PEMBERIAN HERBISIDA NABATI RIMPANG
ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L) PADA GULMA DI
PEMBIBITAN KOPI (Coffea sp) UMUR EMPAT BULAN
Oleh
Zulmayanti
NIM. 080 500 172
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
PEMBERIAN HERBISIDA NABATI RIMPANG
ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L) PADA GULMA DI
PEMBIBITAN KOPI (Coffea sp) UMUR EMPAT BULAN
Oleh
Zulmayanti
NIM. 080 500 172
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Sebutan Ahli Madya
Pada program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : Pemberian Herbisida Nabati Rimpang Alang-alang (Imperata cylindrica L) Pada Gulma di Pembibitan Kopi (Coffea sp) Umur Empat Bulan
Nama : Zulmayanti Nim : 080500172
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian
Lulus ujian pada, Agustus 2011……...
Menyetujui,
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Syarifuddin, MP NIP. 19650706 200112 1 001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Hasanuddin, MP NIP. 19630805 198903 1 005 Pembimbing, Nurlaila, SP, MP NIP. 19711030 200112 2 001 Penguji,
F. Silvi Dwi Mentari.S, Hut, MP NIP. 19770723 200312 2 001
ABSTRAK
Zulmayanti,
Pemberian Herbisida Nabati Rimpang Alang-alang (Imperata cylindrica L) Pada Gulma di Pembibitan Kopi (Coffea Sp) Umur Empat Bulan dibawah bimbingan NURLAILA.Gulma merupakan tumbuhan yang sering berada pada tanaman budidaya dan dapat menimbulkan kerugian pada tanaman yang menurunkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman budidaya mng melalui kompotisi dan alelopati. Alang-alang merupakan salah stu tanaman yang mengandung alelopati dan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali biologis.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian herbisida nabati rimpang alang-alang (Imperata cylindrica L) pada gulma di pembibitan umur empat bulan.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi pemanfaatan alang-alang sebagai herbisida nabati.
Penelitian dilakukan di areal persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda selama satu bulan sejak tanggal 1-31 Juli 2011 meliputi orientasi lapangan hingga penyusunan laporan.
Perlakuan penelitian ini adalah pemberian herbisida nabati dengan empat taraf perlakuan, yaitu p0 = kontrol (tanpa perlakuan), p1 = Pemberian herbisida nabati dengan dosis 50gram/100ml, p2 = Pemberian herbisida nabati dengan dosis 100gram/100ml, p3 = Pemberian herbisida nabati dengan dosis 150gram/100ml
Dari hasil pengamatan pemberian herbisida nabati dari rimpang alang-alang (Imperata cylindrica L) pada gulma di pembibitan menunjukkan persentase kematian pada perlakuan (P0) 0%, pada (P1) 38%, pada (P2) 61%, pada (P3) 83% dan hari kematian yang berbeda pada gulma tersebut yaitu pada P1 terjadi pada hari ke-5, pada P2 terjadi pada hari ke-3, dan pada P3 terjadi pada hari ke-2.
RIWAYAT HIDUP
Zulmayanti.
Lahir pada tanggal 9 juni 1991 di Kelurahan Tanuntung, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Merupakan anak pertama Ibu Salmawati dan Bapak Khaimuddin.Tahun 1996 memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 193 Tanuntung, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Herlang tahun 2002, pada tahun 2005 melanjutkan Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Herlang dan memperoleh ijazah tahun 2008. Pendidikan Tinggi dimulai pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan pada tahun 2008.
Pada tanggal 1 Maret sampai dengan 1 Mei 2011, mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) Budidaya Kelapa Sawit di PT. Pradiksi Gunatama, Desa Kerang, Kecamatan Batu Engau, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur dan sebagai syarat untuk memperoleh predikat Ahli Madya Diploma III penulis mengadakan pene litian dengan judul Pemberian Herbisida Nabati Rimpang Alang-alang (Imperata cylindrica L) Pada Gulma di Pembibitan Kopi (Coffea Sp) Umur Empat Bulan di Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah ini tepat pada waktunya. Keberhasilan dan kelancaran penyusunan laporan karya ilmiah ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
3. Bapak Ir. Hasanuddin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 4. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan.
