• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

PADA BBL NY. S DENGAN IKTERIK

DI RSUD PADANG PANJANG

OLEH :

LUSI EKA PUTRI IRA SUKMA ANISA

WINDA SARI DESWIMA LARASATI

SUCI ALFIRA SARI WINDA SILVIA

CI AKADEMIK :

(Rika Armalini, SST)

CI LAPANGAN :

(Karmila, S.Kep)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

STIKES PIALA SAKTI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan kebidanan baru lahir adalah satu pelayanan kesehatan utama yang diperkirakan dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir. Selain itu diadakannya sistem rujukan yang selektif yang dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir.

Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir. Kejadian ikterus pada bayi baru lahir menurut beberapa penulis berkisar antara 5% pada bayi cukup bulan dan 75% pada bayi kurang bulan.

Kejadian ikterus pada BBL di RSUD Padang Panjang ialah 32,19% dan 62,53% kadar bilirubin indireknya melebihi 10 mg %.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dari periode 15 Januari – 31 Januari 2008 di ruang Perinatologi RSUD terdapat 95 BBL terdiri dari 71 BBL normal, 18 (18,94%) BBLR, 3 (3,15%) BBLSR 2 (2,18%) BBL dengan infeksitali pusat dan 1 (1,05%) bbl dengan ikterus neonatorum. Dari data tersebtu penulis tertarik untuk penanganna yang tepat di kemudian hari ikterus neonatorum dapat ditangni dengan cepat dan tidak sampai menimbulkan kern ikterus.

1.2 Tujuan

Tujuan Umum :

 Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada neonatus dengan

ikterus melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan 7 langkah Varney

Tujuan Khusus :

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada by. Ny. S dengan ikterus neonatorum.

(3)

c. Mahasiswa mampu menegakan diagnosa dan masalah potensial pada by. Ny. S dengan ikterus neonatorum

d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi by. Ny. S dengan ikterus neonatorum.

e. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan by. Ny. S dengan ikterus neonatorum.

f. Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan atas rencana manajemen yang telah direncanakan by. Ny. S dengan ikterus neonatorum

(4)

BAB II

TINJAUAN KASUS

2.1 Konsep Medis 1. Pengertian

Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa oleh karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (sumber :)

a. Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir

b. Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir yang terbagi menjadi ikterus fisiologi dan ikterus patologi

c. Kesimpulannya ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa oleh karena keadaannya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin darah yang sering ditemukan pada BBL yang terbagi ikterus fisiologis dan patalogis.

2. Batasan Ikterus

Ikterus terbagi menjadi : a. Ikterus Fisiologi

(5)

Ikterus dikatakan Fisiologis bila :

1. Timbul pada hari kedua sampai ketiga.

2. Kadar bilirubin indirek sesudah 2 a 24 jam tidak melewati 15 mg % pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada neonatus kurang bulan.

3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari.

4. Ikterus mengilang pada 10 hari pertama

5. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik (kern – ikterus)

6. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. b. Ikterus Patologik

Ikterus Patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologik atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiper bilirubin emia. Dasar patologik ini misalnya, jenis bilirubin, saat timbulnya dan menghilangnya ikterus dan penyebabnya.

Ikterus dikatakan Patologis bila :

1. Timbul pada urnur kurang dari 36 jam 2. Cepat berkembang

3. Menghilang lebih dari dua minggu 4. Bisa disertai dengan animea 3. Etiologi

Etiologi ikterus pada neonatus dapat berdiri sendiri atau disebabkan oleh beberapa faktor :

1. Produksi yang berlebihan

 Golongan darah Ibu - bayi tidak sesuai

 Hematoma, memar

 Spheratisosis kongental

2. Gangguan konjugasi hepar

 Enzim glukoronil tranferasi belum adekuat (prematur)

(6)

 Albumin rendah

 Ikatan kompetitif dengan albumin

 Kemampuan mengikat albumin rendah

4. Gangguan ekresi

 Obstruksi saluran empedu

 Obstruksi usus

 Obstruksi pre hepatik

4. Penilaian

Penilaian ikterus secara klinis

Penilaian dengan menggunakan rumus KRAMER

No Luas Ikterus Kadar bilirubin (mg%)

1 Kepala dan leher 5

2 Daerah 1 dan badan bagian atas 9

3 Daerah 1,2 + badan bagian bawah dan tungkai

11

4 Daerah 1,2,3 dan lengan dan kaki di bawah dengkul

12

5 Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16

5. Kern – Ikterus

Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus, hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus ke IV.

Tanda-tanda kliniknya adalah mata yang berputar, letargi, kejang, tak mau menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku dasn akhirnay opistotonus.

