• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM PENGAWASAN LALU LINTAS ORANG DAN PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DALAM YURISDIKSI REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM PENGAWASAN LALU LINTAS ORANG DAN PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DALAM YURISDIKSI REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM PENGAWASAN LALU LINTAS ORANG DAN PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DALAM

YURISDIKSI REPUBLIK INDONESIA

2.1. Kedaulatan Negara Dan Pengawasan Orang Asing

Prinsip kedaulatan negara (state sovereignty) merupakan salah satu prinsip penting didalam hukum internasional, bahkan termasuk salah satu prinsip atau

doktrin jus cogen yaitu suatu norma yang diterima sebagai norma dasar hukum

internasional dan diakui oleh masyarakat internasional secara keseluruhan sebagai

suatu norma yang tidak boleh dilanggar.32

Jadi prinsip kedaulatan negara tegasnya bahwa dilarang melakukan campur tangan terhadap keberadaan negara lain. Negara yang berdaulat memiliki hak-hak

lain berupa kekuasaan :33

a. Kekuasaan eksklusif untuk mengendalikan persoalan domestik;

b. Kekuasaan untuk menerima dan mengusir orang asing;

c. Hak-hak istimewa perwakilan diplomatiknya di negara lain;

d. Yurisdiksi penuh atas kejahatan yang dilakukan dalam wilayahnya.

Dalam pelaksanaan fungsi keimigrasian berkaitan dengan prinsip kedaulatan

negara khususnya dalam menerapkan prinsip absolute sovereignty yang

32 Haspion Irman, 22 September 2014, Peningkatan Pengawasan terhadap Orang Asing, Makalah Disampaikan Pada Sosialisasi Penegakan Hukum Keimigrasian Bagi Warga Negara Asing Yang Menyalahgunakan Izin Keimigrasian, Denpasar- Bali.

33 M. Iman Santoso, 2007, Perspektif Imigrasi, dalam United Nation Convention Against Transnational Organized Crime, Perum Percetakan Negara RI, Jakarta (Selanjutnya disebut M. Iman Santoso I), hal., 40

(2)

dikemukan oleh Jean Bodin yang menjadi dasar suatu negara untuk menolak kedatangan atau keberadaan seorang asing di wilayahnya, dan kaitannya dengan peran serta fungsi keimigrasian dalam melaksanakan kedaulatan mutlak ini berhak menolak kedatangan atau keberadaan seorang asing di wilayahnya dan hal ini tidak dapat diintervensi oleh negara atau pihak lain, serta adanya hak eksklusif dari negara berdaulat.

Konsep Kedaulatan menetapkan bahwa suatu negara memiliki kekuasaan atas suatu wilayah (Hak teritorial) serta hak-hak yang kemudian timbul dari penggunaan kekuasaan teritorial tersebut dalam artian negara mempunyai hak kekuasaaan penuh untuk melaksanakan hak teritorialnya dalam batas-batas

wilayah negara yang bersangkutan.34 Aspek penting yang terkandung dalam

kedaulatan adalah konsep yurisdiksi atau kewenangan dan kewenangan untuk pengawasan lalu lintas orang yang masuk, keluar dan tinggal dari dan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia merupakan kewenangan dari Keimigrasian, dimana dalam hal ini kewenangan keimigrasian merupakan manifestasi dari kedaulatan negara yang dituangkan dalam bentuk Pengawasan Lalu-lintas Orang dan Pengawasan Keimigrasian terhadap Orang Asing dalam Yurisdiksi Republik Indonesia. Prosedur keimigrasian yang ditetapkan merupakan operasionalisasi

dari politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif (selective policy) sehingga

orang asing yang berada di Indonesia memiliki keterbatasan baik dari segi izin keimigrasiannya maupun kegiatannya. Pengawasan Keimigrasian mencakup penegakan hukum keimigrasian dimana dalam pelaksanaan tugas keimigrasian

34 M. Iman Santoso, 2004, Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi Dan Ketahanan Nasional, UI- Press, Jakarta (Selanjutnya disebut M. Iman Santoso II) hal., 11

(3)

keseluruhan aturan hukum keimigrasian ditegakkan kepada setiap orang yang berada di dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia baik itu WNI (Warga Negara Indonesia) ataupun WNA (Warga Negara Asing).

Berdasarkan kedaulatan yang dimiliki suatu negara maka kewenangan yang dimiliki meliputi kewenangan legislatif, kewenangan administratif dan kewenangan yudisial. Dalam perkembangannya ketiga kewenangan tersebut

diakui sebagai tiga lingkungan yurisdiksi, yaitu :35

1. Jurisdiction to prescribe Merupakan kewenangan negara dalam menetapkan suatu peraturan perundang-undangan serta menetapkan berlakunya hukum nasional terhadap kejahatan yang membahayakan kepentingan negara atau warga negara yang bersangkutan.

2. Jurisdiction to adjudicate Merupakan kewenangan negara untuk melaksanakan penuntutan dan mengadili kejahatan yang membahayakan kepentingan negara atau warga negara yang bersangkutan.

3. Jurisdiction to enforce

Merupakan kewenangan negara untuk menerapkan peraturan perundang-undangan nasional terhadap yang membahayakan kepentingan negara atau warga negara yang bersangkutan.

Dalam kerangka hubungan Internasional permasalahan yurisdiksi negara dapat timbul dalam masyarakat internasional karena masing-masing negara merupakan anggota yang berdaulat, dan di samping itu hubungan yang berlaku dalam masyarakat internasional terjadi melalui batas-batas suatu negara. Relevan

(4)

dengan hal tersebut bahwa dalam melaksanakan fungsi Keimigrasian khususnya fungsi keamanan negara, imigrasi berperan sebagai penjaga pintu gerbang negara, karena imigrasi merupakan institusi pertama dan terakhir yang menyaring kedatangan dan keberangkatan orang asing ke dan dari wilayah Indonesia, fungsi keimigrasian di sepanjang garis perbatasan wilayah Indonesia merupakan kewenangan instansi imigrasi dan dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi yang meliputi TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) dan pos lintas batas.

Negara dikatakan berdaulat atau sovereign karena kedaulatan merupakan

suatu sifat atau ciri hakiki negara.36 Kedaulatan tertinggi berada pada negara,

tetapi kekuasaan tertinggi ini mempunyai batas-batasnya, ruang berlaku kekuasaaan tertinggi dibatasi oleh batas wilayah negara itu, artinya suatu negara hanya memiliki kekuasaan tertinggi didalam batas wilayahnya.

Jadi pengertian kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi mengandung bahwa negara itu mempunyai kekuasaan tertinggi mengandung dua pembatasan penting

dalam dirinya yaitu:37

1) Kekuasaan terbatas pada batas wilayah negara yang memiliki kekuasaan

itu

2) Kekuasaan itu berakhir ketika kekuasaan suatu negara lain dimulai.

36 Yudha Bhakti Ardiwisastra, 1999, Imunitas Kedaulatan Negara di ForumPengadilan Asing, edisi pertama, PT. Alumni, Jakarta, hal., 29 s/d 32

37 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, 2003, Pengantar Hukum Internasional, PT Alumni, Bandung, hal., 16-18.

(5)

2.1.1. Kewenangan Keimigrasian Mengatur Orang Masuk, Keluar, Dan Tinggal Dari Dan Kedalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Politik (kebijakan) imigrasi mencakup dua hal yaitu Pengawasan tentang berbagai hal mengenai lalu lintas orang yang masuk, keluar dan tinggal dari dan ke dalam wilayah suatu negara serta pengawasan berbagai hal mengenai pengawasan orang asing di suatu negara. Berdasarkan hukum internasional pengawasan ini merupakan hak dan wewenang suatu negara serta merupakan

salah satu perwujudan dan kedaulatan sebagai negara hukum.38

Secara normatif TPI merupakan tempat yang dilegalisasi oleh Menteri Hukum dan HAM sebagai pintu gerbang negara Indonesia. Sebagai jalur resmi,

TPI memiliki kedudukan hukum (legal standing) yang sah di mata hukum.