5. Ibu Nurlaila, SP selaku Pembimbing Karya Ilmiah.
6. Ibu F. Silvi Dwi Mentari. S, Hut, MP selaku Penguji Karya Ilmiah.
7. Seluruh staf akademik dan dosen yang membantu dalam penyusunan laporan karya karya ilmiah ini
8. Keluarga besar Mahasiswa Pecinta Alam Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan, baik dari segi penyusunan maupun dari segi pengetahuan. Namun semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR LAMPIRAN .... iv
I. PENDAHULUAN ... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
A. Tinjauan umum alang-alang ... 3
B. Tinjauan umum gulma ... 5
C. Herbisida ... 6
D. Dosis ... 9
E. Konsentrasi ... 9
III.METODE PENELITIAN ... . 10
A. Waktu dan tempat ... . 10
B. Alat dan bahan ... . 10
C. Rancangan penelitian ... 10
D. Prosedur penelitian ... 11
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... . 13
A. Hasil ... 14
B. Pembahasan ... 15
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 16
A. Kesimpulan ... 16
B. Saran ...16
DAFTAR PUSTAKA ... 17
DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Persentase tingkat kematian gulma setelah peberian herbisida dari
rimpang alang-alang (Imperata cylindrica L) ... 13 2. Data hari kematian gulma dengan pemberian ekstrak
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Lay out penelitian ……… 20
2. Data kematian gulma 2 hari setelah aplikasi herbisida ………….. 21 3. Data kematian gulma 3 hari setelah aplikasi herbisida …...……... 21 4. Data kematian gulma 4 hari setelah aplikasi herbisida ………... 21 5. Data kematian gulma 5 hari setelah aplikasi herbisida …………... 22 6. Data kematian gulma 6 hari setelah aplikasi herbisida …………... 22 7. Data kematian gulma 7 hari setelah aplikasi herbisida ………….. 22 8. Data kematian gulma 8 hari setelah aplikasi herbisida …………... 23 9. Data kematian gulma 9 hari setelah aplikasi herbisida ……… 23 10.Data kematian gulma 10 hari setelah aplikasi herbisida …………. 23 11.Data kematian gulma 11 hari setelah aplikasi herbisida …………. 24 12.Data kematian gulma 12 hari setelah aplikasi herbisida …………. 24 13.Data jumlah gulma sebelum diberi eksrak alang-alang..…………. 24 14.Kegiatan poses pembuatan herbisida nabati …...……… 25 15.Gulma sebelum diberi eksrak alang-alang ..………...…. 26 16.Gulma setelah pemberian ekstrak alang-alang ………... 26
10
I.
PENDAHULUAN
Gulma merupakan tumbuhan yang sering berada pada tanaman budidaya dan dapat menimbulkan kerugian pada tanaman tersebut. Sehingga gulma tergolong dalam organisme pengganggu tanaman. Tumbuhan yang tergolong gulma, menimbulkan kerugian-kerugian pada manusia dengan berbagai kemungkinan, yaitu me nurunkan kualitas dan kuantitas produksi budidaya tanaman melalui kompotisi dan alelopati (Afruri, 2010).
Alang-alang merupakan salah satu masalah diantara berbagai masalah dalam budidaya pertanian karena selalu menggangu tanaman utama dan akan menyebabkan pertumbuhannya terhambat dan produksinya berkurang karena tanaman ini menghasilkan alelopati (Yakup, 1991).
Menurut Noor (1987) dalam Afruri (2010), memperkirakan luas penyebaran alang-alang sekitar 604.000 hektar/tahun, sejalan dengan luasnya areal perladangan yaitu ± 17.430 hektar/tahunnya.