Pada umur yang lebih lanjut bila bayi hidup dapat terjadi spasme otot, opistotonus, kejang, atetosis, yang disertai ketegangan otot. Ketulian pada nada tinggi dapat ditemukan gangguan bicara dan retardasi mental. 6. Patofisiologi

(7)

pada inkompabilitas darah, Rh, ABO, golongan darah lain, detisiensi G6PD, pendarahan tertutup dan sepsis.

b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan oleh imatur hepar, kurangya substrat untuk konjugasi bilirubin ganaguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (Criggler Najjer Syndrome). Penyebab lainnya adalah defisiensi dalam hepar yang berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel-sel hepar.

c. Gangguan transportasi. Biliribin dalam darah terikat oleh albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat-obatan (salisilat, sulfaturazole). Difisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melakat ke sel otak.

d. Gangguan dalam eksresi

Gangguan ini dapat terjadi karena obstruksi dalam hepar atau di luar hepar, kelainan diluar hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

e. Untuk menurunkan kadar bilirubin indirek dalam serum sehingga tidak terjadi kern ikterus maka dilakukan terapi sinar tetapi efek samping dari terapi sinar secara langsung dapat menyebabkan hipertemia karena panas lampu, atau hipertemia karena telanjang atau bahkan kulit terbakar karena prinsip kerjanya membantu pemecahan bilirubin yang kemudian dikeluarkan melalui urin/feces maka bayi bayi bisa mengalami dehidrasi.

f. Adanya letargi atau malas minum karena lemahnya reflek menghisap ikterus menyebabkan asupan nutrisi berkurang sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.

(8)

2.2 Konsep Asuhan Kebidanan 1. Pengkajian

A. Identitas

Nama bayi : untuk membedakan bayi yang satu dengan bayi yang lain

Umur bayi : untuk mengetahui hari keberapa dilakukan pengkajian/asuhan

Tgl/jam lahir : untuk mengetahui kapan bayi tersebut lahir/umur

Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi tersebut (ada kemungkinan terjadi kelaina gender kejadian , iktems. pada BBL lebih besar pada iaki-laki).

Berat badan : untuk mengetahui apakah bayi lahir dengan berat rendah, nornial/bayi besar. Bayi normal 2500 gr - 4000 gr. Pada bayi ikterus kemungkinan kecil masa kehamilan, BLR dan besar masa kehamilan

Panjang badan : panjang badan normal 48 - 52 cm Nama Ibu/Ayah : untuk identifikasi bayi/pasien Umur Ibu/Ayah : untuk identifikasi bayi / pasien .

Suku bangsa : untuk mengetahui adat istiadat dan kebiasaan Agama : menentukan jenis pendekatan spiritual Pendidikan : status sosial ekonomi dan pendapatan

Alamat : mengetahui keadaan lingkungan tempat tinggal dan untuk identifikasi

B. Anamnesa

(9)

2. Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita selama kehamilan yang dapat menyebabkan bayi ikterus.

a. Contoh : diabetes, golongan darah ibu - bayi tidak sesuai, Rh/ABO incompatibility, sakit infeksi, spherositosis kongenital 3. Kebiasaan waktu hamil

b. Untukmengetahu kebiasaan ibu pada saat hamil yang dapat berpengaruh pada janin/BBL

4. Riwayat persalinan sekarang

Jenis persalinan : biasanya ikterus terjadi persalinan dibantu vacm eksraksi

Penolong : apakah dokter atau bidan

Tempat persalinan : Apakah di rumah ibu, bidan atau RS Umur kehamilan : pada ikterus kemungkinan terjadi pada

preterm. kecil masa kehamilan. dan. besar masa kehamilan.

Ketuban : warnanya jernih atau keruh, baunya khas atau tidak, jumlahnya normal atau tidak. Normalnya < 500 cc.

Komplikasi persalinan : biasanya bay ikterus terjadi pada persalinan dengan trauma.

Keadaan bayi baru lahir : nilai dengan APGAR 1 menit pertama dan 5 menit kedua

C. Pemeriksaan

Keadaan umum : Apakah bayi tampak baik atau tidak. Biasanya bayi ikterus terlihat letargi / aktifitas menurun Suhu : suhu normal 36,5 - 37,2° C

Pernapasan : Frekuensi pernapasan sebaiknya dihitung 1 menit penuh. Normalnya 40-60x / menit

Nadi : Frekuensi nadi normal 70 - 180x /menit

(10)

D. Pemeriksaan fisik secara sistematik

Kepala : Dilihat besar, bentuk, molding, sutura, adakah caput ikterus terjadi pada pendarahan intra kranial dan sefal hematom

Muka : Untuk melihat kelainan kongenital, adakah warna kuning

Mata : Ada tidaknya pendarahan atau warna kuning pucat menandakan anemia

Telinga : Letak dan bentuk dapat mencerminkan kelainan konaenital

Mulut : Ada tidaknya tabioskilis, labiopatatoskius-Reflek hisap baik atau tidak

Hidung : Ada sumbatan atau kelainan lain seperti cuping hidung.

Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar getah bening / tiroid atau tidak.

Dada : Apakah tampak simetris atau tidak, ada wheezing dan ronchi

Tali pusat dan abdomen : Apakah ada tanda-tanda infeksi atau tidak dan pada ikterus pada palpasi abdomen terdapat pembesaran limfe dan hepar

Punggung : Adakah kelainan dan dilihat bentuknya, apakah ada spina bifida atau tidak.

Ekstermitas : Dilihat kelainan bentuk dan jumlah

(11)

Anus : Ada atau tidaknya lubang anus

Reflex : Bayi ikterus ada kemungkinan kehilangan reflek moro, palmar reflek rooting reflek. Antropometri

Lingkar kepata, lingkat dada, lingkar lengan atas. Eliminasi

Miksi : Kemungkinan warna urine gelap pekat sampai hitam kecoklatan

Meconiurn / feces : Kemungkinan lunak dan berwarna coklat kehijauan

Warna kulit : Penilaian ikterus secara klinis menurut rumus kramer

2. Interpretasi Data

Neonatus dengan. ikterus patologis. 3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Kern ikterus, dehidrasi, bronze ikterus, hipotermi. 4. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera

Kolaborasi dengan dokter spesialis anak atau transfusi tukar sesuai dengan. advise dokter.

5. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

Merencanakan asuhan untuk bayi baru lahir dengan ikterus sesuai dengan penyebabnya.

6. Pelaksanaan

Melaksanakan asuhan bayi baru lahir dengan. ikterus sesuai dengan. perencanaan.

Dalam penanganan Minis, cara-cara yang dipakai ialah mencegah dan mengobati hiperbilirubinemia, terbagi menjadi :

1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin :

(12)

mungkin sekali disebabkan karena dengan pemberian makman yang dini itu terjadi pendorongan gerakan usus dan mekonium lebih cepat dikeluarkan, sehingga peredaran enterohepati bilirubin berkurang.

b. pemberian agar-agar, pemberian agar-agar peros dapat mengurangi terjadinya ikterus fisiologik dan neonatus.

c. Mekanisme adalah dengan menghalangi atau mengurangi peredaran bilirubin enterohepatik.

d. pemberian tenobarbital, dapat menurunkan kadar bilirubbin tidak langsung dalam serum bayi yaitu dengan. mengadakan induksi enzim mikrosoma sehingga konjugasi bilirubin berlansung lebih cepat.

2. Terapi sinar

Dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan yang dapat dikeluarkan dengan sempurna melalui ginjal dan traktus digestivus.

Cremer (1957) melaporkan bahwa pada bayi penderita ikterus yang diberi sinar matahari lebih dari penyinaran biasa. Ikterus lebih cepat hilang dibandingkan dengan bayi lain yang tidak disinari.

Dengan kriteria untuk dilakukan penyinaran : - suhu tubuh 36,5 - 37,2°C

- tidak terjadi cidera atau luka bakar pada kulit/jarinoan - kadar bilirubin serum normal

Penatalaksanaan

1. Perhatikan dan dokumentasikan warna kulit dari kepala, sklera dan tubuh secara progresif terhadap ikkterik sedikitnya setiap shift

2. Berikan suhu lingkungan netral.

3. Pertahankan suhu aksila 36,5°C, hindari stres dingin. 4. Pantau tanda vital tiap 2 jam sekali

5. Beri nutrisi yang adekuat

(13)

7. Pertahankan terapi cairan parenteral sesuai advis.

8. Cuci area perintal setiap habis defeksi, observasi kulit kemungkinan iritasi.

9. Periksa kadar bilirubin setiap 12 jam.

10. Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar Hb, trombosit, leukosit. 11. Periksa jampenggunaan lampu.

3. Transfusi tukar darah

Tujuan utamanya untuk mencegah efek taksik bilirubin dengan cara mengeluarkan dari tubuh.