Sehingga setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

Peran penting aspek keimigrasian dalam tatanan kehidupan kenegaraan akan dapat terlihat dalam pengawasan keluar masuknya orang dari dan ke dalam wilayah Indonesia, Pemberian Izin Keimigrasian serta pengawasan Keimigrasian tentang keberadaan dan kegiatan orang asing selama berada di wilayah Republik

Indonesia. 39

38 Ramadhan K.H dan Abrar Yusra, 2005, Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia, Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum Dan HAM, Jakarta, Hal., 16

(6)

Pengawasan terhadap orang asing yang masuk atau keluar wilayah RI

berlaku ketentuan dan peraturan keimigrasian Indonesia, antara lain:40

1. Setiap orang asing yang masuk dan keluar wilayah negara RI adalah sah

apabila mendapat izin masuk atau izin keluar dari Pejabat Imigrasi yang bertugas melakukan pemeriksaan di TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi)

2. Setiap orang asing yang masuk atau keluar wilayah negara RI harus

mempunyai surat perjalanan atas namanya yang sah dan berlaku

3. Pejabat Imigrasi berwenang memeriksa setiap orang asing yang masuk

atau keluar wilayah Negara Republik Indonesia

4. Pejabat Imigrasi berwenang menolak atau memberi izin masuk atau keluar

wilayah Negara

Walaupun telah memenuhi persyaratan, tidak diberikan izin masuk kepada orang asing apabila :

a. Tidak dikehendaki masuk dan berada di Indonesia;

b. menderita gangguan jiwa atau penyakit menular yang membahayakan

kesehatan umum;

c. diduga akan menyelenggarakan perbuatan asusila dan atau perbuatan lain

yang bertentangan dengan moral, agama atau kebiasaan di Indonesia;

40 John Sarodja Saleh, 2008, Sekuriti dan Intelijen Keimigrasian, Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum dan HAM, Jakarta, hal. 65

(7)

d. patut diduga tidak dapat meneruskan perjalanan atau tidak akan mendapat izin masuk ke negara lain atau izin kembali ke negara asal tempat tinggalnya;

e. tidak cukup mempunyai biaya hidup bagi diri sendiri dan atau keluarganya

selama berada di Indonesia;

f. memberikan keterangan tidak benar untuk memperoleh atau memiliki visa

atau surat perjalanan palsu atau dipalsukan;

g. berusaha menghindarkan diri dari hukuman di negara lain karena

kejahatan yang juga dapat dipidana menurut hukum di Indonesia.

Pengawasan lalu lintas orang yang masuk dan keluar wilayah Indonesia dipertegas dan diatur dalam pasal 8 ayat (1) UU Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian ditentukan bahwa Setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia wajib memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku. Ayat (2) ditentukan setiap orang asing yang masuk wilayah Indonesia wajib memiliki Visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-Undang ini dan perjanjian internasional. Demikian juga dalam Pasal 9 ayat (1) ditentukan bahwa Setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi, dan pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan dokumen perjalanan dan/atau identitas diri yang sah.

Pengawasan lalu lintas orang yang masuk dan keluar wilayah Indonesia ditetapkan harus melalui TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) yaitu Pelabuhan laut, bandar udara dan pos lintas batas dan tempat yang bukan Tempat

(8)

Pemeriksaan Imigrasi yang difungsikan sebagai tempat pemeriksaan Keimigrasian berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal Imigtrasi. Pelanggaran atas ketentuan ini dikatagorikan sebagai tindakan memasuki wilayah negara Indonesia secara tidak sah, artinya setiap tindakan keluar masuk wilayah tidak melalui TPI, atau melalui TPI namun tidak melalui pemeriksaan petugas Imigrasi di TPI,

merupakan tindakan yang dapat dipidana.41 Dalam pasal 9 ayat (3) ditentukan

bahwa dalam hal terdapat keraguan atas keabsahan Dokumen Perjalanan dan/atau identitas diri seseorang, Pejabat Imigrasi berwenang untuk melakukan penggeledahan terhadap badan dan barang bawaan dan dapat dilanjutkan dengan proses penyelidikan Keimigrasian. Selain itu hukum keimigrasian yang bersifat internasional tidak hanya mengatur lalu lintas orang masuk, keluar ataupun pengawasan terhadap orang asing, tetapi juga mengatur tentang pencegahan orang keluar wilayah Indonesia dan penangkalan orang masuk wilayah Indonesia.

Berdasarkan kebijakan selektif (selective policy) maka institusi imigrasi

Indonesia memiliki landasan operasional dalam menolak atau mengizinkan orang asing, baik dari segi masuk, keluarnya orang asing dan keberadaannya, maupun

kegiatannya di Indonesia. Kebijakan selektif (selective policy) tersebut

menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia, sehingga diatur masuknya orang asing ke dalam wilayah Indonesia, demikian juga bagi orang asing yang memperoleh Izin Tinggal di wilayah Indonesia harus sesuai dengan maksud dan tujuannya berada di Indonesia. Sehingga berdasarkan kebijakan selektif tersebut serta dalam rangka melindungi kepentingan nasional, maka hanya orang asing yang

(9)

memberikan manfaat serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban umum diperbolehkan masuk dan berada di wilayah Indonesia serta diberikan izin tinggal sesuai dengan maksud dan tujuan kedatangannya di Indonesia.

2.1.2.Pengawasan Terhadap Keberadaan Dan Kegiatan Orang Asing Selama Berada Di Wilayah Republik Indonesia.

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, Pengertian Keimigrasian adalah hal-ihwal lalu lintas orang yang masuk dan keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka tegaknya kedaulatan negara. Dengan demikian, menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 terdapat tiga unsur penting yaitu ;

1. Lalu Lintas Orang, pengawasan tentang berbagai hal mengenai lalu-lintas

orang keluar, masuk, dan tinggal dari dan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia;

2. Pengawasan, pengaturan tentang berbagai hal mengenai pengawasan orang

asing di wilayah Republik Indonesia, tentang keberadaan dan kegiatan orang asing selama berada di wilayah Republik Indonesia.

3. Kedaulatan, merupakan kekuasaan tertinggi dalam negara, dalam konteks

keimigrasian, kedaulatan negara mengarah pada Yurisdiksi negara atau wilayah kewenangan hukum dalam hal ini hukum keimigrasian, dimana yurisdiksi tersebut merupakan kewenangan untuk melaksanakan ketentuan hukum nasional suatu negara yang berdaulat dan ini merupakan sebagian

(10)

implementasi kedaulatan negara sebagai yurisdiksi negara dalam

batas-batas wilayahnya akan tetap melekat pada negara berdaulat42

Dari uraian definisi dan unsur-unsur tersebut, maka dalam implementasinya, keimigrasian di Indonesia menjalankan 3 fungsi atau yang dikenal sebagai Tri Fungsi Imigrasi yaitu :

a. Imigrasi sebagai aparatur pelayanan masyarakat;

b. Imigrasi sebagai aparatur sekuriti;

c. Imigrasi sebagai aparatur penegak hokum;

Fungsi Keimigrasian merupakan bagian dari urusan pemerintahan negara dalam memberikan pelayanan Keimigrasian, penegakan hukum, keamanan negara, dan fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat. Institusi Imigrasi menempati posisi utama dan strategis dalam konteks pengendalian dan pengawasan orang asing. Pengawasan orang asing di Indonesia meliputi masuk dan keluarnya orang asing ke dan dari wilayah Indonesia dan keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia. Orang asing yang berada di Indonesia memiliki keterbatasan keberadaan dan kegiatannya. Orang asing yang berada di Indonesia wajib memiliki izin keimigrasian. Izin keimigrasian bagi orang asing memiliki keterbatasan jangka waktu, sesuai dengan visa yang dimilikinya. Dengan demikian orang asing yang berada di Indonesia wajib memiliki izin keimigrasian yang sah dan masih berlaku, serta memiliki keterbatasan dalam melakukan kegiatan di Indonesia. Pengawasan atas keberadaan dan kegiatan orang asing dilakukan agar mereka tidak melakukan kegiatan yang berbahaya dan patut

42 Yudha Bhakti Ardhiwisastra, 1999, Hukum Inernational, Bunga Rampai, Bandung, hal.,16

(11)

diduga membahayakan keamanan dan ketertiban umum dan kesejahteraan masyarakat serta agar tidak melakukan pelanggaran Keimigrasian.

Pengawasan orang asing sebagai suatu rangkaian kegiatan pada dasarnya telah dimulai dan dilakukan oleh perwakilan Republik Indonesia di luar negeri ketika menerima permohonan pengajuan visa, Pengawasan selanjutnya dilaksanakan oleh pejabat imigrasi di TPI, ketika pejabat imigrasi dengan kewenangannya yang otonom memutuskan menolak atau memberikan izin masuk, dan setelah orang asing tersebut diberikan izin masuk, kemudian diberikan izin tinggal yang seusai dengan visa yang dimilikinya, selanjutnya pengawasan beralih ke kantor imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang asing tersebut. 43

Prosedur keimigrasian yang ditetapkan merupakan operasionalisasi dari

politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif (selective policy) sehingga orang

asing yang berada di Indonesia memiliki keterbatasan baik dari segi izin keimigrasiannya maupun kegiatannya. Pengawasan Keimigrasian mencakup penegakan hukum keimigrasian dimana dalam pelaksanaan tugas keimigrasian keseluruhan aturan hukum keimigrasian ditegakkan kepada setiap orang yang berada di dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia baik itu WNI (Warga Negara Indonesia) ataupun WNA (Warga Negara Asing).