Ardi (1994), melaporkan bahwa ekstrak rimpang alang-alang menekan perkecambahan biji gulma mimosa pigra, mimosa pudica, dan amaranthus spinosus, sehingga memiliki potensi sebagai herbisida pratumbuh. Hal ini dapat menjadi alternatif pilihan bagi para petani dalam memberantas gulma sehingga kedepannya tidak tergantung pada herbisida kimiawi yang harganya semakin melambung tinggi di pasaran sejak terjadinya krisis moneter selain itu penyemprotan dengan dosis berlebihan menyebabkan beberapa gulma menjadi kebal, sehingga petani cendrung meningkatkan dosis yang lebih tinggi dan
11
dilakukan berulang-ulang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan yang tentunya dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan, sedangkan penggunaan herbisida nabati dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan herbisida kimiawi, selain itu herbisida nabati dapat dibuat oleh petani dan menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas dari residu kimia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan herbisida nabati rimpang alang-alang pada gulma di pembibitan kopi umur empat bulan.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai pemanfaatan alang-alang sebagai herbisida nabati dalam pengendalian gulma di pembibitan kopi umur empat bulan.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Alang -alang
Menurut Eussen (1976) dalam Mardiani (2005) alang-alang merupakan tumbuhan tahuna n yang dapat memperbanyak diri secara vegetatif dan generatif. Alat perbanyakan secara vegetatif berupa rimpang. Rimpang tumbuh dibagian bawah, tempat akar tumbuh berwarna putih atau putih kekuningan dengan panjang antar ruas 25-50 cm, berdiameter 2-4,5 mm. Panjang rimpang mencapai 3 m dan terdapat pada kedalaman tanah 20 cm.
Menurut Moenandir (1990), pentingnya suatu gulma ditinjau dari interaksinya dengan tanaman dan alang-alang tergolong dalam 18 spesies gulma yang berbahaya jika berinteraksi dengan tanaman.
Taksonomi alang-alang menurut Moenandir (1990), adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Klas : Monocotyledoneae Ordo : Glumiflorae Familia : Gramineae Genus : Imperata
13
Menurut Moenandir (1990) dalam Mardiani (2005) alang-alang merupakan gulma tahunan, dengan bentuk rimpang yang meluas mencapai 60-100 cm. Daun agak tegak, daun lembut, tulang daun utama berwarna keputihan, daun atas lebih pendek dari pada daun bagian bawah. Rimpang bersifat regeneratif kuat, terasa manis, beruas pendek (berbuku-buku), dan bercabang literal berwarna putih hingga kuning gading membentuk jaringan kompak dalam tanah dan terpencar dengan cepat dengan panjang mencapai 60-100 cm.
Menurut Sastroutomo (1990) dalam Mardiani (2005), mencatat jumlah biji per gram pada gulma alang-alang sebanyak 8.720 biji gulma, sedangkan berat 1.000 biji gulma alang-alang sebesar 0,114 g, dan rata-rata biji yang dihasilkan selama masa pertumbuhan sebanyak 2.195 biji.
Menurut Soerjani (1981)dalam Mardiani (2005) berpendapat alang-alang merupakan gulma kosmopolitan, karena alang-alang-alang-alang dapat tumbuh pada kisaran yang luas, dari perbukitan pasir, rawa, hingga tepian sungai, dan dari ketinggian 0 m d.p.l-2.000 m dpl, sedangkan di Indonesia tersebar mulai dari 0 m d.p.l-2.700 m dpl.
Menurut Moenandir (1990) dalamMardiani (2005), gulma ini dapat tersebar luas dan dapat tumbuh pada tanah terbuka yang belum, maupun yang sudah diolah. Hal ini karena beberapa sifat yang dimiliki, yaitu:
14
1. Kemampuan beradaptasi pada keadaan cuaca beragam, misalnya terhadap keadaan suhu, alang-alang mengalami kematian pada suhu kurang dari 80C.
2. Kemampuan beradaptasi pada berbagai jenis dan sifat tanah, sebagai contoh alang-alang dapat tumbuh pada tanah masam walaupun pada kondisi tanah basa
3. Alang-alang masih dapat tumbuh dan berkembang pada areal yang telah terbakar, hal ini disebabkan alang-alang masih mempunyai rimpang dalam tanah sebagai alat perkembangbiakan.