Indikasi untuk tranfusi tukar :

- pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek > 20 mg% - kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 4,3 - 1 mg% - anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gagal jantung - kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan uji cooms direk positif

7. Evaluasi

Mengevaluasi hasil dari pelaksanaan asuhan bayi bari lahir dengan ikterus sehingga penyebabnya dapat diatasi

a. Dengan penberian ASI segera dapat mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin Asi telah diberikan dengan segera mempercepat pendorongan. Gerakan uterus meconium cepat dikeluarkan.

b. Dengan terapi sinar :

- kadar bilirubin dalam darah menurun - tidak terjadi hypotermi atau hipertermi - tidak terjadi kerusakan

c. Dengan tranfusi tukar :

- kadar bilirubin dalam darah menurun - tidak terjadi infeksi post transfusi 8. Langkah Promotif dan Preventif

(14)

- Penanganan keadaan yang berakibat BBLR

- Penanganan infeksi maternal, KPD secara tepat dan cepat - Penanganan asfiksia dan trauma persalinan dengan tepat

- Pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dengan ASI eksklusif - Menjelaskan pada ibu tentang gejala-gejala ikterus yang muncul

(15)

BAB III TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL Ny. ”S” DENGAN IKTERIK DI RSUD PADANG PANJANG Tanggal : 04 November 2014

Data Subjektif

3.1 Identistas

Nama bayi : Bayi Ny. S

Tgl/jam lahir : 04 November 2014/ 16.00 WIB Jenis Kelamin : Laki-laki

Berat Badan : 3400 gram Panjang Badan : 49 cm

Nama Ibu : Ny. S Nama Ayah : Tn. A Umur : 42 tahun Umur : 45 tahun

Suku/Bangsa : Minang/Indonesia Suku/Bangsa : Minang/Indonesia Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Alamat :

3.2 Anamnesa

Pada tanggal : 04 November 2014

Pukul : 16.00 WIB

1. Riwayat penyakit kehamilan a. Pendarahan : tidak ada b. Eklampsia : tidak ada 2. Riwayat persalinan sekarang

(16)

Kala I : 5 jam

Kala II : 30 Menit

Kala III : 5 Menit

d. Ketuban : +

e. Komplikasi persalinan : tidak ada

f. Keadaan bayi baru lahir : normal tidak ada kelainan

Waktu Tanda 0 1 2 Jumlah

Menit 1

Frekuensi

jantung (tidak ada) < 100 > 100 Usaha

(17)

Sianosis : tidak ada

Ikterik : ada

LB : 32 cm

UK : 34 cm

Pemeriksaan fisik secara sistematik :

 Kepala : Bentuk kepala bulat, terlihat permukaan kulit berwarna

kuning.

 Ubun – ubun : Tidak relevan

 Muka : Tidak ada kelainan dan kulit berwarna kuning.

 Mata : Konjungtiva tidak anemis, kolera ikterik

 Telinga : Ada lubang, normal, bentuk simetris, tidak ada

kelainan

 Mulut : Tidak ada labiokizis/platokizis (+)

 Hidung : Ada lubang, Bentuk simetris.

 Leher : Tidak ada pembengkakan ataupun benjolan, pada

permukaan kulit terlihat kuning

 Dada : Bentuk simetris kiri dan kanan

 Tali pusat : Tidak ada kelainan dan tidak terdapat tandaa-tanda

infeksi,

 Punggung : Posisi tulang belakang normal, tidak ada

pembengkakan ataupun tonjolan, permukaan kulit terlihat kuning.

 Ektremitas : Bentuk simetris, Jari-jari normal.

 Genitalia : Bentuk normal, skrotum berada di bawah/sudah turun.

 Anus : Terdapat lubang anus, lubang penis (+), tidak ada

kelainan. Reflek :

(18)

d. Reflek fucling ( + )

Sidik kaki kiri bayi Sidik kai kanan bayi

(19)
(20)

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL Ny. ”S” DENGAN IKTERIK DI RSUD PADANG PANJANG

Pengumpulan Data Interprestasi Data Diagnosis Data TindakanSegera Intervensi Implementasi Evaluasi

Tanggal : 04 November 2014 Jam : 16.00 WIB

Nama : Bayi Ny. “S”

DS :

 Ibu mengatakan bayi lahir pada pukul 15.00 WIB dengan SC

DO :

 Bayi lahir SC jam : 15.00 WIB

 Keadaan umum : baik  A/S : 8/8

 Pemeriksaan fisik : tidak ada kelainan

 Reflek :

Diagnosa :

Bayi baru lahir Ny. S Normal, keadaan umum bayi baik

Dasar :

 Pemeriksaan fisik : tidak ada kelainan

Masalah :

Bayi dengan ikterik

Kebutuhan : 1. Bersihkan jalan

nafas

Ikterik Berkolaborasi dengan dokter

- Membersihkan jalan nafas bayi dengan cara lap mulut dan hidung bayi dengan kapas kasa steril untuk menghilangkan lender yang menyumbat jalan nafas.