Pengawasan keimigrasian diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, yaitu Pasal 66 ayat (2) ditentukan Pengawasan Keimigrasian meliputi:

43 M. Iman Santoso II, hal., 21

(12)

a. pengawasan terhadap warga negara Indonesia yang memohon dokumen perjalanan, keluar atau masuk Wilayah Indonesia, dan yang berada di luar Wilayah Indonesia; dan

b. pengawasan terhadap lalu lintas Orang Asing yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia.

Pelaksanaan Pengawasan keimigrasian terhadap orang asing ditentukan dalam pasal 68 ayat (1) yaitu Pengawasan Keimigrasian terhadap Orang Asing dilaksanakan pada saat permohonan Visa, masuk atau keluar, dan pemberian Izin Tinggal dilakukan dengan: pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan informasi;penyusunan daftar nama Orang Asing yang dikenai Penangkalan atau Pencegahan;

c. pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia;

d. pengambilan foto dan sidik jari; dan

e. kegiatan lain yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

Dalam Pasal 69 ayat (1) ditentukan untuk melakukan pengawasan Keimigrasian terhadap kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia, Menteri membentuk tim pengawasan Orang Asing yang anggotanya terdiri atas badan atau instansi pemerintah terkait, baik di pusat maupun di daerah.

Pengawasan Keimigrasian terhadap orang asing diatur juga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6

(13)

Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, dimana dalam pasal 172 ayat (4) ditentukan Pengawasan Keimigrasian terhadap Orang Asing dilakukan pada saat:

a. permohonan Visa;

b. masuk atau keluar Wilayah Indonesia; c. pemberian Izin Tinggal; dan

d. berada dan melakukan kegiatan di Wilayah Indonesia.

Pelaksanaan pengawasan Keimigrasian diatur dalam pasal 173 dan dilakukan oleh:

a. Direktur Jenderal, untuk melaksanakan pengawasan Keimigrasian di pusat; b. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, untuk

melaksanakan pengawasan Keimigrasian di provinsi;

c. Kepala Kantor Imigrasi, untuk melaksanakan pengawasan Keimigrasian di kabupaten/kota atau kecamatan; dan

d. Pejabat Imigrasi yang ditunjuk atau Pejabat Dinas Luar Negeri, untuk melaksanakan pengawasan Keimigrasian di luar Wilayah Indonesia.

Dalam pasal 174 (ayat 1) Pengawasan Keimigrasian terdiri atas: a. pengawasan administratif; dan

b. pengawasan lapangan ( dalam ayat (2) ditentukan bahwa pengawasan lapangan dapat bersifat terbuka dan/atau tertutup).

Dalam Pasal 180 ayat (1) Pengawasan administratif terhadap Orang Asing dilakukan dengan:

a. pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan informasi mengenai: 1. Pelayanan Keimigrasian bagi Orang Asing;

(14)

2. Lalu lintas Orang Asing yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia; 3. Orang Asing yang telah mendapatkan keputusan pendetensian;

4. Orang Asing yang dalam proses penentuan status Keimigrasian dan/atau penindakan Keimigrasian;

5. Orang Asing yang mendapatkan izin berada di luar Rumah Detensi Imigrasi setelah terlampauinya jangka waktu pendentesian; dan

6. Orang Asing dalam proses peradilan pidana.

b. penyusunan daftar nama Orang Asing yang dikenai Penangkalan atau Pencegahan; dan

c. pengambilan foto dan sidik jari

Dalam pasal 181 ditentukan bahwa Pengawasan lapangan terhadap Orang Asing dapat dilakukan dengan:

a. pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia, meliputi pengecekan:

1. keberadaan Orang Asing; 2. kegiatan Orang Asing; dan

3. kelengkapan Dokumen Perjalanan atau Izin Tinggal yang dimiliki.

b. melakukan kegiatan lain yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, berupa:

1. melaksanakan kewenangan Keimigrasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

2. melakukan koordinasi antar instansi dan/atau lembaga pemerintahan terkait dengan pengawasan Keimigrasian.

(15)

Dalam hal pengawasan lapangan ditunjuk Pejabat Imigrasi untuk melaksanakan pengawasan dengan perintah tertulis oleh Pejabat yang berwenang dan terhadap orang asing yang mengajukan permohonan izin tinggal atau berada dan melakukan kegiatan di wilayah Indonesia dapat dilakukan pengawasan administrasi dan pengawasan lapangan hal ini diatur dalam pasal 185 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.

Dalam aturan yang baru ini pengawasan keimigrasian (Pasal 189) meliputi: (1) Pengawasan Keimigrasian selain dilakukan terhadap warga negara Indonesia

dan Orang Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172 ayat (2), juga dilakukan terhadap Penjamin.

(2) Pengawasan Keimigrasian terhadap Penjamin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan hanya bagi Penjamin dari Orang Asing pemegang Izin Tinggal terbatas atau Izin Tinggal Tetap.

Pengawasan Keimigrasian terhadap Penjamin yang berbentuk Korporasi dilakukan untuk mendapatkan kebenaran mengenai:

a. Dokumen yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

b. Keberadaan dan kegiatan Orang Asing; c. Domisili Korporasi; dan

d. Kesanggupan bertanggung jawab atas keberadaan dan kegiatan Orang Asing serta pemulangan ke negara asal jika Orang Asing tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.

(16)

Sedangkan Pengawasan Keimigrasian terhadap Penjamin yang bukan Korporasi dilakukan untuk mendapatkan kebenaran mengenai:

a. dokumen yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

b. kesanggupan bertanggung jawab atas keberadaan dan kegiatan Orang Asing serta pemulangan ke negara asal jika Orang Asing tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengawasan lapangan terhadap Orang Asing dapat dilakukan pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di wilayah Indonesia, meliputi pengecekan:

a. Keberadaan orang asing;

pelanggaran terhadap keberadaan orang asing meliputi Tinggal dan berada di wilayah Indonesia lewat waktu (Over stay) dari izin tinggal yang dimiliki, dokumen palsu atau pemalsuan identitas, serta masuk secara ilegal atau berada secara ilegal di Indonesia.

b. Kegiatan Orang Asing;

pelanggaran terhadap kegiatan orang asing meliputi bekerja tanpa izin atau penyalahgunaan izin keimigrasian, melakukan kegiatan illegal dan melakukan tindakan kriminal (crime) di wilayah Indonesia,

3.2. Dokumen Keimigrasian

Dokumen Keimigrasian adalah Dokumen Perjalanan Republik Indonesia, dan Izin Tinggal yang dikeluarkan oleh Pejabat Imigrasi atau pejabat dinas luar negeri. Dokumen Perjalanan Republik Indonesia (Paspor) diperlukan untuk

(17)

melakukan perlintasan antarnegara, paspor memuat identitas pemegangnya serta negara yang mengeluarkan dan juga menunjukkan identitas kewarganegaraan pemegangnya, oleh karena itu negara yang mengeluarkan berkewajiban memberi perlindungan hukum dimanapun pemegang paspor itu berada. Selain itu kepada semua pihak yang berkepentingan untuk mengijinkan pemegang paspor berlalu secara leluasa, memberi bantuan, dan perlindungan kepadanya didalam melintasi

batas suatu negara.44 Dalam artian Dokumen Perjalanan Republik Indonesia atau

paspor berfungsi sebagai Dokumen Perjalanan antarnegara, bukti identitas diri, dan bukti kewarganegaraan Republik Indonesia dari pemegang Paspor yang bersangkutan pada saat berada di luar Wilayah Indonesia. Dokumen Perjalanan Republik Indonesia merupakan dokumen negara artinya dokumen yang setiap saat dapat ditarik kembali apabila diperlukan untuk kepentingan negara. Dokumen itu bukanlah surat berharga sehingga Dokumen Perjalanan Republik Indonesia tidak dapat digunakan untuk hal yang bersifat perdata, antara lain dijadikan jaminan utang.

Dokumen Keimigrasian selain paspor adalah Izin tinggal, izin Tinggal merupakan izin yang diberikan kepada Orang Asing oleh Pejabat Imigrasi atau pejabat dinas luar negeri untuk berada di wilayah Indonesia. Izin tinggal yang diberikan berdasarkan visa yang dimiliki oleh orang asing, dan pemberian Izin tinggal di Indonesia untuk orang asing dibatasi dan disesuaikan dengan maksud dan tujuan kedatangannya di Indonesia, sehingga orang asing yang berada di

(18)

Indonesia memiliki keterbatasan baik dari segi izin keimigrasiannya maupun kegiatannya.