Menurut Sukman dan Yakup (2002) dalam Mardiani (2005),
alang-alang mengeluarkan senyawa kimia yang disebut alelopat. Zat ini dapat meracuni tumbuhan lain yang ada disekitarnya. Alelopati ini dapat ditemukan disetiap bagian organ alang-alang terutama pada rimpang, dengan senyawa yang dikeluarkan adalah senyawa fenol.
B. Tinjauan Umum Gulma
Menurut Triharso (1995) dalam Afruri (2010) gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki atau tumbuhan yang tumbuh tidak sesuai pada tempatnya karena merugikan. Ditinjau dari ilmu pertanian dalam arti yang luas, maka ilmu gulma termasuk dalam bidang ilmu pertanian yang komponen utamanya terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya hayati dan sumber daya alam.
15
Semua tumbuhan termasuk gulma mempunyai keperluan hidup yang sama yaitu memerlukan sinar matahari, air, unsur hara dan juga memerlukan ruang tempat tumbuh. Dengan adanya kesamaan tersebut sehingga terjadi suatu persaingan antara gulma dengan tanaman yang dibudidayakan
(Tjitrosoedirjo, 1984).
Menurut Yakup (1991), persaingan dengan tanaman budidaya adalah 1. Persaingan memperebutkan air.
2. Persaingan memperebutkan unsur hara. 3. Persaingan memperebutkan cahaya. 4. Persaingan pengeluaran senyawa beracun.
C. Herbisida Nabati
Herbisida nabati adalah herbisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan. Saat ini herbisida nabati mulai banyak diminati oleh petani, hal ini dikarenakan mahalnya harga herbisida kimia. Sejak terjadinya krisis moneter, harga herbisida kimia naik menjadi 2-3 kali lipat, selain it u pengaplikasian yang kurang bijaksana telah menyebabkan gulma menjadi kebal terhadap herbisida. Karena beberapa gulma telah kebal terhadap herbisida, petani cenderung menggunakan dosis herbisida yang lebih tinggi dan dilakukan berulang- ulang. Kondisi ya ng demikian dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Salah satu alternatif yang dapat untuk me ngatasi masalah tersebut adalah penggunaan herbisida nabati (Sudarmo, 2005).
16
Menurut (Yakup, 2002) herbisida adalah zat kimia yang dapat menekan pertumbuhan gulma dan bahkan mematikan. Dari asal kata herbisida berasal dari kata herba (gulma) dan sida (membunuh).
Herbisida dalam penggunaannya mempunyai sifat dan cara kerja yang berbeda. Cara kerja yang berhubungan dengan peristiwa pemberian herbisida pada tumbuha n sampai terjadi kematian. Untuk ini dikenal herbisida kontak dan sistemik.
Secara umum klasifikasi herbisida ada empat, yaitu : a. Berdasarkan waktu aplikasi
Waktu aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan dari tanaman maupun gulma. Berdasarkan hal tersebut, maka waktu aplikasi herbisida terdiri dari :
1) Pre plant; maksudnya herbisida diaplikasikan pada saat tanaman
(crop) belum ditanam, tetapi tanah sudah diolah.
2) Pre emergence; maksudnya herbisida diaplikasikan sebelum benih
tanaman (crop) atau biji gulma berkecambah. Pada perlakuan ini benih dari tanaman (crop) sudah ditanam, sedangkan gulma belum tumbuh.
3) Post emergence; maksudnya herbisida diaplikasikan pada saat gulma dan tanaman sudah lewat stadia perkecambahan. Aplikasi herbisida bisa dilakukan pada waktu tanaman masih muda maupun pada waktu tanaman sudah tua.
17
b. Berdasarkan cara aplikasi
Cara aplikasi herbisida dua yaitu : 1). Melalui daun
Aplikasi melalui daun ada dua yaitu bersifat kontak dan sistemik. a). Bersifat kontak
Berarti herbisida ini hanya mematikan bagian hijau tumbuhan yang terkena semprotan. Herbisida ini cocok unt uk mengendalikan gulma setahun, karena bila terkena akan mematikan keseluruhan. b). Bersifat sistemik
Berarti herbisida ini hanya diberikan pada tumbuha n (gulma) setelah diserap oleh jaringan daun kemudian dit ranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan tersebut.