- Mencegah terjadinya hipotermi dengan cara mengeringkan bayi segera setelah lahir dan membungkus bayi untuk

mempertahankan suhu tubuh bayi

- Memberikan ASI segera dan sesering mungkin setiap 2 jam sekali

- Melakukan perawatan tali pusat dengan

(21)

g. Reflek grapks ( + ) h. Reflek fucling ( + )

3. Berikan ASI segera dan sesering mungkin

4. Perawatan tali pusat 5. Atur posisi bayi 6. Pemeriksaan fisik

pada bayi 7. Perawatan BBL 8. Letakkan bayi pada

ibu

9. Informasikan hasil pemeriksaan

- Atus posisi bayi

- Lakukan pemeriksaan fisik pada bayi

- Perawatan BBL

- Letakkan bayi pada ibu

menganjurkan kepada ibu untuk memakai pakaian yang bersih dan kering untuk mencegah infeksi pada tali pusat

- Mengatur posisi bayi dengan memiringkan kepala

- Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi secara sistematis dari kepala sampai kaki

(22)

- Informasikan hasil

pemeriksaan

bayi bila ibu tidak sanggup menyusui

- Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayinya dalam keadaan sehat dan normal serta tidak ada kelainan dan

memberikan ucapan selamat kepada ibu atas kelahiran bayinya

- Ibu senang mendengar hasil

(23)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada neonatus dengan ikterus neonatorum penulis menarik kesimpulan bahwa pengumpulan data atau informasi sangatlah penting untuk menegakan diagnosa atas penyebab dari kelainan yang di alami pasien dalam hal ini faktor congenital (bawaan) atau gangguan fungsi organ dari pasien dengan ikterus neonatorum.

4.2 Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk dapat lebih mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya untuk pasien

2. Bagi Tenaga Kesehatan

(24)

DAFTAR PUSTAKA

____. 2010. Kern Icterus. ( http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/kern-icterus.html, diakses tanggal 26 November 2013)

(25)

Behrman, et al. 2003. Nelson Textbook of Pediatrics 17th Edition. Pennsylvania: Saunders

Delyana. 2013. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Mengalami Ikterus di Kamar Bayi RSU Anutapura Palu. (http://delyanakumaat8.blogspot. com/2013/02/proposal-konsultasi-pertama-asuhan.html, diakses tanggal 26 November 2013)

Haws, Paulette S. 2007. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Herry, Garna dkk. 2000. Ikterus Neonatorum. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Kedua. Bandung: Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS.

Lissauer dan Fanaroff. 2009. At a Glance Neonatologi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Ningsih, Sri. 2012. Pengertian Ikterus. ( http://semirang.blogspot.com/2012/10/ pengertian-ikterus.html, diakses tanggal 26 November 2013)

Sukadi, Abdurachman dkk. 2002. Ikterus Neonatorum Perinatologi. Bandung: Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS.

(26)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Tujuan...1 BAB II TINJAUAN KASUS

2.1 Konsep Medis...3

2.2 Konsep Asuhan Kebidanan...7 BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Identistas...14

3.2 Anamnesa...14 BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan...21

(27)

KATA PENGANTAR

Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah "BBL dengan Ikterus".

Adapun makalah "BBL dengan Ikterus" ini telah penulis usahakan dapat disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu penulis tidak lupa untuk menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini.

Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis agar penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah "BBL dengan Ikterus" ini bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya oleh para pembaca.

(28)

Penulis

Referensi

Dokumen terkait

hijau berguna dapat menurunkan bilirubin tetapi tidak sebaik sinar biru dalam menurunkan kadar bilirubin. 43 Meisels mengemukakan bahwa bilirubin paling baik diserap oleh

Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau

Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan dimana kadar bilirubin serum total yang lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus pada kulit, sclera

Ikterus neonatal sering ditemukan pada bayi tetapi ada ikterus patologis yang terjadi jika kuningnya timbul dalam 24 jam pertama setelah lahir, dalam sehari kadar bilirubin meningkat

Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Indikasi tranfusi tukar adalah pada keadaan kadar bilirubin indirek &gt;20 mg/dL atau bila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi, kenaikan

Fototerapi ganda menghasilkan intensitas sinar yang lebih besar dan lebih efektif dalam menurunkan kadar bilirubin pada neonatus yang mengalami hiperbilirubinemia indirek

Kondisi hiperbilirubinemia yang tak terkontrol dan kurang penanganan yang baik dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti kern ikterus akibat efek toksik bilirubin pada system