2.2.1. Pelayanan Keimigrasian bagi Warga Negara Indonesia

Salah satu fungsi keimigrasian adalah memberikan pelayanan keimigrasian, selain fungsi penegakan hukum, keamanan negara, dan fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat. Pelayanan keimigrasian bagi WNI (Warga Negara Indonesia) adalah pemberian Dokumen Perjalanan Republik Indonesia terdiri atas Paspor dan SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor). Dasar Hukum Dokumen Perjalanan Republik Indonesia (Paspor) antara lain :

a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian BAB IV

Pasal 24 sampai dengan Pasal 33;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian; Paspor adalah merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada Warga Negara Indonesia untuk melakukan perjalanan antar negara yang berlaku selama jangka waktu tertentu. Sedangkan Surat Perjalanan Laksana Paspor adalah Dokumen pengganti paspor yang diberikan dalam keadaan tertentu yang berlaku selama jangka waktu tertentu.

Paspor terdiri atas :

1. Paspor Diplomatik

Diterbitkan bagi Warga Negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan keluar Wilayah Indonesia dalam rangka penempatan atau perjalanan tugas

(19)

yang bersifat diplomatik. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Pasal 37 ayat (1) ditentukan bahwa :

Paspor Diplomatik diberikan untuk warga negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan keluar Wilayah Indonesia dalam rangka penempatan atau perjalanan untuk tugas yang bersifat diplomatik.

Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

 Presiden dan Wakil Presiden; Ketua dan Wakil Ketua Lembaga

Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Menteri, Pejabat setingkat Menteri, dan Wakil Menteri; Ketua dan wakil ketua lembaga yang

dibentuk berdasarkan Undang-Undang; Kepala perwakilan

diplomatik, kepala perwakilan konsuler republik Indonesia, pejabat diplomatik dan konsuler; atase pertahanan dan atase teknis yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Luar Negeri dan diperbantukan pada Perwakilan Republik Indonesia; pejabat Kementerian Luar Negeri yang menjalankan tugas resmi yang bersifat diplomatik di luar Wilayah Indonesia; dan utusan atau pejabat resmi yang ditugaskan dan ditunjuk mewakili Pemerintah Republik Indonesia atau diberikan tugas lain yang menjalankan tugas resmi dari Menteri Luar Negeri di luar Wilayah Indonesia yang bersifat diplomatik.

Selain diberikan kepada warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Paspor diplomatik juga dapat diberikan kepada:

 isteri atau suami Presiden dan Wakil Presiden beserta

anak-anaknya; isteri atau suami dari warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c, yang mendampingi suami atau isterinya dalam rangka perjalanan untuk tugas yang bersifat diplomatik; isteri atau suami dari para pejabat yang ditempatkan di luar Wilayah Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dan huruf f beserta anak-anaknya yang berusia paling tinggi 25 (dua puluh lima) tahun, belum kawin, belum bekerja, dan masih menjadi tanggungan yang tinggal bersama di wilayah akreditasi; atau kurir diplomatik.

(20)

2. Paspor Dinas diberikan bagi Warga Negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan keluar wilayah Indonesia dalam rangka penempatan atau perjalanan dinas yang tidak bersifat diplomatik. (diatur dalam Pasal 25 ayat (2) UU nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Pasal 43 ayat (2) dijelaskan bahwa paspor dinas diberikan kepada WNI :

 Pegawai Negeri Sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, dan

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia; Anggota lembaga negara sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Pejabat negara yang dibentuk berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan Anggota lembaga yang dibentuk berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Isteri atau suami dari warga negara Indonesia sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf a yang ditempatkan di luar Wilayah Indonesia beserta anaknya yang berusia paling tinggi 25 (dua puluh lima) tahun, belum kawin, belum bekerja, dan masih menjadi tanggungannya yang tinggal bersama di wilayah akreditasi; Petugas yang bekerja pada Perwakilan Republik Indonesia atau rumah Perwakilan Republik Indonesia beserta isteri atau suaminya, berdasarkan kontrak kerja dengan Kementerian Luar Negeri; Warga negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan keluar Wilayah Indonesia dalam rangka tugas resmi pemerintah; Warga negara Indonesia yang berdasarkan pertimbangan Pemerintah Republik Indonesia perlu diberikan; dan Orang tua dari warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf e jika tinggal di wilayah akreditasi.

3. Paspor Biasa diterbitkan untuk Warga Negara Indonesia. Paspor Biasa

terdiri atas Paspor biasa elektronik dan Paspor biasa nonelektronik. Paspor biasa berlaku paling lama 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan kecuali masa berlaku Paspor biasa yang diterbitkan bagi anak berkewarganegaraan

(21)

ganda terbatas tidak boleh melebihi batas usia anak tersebut untuk menyatakan memilih kewarganegaraannya.

4. Surat Perjalanan Laksana Paspor terdiri dari :

 Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Warga Negara Indonesia,

dikeluarkan bagi Warga Negara Indonesia dalam keadaan tertentu jika paspor biasa tidak dapat diberikan. (Namun berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi tanggal 09 Mei 2014 nomor IMI-1360.GR.01.01 tahun 2014, SPLP untuk WNI sudah tidak diterbitkan lagi);

 Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing, dikeluarkan

bagi Orang Asing yang tidak mempunyai Dokumen Perjalanan yang sah dan negaranya tidak mempunyai perwakilan di Indonesia. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing diberikan dalam hal :

 Atas kehendak sendiri keluar Wilayah Indonesia sepanjang tidak

dikenai Deportasi;

 Repatriasi dan Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing

diberikan apabila yang bersangkutan memiliki :

- izin untuk masuk kembali ke negara tempat berangkat dari

instansi yang berwenang;

- tiket untuk berangkat dan tiket untuk kembali; dan

(22)

5. Surat Perjalanan lintas batas atau pas lintas batas

Dapat dikeluarkan bagi Warga Negara Indonesia yang berdomisili di wilayah perbatasan Negara Republik Indonesia dengan Negara lain sesuai dengan perjanjian lintas batas. Setiap Warga Negara Indonesia hanya diperbolehkan memegang 1 (satu) Dokumen Perjalanan Republik Indonesia yang sejenis atas namanya sendiri yang masih berlaku.

3.2.2. Pelayanan Keimigrasian bagi Warga Negara Asing

Pelayanan Keimigrasian bagi Warga Negara Asing telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Dalam pasal 74 ditentukan persyaratan persyaratan dan tata cara permohonan, jenis kegiatan, dan jangka waktu penggunaan visa. Pelayanan Keimigrasian bagi WNA (Warga Negara Asing) meliputi pelayanan pemberian:

(1) Visa;

(2) Tanda Masuk dan Tanda Keluar; (3) Izin Tinggal.

Visa adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang di Perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lain yang ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia yang memuat persetujuan bagi Orang Asing untuk melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia dan menjadi dasar untuk pemberian Izin Tinggalnya. Setiap Orang Asing yang

(23)

masuk Wilayah Indonesia wajib memiliki Visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-undang ini dan perjanjian internasional. Oleh karena itu setiap orang asing yang masuk wilayah Indonesia wajib memiliki Visa serta memiliki Dokumen Perjalanan (Paspor) yang sah dan masih berlaku jika hendak masuk atau keluar Wilayah Indonesia.

(1) Visa terdiri atas :

1) Visa Diplomatik

Diberikan kepada Orang Asing pemegang paspor diplomatik dan paspor lain untuk masuk Wilayah Indonesia guna melaksanakan tugas yang bersifat diplomatik.

2) Visa Dinas

Diberikan kepada Orang Asing pemegang paspor dinas dan paspor lain yang akan melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dalam rangka melaksanakan tugas resmi yang tidak bersifat diplomatik dari pemerintah asing yang bersangkutan atau organisasi internasional.

3) Visa Kunjungan

Diberikan kepada Orang Asing yang akan melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dalam rangka kunjungan tugas pemerintahan , pendidikan, sosial, budaya, pariwisata, bisnis, keluarga, jurnalistik, atau singgah untuk meneruskan perjalanan ke negara lain.

(24)

4) Visa Tinggal Terbatas Diberikan kepada Orang Asing :

Sebagai rohaniawan, tenaga ahli, pekerja, peneliti, pelajar, investor, lanjut usia, dan keluarganya serta Orang Asing yang kawin secara sah dengan warga Negara Indonesia, yang akan melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia untuk bertempat tinggal dalam jangka waktu yang terbatas. Dalam rangka bergabung untuk bekerja di atas kapal, alat apung, atau instalasi yang beroperasi di wilayah perairan nusantara, laut territorial, landas kontinen, dan/atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

Dalam Pasal 37 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang keimigrasian ditentukan bahwa Pemberian Visa diplomatik dan Visa dinas merupakan kewenangan Menteri Luar Negeri dan dalam pelaksanaannya dikeluarkan oleh pejabat dinas luar negeri di Perwakilan Republik Indonesia. Sedangkan Pemberian Visa kunjungan dan Visa tinggal terbatas merupakan kewenangan Menteri Hukum dan HAM RI, hal ini diatur dalam pasal 40 dimana visa ini diberikan dan ditandatangani oleh Pejabat Imigrasi di Perwakilan RI di Luar Negeri.