2). Melalui tanah
Umumnya herbisida yang diberikan melalui tanah adalah herbisida bersifat sistemik. Herbisida ini disemprotkan ke tanah, kemudian diserap oleh akar dan ditranslokasikan bersama aliran transpirasi ke “side of action” pada jaringan daun dan menghambat proses photosintesis.
c. Berdasarkan bentuk molekul
Berdasarkan bentuk molekul herbisida diklasifikasikan menjadi herbisida organik dan anorganik.
Menurut Moenandir (1988b), hal- hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan herbisida antara lain adalah ketepatan penentuan dosis dan konsentrasi. Dosis dan konsentasi yang terlalu tinggi akan menyebabkan
18
sia-sianya penggunaan herbisida, disamping merusak lingkungan. Sedangkan dosis dan konsentrasi yang terlalu rendah menyebabkan gulma sasaran tidak mati, disamping malah mendorong mempercepat timbulnya resistensi.
Dosis adalah jumlah herbisida dalam liter atau kg yang digunakan untuk mengendalikan gulma tiap satuan luas tertentu yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Adapula yang mengartikan dosis adalah jumlah herbisida yang dicampur atau diencerkan dengan air, yang digunakan untuk menyemprot gulma dengan luas tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif herbisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan.
Ada 3 macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan herbisida :
a. Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu herbisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
b. Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya herbisida dalam cc atau gram setiap liter air.
c. Konsentrasi larutan atau konsentrasi herbisida adalah persentase kandungan dalam larutan jadi.
19
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda selama satu bulan, sejak 1-31 Juli 2011 yang meliputi kegiatan-kegiatan orie ntasi lapangan hingga penyusunan laporan.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan cangkul, kantong plastik, pisau, baskom, gunting, timbangan, blender, gelas ukur, saringan, gelas, alumunium foil, masker, hand spayer, kamera, alat tulis.
Bahan yang digunakan air, aquadest, bibit kopi torabika berumur 4 bulan yang ditumbuhi gulma, rimpang alang-alang.
C. Perlakuan
Perlakuan penelitian ini adalah empat taraf, perlakuan masing- masing taraf diulang empat kali, yaitu :
P0 : kontrol
P1 : pemberian herbisida nabati dengan konsentrasi 50 gram/100 ml
P2 : pemberian herbisida nabati dengan konsentrasi 100 gram/100 ml
20
D. Prosedur Penelitian
1. Penyiapan Herbisida
Proses pembuatan herbisida dari rimpang alang-alang menurut
Sudarmo (2005), sebagai berikut:
a) Rimpang alang-alang yang telah diambil dari lapangan dibersihkan dan dipotong hingga menjadi ukuran yang kecil.
b) Rimpang alang-alang dihancurkan dengan blender, dan memasukkannya kedalam gelas kemudian diisi aqudes 100 ml, dengan rimpang sebanyak masing- masing perlakuan kemudian didiamkan selama 3 hari.
c) Setelah 3 hari lalu diperah, hasil perahan ini disaring untuk memperoleh ekstraknya yang kemudian dimanfaatkan sebagai herbisida.
2. Pemeliharaan
a) Penyiraman dilakukan satu kali setiap hari yaitu pada pagi hari atau sesuai kondisi lapangan
b) Pemupukan dengan pemberian pupuk kandang kambing dengan perbandingan 2:1 pada umur dua bulan
21
3. Perlakuan
Perlakuan dilakukan dengan penyemprotan herbisida nabati pada pagi hari, dengan menyemprot secara merata pada permukaan gulma sebanyak satu kali aplikasi.
4. Variabel Pengamatan
a) Persentase jumlah gulma yang mati pada setiap waktu pengamatan.
b) Hari kematian gulma
5. Analisis Data
Persamaan untuk menghitung persentase kematian gulma menurut
Soediono (1973) adalah sebagai berikut.
Persamaan untuk menghitung rata-rata kematian gulma menurut
Nugroho (1995) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
X = rata-rata
?x = jumlah gulma yang diuji n = banyaknya ulangan
22
IV.
