan frekuensi defekasidapat
defekasidapat menjadi menjadi encer encer dan dan urin urin saat saat bayibayi mendapatkan fototerapi. Hal ini tidak membutuhkan mendapatkan fototerapi. Hal ini tidak membutuhkan penangan
penangan khusus. khusus. Defekasi Defekasi encer, encer, sering sering dan dan kehijauankehijauan serta urin kehijauan menandakan keefektifan fototerapi serta urin kehijauan menandakan keefektifan fototerapi dengan pemecahan dan ekskresi bilirubin.
dengan pemecahan dan ekskresi bilirubin. d.
d. Dengan hati- hati cuci area perianal setelah setiap defekasiDengan hati- hati cuci area perianal setelah setiap defekasi ,inspeksi kulit terhadap kemungkinan iritasi dan ,inspeksi kulit terhadap kemungkinan iritasi dan kerusakan. Membantu mecegah iritasi dan ekskoriasi dari kerusakan. Membantu mecegah iritasi dan ekskoriasi dari defekasi yang sering atau encer.
e.
e. Lanjutkan terapi dan uji yang diprogramkan lainnya:Lanjutkan terapi dan uji yang diprogramkan lainnya:
Pindahkan bayi dari unit foterapi hanya selamaPindahkan bayi dari unit foterapi hanya selama
prosedur
prosedur yang yang tidak dapat tidak dapat dilakukan dilakukan saat saat dibawahdibawah sinar fototerapi
sinar fototerapi
Jika bayi mendapkan oksigen, matikan sinarJika bayi mendapkan oksigen, matikan sinar
sebentar saat mengamati bayi untuk mengetahui sebentar saat mengamati bayi untuk mengetahui adanya sianosis sentral (lidah dan bibir biru).
adanya sianosis sentral (lidah dan bibir biru). f.
f. Pantau kulit bayi dan suhu inti setiap 2 jam atau lebihPantau kulit bayi dan suhu inti setiap 2 jam atau lebih sering sampai stabil (mis, suhu aksila 97,8 F, suhu rectal sering sampai stabil (mis, suhu aksila 97,8 F, suhu rectal 98,9 F). Fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai 98,9 F). Fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai respons terhadap pemajanan sinar, radiasi dan konveksi. respons terhadap pemajanan sinar, radiasi dan konveksi. g.
g. Pantau masukan dan haluaran cairan, timbang BB bayiPantau masukan dan haluaran cairan, timbang BB bayi dua kali sehari. Perhatikan tanda- tanda dehidrasi (mis, dua kali sehari. Perhatikan tanda- tanda dehidrasi (mis, penurunan
penurunan haluaran haluaran urine, urine, fontanel fontanel tertekan, tertekan, kulit kulit hangathangat atau kering dengan turgor buruk, dan mata cekung). atau kering dengan turgor buruk, dan mata cekung). Tingkatkan masukan cairan per oral sedikitnya 25%. Tingkatkan masukan cairan per oral sedikitnya 25%. Peningkatan kehilangan air melalui feses dan evaporasi Peningkatan kehilangan air melalui feses dan evaporasi dapat menyebabkan dehidrasi.
dapat menyebabkan dehidrasi. h.
h. Ukur kadar bilirubin serum setiap 12 jam. PenurunanUkur kadar bilirubin serum setiap 12 jam. Penurunan kadar bilirubin menandakan keefektifan fototerapi, kadar bilirubin menandakan keefektifan fototerapi, peningkatan
peningkatan yang yang kontinu kontinu menandakan menandakan hemolisis hemolisis yangyang kontinu dan dapat menandakan kebutuhan terhadap kontinu dan dapat menandakan kebutuhan terhadap transfuis tukar.
transfuis tukar.
Hentikan fototerapi jika kadar bilirubin serum diHentikan fototerapi jika kadar bilirubin serum di
bawah
bawah kadar kadar saat saat fototerapi fototerapi di di mulai mulai atau atau 15mg/dl15mg/dl (260umol), mana saja yang lebih rendah.
(260umol), mana saja yang lebih rendah.