Menurut Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian yaitu pada Pasal 42, permohonan Visa dapat ditolak apabila pemohon :

a. Namanya tercantum dalam daftar penangkalan;

b. Tidak memiliki dokumen perjalanan yang sah dan masih berlaku;

c. Tidak cukup memiliki biaya hidup bagi dirinya dan/atau keluarganya

selama berada di Indonesia;

d. Tidak memiliki tiket kembali atau tiket terusan untuk melanjutkan

(25)

e. Tidak memiliki izin masuk kembali ke Negara asal atau tidak memiliki visa ke Negara lain;

f. Menderita penyakit menular, gangguan jiwa, atau hal lain yang dapat

membahayakan kesehatan atau ketertiban umum;

g. Terlibat tindak pidana transnasional yang terorganisasi atau

membahayakan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan/atau termasuk dalam jaringan praktik atau kegiatan prostitusi, perdagangan orang, dan penyelundupan manusia.

Kebijakan penetapan bebas visa hanya bagi negara yang juga dapat memberikan fasilitas bebas visa kepada warga negara Indonesia (asas timbal balik/resiprokal) yang dituangkan dalam bentuk perjanjian bilateral, dan bagi orang asing yang telah memperoleh fasilitas BVKS (Bebas Visa Kunjungan Singkat) diberikan kesempatan yang terbatas dengan diberi perpanjangan waktu untuk tetap tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan dan jangka waktu tertentu, adapun 15 negara yang mendapatkan fasilitas bebas visa kunjungan berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2015 Tentang Bebas Visa Kunjungan sehingga ada 13 (tiga belas) negara tertentu dan 2 (dua) negara pemerintah wilayah administratif khusus dari negara tertentu mendapatkan bebas visa kunjungan antara lain: Thailand; Malaysia; Singapore; Brunei Darussalam; Philipina; Chili; Maroko; Peru; Vietnam; Ekuador; Kamboja; Laos; dan Myanmar dan 2 (dua ) pemerintah wilayah administratif khusus dari negara tertentu yaitu negara Hongkong SAR (Hongkong Spesial Administration Region); Macao SAR ( Macao Spesial Administration Region). Untuk mendapatkan fasilitas bebas visa kunjungan dari 15 negara tersebut diatas diberlakukan ketentuan :

(26)

1. Dapat melakukan kunjungan dalam rangka tugas pemerintahan, pendidikan, sosial budaya, wisata, bisnis, keluarga, jurnalistik atau singgah untuk meneruskan perjalanan ke negara lain.

2. Dapat masuk dan keluar ke wilayah Indonesia melalui seluruh TPI

(Tempat Pemeriksaa Imigrasi dan diberikan cap tanda masuk Bebas Visa Kunjungan Singkat. Syarat untuk mendapatkan bebas visa tersebut diatas Paspor harus valid minimal 6 (enam) bulan dari tanggal kedatangan, Memiliki tiket pulang-pergi, tidak dapat diperpanjang (Non extendable) dan tidak dapat dialihstatuskan menjadi izin tinggal lainnya, serta berlaku selama waktu 30 (tiga puluh) hari, Selain kebijakan tersebut diatas diberikan kemudahan terhadap 75 negara tertentu untuk mendapatkan bebas visa kunjungan wisata sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2015 antara lain : Afrika Selatan, Aljazair, Amerika Serikat, Angola, Argentina, Austria, Azerbaijan, Bahrain, Belanda, Belarusia, Belgia, Bulgaria, Ceko, Denmark, Dominika, Fiji, Finlandia, Ghana, Hongaria, India, Inggris, Irlandia, Islandia, Italia, , Jepang, Jerman, Kanada, Kazakhstan, Kirgistan, Kroasia, Korea Selatan, Kuwait, Latvia, Lebanon, Liechtenstein, Lithuania, Luxemburg, Maladewa, Malta, Meksiko, Mesir, Monako, Norwegia, Oman, Panama, Papua New Guinea, Perancis, Polandia, Portugal, Qatar, Republik Rakyat

Tiongkok, Rumania, Rusia, San Marino, Saudi Arabia, Selandia Baru,

(27)

Taiwan, Tanzania, Timor Leste, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab, Vatikan, Venezuela, Yordania, Yunani dan dengan ketentuan:

a. Hanya dapat melakukan kunjungan dalam rangka wisata;

b. Dapat keluar masuk wilayah Indonesia melalui 9 (sembilan) TPI

meliputi :

1) TPI Bandar Udara :

a) Soekarno-Hatta, di Jakarta; b) Ngurah Rai, di Bali; c) Kualanamu, di Medan; d) Juanda, di Surabaya; e) Hang Nadim, di Batam; 2) TPI Pelabuhan Laut :

a) Sri Bintan Pura, di Tanjung Pinang; b) Batam Center, di Batam;

c) Sekupang, di Batam;

d) Tanjung Uban, di Tanjung Uban.

Kebijakan yang lain dari pemerintah Indonesia untuk memfasilitasi wisatawan mancanegara yaitu pemberian Visa On Arrival (VOA) yang

diberikan kepada 65 negara. antara lain: Afrika Selatan, Aljazair, Amerika

Serikat, Argentina, Australia, Austria, Bahrain, Belgia, Belanda, Brazilia, Bulgaria, Ceko, Cyprus, Denmark, Emirat Arab, Estonia, Fiji, Finlandia, Hongaria, India, Inggris, Iran, Irlandia, Islandia, Italia, Jepang, Jerman, Kamboja, Kanada, Korea Selatan, Kuwait, Laos, Latvia, Lisya,

(28)

Liechtenstein, Lithuania, Luxemburg, Maladewa, Malta, Meksiko, Mesir, Monako, Norwegia, Oman, Panama, Perancis, Polandia, Portugal, Qatar, RRC (cina), Rumania, Rusia, Saudi Arabia, Selandia Baru, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Suriname, Swedia, Swiss, Taiwan, Timor Leste, Republik Rakyat Tiongkok, Tunisia dan Yunani.

Penerapan kebijakan pemberian Visa selain untuk alasan keamanan dan hukum keimigrasian juga merupakan lambang otoritas pemerintah atas pemberian izin bagi siapa-siapa saja WNA yang berhak masuk kewilayah dan untuk keperluan apa saja. Oleh sebab itu penetapan bebas visa sebaiknya dilakukan secara resiprokal, karena hal ini juga menyangkut harkat dan martabat Pemerintah RI dalam rangka perlindungan teritorial Indonesia melalui pelaksanaan kebijakan dan fungsi keimigrasiannya.

MenurutUndang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Bagian Kelima mengenai Area Imigrasi Pasal 22 Ayat 1, 2, 3, dan 4 disebutkan:

1) Setiap Tempat Pemeriksaan Imigrasi ditetapkan suatu area tertentu untuk

melakukan pemeriksaan Keimigrasian yang disebut dengan area imigrasi.

2) Area imigrasi merupakan area terbatas yang hanya dapat dilalui oleh

penumpang atau awak alat angkut yang akan keluar atau masuk Wilayah Indonesia atau pejabat dan petugas yang berwenang.

3) Kepala Kantor Imigrasi bersama-sama dengan penyelenggara bandar

udara, pelabuhan laut, dan pos lintas batas menetapkan area imigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

4) Penyelenggara bandar udara, pelabuhan laut, dan pos lintas batas dapat

mengeluarkan tanda untuk memasuki area imigrasi setelah mendapat persetujuan Kepala Kantor Imigrasi.

(29)

Yang dimaksud dengan Area Imigrasi adalah suatu area di Tempat Pemeriksaan Imigrasi, yang dimulai dari antrean pemeriksaan keimigrasian pada keberangkatan sampai dengan alat angkut atau dari alat angkut sampai dengan konter pemeriksaan keimigrasian pada kedatangan. Area Imigrasi sangat penting, ini sering disebut sebagai steril area atau dianggap sebagai wilayah interrnasional dalam artian sempit dimana didalam area tersebut dapat ditentukannya status seseorang apakah telah meninggalkan/ keluar wilayah Indonesia atau telah masuk wilayah Indonesia. Sebagai area internasional yang ditandai oleh garis kuning (yellow line), area imigrasi memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan kedaulatan suatu negara. Walaupun hanya sebatas garis imajiner, area imigrasi memiliki representasi kewibawaan dari negara tersebut, dimana Kepala Kantor Imigrasi bersama-sama dengan penyelenggara bandar udara, pelabuhan laut, dan pos lintas batas menetapkan area imigrasi, oleh karenanya area imigrasi memiliki

kedudukan hukum (legal standing) yang jelas dan harus dihargai.45

(2). Tanda Masuk

Adalah tanda tertentu berupa cap yang dibubuhkan pada Dokumen Perjalanan warga Negara Indonesia dan Orang Asing, baik manual maupun elektronik, yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi sebagai tanda bahwa yang bersangkutan masuk Wilayah Indonesia. Tanda Masuk diatur dalam pasal 44 UU Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Tanda masuk tersebut merupakan bukti sah secara hukum bagi orang yang melintas dan masuk ke

45 Alvin Syahrin M, 2014, Menakar Eksistensi Area Imigrasi di Indonesia, Tim Wijaya Kusuma BhumiPura, Jakarta, hal., 40

(30)

wilayah Republik Indonesia. Tanda masuk tersebut diberikan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) baik di pelabuhan udara, pelabuhan laut, perbatasan negara (border) dan tempat lain yang ditentukan, dalam hal ini Tanda Masuk dapat diberikan di atas alat angkut pesawat udara maupun kapal laut.