Hasil Dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan penggunaan herbisida nabati dari rimpang alang-alang (Imperata cylindrica L) terhadap gulma pada pembibitan kopi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Persentase tingkat kematian gulma setelah peberian herbisida dari rimpang alang-alang (Imperata cylindrica L) .
Perlakuan Persentase kematian (%)
P0 0 P1 38 P2 61 P3 83 Keterangan : P0 = kontrol
P1 = pemberian herbisida dengan konsentrasi 50gram/100ml P2 = pemberian herbisida dengan konsentrasi 100gram/100ml P3 = pemberian herbisida dengan konsentrasi 150gram/100ml
Dari Tabel 1 diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa perlakuan kontrol (P0) memiliki persentase kematian 0%, perlakuan pemberian herbisida nabati dengan konsentrasi 50gram/100ml (P1) persentase kematian gulma 38%,
perlakuan pemberian herbisida nabati dengan konsentrasi 100gram/100ml (P2) persentase kematian gulma 61% dan perlakuan pemberian herbisida nabati dengan konsentrasi 150 gram/100 ml (P3) persentase kematian gulma 83%.
23
Tabel 2. Rata-rata gulma yang mati
Hari Selesai Aplikasi (HSA) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 P0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 P1 0 0 0 0 0,5 1,25 1,25 1 1,25 1,25 1,25 0,5 P2 0 0 0,75 1,5 2 2,5 2,25 1,5 0,75 P3 0 0,75 3,25 2,5 3,25 3 2,5 2 Keterangan : P0 = kontrol
P1 = pemberian herbisida dengan konsentrasi 50gram/100ml P2 = pemberian herbisida dengan konsentrasi 100gram/100ml P3 = pemberian herbisida dengan konsentrasi 150gram/100ml
Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian herbisida nabati dengan konsentrasi 150gram/100ml (P3) gulma mulai menunjukkan kematian sejak hari ke-2 setelah aplikasi dan seluruh gulma mati padahari ke-8 setelah aplikasi, pada perlakuan pemberian herbisida nabati dengan konsentrasi 100gram/100ml (P2) gulma mulai menunjukkan kematian sejak hari ke-3 setelah aplikasi dan seluruh gulma mati padahari ke-9 setelah aplikasi, pemberian herbisida nabati dengan konsentrasi 50gram/100ml (P1) gulma mulai menunjukkan kematian sejak hari ke-5 setelah aplikasi dan seluruh gulma mati padahari ke-12 setelah aplikasi sedangkan pada kontrol tidak ada gulma yang mati hingga akhir pengamatan.
Pemberian herbisida nabati dari ekstrak rimpang alang-alang diduga mampu mematikan gulma dengan persentase dan kecepatan kematian yang berbeda tergantung konsentrasi herbisida nabati yang diberikan, semakin tinggi konsentrasi herbisida yang diberikan maka semakin banyak pula gulma yang mati dan kecepatan kematian gulma semakin cepat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ardi (1994) yang menyatakan bahwa alelopati yang dihasilkan oleh
24
alang-alang (Imperata cylindrica L) memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman lain disekitarnya karena dapat menghambat laju pertumbuhan tanaman lain atau bahkan sesama jenis tanaman itu sendiri. Pada lahan yang kritis dengan vegetasi alang-alang (Imperata cylindrica L) yang banyak, alelopati dalam fungsinya mengganggu aktivitas hormon giberelin pada tumbuhan, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat dan tanaman menjadi kerdil bahkan bisa sampai mati. Ditambahkan oleh Yonathan (2010), kemampuan alelopati menghambat pertumbuhan tanaman bergantung pada jumlah konsentrasinya. Dalam konsentrasi yang rendah sampai sedang, hal fisis yang terlihat adalah tanaman bisa menjadi kerdil. Semakin besar konsentrasi ekstrak alang-alang yang diberikan akan menyebabkan gulma menjadi layu bahkan sampai mati. Hal ini juga bergantung pada jenis gulma yang dipengaruhi. Jika gulma yang diberi pengaruh alelopati memiliki daya tahan kuat, semakin banyak pula konsentrasi yang harus diberikan. Jika tanamannya tidak memiliki daya tahan yang cukup kuat, bisa dengan sedikit konsentrasi saja tanaman tersebut bisa layu atau berujung pada kematian.