Jika bilirubin serum mendekati kadar yangJika bilirubin serum mendekati kadar yang
membutuhkan tranfusi tukar atau pemindahan dan membutuhkan tranfusi tukar atau pemindahan dan segera rujuk bayi kerumah sakit tersier atau pusat segera rujuk bayi kerumah sakit tersier atau pusat spesialisasi untuk tranfusi tukar, jika spesialisasi untuk tranfusi tukar, jika
memungkinkan. Kirim sampel darah ibu dan ba memungkinkan. Kirim sampel darah ibu dan bayi.yi.
i.
i. Jika Jika serum serum bilirubin bilirubin tidak tidak dapat dapat diukur, diukur, hentikanhentikan fototerapi setelah tiga hari. Bilirubin pada kulit dengan fototerapi setelah tiga hari. Bilirubin pada kulit dengan cepat menghilang dibawah fototerapi. Warna kulit tidak cepat menghilang dibawah fototerapi. Warna kulit tidak dapat digunakan sebagai panduan kadar bilirubin serum dapat digunakan sebagai panduan kadar bilirubin serum selama 24 jam setelah penghentian fototerapi.
selama 24 jam setelah penghentian fototerapi. j.
j. Setelah fototerapi dihentikan :Setelah fototerapi dihentikan :
Amati bayi selama 24 jam dan ulangi pengukuranAmati bayi selama 24 jam dan ulangi pengukuran
bilirubin serum, jika memungkinkan atau perkiraan bilirubin serum, jika memungkinkan atau perkiraan
ikterus dengan menggunakan metode klinis. ikterus dengan menggunakan metode klinis.
Jika ikterus kembali ke atau di atas kadar diJika ikterus kembali ke atau di atas kadar di
mulainya fototerapi, ulangi fototerapi dengan mulainya fototerapi, ulangi fototerapi dengan banyak
banyak waktu waktu yang yang sama sama seperti seperti awal awal pemberian.pemberian. Ulangi langkah ini setiap kali fototerapi dihentikan Ulangi langkah ini setiap kali fototerapi dihentikan sampai pengukuran atau perkiraan bilirubin tetap sampai pengukuran atau perkiraan bilirubin tetap di bawah kadar yang membutuhkan fototerapi. di bawah kadar yang membutuhkan fototerapi. k.
k. Jika fototerapi tidak lagi dibutuhkan, bayi makan denganJika fototerapi tidak lagi dibutuhkan, bayi makan dengan baik
baik dan dan tidak tidak terjadi terjadi masalah masalah lain lain yang yang membutuhkanmembutuhkan hospitalisasi, pulangkan bayi.
hospitalisasi, pulangkan bayi. l.
l. Ajari ibu cara mengkaji ikterus, dan anjurkan ibu kembaliAjari ibu cara mengkaji ikterus, dan anjurkan ibu kembali jika bayi menjadi lebih icterus.
jika bayi menjadi lebih icterus.
7.
7. Efek SampingEfek Samping a.
a. Tanning (perubahan warna kulit) : induksi sintesis melaninTanning (perubahan warna kulit) : induksi sintesis melanin dan atau disperse oleh cahaya ultra violet.
dan atau disperse oleh cahaya ultra violet. b.
b. Syndrome bayi Bronze : penurunan ekskresi hepatic dariSyndrome bayi Bronze : penurunan ekskresi hepatic dari foto produk bilirubin.
foto produk bilirubin. c.
c. Diare : bilirubin menginduksi seksresi usus.Diare : bilirubin menginduksi seksresi usus. d.
d. Intoleransi laktosa : trauma mukosa dari epitel villi.Intoleransi laktosa : trauma mukosa dari epitel villi. e.
f.
f. Kulit terbakar : paparan berlebihan karena emisiKulit terbakar : paparan berlebihan karena emisi gelombang pendek lampu fluoresen.
gelombang pendek lampu fluoresen. g.
g. Dehidrasi : peningkatan kehilangan air yang tak disadariDehidrasi : peningkatan kehilangan air yang tak disadari karena energy foton yang diabsorbsi.
karena energy foton yang diabsorbsi. h.
h. Ruam kulit : trauma fotosensitif pada sel mast kulitRuam kulit : trauma fotosensitif pada sel mast kulit dengan pelepasan histamine.
dengan pelepasan histamine.
B.
B. SISTEM RUJUKAN BPJSSISTEM RUJUKAN BPJS
1.
1. PengertianPengertian
Sistem rujukan merupakan suatu upaya kesehatan yaitu suatu Sistem rujukan merupakan suatu upaya kesehatan yaitu suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara vertikal maupun terjadinya penyerahan tanggung jawab secara vertikal maupun horiontal kepada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih kompeten, horiontal kepada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih kompeten, terjangkau dan rasional.
terjangkau dan rasional.