Hubungan antara Kedaulatan dan Keimigrasian akan sangat tampak pada saat diberikannya Keputusan Tanda Masuk kepada seseorang yang akan memasuki wilayah Republik Indonesia. Keputusan pemberian Tanda Masuk merupakan bentuk dari hak kedaulatan negara dalam menerima atau mengusir seseorang. Sehingga keputusan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi dapat dianalogikan sebagai keputusan mutlak suatu negara terhadap individu dalam rangka menjaga kedaulatan yang dimilikinya.

Dalam UU No 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, ini terdapat perubahan yang berkaiatan dengan penangkalan, bahwa saat ini untuk Warga Negara Indonesia sudah tidak diberlakukan penangkalan, karena dirasakan melanggar hak asasi seseorang. Bahwa seorang warga negara mempunyai hak untuk memasuki negaranya sehingga berkaitan dengan pemberian tanda masuk, maka bagi warga negara Indonesia pasti akan diberikan tanda masuk selama membawa dokumen perjalanan yang sah.

(3) Izin Tinggal

Adalah izin yang diberikan kepada Orang Asing oleh Pejabat Imigrasi atau pejabat dinas luar negeri untuk berada di Wilayah Indonesia. Setiap Orang Asing yang berada di Wilayah Indonesia wajib memiliki Izin Tinggal

(31)

dan Izin Tinggal tersebut diberikan kepada Orang Asing sesuai dengan Visa yang dimiliki nya, namun terhadap Orang Asing yang sedang menjalani penahanan untuk kepentingan proses penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan atau menjalani pidana kurungan atau pidana penjara di lembaga pemasyarakatan, sedangkan izin tinggalnya telah lampau waktu, Orang Asing tersebut tidak dikenai kewajiban memiliki Izin Tinggal. Izin Tinggal terdiri atas:

a. Izin Tinggal Diplomatik

Diberikan kepada Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan Visa Diplomatik.

b. Izin Tinggal Dinas diberikan kepada Orang Asing yang masuk

Wilayah Indonesia dengan Visa Dinas.

c. Izin Tinggal Kunjungan diberikan kepada Orang Asing yang masuk

Wilayah Indonesia dengan Visa kunjungan atau anak yang baru lahir di Wilayah Indonesia dan pada saat lahir ayah dan/atau ibunya pemegang Izin Tinggal kunjungan.

Izin Tinggal Kunjungan berakhir karena pemegang Izin Tinggal Kunjungan :

1. Kembali ke Negara asalnya;

2. Izinnya telah habis masa berlaku;

3. Izinnya beralih status menjadi Izin Tinggal terbatas;

4. Izinnya dibatalkan oleh Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk;

5. Dikenai Deportasi atau;

6. Meninggal dunia.

d. Izin Tinggal Terbatas diberikan kepada :

1. Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan Visa Tinggal

Terbatas;

2. Anak yang pada saat lahir di Wilayah Indonesia ayah dan/atau

ibunya pemegang Izin Tinggal Terbatas;

3. Orang Asing yang diberikan alih status dari Izin Tinggal Kunjungan;

4. Nahkoda, awak kapal, atau tenaga ahli asing di atas kapal laut, alat

(32)

wilayah yurisdiksi Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

5. Orang Asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara

Indonesia;

6. Anak dari Orang Asing yang kawin secara sah dengan warga Negara

Indonesia.

Izin Tinggal Terbatas berakhir karena pemegang izin terbatas :

a. Kembali ke Negara asalnya dan tidak bermaksud masuk lagi ke

Wilayah Indonesia;

b. Kembali ke Negara asalnya dan tidak kembali lagi melebihi masa

berlaku izin masuk kembali yang dimilikinya;

c. Memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia;

d. Izinnya telah habis masa berlaku;

e. Izinnya beralih status menjadi Izin Tinggal Tetap;

f. Izinnya dibatalkan oleh Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk;

g. Dikenai Deportasi;

h. Meninggal dunia.

e. Izin Tinggal Tetap diberikan kepada :

1. Orang Asing pemegang Izin Tinggal terbatas sebagai rohaniawan,

pekerja, investor, dan lanjut usia;

2. Keluarga karena perkawinan campuran;

3. Suami, istri, dan/atau anak dari Orang Asing pemegang Izin Tinggal

tetap

4. Orang Asing eks warga Negara Indonesia dan eks subjek anak

berwarganegaraan ganda Republik Indonesia;

Izin Tinggal Tetap dapat berakhir karena pemegang Izin Tinggal Tetap :

a. Meninggalkan Wilayah Indonesia lebih dari 1 (satu) tahun atau tidak

bermaksud masuk lagi ke Wilayah Indonesia;

b. Tidak melakukan perpanjangan Izin Tinggal Tetap setelah 5 (lima)

tahun;

c. Memperoleh kewarganegaraan Republik indonesia;

d. Izinnya dibatalkan oleh Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk;

e. Dikenai tindakan deportasi;

f. Meninggal dunia.

Dalam hal ITAP (Izin Tinggal Tetap) WNA berakhir maka orang asing atau sponsor di Indonesia harus

(33)

1. Terbukti melakukan tindak pidana terhadap Negara sebagaimana diatur dalam peraturan perundang - undangan;

2. Melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan Negara;

3. Melanggar pernyataan integrasi;

4. Mempekerjakan tenaga kerja asing tanpa izin kerja;

5. Memberikan informasi yang tidak benar dalam pengajuan

permohonan Izin Tinggal Tetap;

6. Orang Asing yang bersangkutan dikenai Tindakan Administratif

Keimigrasian;

7. Putus hubungan perkawinan Orang Asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara Indonesia karena perceraian dan/atau atas putusan pengadilan, kecuali perkawinan yang telah berusia 10 (sepuluh) tahun atau lebih.

2.3. Pengawasan Tenaga Kerja Asing Di Indonesia

2.3.1. Kebijakan Pengawasan Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Indonesia sebagai salah satu anggota WTO (World Trade Organization) telah sepakat dan menyetujui bahwa pasar bebas khususnya untuk sektor

perdagangan barang (goods) dan jasa (services) dikawasan negara-negara ASEAN

sudah dimulai pada tahun 2003, sedangkan dikawasan Asia Pasifik diberlakukan mulai 2010 dan untuk kawasan dunia pada tahun 2020. Terkait hal tersebut diatas tidak menutup kemungkinan akan terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Asing yang masuk ke Indonesia, karena kebutuhan modal dan teknologi serta tenaga terampil, sehingga untuk melindungi Tenaga Kerja Lokal, telah ditetapkan berdasarkan asas kebutuhan dan keberadaan tenaga kerja asing sesuai ditetapkan berdasarkan atas permintaan dari Pengguna tenaga kerja.

Ancaman globalisasi terhadap masuknya tenaga kerja asing dan bahkan peningkatan jumlah tenaga kerja asing dipasar kerja nasional akan semakin kompleks, bukan hanya merupakan ancaman kepada tenaga kerja indonesia di

(34)

juga kepada tenaga kerja indonesia pada segmen labor surplus (pasar kerja tidak

terampil dengan pendidikan relatif rendah).46

Oleh karena itu kebijakan yang perlu diterapkan oleh pemerintah terkait dengan penggunaan tenaga kerja asing harus tetap mengacu pada prinsip selektivitas (selektive policy) dan satu pintu (One Gate Policy), dengan tujuan agar kebijakan tersebut tidak menimbulkan dampak negatif khususnya terhadap masalah keamanan ( security) dan berkurangnya kesempatan kerja bagi tenaga kerja Indonesia, maka penggunaan TKA harus mempertimbangkan asas dalam

sistem penilaian kelayakan penggunaan tenaga kerja asing yang meliputi :47

a. Asas Hubungan Bilateral dimana pada prinsipnya penggunaan TKA

dipertimbangkan sepanjang TKA yang akan dipekerjakan berasal dari negara yang mempunyai hubungan bilateral dengan negara Republik Indonesia;

b. Asas Sponsorship bahwa TKA yang dapat bekerja di Indonesia hanya atas

permintaan penggunan atau pemberi kerja artinya bahwa TKA tersebut tidak diperbolehkan bekerja secara mandiri;

c. Asas Manfaat yang dapat dirinci antara lain sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi

Pada prinsipnya penggunaan TKA harus membawa dampak positif

terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia, sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat.