25
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pemberian herbisida nabati dari rimpang alang-alang menunjukkan presentase kematian pada perlakuan (P3) 83%, (P2) 61%, (P1) 38%, (P0) 0% dan hari kematian yang berbeda pada gulma tersebut yaitu pada (P3) terjadi pada hari ke-2, pada (P2) terjadi pada hari ke-3, dan pada (P1) terjadi pada hari ke-5.
B. Saran
1. Perlu diadakan penelitian lanjutan dengan meningkatkan konsentrasi hingga mendapatkan konsentrasi optimal
2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica L) antara rimpang dan akar perlu diadakan penelitian lanjutan.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai lama penyimpanan ekstrak sehingga dapat memberikan informasi peningkatan kadar fenol pada ekstrak rimpang alang-alang tersebut.
4. Untuk mengetahui perbedaan hasil aplikasi dengan menggunakan air dan aquadest perlu diadakan penelitian lanjutan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ardi, 1994. Studi Potensi Ekstrak Daun dan Akar Rimpang Alang-Alang
(Imperata cylindrica (L). Beauv) Sebagai Enviro-Herbisida. Dalam
Prosiding Konf, HIGI XII. Padang.
Afruri. 2010. Gulma pada tanaman kopi (Coffea, sp). http: //afruri. blogspot. com. Diakses pada tanggal 03 november 2010.
Iskandar. 1980. Pengantar Herbisida. Karya Nusantara. Jakarta.
Mardiani. 2005. Pengaruh Alelopati Alang-alang (Imperata cylindrica L) Terhadap Pertumbuhan Kedelai. Karya Ilmiah. Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. Samarinda
Moenandir J. 1988a. Pengantar Ilmu Gulma dan Pengendalian Gulma. Universitas Brawijaya. Rajawali Press. Jakarta.
Moenandir J. 1988b. Fisiologi Herbisida. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Rajawali Press. Jakarta.
Moenandir J. 1990. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Press. Jakarta.
Nugroho dkk. 1995. Rumus-rumus Statistik Serta Penerapannya. CV. Rajawali. Jakarta.
Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Soediono dkk. 1973. Ilmu Ukur Kayu. Fakultas Kehutanan. IPB, Bogor
Soerjani, M. 1997. Masalah Gulma Dalam Kehidupan. Penataran Gulma
Sudarmo, 2005. Pestisida Nabati Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius, Yogyakarta.
Supriadi A. 1994. Pengamatan Tentang Penggabungan Penyemprotan Roundup dan Sistem Bakar Terhadap Pengendalian Alang-alang (Imperata
cylindrica L.). Karya Ilmiah. Politeknik Pertanian Universitas
Mulawarman. Samarinda.
Tjitrosoedirdjo, dkk. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
27
Triharso. 1995. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Terpadu. BIOTROP. Bogor.
Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang Rajawali Pres. Jakarta.
Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang Rajawali Pres. Jakarta.
Yonathan. 2010. Pemanfaatan alelopati alang-alang (Imperata cylindrica L). http://iyonknathan.blogspot. com. Diakses pada tanggal 14 mei 2010.