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan
Kesehatan) merupakan Badan Badan Hukum Hukum PublikPublik yang bertanggungyang bertanggung jawab
jawab langsung langsung kepada kepada Presiden Presiden dan dan memiliki memiliki tugas tugas untukuntuk menyelenggarakan
menyelenggarakan jaminan jaminan Kesehatan Kesehatan NasionalNasional bagi bagi seluruhseluruh rakyat
rakyat Indonesia, Indonesia, terutama untuk terutama untuk Pegawai Pegawai Negeri Negeri Sipil,Sipil, Penerima Penerima Pensiun PNS dan
Pensiun PNS dan TNI TNI/POLRI,/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun
beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.rakyat biasa. Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pesertanya,
pesertanya, BPJS BPJS KesehatanKesehatan menerapkan apa yang disebut sebagaimenerapkan apa yang disebut sebagai sistem rujukan. Di dalam sistem ini telah terangkum syarat dan sistem rujukan. Di dalam sistem ini telah terangkum syarat dan ketentuan bagi peserta BPJS Kesehatan yang ingin mendapatkan ketentuan bagi peserta BPJS Kesehatan yang ingin mendapatkan layanan kesehatan.
layanan kesehatan.
2.
2. Tingkat/Jenjang Pelayanan Kesehatan BPJSTingkat/Jenjang Pelayanan Kesehatan BPJS
Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu :
yaitu : a.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat kesehatan dasar yang diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama
pertama b.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)
Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.
teknologi kesehatan spesialistik. c.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier)Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier)
Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub kesehatan sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknolog
pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.i kesehatan sub spesialistik.
3.
3. Prosedur Sistem RujukanProsedur Sistem Rujukan
Sistem rujukan BPJS dilaksanakan secara berjenjang sesuai Sistem rujukan BPJS dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis, yaitu:
kebutuhan medis, yaitu: a.
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama olehDimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama
fasilitas kesehatan tingkat pertama b.
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, makaJika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua c.
c. Pelayanan Pelayanan kesehatan kesehatan tingkat tingkat kedua kedua di di faskes faskes sekundersekunder hanya dapat diberikan atas rujukan dari faskes primer. hanya dapat diberikan atas rujukan dari faskes primer. d.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanyaPelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan dapat diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
faskes primer.
Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan langsung ke faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang dan diagnosis dan rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier. Ketentuan pelayanan rujukan hanya tersedia di faskes tersier. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi :
a.
a. Bencana, yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atauBencana, yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah b.
b. Terjadi keadaan gawat darurat, mengikuti ketentuan yangTerjadi keadaan gawat darurat, mengikuti ketentuan yang berlaku
berlaku c.
c. Kekhususan permasalahan kesehatan pasien. untuk kasusKekhususan permasalahan kesehatan pasien. untuk kasus yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan
lanjutan d.
d. Pertimbangan geografisPertimbangan geografis e.
e. Pertimbangan ketersediaan fasilitasPertimbangan ketersediaan fasilitas
Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan sistem rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan dengan sistem rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak sesuai dengan prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan yang tidak sesuai dengan prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan.
oleh BPJS Kesehatan.
4.
4. Pelayanan Oleh Bidan Dan PerawatPelayanan Oleh Bidan Dan Perawat a.
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapatDalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
ketentuan peraturan perundang-undangan. b.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan keBidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat dan tingkat pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat dan
kekhususan permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi kekhususan permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi di luar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama.
pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama.
5.
5. Rujukan ParsialRujukan Parsial
Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi
pemberi pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan lain lain dalam dalam rangka rangka menegakkanmenegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien di Faskes tersebut.Rujukan parsial dapat berupa: perawatan pasien di Faskes tersebut.Rujukan parsial dapat berupa:
a.
a. Pengiriman Pengiriman pasien pasien untuk untuk dilakukan dilakukan pemeriksaanpemeriksaan penunjang atau tindakan
penunjang atau tindakan b.
b. Pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjangPengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.
penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.
6.
6. Forum Komunikasi Antar Fasilitas KesehatanForum Komunikasi Antar Fasilitas Kesehatan a.
a. Untuk dapat mengoptimalisasikan sistem rujukan berjenjang,Untuk dapat mengoptimalisasikan sistem rujukan berjenjang, maka perlu dibentuk forum komunikasi antar Fasilitas maka perlu dibentuk forum komunikasi antar Fasilitas Kesehatan baik faskes yang setingkat maupun antar tingkatan Kesehatan baik faskes yang setingkat maupun antar tingkatan faskes, hal ini bertujuan agar fasilitas kesehatan tersebut dapat faskes, hal ini bertujuan agar fasilitas kesehatan tersebut dapat melakukan koordinasi rujukan antar fasilitas kesehatan melakukan koordinasi rujukan antar fasilitas kesehatan menggunakan sarana komunikasi yang tersedia
menggunakan sarana komunikasi yang tersedia b.
b. Forum Komunikasi antar Faskes dibentuk oleh masing-Forum Komunikasi antar Faskes dibentuk oleh masing-masing Kantor Cabang BPJS Kesehatan sesuai dengan masing Kantor Cabang BPJS Kesehatan sesuai dengan wilayah
wilayah kerjanya kerjanya dengan dengan menunjuk menunjuk Person Person In In charge charge (PIC)(PIC) dari masing-masing Faskes. Tugas PIC Faskes adalah dari masing-masing Faskes. Tugas PIC Faskes adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan dalam rangka menyediakan informasi yang dibutuhkan dalam rangka pelayanan rujukan
BAB III BAB III PENUTUP PENUTUP A. A.KESIMPULANKESIMPULAN 1.