2. Perluasan Kesempatan Kerja

Penggunaan TKA harus mampu menciptakan kesempatan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung kepada tenaga kerja Indonesia,

artinya sebagai Multiplier effect terhadap perluasan kesempatan kerja bagi

tenaga kerja lokal.

3. Keseimbangan Pendapatan

46Sumarprihatiningrum C., 2006, Penggunaan Tenaga Kerja di Indonesia, HIPSMI (Himpunan Pembina Sumberdaya Manusia Indonesia, Jakarta, hal., 54

(35)

Penggunaan TKA senantiasa harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian pendapatan yang seimbang dan wajar antara TKA dengan tenaga kerja Indonesia. Dalam asas ini yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan dalam pemberian gaji dan upah serta pendapatan lain antara TKA dengan tenaga kerja Indonesias.

4. Alih Kemampuan dan Ketrampilan

Aspek ini menekankan bahwa setiap penggunaan TKA yang dipekerjakan di Indonesia harus bersedia mengalihkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketrampilannya kepada tenaga kerja Indonesia.

5. Asas Kebutuhan

Jabatan TKA adalah jabatan yang memang belum dapat dilaksanakan oleh Tenaga Kerja Indonesia baik secara kualitas maupun kuantitas.

6. Asas Selektivitas

Penggunaan TKA harus didasarkan pada rencana kebutuhan nyata dan atas kelayakan syarat jabatan, kelangkaan jabatan, dan tingkat kesulitan kerja.

7. Asas Sementara Waktu

Prinsip penggunaan TKA hanya bersifat sementara, dalam arti setelah TKA selesai melaksanakan tugasnya, maka pengguna harus segera mengembalikan TKA tersebut ke negara aslanya.

8. Asas Keamanan

TKA yang dipekerjakan harus telah mendapatkan security clearance dari instansi yang berwenang.

9. Asas Legalitas

Pengguna TKA dalam mempekerjakan TKA harus memiliki izin mempekerjakan TKA yang diterbitkan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Selain keberadaan tenaga kerja asing harus berdasarkan asas tersebut diatas, juga berdasarkan kebutuhan dan manfaat, khususnya yang terkait dengan transfer

kemampuan tenaga kerja asing kepada tenaga kerja Indonesia (Transfer of

Technology and Knowledge). Sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, karena dalam kesepakatan WTO masih dikenal adanya prinsip National Policy Obyektif artinya dalam pasar bebas/liberalisasi tetap berdasarkan pada aturan dari negara yang bersangkutan. Sejalan dengan hal ini Indonesia telah menjadi anggota WTO (World Trade Organization) sejak

(36)

tahun 1994 dan sebagai komitmen serta konsekuensinya, maka Indonesia harus membuka pasarnya terhadap perdagangan barang dan jasa dari negara anggota WTO lainnya dan tidak dapat lagi menutup diri dari masuknya barang dan jasa asing untuk diperdagangkan di Indonesia, dan salah satu bentuk perdagangan jasa asing di Indonesia adalah TKA (Tenaga Kerja Asing).

Pasar kerja bebas merupakan salah satu peluang dalam memecahkan masalah kesempatan kerja bagi angkatan kerja Indonesia yang saat ini belum mendapatkan kesempatan kerja di dalam negeri. Peluang kesempatan kerja dalam pasar kerja bebas, akan menjadi lebih terbuka lagi bagi tenaga kerja Indonesia, apabila kebijakan yang dibuat oleh instansi yang berwenang di bidang ketenagakerjaan juga tetap memperhatikan ketentuan dan peraturan ketenagakerjaan dari negara-negara anggota WTO yang lain, karena dalam pasar kerja bebas berlaku asas reciprocal (kesamaan perlakuan /timbal balik) antara negara pengirim maupun negara penerima jasa tenaga kerja.

Untuk mengantisipasi masuknya tenaga kerja asing diharapkan ada kelengkapan peraturan yang mengatur persyaratan tenaga kerja asing, serta pengamanan penggunaan tenaga kerja asing. Peraturan tersebut harus mengatur aspek-aspek dasar dan bentuk peraturan yang mengatur tidak hanya di tingkat Menteri, dengan tujuan penggunaan tenaga kerja asing secara selektif dengan tetap memprioritaskan TKI.

Indonesia telah mengatur penggunaan TKA melalui Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam Bab VIII (Pasal 42-49). Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi kemudian menerbitkan Peraturan

(37)

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing (selanjutnya disebut Permenakertrans Nomor 12/2013 tentang TCPTKA) Permenakertrans Nomor 12/2013 Tentang TCPTKA ini merupakan amanat Pasal 42 ayat (1) dan Pasal 43 ayat (4) UU Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan untuk pengaturan lebih rinci mengenai tata cara penggunaan TKA di Indonesia. Dan Permennakertrans Nomor 12/2013 tentang TCPTKA ini merupakan revisi dari Permenakertrans TKA 02/MEN/III/2008 sebagai langkah perbaikan untuk pengawasan penggunaan TKA di Indonesia.

Hal baru yang diatur dalam Permenakertrans Nomor 12/2013 tentang TCPTKA mewajibkan perusaahaan atau korporasi yang mempergunakan tenaga kerja asing bekerja di Indonesia membuat RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing) kecuali bagi pemberi kerja yang mempekerjakan TKA yang berstatus kawin campuran tidak mengurus Pengesahan RPTKA dan TA 01. Ketentuan lain yang diperbarui adalah izin Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) untuk pekerjaan sementara, diatur lebih rinci dan jelas, hal ini diatur dalam Pasal 8 menyebut empat jenis pekerjaan yang bersifat sementara yaitu pemasangan mesin, elektrikal, layanan purnajual, dan produk dalam masa penjajakan usaha. Meski lebih rinci, tidak ada perubahan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) untuk pekerjaan sementara. Perubahan penting lainnya adalah mengenai kompetensi, dalam aturan lama, pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi hanya untuk TKI yang harus kompeten tapi dalam aturan yang baru, TKA harus menunjukkan sertifikat kompetensinya (diatur

(38)

dalam pasal 26) syarat ini dicantumkan untuk menindaklanjuti hasil monitoring KPK terhadap lembaga negara termasuk Kemenakertrans. Ini juga sejalan dengan spirit UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mendorong kompetensi kerja. Kompetensi itu antara lain dibuktikan lewat sertifikat kompetensi dan jika sertifikat kompetensi tak ada, maka TKA harus sudah punya pengalaman di bidang tersebut minimal lima tahun sebelum menduduki jabatan tertentu. Pemberi kerja juga harus mencermati pasal 32 Permenakertrans Nomor 12/2013 Tentang TCPTKA dimana diatur tentang besaran kompensasi penggunaan TKA, adapun besaran kompensasi senilai 100 dolar AS berlaku untuk satu jabatan dan per bulan untuk setiap TKA. Selain aturan tersebut diatas diatur pula tentang jabatan-jabatan tertentu yang dapat ataupun dilarang diduduki oleh Tenaga Kerja Asing antara lain :

Jabatan-Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh TKA diatur dalam :

a. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor KEP.247/MEN/X/2011 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh TKA Pada Katagori Konstruksi, diatur jabatan TKA pada katagori Konstruksi dapat diduduki oleh TKA paling lama 5 (lima) tahun dan tidak dapat diperpanjang, kecuali jabatan Komisaris dan Direktur sebagai pemilik modal.

b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 462 Tahun 2012 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh TKA Pada Katagori Jasa Pendidikan diatur jabatan TKA pada katagori Jasa Pendidikan dapat diduduki oleh TKA paling

(39)

lama 5 (lima) tahun dan tidak dapat diperpanjang, kecuali jabatan Komisaris dan Direktur sebagai pemilik modal.

c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 463 Tahun 2012 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh TKA Pada Katagori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Bahan Kimia Dan Barang Dari Bahan Kimia jabatan TKA pada katagori ini dapat diduduki oleh TKA paling lama 5 (lima) tahun dan tidak dapat diperpanjang, kecuali jabatan Komisaris dan Direktur sebagai pemilik modal.

d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 464 Tahun 2012 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh TKA Pada Katagori Perdagangan Besar Dan Eceran Serta Reparasi Dan Perawatan Mobil Dan Sepeda Motor, jabatan TKA pada katagori ini dapat diduduki oleh TKA paling lama 5 (lima) tahun dan tidak dapat diperpanjang, kecuali jabatan Komisaris dan Direktur sebagai pemilik modal.

e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 707 Tahun 2012 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh TKA Pada Katagori Transportasi Dan Perdagangan Golongan Pokok Angkutan Udara, jabatan TKA pada katagori ini dapat diduduki oleh TKA paling lama 5 (lima) tahun dan tidak dapat diperpanjang, kecuali jabatan Komisaris dan Direktur sebagai pemilik modal.