28
29
Lampiaran 1. Lay out penelitian
Keterangan : P0 = Kontrol
P1 = Pemberian herbisida nabati dosis 50gram/100ml P2 = Pemberian herbisida nabati dosis 100gram/100ml P3 = Pemberian herbisida nabati dosis 150gram/100ml
P0. R1 P1. R4 P3. R1 P2. R3 P1. R3 P0. R2 P2. R2 P3. R4 P3. R2 P1. R2 P0. R3 P2. R1 P3. R3 P2. R4 P1. R1 P0. R4
U
30
Lampiran 2. Data kematia n gulma 2 hari setelah aplikasi herbisida
Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 P0 0 0 0 0 P1 0 0 0 0 P2 0 0 0 0 P3 2 1 0 0
Lampiran 3. Data kematia n gulma 3 hari setelah aplikasi herbisida
Ulangan perlakuan 1 2 3 4 P0 0 0 0 0 P1 0 0 0 0 P2 0 1 2 0 P3 3 2 4 4
Lampiran 4. Data kematia n gulma 4 hari setelah aplikasi herbisida
Ulangan perlakuan 1 2 3 4 P0 0 0 0 0 P1 0 0 0 0 P2 2 2 1 1 P3 2 2 3 3 Keterangan : P0 = Kontrol
P1 = Pemberian herbisida nabati dosis 50gram/100ml P2 = Pemberian herbisida nabati dosis 100gram/100ml P3 = Pemberian herbisida nabati dosis 150gram/100ml
31
Lampiran 5. Data kematian gulma 5 hari setelah aplikasi herbisida
Ulangan perlakuan 1 2 3 4 P0 0 0 0 0 P1 1 1 0 0 P2 1 2 3 2 P3 4 3 4 2
Lampiran 6. Data kematia n gulma 6 hari setelah aplikasi herbisida
Ulangan perlakuan 1 2 3 4 P0 0 0 0 0 P1 1 2 1 1 P2 3 2 2 3 P3 3 2 4 3
Lampiran 7. Data kematia n gulma 7 hari setelah aplikasi herbisida
Ulangan perlakuan 1 2 3 4 P0 0 0 0 0 P1 1 1 1 2 P2 2 2 3 2 P3 2 2 3 3 Keterangan : P0 = Kontrol
P1 = Pemberian herbisida nabati dosis 50gram/100ml P2 = Pemberian herbisida nabati dosis 100gram/100ml P3 = Pemberian herbisida nabati dosis 150gram/100ml
32
Lampiran 8. Data kematia n gulma 8 hari setelah aplikasi herbisida
Ulangan perlakuan 1 2 3 4 P0 0 0 0 0 P1 1 1 1 1 P2 1 3 1 1 P3 3 1 4 0
Lampiran 9. Data kematia n gulma 9 hari setelah aplikasi herbisida
Ulangan perlakuan 1 2 3 4 P0 0 0 0 0 P1 1 2 1 1 P2 2 1 1 1 P3 0 0 0 0
Lampiran 10. Data kematian gulma 10 hari setelah aplikasi herbisida
Ulangan perlakuan 1 2 3 4 P0 0 0 0 0 P1 2 1 1 1 P2 1 0 1 1 P3 0 0 0 0 Keterangan : P0 = Kontrol
P1 = Pemberian herbisida nabati dosis 50gram/100ml P2 = Pemberian herbisida nabati dosis 100gram/100ml P3 = Pemberian herbisida nabati dosis 150gram/100ml
33
Lampiran 11. Data kematian gulma 11 hari setelah aplikasi herbisida
Ulangan perlakuan 1 2 3 4 P0 0 0 0 0 P1 1 2 1 1 P2 0 0 0 0 P3 0 0 0 0
Lampiran 12. Data kematian gulma 12 hari setelah aplikasi herbisida
Ulangan perlakuan 1 2 3 4 P0 0 0 0 0 P1 0 1 1 0 P2 0 0 0 0 P3 0 0 0 0
Lampiran 13. Data jumlah gulma sebelum diberi ekstrak alang-alang Ulangan perlakuan 1 2 3 4 P0 17 15 6 12 P1 8 11 7 7 P2 12 13 14 11 P3 19 13 22 15 Keterangan : P0 = Kontrol
P1 = Pemberian herbisida nabati dosis 50gram/100ml P2 = Pemberian herbisida nabati dosis 100gram/100ml P3 = Pemberian herbisida nabati dosis 150gram/100m
34
Lampiran 14. Proses pembuatan herbisida
Keterangan :
A. Rimpang alang-alang yang akan dibersihkan
B. Alat yang digunakan dalam pembuatan eksrak alang-alang C. Proses pembersihan rimpang alang-alang
D. Rimpang alang-alang yang telah dibersihkan E. Pemotongan rimpang alang-alang
F. Penimbangan
G. Proses pengestrakan dengan dihancurkan H. Pemberian aquadest
A B C D
35
Lampiran 15. Gulma sebelum diberi ekstrak alang-alang