1. Terapi sinar adalah terapi menggunakan sinar untuk menurunkanTerapi sinar adalah terapi menggunakan sinar untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan hiperbilirubinemia jinak kadar bilirubin serum pada neonatus dengan hiperbilirubinemia jinak hingga moderat.Penggunaan terapi sinar sesuai anjuran dokter hingga moderat.Penggunaan terapi sinar sesuai anjuran dokter biasanya
biasanya diberikan diberikan pada pada neonatus neonatus dengan dengan kadar kadar bilirubin bilirubin indirectindirect lebih dari 10mg % sebelum tranfusi tukar, atau sesudah transfuse lebih dari 10mg % sebelum tranfusi tukar, atau sesudah transfuse tukar.Terapi
tukar.Terapi sinar sinar dapat memecah dapat memecah bilirubin bilirubin menjadi menjadi dipirol ydipirol yangang tidak toksis dan di ekskresikan dari tubuh melalui urine dan feses. tidak toksis dan di ekskresikan dari tubuh melalui urine dan feses. 2.
2. Sistem rujukan merupakan suatu upaya kesehatan yaitu suatu sistemSistem rujukan merupakan suatu upaya kesehatan yaitu suatu sistem jaringan fasilitas pela
jaringan fasilitas pela yanan kesehatan yang memungkinkan terjadinyayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung
penyerahan tanggung jawab jawab secara secara vertikal vertikal maupun horiontal maupun horiontal kepadakepada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih kompeten, terjangkau dan fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih kompeten, terjangkau dan rasional. Sistem rujukan BPJS dilaksanakan secara berjenjang sesuai rasional. Sistem rujukan BPJS dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis. Jenjang pelayanan dimulai dari pelayanan kebutuhan medis. Jenjang pelayanan dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua, dan ketiga.
kesehatan tingkat pertama, kedua, dan ketiga.
B.
B. SARANSARAN 1.
1. Kepada orang tua agar menjaga kesehatan bayinya, terutama kepadaKepada orang tua agar menjaga kesehatan bayinya, terutama kepada ibu menyusui agar menyusui bayinya sesuai kebutuhan bayi (ASI on ibu menyusui agar menyusui bayinya sesuai kebutuhan bayi (ASI on demand) agar bayi terhindar dari masalah ikterik yang menyebabkan demand) agar bayi terhindar dari masalah ikterik yang menyebabkan pemberian terapi sinar/ blue lite.
pemberian terapi sinar/ blue lite. 2.
2. Kepada pihak pengelola klink atau rumah sakit agar terusKepada pihak pengelola klink atau rumah sakit agar terus meningkatkan skill dalam penggunaan terapi sinar mengingat alat meningkatkan skill dalam penggunaan terapi sinar mengingat alat tersebut efek samping.
tersebut efek samping. 3.
3. Bagi masyarakat agar lebih meningkatkan kesehatan denganBagi masyarakat agar lebih meningkatkan kesehatan dengan memanfaatkan sistem BPJS.
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
Budhi, Nike Subekti. 2008. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Budhi, Nike Subekti. 2008. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. EGC :Jakarta
EGC :Jakarta
Doengoes, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. EGC:Jakarta Doengoes, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. EGC:Jakarta Panduan Praktis 04 : “Sistem Rujukan Berjenjang” BPJS Kesehatan
Panduan Praktis 04 : “Sistem Rujukan Berjenjang” BPJS Kesehatan
Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC : Jakarta. Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC : Jakarta. https://bpjskesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678 https://bpjskesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678 a8f06.pdf a8f06.pdf https://www.bpjs-online.com/sistem-rujukan-bpjs-wajib/ https://www.bpjs-online.com/sistem-rujukan-bpjs-wajib/ https://www.deherba.com/terapi-sinar-biru-untuk-bayi-kuning.html https://www.deherba.com/terapi-sinar-biru-untuk-bayi-kuning.html https://www.scribd.com/doc/214075428/SOP-Fototerapi https://www.scribd.com/doc/214075428/SOP-Fototerapi