(40)

f. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 708 Tahun 2012 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh TKA Pada Katagori Kesenian, Hiburan Dan Rekreasi Golongan Pokok Kegiatan Hiburan, Kesenian Dan Kreatifitas Dan Golongan Pokok Olahraga Dan Rekreasi Lainnya, jabatan TKA pada katagori ini dapat diduduki oleh TKA paling lama 5 (lima) tahun dan tidak dapat diperpanjang, kecuali jabatan Komisaris dan Direktur sebagai pemilik modal.

Jabatan-Jabatan Tertentu Yang Dilarang Diduduki Oleh TKA diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Jabatan-Jabatan Tertentu Yang Dilarang Diduduki TKA, jabatan tertentu yang dilarang diduduki oleh TKA terutama dibidang Personalia meliputi Direktur Personalia, Manajer Hubungan Industrial, Manajer Personalia, Supervisor Pengembangan Personalia, Supervisor Perekrutan Personalia, Supervisor Penempatan Personalia, Supervisor Pembinaan Karir Pegawai, Penata Usaha Personalia, Kepala Eksekutif Kantor, Ahli Pengembangan Personalia dan Karir, Spesialis Personalia, Penasehat Karir, Penasehat Tenaga Kerja, Pembimbing dan Konseling Jabatan, Perantara Tenaga Kerja, Pengadministrasi Pelatihan Pegawai, Pewawancara Pegawai, Analisis Jabatan, dan Penyelenggara Keselamatan Kerja Pegawai.

Dengan adanya aturan-aturan yang baru khususnya pengawasan Penggunaan TKA diharapkan bisa mengakomodir kedua kepentingan yaitu kepentingan pemberi kerja dan juga TKA sehingga tercipta kondisi kondusif yang pada

(41)

akhirnya tenaga kerja Indonesia juga memiliki peluang kesempatan kerja yang sama dalam pasar kerja bebas sepanjang kebijakan yang dibuat oleh instansi yang berwenang dibidang ketenagakerjaan juga tetap memperhatikan ketentuan ketenagakerjaan dari negara-negara WTO.

2.3.2. Prosedur dan Persyaratan Sebagai Tenaga Kerja Asing Di Indonesia Untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja nasional terutama dalam mengisi kekosongan keahlian dan kompetensi di bidang tertentu yang tidak bisa dipenuhi oleh tenaga kerja Indonesia, maka tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia sepanjang dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu.

Mempekerjakan tenaga kerja asing dapat dilakukan oleh pihak manapun sesuai dengan ketentuan, kecuali pemberi kerja orang perseorangan dan juga Pemberi kerja TKA yang berbentuk persekutuan perdata, Firma (Fa), Persekutuan Komanditer (CV) dan Usaha Dagang (UD) dilarang mempekerjakan TKA kecuali

diatur dalam undang-undang.48 Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga

kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari menteri atau pejabat yang ditunjuk kecuali terhadap perwakilan negara asing yang mempergunakan tenaga kerja asing sebagai pegawai diplomatik dan konsuler.

Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA harus memiliki RPTKA yang disahkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk. RPTKA tersebut digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan IMTA (Izin Mempekerjakan Tenaga Asing).

48 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia, Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing, pasal 4

(42)

Dalam hal ini Direktorat Jenderal Imigrasi telah mengabulkan permohonan visa untuk dapat bekerja atas nama TKA yang bersangkutan selanjutnya diterbitkan surat pemberitahuan tentang persetujuan pemberian visa, maka pemberi kerja TKA mengajukan permohonan IMTA.

Terhadap setiap pengajuan RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing) di Indonesia harus dibatasi baik dalam jumlah, waktu maupun bidang-bidang yang dapat diduduki oleh tenaga kerja asing, hal ini bertujuan agar kehadiran tenaga kerja asing di Indoesia bukan sebagai ancaman yang cukup serius bagi tenaga kerja Indonesia, justru kehadiran mereka sebagai pemicu bagi tenaga kerja Indonesia untuk lebih professional dan selalu menambah kemampuan dirinya agar dapat bersaing baik antar sesama tenaga kerja Indonesia maupun dengan tenaga kerja asing. Oleh karena itu Undang-Undang Ketenagakerjaan, membatasi jabatan-jabatan yang dapat diduduki oleh tenaga kerja asing. Terhadap tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan-jabatan tertentu yang dilarang diduduki TKA selanjutnya diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 40 Tahun

2012 tentang Jabatan-jabatan tertentu yang dilarang diduduki tenaga kerja asing. Dalam menjalankan pekerjaan sebagai TKA orang asing memiliki visa

bekerja serta wajib mengikuti prosedur keimigrasian serta secara khusus sebagai TKA harus memenuhi persyaratan ketenagakerjaan yang berlaku yaitu:

1. Setiap TKA yang bekerja di Indonesia harus memiliki sponsor (Pemberi

Kerja TKA) sebagai pihak yang mendatangkan TKA ke Indonesia.

2. Setiap TKA yang bekerja di Indonesia harus memiliki RPTKA yang

(43)

3. Setiap TKA yang bekerja di Indonesia harus memiliki IMTA (Izin Mempekerjakan Tenaga Asing) yang diajukan oleh Pemberi Kerja TKA yang mempekerjakan TKA

4. Setiap TKA yang bekerja di Indonesia harus membayar kompensasi yang

dibayarkan oleh Pemberi Kerja yaitu dana kompensasi penggunaan TKA ditetapkan sebesar US $ 100 (seratus dollar Amerika) perjabatan dan perbulan untuk setiap TKA dan dibayarkan dimuka. DKPTKA (Dana kompensasi penggunaan TKA) merupakan penerimaan negara bukan pajak.

5. Setiap TKA yang bekerja di Indonesia dilarang merangkap jabatan dalam

perusahaan yang sama dan Pemberi kerja TKA dilarang mempekerjakan TKA yang sedang dipekerjakan oleh pemberi kerja TKA yang lain kecuali bagi TKA yang menduduki jabatan Direktris atau Komisaris berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham.

6. Setiap TKA yang bekerja di Indonesia wajib mengalihkan keahliannya

kepada TKI pendamping.

TKA yang dipekerjakan oleh pemberi kerja wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut (Sesuai Pasal 26 ayat (1) tentang Persyaratan TKA)

a. memiliki pendidikan yang sesuai dengan syarat jabatan yang akan

diduduki oleh TKA;

b. memiliki kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi atau

pengalaman kerja sesuai dengan jabatan yang akan diduduki TKA paling kurang 5 (lima) tahun;

c. bersedia membuat pernyataan untuk mengalihkan keahliannya kepada

tenaga kerja Indonesia pendamping; dan

d. dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

Ketentuan tersebut diatas dikecualikan bagi jabatan Komisaris, Direksi, usaha jasa impresariat, dan pekerjaan yang bersifat sementara.

Selain harus mentaati ketentuan tentang jabatan yang akan diduduki, TKA juga harus memperhatikan standar kompetensi yang berlaku, dan juga Transfer of Knowledge dari Tenaga Kerja Asing kepada Tenaga Kerja Indonesia, dan pemberi kerja diwajibkan untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja Indonesia pendamping. Tenaga Kerja Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

penanaman kebiasaan yang cenderung menjadi simtom gangguan obsesi kompulsi yang dilakukan oleh keluarga besar Ani membuat Ani terus melakukannya, bahkan Ani menjadi

Dari uraian di atas terlihat bahwa pertimbangan konservasi terhadap suatu rumpun didasarkan pada pertimbangan ekonomi, keilmuan, serta kultural sejarah, tetapi untuk mengambil

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang kewenangan Badan Pengawas Pemilihan Umum yang dapat bertindak sebagai lembaga Adjudikator terhadap

Samarinda Seberang dan Palaran Tersebar (Bankeu Provinsi Tahun 2017) (Pembayaran Kewajiban Kepada Pihak Ketiga Tahun

Abortus imminens ialah peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi

Simpul yang menempati urutan antrian terbaik adalah D (mempunyai nilai heuristik terkecil), yaitu 661 sehingga dipilih sebagai bestnode.. Selanjutnya D dipindahkan ke

Penyusunan skripsi ini bertujuan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan S1 pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Fakultas Tarbiyah

Dalam pembuatan granul effervescent dari ekstrak buah bit ( Beta vulgaris L .) peneliti menggunakan metode simplex lattice design , dengan campuran bahan